Anda di halaman 1dari 17

Lampiran Peraturan Direktur

Nomor : Kpts- /K00000/2022-S0

Materi
Infeksi Saluran Kemih

RS PERTAMINA SORONG
2 0 22

Page 1
INFEKSI SALURAN KEMIH

I. PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Kemih merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran kemih seringkali dijumpai
mulai infeksi ringan yang baru diketahui pada saat pemeriksaan urine, maupun infeksi
berat yang mengancam jiwa. Pada dasarnya infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran
kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan sampai ke ginjal.
Infeksi itu sendiri adalah merupakan reaksi inflamasi sel urotelium yang melapisi
saluran kemih. Infeksi akut pada organ padat (testis, epididymis, prostat dan ginjal)
biasanya lebih berat daripada yang mengenai organ berongga (buli-buli, ureter atau
uretra); hal ini ditunjukkan dengan keluhan nyeri atau keadaan klinis yang lebih berat.
Adanya bakteri dalam urin disebut bakteriuria. Bakteriuria bermakna
menunjukkn pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming units
(CFU) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna tanpa disertai manifestasi klinik ISK
disebut bakteriuria asimptomatik. Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai manifestasi
klinik disebut bakteriuria simptomatik.
Pada keadaan normal, bakteri yang terdapat dalam kandung kemih dapat segera
hilang. Sebagian karena efek pengenceran dan pembilasan ketika buang air kecil tapi
juga akibat daya antibakteri urin dan mukosa kandung kemih. Urin dalam kandung
kemih pada orang normal dapat menghambat atau membunuh bakteri terutama karena
konsentrasi urea dan osmolaritas urin yang tinggi. Sekresi prostat juga mempunyai daya
antibakteri. Leukosit polimorfonuklear dalam dinding kandung kemih juga berperan
dalam membersihkan bakteriuria.

II. KLASIFIKASI
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori umum berdasarkan
lokasi anatomi, yaitu :
a. Infeksi saluran kemih bawah
b. Infeksi saluran kemih atas

Page 2
Presentasi klinis infeksi saluran kemih bawah tergantung dari gender :
a. Perempuan
1. Sistitis
Sistitis adalah presentasi klinik infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
2. Sindrom uretra akut (SUA)
Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
b. Laki-laki
Presentasi klinis ISK pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis
dan uretritis.
Infeksi saluran kemih atas terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Pielonefritis akut (PNA)
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronik (PNK)
Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

III. EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal. Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia
mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami
episode ISK daripada pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada pria.
Namun pada masa neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang
tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya
usia, insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan 3%

Page 3
sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insidens ISK ini pada usia remaja anak perempuan
meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 tahun
adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut.

IV. ETIOLOGI
Banyak mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tetapi pada
umumnya adalah bakteri batang Gram negatif. Escherichia Coli menyebabkan hampir
80% kasus, kelompok kedua Staphylococcus saprophyticus pada 10 – 15% kasus,
Proteus mirabilis dan Klebsiella pada 2 – 5% kasus. E. coli dapat menyebabkan infeksi
meskipun tanpa pemasangan kateter, tanpa kelainan urologik atau batu. Serratia dan
Pseudomonas dapat menyebabkan infeksi pada kasus yang berhubungan dengan
tindakan urologik, batu atau obstruksi. Spesies Proteus memiliki urease yang mampu
memecah urea menjadi ammonia sehingga dapat meningkatkan pH urin dan kondisi ini
memudahkan terbentuknya batu. Spesies Klebsiella menghasilkan lendir dan
polisakarida ekstraselular yang merupakan predisposisi pada pembentukan batu saluran
kemih.
Bakteri coccus Gram positif lebih sedikit peranannya dalam ISK.
Staphylococcus saprophyticus (koagulase negatif) menyebabkan 10 – 15% ISK pada
wanita muda. Enterococcus merupakan penyebab ISK tanpa adanya kelainan anatomi
atau fisiologik sebelumnya. Sedangkan S. aureus menyebabkan infeksi pada pasien ISK
dengan komplikasi berupa batu ginjal atau akibat tindakan instrumentasi.
Penyakit akibat hubungan seksual juga dapat mentransmisi ISK, seperti pada
Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae dan virus herpes simpleks. Ureaplasma
urealyticum dan Mycoplasma hominis seringkali ditemukan pada pasien prostatitis akut
dan pyelonephritis. Adenovirus menyebabkan sistitis akut hemoragik pada anak dan
dewasa muda.

Page 4
V. PATOGENESIS
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui penyebaran
endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen dan
eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara
ini asendinglah yang paling sering terjadi.
1. Infeksi hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronik, atau pada pasien yang
sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga
timbul akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Misalnya infeksi S.aureus
pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang,
kulit, endotel atau di tempat lain. Salmonella, Pseudomonas, Candida dan Proteus
termasuk jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen.
2. Infeksi asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung
mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh
bakteri normal kulit seperti basil difteroid, streptokokkus. Di samping bakteri
normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai
jaringan periuretral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang
berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut.
b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum
diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya
mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah :
1. Faktor anatomi
ISK lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki, hal ini disebabkan karena
uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat pada anus. Sedangkan
uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat.

Page 5
2. Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan
urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah
pengeluaran urin.
3. Manipulasi uretra
Misalnya manipulasi manual pada masturbasi atau pada hubungan kelamin.
c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih
Dalam keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung
kemih akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak dalam
urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung dari interaksi 3
faktor :
1. Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pengenceran
urin.
2. Efek antibakteri dari urin karena :
(i) Urin mengandung urea dan asam organik yang bersifat bakteriostatik
(ii) Urin mempunyai tekanan osmotic yang tinggi dan pH yang rendah
3. Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsic
d. Masuknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi
dari pelvis ke korteks karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah
keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran
urin naik dari kandung kemih ke ginjal.

Page 6
Gambar 1. Masuknya bakteri secara ascending kedalam saluran kemih

VI. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala.
Gejala yang sering ditemukan ialah dysuria, polakisuria dan urgensi yang biasanya
terjadi bersamaan. Nyeri suprapubic dan daerah pelvis. Polakisuria terjadi akibat
kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 mL karena mukosa yang
meradang sehingga sering kencing. Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai
kejang otot pinggang yang sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah rasa
nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong.
Nokturia ialah cenderung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung
kemih menurun. Sering juga ditemukan enuresis nocturnal sekunder yaitu ngompol
pada orang dewasa, prostatismus yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras
arus kencing. Nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai
berikut :
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas
di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di
daerah suprapubik.
b. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,
demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri di pinggang.

Page 7
VII. DIAGNOSIS
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala
hingga menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-organ lain.
Pada umumnya infeksi akut yang mengenai organ padat (ginjal, prostat, epididymis dan
testis) memberikan keluhan yang hebat sedangkan infeksi pada organ-organ yang
berongga (buli-buli, ureter dan pielum) memberikan keluhan yang lebih ringan.
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar, kultur urin, serta jumlah
kuman/mL urin merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai
dengan protokol yang dianjurkan.
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predispossi
ISK. Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuk
ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating
cystogram) dan isotop scanning.

Pemeriksaan laboratorium :
1. Urinalisis
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adalah ISK. Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit
silinder pada sedimen air kemih menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.
Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat
pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

Page 8
Gambar 2. Leukosuria

b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK yaitu bilamana
dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria dapat pula
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal atau nekrosis
papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan uriin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan Gram. Bakteri
dinyatakan positif bermakna bilamana dijumpai 1 bakteri/lapangan pandang
minyak emersi.
b. Biakan bakteri
Pemeriksaan biakan bakteri dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK
yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan kriteria
Cattel 1996 :
i. Wanita, simtomatik
≥ 102 organisme koliform/mL urin plus piuria, atau
≥ 105 organisme patogen apapun/mL urin, atau
Adanya pertumbuhan organisme patogen apa pun pada urin yang
diambil dengan cara aspirasi suprapubik
ii. Lelaki, simtomatik
≥ 103 organisme pathogen/mL urin

Page 9
iii. Pasien asimtomatik
≥ 105 organisme patogen/mL urin pada 2 contoh urin berurutan.

Gambar 3. Biakan bakteri

3. Tes Kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah
sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih
dari 100.000-1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dilihat dengan perubahan warna
pada uji carik. Sensivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi bakteri
Gram negatif. Hasil negatif palsu dapat terjadi, bila pasien sebelumnya diet rendah
nitrat, diuresis yang banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.

4. Tes Plat-celup (Dip-slide)

Page 10
Gambar 4. Plat Celup (Dip-slide)

Lempeng plastik bertangkai di mana pada kedua sisi permukaannya dilapisi


perbenihan padat khsusus. Lempeng tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau
digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik
tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalam pada suhu 370C.
Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman
antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak
dapat diketahui.

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Sistitis Bakterial Pielonefritis akut Uretritis


Definisi Peradangan Proses inflamasi Peradangan dari
kandung kemih parenkim ginjal saluran uretra

Etiologi E.coli, Enterococci, E.coli, Klebsiella, N.Gonorrhoeae,

Page 11
Proteus, Proteus, Chlamidia
Stafilokokkus Pseudomonas, trachomatis,
aureus Lactobacilus U.Urealyticum
Insidens Wanita >>> Wanita >>> Wanita >>>
Gejala Klinik Disuria, urgensi, Demam dan Discharge pada
nokturia, polyuria, menggigil tiba-tiba uretra, disuri,
rasa terbakar saat nyeri menetap pada gatal dan rasa
miksi, hematuria, pinggang, nokturia, terbakar pada
nyeri suprapubic urgensi, dysuria, uretra, edematous
dan pinggang polyuria, malaise,
mual, muntah,
diare, takikardi
Pemeriksaan Pemeriksaan urin Pemeriksaan DR : Pemeriksaan urin :
Laboratorium berwarna keruh, Leukositosis (+) Leukosituria.
berbau. Peningkatan laju Pewarnaan Gram :
Pada urinalisis : endap darah. Intraseluler Gram
piuria, hematuria Pada urinalisis : (+) cocci  GO
dan bakteriuria piuria, bakteriuria Kultur dan tes
dan hematuria sensitivitas urin.

IX. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan ISK pada anak adalah memberantas bakteri penyebab,
menghilangkan gejala-gejala yang ditimbulkan, serta mencegah terjadinya keruskan
ginjal sedini mungkin. Pemberian antibiotik pada ISK sebaiknya disesuaikan dengan
hasil kultur, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan sebab pengobatan ISK harus
segera diberikan sambil menunggu hasil kultur tersebut. Antibiotik diberikan sekurang-
kurangnya 7-10 hari, meskipun dalam waktu 48 jam biasanya telah terlihat respon
klinik dan biakan kemih telah steril. Dan akhir-akhir ini dilaporkan semakin banyak
jenis bakteri penyebab ISK yang resisten terhadap antibiotik tertentu.
Penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinasi urin :
a. Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimethoprim 200 mg.
b. Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (leukosituria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari.

Page 12
c. Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa lekosituria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)


a. Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor
resiko.
b. Tanpa faktor predisposisi : asupan cairan banyak, cuci setelah melakukan
senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (missal trimethoprim 200 mg),
terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotik Intra Venous (IV) sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui
mikroorganisme sebagai penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau
tanpa ampisilin dan sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida.
Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes
sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas terapi
antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin disamping hasil
pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien. Idealnya
antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
: dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang
tinggi dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau
dicurigai. Pemilihan antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal,
disamping juga memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien.

X. KOMPLIKASI
Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran
kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated).
1. Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)
Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu infeksi saluran
kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran

Page 13
kemih, merupakan penyakit ringan (self limited disiase) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama.
2. Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated)

Infeksi saluran kemih complicated adalah infeksi saluran kemih yang terjadi
pada pasien yang menderita kelainan anatomik/struktur saluran kemih atau adanya
penyakit sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan bakteri oleh
antibiotik.

XI. Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih merupakan istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran kemih seringkali dijumpai mulai infeksi
ringan yang baru diketahui pada saat pemeriksaan urine, maupun infeksi berat yang
mengancam jiwa. Pada dasarnya infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran kemih
(ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan sampai ke ginjal. Infeksi
saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori umum berdasarkan lokasi anatomi,
yaitu infeksi saluran kemih bawah dan infeksi saluran kemih atas.
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru
lahir hingga orang tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK
daripada pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Namun pada
masa neonates, ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki yang tidak menjalani
sirkumsisi daripada bayi perempuan.
Banyak mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tetapi pada
umumnya adalah bakteri batang Gram negatif. Escherichia Coli menyebabkan hampir
80% kasus, kelompok kedua Staphylococcus saprophyticus pada 10 – 15% kasus,
Proteus mirabilis dan Klebsiella pada 2 – 5% kasus.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui penyebaran
endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen dan
eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Page 14
Gambaran klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala.
Gejala yang sering ditemukan ialah dysuria, polakisuria dan urgensi yang biasanya
terjadi bersamaan. Nyeri suprapubic dan daerah pelvis.
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi, urinalisis, biakan bakteri, tes reduksi
griess nitrat dan tes Plat-celup.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) perlu dibedakan dengan sistitis bakterial, pielonefritis
akut dan urethritis. Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi
saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated).
Penatalaksanaan ISK dapat berupa terapi preventif dan terapi antibiotik. Perawatan
suportif yang baik pada pasien ISK maka prognosis harusnya baik.

Page 15
XII. ALGORITMA

> 3 gejala ISK


1. Disuri 4. Nyeri suprapubic
2. Frekuensi 5. Poliuri
3. Urgensi 6. Hematuri

Penampungan spesimen urin

Urin Keruh Urin tidak keruh

Tes urin menggunakan Pertimbangkan diagnosis


Dipstick test lain

Nitrit (+), leukosit (+), blood (+) Nitrit (-), Nitrit (-), Leukosit (-), Blood (-)
atau leukosit (-) atau
Nitrit (+) sendiri Nitrit (-), Leukosit (-), Blood (+),
atau Protein (+)

Mungkin ISK ISK atau diagnosis


Pertimbangkan
lain yang mirip ISK
diagnosis lain

Terapi ISK
Pertimbangkan
waktu pengambilan
spesimen

Terapi jika gejalanya berat atau


tunda pemberian antibiotik &
lakukan pemeriksaan kultur urin

Page 16
DAFTAR PUSTAKA

1. White B. Diagnosis and Treatment of Urinary Tract Infections in Children.


Oregon Health and Science University. Portland. 2011: 409-415.
2. Purnomo B. Dasar-dasar urologi : Infeksi Urogenitalia. Malang : Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya. 2012 : 51-79.
3. Sudiono H, Iskandar, Halim S.L, dkk. Urinalisis : Infeksi Saluran Kemih. Edisi
kedua. Jakarta : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Ukrida. 2008 : 76-
9.
4. Gandosoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik : Urinalisis. Edisis XVI.
Jakarta : 2010 : 69-121.
5. Ciesla B. Hematology in Practice : Red Blood Cell Production, Function, and
Relevan Red Cell Morphology. Davis Company. Philadelphia. 2007 : 33-50.

Page 17

Anda mungkin juga menyukai