Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHANKEPERAWATAN

URTIKARIA

Nama kelompok :

1. Sofa Hidayati A (201702041)


2. Suci Setio Lestari (201702042)
3. Tatik Widyawati (201702044)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADIUN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat
dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat program menyelesaikan tugas kelompok 11 dengan judul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhankeperawatan Urtikaria“

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas segala
bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca
sekalian. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah penyusun harapkan demi
kesepurnaan makalah ini.

Madiun , 27 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ 2


Daftar Isi ................................................................................................................................... 3
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................. 4
1. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
3. Tujuan ..................................................................................................................... 5
Bab 2 Konsep Teori Keperawatan .......................................................................................... 6
1. Pengertian ............................................................................................................... 6
2. Klasifikasi .............................................................................................................. 7
3. Etiologi .................................................................................................................... 9
4. Patofisiologi ......................................................................................................... 10
5. Pathway ................................................................................................................ 12
6. Manisfestasi Klinis ............................................................................................... 13
7. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 13
8. Penatalaksanaan ................................................................................................... 14
9. Komplikasi ........................................................................................................... 14
Bab 3 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................................. 15
1. Pengkajian ............................................................................................................ 15
2. Diagnose Keperawatan ........................................................................................ 16
3. Intervensi .............................................................................................................. 16
4. Implementasi ........................................................................................................ 22
5. Evaluasi ................................................................................................................ 22
Bab 4 Penutupan ................................................................................................................ 23
1. Kesimpulan .......................................................................................................... 23
2. Saran ..................................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi
di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak)
setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat
atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata.
Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di temukan,ternyata
pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak member hasil seperti yang di
harapkan.Berdasarkan waktunya,urtikariadapat berlangsung singkat (akut,kurang dari
6 minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan). Berdasarkan
angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria
dalam masa hidupnya.
Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur
(terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis
(berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).

Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah


(istilah kerennya: vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil
(kapiler) sehingga menyebabkan pengeluaran cairan (transudasi) dari membran
pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada kulit. Kondisi ini dikarenakan adanya
pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen (bahan atau apapun pencetus
timbulnya reaksi alergi).

4
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah tinjauan teoritis dari urtikaria ?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari urtikaria ?
3. Bagaimanakah etiologi dari urtikaria ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari urtikaria ?
5. Apakah penyebab gejala urtikaria ?
6. System pengobatan apa saja yang dapat dilakukan untuk urtikaria ?
7. Apa saja asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada penderita urtikaria?
3. TUJUAN
1. Agar dapat mengerti pengertian urtikaria dan bentuk-bentuk dari urtikaria.
2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi dari urtikaria.
3. Agar dapat mengetahui penyebab gejala urtikaria dan system pengobatan
yang dapat dilakukan kepada penderita urtikaria.
4. Agar dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada penderita
urtikaria mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN

Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang sangat mengganggu dan
membuat penderita atau dokter kadang frustasi. Frustasi karena pada keadaan tertentu
gangguan ini sering hilang timbul tanpa dapat diketahui secara pasti penyebabnya.
Kesulitan mencari penyebab ini terjadi karena faktor yang berpengaruh sangat banyak
dan sulit dipastikan. Secara umum yang mendasari utama biasanya adalah penderita
memang punya bakat alergi kulit yang didasari oleh alergi makanan dan dipicu oleh
hilang timbulnya infeksi virus dalam tubuh (gejalanya demam, sumeng atau tanpa
demam, pilek, badan pegal (sering dikira kecapekan), batuk atau gangguan saluran
cerna).
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi
oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan
seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang
terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine
selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi.
Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau
gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)

Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang ditandai
dengan adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat hilang tanpa
meninggalkan bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah merasakan salah
satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal. Gambaran patologis
yang utama adalah didapatkannya edema dermal akibat terjadinya dilatasi vascular,
seringkali sebagai respons terhadap histamine (dan mungkin juga mediator-mediator
yang lain) yang dilepas oleh sel mast.(Tony, 2005)

6
2. KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria. Berdasarkan
lamanya serangan berlangsung, urtikaria dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu urtikaria
akut (UA) yang berlangsung kurang dari enam minggu dan urtikaria kronik (UK) yang
berlangsung lebih dari enam minggu. Urtikaria akut sering terjadi pada anak-anak.
Penyebab paling umum untuk urtikaria akut adalah obat- obatan, vitamin, suplemen,
makanan, food additives, minuman, infeksi, kontak alergi, bahan inhalasi, transfusi
darah, vaksinasi. Urtikaria kronik biasanya penyebabnya bukan lagi karena alergi
makanan. Ada beberapa sumber yang bisa menimbulkan urtikaria kronik, yaitu faktor
nonimunologik (bahan kimia, paparan fisik, zat kolinergik, infeksi dan penyakit infeksi)
dan faktor imunologik. Oleh karena itu, urtikaria kronik lebih sering pada wanita usia
pertengahan.
Klasifikasi urtikaria berdasarkan morfologi klinis dibedakan menurut bentuk dan
ukuran lesinya yaitu:
1. Urtikaria popular : lesi berbentuk papul sebesar kacang polong
2. Urtikaria gutata : lesi berbentuk papul sebesar tetesan air
3. Urtikaria girata : lesi berbentuk plak yang besar/luas
4. Urtikaria anular : lesi berbentuk bulat, pucat di bagian tengah lesi
5. Urtikaria arsinar : lesi berbentuk bulan sabit
Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena dapat dibedakan menjadi :
1. Urtikaria lokal : lesi hanya terdapat di bagian tubuh tertentu
2. Urtikaria general : lesi terdapat di ±90% bagian tubuh
3. Angioedema : Merupakan bentuk parah dari urtikaria, yang sudah
melibatkan lapisan dermis yang lebih dalam.
Klasifikasi berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya urtikaria,
sebagai berikut:
1. Urtikaria atas dasar reaksi imunologik
a. Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I)
a) Pada penderita atopi
Episode akut urticaria terjadi pada individual dengan riwayat asma atau
riwayat asma pada keluarga, riwayat rhinitis, atau eksema dipercaya sebagai
IgE dependent. Pada praktek klinis, urtikaria/angioedema tidak sering
disertai oleh kekambuha asma, rhinitis, atau eczema. Prevalensi
urtikaria/angioedema kronik tidak meningkat pada individu atopik.

7
b) Antigen Spesifik (pollen, obat)
Contoh umum antigen spesifik yang dapat mencetuskan munculya
urtikaria adalah makanan, seperti kerang, kacang, dan coklat; obat-obatan
dan agen terapeutik, contohnya penicillin; aeroalergen. Urtikaria pada pasien
dengan infestasi cacing usus juga disebabkan oleh proses IgE-dependent;
bagaimanapun, bukti hubungan ini masih kurang. Alergen spesifik dan
stimulus non-spesifik dapat mengaktifkan reaksi lokal disebut recall
urticaria pada lokasi yang sebelumnya diinjeksi dengan allergen
imunoterapi.
b. Ikut sertanya komplemen
a) Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergik tipe II)
Merupakan jenis urtikaria akut. Kompleks imun yang mengaktifkan
komplemen dan melepaskan anafilatoksin memicu terjadinya degranulasi sel.
b) Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
Biasanya merupakan jenis urtikaria kronik. Terjadi proses
autoimun/autoantibodi terhadap FcεRI dan/atau IgE.
c. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetic)
Biasanya terjadi pada anak-anak dengan dermatitis atopik yang sensitif
dengan alergen lingkungan, seperti rumput dan bulu binatang. Dapat juga terjadi
pada orang yang sensitif terjadap sarung tangan lateks.
2. Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik
1. Lesi urtikaria yang disebabkan oleh konsumsi zat-zat yang dapat langsung
memacu sel mast sehingga terjadi pelepasan mediator-mediator alergi, misalnya
obat golongan opiat dan bahan kontras.
2. Lesi urtikaria yang disebabkan oleh konsumsi bahan yang menyebabkan
perubahan metabolisme asam arakhidonat, misalnya aspirin dan obat anti-
inflamasi nonsteroid.
3. Trauma fisik

1. Urtikaria solar
Urtikaria yang muncul setelah terpapar matahari. Biasanya munculnya
lesi akan berlangsung selama kurang dari satu jam dan kadang disertai dengan
syncope/pingsan.
2. Urtikaria dingin

8
Biasa terjadi pada anak-anak ataud dewasa muda, dimana lesi urtikaria
muncul di lokasi yang terpapar oleh suhu dingin. Lesi muncul beberapa menit
setelah penghangatan.
3. Urtikaria dermatografisme
Lesi urtikaria berbentuk linear yang muncul setelah menggosok atau
menggaruk kulit. Lesi terasa gatal dan akan hilang dalam waktu kurang dari 30
menit. 4.2% populasi normal dapat memiliki gejala tersebut dan sering
diabaikan.
4. Urtikatia kolinergik
Beraktifitas hingga berkeringat dapat memicu munculnya lesi kecil
berbetuk papul yang terasa sangat gatal. Kadang dapat disertai dengan
wheezing/mengi.
4. Urtikaria Idiopatik
Ppeada kurang dari 70% individu dengan urtikaria/angioedema episode kronik,
penyebabnya tidak diketahui. Meskipun infeksi, abnomalitas metabolik dan hormonal,
keadaan malignan, dan faktor emosional telah diakui sebagai penyebab. Namun, bukti
yang mendukung masih kurang.

3. ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh
alergi, baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria,baik secara imulogik
maupun imunologik,hampit semua obat dapat menimbulkan urtikaria secara
imunologik tipe I dan II. Contohnya adalah obat-obat tipe penicilin ,sulfonamid,
analgesik, pencahar, hormon dan diuretik.aspirin menimbulkan urtikaria karena
menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut,umumnya
akibat reaksi imunolgik,makanan berupa protein atau bahan lain yang di campurkan
ke dalam nya seperti zat warna,penyedap rasa,atau bahan pengawet.sering
menimbulkan urtikaria.

9
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat,agaknya hal ini di
perantarai oleh IgE(tipe I) dan tipe seluler(tipe IV). Nyamuk, lebah dan serangga
lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan,biasanya
sembuh sendiri.
4. Bahan Fotosensitizer
Bahan semacam ini, biasanya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid, bahan
kosmetik , dan sabun germisid.
5. Inhalan
Berupa serbuk sari bunga, spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol,
umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
6. Kontraktan
Yang sering menimbulkan urtikaria adalah bulu binatang,serbuk tekstil, air
liur binatang , tumbuh-tumbuhan buah-buahan ,bahan kimia dan bahan
kosmetik.
7. Trauma fisik
Dapat di akibatkan oleh faktor dingin,yakni berenang atau memegang benda
dingin,Faktor panas misalnya sinar matahari,radiasi dan pana pembakaran.Faktor
tekanan yaitu,goresan,pakaian ketat,ikat pinggang,dan tekanan berulang-ulang
yakni,pijatan,keringan,pekerjaan berat dan demam.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi misalnya infeksi bakteri,virus,jamur,maupun
infestasi parasit.infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada tonsil,infeksi gigi,dan
sinusitis,dan infestasi cacing pita,cacing tambang,dapat menyababkan urtikaria.
4. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi
hipersensifitas.
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk
membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast.
Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan
dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumnya. Akibat dari ikatan
tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast
akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin

10
yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator kimia
yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan
sedikit ada benjolan pada permukaan kulit. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi ? ,
Begini jawabannya,pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan
pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin yang
dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin
menyentuh saraf perifer.
Urtikaria terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permiabilitas dari kapiler
atau pembuluh darah kecil sehingga terjadi transudasi cairan dari pembuluh darah di
kulit. Hal in karena adanya pelepasan mediator kimia dari sel mast atau basofil terutama
histamin.Pelepasan mediator ini dapat terjadi melalui mekanisme :
a. Imunologi (terutama reaksi hipersensitivitas tipe I kadang kadang tipe II)
b. Non imunologi (“chemical histamine liberator”, agen fisik, efek kolinergik).
Baik faktor imunologi maupun nonimunologi mampu merangsang sel mas
atau basofil untuk melepaskan mediator. Pada yang imunologi mungkin sekali siklik
AMP(adenosine mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan
mediator.beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivate amidin,obat-obatan
seperti morfin,kodein,polimiksin,dan beberapa anttibiotik berperan pada keadaan ini.
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut dari pada yang
kronik,biasanya IgE terikat pada permukaan sel mas dan atau sel basofil karena adanya
reseptor Fc,bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE,maka terjadi degranulasi
sel,sehingga mampu melepaskan mediator.

11
5. PATHWAYS
Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik

Kulit

Melakukan Pertahanan

Induksi Respon Antiodi IgE

Sel Mast Basofil

Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)

Terpapar alergen Resiko kerusakan kulit

Anafilaksis Sistemik

Urtikaria

Pelepasan histamin

Menyentuh saraf Menyerang


perifer pembuluh darah

Pruritus Vasodilatasi

Perubahan Gangguan Peningkatan


rasa nyaman pola tidur Permeabilitas

Potensial Gangguan integritas


terjadinya infeksi
Kemerahan, bengkak
Kurang pengetahuan
tentang program terapi Penampakan kulit
yang tidak bagus
Inadekuat informasi

Gangguan citra
Ansietas Tubuh

12
6. MANISFESTASI KLINIS
Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum dan
obat,Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema
(kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian
tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri
dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat
muncul kembali.Bila mengenai organ dalam, misalnya saluran cerna dan napas,
disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering terkena ialah muka,
disertai sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita urtikaria kronis akan menderita
angioedema.
Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit yang terkena
goresan benda tumpul,timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,urtikaria akibat
penyinaran biasanya pada gelombang 285-320 dan 400-500 nm,timbul setslah 18-72
jam penyinaran.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urtikaria
a. Urtikaria akut. Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan.
b. Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka penggunaan
pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini dapat
memberikan petunjuk untuk diagnosis penyakit sistemik yang samar.
2. Uji rutin
a. Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap
darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody
antinuclear
b. Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
c. Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis,
factor rheumatoid, komplemen serum, IgM, IgE serum
d. Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy nyingkirkakulit
untuk men kemungkinan vaskulitis urtikaria.

13
8. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah
dengan menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria,
tetapi pada umumnya hal ini sulit dilaksanakan
2. Farmakologi
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh
sendiri yang memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari antihistamin.
Hidroksizin (Atarax) 0,5 ml/kg, merupakan salah satu antihistamin yang paling
efektif untuk mengendalikan urtikaria, tetapi difenhidramin (Benadryl), 1,25
mg/kg, dan antihistamin lainnya juga efektif. Jika perlu, dosis ini dapat diulangi
pada interval 4-6 jam.
Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan
penyembuhan yang cepat atas urtikaria akut yang berat. Hidroksizin (0,5 ml/kg
setiap 4-6 jam) merupakan obat pilihan untuk urtikaria kolinergik dan urtikaria
kronis. Penggunaan bersama antihistamin tipe H1 dan H2 kadang-kadang
membantu mengendalikan urtikaria kronis. Antihistamin h2 saja dapat
menyebabkan eksaserbasi urtikaria. Siproheptadin (Periactin) (2-4 mg setiap 8-12
jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis untuk urtikaria dingin.
Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan
penambahan berat pada beberapa penderita. Tabir surya merupakan satu-satunya
pengobatan yang efektif untuk urtikaria sinar matahari. Kortikosteroid mempunyai
pengaruh yang bervariasi pada urtikaria kronis ; dosis yang diperlukan untuk
mengendalikan urtikaria sering begitu besar sehingga obat-obat tersebut
menimbulkan efek samping yang serius. Urtikaria kronis sering tidak berespons
dengan baik pada manipulasi diet. Sayang sekali, urtikaria kronis dapat menetap
selama bertahun-tahun.
9. KOMPLIKASI
1. Purpura dan excoriasi
2. Infeksi sekunder
3. Bibir kering

14
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan
anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari
kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu
mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama
yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi,
perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah
diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan
tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi
lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar,
atau tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang
bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria
akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria
diagnosis urtikaria alergik adalah : Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali
tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak
dengan bahan serupa.
Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.Terdapat tanda-
tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat
kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada
tempat kontak.Rasa gatal
Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
1. Identitas Pasien.
2. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan
seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan
pasien untuk menanggulanginya.

15
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :Apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan.
Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan
yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
a) KU : Lemah
b) TTV : Suhu naik atau turun.
c) Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d) Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama
yang disebabkan oleh obat.
e) Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f) Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g) Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema
sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan
pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan
integritas
2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi
3. INTERVENSI
1. DX : Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka
akibat gangguan integritas
Tujuan : Tidak terjadi infeksi

16
Kriteria Hasil :
a. Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.
b. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
Intervensi Rasional
a. Lakukan Tekni asepticdan a. Dengan teknik septik dan aseptik dapat
antiseptic dalam meslakukan mengirangi dan mencegah kontaminasi
tindakan pada pasien. kuman.
b. Ukur tanda vital tiap 4-6 jam b. Suhu yang meningkat adalah imdikasi
c. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya proses infeksi
Infeksi c. Deteksi dini terhadap tanda-tanda
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk infeksi
pemberian diet. d. Untuk menghindari Allergen dari
e. Libatkan peran serta keluarga makanan
dalam memberikan bantuan pada e. Memandirikan keluarga
klien. f. Menghindari alergen Yang dapat
f. Jaga lingkungan klien agar tetap meningkatkan urtikaria.
Bersih
2. Dx : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pada kulit

Kriteria Hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan


menghindari alergen.
Intervensi Rasional
a. Ajari klien menghindari atau a. Menghindari Allergen akan
menurunkan paparan terhadap alergen menurunkan respon alergi.
yang telah diketahui. b. Menghindari dari bahan makanan
b. Pantau kegiatan klien yang dapat yang mengandung alergen.
menyebabkan terpapar langsung dengan c. Binatang sebaiknya hindari
alergen. Seperti : stimulan fisik. dan memelihara binatang Atau batasi
Kimia keberadaan binatang Di sekitar
c. Baca label makanan kaleng agar area rumah.
terhindar dari bahan makan yang d. AC membantu menurunkan
mengandung alergen. paparan terhadap beberapa
d. Hindari binatang peliharaan. alergen yang ada di lingkungan.

17
e. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di
rumah atau di tempat kerja, bila
memungkinkan

3. Dx : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus


Tujun : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
: Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan
berkurangnya lecet akibat garukan.
b. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
c. Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman

Intervensi Rasional
a. Jelaskan gejala gatal berhubungan a. Dengan mengetahui proses fisiologis
dengan penyebabnya (misal keringnya dan psikologis dan prinsip gatal serta
kulit) dan prinsip terapinya (misal penangannya akan meningkatkan
hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal- rasa kooperatif.
garuk. b. Pruritus sering disebabkan oleh
b. Cuci semua pakaian sebelum digunakan dampak iritan atau allergen dari
untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia atau komponen
bahan kimia lain serta hindari pelembut pakaian.
menggunakan pelembut pakaian buatan c. Bahan yang tertinggal (deterjen)
pabrik. pada pencucian pakaian dapat
c. Gunakan deterjen ringan dan bilas menyebabkan iritasi.
pakaian untuk memastikan sudah tidak d. Mengurangi penyebab gatal karena
ada sabun yang tertinggal. terpapar alergen.
d. Jaga kebersihan kulit pasien e. Mengurangi rasa gatal.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat pengurang rasa gatal

18
4. Dx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus
Kriteria Hasil :

a. Mencapai tidur yang nyenyak.


b. Melaporkan gatal mereda
c. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
d. Menghindari konsumsi kafein
e. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
f. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

Intervensi Rasional
a. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur. a. Udara yang kering membuat kulit
b. Menjaga agar kulit selalu lembab. terasa gatal, lingkungan yang
c. Menghindari minuman yang mengandung nyaman meningkatkan relaksasi.
kafein menjelang tidur. b. Tindakan ini mencegah
d. Melaksanakan gerak badan secara teratur. kehilangan air, kulit yang kering
e. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur dan gatal biasanya tidak dapat
agar tetap memiliki ventilasi dan disembuhkan tetapi bisa
kelembaban yang baik. dikendalikan.
c. Kafein memiliki efek puncak 2-4
jam setelah dikonsumsi.
d. Memberikan efek menguntungkan
bila dilaksanakan di sore hari.
e. Memudahkan peralihan dari
keadaan terjaga ke keadaan
tertidur.
5. Dx : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit
yang tidak bagus.
Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
d. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
e. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
f. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

19
g. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan
teknik untuk meningkatkan penampilan

20
Intervensi Rasional
a. Kaji adanya gangguan citra
diri (menghindari Kontak
mata,ucapan Merendahkan a. Gangguan citra diri akan menyertai setiap
diri sendiri). penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi
b. Identifikasi stadium klien, kesan orang terhadap dirinya
Psikososial terhadap berpengaruh terhadap konsep diri.
perkembangan. b. Terdapat hubungan antara stadium
c. Berikan kesempatan perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pengungkapan perasaan. pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
d. Nilai rasa keprihatinan dan c. Klien membutuhkan pengalaman
ketakutan klien, bantu klien didengarkan dan dipahami.
Yang cemas d. Memberikan kesempatan pada petugas untuk
mengembangkan menetralkan kecemasan yang tidak perlu
kemampuan untuk menilai terjadi dan memulihkan realitas situasi,
Diri Dan mengenali ketakutan merusak adaptasi klien .
masalahnya. e. Membantu meningkatkan penerimaan diri
e. Dukung upaya klien untuk dan sosialisasi.
memperbaiki citra diri , spt f. Membantu meningkatkan penerimaan diri
merias, merapikan. dan sosialisasi.
f. Mendorong sosialisasi
dengan orang lain.
6. Dx : Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan
dengan inadekuat informasi
Tujuan : Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
f. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
g. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
h. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
i. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
Intervensi Rasional
a. Kaji apakah klien memahami a. Memberikan data dasar untuk mengembangkan
dan mengerti tentang rencana penyuluhan

21
penyakitnya. b. Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat
b. Jaga agar klien mendapatkan mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan
informasi yang benar, manfaat.
memperbaiki kesalahan c. Memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat
konsepsi/informasi. untuk melakukan terapi.
c. Peragakan penerapan terapi d. Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar
seperti, mandi dan pembersihan untuk kambuh kembali.
serta balutan basah. e. Penghentian dini dapat mempengaruhi pertahanan
d. Nasihati klien agar selalu alami tubuh melawan infeksi.
menjaga hygiene pribadi juga f. Keterbatasan aktivitas dapat mengganggu
lingkungan. kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
e. Tekankan perlunya melanjutkan sehari-hari.
Terapi /penggunaan obat-
obatan topikal.
f. Identifikasi sumber-sumber
pendukung yang memungkinkan
Untuk mempertahankan
perawatan di rumah yang
dibutuhkan.
4. Implementasi
Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan ( gordon, 1994, dalam
potter dan perry, 1997)
5. Evaluasi
1. Tidak terjadinya infeksi
2. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien
3. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena berkurangnya pruritus
dan ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
4. Menerima keadaan diri
5. Memahami tentang perawatan kulit dan terapi pengobatan

22
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di
kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak)
setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat
atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata.
Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di temukan,ternyata
pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di
harapkan.
2. SARAN
1. Sebaiknya kita dapat mengetahui pengertian urtikaria.
2. Sebaiknya kita dapat mengetahui gejala penyebab urtikaria.
3. Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, kita dapat memberikan tindakan
keperawatan urtikaria dengan baik dan tepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah,mochtar,2007,Ilmu penyakit kulit dan kelamin,Jakarta,fakultas


kedokteran universitas Indonesia.
Suddarth&brunner,2002,buku ajar keperawatan medical bedah,jkarta,buku
kedokteran.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Efiaty Arsyad Soepardi. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher, edisi 6. Jakarta : FKUI.
Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatn Medikal- Bedah, Vol 1.

24

Anda mungkin juga menyukai