KELOMPOK II
Nama Anggota :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………1
a. Latar Belakang ……………………………………………………………1
b. Rumusan Masalah ……………………………………………………………1
c. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN TEORI ……………………………………………………3
1. Pengertian ………………………………………………………………....…3
2. Anatomi Fisiologi ……….………………………………………….......……4
3. Etiologi …………………………………………………………………....8
4. Patofisiologi …………………………………………..………………..9
5. Pathway …………………………………………..…………………....…12
6. Tanda dan Gejala …………………………………………………..............13
7. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………..............14
8. Penatalaksanaan Medis …………………………………………………..14
9. Komplikasi ……………………………………………..………………..15
10. Konsep Dasar Keperawatan …………………………………………..15
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………..22
Kesimpulan …………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
1
1. Agar dapat mengerti dan memahami tentang pengertian dari Penyakit
Urtikaria
2. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Anatomi Fisiologi dari Penyakir
Urtikaria.
3. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Etiologi dari Penyakit Urtikaria.
4. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Patofisiologi dari Penyakit
Urtikaria
5. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Pathway dari Penyakit Urtikaria
6. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Tanda dan Gejala pada Penyakit
Urtikaria
7. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Pemeriksaan Penunjang pada
Penyakit Urtikaria
8. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Penatalaksanaan Medis pada
Penyakit Urtikaria
9. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Komplikasi pada Penyakit
Urtikaria
10. Agar dapat mengerti dan memahami tentang Konsep Dasar Keperawatan
pada Penyakit Urtikaria
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
2
Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang sangat mengganggu dan
membuat penderita atau dokter kadang frustasi. Frustasi karena pada keadaan
tertentu gangguan ini sering hilang timbul tanpa dapat diketahui secara pasti
penyebabnya. Kesulitan mencari penyebab ini terjadi karena faktor yang
berpengaruh sangat banyak dan sulit dipastikan. Secara umum yang mendasari
utama biasanya adalah penderita memang punya bakat alergi kulit yang didasari oleh
alergi makanan dan dipicu oleh hilang timbulnya infeksi virus dalam tubuh
(gejalanya demam, sumeng atau tanpa demam, pilek, badan pegal (sering dikira
kecapekan), batuk atau gangguan saluran cerna).
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang
dikelilingi oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau
berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal)
yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan
histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis,
kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
A. Anatomi Kulit
3
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.
Lapisan luar kulit adalah epidermis dan lapisan dalam kulit adalah dermis atau
korium.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papiler dan lapisan retikuler yang
merupakan lapisan tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Fungsi dermis berfungsi
sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi. Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau
hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak, berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi.
1) Dermatografisme
2) Urtikaria solaris
3) Urtikaria dingin
4) Penyakit sistemik
B. Urtikaria kolinergik
5
4) Infeksi Sepsis fokal (misalnya infeksi saluran kemih, infeksi saluran
pernafasan atas, hepatitis,Candida spp, protozoa, cacing)
4. Patofisiologi
Urtikaria sering terjadi dan merupakan akibat dari degranulasi sel mast
(reaksi imunolpgis tipe 1) sebagai respons terhadap antigen, dengan pelepasan
histamin dan mediator vasoaktif lainnya, yang menyebabkan timbulnya eritema dan
edema. Pasien-pasien dengan kondisi ini, 70% diantaranya mengalami urtikaria
idiopatik (dimana antigennya tidak diketahui), sisanya mengalami bentuk urtikaria
lain. Urtikaria, jika berat juga dapat mengenai jaringan subkutan dan mengakibatkan
terjadinya angioedema (pembengkakan pada tangan, bibir, sekitar mata, dan
walaupun jarang tetapi penting untuk diperhatikan yaitu pada lidah atau laring).
(Davey, 2005)
Proses urtikaria akut dimulai dari ikatan antigen pada reseptor IgE yang
saling berhubungan dan kemudian menempel pada sel mast atau basofil.
Selanjutnya, aktivasi dari sel mast dan basofil akan memperantarai keluarnya
berbagai mediator peradangan. Sel mast menghasilkan histamine, triptase, kimase,
dan sitokin. Bahan-bahan ini meningkatkan kemampuan degranulasi sel mast dan
merangsang peningkatan aktivitas ELAM dan VCAM, yang memicu migrasi
limfosit dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria (Anonimous, 2007).
6
urtikaria kontak, misalnya urtikaria yang terjadi karena pemakaian sarung tangan
latex, dimana latex diserap kulit dan masuk ke aliran darah, sehingga menyebabkan
urtikaria sistemik.
Urtikaria akut juga bisa terjadi pada stimulasi sel mast tanpa adanya ikatan
IgE dengan allergen. Misalnya, pada eksposure pada media radiocontrast, dimana
pada saat proses radiologi berlangsung, akan terjadi perubahan osmolalitas pada
lingkungan yang mengakibatkan sel mast berdegranulasi (Anonimous, 2007). Faktor
imunologik maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk
melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik
AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan
mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivate amidin, obat-
obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotic berperan pada
keadaan ini.
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang
kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena
adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi
degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak
pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
5. Pathway
7
PATHWAY
Pelepasan Histamin
Vasodilatasi Peningkatan
pembuluh darah permeabilitas kapiler
setempat
URTIKARIA
2. Daerah kulit yang terkena Urtikaria ini bervariasi dan dapat muncul di
manapun.
3. Bagian yang terkena Urtikaria pun terasa lebih panas dibanding permukaan
kemudian akan muncul kulit kemerahan dan sedikit penonjolan pada kulit
setelah itu barulah rasa nyeri (seperti tersengat atau tertusuk) datang.
6. Beberapa penderita Urtikaria Akut biasanya mengalami masalah pernafasan
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Ig E test
2. ANA test
3. skin tes
9
4. Pemeriksaan darah, urin, feses ruti
5. Pemeriksaan Histopatologik
6. Tes eleminasi makanan
7. Tes Provokasi
8. Tes Alergi
8. Penatalaksanaan Medis
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak perlu
adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap ini gejalanya tidak
berlansung lama dan bisa sembuh sendiri.
9. Komplikasi
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal
yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi
sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir
kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas
hidup
10
Pengkajian
Identitas Pasien.
Keluhan Utama :
Riwayat Kesehatan.
11
a. Riwayat Penyakit Sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan
keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang
dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan
yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan
oleh obat. Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi
ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya
eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama
Diagnosa Keperawatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan
kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
Gejala penyakit ini bisa berupa: gatal-gatal, pembengkakan diatas
permukaan kulit yang berwarna kemerahan dengan batas pinggir yang jelas (timbul
secara tiba-tiba, memudar bila disentuh, jika digaruk akan timbul bilur-bilur yang
baru), bilur-bilur membesar lalu menyebar atau bergabung satu sama lain
membentuk bilur yang lebih besar, bentuknya berubah-ubah, hilang-timbul dalam
beberapa menit atau jam.
Pengobatannya yaitu, jika sifatnya ringan, tidak diperlukan pengobatan
khusus karena bisa menghilang dengan sendirinya. Jika sampai terjadi penyumbatan
tenggorokan dan kesulitan bernafas, maka segera dilakukan tindakan darurat. Untuk
mengurangi peradangan, gatal-gatal dan pembengkakan, diberikan antihistamin,
epinephrine, terbutalin, simetidin, kortikosteroid atau obat penenang. Sedang
pencegahannya yaitu hindari kontak dengan alergen penyebab kaligata.
13
DAFTAR PUSTAKA
Efiaty Arsyad Soepardi. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
iii