Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GAWAR DARURAT MEDIK

SYOK ANAFILATIK

DISUSUN OLEH :

ALDA TITANIA (P07220216002)


AMATULLAH DINAH D (P07220216003)
DWIKI ISTANTO (P07220216012)
M FARIZ N (P07220216026)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakan ini
dan memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Samarinda, 20 Juli 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................................. 1

A. Latar belakang………………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………2
C. Tujuan ..........................................................................................................................2
D. Manfaat……………………………………………………………………………… 2

Bab II Teori Asuhan Keperawatan .......................................................................................3

A. Pengertian ………..……………................. ………...................................................3


B. Etiologi……………………........................ ……….....................................................3
C. Patofisiologi.................................................................................................................. 6
D. Tanda dan Gejala…………………………………………………………………….7
E. Pemeriksaan Diagnostik……………………………….. …………………………..8
F. Komplikasi…………………………………………...................................................9
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………………….9
H. Algoritme penanganan……………………………………………………………11

Bab III Asuhan Keperawatan ..............................................................................................12

A. WOC ........................................................................................................................... 12
B. Pengkajian…………………………………………………………………………..13
C. Dx Keperawatan…………………………………………………………………….15
D. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………16

Bab IV Penutup……………………………………………………………………………..20

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….20
B. Saran…………………………………………………………………………………20

Daftar pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan, obat-obatan, gigitan serangga, maupun kondisi ekstrem


dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas. Hipersensitifitas merupakan
respon imun yang berlebihan sehingga dapat merusak jaringan tubuh.
Reaksi ini berdasarkan Gell dan Coombs dibagi menjadi reaksi tipe 1 atau
tipe cepat yaitu reaksi yang muncul segera setelah terpajan alergen, reaksi
tipe 2 atau reaski sitotoksik yang terjadi karena pembentukan IgG dan IgM
sehingga dapat mengaktifkan komplemen dan mengakibatkan lisis, reaksi
tipe 3 atau reaksi kompleks imun yang terjadi akibat pembentukan
kompleks antigen antibodi, dan reaksi tipe 4 atau reaksi hipersensitivitas
lambat yang timbul > 24 jam setelah terpajan antigen.
Anafilaksis secara jelas diperkenalkan pada tahun 1901 oleh Charles
Richet dan Paul Portier. Reaksi anafilaksis merupakan reaksi
hipersensitifitas tipe cepat yang melibatkan lebih dari satu sistem organ.
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang dapat menyebabkan kematian. Di
amerika serikat, setiap tahunnya diperkirakan terdapat 150 kematian akibat
reaksi alergi terhadap makanan. Sedangkan 400-800 kematian setiap
tahunnya karena alergi terhadap antbiotik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Eka Imbawan,dkk. di RSUP Sanglah pada tahun 2007-
2010, baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk
mengalami reaksi anafilaksis, dan reaksi terbanyak disebabkan oleh obat
sebesar 63,9%.
Pada pelayanan kesahatan, anafilaksis tidak dipertimbangkan sebagai
penyebab kematian. Kematian akibat anafilaksis sering tidak terdiagnosis
karena tidak adanya riwayat yang mendetail dari saksi mata, pemeriksaan
laboratorium yang sedikit, dan pemeriksaan post mortem yang tidak
spesifik. Reaksi anafilaktik dapat terjadi dimana saja, di tempat praktek, di
meja operasi, bahkan di rumah pasien sendiri sehingga edukasi kepada
pasien dan keluarga merupakan salah satu upaya preventif dalam kasus ini.

1
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kunjungan ke rumah
pasien.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian syok anafilatik ?
2. Etiologi syok anafilatik ?
3. Patofisiologi syok anafilatik ?
4. Tanda dan gejala syok anafilatik ?
5. Pemeriksaan diagnostic syok anafilatik ?
6. Komplikasi syok anafilatik ?
7. Penatalaksanaan syok anafilatik ?
8. Algoritme syok anafilatik ?
9. Seperti apa asuhan keperawatan syok anafilatik ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yakni :

1. Untuk mengetahui Pengertian syok anafilatik


2. Untuk mengetahui Etiologi syok anafilatik
3. Untuk mengetahui Patofisiologi syok anafilatik
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala syok anafilatik
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostic syok anafilatik
6. Untuk mengetahui Komplikasi syok anafilatik
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan syok anafilatik
8. Untuk mengetahui Algoritme syok anafilatik
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan syok anafilatik

D. Manfaat
Agar mahasiswa paham dan dapat memperdalam ilmu tentang syok anafilatik
serta tau tindakan yang harus dilakukan.

2
BAB II

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian
Shock anafilaksis merupakan  jenis syok distributif adalah hasil dari
reaksi hipersensitivitas segera. Ini adalah peristiwa hidup yang mengancam
yang memerlukan intervensi secepatnya. Respon antibodi antigen yang parah
menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi respon syok umum.
(critical care nursing, 986)
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai
oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah
jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat.

B. Etiologi
Syok anafilaktik disebabkan oleh respon antigen antibodi. Hampir semua
zat apapun dapat menyebabkan reaksi hypersensivitas. Zat ini, dikenal
sebagai antigen, dapat diperkenalkan dengan injeksi atau konsumsi atau
melalui kulit atau saluran pernapasan. Sejumlah antigen telah diidentifikasi
yang dapat menyebabkan seseorang mengalami rekasi hipersensitivitas.
Daftar ini termasuk makanan, makanan aditif, agen diagnostik, agen
biologis, agen lingkungan, obat-obatan, dan racun. Dalam lingkungan rumah
sakit latexs merupakan suatu antigen yang sangat bermasalah bagi pasien dan
penyedia layanan kesehatan.
Faktor etiologi syok anafilaktik:

Pencetus Terjadinya Reaksi Anafilaksis


Obat-obatan antibiotic Penisilin
Sefaloporin
Streptomisin
Tetrasiklin
Ciprofloxacin

3
Amphotericin B
Nitrofurantoin
Vankomisin
Enzim Tripsin
Chymotripsin
L-Asparaginase
Penicillinase
As-paraginase
Chymotrypsin
Penicillinase
Streptokinase.
Toxin ATS
ADS
SABU
Ekstrak allergen untuk uji kulit dextran
Bahan yang digunakan Zat radioopac
untuk prosedur diagnose Bromsulfalein
Benzilpenisiloipolilisin
Sodium dehydrocholate
Sulfobromophthalein
Bahan yang dihasilkan Bisa ular
hewan atau serangga Bisa lebah
Racun serangga
Lobster
Udang
Kepiting
Semut api
Makanan Kacang-kacangan (kenari, mete, pistachio)
Ikan (tuna, salmon, cod)
Molusca (kerang, udang, lobster)
Putih telur
Susu
Buah Rambutan
Nanas

4
Semangka
Anastesi Lidocain
Procain
Darah lengkap atau produk Gamaglobulin
darah Kriopresipitat
Hormone Insulin
 ACTH (adrenocorticotrophic hormone)
TSH (thyroid-stimulating hormone)
ADH (antidiuretic hormone, vasopressin)
Paratiroid (parathormone).
Lain-lain Seminal fluid (air mani)
Latex
Karet
Logam emas

Reaksi anafilaksis dapat diperantarai oleh IgE mediasi atau non


IgE tanpa tanggapan dimediasi. IgE adalah suatu antibodi yang dibentuk
sebagai bagian dari respon kekebalan imun. Waktu antigen memasuki
tubuh, sebuah antibodi IgE, khususnya untuk antigen akan terbentuk.
Antigen antibodi IgE spesifik ini kemudian disimpan dengan melekat pada
sel mast dan basofil. Kontak awal dari antigen ini dikenal sebagai respon
imun primer. Kemudian antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi IgE
bereaksi dengan itu, dan respon imun sekunder terjadi. Reaksi ini memicu
pelepasan mediator biokimia dari sel mast dan basofil dan memulai
kaskade kejadian yang endapan syok anafilaksis.
Beberapa reaksi anafilaksis merupakan respon non dimediasi IgE
bahwa  terjadi tanpa aktivasi antibodi IgE. Respon ini terjadi sebagai
akibat dari aktivasi langsung dari sel mast untuk melepaskan mediator
biokimia. Aktivasi lansung sel mast dapat dipicu oleh mediator humoral,
seperti sistem komplemen dan sistem koagulasi fibrinolitik. Mediator
biokimia dapat dilepaskan sebagai respon langsung atau tidak langsung
terhadap banyak obat. Jenis reaksi ini, sebelumnya dikenal sebagai reaksi
anafilaksis, diproduksi pada orang yang sebelumnya tidak peka, dan dapat
terjadi pada paparan pertama terhadap antigen.

5
C. Patofisiologi

Respon antigen antibodi langsung memicu hasil sel mast dalam


pelepasan mediator biokimia. Mediator ini termasuk histamin, faktor
chemotactic eosinofil dari anafilaksis, neutrofil faktor chemotactic
anafilaksis, faktor mengaktifkan trombosit, proteinase, heparin, serotonin,
leukotrien, dan prostaglandin.
Pengaktifan mediator biokimia menyebabkan vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas kapiler, edema laring, bronchoconstiction,
reaksi kulit, dan konstriksi otot polos di dinding usus, kandung kemih, dan
rahim. Vasokonstriksi koroner menyebabkan depresi miokard berat.
Reaksi kulit menimbulkan stimulasi ujung saraf, diikuti oleh gatal dan
nyeri.
ECF-A mempromosikan kemotaksis eosinofil, memfasilitasi
pergerakan eosinofil ke daerah itu. Selama reaksi alergi, eosinofil
phagocytose kompleks antibodi antigen dan puing-puing Ather inflamasi
dan enzim yang menghambat pelepasan mediator vasoaktif, seperti
bradikinin dan plasmin diproduksi yang meningkatkan atau menghambat
mediator biokimia sudah dirilis. Vasodilatasi perifer menyebabkan
hipovolemia relatif menurun dan kembali vena. Peningkatan hasil
permeabilitas membran capirally hilangnya volume intravaskular,
memperburuk keadaan hpovolemic. Penurunan hasil vena kembali dalam
volume akhir diastolik menurun dan SV. Penurunan SV CO menyebabkan
terlalu menurun dan perfusi jaringan tidak efektif. Kematian dapat terjadi
akibat obstruksi jalan napas atau runtuh cardiovasculas, atau keduanya.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari anafilaksis dapat berupa:
1. Kulit, subkutan, mukosa (80-90% kasus)
Kemerahan, gatal, urtikaria, angioedema, pilor erection Gatal di
periorbital, eritema dan edema, eritema konjunctiva, mata berair

6
Gatal pada bibir, lidah, palatum, kanalis auditori eksternus,
bengkak di bibir, lidah, dan uvula. Gatal di genital, telapak tangan
dan kaki.
2. Respirasi (70%)
Gatal di hidung, bersin-bersin, kongesti, rinorea, pilek Gatal pada
tenggorokan, disfonia, suara serak, stridor, batuk kering.dry
staccato cough Peningkatan laju nafas, susah bernafas, dada terasa
terikat, wheezing, sianosis, gagal nafas.
3. Gastrointestinal (45%)
Nyeri abdomen, mual, muntah, diare, disfagia.
4. Sistem kardiovaskuler (45%)
Nyeri dada, takikardia, bradikardia (jarang), palpitasi, hipotensi,
merasa ingin jatuh, henti jantung. 5 Manifestasi primer pada
jantung tampak dari perubahan EKG yaitu Tmendatar, aritmia
supraventrikular, AV block.
5. Sistem saraf pusat (15%)
Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit kepala,
perubahan status mental, kebingungan.

6. Lain-lain
Metallic taste di mulut, kram dan pendarahan karena kontraksi
uterus.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk membantu menegakkan diagnosis maka American Academy of
Allergy, Asthma and Immunology telah membuat suatu kriteria
Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit
(beberapa menit hingga beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan
mukosa atau kedua- duanya (misalnya bintik-bintik kemerahan pada
seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir, lidah, uvula),
dan salah satu dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas,
bronkospasme, stridor, wheezing, penurunan PEF, hipoksemia) dan

7
penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi
organ sasaran (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia).
Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara
mendadak setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut
(beberapa menit hingga beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa
kulit; respiratory compromise; penurunan tekanan darah atau gejala yang
berkaitan; dan gejala gastrointestinal yang persisten.
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah
terpapar pada alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam
(syok anafilaktik). Pada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang
rendah (spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%.
Sementara pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang dari 90
mmHg atau penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari tekanan darah
awal.

F. Komplikasi
1. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
2. Bronkospasme persisten.
3. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
4. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
5. Kerusakan otak permanen akibat syok.
6. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan

G. Penatalaksanaan
1. Awal penyakit akut ( menit untuk beberapa jam ) dengan keterlibatan
kulit atau mucosal jaringan , atau kedua ( gatal gatal umum pruritus
atau pembilasan, bengkak bibir , lidah dan uvula ) dan setidaknya satu
dari berikut :
a. Pernapasan ( dyspnea , wheeze ( bronchospasm ) , stridor ,
mengurangi aliran ekspirasi puncak , hypoxemia )
b. Mengurangi darah preasure atau terkait gejala akhir organ
disfungsi (hypotonia ( runtuh ) , sinkop , inkontinensia )

8
2. Dua atau lebih dari berikut yang terjadi dengan cepat setelah expourse
untuk kemungkinan untuk pasien yang alergi ( menit untuk beberapa
jam )
a. Keterlibatan kulit mucosal bibir , lidah dan uvula
b. Kompromi pernapasan ( dyspnea , wheeze ( bronchospasm ) ,
stidor , mengurangi aliran ekspirasi puncak , hypoxemia )
c. Mengurangi tekanan darah atau terkait gejala akhir organ disfungsi
(hypotonia ( runtuh ) , sinkop , inkontinensia )
d. Gejala pencernaan ( crampy sakit perut , muntah )

3. Setelah pemaparan untuk mengurangi tekanan darah untuk pasien


yang alergi yang tahu ( menit menjelang pertandingan usai untuk
beberapa jam ) :
a. Bayi dan anak anak : tekanan darah sistolik yang rendah ( usia
tertentu ) atau lebih dari 30 % penurunan tekanan darah sistolik
b. Orang dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmhg atau
lebih besar dari 30 % untuk mengurangi biaya seseorang.

9
H. Algoritma Penanganan

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. WOC
B. Pengkajian

11
1. Pemeriksaan Fisik

1) Status respirasi
Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian
menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi
menjelek)
2) Fungsi metabolik
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok
septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui).
Alkalosis respirasi akibat takipnea
3) Keseimbangan asam basa
Pada awal syok pO2 dan pCO2  menurun (penurunan pCO2  karena
takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru)
4) Kulit
a) Suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia)
b) Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)
c) Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
5) Status jantung
Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
Tekanan darah
Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada
penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi
pada awal syok septik)
6) Status mental
Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi
menurun, spoor sampai koma

2. Pemeriksaan penunjang

12
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Hematologi : darah (Hb, hematokrit, leukosit, golongan darah), kadar
elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Hitung  sel 
meningkat, Hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia naik/
normal / turun
3) Kimia : Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase meningkat
4) Analisa gas darah
5) Radiologi
6) X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus, plug.
7) EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia

13
a. Pengelompokan data
1) Data subjektif :
a) Klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas
b) Klien mengatakan dirinya sangat lemas
c) Klien mengeluh mual dan muntah
d) Klien mengatakan cemas dan gelisah
e) Klien mengatakan gatal – gatal pada kulit dan hidung
2) Data objektif :
a) Klien tampak sesak, tampak bernafas dengan mulut, tampak
pembengkakan pada mukosa hidung,tampak penggunaan otot
bantu nafas, pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen
b) Tampak bengkak di sekitar tubuh dan hidung klien
c) Klien tampak pucat, akral dingin, gambaran EKG gelombang T
mendatar dan terbalik
d) Tanda – tanda vital terutama tekanan darah menurun
e) Klien tampak lemah
f) Klien tampak cemas
g) Klien tampak menggaruk – garuk badannya, tampak adanya
pruritus (ada hives) urtikaria

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolu
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
dan vasodilatas.
3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kapasitas vaskuleR
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi
histamine dan bradikinin oleh sel mast

14
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari / Intervensi Keperawatan


No
tangga
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
l
1 Setelah dilakukan tindakan 1.    Pastikan tidak 1.   Menurunkan
keperawatan selama … x 24 terdapat benda atau resiko aspirasi /
jam di harapkan pasien zat tertentu atau gigi masuknya suatu
mampu mempertahankan palsu pada mulut benda asing ke
pola pernapasan efektif pasien faring
dengan kriteria hasil : 2.   Atur posisi klien : 2.   Meningkatkan
-      Klien tidak Letakkan pasien aliran sekret,
mengeluh sesak pada posisi sim, mencegah lidah
-      Bernafas spontan permukaan datar dan jatuh &
tanpa bantuan O2 miringkan kepala menyumbat jalan
-      Tidak ada pasien nafas
penggunaan otot 3.   Lakukan 3.   Menurunkan
bantu nafas dan penghisapan sesuai resiko aspirasi
cuping hidung indikasi atau asfiksia
-      RR normal 16-20
x/menit 4.   Kolaborasi : 4.   Kolaborasi :
Berikan tambahan Untuk
O2 atau ventilasi menurunkan
manual sesuai hipoksia cerebral
kebutuhan
2 Setelah dilakukan tindakan 1.   Kaji perubahan tiba- 1.      Perfusi serebral
keperawatan selama … x 24 tiba atau gangguan secara langsung
jam diharapkan dapat berhubungan
mental kontinu
memperbaiki perfusi dengan curah
jaringan dengan kriteria (cemas, gelisah, jantung. 
hasil : bingung, letargi,
-          Kulit pasien hangat
pingsan)
-          Tanda vital dalam
batas normal 2.   Kaji warna kulit 2.   Penurunan curah
-          Pasien sadar atau apakah pucat, jantung
berorientasi

15
sianosis, belang, dibuktikan oleh
catat kekuatan nadi penurunan perfusi
perifer kulit dan
penurunan nadi
3 Setelah dilakukan tindakan 1.   Kaji tanda-tanda 1. Indikator dari
keperawatan selama … x 24 vital volume cairan
jam diharapkan kebutuhan sirkulasi
cairan tubuh pasien dapat
terpenuhi dengan kriteria 2.   Kaji peningkatan 2.   Meningkatkan
hasil : suhu dan durasi kebutuhan
-       Klien tampak segar demam, berikan metabolisme dan
-       Volume cairan klien kompres hangat diforesis yang
dapat terpenuhi sesuai indikasi, berlebihan
-      pertahankan pakaian dihubungkan
tetap kering, dengan demam
pertahankan dalam
kenyamanan suhu meningkatkan
lingkungan kehilangan cairan
yang berlebihan
3.   Ukur haluan urine 3.   Peningkatan berat
dan berat jenis urine jenis urine atau
penuruna
haluaran urine
menunjukan
perubaha perfusi
ginjal atau
volume sirkulasi.
4.   Pantau pemasukan 4.   Memprtahankan
oral dan memasukan keseimbangan
cairan sedikitnya cairan,
2500 ml/hari mengurangi rasa
haus, dan
melembabkan

16
membran mukosa
5.   Kolaborasi dengan 5.   Untuk membantu
tim medis lainnya mengurangi
dalam pemberian demam dan
obat-obatan sesuai respon
indikasi, missal: metabolisme,
antipiretik (aceta menurunkan
minofen) cairan tak kasat
mata
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kulit setiap 1.   Untuk
keperawatan selama … x 24 hari. Catat warna mengetahui ada
jam diharapkan dapat kulit, turgor kulit, tidaknya
-      menunjukan sirkulasi dan sensasi perubahan kulit
kemajuan pada luka
atau penyembuhan 2.   Perthankan hygiene 2.   Mempertahankan
dengan kriteria kulit, misalnya kebersihan karena
hasil : membasuh dan kulit tiap kering
-       Klien tidak lagi kemudian dapat menjadi
menggaruk – garuk mengeringkan barier infeksi dan
badannya dengan hati-hati dan masase dapat
-       Klien merasa melakukan masase meningkatkan
nyaman dengan sirkulasi kulit dan
-       Klien dapat menggunakan lotion kenyamanan
mempertahankan atau cream 3.   Friksi kulit di
integritas kulitnya 3.   Pertahankan sebabkan oleh
kebersihan kain yang
- lingkungan pasien berkerut dan
seperti seprei bersih basah yang dapat
kering dan tidak menyebabkan
berkerut iritasi dan
potensial
terhadap infeksi
4.   Menurunkan

17
1. Sarankan pasien tekanan pada
untuk melakukan kulit dari istirahat
ambulasi beberapa lama di tempat
jam sekali jika tidur
memungkinkan
5.   Kuku yang
5.   Gunting kuku secara panjang atau
teratur kasar dapat
meningkatkan
kerusakan dermal
6.   Kolaborasi :
6.   Kolaborasi : Digunakan pada
Gunakn atau berikan perawatan lesi
obat-obatan atau kulit. Jika
sistemik sesuai digunakan salep
indikasi. multi dosis,
perawatn harus
dilakuakn untuk
menghindari
kontaminasi
silang

18
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Shock anafilaksis merupakan  jenis syok distributif adalah hasil


dari reaksi hipersensitivitas segera. Ini adalah peristiwa hidup yang
mengancam yang memerlukan intervensi secepatnya. Respon antibodi
antigen yang parah menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi
respon syok umum. Syok anafilaktik disebabkan oleh respon antigen
antibodi. Hampir semua zat apapun dapat menyebabkan reaksi
hypersensivitas. Faktor-faktor menyebabkan syok anafilaksi ialah makanan,
agen biologi, lingkungan dll. Bila tidak ditindak segera akan mengancam
nyawa atau kecacatan.

B. Saran

Setelah mendapatkan tanda dan gejala syok anafilakti untuk


segera penanganan atau pemberian tidakan agar tidak terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan. Setelah belajar ini, pengetahuan makin luas dan dapat
memberikan tindakan yang tepat.

19
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/document/333358110/Asuhan-Keperawatan-Syok-Anafilaktik

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0c884b36841e1c6b47c70365bf8a159
7.pdf

med.unhas.ac.id/farmakologi/wp-content/uploads/2014/10/syok-anafilaksis.docx

https://www.slideshare.net/syavinaalatas/referat-sa

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-content/uploads/2016/10/SYOK-ANAFILAKSIS-
2.pdf

Anda mungkin juga menyukai