DI RSU X AMBON
Disusun oleh :
Nim : 1240212017131
Tk : III C
AMBON
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TEORI MEDIS
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun kira-kira mempunyai angka
prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun
wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi
dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum,
kurang lebih 5-15%.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin. Bakteriuria yang
disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang
tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien
asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream,
sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena:
o Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang
efektif.
o Mobilitas menurun.
o Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik.
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
o Adanya hambatan pada aliran urin.
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua
jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan
oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998) Infeksi traktus urinarius pada pria
merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita.
Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan
adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
B. Etiologi
ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan atas:
(Russel, B.M., 1989; Tolkoff, Rubu N.E. dan Rubin R.H., 1989).
a.ISK uncomplicated (simple)
ISK yang sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomi
maupun fungsionil normal. ISK sederhana ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita
wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih.
b.ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi
bakteriemia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah Pseudomonas,
Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai
berikut: Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia lanjut kemungkinan
terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda). Refleks vesiko urethral obstruksi, paraplegi,
atoni kandung kemih, kateter kandung kemih menetap, serta prostatitis menahun.Kelainan
faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun gagal ginjal kronis (GGK)
.Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Mikroorganisme yang
paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian
uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin
kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Selain bakteri aerob, ISK juga dapat
disebabkan oleh virus, ragi, dan jamur.
Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif ternyata E.Coli
menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan
Pseudomonas.
Jenis kokus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan entercoccus
dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki
usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila
ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen
melalui ginjal. Demikian juga Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih
melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi
Salmonella pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalur hematogen
ialah Brusella, Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium tuberculosae.
Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11
dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sisititis hemoragik dapat juga disebabkan
oleh Schistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Candida merupakan
jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM
atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spektrum luas. Candida yang paling sering
ialah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran
kemih secara hematogen
Penyebab lain yang dapat terjadi adalah :
1. Bakteri (Eschericia coli)
2. Jamur dan virus
3. Infeksi ginjal
4. Prostat hipertropi (urine sisa)
5. Dapat berasal dari organisme pd faeces yang naik dari perineum uretra
dan kandung kemih, serta menempel pd permukaan mucosa.
6. pengosongan kandung kemih yang tdk lengkap
7. Gangguan status metabolis (diabetes)
8. Refluks uretrovesikel ® refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dlm
kandung kemih.
9. Refluks uretrovesikel ®dpt disebabkan o/ disfungsi leher kandung kemih
uretra.
Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel ® aliran balik urin dari kandung
kemih ke dlm kedua ureter.
10. Kontaminasi fekal
11. Hubungan seksual ® berperan masuknya organisme dari perineum kedlm
kandung kemih
12. Pemasangan alat kedlm traktus urinarius
13. statis urine
C. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:
o masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
o Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada
pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-
lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan
hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
- Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
3. Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
- Demam
- Menggigil
- Disuria
4. Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut,
tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
E. Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
2. Gagal ginjal
A. Pengkajian
v Aktivitas/Istirahat
ü Gejala : sukar tidur
ü Tanda : palpebra hitam,
v Eliminasi
ü Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya , peningkatan frekuensi, poliuria, oliguria, Disuria,
ragu-ragu, dan retensi Abdomen kembung
ü Tanda : Perubahan warna urine
v Makanan/Cairan
ü Gejala : Peningkatan BB (edema), penurunan BB, (dehidrasi)
ü Tanda : Edema bagian pelvis
v Nyeri/Kenyamanan
ü Gejala : Nyeri, hipertermi
ü Tanda : Gelisah
v Neurosensori
ü Gejala : Keram otot/kejang
B. Diagnosa
1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan sruktur traktus urinarius lain
2. Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi ( dysuria )
3. Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya aktivasi sistem RAS
5. Ansietas berhubungan dengan stress psikologis
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di ruma
C. Intervensi
NO Diagnosa Intervensi Rasional
1. Nyeri dan Pantau haluaran urine untuk mengidentifikasi
ketidaknyamanan terhadap perubahan indikasi kemajuan atau
berhubungan dengan warna, baud an pola penyimpangan dari hasil
inflamasi dan infeksi berkemih, masukan yang diharapkan membantu
uretra, kandung kemih dan haluaran setiap 8 mengevaluasi tempat
dan sruktur traktus jam dan pantau hasil obstruksi dan penyebab nyeri
urinarius lain urinalisis ulang meningkatkan relaksasi,
Tujuan : Catat lokasi, lamanya menurunkan tegangan otot.
Setelah dilakukan intensitas skala (1-10) membantu mengarahkan
tindakan keperawatan penyebaran nyeri. kembali perhatian dan untuk
selama 3x 24 jam Berikan tindakan relaksasi otot.
pasien merasa nyaman, seprti pijatan untuk mencegah kontaminasi
nyaman dan nyerinya punggung, lingkungan uretra
berkurang. istirahat Kateter memberikan jalan
Bantu atau dorong bakteri untuk memasuki
Kriteria Hasil : penggunaan nafas kandung kemih dan naik ke
1Pasien mengatakan / berfokus saluran perkemihan
tidak ada keluhan Temuan- temuan ini dapat
nyeri pada saat memeberi tanda kerusakan
berkemih. Berikan perawatan jaringan lanjut dan perlu
2.Kandung kemih tidak perineal pemeriksaan luas analgesic
tegang Jika dipaang kateter memblok lintasan nyeri
3.Pasien nampak tenang indwelling, berikan sehingga mengurangi nyeri
4. Ekspresi wajah perawatan kateter 2
tenang nkali per hari. akibat dari haluaran urin
Kolaborasi memudahkan berkemih
Konsul dokter bila: sering dan membentu
sebelumnya kuning membilas saluran berkemih
gading-urine kuning,
jingga gelap, berkabut
atau keruh. Pla berkemih
berubah, sring berkemih
dengan jumlah sedikit,
perasaan ingin kencing,
menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap
atau bertambah sakit
Berikan analgesic sesuia
kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya
Berikan antibiotic. Buat
berbagai variasi sediaan
minum, termasuk air
segar . Pemberian air
sampai 2400 ml/hari
DAFTAR PUSTAKA
Aplikasi asuhan keperawatan : Berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc, edisi revisi
jilid 2,2015
http://rhirinmw.blogspot.com/2012/02/askep-infeksi-saluran-kemih.html
Ruang :x
No RM : xxxxxx
a. Identitas
Nama : Nn.X
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Agama : Kristen protestan
Status : Belum menikah
Alamat : Tawiri
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : belum bekerja
Penanggung jawab : Ny.X
Hubungan : orang tua
Alamat : Tawiri
b. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
(a) Keluhan utama masuk RS : nyeri
(b) Keluhan yang menyertai : pusing
(c) Keluhan utama saat pengkajian: nyeri
(d) Keluhan yang menyertai : pusing
(e) Riwayat Keluhan Utama
(a) Faktor pencetus : adanya infeksi saluran kemih
(b) Sifat keluhan : sedang (6) seperti tertusuk-tusuk
(c) Waktu timbul keluhan : ± 3 menit
(d) Hal yang meringankan : saat beristirahat
(e) Hal yang memberatkan : saat beraktivitas
(4) Genogram :
X X
X X
H&S H&S
H&S H&S H&S H&S H& H&
H&S
S S
H&S H&S H&S
24
thn
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Pasien
X : Meninggal
H&S : Hidup dan Sehat
: Tinggal Serumah
- Suhu : 36 ºc
(d) Antropometri
- TB : 148 cm cm
- BB SMRS : 72 kg Kg
- BB MRS : 72 kgKg
(e) B1 Pernapasan (Breath)
- Bentuk dada : simetris Barrel Chest
- Pergerakan : normal
- Otot bantu nafas tambahan : tidak ada
- Irama nafas : reguler
- Pola nafas : normal C
- Suara nafas : vesikuler
- Suara nafas tambahan : tidak ada
- Sesak nafas : tidak ada
- Batuk : tidak ada
- Sputum : tidak ada
- Sianosis : tidak ada
- Masalah keperawatan : tidak ada
Lidah
Kebersihan : baik
Afasia : tidak ada
- Masalah keperawatan : tidak ada
(h) B4 Perkemihan (Bladder)
- Eksresi : pasien sering kencing tapi sedikit
- Nyeri tekan : ada, saat berkemih
- Alat bantu : tidak ada
- Gangguan : nyeri saat berkemih
- Masalah keperawatan : nyeri dan gangguan eliminasi urine
(i) B5 Pencernaan (Bowel)
- Mulut
Membran mukosa : lembab
Gigi/gigi palsu : bersih dan tidak menggunakan gigi palsuT
- Abdomen bentuk perut
Kelainan abdomen : tidak ada
Nyeri abdomen : tidak ada
- Masalah keperawatan : tidak ada
(j) B6 Muskuluskeletal dan Integumen (Bone)
- Rambut dan kulit kepala
Warna kulit : normal
Kuku : normal
Turgor kulit : baik
- ROM :5 5
5 5
- Kekuatan otot : baik
- Deformitas : tidak ada
- Fraktur : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
- Masalah keperawatan : tidak ada
(k) Endokrin
- Pembesaran KGB : tidak ada
- Hiperglikemia : tidak ada
- Hipoglikemia : tidak ada
- DM : tidak ada
- Masalah keperawatan : tidak ada
(l) Seksual reproduksi : baik
- Keluhan
2. Pola minum
Air putih, teh gula Air putih
- Jenis minuman ±4-6 gls/hari ±4 gls/hari
800 cc-1200 cc
- Jumlah minuman Tidak ada 800 cc
- Keluhan
3. BAB
- Frekuensi 1x/hari 2x/hari
- Warna Coklat Coklat
- Konsistensi Lembek Lembek
4. BAK :
- Frekuensi ±4-5x/hari ±6-8x/hari
- Warna Kuning Kuning kecoklat
- Keluhan Tidak ada Rasa sakit saat berkemih
6. Personal Hygiene
- Mandi 2 x/hari 1x/hari
- Gosok gigi 2 x/hari 1x/hari
- Keramas 2hari/1x Tidak ada
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
Keterangan
Skor : 1 : Mandiri
2 : Alat bantu
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Masalah keperawatan : tidak ada
(11) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: pemeriksaan urine
Tanggal pemeriksaan : 12 Oktober 2020
Kejernihan Jernih
Protein Negatif
Reduksi Negatif
Bilirubin Negatif
Urobilin Negatif
Epitel Postitif
Kristal Negatif
Cylinder Negatif
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 2X1amp/ IV
Ranitidine 2X1amp/ IV
Ketorolac 3x1amp/ IV
Ciprofloxaxin 2x1tab
2. Klasifikasi Data
a) Data Subjektif : pasien mengatkan
- Nyeri perut kanan bawah menyebar sampai ke pinggang
- Nyeri saat berkemih
- Sering kencing tapi sedikit
- Q: tertusuk-tusuk
- R: perut kanan bawah menjalar kepinggang
- S: sedang (6)
- T: ±3 menit
b) Data Objektif :
- Wajah tampak meringis
- Sering BAK
- Hasil lab:
Eritrosit: 3-5
Leokosit:8-10
Epitel: positif
b. DO :
- Wajah tampak meringis
c. DO:
- Sering BAK
- Hasil lab:
Eritrosit: 3-5
Leokosit:8-10
Epitel: positif
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi 1. Memberikan
pencedera fisiologis 1x24 jam diharpkan masalah nyeri teratasi dengan dan intensitas informasi untuk
(inflamasi), yang kriteria hasil: 2. Beri posisi yang nyaman keefektifan intervensi
ditandai dengan untuk mengurangi nyeri dan mengetahui
- Nyeri perut kanan bawah menjalar sampai ke
3. Berikan tekhnik relaksasi seberapa jauh nyeri
DS: pasien mengatkan pinggang berkurang
pda pasie. yang dialami
- Nyeri saat berkemih berkurang
- Nyeri perut kanan 4. Kolaborasi dengan tim 2. Untuk mengatasi rasa
- Wajah tampak tenang
bawah menyebar dokter dalam pemberian nyeri
- Skala nyeri ringan (3)
sampai ke terapi analgetik 3. Meningkatkan
pinggang relaksasi otot dan
- Nyeri saat mengatasi nyeri
berkemih 4. Untuk
- Q: tertusuk-tusuk menghilangkan rasa
- R: perut kanan nyeri
bawah menjalar
kepinggang
- S: sedang (6)
- T: ±3 menit
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Lakukan penilaian kemih 1. Untuk mengetahui
urine b/d infeksi 1x24 jam, diharapkan perubahan pola eliminasi yang komperhensif masalah saat
kandung kemih, yang membaik dengan criteria hasil: (masalah berkemih) berkemih
ditandai dengan 2. Membantu toileting secara 2. Memudahkan pasien
- Kencing seperti biasanya
DS: pasien mengatakan berkala untuk pergi ke toilet
- Hasil LAB dalam batas normal
- Sering kencing 3. Menganjurkan pasien 3. Untuk mengetahui
tapi sedikit minum air hasil lab dalam batas
DO: 4. Pantau hasil LAB urine normal atau tidak
- Sering BAK
- Hasil lab:
Eritrosit: 3-5
Leokosit:8-10
Epitel: positif
IMPLEMENTASI
No. Dx
Tanggal/Waktu Implementasi Evaluasi
Kep
1. Selasa, 13 1. Mengkaji nyeri,lokasi dan Pukul : 12.30 WIT
Oktober 2020/ intensitas S: pasien mengatakan
Jam 11.00 WIT Hasil : - Nyeri perut kanan
- Nyeri perut kanan bawah bawah menjalar sampai
menjalar sampai ke ke pinggang berkurang
pinggang berkurang - Nyeri saat berkemih
- Nyeri saat berkemih berkurang
berkurang O:
- Wajah tampak tenang - Ekspresi wajah tenang
- Skala nyeri ringan (3) - Pasien tampak rileks
Pukul 11.05 WIT - Skala nyeri ringan (3)
2. Mengatur posisi yang A: Masalah sebagia teratasi
nyaman bagi pasien dengan
posisi terlentang P: intervensi 1,3,4
Hasil : dilanjutkan
- pasien mangatakan rasa
nyaman
- nyeri berkurang
Pukul :11.10 WIT
3. Membantu pasien
melakukan tehnik
relaksasi,melakukan latihan
napas dalam
Hasil :
- pasien mau melakukannya
- pasien tampak rileks
Pukul :11.15 WIT
4. Memberikan terapi
analgetik
Hasil:
- Ketorolac 3x1 amp/IV
Epitel: positif