Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HYPERTENSIVE HEART FAILURE (HHF)

DI RUANG MARWAH RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Disusun Oleh:

SUCI ARTHAYANI

201910461011001

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg,
dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian
ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Aaronson & Ward, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Asikin, 2016).
Hipertensi Heart Failure (HHF) adalah gagal jantung kanan yang
disebabkan oleh Hipertensi, kelainan fungis jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya ada kalau di sertai peninggian volume diastolik secara
abnormal.

2. Etiologi
Menurut Asikin (2016), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besaruntuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.

2
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat, Jenis kelamin (laki-
laki lebih tinggi dari perempuan), Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), Kegemukan atau
makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin)
b) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

3. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel
kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole.
Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang
meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri
selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya
aterosklerosis primer.

3
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa
(penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat
sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi
mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner
juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-
perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan
cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh
badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan
tahanan perifer;
b) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi
antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktifitas mekanik ventrikel kiri (Chang, 2010).

4
4. Pathway

Usia Genetik Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas Respon neurologi thd Merokok, alkohol, Insulin meningkat


menurun/Aterosklerosis stress konsumsi garam
berlebihan

Hipertensi

B2 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder)

)
Vasokontriksi
Sistemik Koroner Resistensi Suplai O2 otak pembuluh darah ginjal
pembuluh darah
ke otak
Vasokontriksi Hipertrofi Sinkop Blood flow menurun
ventrikel kiri
Gangguan
Afterload Pola Tidur Risiko Perfusi
meningkat Iskemik akut Respon RAA
Serebral Tidak
Efektif
Nyeri Akut Rangsang Aldosteron
Penurunan
Curah
Fatigue Retensi Na
Jantung

Intoleransi Edema
Aktivitas
Risiko Perfusi
Renal Tidak
Efektif

5
5. Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan angina adalah
gejala yang menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan tekanan
sistemik yang meningkat. Apabia jantung tidak mampu lagi anahan
peningkatkan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai nokturis (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau
serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada
satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks,
dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark oatak
mencapai 80%.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto thorax posisi osteroanterior pasien hipertrofi konsentrik, besar
jantung dalam batas normal. Pembesaran jantung ke kiri terjadi bila sudah ada
dilatasi ventrikal kiri terdapat elongasi durta pada hypertensi yang kronik dan
tanda-tanda bendungan pembuluh darah stadium payah jantung Hipertensi.
Pemeriksaan lab darah rutin yang diperlukan adalah Ht serta ureum dan
kreatinin untuk menilai adanya kelainan pada ginjal.
Pada EKG tampak hipertrofi ventrikal kiri dan strain. Ekokarfiografi dapat
mendeteksi hipertrofi ventrikal kiri secara dini mencakup kelainan anatomic dan

6
fungsional jantung pasien Hipertensi asimtomatik yang belum di dapatkan
kelainan pada EKG dan radiologi perubahan-perubahan yang dapat di lihat
adalah sebagai berikut :
a) Tanda-tanda Hipersirkulasi pada stadium dini seperti : Hiperruolemia,
Hiperkinesis.
b) Hipertrofi yang difus (konsentrik) atau yang irregular eksentrik.
c) Dilatasi ventrikal yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung serta
tekanan akhir diastolik ventrikal kiri meningkat
d) Tanda iskemia seperti Hiperkinesis dan pada stadium lanjut adanya
diskinetik.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan
penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90
pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari
130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi
pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
a) Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat

7
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide
pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.
Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel,
vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan
untuk menurunkan tekanan darah.
1) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal
yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi
aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertensi.
c) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir

8
pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai tekanan darah yang diinginkan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status
marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab :
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan alamat.
b) Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan
meliputi propokativ, quality, region, skala dan time (PQRST). Yang
dirasakan klien pada umunya sering mengeluh pusing, sesak nafas.
 Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran
penyakit sampai dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang
memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan dan
bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
 Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami
klienyang berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain
seperti riwayat penyakit kandung kemih (gagal jantung), penyakit
sistemik (DM), dan hipertensi.

9
 Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada
riwayat penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang
menular/keturunan.
c) Riwayat Keperawatan Klien
 Activity Daily Live
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga
dapat menimbulkan perawatan diri, darah rendah garam, membatasi
konsumsi makanan yang manis di anjurkan olahraga.
 Pola nutrisi dan metabolism
Akan terjadi gangguan nutrisi karena Anorexia, mual / muntah
 Pola eliminasi
Klien akan menunjukkan adanya penurunan laju filtrasi glomerulus
atau menurunnya curah jantung / meningkatkan produksi ADH dan
retensi Na / air sehingga menyebabkan penurunan jumlah urine dan
juga menimbulkan diare / konstipasi
 Pola aktivitas dan latihan
Pada kasus ini akan terjadi keletihan / kelemahan terus-menerus
sepanjang hari, insomnia, nyeri dada, pusing, sesak nafas pada, nyeri
pada tengkuk kepala.
 Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak dapat menjalankan tugasnya sehari=hari yang disebabkan
oleh karena perawatan yang lam.
 Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan
dalam menjalankan perannya seprti semula
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien-pasien yang mengalami sakit berat akan lebih banyak
berdoa
d) Riwayat Psikososial

10
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
e) Pemeriksaan Fisik
 Status kesehatan umum
Akan terjadi sesak nafas akibat terjadi kegagalan jantung memompa
O2 ke seluruh tubuh
 Sistem Respirasi
Akan ditemukan adanya edema paru, dyspnea saat aktifitas, tidur
dengan 2 bantal batuk dengan atau tanpa sputum, ada ronchi.
 Sistem Kariovaskuler
Inspeksi : Ada pergerakan yang tertinggal tidak
Palpasi : Di dapatkan peningkatan tekanan vena jugularis,
asites, hepatomegali
Perkusi : Ada tidaknya suara redup
Auskultasi : Ada tidaknya bunyi S3, S4. sering murmur, irama
derap arium kanan
 Sistem Gastrointestinal
Adanya anorexia, mual, muntah, kembung
 Sistem Persarafan
Ditemukan adanya nyeri kepala, nyeri pada tengkuk kepala,
kelemahan, disorentasi dan mudah tersinggung
 Sistem Perkemihan
Terjadi penurunan berkemih, konstipasi.
f) Pemeriksaan Penunjang
 Jadwal rutin pemantauan tekanan darah
 Rontgen foto
 Pemeriksaan hematologi
 Pemeriksaan urinalisa
 Elektrokardiografi (EKG)

11
 Pemeriksaan kimia darah

2. ANALISA DATA
Analisa data merupakan kemampuankognitif dalam pengembangan daya
berfikir yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman dan pengertian keperawatan. Dasar analisa data didapatkan dari :
a. Anatomi dan Fisiologi
b. Patofisiologo penyakit
c. Mikrobiologi dan parasitologi
d. Farmakologi
e. Ilmu perilaku
f. Konsep-konsep manusia, sehat, sakit, stres adaptasi, etika keperawatan.
g. Tindakan dan prosedur keperawatan

NO ANALISA DATA PENYEBAB MASALAH


1. Ds : Penurunan fungsi ventrikel Penurunan curah
– Nyeri pada dada jantung
Do :
– Takikardi
− Distritmia
− Perubahan tekanan darah
− Bunyi jantung ekstra
(S3,S4)
− Nadi perifer tidak teraba
2. Ds : Ketidakseimbangan ventilasi Gangguan
– Pasien mengatakan sesak pertukaran gas
perfusi
nafas
Do :
– Dispnoe saat beraktivitas
– Takipnoe
– Ortopnea
− Adanya bunyi nafas
tambahan
− Terjadi sianosis
3. Ds : Agen cidera biologis Nyeri akut
– Nyeri dada yang
menyebar / menjalar
kelengan (umumnya

12
kekiri) bahu, leher, rahang
sesak.
Do :
– Wajah meringis
– Gelisah
– Nadi > normal (N:80-
100 x/menit)
– Respirasi > normal
(N:16-20 x/menit)
– TD > normal ( >120/80
mmHg )

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi heart
failure adalah :
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan fungsi ventrikel
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
d) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
e) Risiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
f) Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur

4. RENCANA TINDAKAN & INTERVENSI


No Diagnosa Rencana Tindakan Intervensi
1 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung (I.02075)
jantung b/d penurunan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tanda/gejala primer
fungsi ventrikel selama 1x24 jam, penurunan curah jantung
(D.0008) diharapkan “Curah 2. Identifikasi tanda/gejala
Jantung (L.02008)” skunder penurunan curah
meningkat, dengan jantung
kriteria hasil : 3. Monitor tekanan darah

13
1. Gambaran EKG 4. Monitor intake dan output
aritmia meningkat (5) cairan
2. Lelah menurun (5) 5. Monitor saturasi oksigen
3. Distensi vena jugularis 6. Monitor keluhan nyeri dada
menurun (5) 7. Monitor EKG 12 sadapan
4. Dyspnea menurun (5) 8. Periksa tekanan darah dan
5. Tekanan darah frekuensi nadi sebelum dan
membaik (5) sesudah aktivitas
9. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
10. Posisikan semi fowler
11. Ajarkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
12. Kolaborasi dengan tim medis
pemberian antiaritmia

Perawatan Jantung Akut (I.02076)


1. Identifikasi karakteristik
karakteristik nyeri dada
(PQRST)
2. Monitor EKG 12 sadapan untuk
perubahan ST dan T
3. Monitor aritmia
4. Monitor elektrolit yang dapat
meningkatkan risiko aritmia
5. Monitor enzim jantung
6. Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
7. Pasang akses intravena
8. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stress
9. Kolaborasi pemberiam
antiplatelet
10. Kolaborasi pemberian
antiangina
11. Kolaborasi pemberian morfin
12. Kolaborasi pemberian inotropic
13. Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan antikoagulan

14
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas (I.05186)
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tingkat deficit
kelemahan (D.0056) selama 1x24 jam, aktivitas
diharapkan “Toleransi 2. Identifikasi sumber daya
Aktivitas (L.05047)” untuk aktivitas yang
meningkat, dengan diinginkan
kriteria hasil : 3. Fasilitasi aktivitas mana
1. Frekuensi nadi yang dipilih
meningkat (5) 4. Fasilittasi aktivitas rutin
2. Saturasi oksigen 5. Fasilitasi aktivitas motoric
meningkat (5) untuk merelaksasikan otot
3. Keluhan lelah 6. Jadwalkan aktivitas dalam
menurun (5) rutinitas sehari-hari
4. Dyspnea saat aktivitas 7. Jelaskan metode aktivitas
(5) sehari-hari
5. Dyspnea setelah 8. Kolaborasi dengan terapi
aktivitas (5) okupasi

15
3 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
cidera biologis tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) selama 1x24 jam, durasi, frekuensi, kualitas, dan
diharapkan “Tingkat intensitas nyeri
Nyeri (L.08066)” 2. Identifikasi respons nyeri non
Menurun, dengan kriteria verbal
hasil : 3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
menurun (5) nyeri
2. Kesulitan tidur 4. Monitor keberhasilan terapi
menurun (5) komplementer yang sudah
3. Gelisah menurun (5) diberikan
4. Mual menurun (5) 5. Monitor efek samping
5. Pola tidur meningkat pemberian analgesic
(5) 6. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
9. Kolaborasi pemberian
analgesic.

Pemberian Analgesik (I.08243)


1. Identifikasi karakteristik nyeri
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
5. Monitor efektifiktas analgesic
6. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
7. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
8. Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik

16
4 Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan Manajemen Tekanan Intrakranial
tidak efektif tindakan keperawatan (I.06194)
berhubungan dengan selama 1x24 jam, 1. Identifikasi penyebab
penurunan kesadaran diharapkan “Perfusi peningkatan TIK
(D.0017) Serebral (L.02014)” 2. Monitor tanda gejala
meningkat, dengan peningkatan TIK
kriteria hasil : 3. Monitor MAP,PAWP, ICP,
1. Tingkat kesadaran CPP
meningkat 4. Monitor status pernapasan
2. TIK menurun 5. Monitor intake dan output
3. Sakit kepala menurun cairan
4. Nilai rata-rata tekanan 6. Berikan posisi semi fowler
darah membaik 7. Cegah terjadinya kejang
5. Kedasaran membaik 8. Pertahankan suhu tubuh
normal
9. Kolaborasi pemberian
antikonvulsan
10. Kolaborasi pemberian
antidiuretik

5. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien.

17
6. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson. Ward. 2010. At Glance Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga.

Asikin, M. 2016. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga.

Chang, E. Daly, J. Elliott, D. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta:
EGC Buku Kedokteran

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Kperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.

19

Anda mungkin juga menyukai