Anda di halaman 1dari 10

2.1.

Pendahuluan Dilema Etik


2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Dilema Etik Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan, dilema etik sering muncul sebagai isu yang
mempengaruhi keputusan perawat tentang tindakan yang tepat. Dalam kasus seperti
itu, konflik dapat timbul antara dua atau lebih prinsip etika, dan penyelesaian konflik
apa pun dapat mengandung hasil yang tidak diinginkan oleh satu atau lebih pihak
yang terlibat (Bollig et al., 2015).
Untuk mengatasi dilema etik, perawat perlu membuat keputusan berdasarkan
keyakinan dan perasaan yang secara fundamental baik atau benar. Konsep dilema
moral digunakan untuk merujuk pada situasi dimana seorang perawat dihadapkan
pada dua keputusan yang tidak memuaskan (Oerlemans et al., 2015).
Menurut Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang
benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat
tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Dilema etik juga dapat mempengaruhi sikap perawat terhadap job insecurity
dan menyebabkan pergantian perawat yang akan berdampak pada kekurangan
perawat dan sekaligus berdampak terhadap turunnya daya tarik pada profesi perawat.
(Burke et al., 2015) menyatakan bahwa dilema etika mempe.ngaruhi sikap kerja,
motivasi kerja, psikologi, dan kepuasan kerja, yang membutuhkan dukungan dari
berbagai sumber, termasuk rumah sakit dan lingkungan kerja perawat lainnya. Jika
perawat tidak dibekali prinsip etika keperawatan yang baik dalam pengelolaan pasien
dan maka lambat laun profesi keperawatan ini akan ditinggalkan bahkan tidak akan
mendapatkan perhatian dari masyarakat dan menyebabkan eksistensi perawat
menurun.

2.1.2. Prinsip-prinsip etik dalam menagani dilemma etik


Menurut Nasrullah (2014), prinsip etik keperawatan adalah menghargai hak
dan martabat manusia, tidak akan berubah. Prinsip dasar keperawatan antara lain :
a. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi juga
diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan individu untuk menuntut
perbedaan diri.
b. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian dan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang disebabkan oeh diri
sendiri dan orang lain.
c. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang
menjunjung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan juga
diterapkan pada 8 pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni keadilan
sosial bagi seluruh Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa prinsip keadilan
merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat menyeimbangkan dunia.
d. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang mempunyai arti
bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang tidak menimbulkan
secara fisik maupun mental.
e. Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
f. Fidelity ( loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat
menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
g. Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh semua manusia
yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang diberikan oleh orang
lain.
h. Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity yang
berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan
untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga diartikan sebagai standar pasti yang
mana tindakan seseorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.
i. Moral (moralitas) Merupakan bagian dari prinsip etika keperawatan yang sangat
penting, termasuk advokasi, responsibilitas, dan loyalitas. Advokasi dapat
diartikan sebagai memberi saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-
hak pasien. Responsibilitas merupakan eksekusi terhadap tugas tugas yang
berhubungan dengan peran seseorang, dan loyalitas merupakan suatu konsep
yang melewati simpati, peduli dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang
secara langsung dengan orang lain secara profesional.
j. Value (nilai) Merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa oleh seseorang yang menjadi standar prilaku seseorang.
2.1.3. Pendekatan Untuk Menangani Dilema Etik
Mc Closkey (1990) dalam (Suhaemi, 2017) menyatakan ada 4 metode utama
dalam pendekatan untuk menangani dilema etik yaitu :
a. Metode Otoritas
Setiap Tindakan atau keputusan adalah otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia
atau kepercayaan , institusi, atau pemerintahan.
b. Metode Consensum hominum
Menggunakan pendekatan berdasarkan persetujuan masyarakat luas atau
sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu
yang diyakini bijak dan secara etika diterima, dimasukkan dalam keyakinan.
c. Metode pendekatan intuisi atau self-evidence
Dikenal sebagai konsep Teknik intuisi. Metode ini terbatas hanya pada orang-
orang yang mempunyai intuisi tajam.
d. Metode argumentasi (sokratik)
Menggunakan pendekatan dengan mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban
dengan alasan yang tepat. Metode ini digunakan untuk memahami fenomena etika.

Kerangka pemecahan masalah dilema etik (Kozier & erb 1989):


a. Mengembangkan data dasar dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
meliputi:
1. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2. Apa tindakan yang diusulkan
3. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
Pemecahan masalah menurut (Megan, 1989) ada 5 langkah dalam pemecahan
masalah dilema etik :
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana masalah
e. Mengevaluasi hasil

Pemecahan masalah Murphy dan Murphy:


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan keputusan tersebut sesuai umum keperawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya

Langkah langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)


a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis petunjuk individual
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasikan situasi
c. Mengidentifikasi issue etik
d. Menetukan posisi moral pribadi dan profesional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
f. Mengidentifkasi konflik nilai yang ada
2.1.4. Proses Penyelesaian Dilema Etik
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu
persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan professional.
Berikut aini adalah tahapan-tahapan dalam penyelesaian dilemma etik.

Mengambil
Tindakan
Mengonsep dan
evaluasi
argumentasi setiap
Menganalisis dan isu dan membuat
mencari kejelasan alternatif
individu yang
terlibat
Mengumpulkan
data actual yang
relevan

Pengenalan
dilemma etik

Gambar 1. Tahapan penyelesaian Dilema Etik

Penyelesaian masalah etika keperawatan menjadi tanggung jawab perawat.


Berarti perawat melaksanakan norma yang diwajibkan dalam perilaku keperawatan,
sedangkan tangung gugat adalah mempertanggung jawabkan kepada diri sendiri,
kepada klien/masyarakat, kepada profesi atas segala tindakan yang diambil dalam
melaksanakan proses keperawatan dengan menggunakan dasar etika dan standar
keperawatan. Dalam pertanggung gugatan tindakannya, perawat akan menampilkan
pemikiran etiknya dan perkembangan personal dalam profesi keperawatan (Suhaemi,
2017).
Tahapan Umum Penyelesaian Kasus Etik, Melakukan peninjauan terhadap
kejadian Memanggil saksi Mengkaji dan mengidentifikasi pelanggaraan etik yang
dilakukan Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran atau memberikan rehabilitasi
Melakukan pembinaan tentang etik keperawatan Pelaksanaan Penyelesaian Kasus
Etik Persiapan dan Pencegahan Menyempurnakan standar praktek, standar asuhan
atau standar khusus yang akan dilaksanakan oleh perawat Menyempurnakan
dokumen yang terkait etik keperawatan: Kode etik, penjabaran/ Penjelasan, prosedur
penyelesaian kasus etik yang dialami perawat. Menjamin agar semua dokumen,
standar kode etik dan perangkatnya tersedia disetiap tatanan pelayanan keperawatan.
Sarana pendukung penyelesaian masalah etik adanya kode etik (organisasi profesi),
penjelasan butir kode etik, Tim / Komite Etik, Prosedur penanganan masalah etik.
Berdasarkan (Kemenkes, 2019) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 26 tahun 2019 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang
nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan menjelaskan bahwa tugas dan wewenang
seorang perawat bertugas sebagai :
a. Pemberi asuhan keperawatan
b. Penyuluh dan konselor bagi klien
c. Pengelola layanan keperwatan
d. Peneliti keperawatan
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
2.1.5. Pembahasan Kasus
A. Skenario :
Seorang perawat, merawat seorang pasien yang menderita kanker dan
telah menjalani beberapa kali kemoterapi. Pasien mengalami efek samping yang
berat dari kemoterapi, termasuk rambut rontok, mual, dan kelelahan yang parah.
Pasien telah berbicara dengan dokter dan menyatakan bahwa ia tidak ingin
menerima kemoterapi lagi karena efek sampingnya yang menyiksa. Namun,
keluarga pasien merasa bahwa pasien masih harus berjuang melawan kanker dan
ingin agar pasien menerima kemoterapi lebih lanjut.

B. Pertanyaan
Bagaimana perawat dapat menangani situasi ini dengan
memperhatikan dilema etik? Sebagai seorang perawat harus tetap memberikan
asuhan keperawatan yang terbaik (prinsip etik Benefience) untuk pasien kanker
dengan efek kemoterapi secara komprehensif biopsikososialspiritual serta edukasi
terkait kemoterapi dan efeknya, pasien menolak untuk mendapatkan terapi
kembali karena merasakan efek kemoterapi berat merupakan hak pasien
mentukan yang terbaik untuk dirinya (prinsip etik otonomi) disisi lain pasien
berhak dalam hal ini dilema etik prinsip etik terjadi antara Benefience dan
otonomi

C. Pembahasan
Kasus diatas sangat memungkinkan terjadi, Ketika pasien dengan
kanker mulai menolak tindakan kemoterapi dikarenakan efek samping yang
dialami seperti rambut rontok, mual, dan kelelahan yang parah. Pasien telah
berbicara dengan dokter dan menyatakan bahwa ia tidak ingin menerima
kemoterapi lagi karena efek sampingnya yang menyiksa. Dimana hal ini sangat
wajar dikarenakan manusia sebagai individu yang kompleks menerima
ketidaknyamanan tersebut sehingga terjadi penolakan pada dirinya karena
ketidaknyamanan tersebut.
Secara teori Kanker adalah sel yang tumbuh secara terus-menerus
secara tidak terkendali, tidak terbatas, dan tidak normal (abnormal). Secara
normal, seluruh tubuh melakukan pembelahan untuk membentuk jaringan sel
yang kompak demi terciptanya keseimbangan tubuh. Selain melakukan
pembelahan, sel juga memiliki teknik membaca pesan yang sama demi
menjalankan fungsi sebagai satu-kesatuan (Supriyanto,2014). Aziz Farid (2006)
kemoterapi atau disebut juga dengan istilah “kemo” adalah pengobatan kanker
dengan menggunakan obat-obatan atau hormone yang bersifat sitotoksik dalam
terapi kanker yang dapat menghambat proliferasi sel kanker.
Dalam kasus penolakan tentang terapi yang sudahmengenali
dijalankan, peran perawat menjadi sesuatu yang sangat penting dan vital.
Terdapat dua prisip etik yang bertabrakan antara beneficence atau memeberikan
yang terbaik untuk pasien dalam hal ini adalah kemoterapi adalah satu-satunya
terapi yang bisa menekan sel kanker untuk saat ini tentunya tujuan dari itu semua
adalah mencapai kesembuhan , namun sisi lain perawat juga harus menjunjung
tinggi hak pasien (autonomi) dalam hal ini menolak atau menerima segala tidakan
ataupun terapi yang diberikan kepada pasien. Disinilah diperlukan konsep untuk
menyelesaikan dilemma etik tersebut.
Merujuk pada (Suhaemi, 2017) mengenai tahapan dalam penyelesaian
etik. Pertama perawat harus mengenali dilemma etik yang dimaksud. Dalam hal
ini sudah jelas ada dua pinsip etik yang membuat dilemma perawat untuk
menentukan keputusan yang paling bijaksana. Kedua mengumpukan data yang
actual dan relevam. Dalam hal ini pengumpulan data yang harus dicari berupa
Riwayat penyakit pasien termasuk juga lama terapi dan frekewensi kemoterapi
yang sudah dijalani oleh pasien. Karena aka ada perbedaan adaptasi atau
penerimaan pasien Ketika sudah berulang melaksanakan kemoterapi dan yang
baru saja melakukan kemoterapi menunjukkan adaptasi yang belum optimal dari
pasien tersebut. Selain itu dalam tahapan ini jika dilihat dari sudut pandang
keperawatan , perawat melakukan pengkajian keperawatan secara komperhensif
dan analisis data masalah. Ketiga adalah Menganalisis dan mencari kejelasan
individu yang terlibat. Secara proses keperawatan hal ini sudah dalam tahapan
kolaborasi dimana melibatkan banyak pihak untuk yang terbaik bagi pasien.
Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada
hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi
pada pelayanan, memiliki tingkat klien(individu, keluarga,kelompok dan
masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan
secara keseluruhan (Fabiana Meijon Fadul, 2019). Dalam hal ini perawat harus
memandang lebih dalam dari pasien. Pasien tentu memiliki keluarga dimana
keluarga menjadi tempat keluh kesah dan juga sumber pendukung terdekat di
lingkaran kehidupan manusia. Perawat juga perlu melibatkan keluarga pasien
dalam kasus penolakan ini, dan dokter sebagai penanggungjawab dari terapi yang
diberikan. Perawat disini sebagai advokat sekaligus sebagai konselor Langkah
yang seharusnya di lakukan adalah :
a) Menjelaskan sedetil mungkin kepada pasien dan keluarga (1 yanng
paling dekat sebagai support system) seperti suami, istri ataupun
anak
b) Menginformasikan segala sesuatu yang menjadi efek samping akan
selalu mendapatkan terapi berupa obat atau lainnya untuk
mengurangi keluhan setelah kemoterapi dan akan selalu dalam
pengawasan dokter
c) Ajarkan pasien untuk mengungkapkan segala yang dirasakan sejak
atau setelah kemoterapi
d) Meyakinkan kembali untuk saat ini blum ada alternatif lain untuk
menekan pertumbuhan sel kanker selain kemoterapi
e) Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan berikan
pemahaman sederhana yang mudah dimengerti agar dukungan den
pemberian semangat terhadap pasien semakin tinggi
f) Libatkan pasien dan keluarga dalam penentuan akhir penggunaan
kemoterapi untuk menekan penyakitnya.
g) Pengambilan keputusan sepenuhnya diberikan kepada pasien
h) Perawat dan dokter harus menghargai segala keputusan akhir dari
pasien sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit
Dan Kewajiban Pasien pasal 17 poin (k) memberikan persetujuan
atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

.
DAFTAR PUSTAKA

Bollig, G., Schmidt, G., Rosland, J. H., & Heller, A. (2015). Ethical challenges in nursing
homes - staff’s opinions and experiences with systematic ethics meetings with
participation of residents’ relatives. Scandinavian Journal of Caring Sciences, 29(4),
810–823. https://doi.org/10.1111/scs.12213
Burke, R. J., Ng, E. S. W., & Wolpin, J. (2015). Economic austerity and healthcare
restructuring: correlates and consequences of nursing job insecurity. International
Journal of Human Resource Management, 26(5), 640–656.
https://doi.org/10.1080/09585192.2014.921634
Fabiana Meijon Fadul. (2019). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan.
Kemenkes. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019
Keperawatan. Kemenkes RI, 912, 1–159.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__26_Th_219_ttg_Peratura
n_Pelaksanaan_UU_Nomor_38_Tahun_2014_tentang_Keperawatan.pdf
Oerlemans, A. J. M., Van Sluisveld, N., Van Leeuwen, E. S. J., Wollersheim, H., Dekkers,
W. J. M., & Zegers, M. (2015). Ethical problems in intensive care unit admission and
discharge decisions: A qualitative study among physicians and nurses in the
Netherlands. BMC Medical Ethics, 16(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12910-015-
0001-4
Suhaemi, mimin emi. (2017). Etika Keperawatan (Cetakan ke). Pustaka Hanif.

Anda mungkin juga menyukai