Puji syukur kehadirat Allah swt atas berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini kami b u a t u n t u k m e m e n u h i t u g a s d a r i m a t a k u l i a h
P A T O F I S I O L O G I . A d a p u n m a t e r i d a r i m a k a l a h i n i m e n g e n a i Syok
Anafilaktik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah
m e n d u k u n g d a n memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun,
maka dengan senang hati kami menerima kritikan serta saran saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat
d i m a n f a a t k a n b a g i g e n e r a s i mendatang, khususnya mahasiswa/mahasiswi
D-III Akper watansoppeng. A k h i r k a t a , m e l a l u i k e s e m p a t a n i n i k a m i
p e n yu s u n m a k a l a h m e n g u c a p k a n b a n y a k terimakasih.
Penyusun
Page | 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.1
Daftar Isi..2
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang3
Tujuan penulisan makalah..3
Bab II Pembahasan
Kesimpulan.16
Saran ..16
Daftar pustaka18
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insiden anafilaksis sangat bervariasi, di Amerika Serikat disebutkan b ahwa
angka kejadian anafilaksis berat antara 1 -3 kasus/10.000 penduduk, paling
banyak akibat penggunaan antibiotik golongan penisilin dengan kematian
terbanyak setelah 60 menit penggunaan obat.
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak
lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi
degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi
hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem .
Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara harfiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan
phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang
seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain
kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis). Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Richet dan Portier pada tahun 1902 untuk
menerangkan terjadinya renjatan yang disusul dengan kematian pada anjing yang
disuntik bisa anemon laut. Pada suntikan pertama tidak terjadi r eaksi, tetapi pada
suntikan berikutnya sesudah beberapa hari terjadi reaksi sistemik yang berakhir
dengan kematian.
Page | 4
Reaksi syok anafilaksis adalah terjadinya reaksi renjatan (syok) yang
memerlukan tindakan emergency karena bisa terjadi keadaan yang gawat bahkan
bisa menimbulkan kematian. Kalangan awam menerjemahkan keracunan, padahal
sesungguhnya adalah resiko dari tindakan medis atau pen yebab lain yang
disebabkan faktor imunologi. Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata
ditentukan oleh jumlah alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat
tertentu (umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk
melihat ada tidaknya reaksi alergi.
Page | 5
Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi al ergi yang cukup serius.Disebut
serius karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan
medis segera.
Fase Sensitisasi
Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor
spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa,
saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh Makrofag.
Fase Aktivasi
Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai
timbulnya gejala.Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke
dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya
reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin
dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah Preformed
mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang
akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu
setelah degranulasi yang disebut Newly formed mediators. Fase Efektor Adalah waktu
terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit
atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan
efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan
edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos.
Page | 6
Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas
vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan
neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga
dengan Leukotrien.
Patogenesis
Berbagai manifestasi klinis yang timbul dalam reaksi yang muncul dalam
reaksi anafilaktik pada umumnya disebabkan oleh pelepasa n mediator oleh
mastosit/ basofil baik yang timbul segera (yang timbul dalam beberapa menit)
maupun yang timbul belakangan ( sesudah beberapa jam).
Sel T-Helper kemudian aktif dan mengeluarkan sitokin yang merangsang sel
B melakukan memori, proliferasi dan peralihan menjadi sel plasma yg kemudian
menghasilkan antibodi termasuki IgE lalu melekat pada permukaan basofil,
mastosit dan sel B sendiri. Apabila di kemudian hari terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama maka alergen itu akan ditangkap oleh IgE terutama
yang melekat pada mastosit/basofil, ikatan alergen dengan IgE spesifiknya ini
akan merangsang mastosit/basofil mengeluarkan mediator, baik yang segera
maupun yang lambat.
Page | 7
asma, mual/muntah, kram usus, dan renjatan yang bisa menyebabkan kematian
tiba-tiba. Reaksi inilah yang sebenarnya disebut reaksi anafilaktik.
Gambaran klinis anafilaksis sangat bervariasi baik cepat dan lamanya reaksi
maupun luas dan beratnya reaksi. Reaksi dapat mulai dalam beberapa detik atau
menit sesudah terpajan alergen dan gejala ringan dapat menetap sampai 24 jam
meskipun diobati. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi
berat, tetapi kadang-kadang langsung berat.
Gejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen, yang dapat
terjadi pada satu atau lebih organ target, antara lain kardiovaskuler, respirasi,
gastrointestinal, kulit, mata, susunan saaraf pusat dan sistem salur an kencing.
Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan ialah rasa takut, perih dalam
mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada tungkai, sesak,
serak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
o Kardiovaskuler
Dapat terjadi sentral maupun perifer. Gangguan pada
sirkulasi perifer dapat dilihat dari pucat dan ekstremitas
dingin. Selain itu kurangnya pengisian vena perifer lebih
bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah. Dapat pula
terjadi tekanan darah rendah, vena perifer kolaps, CVP
rendah, palpitasi, takikardi, hipotensi, aritmia, penurunan
volume efektif plasma, nadi cepat dan halus sampai tidak
teraba, renjatan, pingsan, pada EKG dapat ditemukan
aritmia, T mendatar atau terbalik, irama nodal, fib rilasi
ventrikel sampai asistol.
o Respirasi
Dapat terjadi pernapasan cepat dan dangkal, rhinitis, bersin,
gatal dihidung, batuk , sesak, mengi, stridor, suara serak,
gawat napas, takipnea sampai apnea, kongesti hidung, edema
dan hiperemi mukosa, obstuksi jalan napas, bronkospasme,
hipersekresi mukus, wheezing dispnea, dan kegagalan
pernafasan.
o Gastrointestinal
Kram perut karena kontraksi dan spasme otot polos intestinal.
Mual, muntah, sakit perut, diare.
o Kulit
Pruritus, urtikaria, angioedema, eritema.
Page | 8
o Mata
Gatal , lakrimasi, merah, bengkak.
o Susunan saraf pusat
Disorientasi, halusinasi, rasa logam, kejang, koma.
o Sistem saluran kencing
Produksi urin berkurang.
Kematian dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau renjatan
yang irreversible.
a. Ringan
1. Kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak dimulut dan
tenggorok.
2. Kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersin -bersin,
mata berair.
3. Awitan gejala-gejala dimulai dalam 2 jam pertama setelah
pemajanan.
b. Sedang
Page | 9
Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius.
Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan
bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat
menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera.
Page | 10
Reaksi hipoglikemik, disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau
sebab lain. Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar.
Tekanan darah kadang-kadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda -tanda
obstruksi saluran napas. Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi
saluran napas. Sedangkan pada reaksi histeris, tidak dijumpai adanya tanda -tanda
gagal napas, hipotensi, atau sianosis. Pasien kadang -kadang pingsan meskipun
hanya sementara. Sedangkan tanda-tanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis.
1. Reaksi vasovagal
Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan
atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak
tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak
ada nyeri dada.
Page | 11
3. Reaksi hipoglikemik
4. Reaksi histeris
Pada reaksi histeris tidak dijumpai adanya tanda -tanda gagal napas,
hipotensi, atau sianosis. Pasien kadang -kadang pingsan meskipun hanya
sementara. Sedangkan tanda-tanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis.
5. Carsinoid syndrome
Dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah pada
beberapa menit setelah mengkonsumsi MSG leb ih dari 1gr, bila penggunaan
lebih dari 5gr bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut
nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan
tanpa MSG.
7. Asma bronchial
Gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas
yang berbunyi ngik-ngik. Dan biasanya timbul karena faktor pencetus seperti
debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada pagi hari.
8. Rhinitis alergika
Penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, buntu hidung, gatal
hidung yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan karena faktor pencetus,
mis. debu, terutama di udara dingin.dan hampir semua kasus asma diawali
dengan RA.
Page | 12
I. Pencegahan Syok Anafilaktik
1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.
2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang
mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih
tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat -obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti
penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit
negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan
reaksi sebesar 13% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi
60%, bila tes kulit positif.
4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau
anafilaktoid serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.
Melakukan skin test sangat penting, namun perlu diperhatian bahwa tes kulit
negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat -obat
tersebut, tetapi tidak berarti pasti pen derita tidak akan mengalami reaksi
anafilaksis. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif
mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1 -3% dibandingkan dengan
kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.
Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan obat bila pemberian
dengan jalur subkutan, intradermal, intramuskular, ataupun intravena dan
observasi selama pemberian. Pemberian obat harus benar -benar atas indikasi
yang kuat dan tepat. Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok
anafilaktik. Catat obat penderita pada status yang menyebabkan alergi. Jelaskan
kepada penderita supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan
alergi. Hal yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk
mengantisipasi reaksi anfilaksis serta adanya alat -alat bantu resusitasi
kegawatan. Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan
jangka panjang.
Page | 13
serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan
waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat
kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan,
adalah:
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih
tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan e kstensi kepala,
tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring,
dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau
parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,
selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan
napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total,
harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi
endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar
(a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Page | 14
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena
untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik.
Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung
serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara la rutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas
keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas
atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid,
maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat
kehilangan cairan 20--40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan
larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan
kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan
koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok
anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam
perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di
tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas
yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi
waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang de ngan kaki lebih tinggi
dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat -cepat dipulangkan,
tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam.
Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 --3
kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.
Page | 15
BAB III
PENUTUp
A. Kesimpulan
B. Saran
Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata ditentukan oleh jumlah
alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat tertentu
(umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk melihat
ada tidaknya reaksi alergi. Perlu kajian mendalam dari kalangan medis dan
Page | 16
publikasi kepada publik tentang reaksi alergi agar tidak diterjemahkan
sebagai mal praktek.
Saran yang dapat penulis tuliskan disini se moga makalah mengenai Syok
Anafilaktik ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran mahasiswa dan
semoga bermanfaat. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,maka dengan senang hati
kami menerima kritikan serta saransaran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.S e m o g a hasil dari penyusunan
m a k a l a h i n i d a p a t d i m a n f a a t k a n b a g i g e n e r a s i mendatang.
Page | 17
DAFTAR PUSTAKA
Page | 18