Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditujukan untuk


kehidupan orang lain sehingga semua aspek keperawatan mempunyai komponen
etika. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, maka
permasalahan etika kesehatan menjadi permasalahan etika keperawatan pula.
Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical dilemmas) telah
menjadi masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi pasien, masyarakat
maupun pemberi asuhan kesehatan. Masalah etika menjadi semakin kompleks
karena adanya kemajuan ilmu dan tehnologi yang secara dramatis dapat
mempertahankan atau memperpanjang hidup manusia. Pada saat yang bersamaan
pembaharuan nilai sosial dan pengetahuan masyarakat menyebabkan masyarakat
semakin memahami hak-hak individu, kebebasan dan tanggungjawab dalam
melindungi hak yag dimiliki. Adanya berbagai faktor tersebut sering sekali
membuat tenaga kesehatan menghadapi berbagai dilema. Setiap dilema
membutuhkan jawaban dimana dinyatakan bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan
untuk pasien atau baik untuk keluarga atau benar sesuai kaidah etik.
Berbagai permasalahan etik yang dihadapi oleh perawat telah menimbulkan
konflik antara kebutuhan pasien (terpenuhi hak) dengan harapan perawat dan
falsafah keperawatan. Contoh nyata yang sering dijumpai dalam praktek
keperawatan adalah euthanasia, penolakan tindakan transfusi darah, dan penolakan
transplantasi organ. Menghadapi dilema semacam ini diperlukan penanganan yang
melibatkan seluruh komponen yang berpengaruh dan menjadi support system bagi
pasien.

1
Makalah ini akan membahas secara khusus dilema etik dan penyelesaiannya
dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini adalah mendukung
kegiatan pembelajaran keperawatan, khususnya mata kuliah Etika dan
Aspek Legal dalam Keperawatan serta melatih mahasiswa untuk berpikir
kritis.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui dan memahami tentang :
a. Konsep dilema etik dan penyelesaian dilema etik
b. Penyelesaian dilema etik dengan menyebutkan menggunakan teori para
ahli
c. Kendala yang dialami saat mendapatkan situasi dilema etik
d. dan tindakan pencegahan yang bisa dilakukan

3. Manfaat
Mendapatkan pengetahuan tentang aspek etik dalam keperawatan
sebagai fondasi pengambilan keputusan profesi keperawatan

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di
suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan
dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam
lingkungan. Tujuan dari etik keperawatan adalah :
1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan
tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sedangkan kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan
komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam
melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien,
keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada
dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati
martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.

3
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )

B. Konsep Dilema Etik


Dilema etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77).
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika
tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi
dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan sikap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi
atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang
melakukannya, (2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan
ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan
dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul

4
akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif
sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson
& Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik
banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka
proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
b. Mengkaji situasi
c. Mendiagnosa masalah etik moral
d. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
e. Melaksanakan rencana
f. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
- Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya
- Apa tindakan yang diusulkan
- Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
- Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan

5
3. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

6
BAB III
KASUS DILEMA ETIK

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu
Rumah Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6
hari. Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak
sembuh-sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A
badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari
berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar
kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali
bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit
dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang
menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada
perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel
darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut
untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore
harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan
telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit
penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk
menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut,
perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget
dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak
memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi,
tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan
kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan
informasi.

7
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada
dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya
pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan
untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan
atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan
bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien
dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat
dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang
dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai
dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut American Hospital
Assosiation dalam Bill of Rights. Memberikan informasi kepada pasien merupakan
suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting
karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan.
Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka
perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif
tindakan.

8
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar
manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi
semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat
dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan,
perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat
antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan
pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama
antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak
ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan. Berbagai
model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini
antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy, model
Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson
dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut :
Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang
dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya
berniat menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan
meminta perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan

9
pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima
kondisinya sekarang
Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau
kondisinya.
2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan
permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi
kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.
3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat
bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti
ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga,
tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya
mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panik yang berlebihan ketika
mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan
pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini
diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga.
Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari
keluarga yang menunjukkan perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan
demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan
support yang ada sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan
kondisi yang sebenarnya.

10
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A
tentang kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka
perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam
proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu
walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang
sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu
bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.

b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam


memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati
haknya sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan.
Hal ini juga dapat berdampak pada psikologisnya dan proses
penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun mengetahui
penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan
informasi, maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat
dan keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa
tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa perawat dan keluarganya
merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib”
yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa
memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara langsung
dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.

11
4. Hambatan yang mungkin timbul :
a. Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut
kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak
ingin Tn. A frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas
bahwa ketika Tn. A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang
psikisnya dengan anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A
tersebut sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus
mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika
tidak menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak
mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa
mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang terjadi nantinya.
Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa
perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang
bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.

b. Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang


diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang
sedang mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat
harus tetap melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk memotivasi
Tn. A. Perawat juga meminta keluarga untuk tetap memberikan support
sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal
ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat
menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh.

12
5. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan
dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan.
Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil
keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip
moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ),
yang meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak Tn. A
tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa
memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn.
A dan sangat tidak merugikan Tn. A.
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien.
Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga
mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya
secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan
kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.

13
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban
dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan merasa dihargai dan
dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A
sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia
akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil
pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun
hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi
tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan
yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin
kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali
seijin pasien.

Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa


diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu
secara langsung memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil
pemeriksaan selesai dan didiskusikan dengan semua yang terlibat. Mengingat
alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai
pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing.
Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan
pendekatan-pendekatan dan caring serta komunikasi terapeutik.

14
6. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh
mana Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A
masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support
sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani,
dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.

15
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan
kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut
dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan
tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan
yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa
nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan
berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara
mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan
untuk menyelesaikan suatu dilema etik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing
Concepts Process and Practice. (7th ed). New Jerney: Pearson Education
Line.

Priharjo, R. (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta: Kanisius.

Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC

Taylor C., & Lemone P. (1997). Fundamentals of Nursing. Philadelphia: Lippincott.

https://faizaturrohmi.wordpress.com/2013/12/06/dilema-etik-dalam-keperawatan/

http://rumah-perawat.blogspot.co.id/2016/11/contoh-kasus-pemecahan-masalah-
dilema.html

17

Anda mungkin juga menyukai