Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian
keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu,
beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih
proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
laki diatas usia 60 tahun.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
f. Pentalaksanaan
Menurut Marlene. 2016
1. Pencegahan
a. Hindari dehidrasi : ajurkan asupan harian (recommended daily
allowance,RDA) cairan pada dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari.
b. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga
rekreasional)
c. Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada saluran keluar
kandung kemih.
d. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pascamenopause penderita
pengosongan kandung kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan.
e. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan berkemih
setelah senggama.
f. Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi
imun atau pasien dengan retensi urien, atau disfungsi berkemih.
g. Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami
disfungsi berkemih dengan program penatalaksanaan alternatif seperti
pelatihan kandung kemih, farmakoterapi untuk inkontinensia urien,
kateterisasi intermiten dan/ atau berkemih terjadwal.
2. Infeksi saluran kemih akut
a. Penatalaksanaan empiris cukup memadai untuk infeksi yang pertama pada
wanita muda yang tidak sehat ; mulai penatalaksanaan empiris sebelum
diperoleh hasil kultur dan sensitivitas untuk infeksi saluran kemih febris atau
komplikata
b. Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila
pielonefritis disertai dengan mual dan muntah yang bermakna atau urosepsis.
c. Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas ( bila anda indikasi),
frekuensi pemberian , risiko vaginitis, biaya yang ditanggung pasien, dan
risiko peningkatan resistensi bakteri ( tabel 14-1).
d. Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik ; tangani infeksi non
komplikata selama 3 hari, infeksi komplikasi selama 7 hari, dan ISK febris
selama 14 hari.
e. Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem Perkemihan
(pyridium tersedia sebagai obat yang dijual bebas) atau obat kombinasi,
seperti Urised.
f. Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem antijamur pada wanita
dengan riwayat vaginitis saat mendapatkan terapi antibiotika, kecuali bila
diberikan nitrofurantoin.
g. Dorong asupan cairan yang memadai; hindari iritan kandung kemih.
g. Klasifikasi Obat
1. Turunan Quinolon
Turunan kuinolon adalah obat antiinfeksi yang relatif baru sebagai pengembangan
asam nalidiksat, suatu turunan 4-kuinolon yang efektif terhadap bakteri Gram-negatif
dan digunakan untuk antiinfeksi saluran seni. Pengembangan struktur dilakukan untuk
meningkatkan aktivitas dan memperluas spektrum antibakteri. Modifikasi struktur
pada umumnya dilakukan dengan memasukkan gugus fluorin pada inti dasar (C-6) dan
mengalami gugus metil pada C-7 dengan gugus piperidin.
2. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja turunan kuinolon adalah dengan menghambat secara selektif sintesis
ADN bakteri dengan memblok enzim ADN-girase, suatu tipe II topoisomerase. ADN-
girase adalah enzim yang unik dan berfungsi untuk memelihara kromosom pada
keadaan supercoiled dan memperbaiki single strand ADN yang pecah selama proses
replikasi ADN bakteri. Mamalia tidak mengandung enzim tersebut sehingga turunan
kuinolon dapat bekerja secara selektif menghambat sintesis ADN bakteri tanpa
mempengaruhi ADN mamalia.
Turunan kuinolon berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu:
o Turunan naftiridin, contoh : asam nalidiksat
o Turunan sinolin, contoh : sinoksasin.
o Turunan piridopirimidin, contoh: asam pipemidat dan asam piromidat.
o Turunan kuinolon, contoh : asam oksolinat, norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin,
dan pefloksasin
3. Ciprofloxacin
Sumber : www.drugbank.com
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang termasuk dalam golongan fluorokuinolon yang
merupakan generasi ke 2. Obat ini bekerja melakukan penghambatan terhadap dua
jenis enzim topoisomerase yaitu enzim DNA gyrase dan enzim topoisomerase IV. Kedua
enzim tersebut berperan dalam pembentukan DNA sel bakteri. Dengan mekanisme
kerja tersebut ciprofloxacin dapat membunuh bakteri sehingga obat ini digolongkan
sebagai bakterisidal. Obat ini merupakan antibiotik broad spectrum (spektrum luas)
yang aktif mematikan bakteri gram negatif maupun gram positif.
Indikasi
Fungsi obat ciprofloxacin adalah untuk pengobatan beberapa penyakit berikut:
Infeksi pada saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih dan
gonore akut (raja singa) Infeksi pada kulit. jaringan lunak, tulang dan sendi serta
osteomilitis akut. Mengobati penyakit tipes.
Dosis
Infeksi ringan / sedang saluran kemih : 2 x 250 mg sehari
Infeksi berat sluran kemih : 2 x 500 mg sehari
Lama pengobatan tergantung beratnya infeksi, kemajuan klinis dan bakteriologis. Untuk
infeksi akut lama pengobatan biasanya 5 – 10 hari. Pada umumnya pengobatan harus
diteruskan sampai minimal 3 hari setelah gejala klinis hilang.
Kontraindikasi
Obat ciprofloxacin merupakan kontraindikasi pada keadan berikut : Penderita yang
mempunyai riwayat alergi terhadap ciprofloxacin dan golongan quinolon lain Penderita
yang mempunyai riwayat epilepsi atau gangguan kejang lainnya. Penderita yang
mempunyai riwayat ruptur tendon Penderita yang merupakan wanita hamil dan ibu
menyusui.
Interaksi Obat
Obat- obat yang mempengaruhi keasaman lambung ( antasida ) yang mengandung
aluminium atau magnesium hidroksida akan mengurangi absorbsi Siprofloksasin.
Karena itu Siprofloksasin harus ditelan 1-2 jam sebelum atau minimal 4 jam
sesudah minum antasida.
Pemberian Siprofloksasin bersama Teofilin dapat meningkatkan kadar Teofilin
dalam plasma darah sehingga dapat menimbulkan efek samping dari Teofilin.
Apabila kombinasi ini tidak dapat dihindarkan, maka kadar teofilin dalam plasma
dan dosis teofilin harus dikurangi.
Kenaikan kadar kreatinin serum untuk sementara dapat terlihat pada pemberian
Siprofloksasin Bersama siklosporin.
Harus dipertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi pada pemberian
Bersama probenesid.
Pemberian Siprofloksasin Bersama antikoagulan oral dapat memperpanjang waktu
pendarahan.
Pemberian Bersama metoklorpamid mempercepat absorpsi Siprofloksasin.