Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu gangguan

yang terjadi pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplay

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung

bekerja keras, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pembuluh

darah jantung, otak, dan mata.

Hipertensi adalah faktor resiko utama munculnya penyakit

kardiovaskular. Salah satu penyakit degenerative pada umumnya yang

diderita oleh lansia adalah hipertensi. Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H.

(2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140

mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan

masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada

penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk

beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent

killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit

hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan

diri ke pelayanan kesehatan. Faktor pemicu terjadinya hipertensi

diantaranya mengkonsumsi garam yang berlebihan, kelebihan berat badan,

dan terlalu banyak mengkonsumsi kafein di atas usia 65 tahun. Tanda dan
gejala dari kambuhnya hipertensi dapat berupa nafas pendek, nyeri dada,

palpitasi, dan mimisan. Hipertensi yang tidak di tangani dengan baik maka

dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah, sehingga dapat

menyebabkan kerusakan pada otak, jantung, ginjal, dan mata (Nurhalimah

2018).

Jantung merupakan organ vital yang bekerja tanpa henti. Jantung

berperan penting dalam memompa darah keseluruh tubuh untuk menunjang

kelangsungan hidup oleh karena itu, sudah sepantasnya kesehatan jantung

dipelihara agar terhindar dari berbagai penyakit yang dapat merusaknya.

Kesehatan jantung adalah dimana detak jantung berkisaran 60-70 kali dalam

per menit. Menjaga kesehatan jantung dapat dilakukan dengan beberapa

langkah sederhana, seperti menjalani gaya hidup dan pola makan yang

sehat juga dengan rutin olahraga, menjaga berat badan ideal, dan tidak

merokok. Hal ini karena beberapa langkah tersebut merupakan metode yang

efektif untuk menjaga kesehatan jantung.

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari penyakit tidak

menular. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang mengalami

gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular

meliputi penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung koroner

merupakan penyakit pada otot jantung yang disebabkan oleh karena

penyempitan pembuluh darah yang diakibatkan oleh spasme pembuluh

darah jantung (Fuadi & Aleta, 2019). Komplikasi penyakit jantung koroner

disebabkan seperti hipertensi, Diabetes Melitus, dan ginjal. Sementara itu


terdapat hubungan antara penyakit jantung koroner dengan hipertensi, dan

DM sangat kuat karena beberapa kriteria yang sering ada pada pasien

penyakit jantung koroner yaitu peningkatan tekanan darah, peningkatan

glukosa darah, obesitas dan dislipidemia. Jika terjadi keadaan kekambuhan

pada pasien penyakit jantung koroner salah satu dari penyakit penyerta pada

pasien penyakit jantung koroner menyebabkan risiko berulang dan

memperburuk kondisi prognosis dari penyakit jantung koroner itu sendiri

(Idrawati, 2016)

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011

menunjukan satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita

hipertensi berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus

meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di

seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah menyebabkan banyak

kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi

di Asia Tenggara dengan 1/3 populasinya menderita hipertensi (Kemenkes,

2017). Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia

mencapai 8,4%, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah prevalensi

penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun

2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%.

Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun

2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Di Jawa

Timur presentase hipertensi sebesar 20,43 % atau sekitar 1.828.669

penduduk dengan proporsi laki-laki sebesar 20,83% (8,25.412 penduduk)


dan perempuan sebesar 20,11 % (1.003.257 penduduk) (Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Timur, 2017). Di kabupaten Ngawi pada tahun 2019 sejumlah

58.593 penderita hipertnsi sedangkan penyakit jantung tahun 2019 sejumlah

1.096, di pukesmas Paron setiap tahunnya mengalami penigkatan pada 2017

sejumlah 643 orang yang menderita hipetensi, pada tahun 2018 jumlah

penderita hipertensi sebanyak 1.543 orang, pada tahun 2019 sejumlah 2.124

orang yang menderita hipertensi, sedangkan pada tahun 2020 penderita

hipertensi sejumlah 2.624 orang. Prevalensi hipertensi mengalami

peningkatan yang signifikan pada pasien berusia 60 tahun keatas. Hipertensi

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pola

perilaku hidup.

Hipertensi masih menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi

hipertensi, masih banyak pasien hipertensi yang belum mendapatkan

pengobatan maupun yang telah diobati namun tekanan darahnya belum

mencapai target, dan adanya penyakit serta komplikasi berupa kerusakan

organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah yang memperburuk

prognosis pasien hipertensi tanda gelaja yang biasa dialami oleh penyakit

hipertensi adalah sakit kepala, kencang di tengkuk, pusing, sering berdebar-

debar, mual, muntah, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah dan penurunan

kesadaran.

Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diseluruh

dunia karena prevelensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa

yang akan datang maka penyakit hipertensi ini dianggap menjadi masalah
yang besar dan serius. Penyakit hipertensi ini dapat menyerang semua

golongan masyarakat yang ada diseluruh dunia. Jumlah dari yang menderita

penyakit hipertensi dari tahun ketahun meningkat. Terdapat dua jenis terapi

hipertensi yaitu dengan farmakologis (medis) dan non farmakologis

(herbal). Maka dari itu kedua terapi tersebut harus dilaksankan gunakan

untuk menstabilkan tekanan darah serta mencegah komplikasi. Terdapat dua

jenis terapi hipertensi yaitu terapi secara farmakologis dengan menggunakan

obat antihipertensi dan non farmakologis dengan menggunakan terapi

herbal, memodifikasi gaya hidup, serta teknik pengobatan lainnya

(Syafrudin, 2011). Terapi herbal memiliki keuntungan bagi yang

mengkonsumsinya, diantaranya harga lebih terjangkau, mudah diperoleh,

tidak menimbulkan efek samping dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Salah satu terapi herbal yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi adalah

labu siam dengan madu (Nisa, 2012).

Labu siam mengandung senyawa bioaktif antara flavonoid, alkanoid,

saponim dan memiliki efek diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah

(Pipit, dkk, 2016). Sedangkan madu mempunyai kandungan aktivitas

antioksidan yaitu glukosa oksida, katalase, asam askorbik, flavonoid, asam

fenolik, karotenoid derivat, dan asam organik. Selain itu, madu juga

mengandung komponen kimia asetilkolin yang memiliki efek kolegemik

yang dapat menurunkan tekanan darah (Erejuwa, dkk, 2012)

Menurut penelitian Puspitasari tahun 2018 terdapat perubahan

tekanan darah diastole pada responden setelah pemberian sari labu siam
tanpa efektif pada hari kedua sehingga dapat pengaruh pemberian sari labu

siam terhadap perubahan tekanan darah penderita tekanan darah tinggi di

desa jatirejo kecamatan jatirejo kabupaten Mojokerto. Menurut penelitian

dari Nurhalimah tahun 2018 di dapatkan lebih dari separuh 56,7%

responden mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 30 mmHg setelah

diberikan jus labu siam selama 3 kali di Kelurahan Telogo Mas Malang

penelitian yang dilakukan oleh Djaelani et al tahun 2014 didapatkan hasil

bahwa sari buah labu siam berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah

pada lansia hipertensi dengan rata-rata tekanan darah diastolik pre test 96,82

mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik post test 87,52 mmHg, dan selisih

rata-rata tekanan darah sistoliknya adalah 9,3 mmHg.Dari kandungan labu

siam (Cucurbitaceae) berupa kalium yang dapat membantu ginjal dalam

mengeluarkan kelebihan airan dan garam dalam tubuh sehingga bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti memutuskan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemeberian Jus Labu Siam

Plus Madu Terhadap Kesehatan Jantung Dengan Tekanaan Darah Tinggi

Pada Lansia”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian

diatas adalah “Apakah Ada Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam Plus Madu
Terhadap Kesehatan Jantung Dengan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di

Puskesmas Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi?

I.3 Tujuan peneliti

I.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam Plus Madu

Terhadap Kesehatan Jantung Dengan Tekanan Darah Tinggi Pada

Lansia Di Puskesmas Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.

I.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi

hipertensi di Puskesmas Paron Kecamatan Paron Kabupaten

Ngawi pada sebelum diberikan jus labu siam plus madu.

2. Mengidentifikasi kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi

di Puskesmas Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi pada

lansia sesudah diberikan jus labu siam plus madu.

3. Menganalisis Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam Plus Madu

Terhadap Kesehatan Jantung Dengan Tekanan Darah Tinggi

Pada Lansia Di Puskesmas Paron Kecamatan Paron Kabupaten

Ngawi.
I.4 Manfaat Peneliti

I.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi

kesehatan dalam pengobatan herbal dalam penanganan kesehatan

jantung dengan tekanan darah tinggi.

I.4.2 Manffat praktis

Masyarakat dapat mengetahui bahwa labu siam plus madu

dapat mengobati kesehatan jantung dengan tekanaan darah tinggi

pada lansia.

1. Bagi Lansia

Penelitian ini diharapkan lansia mampu menerapkan dan

mengaplikasikan tentang cara mengatasi kesehatan jantung

dengan tekanan darah tinggi dengan penerapan pemberian labu

siam plus madu.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambahkan kepustakaan di STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN khususya tentang kesehatan

jantung dengan tekanan darah tinggi pada lansia dan sebagai

bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang akan dan sedang

melakukan penelitian keperawatan Gerontik.


3. Bagi Peneliti

Diharapkan dari hasil penelitian ini peneliti mendapatkan

tambahan pengetahuan mengenai manfaat labu siam plus madu

terhadap kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi pada

lansia.

4. Bagi Pelayan Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam mengatasi

masalah kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi pada

lansia di kalangan masyarakat dengan metode penerapan

pemberian labu siam plus madu di pukesmas Paron kecamatan

Paron kabupaten Ngawi.

5. Bagi Masyarakat

Diharapkan dari hasil penelitian ini masyarakat mengetahui

tentang manfaat labu siam plus madu sebagai obat alternative

pengobatan kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi.


BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi : Penatalaksanaan


1. Usia
2. Merokok 1. Farmakologi
3. Konsumsi alkohol dan Hipertensi a. Beta‐bloker
kafein berlebih b. Penghambat
4. Konsumsi garam aniotensin
Jantung dengan converting enzymes
berlebih
5. Dyslipidemia (kolestrol)
tekanan darah c. Antagonis
6. DM angiotensin II
7. Jenis kelamin d. Calcium channel
blocker
8. Stress
e. Alpha‐blocker
9. Keturunan (Ras)
2. Non farmakologi
a. Memperbaiki pola
hidup sehat
Kandungan labu siam kalium, b. Meningkatkan
vitamin c, karbohidrat, kalsium, aktifitas fisik
protein, alkaloid. Kandungan madu c. Mengkonumsi jus
glukosa oksida, katalase, asam labu siam plus madu
askorbik, flavonoid, asam fenolik,
karotenoid derivat, dan asam
organic dan asetilkolin.
Membantu kesehatan
jantung dengan
Membantu ginjal mengeluarkan Penurunan Tekanan
kelebihan cairan dan garam dari dalam Darah Tinggi
tubuh

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti : Berpengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pemberian Jua Labu


Siam Plus Madu Terhadap Kesehatan Jantung Dengan
Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia.
Pada Gambar 3.1 menjelaskan bahwa Kesehatan Jantung dengan Tekanan

darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor usia,merokok,

konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan, kolesterol, DM, jenis

kelamin, dan juga dapat dipengaruhi oleh stress yang berlebih dan dapat

diatasi dengan pengobatan farmakoloagi dan non farmakologi. Obat

farmakologi meliputi Beta‐bloker Penghambat aniotensin converting

enzymes, Antagonis angiotensin II, Calcium channel blocker, Alpha‐

blocker sedangkan yang non farmakologi untuk Memperbaiki pola hidup

sehat, Meningkatkan aktifitas fisik, Mengkonumsi jus labu siam plus madu

dengan kandungan yang ada di dalam labu siam adalah kalium, vitamin

c, karbohidrat, kalsium, protein, alkaloid sedangakan kandungan madu

adalah glukosa oksida, katalase, asam askorbik, flavonoid, asam fenolik,

karotenoid derivat, dan asam organic dan asetilkolin. Kandungan yang

ada didalam jus labu siam plus madu dapat Membantu ginjal

mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh sehingga pada

penelitian ini peneliti ingin meneliti pemberian jus Labu Siam plus madu

yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi.

Sesuai dengan mekanisme bekam bahwa tindakan terapi pemberian jus

Labu siam plus madu dapat membuat dilatasi kapiler sehingga dapat

menurunkan tekanan darah dan peneliti juga meminimalkan faktor perancu

atau faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung dengan tekanan

darah tinggi.
3.2 Hipotesis

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam Plus Madu Terhadap

Kesehatan Jantung Dengan Tekanan Darah Tinggi Pada Pasien

Lansia Di Desa Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian eksperimental yaitu dengan

rancangan penelitian pra-eksperimental dengan one group pre-post test

design yaitu dengan mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum

melakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.

A 01 X 02

Keterangan :

A : Kelompok intervensi / Responden

01 : Hasil Kesehatan Jantung dengan Tekanan darah tinggi sebelum

intervensi

X : Intervensi terapi Jus labu siam dengan madu

02 : Hasil Kesehatan Jantung dengan Tekanan darah tinggi sesudah

intervensi
4.2 Populasi dan Sampe

I.4.3 Populasi

Target populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia pada

penderita kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi di Desa

Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi sebanyak 30 responden.

I.4.4 sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh lansia penderita

Jantung dengan Tekanan Darah Tinggi di Desa Paron Kecamatan

Paron Kabupaten Ngawi. Sampel terdiri atas bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjeck penelitian

melalui sampling. Sementara sampling adalah proses menyeleksi

porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

non probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah

dalam penelitian), sehingga sampel sejumlah 29 orang. pengambilan

sampel ini menggunakan rumus slovin dengan tingkat signifikan

yang dipilih 5% (0,05) yang dihitung sebagai berikut:

N
Rumus besar sampel: n=
1+ N ( d 2)

N
n=
1+ N (d ¿¿ 2)¿
30
¿
1=30(0,05)2
30
¿
1+30 ( 0,0025 )
30
¿
1+ 0,075
30
¿
1,075
= 29
Keterangan : n : jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat signifikan (5% = 0,05)
Untuk menghindari drop out dalam proses penelitian maka

perlu penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi

dengan rumus (Satroasmoro 2014) :

1 n
n=
(1−f )
27
¿
(1−0,05)
27
¿
0,95
= 28,4210
= 29
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel akhir

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 30 responden.

4. 3 Tehnik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang sesuai


dengan tujuan penelitian. Penentuan kriteria sampel sangat membantu

peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat

variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel

yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2 , yaitu kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi.

I.4.5 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat

menentukan kriteria inklusi. Dalam penelitian ini kriteria inklusinya

adalah :

1. Lansia bermasalah dengan kesehatan jantung dengan tekanan


darah tinggi yang bersedia menjadi responden.
2. Penderita penyakit jantung dengan tekanan darah tinggi atau
hipertensi dengan umur ≥ 60 tahun.
I.4.6 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab, antara lain terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu

pengukuran maupun interpretasi hasil, terdapat keadaan yang

mengganggu kemampuan pelaksanaan, hambatan etis, subjek

menolak untuk berpartisipasi. Dalam penelitian ini kriteria ekslusi

adalah:

1. Lansia penderita penyakit jantung dengan tekanan darah tinggi


yang mengkonsumsi obat antihipertensi.
2. Lansia penderita hipertensi dengan penyakit penyerta.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Seluruh lansia penderita kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi di Desa Paron
Kacamatan Paron kabupaten Ngawi dengan sebanyak 30 responden

Sampel:
Lansia penderita kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi di Desa Paron Kacamatan Paron
kabupaten Ngawi dengan sebanyak 30 responden

Tehnik sampling : Purposive sampling Non- probability

Desain penelitian :
Jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian pra-
eksperimental dengan one group pre-post test design

Variabel independen: Variabel dependen :


Terapi pemberian jus labu siam Kesehatan jantung dengan
plus madu Tekanan darah tinggi

Pre test Pengukuran Post test Pengukuran Intervensi :


kesehatan jantung dengan kesehatan jantung dengan dilakukan terapi
tekanan darah tinggi tekanan darah tinggi sesudah Pemberian jus
sebelum pemberian jus labu diberikan jus labu siam plus Labu Siam plus
siam plus madu madu madu

Pengolahan data :
Editingg,Coding,, Tabulating, Data Entry, Cleaning

Analisa data : Menggunakan uji


Paired T-test taraf sig 0,05

Hasil dan kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian


4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Varian

I.4.7 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan

lain– lain). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok

(orang, benda, situasi ) berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok tersebut (Nursalam, 2016 ). Pada penelitian ini terdapat

dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen ( Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi

atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan

stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu

dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2016 ). Pada

penelitian ini variabel independennya adalah terapi Pemberian

Jus Labu Siam plus madu.

2. Variabel Dependen ( Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan

muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain

(Nursalam, 2016 ). Pada penelitian ini variabel dependennya

adalah kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi.

I.4.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan


karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan

tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang

merupakan kunci definisi operasional.

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Variabel Teknik 1. Jus labu SOP dan - -
independen Pengobatan siam dengn lembar
Terapi dengan madu hingga observasi
pemberian menggunakan halus dalam
jus labu bahan alami jus waktu menit
siam plus labu sian plus 2-3 menit
madu madu untuk 2. Jus labu
membantu siam dengan
kesehatan madu yang
jantung dengan dijus
menurunkan sebanyak
tekanan darah 300 ml.
3. Dikonsumsi
1x dalam
sehari
selama 5
hari
berturut-
turut.
Variabel Ukuran yang Tekanan rata- MAP Rasio Sesuai angka
dependen dapat rata MAP yaitu hasil
Kesehatan menentukan dengan tekanan perhitungan
Jantung seberapa kuat darah sistolik MAP
dengan jantung dan tekanan
Tekanan memompa darah diastolik.
darah Tinggi darah ke
MAP: S+(2XD)
seluruh tubuh
berdasarkan 3
tekanan rata-
rata arteri
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen pada penelitian eksperimen pemberian jus

labu siam plus madu dengan mengunakan SOP pembuatan jus labu siam

plus madu. Dan untuk variabel dependen Kesehatan jantung dengan

Tekanan Darah tinggi instrumen yang digunakan adalah


sphymomanometer, stetoskop, alat tulis dan lembar observasi.

4. 7 Lokasi dan Waktu Penelitian

I.4.9 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di Desa Paron Kecamatan


Paron Kabupaten Ngawi.
I.4.10 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2021 – 2021.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolaan Data

I.4.11 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam

pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan

tehnik instrumen yang digunakan ( Nursalam, 2016).

Prosedur penelitian yang ditetapkan dalam melakukan

penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Perizinan Penelitian

Pengurusan izin penelitian peneliti membawa surat dari

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun untuk diajukan ke Badan

Kesatuan Bangsa Dan Politik (BANKESBANGPOL) wilayah

kota Ngawi. Surat ijin dari BANKESBANGPOL kemudian

diberikan Dinas Kesehatan (DINKES) kemudian dari DINKES

diberi surat untuk diberikan kepada Kepala Puskesmas Paron


Kabupaten Ngawi. Setelah diberikan izin oleh pihak puskesmas

untuk peneliti melakukan pendataan pada lansia yang menderita

kesehatan jantung dengan tekan darah tinggi di Desa Paron,

Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi.

2. Sebelum Intervensi (Pre)

Pada hari pertama peneliti mengumpulkan lansia yang

menderita kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi untuk

dilakukan pendataan dan pemberian penjelasan terkait prosedur,

tujuan dan manfaat dari penelitian, selanjutnya peneliti

memberikan inform consent kepada calon reponden untuk

ditanda tangani. Peneliti dan asisten peneliti sebanyak 6 orang

melakukan persamaan persepsi tentang penyampaian tujuan

terapi pemberian jus labu siam plus madu, tatalaksana prosedur

pemberian jus labu siam plus madu, dan cara pengukuran

kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi pada responden.

Dalam penelitian ini, peneliti mengajak 6 teman untuk

membantu dalam pemberian jus labu siam plus madu kepada

masing-masing responden. Untuk 1 responden membutuhkan air

sebanyak 300 ml jus labu siam plus madu. Jus labu siam plus

madu diberikan kepada 30 responden pada waktu pagi hari

setelah sarapan pagi yaitu pada pukul 07.00. Pemberian jus labu

siam plus madu diberikan selama 5 hari, dan dilakukan

pengamatan dalam pemberian jus labu siam plus madu untuk


memastikan jus labu siam plus madu dihabiskan dalam waktu 5

menit.

3. Intervensi

Setelah semua di pastikan telah diukur tekanan darahnya,

responden diberikan jus labu siam plus madu yang dikonsumsi

sebanyak 300 ml dan diberikan 5 hari terapi pada pagi hari

pukul (07.00), dan selanjutnya pada hari ke tiga, empat ,lima,

enam di lakuan pemberian intervensi yang serupa seperti di hari

kedua secarat urut.

4. Setelah Intervensi (Post)

Setelah dua jam dilakukan intervensi, peneliti atau

asisten peneliti akan mengukur tekanan darah (pre test). Data

yang di ambil adalah data tekakan darah sebelum pemberian

intervensi (pre test) di hari kedua dan data yang diambil setelah

intervensi (pos test) dihari ke lima penelitian.

4.9 Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakuikan

berbagai tahapan diantaranya :

1. Editing

Hasil observasi atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyutingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

merupakan kegiatan seperti pengecekan dan perbaikan isian lembar

observasi tersebut.
2. Coding

Setelah lembar observasi di edit atau disunting, selanjutnya

dilakukan proses coding atau pemberian tanda kode yaitu mengubah

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pada penilaian

ini diberikan kode sebagai berikut :

a. Jenis kelamin

Laki – laki : 1

Perempuan : 2

b. Umur

Lansia (elderly) 60 - 74 tahun : 1

Lansia tua (old) 75 - 90 tahun : 2

Usia sangat tua (very old) >90 tahun : 3

c. Riwayat pendidikan

Dasar (SD, SMP) : 1

Menengah ( SMA/SMK) : 2

Tinggi (Sarjana) : 3

d. Riwayat pekerjaan

IRT/Tidak Bekerja : 1

PETANI : 2

WIRASWASTA : 3

Karyawan SWASTA : 4

PNS/TNI/POLRI : 5
3. Processing atau entry data

Proses setelah coding data, selanjutnya memasukkan data dari

lembar observasi ke dalam komputer.

4. Data Entry

Pemprosesan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau

database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Proses ini

memasukkan data dalam bentuk kode ke dalam program komputer

Pemprosesan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau

database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Proses ini

memasukkan data dalam bentuk kode ke dalam program komputer

(Notoatmodjo,2012).

5. Cleaning

Cleaning disebut juga pembersihan data apabila semua data dari

setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek

kembali untuk melihat kemungkinan– kemungkinan adanya kesalahan

– kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

6. Scoring
Pada langkah ini dalam pengolahan data yaitu menentukan skor

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada variable yaitu dengan

mengukur kesehatan jantung dengan tekanan darah tinggi pada

penderita hipertensi dengan menggunkan rumus MAP dan alat

sfigmomanometer dan stetoskop, lalu dikelompokkan berdasarkan

derajat hipertensi (Normal, Normal tinggi, Stadium 1 (hipertensi

ringan), Stadium 2 (hipertensi sedang), Stadium 3 (hipertensi berat),

Stadium 4 (hipertensi maligna / sangat berat)).

4. 10 Analisa Data

Untuk melakukan penguji hipotesis, analisa data yang dapat

dilakukan sebagai berikut :

I.4.12 Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini adalah menganalisis

Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam plus Madu Terhadap

Kesehatan Jantung Dengan Tekanan Darah tinggi sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan terapi pemberian jus labu siam plus

madu. Data akan disajikan dalam bentuk tabel seperti jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan.

I.4.13 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk menganalisis


adanya kefektivitasan pemberian terapi jus labu siam plus madu.
Analisa data ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
aplikasi SPSS versi 20.0. Teknik aplikasi yang digunakan untuk
mengetahuin perbedaan antara terapi jus labu saim plus madu dan
tidak diterapi dengan jus labu siam plus madu menggunakan uji
statistik paired T-test. Uji paired T-test ini memiliki syarat yang
harus dipenuhi, yaitu data yang digunakan tidak bebas
(berpasangan), berdistribusi normal, untuk melakukan uji
normalitas dengan menggunakan Shapiro Walk, Skala data
interval, dan data harus homogen.
Jika nanti data tidak bisa berdistribusi normal maka
menggunakan uji Wilcoxon yang merupakan nonparametic test.
Keputusan hasil uji statistik dengan membandingkan nilai p (p
value) α= 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Menolak H1 (menerima H0), bila diperoleh nilai P > 0,05
b. Menerima H1 (menolak H0), bila diperoleh nilai P<0,05
Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk
menganalisis perubahan pemberian jus labu siam plus madu di
Desa Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.

4. 11 Etika Penelitian

Manusia di dunia ini tidak pernah lepas dari etika dan moral

dimanapun dan kapanpun. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan berupa

penelitian, manusia yang berperan sebagai pelaku penelitian dan manusia

lain yang berperan sebagai objek penelitian juga tidak bisa lepas dari yang

namanya etika, sopan santun, dan nilai moral. Dalam hubungan antara

kedua belah pihak yang terlibat, masing-masing memiliki hak dan

kewajibannya. Peneliti hendaknya selalu taat terhadap sikap ilmiah

(scientific attitude) serta selalu patuh pada etika penelitian meski mungkin

penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian atau dampak buruk

bagi subjek penelitian (Nursalam, 2015)


I.4.14 Etika Dalam Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent atau lembar persetujuan adalah bentuk

persetujuan antara peneliti dan reponden disertai dengan

ditandatanganinya sebuah lembar persetujuan apabila responden

atau subjek tersebut bersedia ikut dalam penelitian. Lembar

persetujuan tersebut diberikan kepada responden sebelum

penelitian dilakukan dengan tujuan agar subjek atau responden

penelitian mengerti tujuan dan manfaat penelitian yang akan

dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta

menandatangani lembar persetujuan kepada penderita hipertensi

di Desa Paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi terkait

penelitian yang akan dilakukan serta hal-hal apa saja yang akan

terjadi selama penelitian (Hidayat, 2007).

2. Anonimity

Dengan tidak mencantumkan nama subjek atau responden

pada lembar alat ukur. Pada hasil penelitian yang disajikan, data

yang dtulis berupa kode pada lembar pengumpulan data (Hidayat,

2007).

3. Confidentiality
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

berupa informasi maupun hal-hal lain. Pelaporan hasil penelitian,

hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan (Hidayat,

2007)

I.4.15 Prinsip Penelitian

1. Confidentiality (Prinsip Kerahasiaan)

Tiap orang yang hidup memiliki hak dasar pribadi termasuk

privasi dan kebebasan personal dalam memberikan informasi.

Tiap orang memiliki hak untuk tidak memberikan apa yang

diketahuinya pada orang lain. Maka dari itu, kita sebagai peneliti

tidak boleh memaparkan informasi pribadi da kerahasiaan

identitas responden atau subjek penelitian. Peneliti sebaiknya

hanya menggunakan kode untuk mengganti identitas responden

(Notoatmodjo, 2012)

2. Respect for Justice and Inclusivess (Prinsip Kaedilan dan

Keterbukaan)

Lingkungan yang digunakan dalam penelitian harus

dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan semua tujuan prosedur penelitian. Prinsip ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian menerima perlakuan

dan keuntungan yang sama, tanpa ada yang dibeda-bedakan

(Notoatmodjo, 2012)

3. Benefit (Prinsip Manfaat)


Saat melakukan sebuah penelitian, hendaknya penelitian

tersebut dapat menghasilkan manfaat yang maksimal bagi

masyarakat pada umumnya, dan subyek penelitian pada

khususnya. Tiap peneliti hendaknya berusaha meminimalkan

dampak munculnya kerugian bagi subyek penelitian. Maka dari

itu, pelaksanaan penelitian hendaknya dapat mencegah atau

mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subyek

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Oleh sebab itu, selama penelitian

berlangsung, peneliti memiliki kewajiban untuk melakukan

pengawasan dan menjaga responden atau subjek penelitian agar

tidak timbul kejadian yang tidak diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai