Anda di halaman 1dari 6

1.

Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Atau Dilema Etik


Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :
a. Pengkajian.
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah adakah saya terlibat langsung
dalam dilema?. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar
yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil
keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu:
1) Apa yang menjadi fakta medik?
2) Apa yang menjadi fakta psikososial?
3) Apa yang menjadi keinginan klien?
4) Apa nilai yang menjadi konflik?

b. Perencanaan.
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam
perencanaan, yaitu :
1) Tentukan tujuan dari treatment.
2) Identifikasi pembuat keputusan
3) Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.

c. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan
beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat
diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang
diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar
komunikasi tak memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek
emosional seperti rasa bersalah, sedih atau berduka, marah, dan emosi kuat yang
lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para
pengambil keputusan.

d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan
sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan
fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment
perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus
dipelihara.

2. Enam Pendekatan Dalam Mengahadapi Dilema Etik


Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut,
yaitu:
a. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
d. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma
e. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
f. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya,
(2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan
konsekwensinya.

3. Pemecahan Masalah Etik Menurut Para Ahli


Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah,
antara lain:
a. Model Pemecahan Masalah ( Megan, 1989 )
1) Mengkaji situasi
2) Mendiagnosa masalah etik moral
3) Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4) Melaksanakan rencana
5) Mengevaluasi hasil
b. Kerangka Pemecahan Dilema Etik (Kozier & Erb, 2004)
1) Mengembangkan data dasar.
2) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
3) Apa tindakan yang diusulkan
4) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
5) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
6) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
7) Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
8) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
9) Mengidentifikasi kewajiban perawat
10) Membuat keputusan
c. Model Murphy dan Murphy
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan
2) Mengidentifikasi masalah etik
3) Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4) Mengidentifikasi peran perawat
5) Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
6) Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
7) Memberi keputusan
8) Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
9) Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
d. Langkah-Langkah Menurut Purtilo Dan Cassel (1981)
1) Mengumpulkan data yang relevan
2) Mengidentifikasi dilemma
3) Memutuskan apa yang harus dilakukan
4) Melengkapi tindakan
e. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
1) Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
2) Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.
3) Mengidentifikasi Issue etik
4) Menentukan posisi moral pribadi dan professional
5) Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
6) Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

4. Hal Yang Berikaitan Dengan Masalah


Beberapa hal yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
a. Konflik Etik Antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan
pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus
mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak
bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering
kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan
juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara
teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau
dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
b. Menghadapi Penolakan Pasien Terhadap Tindakan Keperawatan Atau Pengobatan.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan
pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa
factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social
dan lain-lain, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini
sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang
lebih tidak etis.
c. Masalah Antara Peran Merawat Dan Mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali
peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati.
d. Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat
adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.
Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih
karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi
didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat
berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila
berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
e. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan Dan Barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah
meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan
sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-
obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga
pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada
artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, karena walaupun bagaimana keluarga harus
tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
A. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan menggunakan proses pemecahan masalah meurut
model Murphy dan Murphy dimana dalam kasus ini pengidentifikasian masalah kesehatan
yang muncul adalah klien dalam kondisi lemah sesak belum hilang dan masih
membutuhkan perawatan intensif. Pengidentifikasi masalah etik ditemukan adanya
ketidak sesuaian pada proses pengambilan keputusan, dimana dokter meminta untuk tetap
dilakukan rawat inap karena pertimbangan kondisi anak jumila, meskipun orangtua
keluarga tidak menyetujui karena alasan kondisi ekonomi keluarga. Pada masalah ini, yang
terlibat adalah antara tim medis (dokter, dan perawat) dan keluarga pasien. Jadi peran
perawat yang dibutuhkan pada masalah ini adalah, peran edukasi yaitu menjelaskan
kondisi klian saat ini sebagai pertimbanga dalam pengambilan keputusan keluarga. Peran
advokasi yang merupakan perlindungan perawat kepada klien dan keluarga terhadap
keputusan dokter yang menginginkan untuk dilakukan rawat inap tanpa
mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga, dan mencegah dokter untuk memberikan
pengobatan atau tindakan yang akan mengeluarkan banyak biaya. Serta fungsi fasilitator,
dimana perawat menjebatani hubungan antara tim medis (utamanya dokter) dengan
perawat dalam pengambilan keputusan yang terbaik.
Peran memberikan pertimbangan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan, meliputi anjuran perawat untuk membuat BPJS sedangkan sementara waktu
dilakukan perawatan sebagai pasien umum. Melakukan rawat jalan dengan pengawasan
petugas kesehatan di puskesmas dan nantinya melakukan control ulang serta pemeriksaan
lanjutan saat BPJS klien sudah aktif dan dapat digunakan. Dengan konsekuensi pada
masing-masing alternative keputusan yaitu, keluarga harus tetap mengusahakan untuk
pembiayaan sementara saat klien menjadi pasien umum. Dan saat pasien tidak mau untuk
dirawat dan meminta pulang paksa, maka konsekuensi yang terjadi bisa lebih berat.
Dimana anak jumila akan lebih parah kondisinya, dapat juga mengalami komplikasi dan
akan semakin mahal untuk perawatan jika diarkan.
Dan pada akhirnya saat perawat menjelaskan lagi mengenai berbagai alternative
beserta konsekuensinya, maka keluarga klien menyetujui untuk tetap dilakukan rawat inap
pada anaknya selama 1-2 hari hingga kondisi membaik, sementara ayah klien mengurus
BPJS.

Anda mungkin juga menyukai