Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini kami b u a t u n t u k m e m e n u h i t u g a s d a r i m a t a k u l i a h
P A T O F I S I O L O G I . A d a p u n m a t e r i d a r i m a k a l a h i n i m e n g e n a i Syok
Anafilaktik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah
m e n d u k u n g d a n memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun,
maka dengan senang hati kami menerima kritikan serta saran saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat
d i m a n f a a t k a n b a g i g e n e r a s i mendatang, khususnya mahasiswa/mahasiswi
D-III Akper watansoppeng. A k h i r k a t a , m e l a l u i k e s e m p a t a n i n i k a m i
p e n yu s u n m a k a l a h m e n g u c a p k a n b a n y a k terimakasih.

Watansoppeng, 6 Mei 2012

Penyusun

Page | 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.1

Daftar Isi..2

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang3
Tujuan penulisan makalah..3

Bab II Pembahasan

Pengertian syok anafilaktik..4


Etiologi syok anafilaktik..5
Patofisiologi dan Patogenesis syok anafilaktik.6
Manifestasi klinis syok anafilaktik..8
Penyebab utama syok anafilaktik.9
Tanda dan gejala syok anafilaktik..10
Diagnosis syok anafilaktik10
Pencegahan syok anafilaktik..13
Penanggulangan syok anafilaktik...13
Terapi syok anafilaktik.15

Bab III Penutup

Kesimpulan.16
Saran ..16

Daftar pustaka18

Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Insiden anafilaksis sangat bervariasi, di Amerika Serikat disebutkan b ahwa
angka kejadian anafilaksis berat antara 1 -3 kasus/10.000 penduduk, paling
banyak akibat penggunaan antibiotik golongan penisilin dengan kematian
terbanyak setelah 60 menit penggunaan obat.

Anafilaksis dapat terjadi pada semua ras di dunia. Beberapa su mber


menyebutkan bahwa anafilaksis lebih sering terjadi pada perempuan, terutama
perempuan dewasa muda dengan insiden lebih tinggi sekitar 35% dan mempunyai
risiko kira-kira 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki -laki. Berdasarkan
umur, anafilaksis lebih sering pada anak-anak dan dewasa muda, sedangkan pada
orang tua dan bayi anafilaksis jarang terjadi.

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak
lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi
degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi
hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem .

Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan


intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti leb ah
juga dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.

B. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui Pengertian Syok Anafilaktik


2. Mengetahui Etiologi Syok Anafilaktik
3. Mengetahui Patofisiologi dan Patogenesis Syok Anafilaktik
4. Mengetahui Manifestasi Klinik Syok Anafilaktik
5. Mengetahui Penyebab Utama Syok Anafilaktik
6. Mengetahui Tanda dan Gejala Syok Anafilaktik
7. Mengetahui Diagnosis Syok Anafilaktik
8. Mengetahui Diagnosis Banding Syok Anafilaktik
9. Mengetahui Pencegahan Syok Anafilaktik
10. Mengetahui Penanggulangan Syok An afilaktik
11. Mengetahui Terapi Syok Anafilaktik

Page | 3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syok Anafilaktik


Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan).
Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi
umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular,
respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang
didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok
anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah re aksi anafilaksis yang disertai hipotensi
dengan atau tanpa penurunan kesadaran.Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi
anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen -antibodi kompleks. Karena
kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilak sis.

Secara harfiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan
phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang
seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain
kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis). Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Richet dan Portier pada tahun 1902 untuk
menerangkan terjadinya renjatan yang disusul dengan kematian pada anjing yang
disuntik bisa anemon laut. Pada suntikan pertama tidak terjadi r eaksi, tetapi pada
suntikan berikutnya sesudah beberapa hari terjadi reaksi sistemik yang berakhir
dengan kematian.

Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai oleh


Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai den gan curah jantung
dan tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu
reaksi antigen-antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen yang sensitif
masuk dalam sirkulasi. Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis
dari anafilaksis yang merupakan syok distributif, ditandai oleh adanya hipotensi
yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai
kolaps pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan terjadinya kematian. Syok
anafilaktik merupakan kasus kegawatan, tetapi terlalu sempit untuk
menggambarkan anafilaksis secara keseluruhan, karena anafilaksis yang berat
dapat terjadi tanpa adanya hipotensi, seperti pada anafilaksis dengan gejala
utama obstruksi saluran napas.

Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius.


Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan
bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat
menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera.

Page | 4
Reaksi syok anafilaksis adalah terjadinya reaksi renjatan (syok) yang
memerlukan tindakan emergency karena bisa terjadi keadaan yang gawat bahkan
bisa menimbulkan kematian. Kalangan awam menerjemahkan keracunan, padahal
sesungguhnya adalah resiko dari tindakan medis atau pen yebab lain yang
disebabkan faktor imunologi. Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata
ditentukan oleh jumlah alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat
tertentu (umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk
melihat ada tidaknya reaksi alergi.

Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi imunologis


(reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat menyebabkan
gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan dan kulit. Jika reaksi tersebut cukup
hebat sehingga menimbulkan syok disebut sebagai syok anafilaktik yang dapat
berakibat fatal. Oleh karena itu syok anafilaktik adalah suatu tragedi dalam dunia
kedokteran, yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Tanpa pertolongan
yang cepat dan tepat, keadaan ini dapat menimbulkan malapetaka yang berakibat
ganda.

B. Etiologi Syok Anafilaktik

Banyak material yang dapat menyebabkan terjadinya syok anafilaksis, yaitu :

1. Protein heterolog dalam bentuk hormon seperti : Insulin, vasopressin,


paratohormone
2. Enzim: Tripsin, kimotripsin, penisilinase, streptokinase
3. Bahan-bahan tumbuhan: Alang-alang, rumput, pohon
4. Bahan-bahan bukan tumbuhan: Kutu, bulu anjing dan kucing, dan hewan
uji coba laboratorium
5. Makanan: Susu, telur, ikan laut, kacang,padi -padian, biji-bijian, gelatin
pada kapsul
6. Antiserum: Antilimsofitik Gamma Globulin
7. Protein yang berhubungan dengan pekerjaan : Bahan latex karet
8. Racun serangga: Sengatan lebah penyengat, lebah madu,semut api
9. Polisakarida seperti dextram dan thiomerosal pada bahan pengawet
10. Golongan protamin dan antibiotika: Golongan Penisilin, amfotericin B,
nitrofurantoin, golongan kuinolon
11. Anastesi local: Prokain, lidokain
12. Relaksan otot: Suxamethonium, gallamine, pancuronium
13. Vitamin: Thiamin, asam folat
14. Agen untuk diagnostic:Sodium dehidrokolat, sulfobromophthalein
15. Bahan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan : Etilen oksida
16. Dll: Cuaca dingin

Page | 5
Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi al ergi yang cukup serius.Disebut
serius karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan
medis segera.

C. Patofisiologi dan Patogenesis Syok Anafilaktik


Patofisiologi
Coomb dan Gell (1963) mengelompokkan anafilaksis dalam hipersensitivitas
tipe I (Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu
fase sensitisasi dan aktivasi.

Fase Sensitisasi

Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor
spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa,
saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh Makrofag.

Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan


mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel
Plasma (Plasmosit).

Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E


ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.

Fase Aktivasi

Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai
timbulnya gejala.Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke
dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya
reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin
dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah Preformed
mediators.

Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang
akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu
setelah degranulasi yang disebut Newly formed mediators. Fase Efektor Adalah waktu
terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit
atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan
efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan
edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos.

Page | 6
Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas
vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan
neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga
dengan Leukotrien.

Patogenesis

Berbagai manifestasi klinis yang timbul dalam reaksi yang muncul dalam
reaksi anafilaktik pada umumnya disebabkan oleh pelepasa n mediator oleh
mastosit/ basofil baik yang timbul segera (yang timbul dalam beberapa menit)
maupun yang timbul belakangan ( sesudah beberapa jam).

Dari berbagai perangsang yang dapat menyebabkan pelepasan mediatornya,


mekanismenya dapat melalui reaksi ya ng dimediasi IgE (IgE mediated
anaphylaxis). Pada pajanan alergen, alergen ditangkap oleh APC (Antigen
Presenting Cell) seperti makrofag, sel dendritik, sel langerhans, atau yang lain.
Kemudian antigen tersebut dipersembahkan bersama beberapa sitokin ke se l T-
Helper melalui MHC kelas II.

Sel T-Helper kemudian aktif dan mengeluarkan sitokin yang merangsang sel
B melakukan memori, proliferasi dan peralihan menjadi sel plasma yg kemudian
menghasilkan antibodi termasuki IgE lalu melekat pada permukaan basofil,
mastosit dan sel B sendiri. Apabila di kemudian hari terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama maka alergen itu akan ditangkap oleh IgE terutama
yang melekat pada mastosit/basofil, ikatan alergen dengan IgE spesifiknya ini
akan merangsang mastosit/basofil mengeluarkan mediator, baik yang segera
maupun yang lambat.

Mediator tersebut menyebabkan dilatasi venula, peningkatan permeabilitas


kapiler, bronkospasme, kontraksi otot polos dan dilatasi arteriol sehingga timbul
manifestasi klinik reaksi anafilaktik berupa urtikaria, angioedema, e dema laring,

Page | 7
asma, mual/muntah, kram usus, dan renjatan yang bisa menyebabkan kematian
tiba-tiba. Reaksi inilah yang sebenarnya disebut reaksi anafilaktik.

D. Manifestasi klinis Syok Anafilaktik

Gambaran klinis anafilaksis sangat bervariasi baik cepat dan lamanya reaksi
maupun luas dan beratnya reaksi. Reaksi dapat mulai dalam beberapa detik atau
menit sesudah terpajan alergen dan gejala ringan dapat menetap sampai 24 jam
meskipun diobati. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi
berat, tetapi kadang-kadang langsung berat.

Gejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen, yang dapat
terjadi pada satu atau lebih organ target, antara lain kardiovaskuler, respirasi,
gastrointestinal, kulit, mata, susunan saaraf pusat dan sistem salur an kencing.
Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan ialah rasa takut, perih dalam
mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada tungkai, sesak,
serak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.

Gejala yang timbul pada organ ialah :

o Kardiovaskuler
Dapat terjadi sentral maupun perifer. Gangguan pada
sirkulasi perifer dapat dilihat dari pucat dan ekstremitas
dingin. Selain itu kurangnya pengisian vena perifer lebih
bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah. Dapat pula
terjadi tekanan darah rendah, vena perifer kolaps, CVP
rendah, palpitasi, takikardi, hipotensi, aritmia, penurunan
volume efektif plasma, nadi cepat dan halus sampai tidak
teraba, renjatan, pingsan, pada EKG dapat ditemukan
aritmia, T mendatar atau terbalik, irama nodal, fib rilasi
ventrikel sampai asistol.
o Respirasi
Dapat terjadi pernapasan cepat dan dangkal, rhinitis, bersin,
gatal dihidung, batuk , sesak, mengi, stridor, suara serak,
gawat napas, takipnea sampai apnea, kongesti hidung, edema
dan hiperemi mukosa, obstuksi jalan napas, bronkospasme,
hipersekresi mukus, wheezing dispnea, dan kegagalan
pernafasan.
o Gastrointestinal
Kram perut karena kontraksi dan spasme otot polos intestinal.
Mual, muntah, sakit perut, diare.
o Kulit
Pruritus, urtikaria, angioedema, eritema.

Page | 8
o Mata
Gatal , lakrimasi, merah, bengkak.
o Susunan saraf pusat
Disorientasi, halusinasi, rasa logam, kejang, koma.
o Sistem saluran kencing
Produksi urin berkurang.

Kematian dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau renjatan
yang irreversible.

Selain beberapa gangguan pada beberapa sistem organ, Manifestasi klinik


syok Anafilaksis masih dibagi dalam derajat berat ringannya, yaitu sebagai
berikut :

a. Ringan
1. Kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak dimulut dan
tenggorok.
2. Kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersin -bersin,
mata berair.
3. Awitan gejala-gejala dimulai dalam 2 jam pertama setelah
pemajanan.
b. Sedang

1. Dapat mencakup semua gejala-gejala ringan ditambah


bronkospasme dan edema jalan nafas atau laring dengan dispnea,
batuk dan mengi.
2. Wajah kemerahan, hangat, ansietas dan gatal-gatal.
3. Awitan gejala-gejala sama dengan reaksi ringan.
c. Parah

1. Awitan yang sangat mendadak dengan tanda-tanda dan gejala-


gejala yang sama seperti yang telah disebutkan diatas disertai
kemajuan yang pesat kearah bronkospame, edema laring, dispnea
berat dan sianosis.
2. Disfagia, keram pada abdomen, muntah, diare dan kejang -kejang.
3. Henti jantung dan koma jarang terjadi.

E. Penyebab Utama Syok Anafilaktik

Reaksi anaphilaktik yang tidak begitu parah dapat menyebabkan shock


anaphilaktik dikarenakan allergen menyebabkan penyebaran vasodilasi dan
pergerakan cairan dari darah ke tissue.

Page | 9
Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius.
Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan
bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat
menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera.

F. Tanda dan Gejala Syok Anafilaktik


Berikut tanda dan gejala syok anafilaktik yang harus diketahui :

Bercak kemerahan pada kulit yang disertai dengan rasa gatal.


Bengkak pada tenggorokan dan atau organ tubuh yang lain.
Sesak atau kesulitan untuk bernafas.
Rasa tidak nyaman pada dada (seperti diikat dengan kencang).
Suara serak.
Kehilangan kesadaran.
Kesulitan menelan.
Diare, sakit perut dan muntah muntah.
Kulit menjadi merah atau pucat.

G. Diagnosis Syok Anafilaktik

Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik. Gambaran klinis


yang tidak spesifik dari anafilaksis mengakibatkan reaksi tersebut sulit
dibedakan dengan penyakit lainnya yang memiliki gejala yang sama. Hal ini
terjadi karena anafilaksis mempengaruhi seluruh sistem organ pada tubuh
manusia sebagai akibat pelepasan berbagai macam mediator dari sel mast dan
basofil, dimana masing-masing mediator tersebut memiliki afinitas yang berbeda
pada setiap reseptor pada sistem organ. Beberapa kondisi yang menyeru pai
reaksi anafilaksis dan syok anafilaktik adalah reaksi vasovagal, infark miokard
akut, reaksi hipoglikemik, reaksi histeris, Carsinoid syndrome, Chinese
restaurant syndrome, asma bronkiale, dan rhinitis alergika.

Reaksi vasovagal, sering dijumpai setelah pasien mandapat suntikan.


Pasien tampak pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi dibandingkan dengan
reaksi anafilaktik, pada reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi
sianosis. Meskipun tekanan darahnya turun tetapi masih mudah diukur dan
biasanya tidak terlalu rendah seperti anafilaktik.Sementara infark miokard akut,
gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan atau tanpa penjalaran. Gejala
tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak tampak tanda -tanda obstruksi
saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri dada.

Page | 10
Reaksi hipoglikemik, disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau
sebab lain. Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar.
Tekanan darah kadang-kadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda -tanda
obstruksi saluran napas. Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi
saluran napas. Sedangkan pada reaksi histeris, tidak dijumpai adanya tanda -tanda
gagal napas, hipotensi, atau sianosis. Pasien kadang -kadang pingsan meskipun
hanya sementara. Sedangkan tanda-tanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis.

Carsinoid syndrome, dijumpai gejala-gejala seperti muka kemerahan,


nyeri kepala, diare, serangan sesak napas seperti asma. Chinese restaurant
syndrome, dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah
pada beberapa menit setelah mengkonsumsi MSG lebih dari 1gr, bila penggunaan
lebih dari 5 gr bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut
nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan
tanpa MSG.

Asma bronkiale, gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak,


dan suara napas mengi (wheezing). Dan biasanya timbul karena faktor pencetus
seperti debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada pagi
hari. Rhinitis alergika, penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin,
buntu hidung, gatal hidung yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan
karena faktor pencetus seperti debu, terutama di udara dingin.

H. Diagnosis Banding Syok Anafilaktik


Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik, seperti :

1. Reaksi vasovagal

Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien mandapat suntikan. Pasien


tampak pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi dibandingkan dengan reaksi
anafilaktik, pada reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis.
Meskipun tekanan darahnya turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak
terlalu rendah seperti anafilaktik.

2. Infark miokard akut

Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan
atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak
tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak
ada nyeri dada.

Page | 11
3. Reaksi hipoglikemik

Reaksi hipoglikemik disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau sebab


lain. Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar. Tekanan darah
kadang-kadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda -tanda obstruksi saluran
napas. Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi saluran napas.

4. Reaksi histeris

Pada reaksi histeris tidak dijumpai adanya tanda -tanda gagal napas,
hipotensi, atau sianosis. Pasien kadang -kadang pingsan meskipun hanya
sementara. Sedangkan tanda-tanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis.

5. Carsinoid syndrome

Pada syndrom ini dijumpai gejala-gejala seperti muka kemerahan, nyeri


kepala, diare, serangan sesak napas seperti asma.

6. Chinese restaurant syndrome

Dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah pada
beberapa menit setelah mengkonsumsi MSG leb ih dari 1gr, bila penggunaan
lebih dari 5gr bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut
nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan
tanpa MSG.

7. Asma bronchial

Gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas
yang berbunyi ngik-ngik. Dan biasanya timbul karena faktor pencetus seperti
debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada pagi hari.

8. Rhinitis alergika

Penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, buntu hidung, gatal
hidung yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan karena faktor pencetus,
mis. debu, terutama di udara dingin.dan hampir semua kasus asma diawali
dengan RA.

Page | 12
I. Pencegahan Syok Anafilaktik

Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap


pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:

1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.
2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang
mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih
tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat -obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti
penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit
negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan
reaksi sebesar 13% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi
60%, bila tes kulit positif.
4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau
anafilaktoid serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.

Melakukan skin test sangat penting, namun perlu diperhatian bahwa tes kulit
negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat -obat
tersebut, tetapi tidak berarti pasti pen derita tidak akan mengalami reaksi
anafilaksis. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif
mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1 -3% dibandingkan dengan
kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.

Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan obat bila pemberian
dengan jalur subkutan, intradermal, intramuskular, ataupun intravena dan
observasi selama pemberian. Pemberian obat harus benar -benar atas indikasi
yang kuat dan tepat. Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok
anafilaktik. Catat obat penderita pada status yang menyebabkan alergi. Jelaskan
kepada penderita supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan
alergi. Hal yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk
mengantisipasi reaksi anfilaksis serta adanya alat -alat bantu resusitasi
kegawatan. Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan
jangka panjang.

J. Penanggulangan Syok Anafilaktik

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab pender ita


berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah
sulit, asal tersedia obat-obat emerjensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat

Page | 13
serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan
waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.

Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat
kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan,
adalah:

1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih
tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan e kstensi kepala,
tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring,
dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau
parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,
selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan
napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total,
harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi
endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar
(a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan


hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi
jantung paru.

3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita


dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak -anak, intramuskular.
Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2--4
ug/menit.
4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang
memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5 --6 mg/kgBB intravena
dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk
mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.

Page | 14
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena
untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik.
Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung
serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara la rutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas
keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas
atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid,
maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat
kehilangan cairan 20--40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan
larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan
kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan
koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok
anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam
perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di
tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas
yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi
waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang de ngan kaki lebih tinggi
dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat -cepat dipulangkan,
tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam.
Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 --3
kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.

K. Terapi Syok Anafilaktik

1. Penderita langsung dibaringkan.


2. Pemberian oksigen dimana dapat dipertimbangkan intubasi endotrakheal.
3. Diberikan larutan salin (cairan IVFD Ringer Laktat atau NaCl 0,9%) unt uk
mengisi kekurangan cairan pada pembuluh darah yang melebar. Juga
ditambahkan nutrisi dengan Dextrosa 5%.
4. Diberikan suntikan adrenalin IM/SK 0,3 0,5 ml larutan 1:1000 bila
keadaan ringan, ulangi setiap 5 10 menit bila keadaan parah.
5. Dapat juga diberikan adrenalin secara IV yaitu 3 5 ml IV larutan 1 :
10000
6. Bisa diberikan obat alternatif seperti :
a. Aminofilin bila ada bronkospasme dengan dosis 5 6 mg/kg
perinfus selama 20 menit dan dilanjutkan 0,4 0,9 mg/kg/jam.
b. Kortikosteroid/hidrokortison , IV 100-200 mg untuk mencegah
relaps.
c. Antihistamin IV seperi difenhidramin 50 100 mg IM/IV, namun
kurang efektif terlebih apabila penanganan syok sudah teratasi.

Page | 15
BAB III

PENUTUp

A. Kesimpulan

1. Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai


oleh Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang
menurun hebat
2. Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis,
yaitu makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor yang
diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat
alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan
alergen
3. Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Gejala dapat dim ulai
dengan gejala prodormal kemudian menjadi berat, tetapi kadang -kadang
langsung berat yang dapat terjadi pada satu atau lebih organ target.
4. Penatalaksanaan syok anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan
allergen yang menyebabkan reaksi anafi laksis; baringkan penderita dengan
kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A, B, C dari tahapan
resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat -obat yang lain
sesuai dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu
berikan terapi cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila
perlu rujuk ke rumah sakit.
5. Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam penatalaksanaan syok
anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat -obatan. Apabila ditangani
secara cepat dan tepat sesuai dengan kaidah kegawat daruratan, reaksi
anafilaksis jarang menyebabkan kematian.

Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-


gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi
kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita mengalami syok.

B. Saran

Reaksi anafilaktik timbulnya tiba -tiba, tidak terduga dan potensial


mematikan, serta memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Oleh
karena itu harus dimengerti dan selalu diwaspada i.

Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata ditentukan oleh jumlah
alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat tertentu
(umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk melihat
ada tidaknya reaksi alergi. Perlu kajian mendalam dari kalangan medis dan

Page | 16
publikasi kepada publik tentang reaksi alergi agar tidak diterjemahkan
sebagai mal praktek.

Saran yang dapat penulis tuliskan disini se moga makalah mengenai Syok
Anafilaktik ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran mahasiswa dan
semoga bermanfaat. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,maka dengan senang hati
kami menerima kritikan serta saransaran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.S e m o g a hasil dari penyusunan
m a k a l a h i n i d a p a t d i m a n f a a t k a n b a g i g e n e r a s i mendatang.

Page | 17
DAFTAR PUSTAKA

Rab, Prof.Dr. H tabrani. Pengatasan shock, EGC Jakarta 2000, 153-161


Panduan Gawat Darurat, Jilid I, FKUI, Penerbit FKUI Jakarta 2000, 17-18
Effendi, C, Anaphylaxis dalam PKB XV , Lab. Ilmu Penyakit Dalam FKUA/ RSUD
Dr. Soetomo, 2000 : 91-99
Sunatrio, S, Penanggulangan Reaksi Syok Anafilaksis dalam Anestesiologi, Bag.
Anestesiologi dan terapiintensif FKUI Jakarta 1990, 77-85
Kondos, GT, Brundage, BH, Anaphylaxis dalam Don H, Decission Making in critical
care,Baltimore, 1985, 46-47
HauptMT ,Fujii TK et al (2000) Anaphylactic Reactions. In :Text Book ofCritical care.
Eds : Ake Grenvvik,Stephen M.Ayres,Peter R,William C.Shoemaker 4th edWB
Saunders companyPhiladelpia-Tokyo.pp246-56
Koury SI, Herfel LU . (2000) Anaphylaxis and acute allergic reactions. In
:International edition Emergency Medicine.Eds :Tintinalli,Kellen,Stapczynski 5th ed
McGrraw-Hill New York-Toronto.pp 242-6
Rehatta MN.(2000). Syok anafilaktik patofisiologi dan penanganan. In : Update on
Shock.Pertemuan Ilmiah Terpadu.Fakultas Kedoketran Universitas Airlangga
Surabaya.

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai