Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan Pengasih, sumber segala ilmu dan pengetahuan
atas berkatNya Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dapat terus menerbitkan
buku-buku Materi Pengetahuan, Ketrampilan Klinik dan Penuntun Praktikum yang khusus untuk
dipergunakan bagi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Buku-buku tersebut ditulis dan disusun oleh para Staf Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha, untuk itu kami Pimpinan sangat menghargai dan mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua kontributor dan editor.
Semoga buku-buku ajar ini dapat dimanfaatkan dalam menunjang, meningkatkan pengetahuan
bagi para mahasiswa/i peserta didik dalam menuju terciptanya dokter yang profesional dan
kompeten (Five Star Doctor).
Namun tentunya tidaklah cukup jika hanya mengandalkan buku-buku ajar ini saja, untuk itu para
peserta didik harus tetap melengkapi dari sumber lain dan mengikuti pengetahuan kedokteran yang
terus berkembangan dengan pesat.
Akhir kata, Pimpinan dan seluruh Pendidik Fakultas Kedokteran mengucapkan Selamat Belajar.
Tuhan memberkati.
ii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku penunjang pembelajaran di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang merujuk kepada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI). Dalam penerapan KKNI, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Melalui sistem pembelajaran PBL mahasiswa dituntut aktif, mandiri dan belajar sepanjang
hayat. Metode-metode pembelajaran diarahkan untuk memancing keingintahuan, memotivasi
mahasiswa untuk belajar secara mandiri, melatih untuk berpikir kritis yang berguna baik pada saat
berkuliah maupun ketika mahasiswa sudah terjun di masyarakat sebagai dokter. Pembelajaran ini
akan berhasil apabila mahasiswa aktif dalam mencari materi pengetahuan dari berbagai sumber
yang dapat dipercaya dan dengan demikian melalui pembelajaran mandiri mahasiswa akan lebih
mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguasai keahlian untuk belajar.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha menerbitkan panduan belajar berupa buku
dengan maksud menjembatani tujuan pembelajaran dengan materi dunia kedokteran yang sangat
banyak, dinamis, dan kompleks. Tidak ada buku yang dapat menjelaskan kompleksitas dan
pengembangannya hanya seorang pembelajar yang dapat menjawab tantangan ini di masa depan.
Isi buku ini hanya mencakup panduan umum dari materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa
secara individual. Mahasiswa wajib mencari sumber pustaka lain untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan mereka. Melalui buku ini diharapkan mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi
untuk mempelajari lebih dalam lagi berbagai topik baik materi pengetahuan, praktikum, dan
ketrampilan klinik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih dan bimbinganNya
maka Buku ini dapat disusun dan diterbitkan. Buku ini diterbitkan sebagai salah satu pegangan bagi
peserta didik dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
dengan materi yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi sebagai dokter layanan primer.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para mahasiswa/i Fakultas Kedokteran dalam mempersiapkan
diri untuk melayani pasien nyata di klinik kelak.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan buku ini, sehingga kami mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca guna
perbaikan di kemudian hari.
Editor
iv
DAFTAR KONTRIBUTOR
v
DAFTAR ISI
vi
MEKANISME GENETIKA DASAR
Teresa Liliana Wargasetia
1. Struktur Gen
Gen-gen berperan dalam pewarisan sifat dari orang tua ke anak. Gen-gen tersebut juga
berperan dalam menjalankan fungsi semua sel di tubuh. Organisme hidup menunjukkan
variasi yang besar dalam jumlah gen, bervariasi dari hanya jumlah yang sedikit pada
sejumlah organisme hingga 25.000 gen pada manusia. Gen-gen manusia tersusun pada
molekul-molekul rantai heliks ganda yang disebut asam deoksiribosa (deoxyribonucleic
acids (DNAs)). DNA terdiri atas nukleotida yang terdiri atas beberapa jumlah senyawa
yang saling berikatan. Komponen-komponen dasar nukleotida adalah:
1. Asam fosfat. Setiap nukleotida DNA mempunyai satu grup fosfat, yang mengandung satu,
dua, atau tiga fosfat. Nukleotida-nukleotida berenergi tinggi di dalam sel mempunyai
3 buah fosfat, dua diantaranya digunakan selama pembentukan asam nukleat. Sebagai
contoh adalah ATP (adenosin trifosfat).
2. Deoksiribosa. Gula ini mempunyai lima atom karbon.
3. Basa nitrogen yaitu adenine (A), cytosine (C), guanine (G), thymine (T), dan uracil
(U). Uracil hanya ada pada RNA dan menggantikan thymine (Gambar 1).
Empat buah basa yaitu—A, C, G, dan T—mengkode semua pesan dan instruksi
biologis di dalam DNA. Molekul DNA mempunyai dua tulang punggung longitudinal,
masing-masing terdiri atas grup gula-fosfat. Kedua tulang punggung ini melilit satu sama
lain membentuk heliks ganda dengan satu putaran setiap 10 pasang basa. Basa A, C, G,
dan T melekat pada tulang punggung tersebut dan ikatan hidrogen terbentuk antara basa-
basa yang melekat pada kedua tulang punggung. Basa A selalu berpasangan dengan T
menggunakan dua ikatan hidrogen di antara keduanya, sedangkan G selalu berpasangan
dengan C menggunakan tiga ikatan hidrogen (Gambar 1). Setiap untai dari molekul DNA
heliks ganda berisi urutan nukleotida yang melengkapi (complementary) urutan nukleotida
untai pasangannya. Ikatan hidrogen yang kuat di antara pasangan basa membuat struktur
heliks ganda menjadi stabil. Urutan linier dari nukleotida pada molekul DNA menentukan
urutan linier dari asam amino dari protein.
Hanya sebagian kecil DNA di dalam suatu gen yang mengkode protein; sisanya adalah
urutan noncoding DNA yang panjang. Urutan pengkode disebut ekson, sedangkan urutan
yang tidak mengkode disebut intron. Intron akan dihilangkan selama proses pemotongan
(splicing) RNA.
Pada eukariot, seperti sel-sel manusia, DNA berada di nukleus. Genom (urutan DNA
pada suatu organisme yang berisi informasi genetik lengkap) manusia berukuran sekitar
3 milyar pasang basa. Hal yang menarik adalah bahwa bila DNA direntangkan, DNA di
dalam sel manusia hampir 2 meter panjangnya, sepertinya tidak mungkin tertampung
di dalam nukleus sel manusia yang berukuran 200.000 kali lebih kecil. DNA dapat
tertampung di dalam nukleus karena DNA dan protein membentuk kompleks kromatin
yang melipat dan mengemas molekul-molekul DNA menjadi struktur yang sangat padat.
2 Mekanisme Genetika Dasar
MEKANISME GENETIKA DASAR
Terdapat dua jenis protein pada kromatin yaitu histon dan nonhiston. Delapan buah protein
histon yang masing-masing dililit oleh DNA seperti kumparan membentuk struktur yang
disebut nukleosom. Komples DNA-histon di dalam nukleosom digabungkan oleh DNA
linker. Kelompok-kelompok nukleosom yang padat dikemas menjadi benang kromatin
(Gambar 2).
1.2. Kode Genetik
Kode genetik adalah rangkaian aturan yang menghubungkan informasi genetik yang
dikode oleh empat basa DNA atau RNA dengan protein yang dibentuk oleh 20 macam
asam amino. Triplet nukleotida pada mRNA disebut kodon dan terdapat 64 kombinasi
kodon. Setiap kodon menetapkan satu asam amino, tetapi satu asam amino dapat dikode
oleh beberapa kodon, hal ini membantu mengimbangi mutasi acak. Tabel 1 memuat kode
genetik. Satu buah kodon yang spesifik (UAG) membawa kode untuk memulai pembuatan
suatu molekul protein dan tiga buah kodon (UAA, UGA, UAG) membawa kode untuk
menghentikan proses pembentukan suatu protein.
2. Replikasi DNA
Replikasi DNA adalah proses duplikasi molekul DNA heliks ganda. Duplikasi ini
melibatkan tiga langkah: (1) inisiasi, (2) elongasi, dan (3) terminasi.
2.1. Inisiasi
Untuk memulai proses duplikasi, protein inisiator spesifik melekat pada urutan tertentu
pada DNA yaitu pada replication origin. Dua rantai molekul DNA dipisahkan pada titik
awal replikasi oleh enzim helikase yang memutuskan ikatan hidrogen di antara struktur
heliks ganda untuk membentuk replication fork. Replication fork terdiri atas dua untai yaitu
leading strand dan lagging strand yang mempunyai arah yang berlawanan. Single-strand
binding proteins (SSBPs) kemudian berikatan dengan untai tunggal yang baru dibentuk
dan mencegah pelekatan untai kembali. Enzim primase mengkatalisis pembentukan
primer-primer, suatu segmen urutan asam nukleat, pada DNA cetakan.
2.2. Elongasi
Pada langkah ini, DNA polimerase melekat pada primer-primer dan mulai membuat
rantai komplemen untuk untai tunggal DNA. DNA polimerase hanya dapat mensintesis
DNA baru dari arah 5’ke 3’ yang ekuivalen dengan arah 3’ ke 5’ pada cetakan DNA.
Pemahaman bahwa leading strand and lagging strand mempunyai arah yang berlawanan
yaitu 5′ ke 3′ dan 3′ ke 5′ penting untuk memahami replikasi. Leading strand dengan orientasi
3′ OH mengarah ke fork diperpanjang dengan mudah dengan menambahkan nukleotida-
nukleotida hingga ujung untai. DNA polimerase tidak dapat menambahkan nukleotida-
nukleotida baru ke ujung 5’ dari rantai yang sedang dibuat, hal ini menjadi masalah bagi
lagging strand. Okazaki menemukan jawaban untuk hal ini, ia memperlihatkan bahwa
lagging strand direplikasi melalui sintesis segmen-segmen DNA pendek yang disebut
fragmen Okazaki. Fragmen-fragmen Okazaki disintesis dengan arah normal yaitu 5′ to 3′
pada untai yang baru kemudian digabungkan menjadi untai DNA yang utuh.
2.3. Terminasi
Terminasi sebagai langkah akhir terjadi saat replication fork berbenturan dengan
replication fork di sebelahnya atau saat mencapai ujung dari molekul DNA linier.
3. Perbaikan DNA
Kerusakan DNA dapat disebabkan oleh pemotongan pada ikatan kimia pada DNA oleh
agen dari lingkungan seperti ultraviolet dan radiasi ionisasi, juga oleh reaksi dengan kimia
genotoksik sebagai produk dari metabolisme sel atau dari lingkungan. Perubahan pada
urutan DNA yang disebut mutasi, dapat terjadi selama replikasi ketika DNA polimerase
menyisipkan nukleotida yang salah karena enzim tersebut membaca DNA cetakan yang
rusak. Mutasi juga terjadi dengan frekuensi yang rendah sebagai hasil kesalahan DNA
polimerase ketika mereplikasikan cetakan DNA yang normal. Bila mutasi dibiarkan tanpa
koreksi, maka mutasi-mutasi dapat berakumulasi sehingga mengganggu fungsi sel.
Lini utama pertahanan dalam mencegah mutasi adalah melalui kerja DNA polimerase
itu sendiri. Ketika DNA polimerase bergerak sepanjang cetakan DNA saat replikasi,
kemudian terjadi penambahan nukleotida yang salah ke ujung 3’ rantai yang sedang dibuat,
DNA polimerase menjalankan aktivitas eksonuklease 3’ ke 5’. Aktivitas tersebut disebut
proofreading dengan aktivitas polimerase terhenti sementara, lalu memindahkan ujung
3’ dari rantai yang sedang dibuat ke lokasi nuklease, di mana basa yang salah dibuang.
Setelah itu ujung 3’ dikembalikan ke tempat polimerase dan replikasi DNA dilanjutkan.
4. Transkripsi
Karena DNA terdapat di nukleus pada sel eukariot dan kebanyakan fungsi sel terjadi
di sitoplasma, maka DNA gen-gen mengontrol reaksi-reaksi kimia di sitoplasma terutama
pembentukan protein-protein melalui bantuan RNA yang dibentuk melalui proses
transkripsi. RNA dapat bergerak melalui pori-pori membran nukleus ke sitoplasma.
Seperti halnya DNA, RNA terbentuk dari nukleotida-nukleotida berupa grup fosfat, gula,
dan basa. Namun terdapat beberapa perbedaan:
1. Nukleotida RNA menggunakan gula ribosa, bukan deoksiribosa.
2. Thymine digantikan oleh pirimidin lain yaitu Uracil.
3. Molekul RNA terdiri atas satu rantai.
4. Rantai RNA lebih pendek dari rantai DNA.
Sintesis RNA melibatkan pemisahan sementara dua rantai heliks ganda DNA, sehingga
untai tunggal digunakan sebagai cetakan. Urutan nukleotida pada DNA ditranskripsikan
menjadi urutan messenger RNA (mRNA). Bagian DNA yang ditanskripsikan menjadi
RNA disebut unit transkripsi. Secara lebih spesifik, triplet-triplet nukleotida pada DNA
ditanskripsikan menjadi kodon-kodon mRNA. Kodon-kodon ini mendeskripsikan urutan
asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis protein di sitoplasma; urutan kodon mRNA
6 Mekanisme Genetika Dasar
MEKANISME GENETIKA DASAR
efektif berperan sebagai “resep” protein. Istilah “messenger RNA” merefleksikan fakta
bahwa mRNA berperan sebagai karier informasi antara DNA (yang tidak meninggalkan
nukleus) dan sitoplasma. Proses transkripsi dilakukan di bawah pengaruh enzim RNA
polimerase Proses transkripsi melibatkan 3 langkah: inisiasi, elongasi, dan terminasi.
4.1. Inisiasi
Transkripsi dimulai ketika RNA polimerase berikatan dengan DNA. Pengikatan tersebut
membutuhkan urutan nukleotida yang disebut promoter yang berlokasi di depan suatu
gen. RNA polimerase dan promoter mempunyai struktur yang komplemen sehingga RNA
polimerase akan menempel pada promoter. RNA polimerase membuka lilitan heliks DNA
dan memisahkan menjadi dua untai yang terpisah. Hanya salah satu dari untai ini akan
digunakan sebagai cetakan untuk sintesis RNA (Gambar 4).
4.2. Elongasi
Enzim polimerase bergerak sepanjang untai cetakan, membuka dan memisahkan
dua untai DNA dan menambahkan nukleotida RNA pada rantai RNA yang sedang
dibentuk. Nukleotida dengan basa G berpasangan dengan nukleotida berbasa C, sedangkan
A dengan U. Dengan memutuskan ikatan dua radikal fosfat dari setiap nukleotida RNA
baru, RNA polimerase mendapat banyak energi. Energi ini membuat fosfat yang masih
ada membentuk ikatan kovalen dengan ribosa pada ujung dari molekul RNA yang sedang
dibuat (Gambar 4)..
4.3. Terminasi
Pada bagian akhir gen terdapat urutan akhir nukleotida DNA yang disebut chain-
terminating sequence. Ketika polimerase mengenali urutan ini, polimerase memisahkan
diri dari untai DNA. Pada saat yang sama, untai DNA baru terpisah dari dari cetakan DNA
dan dilepaskan ke nukleoplasma (Gambar 4).
Pertanyaan:
Untai manakah dari dua rantai DNA yang digunakan sebagai cetakan untuk
sintesis mRNA?
ujung 3’, enzim menambahkan 50 hingga 250 nukleotida adenine (A), membentuk
poly-A tail.
Penambahan 5’ cap dan poly-A tail mempunyai fungsi:
- Fasilitasi ekspor mRNA matang ke nukleus
- Proteksi mRNA dari degradasi oleh enzim-enzim hidrolisis
- Menolong ribosom melekat ke ujung 5’ mRNA ketika mRNA mencapai sitoplasma.
Gambar 5 menunjukkan diagram molekul mRNA dengan cap dan tail. Gambar juga
menunjukkan untranslated regions (UTRs) pada ujung 5’ dan 3’ mRNA. UTRs adalah
bagian dari mRNA yang tidak ditranslasikan menjadi protein, namun mempunyai fungsi
lain seperti pengikatan ribosom.
2. RNA Splicing
Tahap lain pada pemrosesan RNA di dalam nukleus eukariot adalah penghilangan
porsi yang besar molekul RNA yang telah disintesis melalui proses RNA splicing. Rerata
panjang suatu unit transkripsi adalah 27.000 pasang basa sehingga transkrip RNA primer
juga sepanjang itu. Walaupun demikian, hanya dibutuhkan 1.200 nukleotida pada RNA
untuk mengkode protein dengan rerata 400 asam amino. Hal itu menunjukkan bahwa
sebagian besar transkrip RNA dari gen-gen eukariot mempunyai daerah panjang yang
tidak ditranslasikan. Ternyata urutan-urutan bukan pengkode menyelip di antara
segmen-segmen pengkode di dalam gen dan di antara segmen-segmen pengkode pre-
mRNA. Segmen asam nukleotida yang bukan pengkode yang berada di antara daerah
pengkode disebut intron, sedangkan daerah pengkode yang nantinya ditanslasikan
menjadi urutan asam amino disebut ekson. Istilah ekson dan intron digunakan untuk
urutan RNA maupun urutan DNA yang mengkodenya.
Dalam pembuatan transkrip primer dari gen, RNA polimerase II mentranskripsi
intron-intron maupun ekson-ekson dari DNA. Intron-intron dibuang dari molekul DNA
dan ekson-ekson digabungkan membentuk molekul mRNA dengan urutan pengkode
yang saling menyambung, inilah yang disebut RNA splicing (Gambar 6). Sinyal untuk
RNA splicing adalah urutan nukleotida pendek pada setiap ujung intron. Partikel-
partikel yang disebut small nudear ribonucleoproteins (snRNPs, dibaca ‘snurps’)
mengenali tempat pemotongan di kedua ujung intron tersebut. Sejumlah snRNP yang
berbeda bergabung dengan protein-protein lain membentuk spliceosome. Spliceosome
berinteraksi dengan dengan tempat pemotongan intron, intron dilepaskan, dan dua
ekson yang mengapit intron digabungkan.
5. Translasi
Translasi adalah proses menguraikan kode mRNA di ribosom untuk menghasilkan suatu
protein spesifik, berdasarkan pemetaan antara kodon dan asam amino. Saat mRNA kontak
dengan ribosom, mRNA bergerak sepanjang ribosom sehingga kodon-kodon pada mRNA
ditanslasikan oleh ribosom dan tRNA menjadi asam-asam amino spesifik. Urutan asam
amino yang dihasilkan membentuk rantai polipeptida atau protein. Ketika kodon stop pada
mRNA mencapai ribosom, translasi berhenti. Molekul tunggal mRNA dapat digunakan
untuk membentuk molekul-molekul protein pada beberapa ribosom pada saat yang sama.
Ribosom-ribosom tersebut berikatan pada molekul RNA yang sama membentuk kelompok
yang disebut poliribosom.
KORELASI KLINIS
1. Asam Nukleat & Replikasi DNA
Kanker adalah kelompok penyakit dengan sel-sel yang tidak responsif terhadap
pengendalian pertumbuhan sel. Penyebab utama kanker adalah radiasi, zat kimia, dan
virus. Radiasi dan zat kimia menyebabkan kerusakan pada DNA, yang bila tidak diperbaiki
dengan cepat akan menyebabkan mutasi penyebab kanker. Materi organik yang terbakar
(seperti rokok) menghasilkan zat kimia seperti benzo(a)piren yang berikatan kovalen
dengan basa-basa DNA, menghasilkan mutasi yang mengarah kepada kanker paru. Sinar
ultraviolet menghasilkan dimer pirimidin pada DNA yang menyebabkan kanker kulit.
Kondisi ini terutama terjadi pada penderita xeroderma pigmentosum (XP) karena sistem
perbaikan DNAnya tidak berfungsi secara normal.
Mutasi pada sistem perbaikan DNA lainnya dapat mengarah pada hereditary nonpolyposis
colorectal cancer (HNPCC) (proses perbaikan DNA tidak berjalan pada penyakit ini),
sindrom Bloom (terjadi cacat pada helikase yang dibutuhkan untuk membuka untai DNA
selama replikasi), sindrom Cockayne (cacat pada transkripsi dan perbaikan DNA), dan
kanker payudara (cacat pada perbaikan rantai DNA tunggal atau ganda yang putus).
Onkogen adalah gen-gen penyebab kanker. Gen-gen tersebut di dalam sel-sel normal
disebut protoonkogen, terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan normal. Bila onkogen
masuk ke sel sebagai konsekuensi dari infeksi virus atau bila protoonkogen berubah atau
diekspresikan secara abnormal, terjadilah kanker. Banyak onkogen mengkode protein
yang berkaitan dengan faktor tumbuh, reseptor untuk faktor tumbuh, faktor transkripsi,
atau protein-protein yang sintensisnya diinduksi oleh faktor tumbuh. Sejumlah produk
onkogen masuk ke nukleus dan mengaktivasi berbagai gen.
Menurut teori onkogen, virus menyebabkan kanker dengan cara menyisipkan kopi
tambahan atau kopi abnormal protoonkogen ke dalam sel-sel atau dengan cara menyisipkan
promoter ke daerah yang meregulasi ekspresi dari gen-gen protoonkogen. Oleh karena itu,
protoonkogen diamplifikasi. Protoonkogen atau daerah pengontrolnya dapat mengalami
mutasi karena radiasi atau zat kimia. Perubahan produk atau tingkat ekspresi protoonkogen
menyebabkan perubahan pada karakteristik pertumbuhan sel yang menyebabkan kanker.
Chronic myelogenous leukemia (CML) dapat disebabkan karena translokasi antara
kromosom 9 dan 22, yang menghasilkan protein baru yang disebut bcr-abl.
Studi struktur bcr-abl memungkinkan desain obat Gleevec yang berikatan pada bcr-abl
dan menghambat aktivitas kinase dari bcr-abl, yang menuju pada remisi kanker. Kanker
juga dapat sebagai hasil dari perubahan pada gen-gen yang memproduksi protein-protein
yang berperan sebagai penekan pertumbuhan sel. Penurunan ekspresi gen-gen tersebut
(seperti p53, gen retinoblastoma) menyebabkan peningkatan pertumbuhan sel. MicroRNAs
(miRNAs) dapat diklasifikasikan sebagai onkogen atau penekan tumor (tumor suppressor),
tergantung pada fungsi gen-gen yang diregulasi.
Pengobatan kanker sering melibatkan obat yang mengganggu sintesis DNA. Sebagai
contoh, 5-fluorouracil (5-FU) mencegah konversi dUMP menjadi dTMP, menurunkan
jumlah nukleotida timin yang dibutuhkan untuk sintesis DNA. Obat lain yaitu methotrexate
mencegah pembentukan tetrahidrofolat dari prekursornya sehingga pembentukan timin
untuk sintesis DNA dan purin untuk sintesis DNA dan RNA dihambat. Adriamycin
mengandung serangkaian cincin yang menyisip di antara pasangan basa DNA. Ketika
adriamycin ada, DNA tidak dapat berperan sebagai cetakan untuk replikasi atau transkripsi.
Etoposide memblok aksi topoisomerase sehingga replikasi tidak terjadi.
Mutasi-mutasi ini menyebabkan jumlah rantai globin yang diproduksi tidak mencukupi
dan menyebabkan anemia. Mutasi-mutasi pada intron yang menyebabkan perubahan
tempat pemotongan juga menyebabkan penurunan sintesis dari salah satu rantai globin.
Senyawa yang menghambat protein sintesis juga dapat digunakan sebagai antibiotik.
Streptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan eritromisin menghambat sintesis protein
pada ribosom (70S) prokariot dan digunakan untuk mengobati berbagai infeksi. Karena
mitokondria di dalam tubuh manusia mengandung ribosom-ribosom tipe 70S yang
mempunyai fungsi mirip dengan pada sel-sel prokariot, senyawa-senyawa ini juga
menghambat sintesis protein mitokondria.
Kloramfenikol dapat merusak ribosom-ribosom mitokondria dan harus digunakan
dengan hati-hati. Streptomisin berikatan dengan subunit ribosom 30S dari prokariot
dan menyebabkan salah baca mRNA, lalu mencegah pembentukan kompleks inisiasi.
Tetrasiklin berikatan dengan subunit ribosom 30S dari prokariot dan menghambat
pengikatan aminoacyl-tRNA ke A site. Kloramfenikol menghambat aktivitas peptidyl
transferase dari subunit ribosom 50S dari prokariot. Eritromisin berikatan dengan subunit
ribosom 50S dari prokariot dan mencegah translokasi.
Berbagai inhibitor sintesis protein yang menyebabkan penyakit telah diidentifikasi.
Toksin difteri yang dihasilkan dari gen-gen phage digabungkan ke dalam bakteri
Corynebacterium diphtheriae. Toksin tersebut menyebabkan difteria, suatu penyakit saluran
pernafasan yang mematikan. Fragmen A dari toksin mengkatalisis ADP-ribosylation dari
EF-2, lalu menginhibisi translokasi pada eukariot. Sel-sel yang mengandung fragmen A
dari toksin akan mati dengan cepat akibat tidak terjadinya sintesis protein.
Referensi
Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB.
Biology. 8th ed. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings, 2008.
Lieberman MA & Ricer R. Biochemistry, Molecular Biology, and Genetics 6th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2014.
Lodish H, Berk A, Kaiser CA, Krieger M, Bretscher A, Ploegh H, et al. Molecular Cell
Biology. 8th ed. New York: WH Freeman & Co, 2016.
Najarian K, Najarian S, Gharibzadeh S, Eichelberger CN. Systems biology and
bioinformatics. A computational approach. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis
Group, 2009.
Membrum inferius adalah perpanjangan truncus, khusus untuk menopang berat badan,
locomotion, dan memelihara keseimbangan.
Membrum inferius mempunyai 6 regiones utama:
1. Regio glutealis (G. gloutos, buttocks) adalah regio transisi antara truncus dan pars
libera membri inferioris, meliputi nates (clunes) dan regio coxae (meliputi articulatio
coxae dan trochanter major femoris). Lebar panggul adalah ukuran transversus
setinggi trochanter major femoris. Regio glutealis dibatasi di superior oleh crista iliaca,
di medialis oleh crena analis, dan di inferior oleh sulcus glutealis. Musculi glutei
menutupi cingulum pelvicum dan menyusun massa regio ini.
2. Regio femoris adalah pars libera membri superioris yang terletak di antara regio
glutealis, regio abdominalis, dan regio perinealis di proximalis dan regio genus
di distalis. Regio femoris meliputi hampir seluruh femur. Transisi dari truncus ke
pars libera membri superioris terletak di regio inguinalis. Di sini batas antara regio
abdominalis dan regio perinealis dan regio femoris adalah ligamentum inguinale di
anterior dan ramus ischiopubicus di medialis. Di posterior, sulcus glutealis memisahkan
regio glutealis dari regio femoris.
3. Regio genus meliputi condylus femoris, condylus tibiae, caput fibulae, dan patella,
juga persendian di antaranya. Regio genus posterior (poples) meliputi fossa poplitea.
4. Regio cruris adalah bagian yang terletak di antara genu dan bagian distalis crus
yang sempit; meliputi hampir seluruh tibia dan fibula. Crus menghubungkan
genu dengan pes.
5. Tarsus atau regio talocruralis meliputi malleolus medialis dan malleolus lateralis dan
articulatio talocruralis.
6. Pes atau regio pedis adalah bagian distalis membrum inferius yang meliputi tarsus,
metatarsus, dan phalanges. Hallux mempunyai hanya dua phalanges; digiti yang lain
mempunyai tiga.
Membrum Inferius 15
MEMBRUM INFERIUS
Os Coxae
Os coxae matur dibentuk oleh penyatuan ilium, ischium, dan pubis di akhir usia pubertas.
Ketika lahir, ketiga tulang dihubungkan oleh cartilago hyalina; pada anak, penulangan
belum komplit. Ketika pubertas, ketiga tulang masih dipisahkan oleh cartilago triradiata
berbentuk Y yang berpusat di acetabulum, walaupun kedua bagian ramus ischiopubicus
berfusi pada usia 9 tahun. Tulang-tulang tersebut mulai berfusi pada usia 15–17 tahun; fusi
lengkap pada usia 20–25 tahun.
Ilium
Ilium membentuk bagian terbesar os coxae dan berkontribusi sebagai bagian superior
acetabulum. Ilium mempunyai bagian medialis yang tebal untuk menyangga berat badan
dan bagian posterolateralis yang tipis seperti sayap, ala ossis ilii yang menyediakan
permukaan lebar untuk perlekatan musculi.
Corpus ossis ilii bersama pubis dan ischium membentuk acetabulum. Di anterior,
ilium mempunyai spina iliaca anterior superior dan spina iliaca anterior inferior yang
menjadi perlekatan bagi ligamenta dan tendo musculi membri inferioris.
Mulai di spina iliaca anterior superior (SIAS), tepi superior ala ossis ilii yang menebal
dan panjang melengkung, crista iliaca, memanjang ke posterior berakhir di spina iliaca
posterior superior (SIPS). Crista iliaca berperan sebagai “bumper” protektif dan tempat
perlekatan aponeurosis otot mendatar dan fascia profunda. Tonjolan di labium externum
dari crista iliaca, tuberculum iliacum, terletak 5–6 cm posterior terhadap SIAS. Spina
iliaca posterior inferior merupakan ujung superior incisura ischiadica superior.
16 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Permukaan lateralis ala ossis ilii mempunyai tiga garis melengkung yang kasar: linea
glutea anterior, linea glutea posterior, dan linea glutea inferior yang membatasi
perlekatan proximalis ketiga musculi glutei. Di medialis, ala ossis ilii mempunyai depresi
halus besar, fossa iliaca yang merupakan perlekatan proximalis musculus iliacus. Tulang
yang membentuk bagian superior fossa iliaca dapat menjadi tipis dan translusen, khususnya
pada perempuan tua dengan osteoporosis.
Di posterior, aspek medialis ilium mempunyai area artikular yang kasar, berbentuk daun
telinga yang disebut facies auricularis, dan tuberositas iliaca yang sama kasarnya dan
superior terhadap facies auricularis, untuk junctura synovialis dan syndesmosis dengan
permukaan resiprokal os sacrum pada articulatio sacroiliaca.
Ischium
Ischium membentuk bagian posteroinferior os coxae. Bagian superior dari corpus
ossis ischii berfusi dengan ilium dan pubis, membentuk aspek posteroinferior acetabulum.
Ramus ossis ischii bersatu dengan ramus inferior ossis pubis membentuk ramus
ischiopubicus yang menjadi batas inferomedialis foramen obturatum. Tepi posterior
ischium membentuk tepi inferior incisura ischiadica major. Pada tepi inferior incisura
ischiadica major ditemukan spina ischiadica yang menyediakan perlekatan ligamentum
dan memisahkan incisura ischiadica major dari incisura ischiadica minor. Incisura
ischiadica minor berperan sebagai trochlea untuk otot yang muncul dari tulang panggul.
Tonjolan tulang kasar pada junctio ujung inferior corpus ossis ischii dengan ramus ossis
ischii disebut tuber ischiadicum. Berat badan bertumpu pada tuber ischiadicum ketika
duduk; tuber ischiadicum menyediakan perlekatan proximalis otot femur posterior.
Pubis
Pubis membentuk bagian anteromedialis os coxae, berkontribusi terhadap bagian
anterior acetabulum dan menjadi tempat perlekatan proximalis otot femur medialis. Pubis
terbagi menjadi corpus ossis pubis yang terletak di medialis, dan ramus superior ossis
pubis dan ramus inferior ossis pubis yang menonjol ke lateralis dari corpus.
Di medialis, facies symphysialis dari corpus ossis pubis bersendian dengan facies
symphysialis dari corpus ossis pubis kontralateral melalui symphysis pubica. Tepi
anterosuperior dari kedua corpus ossis pubis dan symphysis pubica membentuk crista
pubica yang menyediakan perlekatan bagi otot abdomen.
Tonjolan kecil di ujung lateralis crista pubica, tuberculum pubicum, merupakan marka
penting regio inguinalis. Tuberculum pubicum menjadi perlekatan untuk bagian utama
ligamentum inguinale dan melaluinya perlekatan otot secara tidak langsung. Tepi posterior
dari ramus superior ossis pubis mempunyai tonjolan tajam, pecten ossis pubis, yang ikut
membentuk pelvic brim.
Membrum Inferius 17
MEMBRUM INFERIUS
Foramen Obturatum
Foramen obturatum adalah lubang oval besar atau triangular iregular pada os
coxae. Foramen obturatum dibatasi oleh pubis, ischium, dan rami kedua tulang tersebut.
Kecuali lubang kecil tempat lewat nervus obturatorius dan vasa obturatoria (canalis
obturatorius), foramen obturatum ditutupi oleh membrana obturatoria yang tipis dan
kuat. Keberadaan foramen ini mengurangi berat tulang tapi tetap menyediakan tempat
perlekatan otot pada kedua sisinya.
Acetabulum
Acetabulum adalah rongga berbentuk cup besar pada aspek lateralis os coxae yang
bersendian dengan caput femoris membentuk articulatio coxae. Limbus (margo) acetabuli
tidak komplit di inferior, incisura acetabuli. Depresi kasar di dasar acetabulum meluas
ke superior dari incisura acetabuli, disebut fossa acetabuli. Bagian acetabulum yang
bersendian dengan caput femoris disebut facies lunata yang melingkar di sebelah dalam
fossa acetabuli dan incisura acetabuli.
Femur
Femur adalah tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh. Femur meneruskan berat
badan dari os coxae ke tibia ketika berdiri. Panjangnya ± ¼ tinggi badan. Femur terdiri dari
corpus femoris, ujung superior (proximalis), dan ujung inferior (distalis).
Ujung superior terdiri dari caput femoris, collum femoris, trochanter major, dan trochanter
minor. Caput femoris berbentuk ⅔ lingkaran yang ditutupi cartilago articularis, kecuali
depresi di medialis yang disebut fovea capitis femoris, tempat perlekatan ligamentum
capitis femoris. Pada awal kehidupan, ligamentum tersebut dilewati arteria yang
menyuplai epiphysis caput femoris. Collum femoris berbentuk trapezoid dan berdiameter
rata-rata ¾ caput femoris.
18 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 19
MEMBRUM INFERIUS
Serupa, tapi lebih halus dan lebih menonjol, crista intertrochanterica menghubungkan
kedua trochanter di posterior. Elevasi membulat pada crista disebut tuberculum
quadratum. Pada pandangan anterior dan posterior, trochanter major segaris dengan
corpus femoris. Pada pandangan posterior dan superior, trochanter major berlanjut sebagai
lekukan dalam ke arah medialis yang disebut fossa trochanterica.
Corpus femoris sedikit cembung di anterior. Hampir seluruh corpus halus membulat,
menyediakan origo extensor genu, kecuali di posterior di mana garis kasar lebar, linea
aspera, menyediakan perlekatan bagi adductor femur. Elevasi verticalis tersebut terutama
menonjol di ⅓ medius corpus femoris, di mana mempunyai labium laterale dan labium
mediale. Di superior, labium laterale bercampur dengan tuberositas glutea, dan labium
mediale berlanjut sebagai linea spiralis.
Linea spiralis memanjang ke arah trochanter minor tapi kemudian berjalan ke permukaan
anterior femur, di mana berlanjut dengan linea intertrochanterica. Elevasi intermedius,
linea pectinea, memanjang dari bagian centralis linea aspera ke basis trochanter minor.
Di inferior, linea aspera terbagi menjadi linea supracondylaris medialis dan linea
supracondylaris lateralis, yang mengarah ke condylus medialis dan condylus lateralis.
Condylus medialis dan condylus lateralis menyusun hampir seluruh ujung inferior
femur. Kedua condylus berada pada level horizontalis yang sama ketika tulang pada
posisi anatomis, sehingga jika femur terisolasi ditempatkan tegak dengan kedua condylus
menyentuh meja atau lantai, corpus femoris diasumsikan berada pada posisi obliqua
yang sama seperti dalam tubuh (± 9° dari verticalis pada laki-laki dan sedikit lebih besar
pada perempuan).
Condylus femoris bersendian dengan meniscus dan condylus tibiae membentuk
articulatio genus. Meniscus dan condylus tibiae bergerak sebagai satu unit melintasi aspek
inferior dan posterior condylus femoris pada flexio dan extensio. Kecembungan facies
articularis condylus meningkat ketika menuruni permukaan anterior, menutupi ujung
inferior, dan kemudian naik ke posterior. Condylus dipisahkan di posterior dan inferior oleh
fossa intercondylaris, tapi bersatu di anterior, membentuk depresi longitudinalis dangkal,
facies patellaris, yang bersendian dengan patella. Permukaan lateralis condylus lateralis
mempunyai tonjolan centralis yang disebut epicondylus lateralis. Permukaan medialis
condylus medialis mempunyai tonjolan yang lebih besar dan lebih menonjol yang disebut
epicondylus medialis, superior terhadap elevasi lain, yakni tuberculum adductorium
yang merupakan perlekatan tendo. Epicondylus menyediakan perlekatan proximalis bagi
ligamentum collaterale tibiale (mediale) dan ligamentum collaterale fibulare (laterale).
20 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Tibia
Terletak di sisi anteromedialis crus, hampir paralel terhadap fibula, tibia adalah tulang
terbesar kedua dalam tubuh. Melebar pada kedua ujungnya untuk persendian dan transfer
berat badan. Ujung proximalis melebar ke medialis, lateralis, dan posterior, yaitu condylus
medialis dan condylus lateralis yang membentuk facies articularis superior (tibial
plateau) yang relatif datar. Facies articularis superior terdiri dari 2 facies articularis (yang
medialis sedikit konkaf dan yang lateralis sedikit konveks) yang bersendian dengan condylus
medialis femoris dan condylus lateralis femoris. Kedua facies articularis dipisahkan oleh
eminentia intercondylaris yang dibentuk oleh tuberculum intercondylare mediale dan
tuberculum intercondylare laterale yang dipisahkan oleh area intercondylaris anterior
dan area intercondylaris posterior.
Kedua tuberculum bersesuaian dengan fossa intercondylaris femoris. Tuberculum
intercondylare mediale, tuberculum intercondylare laterale, area intercondylaris
anterior, dan area intercondylaris posterior merupakan tempat perlekatan menisci dan
ligamenta utama genu yang memegang femur dan tibia serta memelihara kontak antar
facies articularis.
Pada aspek anterolateralis condylus lateralis tibiae didapatkan anterolateral tibial
tubercle (Gerdy Tubercle) inferior terhadap facies articularis, yang menyediakan perlekatan
distalis untuk fascia yang menebal dan menutupi femur lateralis, menambahkan stabilitas
pada articulatio genus. Pada condylus lateralis juga didapatkan facies articularis fibularis
di posterolateralis aspek inferiornya untuk bersendian dengan caput fibulae.
Tidak seperti femur, corpus tibiae terletak verticalis dalam crus. Potongan melintang
tibia berbentuk segitiga; mempunyai facies medialis, facies posterior, dan facies lateralis
serta margo anterior, margo medialis, dan margo interosseus (lateralis).
Margo anterior tibiae merupakan margo yang paling menonjol. Margo anterior dan
facies medialis adalah subcutanea sepanjang tulang. Periosteum yang membungkusnya
dan kulit di luarnya rentan terhadap memar. Di ujung superior margo anterior terdapat
tuberositas tibiae, tempat perlekatan distalis ligamentum patellae yang terdapat di antara
tepi inferior patella dan tuberositas tibiae.
Corpus tibiae paling tipis di junctio ⅓ medius dan ⅓ distalis. Ujung distalis tibia
lebih kecil daripada ujung proximalis dan berakhir sebagai tonjolan malleolus medialis.
Permukaan inferior corpus tibiae dan permukaan lateralis malleolus medialis bersendian
dengan talus.
Membrum Inferius 21
MEMBRUM INFERIUS
Margo interosseus tibiae tajam dan merupakan tempat perlekatan membrana interossea
cruris yang menghubungkan kedua ossa cruris. Di inferior, tepi yang tajam digantikan oleh
lekukan, incisura fibularis yang menyediakan perlekatan dengan ujung distalis fibula.
Pada facies posterior dari bagian proximalis corpus tibiae terdapat linea musculi solei
yang berjalan inferomedialis ke margo medialis. Linea dibentuk dalam hubungan dengan
perlekatan musculus soleus ⅓ jalan menuruni corpus. Distalis segera terhadap linea ini
dijumpai lekukan vaskular obliqua yang menuju ke foramen nutricium, untuk lintasan
arteria nutricia yang menyuplai ujung proximalis tibia dan medulla ossium. Dari foramen
nutricium, canalis nutricius berjalan ke inferior dan berakhir di cavitas medullaris.
Fibula
Fibula terletak posterolateralis terhadap tibia dan melekat erat melalui syndesmosis
tibiofibularis yang meliputi membrana interossea. Fibula tidak berfungsi dalam menyangga
berat badan. Fibula berperan terutama untuk perlekatan musculi, menyediakan perlekatan
distalis bagi satu otot dan perlekatan proximalis bagi 8 otot. Serabut syndesmosis
tibiofibularis disusun utuk menahan tarikan ke bawah pada fibula.
Ujung distalis membesar dan memanjang ke lateralis dan ke inferior sebagai malleous
lateralis. Malleoli membentuk dinding luar rectangular socket (mortise), yang merupakan
komponen superior articulatio talocruralis, dan menyediakan perlekatan untuk ligamenta
yang menstabilkan sendi tersebut. Malleolus lateralis lebih menonjol dan lebih posterior
daripada malleolus medialis dan berekstensi ± 1 cm lebih distalis.
Ujung proximalis fibula terdiri dari caput fibulae superior terhadap collum fibulae.
Caput fibulae mempunyai apex capitis fibulae. Caput fibulae bersendian dengan facies
articularis fibularis yang terdapat di posterolateralis dari aspek inferior condylus lateralis
tibiae. Corpus fibulae berpilin dan ditandai oleh perlekatan otot. Potongan melintang
corpus fibulae berbentuk segitiga, mempunyai tiga facies (lateralis, medialis, dan posterior)
dan tiga margo (anterior, interosseous, dan posterior).
Ossa Pedis
Ossa pedis meliputi tarsus, metatarsus, dan phalanges. Ada 7 ossa tarsi, 5 ossa metatarsi
dan 14 phalanges.
Tarsus
Tarsus (posterior or proximal foot; hindfoot+midfoot) terdiri dari 7 tulang: talus,
calcaneus, os cuboideum, os naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme
intermedium, dan os cuneiforme laterale. Hanya talus yang bersendian dengan ossa cruris.
22 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Talus mempunyai corpus, collum, dan caput. Facies superior atau trochlea tali diapit
oleh kedua malleoli dan menerima berat badan dari tibia. Talus mentransmisikan dan
membaginya kepada calcaneus, ke mana corpus tali berhubungan, dan kepada forefoot,
ke mana caput tali berhubungan melalui ligamentum calcaneonaviculare plantare (spring
ligament). Ligamentum calcaneonaviculare plantare tergantung melewati celah antara
tonjolan medialis shelf-like dari calcaneus (sustentaculum tali) dan os naviculare yang
terletak di anterior.
Talus adalah satu-satunya os tarsale yang tidak mempunyai perlekatan otot atau tendo.
Hampir seluruh permukaannya ditutupi cartilago articularis. Corpus tali membawa trochlea
tali di superior dan menyempit menjadi processus posterior tali dengan sulcus tendinis
musculi flexoris hallucis longi, yang diapit oleh tuberculum laterale dan tuberculum
mediale yang kurang prominen.
Calcaneus adalah tulang terbesar dan terkuat di pes. Ketika berdiri, calcaneus
mentransmisikan sebagian besar berat badan dari talus ke ground. Dua pertiga anterior
dari permukaan superior calcaneus bersendian dengan talus dan permukaan anteriornya
bersendian dengan os cuboideum.
Permukaan lateralis calcaneus mempunyai alur obliqua, trochlea fibularis yang terletak
di antara tendo fibularis longus dan tendo fibularis brevis. Trochlea fibularis menahan
tendon pulley untuk evertor pes. Sustentaculum tali yang menyokong caput tali menonjol
dari tepi superior permukaan medialis calcaneus. Bagian posterior calcaneus mempunyai
tonjolan masif yang menyangga berat badan, tuber calcanei yang mempunyai processus
medialis tuberis calcanei, processus lateralis tuberis calcanei dan tuberculum calcanei.
Hanya processus medialis tuberis calcanei yang kontak dengan ground ketika berdiri.
Os naviculare adalah tulang berbentuk perahu, mendatar yang terletak di antara caput
tali di posterior dan tiga os cuneiforme di anterior. Permukaan medialis os naviculare
menonjol ke inferior membentuk tuberositas ossis navicularis yang penting untuk tempat
perlekatan tendo karena tepi medialis pes tidak menyentuh ground, tapi membentuk arcus
pedis longitudinalis yang disokong di centralis. Jika tuberositas ossis navicularis terlalu
menonjol, dapat menekan bagian medialis sepatu dan menyebabkan nyeri kaki.
Os cuboideum adalah tulang paling lateralis dalam barisan distalis ossa tarsi. Anterior
terhadap tuberositas ossis cuboidei pada permukaan lateralis dan inferior dijumpai sulcus
tendinis musculi fibularis longi.
Os cuneiforme mediale adalah tulang terbesar dan os cuneiforme intermedium adalah
tulang terkecil. Tiap os cuneiforme bersendian dengan os naviculare di posterior dan basis
ossis metatarsi di anterior. Os cuneiforme laterale juga bersendian dengan os cuboideum.
Membrum Inferius 23
MEMBRUM INFERIUS
Metatarsus
Metatarsus (anterior or distal foot, forefoot) terdiri dari 5 ossa metatarsi yang dinomori
dari sisi medialis pes. Pada ossa pedis yang bersendian, articulationes tarsometatarsales
membentuk tarsometatarsal line yang miring yang menghubungkan titik tengah dari tepi
medialis dan tepi lateralis pes; dengan demikian ossa metatarsi dan phalanges terletak
dalam separuh anterior (forefoot) dan ossa tarsi terletak dalam separuh posterior (hindfoot).
Os metatarsale I lebih pendek dan gemuk daripada yang lain. Os metatarsale II
paling panjang. Tiap os metatarsale mempunyai basis ossis metatarsi (bagian yang lebih
besar di proximalis), corpus ossis metatarsi, dan caput ossis metatarsi (di distalis). Basis
ossis metatarsi adalah ujung proximalis yang lebih besar. Basis ossis metatarsi bersendian
dengan ketiga os cuneiforme dan os cuboideum; caput ossis metatarsi bersendian dengan
phalanx proximalis. Basis ossis metatarsi I dan V mempunyai tuberositas yang besar
untuk perlekatan tendo; tuberositas ossis metatarsi quinti (V) menonjol ke lateralis
melampaui os cuboideum. Pada permukaan plantaris caput ossis metatarsi I didapatkan os
sesamoideum mediale dan os sesamoideum laterale yang terbenam dalam tendo.
Phalanges
Digitus I (hallux) mempunyai dua phalanges (proximalis dan distalis); empat digiti
yang lain mempunyai tiga phalanges (proximalis, media, dan distalis). Tiap phalanx
mempunyai basis phalangis (di proximalis), corpus phalangis, dan caput phalangis (di
distalis). Phalanges dari hallux pendek, lebar, dan kuat. Phalanx media dan phalanx distalis
dari digitus V dapat berfusi pada orang yang sudah tua.
24 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Fascia Lata
Fascia profunda femoris disebut fascia lata. Di superior, fascia lata melekat dan berlanjut
dengan:
• Ligamentum inguinale, arcus pubicus, corpus ossis pubis, dan tuberculum pubicum di
anterior.
• Stratum membranosum dari dinding abdomen inferior juga melekat ke fascia lata satu
jari inferior terhadap ligamentum inguinale.
• Crista iliaca di lateralis dan di posterior.
• Os sacrum, os coccygis, ligamentum sacrotuberale, dan tuber ischiadicum/ramus
ischiopubicus di posterior dan di medialis.
Membrum Inferius 25
MEMBRUM INFERIUS
Fascia Cruris
Fascia cruris melekat ke margo anterior tibiae dan margo medialis tibiae dan berlanjut
dengan periosteum. Fascia cruris tebal di bagian proximalis aspek anterior crus, di mana
membentuk perlekatan proximalis musculi. Walaupun lebih tipis di distalis, fascia cruris
membentuk pita penebalan di superior dan anterior terhadap articulatio talocruralis,
retinaculum musculorum extensorum.
Septum intermusculare cruris anterius dan septum intermusculare cruris posterius
berjalan dari permukaan internus fascia cruris lateralis dan melekat ke margo fibulae yang
bersesuaian. Membrana interossea dan septum intermusculare membagi crus menjadi 3
compartimenta: compartimentum cruris anterius (extensorum), compartimentum cruris
posterius (flexorum) dan compartimentum cruris laterale (fibularium). Compartimentum
cruris posterius selanjutnya dibagi oleh septum intermusculare cruris transversum
yang memisahkan pars superficialis compartimenti cruris posterioris dan pars profunda
compartimenti cruris posterioris.
26 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Valvula venosa adalah valvula (cuspis) endothelium dengan valvular sinus yang terisi
dari atas. Ketika mereka penuh, cuspis menutup lumen vena, dengan demikian mencegah
reflux darah ke distalis, membuat aliran satu arah. Mekanisme valvular juga memecah
kolom darah dalam vena saphena menjadi segmen yang lebih pendek, mengurangi tekanan
balik. Kedua efek ini mempermudah pompa muskulovenosa mengatasi gaya gravitasi
untuk mengembalikan darah ke jantung.
Ketika berjalan naik di crus dan femur, vena saphena magna menerima banyak tributari
dan berkomunikasi pada beberapa lokasi dengan vena saphena parva. Tributari dari aspek
medialis dan posterior femur sering bersatu membentuk vena saphena accessoria yang
menjadi komunikasi utama antara vena saphena magna dan vena saphena parva.
Selain itu, vena cutaneus lateralis dan vena cutaneus anterior yang muncul dari
jejaring vena bagian inferior femur dan memasuki vena saphena magna di superior, segera
sebelum memasuki vena femoralis. Di dekat terminasinya, vena saphena magna juga
menerima vena circumflexa ilium superficialis, vena epigastrica superficialis dan vena
pudenda externa.
Vena saphena parva muncul di sisi lateralis pes dari penyatuan vena digitalis dorsalis
digitus V dengan arcus venosus dorsalis pedis. Vena saphena parva:
• Berjalan naik posterior terhadap malleolus lateralis sebagai lanjutan vena marginalis
lateralis.
• Melintas sepanjang tepi lateralis tendo calcaneus.
• Membelok ke garis tengah fibula dan menembus fascia profunda.
• Berjalan naik di antara caput gastrocnemius.
• Bermuara ke vena poplitea di fossa poplitea.
Walaupun banyak tributari diterima oleh venae saphenae, diameter mereka tetap uniform
ketika berjalan naik. Hal ini mungkin karena darah yang diterima venae saphenae secara
kontinu dialirkan dari venae superficiales ke venae profundae melalui venae perforantes.
Venae perforantes menembus fascia profunda di dekat asalnya dari venae superficiales
dan mengandung valvae yang menjadikan darah mengalir hanya dari venae superficiales ke
venae profundae. Venae perforantes melintas melalui fascia profunda dengan sudut obliqua
sehingga ketika musculi berkontraksi dan tekanan naik dalam fascia profunda, venae
perforantes terkompresi. Kompresi venae perforantes juga mencegah darah mengalir dari
venae profundae ke venae superficiales. Pola aliran darah ini penting untuk proper venous
return dari membrum inferius karena memampukan kontraksi muskular mendorong darah
menuju jantung melawan gaya gravitasi (pompa muskulovenosa).
Membrum Inferius 27
MEMBRUM INFERIUS
Pectineus
Pectineus adalah otot kuadrangular datar yang terletak di bagian anterior aspek
superomedialis femur. Pectineus sering tampak tersusun atas 2 lapisan: superficialis dan
profundus dengan persarafan yang berbeda, sehingga dianggap sebagai otot transisional
antara kompartemen anterior dan kompartemen medialis.
Membrum Inferius 29
MEMBRUM INFERIUS
Iliopsoas
Iliopsoas, flexor femur utama, adalah flexor coxa yang paling kuat dengan rentang yang
paling panjang. Walaupun merupakan salah satu otot tubuh yang paling kuat, iliopsoas
relatif tersembunyi, dengan hampir seluruh massanya berlokasi di dinding abdomen
posterior dan pelvis major. Bagian lateralis yang lebar, iliacus, dan bagian medialisnya
yang panjang, psoas major, muncul dari fossa iliaca dan vertebrae lumbales. Iliopsoas
adalah satu-satunya otot yang melekat pada columna vertebralis, pelvis dan femur. Posisi
uniknya tidak hanya berperan untuk menghasilkan gerakan, tapi juga untuk menstabilkan
(fiksasi). Iliopsoas juga dapat memperparah, bahkan berkontribusi terhadap deformitas
dan disabilitas bila mengalami malformasi (khususnya jika memendek), disfungsional,
atau terkena penyakit.
Kontraksi konsentrik iliopsoas menggerakkan pars libera membri inferioris,
menghasilkan flexio coxa untuk mengangkat membrum dan memulai forward swing
selama berjalan (yaitu, selama preswing dan initial swing phases) sementara membrum
yang berlawanan menerima berat, atau meng-elevatio-kan membrum selama memanjat.
Iliopsoas pun mampu menggerakkan truncus. Kontraksi bilateral iliopsoas memulai flexio
truncus pada articulatio coxae dengan femur yang terfiksasi –seperti ketika melakukan sit-
ups– dan mengurangi lordosis lumbalis. Iliopsoas aktif waktu berjalan menurun, kontraksi
eksentriknya menahan akselerasi.
Iliopsoas juga merupakan otot postural, aktif pada posisi berdiri untuk mempertahankan
lordosis lumbalis (dan secara tidak langsung kyphosis thoracica kompensasi) dan menahan
hyperextensio articulatio coxae.
Sartorius
Sartorius, the “tailor’s muscle” (L. sartus, patched or repaired) adalah otot yang
panjang dan seperti pita, Berjalan dari lateralis ke medialis melalui bagian superoanterior
femur. Sartorius terletak superficialis dalam compartimentum femoris anterius, dalam
selubung fascia-nya sendiri. Turun ke inferior hingga sisi medialis genu.
Sartorius, otot terpanjang dalam tubuh, beraksi pada dua articulatio. Sartorius meng-
flexio-kan articulatio coxae dan berpartisipasi dalam flexio articulatio genus. Sartorius juga
secara lemah meng-abductio-kan dan me-rotatio-externa-kan femur. Kontraksi bilateral
membawa membrum inferius dalam posisi duduk dengan crus menyilang; hal ini terjadi
sinergis, beraksi dengan otot femur lain yang menghasilkan gerakan tersebut.
Quadriceps Femoris
Quadriceps femoris membentuk massa utama otot femoris anterior, merupakan otot
terbesar dan salah satu yang paling kuat dalam tubuh. Quadriceps menutup hampir seluruh
aspek anterior dan sisi femur. Quadriceps terdiri dari 4 bagian: (1) rectus femoris, (2)
vastus lateralis, (3) vastus intermedius dan (4) vastus medialis. Quadriceps adalah otot dua
sendi yang mampu menghasilkan aksi pada articulatio coxae dan articulatio genus.
30 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Musculi Vasti. Nama dari tiga musculi vasti menunjukkan posisinya di sekitar corpus
femoris:
• Vastus lateralis, komponen terbesar, terletak di sisi lateralis femur.
• Vastus medialis menutupi sisi medialis femur.
• Vastus intermedius terletak profundus terhadap rectus femoris, di antara vastus
lateralis dan vastus medialis.
Sulit mengisolasi fungsi masing-masing musculi vasti.
Musculus articularis genus adalah otot kecil, datar, derivat vastus intermedius yang
melekat di superior ke bagian inferior aspek anterior femur dan ke membrana synovialis
articulatio genus dan dinding bursa suprapatellaris di inferior. Musculus articularis genus
menarik membrana synovialis ke superior pada extensio crus, sehingga mencegah lipatan
membrana terkompresi di antara femur dan patella dalam articulatio genus.
Adductor Longus
Adductor longus adalah otot yang besar, berbentuk seperti kipas dan terletak paling
anterior dari kelompok adductor. Adductor longus triangular timbul dari tendo kuat dari
aspek anterior corpus ossis pubis, inferior segera terhadap tuberculum pubicum, dan
melekat ke linea aspera femoris; dengan demikian menutupi aspek anterior adductor brevis
dan bagian tengah adductor magnus.
Membrum Inferius 33
MEMBRUM INFERIUS
Adductor Brevis
Adductor brevis terletak profundus terhadap pectineus dan adductor longus, ketika
muncul dari corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis. Melebar ke distalis dan
melekat ke bagian superior linea aspera femoris.
Ketika keluar dari canalis obturatorius untuk memasuki compartimentum femoris
mediale, nervus obturatorius terbagi menjadi ramus anterior dan ramus posterior; kedua
ramus berjalan anterior dan posterior terhadap adductor brevis.
Adductor Magnus
Adductor magnus adalah otot paling besar, paling kuat, dan paling posterior dalam
kelompok adductor. Adductor magnus berbentuk triangular dengan tepi medialis yang
tebal, mempunyai bagian adductor dan bagian hamstring yang berbeda dalam perlekatan,
suplai nervus dan aksi utamanya.
Bagian adductor menyebar untuk perlekatan distalis aponeurotik di sepanjang linea
aspera femoris, meluas ke inferior ke linea supracondylaris medialis. Bagian hamstring
mempunyai perlekatan distalis tendinosa ke tuberculum adductorium.
Gracilis
Gracilis (L. slender) adalah otot panjang, seperti pita dan paling medialis. Gracilis
paling superficialis dan paling lemah dari kelompok adductor. Satu-satunya dari kelompok
adductor yang melewati articulatio genus juga articulatio coxae. Gracilis bergabung
dengan 2 otot dua sendi lainnya yang berasal dari dua compartimenta lain (sartorius
dan semitendinosus). Ketiga otot ini dipersarafi oleh tiga nervi yang berbeda. Ketiganya
mempunyai insertio tendinosa bersama yang disebut pes anserinus (L. goose’s foot), ke
bagian superior facies medialis tibiae
Gracilis beraksi sinergis dalam meng-adductio-kan femur, meng-flexio-kan genu, dan
me-rotatio-interna-kan crus ketika genu flexio. Gracilis beraksi dengan dua otot “pes
anserinus” lainnya, untuk meningkatkan stabilitas aspek medialis dari genu yang ber-
extensio; sama seperti gluteus maximus dan tensor fasciae latae, yang melalui tractus
iliotibialis memperkuat aspek lateralis genu.
Obturatorius Externus
Obturatorius externus adalah otot datar, relatif kecil, berbentuk kipas yang terletak
profundus di bagian superomedialis femur. Obturatorius externus memanjang dari
permukaan externus membrana obturatoria dan mengitari os coxae menuju aspek posterior
trochanter major femoris, melintas langsung di bawah acetabulum dan collum femoris.
34 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Hiatus Adductorius
Hiatus adductorius merupakan lubang di antara perlekatan aponeurotik distalis dari
bagian adductor musculus adductor magnus dan perlekatan tendinosa distalis bagian
hamstring. Hiatus adductorius mentransmisikan arteria dan vena femoralis dari canalis
adductorius di femur ke fossa poplitea di regio genus posterior. Hiatus adductorius terletak
lateralis dan superior terhadap tuberculum adductorium.
Membrum Inferius 35
MEMBRUM INFERIUS
Trigonum Femorale
Trigonum femorale adalah formasi subfascial, depresi triangular yang terletak inferior
terhadap ligamentum inguinale ketika femur di-flexio-kan, di-abductio-kan dan di-rotatio
externa-kan. Trigonum femorale dibatasi oleh:
• Di superior oleh ligamentum inguinale yang membentuk basis trigonum femorale.
• Di medialis oleh tepi lateralis adductor longus.
• Di lateralis oleh sartorius; apex trigonum femorale adalah di mana tepi medialis
sartorius menyilang tepi lateralis adductor longus.
Dasar muskular dari trigonum femorale dibentuk oleh iliopsoas di lateralis dan pectineus
di medialis. Atap trigonum femorale dibentuk oleh fascia lata dan fascia cribosa, tela
subcutanea, dan cutis.
Ligamentum inguinale sebenarnya berperan sebagai retinaculum musculorum flexorum,
mempertahankan struktur yang berjalan anterior terhadap articulatio coxae, melawan
sendi tersebut selama flexio femur. Profundus terhadap ligamentum inguinale, spatium
retroinguinale merupakan lintasan penting yang menghubungkan truncus/cavitas
abdominis et pelvis dengan membrum inferius.
Spatium retroinguinale dibagi menjadi 2 compartimenta (L. lacunae) oleh penebalan
fascia iliopsoas yang disebut arcus iliopectineus yang berjalan di antara permukaan dalam
ligamentum inguinale dan eminentia iliopubica. Lateralis terhadap arcus iliopectineus
adalah lacuna musculorum, melalui mana musculus iliopsoas dan nervus femoralis
berjalan dari pelvis major ke dalam femur anterior. Medialis terhadap arcus iliopectineus
adalah lacuna vasorum yang melewatkan struktur vaskular utama (venae, arteria, dan
lymphatici) antara pelvis major dan trigonum femorale. Ketika memasuki trigonum
femorale, namanya berubah dari iliaca externa menjadi femoralis.
36 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Femoral sheath memungkinkan arteria dan vena femoralis bergeser profundus terhadap
ligamentum inguinale selama gerakan articulatio coxae.
Femoral sheath yang membatasi lacuna vasorum terbagi internus menjadi
3 compartimenta kecil oleh septa verticales dari jaringan ikat extraperitonealis yang
memanjang dari abdomen. Compartimenta dari femoral sheath adalah:
• Kompartemen lateralis untuk arteria femoralis.
• Kompartemen intermedius untuk vena femoralis.
• Kompartemen medialis, yang adalah canalis femoralis.
Canalis femoralis adalah yang terkecil dari ketiga kompartemen. Canalis femoralis
berbentuk konikal dan pendek (± 1,25 cm) dan terletak di antara tepi medialis femoral
sheath dan vena femoralis. Canalis femoralis:
• Memanjang distalis hingga setinggi tepi proximalis hiatus saphenus.
• Memungkinkan vena femoralis berekspansi ketika venous return dari membrum
inferius meningkat, atau ketika tekanan intraabdominal yang meningkat menyebabkan
stasis temporer dalam vena (seperti ketika manuver Valsava).
• Mengandung jaringan ikat longgar, lemak, vasa lymphatici, dan kadang nodus
inguinalis profundus (lacunar lymph node).
Basis canalis femoralis adalah anulus femoralis berbentuk oval yang dibentuk
oleh bukaan proximalis kecil (lebar ± 1 cm) di ujung abdominalisnya. Bukaan ini ditutupi
oleh jaringan lemak ekstraperitoneal yang membentuk septum femorale. Permukaan
abdominalis septum femorale ditutupi oleh peritoneum parietale. Septum femorale
ditembus oleh vasa lymphatici yang menghubungkan nodi inguinales dan nodi iliaci
externi.
Batas anulus femoralis adalah:
• Di lateralis, septum verticale antara canalis femoralis dan vena femoralis.
• Di posterior, ramus superior ossis pubis yang ditutupi musculus pectineus
dan fascia-nya.
• Di medialis, ligamentum lacunare.
• Di anterior, bagian medialis ligamentum inguinale.
Arteria Femoralis
Arteria femoralis, lanjutan arteria iliaca externa distalis terhadap ligamentum inguinale,
adalah arteria utama membrum inferius. Arteria femoralis memasuki trigonum femorale
profundus terhadap titik tengah ligamentum inguinale (SIAS–tuberculum pubicum),
lateralis terhadap vena femoralis. Pulsasinya dapat dipalpasi dalam trigonum ini karena
posisinya yang relatif superficialis, profundus terhadap fascia lata. Arteria femoralis
terletak dan menuruni tepi berdekatan dari iliopsoas dan pectineus yang membentuk dasar
trigonum. Arteria epigastrica superficialis, arteria circumflexa ilium superficialis (kadang-
kadang arteria circumflexa ilium profunda), arteria pudenda externa supercialis dan arteria
pudenda externa profunda berasal dari aspek anterior bagian proximalis arteria femoralis.
38 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Arteria profunda femoris adalah cabang terbesar arteria femoralis dan arteria utama
femur. Muncul dari sisi lateralis atau posterior arteria femoralis dalam trigonum femorale.
Di ⅓ medius femur, dipisahkan dari arteria dan vena femoralis oleh adductor longus,
mempercabangkan 3–4 arteriae perforantes yang mengelilingi aspek posterior femur.
Arteriae perforantes menyuplai otot-otot dari ketiga kompartemen (adductor magnus,
hamstrings, dan vastus lateralis).
Arteria circumflexa femoris mengelilingi bagian paling atas corpus femoris dan
beranastomosis satu dan lain, menyuplai otot femur dan ujung superior femur. Arteria
circumflexa femoris medialis penting karena menyuplai hampir seluruh darah untuk caput
dan collum femoris melalui posterior retinacular arteries. Retinacular arteries sering
robek pada fraktur collum femoris atau dislokasi articulatio coxae. Arteria circumflexa
femoris lateralis sedikit menyuplai caput dan collum femoris ketika berjalan lateralis
menyilang bagian paling tebal capsula articularis articulatio coxae, terutama menyuplai
otot sisi lateralis femur.
Arteria obturatoria membantu arteria profunda femoris menyuplai otot adductor
melalui ramus anterior dan ramus posterior yang beranastomosis. Ramus posterior
memberikan ramus acetabularis yang menyuplai caput femoris.
Vena Femoralis
Vena femoralis adalah lanjutan vena poplitea, proximalis terhadap hiatus adductorius.
Ketika naik melalui canalis adductorius, vena femoralis terletak posterolateralis dan
kemudian posterior terhadap arteria femoralis. Vena femoralis memasuki femoral sheath
lateralis terhadap canalis femoralis dan berakhir posterior terhadap ligamentum inguinale,
di mana vena femoralis menjadi vena iliaca externa.
Pada bagian inferior trigonum femorale, vena femoralis menerima vena profunda
femoris, vena saphena magna dan tributari lain. Vena profunda femoris dibentuk dari
penyatuan 3 atau 4 venae perforantes, memasuki vena femoralis ± 8 cm inferior terhadap
ligamentum inguinale dan ± 5 cm inferior terhadap terminasi vena saphena magna.
Canalis Adductorius
Canalis adductorius (subsartorial canal; Hunter’s canal) merupakan saluran panjang
(± 15 cm) dan sempit pada ⅓ medius femur. Membentang dari apex trigonum femorale, di
mana sartorius menyilang adductor longus, hingga hiatus adductorius.
Canalis adductorius menjadi lintasan intermuskular untuk arteria dan vena femoralis,
nervus saphenus dan nervus untuk vastus medialis, menghantarkan vasa femoralis ke fossa
poplitea di mana mereka menjadi vasa poplitea.
Canalis adductorius dibatasi oleh:
• Di anterior dan di lateralis oleh vastus medialis.
• Di posterior oleh adductor longus dan adductor magnus.
• Di medialis oleh sartorius yang membentuk atap canalis.
Membrum Inferius 39
MEMBRUM INFERIUS
Ligamenta Glutei
Os coxae, os sacrum, dan os coccygis diikat oleh ligamenta. Ligamentum sacroiliacum
posterius berlanjut di bawah dengan ligamentum sacrotuberale. Ligamentum sacrotuberale
berjalan melintasi incisura ischiadica, mengubah incisura menjadi foramen yang selanjutnya
dibagi oleh ligamentum sacrospinale dan spina ischiadica menjadi foramen ischiadicum
majus dan foramen ischiadicum minus. Foramen ischiadicum majus adalah tempat lewat
struktur yang masuk atau keluar pelvis, sedangkan foramen ischiadicum minus adalah
tempat lewat struktur yang masuk atau keluar perineum. Musculus piriformis juga masuk
regio glutealis melalui foramen ischiadicum majus dan hampir memenuhinya.
40 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Gluteus Maximus
Gluteus maximus merupakan otot gluteus yang paling superficialis; juga otot yang
paling besar, paling berat, dan serabutnya paling kasar dalam tubuh. Tuber ischiadicum
dapat dipalpasi melalui bagian inferior musculus gluteus maximus, superior segera
terhadap bagian medialis sulcus glutealis. Pada posisi femur flexio, tepi inferior musculus
gluteus maximus bergerak ke superior, menjadikan tuber ischiadicum berada subcutanea.
Kita duduk pada jaringan ikat berlemak dan bursa subcutanea ischiadica yang terletak di
antara tuber ischiadicum dan cutis.
Nervus gluteus inferior dan vasa glutea inferior memasuki permukaan dalam musculus
gluteus maximus di pusatnya. Otot ini disuplai oleh arteria glutea inferior dan arteria
glutea superior. Di bagian superior perjalanannya, nervus ischiadicus berjalan profundus
terhadap gluteus maximus.
Aksi utama gluteus maximus adalah extensio dan rotatio lateralis femur. Ketika
perlekatan distalis gluteus maximus difiksasikan, otot mengekstensikan truncus pada
membrum inferius. Walaupun merupakan extensor terkuat coxa, kebanyakan aksinya
terjadi ketika tenaga diperlukan (gerakan cepat atau gerakan melawan tahanan). Gluteus
maximus berfungsi terutama pada posisi femur antara flexio dan berdiri (tegak), seperti
ketika bangkit dari posisi duduk, menegakkan dari posisi menekuk, berjalan memanjat dan
naik tangga, dan berlari. Gluteus maximus hanya digunakan singkat selama jalan biasa dan
tidak digunakan sama sekali ketika berdiri tidak bergerak.
Paralisis gluteus maximus tidak secara serius mempengaruhi berjalan datar. Gluteus
maximus berkontraksi singkat pada bagian permulaan stance phase (dari heel strike
hingga pada saat pes datar pada ground, untuk menahan flexio lebih jauh ketika berat
ditanggung oleh membrum yang ber-flexio sebagian). Ketika menaiki tangga, gluteus
maximus berkontraksi kuat.
Karena tractus iliotibialis melintasi genu dan melekat pada anterolateral tubercle of the
tibia (Gerdy), gluteus maximus dan tensor fasciae latae bersama dapat membantu membuat
genu extensio stabil, tapi mereka biasanya tidak melakukan hal tersebut ketika berdiri
normal. Karena tractus iliotibialis melekat pada femur via septum intermusculare laterale,
tractus iliotibialis tidak mempunyai kebebasan yang diperlukan untuk menghasilkan
gerakan pada genu.
Bursae Musculi Glutei. Bursae musculi glutei memisahkan gluteus maximus dari
struktur yang berdekatan. Bursae (L. purses) adalah kantung membranosa yang dibentuk
oleh membrana synovialis yang mengandung lapisan tipis cairan yang menyerupai putih
telur. Bursa berlokasi di daerah yang rentan gesekan (contoh: di mana tractus iliotibialis
melintasi trochanter major). Bursae bertujuan mengurangi gesekan dan memungkinkan
gerakan bebas. Biasanya didapatkan 3 bursae yang berhubungan dengan gluteus maximus:
Membrum Inferius 41
MEMBRUM INFERIUS
42 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 43
MEMBRUM INFERIUS
Piriformis
Piriformis (L. pirum, a pear) terletak sebagian pada dinding posterior pelvis minor
dan sebagian posterior terhadap articulatio coxae. Piriformis meninggalkan pelvis melalui
foramen ischiadicum majus, hampir mengisinya, untuk melekat di trochanter major
femoris. Piriformis merupakan marka regio glutealis dan menentukan nama vasa dan
nervus:
• Vasa glutea superior dan nervus gluteus superior berjalan superior terhadap piriformis.
• Vasa glutea inferior dan nervus gluteus inferior berjalan inferior terhadap piriformis.
Quadratus Femoris
Quadratus femoris adalah otot pendek, quadrangular datar yang terletak di bawah
obturatorius internus dan gemelli dan merupakan rotator externa kuat dari femur.
Obturatorius Externus
Berdasarkan lokasi dan persarafannya, obturatorius externus termasuk otot femur medialis.
Meskipun demikian, obturatorius externus berfungsi sebagai rotator externa femur, dan
perlekatan distalis-nya berada di regio glutealis.
44 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
ischiadicus; karena persarafan kedua caput biceps berbeda, trauma pada femur posterior
dengan injuri nervus dapat menyebabkan paralisis satu caput dan tidak yang lainnya.
Tabel 5. Otot Femur Posterior: Extensor Articulatio Coxae dan Flexor Articulatio
Genus
Perlekatan Perlekatan
Musculus Persarafan Aksi Utama
Proximalis Distalis
Semitendinosus Facies medialis Extensio femur;
bagian superior flexio crus dan
tibia rotatio interna ketika
Semimembranosus Bagian genu flexio; ketika
posterior femur dan crus
condylus Divisi tibialis flexio, kedua otot ini
Tuber medialis tibiae; dari nervus dapat meng-extensio-
ischiadicum membentuk ischiadicus (L5, kan batang tubuh
ligamentum S1, S2)
popliteum
obliquum
(ke condylus
lateralis
femoris)
Biceps femoris Caput longum: Sisi lateralis Caput longum: Flexio crus dan
tuber ischiadicum caput fibulae; divisi tibialis rotatio externa ketika
Caput breve: linea tendo dari nervus genu flexio; extensio
aspera dan linea terbelah oleh ischiadicus (L5, femur
supracondylaris ligamentum S1, S2)
lateralis collaterale Caput breve:
fibulae divisi fibularis
communis
dari nervus
ischiadicus (L5,
S1, S2)
Nervi Clunium
Kulit regio glutealis dipersarafi oleh nervi clunium superiores, nervi clunium medii, dan
nervi clunium inferiores. Nervi superficiales tersebut menyuplai cutis di luar crista iliaca,
antar SIPS, dan tuberculum iliacum.
46 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 47
MEMBRUM INFERIUS
Nervus cutaneus femoris posterior menyuplai kulit yang lebih luas dibandingkan
nervus cutaneus lainnya. Serabutnya yang berasal dari divisiones anteriores S2 dan S3
menyuplai kulit perineum melalui rami perineales. Serabutnya yang berasal dari divisiones
posteriores rami anteriores S1 dan S2 menyuplai kulit bagian inferior nates melalui nervi
clunium inferiores. Serabutnya yang lain berjalan inferior dalam cabang-cabang yang
menyuplai kulit femur posterior dan bagian proximalis crus. Tidak seperti nervi cutanei
lainnya, bagian utama nervus ini terletak profundus terhadap fascia lata, dengan hanya
cabang terminalisnya yang menembus tela subcutanea untuk berdistribusi ke kulit.
Nervus pudendus adalah struktur paling medialis yang melalui foramen ischiadicum
majus inferior terhadap piriformis, posterolateralis terhadap ligamentum sacrospinale, dan
memasuki perineum melalui foramen ischiadicum minus; tidak menyuplai struktur dalam
regio glutealis atau regio femoris posterior.
Nervus musculi obturatorii interni berasal dari divisiones anteriores rami anteriores
nervi L5–S2 dan paralel dengan lintasan nervus pudendus. Ketika berjalan di sekitar spina
ischiadica, nervus ini menyuplai gemellus superior. Setelah memasuki perineum melalui
foramen ischiadicum minus, menyuplai obturatorius internus.
48 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Fossa Poplitea
Fossa poplitea merupakan kompartemen membrum inferius yang berisi lemak paling
banyak. Di superficialis, pada posisi genu flexio, fossa poplitea tampak sebagai depresi
berbentuk diamond di posterior articulatio genus. Di profundus, fossa poplitea lebih besar
daripada depresi superficialis. Pada posisi genu extensio, lemak dalam fossa berprotrusi
melalui celah antar otot, menghasilkan elevasi membulat.
Di superficialis, fossa poplitea dibatasi oleh:
• Batas superolateralis: biceps femoris.
• Batas superomedialis: semimembranosus, lateralis terhadapnya adalah semitendinosus.
• Batas inferolateralis dan inferomedialis: caput laterale musculus gastrocnemii dan
caput mediale musculus gastrocnemii.
• Batas posterior: cutis dan popliteal fascia.
Di profundus, batas superior dibentuk oleh linea supracondylaris medialis dan linea
supracondylaris lateralis. Batas inferior dibentuk oleh linea musculi solei tibiae. Batas-
batas ini membentuk dasar (dinding anterior) berbentuk diamond yang dibentuk oleh
facies poplitea di superior, aspek posterior capsula articularis genus di tengah, dan fascia
investiens popliteus di inferior.
Isi fossa poplitea meliputi:
• Bagian akhir vena saphena magna.
• Arteria dan vena poplitea beserta cabang dan tributarinya
• Nervus tibialis dan nervus fibularis communis.
• Nervus cutaneus femoris posterior.
• Nodi poplitei dan vasa lymphatici.
50 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 51
MEMBRUM INFERIUS
Fibularis brevis adalah musculus fusiformis, tendonya yang lebar berjalan posterior
terhadap malleolus lateralis dan dapat dipalpasi inferior terhadap malleolus lateralis.
Tendo fibularis tertius (bagian dari musculus extensor digitorum longus) sering bergabung
dengan tendo fibularis brevis.
52 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 53
MEMBRUM INFERIUS
54 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Flexor hallucis longus (FHL) adalah flexor kuat bagi semua sendi hallux. Tendonya
berjalan posterior terhadap ujung distalis tibia dan menempati lekukan pada permukaan
posterior talus dan permukaan plantaris sustentaculum tali, kemudian menyilang profundus
terhadap tendo flexor digitorum longus. Ketika berjalan menuju phalanx distalis hallux,
tendo FHL berjalan di antara dua ossa sesamoidea dalam tendo flexor hallucis brevis.
Flexor digitorum longus (FDL) lebih kecil daripada FHL, walaupun otot ini
menggerakkan 4 jari. Otot ini berjalan diagonalis menuju planta, superficialis terhadap
tendo FHL.
Tibialis posterior (TP), otot paling profundus dalam kompartemen posterior terletak
di antara FDL dan FHL. Tibialis posterior dan TA merupakan invertor pes. Peran utama
TP adalah mempertahankan pars medialis arci pedis longitudinalis pada weight-bearing.
Membrum Inferius 55
MEMBRUM INFERIUS
Pes
Tarsus (ankle) adalah bagian yang paling sempit dan bagian malleolar dari crus distalis,
proximalis terhadap dorsum pedis dan calx, juga articulatio talocruralis. Pes menjadi
platform untuk menopang tubuh ketika berdiri dan mempunyai peran penting dalam
locomotion.
Pes dan ossa pedis dapat dibagi menjadi tiga zona anatomis dan fungsional:
• Hindfoot: talus dan calcaneus.
• Midfoot: os naviculare, os cuboideum, dan os cuneiforme
• Forefoot: ossa metatarsi dan phalanges
Bagian atau regio dari pes yang berkontak dengan ground adalah planta atau regio
plantaris. Bagian yang mengarah ke superior adalah dorsum pedis atau regio dorsalis
pedis. Bagian planta yang meliputi calcaneus disebut calx atau regio calcanea; bagian
planta yang meliputi caput ossis metatarsi I dan II disebut eminentia hallucis pedis.
Otot Pes
Dari 20 otot pes, 14 berada di aspek plantaris, 2 di aspek dorsalis, dan 4 pada posisi
intermedius. Otot planta tersusun menjadi 4 lapisan dalam 4 kompartemen. Otot planta
berfungsi terutama sebagai suatu kelompok; mempertahankan arcus pedis dengan melawan
kekuatan yang cenderung mengurangi arcus pedis longitudinalis dengan mentransfer berat
yang diterima oleh calx ke eminentia hallucis pedis dan hallux.
Dua bidang neurovaskular antara lapisan otot planta adalah (1) bidang neurovaskular
superficialis di antara lapisan otot pertama dan kedua dan (2) bidang neurovaskular
profundus di antara lapisan ketiga dan keempat. Nervus tibialis terbagi menjadi nervus
plantaris medialis dan nervus plantaris lateralis di posterior terhadap malleolus medialis;
kedua nervus ini menyuplai otot intrinsik planta.
Nervus plantaris medialis berjalan di dalam kompartemen medialis planta di antara
lapisan otot pertama dan kedua. Pada awalnya, arteria dan nervus plantaris lateralis berjalan
lateralis di antara lapisan pertama dan kedua otot planta. Ramus profundus arteria dan
nervus plantaris lateralis kemudian berjalan medialis di antara lapisan ketiga dan keempat.
Dua otot yang berhubungan erat pada dorsum pedis adalah extensor digitorum brevis
(EDB) dan extensor hallucis brevis (EHB). Sejatinya EHB adalah bagian dari EDB.
58 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 59
MEMBRUM INFERIUS
Flexor digiti Basis ossis metatarsi Basis phalangis Ramus Flexio phalanx
minimi brevis V proximalis dari superficialis dari proximalis digitus V
digitus V nervus plantaris
lateralis (S2, S3)
Lapisan keempat
Interossei Basis dan sisi Sisi medialis Nervus plantaris Adductio digiti
plantares medialis ossa basis phalangis lateralis (S2, S3) II–IV dan flexio
(3 otot) metatarsi III–V digiti III–V articulationes
metatarsophalangeae
Interossei Sisi berdekatan ossa I: sisi medialis Nervus plantaris Abductio digiti
dorsalis (4 metatarsi I–V phalanx lateralis (S2, S3) II–IV dan flexio
otot) proximalis articulationes
digitus II metatarsophalangeae
II–IV: sisi
lateralis digiti
II–IV
60 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 61
MEMBRUM INFERIUS
62 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Membrum Inferius 63
MEMBRUM INFERIUS
64 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
• Di anterior dan di inferior adalah ligamentum pubofemorale yang muncul dari crista
obturatoria (pubis). Ligamentum ini bercampur dengan bagian medialis ligamentum
iliofemorale; mencegah overabductio articulatio coxae.
• Di posterior adalah ligamentum ischiofemorale yang muncul dari bagian ischial margo
acetabuli menuju collum femoris dan trochanter major. Ligamentum ischiofemorale
adalah yang paling lemah dari ketiga ligamenta.
Ligamentum capitis femoris menghubungkannya tepi incisura acetabuli dan
ligamentum transversum acetabuli dengan fovea capitis femoris. Ligamentum ini lemah
dan kurang penting dalam memperkuat articulatio coxae; di dalamnya terdapat arteria
kecil untuk caput femoris.
Gerakan articulatio coxae adalah flexio–extensio, abductio–adductio, rotatio interna–
rotatio externa, dan circumductio. Derajat flexio–extensio tergantung pada posisi genu.
Jika genus flexio, merelaksasikan hamstrings, femur dapat di-flexio-kan hingga hampir
mencapai dinding abdomen anterior. Rentang abductio lebih besar daripada adductio.
Abductio ± 60° mungkin pada posisi femur extensio, dan lebih jika femur flexio. Rotatio
externa jauh lebih kuat daripada rotatio interna.
Suplai darah untuk articulatio coxae berasal dari:
• Arteria circumflexa femoris medialis dan arteria circumflexa femoris lateralis.
• Ramus acetabularis dari arteria obturatoria yang berjalan dalam ligamentum
capitis femoris.
Persarafan articulatio coxae berasal dari nervus femoralis, nervus obturatorius, nervus
musculi obturatorii externi, nervus musculi quadrati femoris, dan nervus gluteus superior.
Articulatio Genus
Articulatio genus adalah sendi terbesar dan paling superficialis; termasuk jenis
ginglymus (hinge joint) yang memungkinkan flexio dan extensio; meskipun demikian
gerakan engsel dikombinasikan dengan meluncur dan menggelinding serta dengan rotatio.
Fungsinya akan berkurang pada posisi hyperextensio.
Articulatio genus terdiri dari 3 articulatio:
• Dua articulationes femorotibiales (lateralis dan medialis) antara condylus lateralis
femoris dan condylus medialis femoris dengan condylus lateralis tibiae dan condylus
medialis tibiae.
• Satu articulatio femoropatellaris antara patella dan femur.
Membrum Inferius 65
MEMBRUM INFERIUS
Articulatio genus relatif lemah karena facies articularisnya tidak kongruen. Stabilitas
articulatio genus tergantung pada (1) kekuatan dan aksi otot-otot sekitarnya dan tendonya
dan (2) ligamenta yang menghubungkan femur dan tibia. Otot yang paling penting dalam
menstabilkan articulatio genus adalah musculus quadriceps femoris, terutama serabut
inferior vastus medialis dan vastus lateralis. Posisi tegak dan extensio adalah posisi lutut
yang paling stabil. Pada posisi ini, facies articularis paling kongruen, ligamenta primer
(ligamentum collaterale dan ligamentum cruciatum) tegang, dan tendo-tendo yang
mengelilingi sendi memberikan efek memilin (splinting)
Capsula articularis terdiri dari membrana fibrosa di sebelah luar dan membrana
synovialis di sebelah dalam. Membrana fibrosa melekat ke femur di superior. Ke posterior,
membrana fibrosa membungkus condylus dan fossa intercondylaris. Membrana fibrosa
terbuka di sebelah posterior condylus lateralis tibiae yang dilalui tendo popliteus yang
akan melekat pada tibia. Di inferior, membrana fibrosa melekat ke tepi facies articularis
superior tibia, kecuali daerah di mana tendo popliteus melintasi tibia. Tendo quadriceps
femoris, patella, dan ligamentum patellae menggantikan membrana fibrosa di anterior.
Membrana synovialis menutupi seluruh permukaan yang membatasi cavitas articularis
yang tidak ditutupi cartilago articularis, yakni periphericus cartilago articularis yang
menutupi condylus femoris dan condylus tibiae; permukaan posterior patella, dan tepi
menisci (discus cartilago fibrosa antara facies articularis dari femur dan tibia). Membrana
synovialis melapisi permukaan dalam membrana fibrosa di lateralis dan medialis, tapi di
tengah terpisah dari membrana fibrosa. Superior terhadap patella, cavitas articularis genus
berlanjut profundus terhadap musculus vastus intermedius sebagai bursa suprapatellaris.
Ligamenta Ekstrakapsular. Capsula articularis diperkuat oleh 5 ligamenta
ekstrakapsular atau kapsular (intrinsik): ligamentum patellae, ligamentum collaterale
fibulare, ligamentum collaterale tibiale, ligamentum popliteum obliquum, dan ligamentum
popliteum arcuatum. Kelima ligamenta tersebut kadang-kadang disebut ligamenta externus
untuk membedakannya dari ligamenta internus seperti ligamentum cruciatum.
Ligamenta intraartikular di dalam articulatio genus terdiri dari ligamentum cruciatum
anterius dan ligamentum cruciatum posterius serta meniscus lateralis dan meniscus
medialis. Tendo popliteus juga terletak intraartikular. Ligamentum cruciatum anterius dan
ligamentum cruciatum posterius terletak di pusat sendi dan saling menyilang (seperti huruf
X) di dalam capsula articularis, tapi di luar cavitas synovialis. Pada rotatio medialis tibia
terhadap femur, kedua ligamenta cruciati saling melilit sehingga rotatio medialis dibatasi
hingga ± 10°. Sebaliknya, karena tidak saling melilit, rotatio lateralis dimungkinkan
hampir 60° bila lutut flexio ± 90°; gerakan ini dibatasi oleh ligamentum collaterale tibiale.
66 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Menisci (G. meniskos, crescent) merupakan lempeng berbentuk bulan sabit dari
cartilago fibrosa pada facies articularis tibia yang memperdalam facies dan berperan
dalam absorpsi shock. Ligamentum coronarium adalah bagian dari capsula articularis
yang menghubungkan tepi-tepi menisci dengan sekeliling condylus tibia; ligamentum
transversum genus menghubungkan pinggir anterior menisci. Meniscus lateralis lebih
kecil dan lebih mudah bergerak daripada meniscus medialis.
Gerakan articulatio genus yang utama lutut adalah flexio dan extensio, sedikit
rotatio terjadi bila lutut flexio. Pada posisi extensio penuh dengan kaki di lantai, lutut
secara pasif ‘terkunci’ karena rotatio medialis condylus femoris terhadap facies articularis
superior. Posisi ini menjadikan membrum inferius tiang yang solid untuk menyangga berat
badan. Untuk ‘membuka kunci’ lutut, musculus popliteus berkontraksi, memutar femur ke
lateralis sekitar 5° terhadap facies articularis superior tibiae, sehingga flexio dapat terjadi.
Suplai Darah dan Persarafan. Arteriae yang menyuplai articulatio genus ada
10, membentuk rete articulare genus di sekeliling genu: cabang genicular dari arteria
femoralis, arteria poplitea, dan cabang recurrens anterior dan cabang recurrens posterior
dari arteria tibialis anterior dan ramus circumflexus fibularis. Arteria media genus yang
merupakan cabang arteria poplitea menembus membrana fibrosa dari capsula articularis
dan memperdarahi ligamentum cruciatum, membrana synovialis, dan pinggir menisci.
Sesuai Hilton’s law, nervi yang mempersarafi otot-otot yang menyeberangi articulatio
genus juga mempersarafi sendi; cabang artikular nervus femoralis, nervus tibialis, dan
nervus fibularis communis mempersarafi aspek anterior, posterior, dan lateralis, berturut-
turut. Nervus obturatorius dan nervus saphenus memberikan cabang artikular untuk aspek
medialis.
Juncturae Tibiofibularis
Tibia dan fibula dihubungkan oleh articulatio tibiofibularis dan syndesmosis tibiofibularis
(inferior tibiofibular joint). Membrana interossea cruris menghubungkan keduanya.
Serabut membrana interossea dan semua ligamenta berjalan ke inferior dari tibia ke fibula,
untuk melawan tarikan ke bawah pada fibula oleh 8 dari 9 otot yang melekat pada fibula.
Gerakan pada articulatio tibiofibularis (superior) adalah tidak mungkin tanpa gerakan pada
syndesmosis tibiofibularis.
Articulatio Tibiofibularis
Articulatio tibiofibularis adalah jenis articulatio plana antara facies articularis capitis
fibulae dan facies articularis fibularis dari condylus lateralis tibiae. Capsula articularis
yang tegang mengelilingi sendi dan melekat ke tepi facies articularis dari fibula dan tibia.
Capsula articularis diperkuat oleh ligamentum capitis fibulae anterius dan ligamentum
capitis fibulae posterius yang berjalan superomedialis dari caput fibulae ke condylus
lateralis tibiae. Sendi ini disilang di posterior oleh tendo popliteus.
Membrum Inferius 67
MEMBRUM INFERIUS
Sedikit gerakan pada articulatio tibiofibularis terjadi pada dorsiflexio pes. Suplai darah
berasal dari arteria inferior lateralis genus dan arteria recurrens tibialis anterior. Suplai
saraf berasal dari nervus fibularis communis dan nervus untuk musculus popliteus.
Syndesmosis Tibiofibularis
Syndesmosis tibiofibularis adalah junctura fibrosa dari tibia dan fibula yang dibentuk
oleh membrana interossea (menyatukan corpus) serta ligamentum tibiofibulare anterius,
ligamentum tibiofibulare interosseum, dan ligamentum tibiofibulare posterius (menyatukan
ujung inferior kedua tulang, membentuk inferior tibiofibular joint). Integritas syndesmosis
tibiofibularis penting untuk stabilitas articulatio talocruralis karena hal ini menjadikan
malleolus lateralis kokoh terhadap permukaan lateralis talus.
Sendi ini juga diperkuat ligamentum transversum (tibiofibulare) inferius yang
merupakan lanjutan ligamentum tibiofibulare posterius dan menghubungkan malleolus
medialis dengan malleolus lateralis secara kuat. Ligamentum ini juga berhubungan dengan
talus dan membentuk ‘dinding’ posterior malleolar mortise untuk trochlea tali. Dinding
lateralis dan medialis mortise dibentuk oleh malleoli.
Sedikit gerakan pada sendi terjadi ketika doorsiflexio pes. Suplai darah berasal dari
ramus perforans arteria fibularis dan rami malleolares mediales dari arteria tibialis anterior
dan arteria tibialis posterior. Persarafan berasal dari nervus fibularis profundus, nervus
tibialis, dan nervus saphenus.
Articulatio Talocruralis
Articulatio talocruralis merupakan jenis ginglymus, berlokasi di antara ujung inferior
tibia dan fibula serta bagian superior talus (malleolar mortise–trochlea tali). Sendi ini
dapat dipalpasi di antara tendo di permukaan anterior tarsus sebagai depresi dangkal, ± 1
cm proximal terhadap ujung malleolus medialis. Permukaan medialis malleolus lateralis
bersendian dengan permukaan lateralis talus; sedangkan, tibia bersendian dengan talus
pada dua tempat:
1. Facies articularis inferior membentuk atap malleolar mortise, memindahkan berat
badan ke talus.
2. Malleolus medialis bersendian dengan permukaan medialis talus.
Malleoli mencengkeram talus paling kuat pada posisi pes dorsiflexio karena gerakan
ini membuat bagian anterior talus ke posterior di antara malleoli, menarik tibia dan fibula
sedikit menjauh; hal ini dibatasi oleh ligamentum tibiofibulare interosseum yang kuat,
juga ligamentum tibiofibulare anterius dan ligamentum tibiofibulare posterius.
Articulatio talocruralis relatif tidak stabil pada plantarflexio, kebanyakan trauma tarsus
terjadi ketika plantarflexio (sebagai akibat inversio pes tiba-tiba dan tidak diharapkan,
sehingga inadekuat).
68 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Capsula articularis tipis di anterior dan posterior, tapi diperkuat di tiap sisi oleh
ligamentum collaterale mediale dan ligamentum collaterale laterale. Ligamentum
collaterale laterale terdiri dari 3 ligamenta yang terpisah:
1. Ligamentum talofibulare anterius: pita yang datar dan lemah dari malleolus lateralis ke
collum tali.
2. Ligamentum talofibulare posterius: pita yang tebal dan kuat yang berjalan dari fosa
malleoli lateralis ke tuberculum laterale tali.
3. Ligamentum calcaneofibulare yang berjalan dari malleolus lateralis ke permukaan
lateralis calcaneus.
Ligamentum collaterale mediale (ligamentum deltoideum) di proximalis melekat
ke malleolus medialis, di distalis melekat ke talus, calcaneus, dan os naviculare; disusun
oleh 4 bagian yang berlanjutan dan berdekatan: pars tibionavicularis, pars tibiocalcanea,
pars tibiotalaris anterior, dan pars tibiotalaris posterior. Ligamentum collaterale
mediale menstabilkan articulatio talocruralis pada eversio dan mencegah subluxatio
(dislokasi parsial).
Gerakan utama articulatio talocruralis adalah dorsiflexio dan plantarflexio pes yang
terjadi di sekitar sumbu transversus yang melalui talus. Sedikit abductio, adductio, inversio,
dan eversio dimungkin pada posisi plantarflexio.
Suplai darah berasal dari rami malleolares dari arteria fibularis, arteria tibialis anterior,
dan arteria tibialis posterior. Persarafan berasal dari nervus tibialis dan nervus fibularis
profundus.
Articulationes Pedis
Sendi intertarsal yang penting adalah articulatio subtalaris (talocalcanea) dan articulatio
tarsi transversa (articulatio talocalcaneonavicularis dan articulatio calcaneocuboidea).
Inversio dan eversio pes adalah gerakan utama yang melibatkan kedua sendi ini.
Sendi intertarsal yang lain relatif kecil dan diikat kuat oleh ligamenta, sehingga
hanya sedikit gerakan yang terjadi. Pada pes, flexio dan extensio terjadi pada forefoot
pada articulationes metatarsophalangeae dan articulationes interphalangeae. Inversio
diperkuat oleh flexio digiti (terutama hallux dan digitus II) dan eversio oleh extensio
digiti (terutama digiti lateralis). Semua ossa pedis proximalis terhadap articulationes
metatarsophalangeae disatukan oleh ligamenta dorsalia dan ligamenta plantaria. Tulang-
tulang articulationes metatarsophalangeae dan articulationes interphalangeae disatukan
oleh ligamenta collateralia.
Articulatio subtalaris adalah persendian antara talus dan calcaneus. Capsula articularis
lemah, diperkuat oleh ligamentum talocalcaneum mediale, laterale, posterius, dan
interosseum. Ligamentum talocalcaneum interosseum terletak dalam sinus tarsi.
Membrum Inferius 69
MEMBRUM INFERIUS
Articulatio tarsi transversa dibentuk oleh dua sendi yang terpisah dan tersusun
transversal: pars talonavicularis dari articulatio talocalcaneonavicularis dan articulatio
calcaneocuboidea. Pada sendi ini, midfoot dan forefoot berotatio sebagai satu unit terhadap
hindfoot di sekitar sumbu longitudinalis, memperkuat inversio dan eversio yang terjadi
pada articulatio subtalaris. Transeksi melalui articulatio tarsi transversa merupakan metode
standar untuk amputasi pes.
Arcus Pedis
Ossa tarsi dan ossa metatarsi tersusun membentuk arcus pedis longitudinalis dan arcus
pedis transversus. Arcus pedis longitudinalis terdiri dari pars medialis dan pars lateralis.
Pars medialis arci pedis longitudinalis lebih tinggi dan lebih penting; dibentuk oleh
talus, calcaneus, os naviculare, ketiga os cuneiforme, dan tiga ossa metatarsi pertama.
Caput tali adalah keystone pars medialis; musculus tibialis anterior dan tendo fibularis
longus memperkuat pars medialis. Pars lateralis arci pedis longitudinalis dibentuk oleh
calcaneus, os cuboideum, ossa metatarsi IV dan V.
Selain itu, ossa pedis juga membentuk arcus pedis transversus melalui susunan os
cuboideum, ketiga os cuneiforme, dan basis ossis metatarsi. Pars medialis dan pars lateralis
arci pedis longitudinalis berperan sebagai pilar arcus pedis transversus. Tendo fibularis
longus dan tendo tibialis posterior menyilang di bawah planta membantu mempertahankan
kurvatura arcus pedis transversus. Arcus pedis dipertahankan oleh faktor pasif dan
sokongan dinamik.
Faktor pasif yang terlibat dalam membentuk dan mempertahankan arcus pedis:
• Bentuk tulang-tulang yang bersatu (terutama arcus pedis transversus).
• Empat lapisan berturutan jaringan fibrosa yang mempertahankan arcus pedis
longitudinalis (dari superficialis ke profundus):
1. Aponeurosis plantaris.
2. Ligamentum plantare longum.
3. Ligamentum calcaneocuboideum plantare (short plantar ligament).
4. Ligamentum calcaneonaviculare plantare (spring ligament).
Sokongan dinamik yang terlibat dalam mempertahankan arcus pedis:
• Aksi aktif (refleksif) otot intrinsik pes (arcus pedis longitudinalis).
• Kontraksi aktif dan tonik dari otot dengan tendo panjang hingga pes:
- Flexor hallucis dan digitorum longus untuk arcus pedis longitudinalis.
- Fibularis longus dan tibialis posterior untuk arcus pedis transversus.
Dari faktor-faktor tersebut, ligamenta plantares dan aponeurosis plantaris menanggung
stres yang paling besar dan merupakan struktur yang paling penting dalam mempertahankan
arcus pedis.
Bila busur yang dibentuk ossa pedis kurang melengkung, maka terjadilah flat foot atau
pes planus; sedangkan bila terlalu melengkung disebut pes cavus. Istilah club foot atau
talipes berarti anomali bentuk kaki yang dapat bermacam-macam.
70 Membrum Inferius
MEMBRUM INFERIUS
Daftar Pustaka
1. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 7th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2014.
Membrum Inferius 71
METABOLISME ASAM AMINO
Sijani Prahastuti
PENDAHULUAN
Asam amino adalah hasil hidrolisa lengkap dari suatu protein, menghasilkan kurang
lebih 20 macam asam amino dengan konfigurasi L-alfa. Semua asam amino yang terdapat
dalam molekul protein berkonfigurasi L ,sedangkan gugus aminnya (-NH2) dan gugus
karboksilnya (-COOH) nya terikat pada atom C-alfa.
Makanan yang mengandung protein hewani, misalnya daging, susu, keju, telur, ikan dan
lain-lain, merupakan sumber asam amino essensial. Protein nabati seringkali kekurangan
lisin, metionin dan triptofan. Kebutuhan protein yang disarankan ialah 1 sampai 1,5 gram
per kilogram berat badan per hari dan 10-15% kebutuhan energi metabolik berasal dari
oksidasi asam amino.
Tabel 1. Daftar asam amino essensial dan non essensial pada manusia
Hidroksi prolin dan hidroksi lisin tidak dibutuhkan untuk sintesis protein, akan tetapi
dibentuk selama selama post translasi pembentukan kolagen.
Selenosistein merupakan asam amino ke 21, berperan pada sisi aktif pada berbagai
enzim manusia yaitu pada mekanisme katalitik yang mengkatalisis reaksi reduksi dan
oksidasi (redox) enzim: thioreduksin reduktase, glutation peroksidase dan deiodinase
(mengubah tiroksin menjadi triiodotironin). Penggantian selenosistein dengan sistein,
mengakibatkan penurunan sisi aktif katalitiknya. Kegagalan selenoprotein pada manusia
ikut berperan pada tumorogenesis dan aterosklerosis, dan selenium dihubungkan dengan
defisiensi kardiomiopati (Keshan disease).
Senyawa amfibolik yang berperanan dalam sintesis asam amino non essensial adalah :
- Piruvat untuk sintesis asam amino alanin
- α-ketoglutarat untuk sintesis asam amino : glutamat, glutamin, prolin dan
hidroksi prolin
- Oksaloasetat untuk sintesis asam amino : aspartat dan asparagin
- 3-Fosfogliserat untuk sintesis asam amino serin dan glisin
1. Sintesis alanin
Pembentukan alanin melalui transaminasi yang mana glutamat atau aspartat sebagai
donor gugus amin, sedangkan piruvat sebagai akseptor gugus amin, reaksi ini memerlukan
enzim glutamat transaminase atau Alanin Transaminase (ALT) disebut juga SGPT (Serum
Glutamat Piruvat Transaminase).
2. Sintesis glutamat
Pembentukan glutamat melalui deaminasi oksidatif, memerlukan enzim glutamat
dehidrogenase, selain itu juga memerlukan ion ammonium (NH4+), NAD(P)H + H+.
3. Sintesis glutamin
Pembentukan glutamin dari glutamat + NH4+ memerlukan Mg dan ATP , di katalisis
oleh enzim glutamin sintetase
4. Sintesis aspartat
Pembentukan aspartat melalui transaminasi yang mana glutamat sebagai donor gugus
amin, oksaloasetat sebagai akseptor dan memerlukan enzim Aspartat Transaminase (AST)
atau disebut juga Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT).
5. Sintesis asparagin
Pembentukan asparagin dari aspartat dengan donor NH4+ dari glutamin, memerlukan
ATP dan dikatalisis oleh enzim asparagin sintetase.
6. Sintesis serin
Pembentukan serin dari 3-fosfogliserat memerlukan NADH dan glutamat sebagai
donor gugus amin.
7. Sintesis glisin
Pembentukan glisin dari serin memerlukan enzim serin hidroksimetiltransferase (glisin
hidroksimetiltransferase) dan tetrahidroksifolat (THF) sebagai akseptor gugus metil dari
serin membentuk metilen tetrahidroksifolat.
B. Biosintesis asam amino non essensial dari asam amino non essensial lainnya
1. Sintesis prolin
Pada mamalia dan beberapa bentuk kehidupan lainnya, prolin di bentuk dari asam
amino non esensial glutamat, memerlukan 1 mol ATP, 2 mol NADPH dan berbagai enzim.
2. Sintesis hidroksiprolin
Asam amino ini berasal dari prolin yang mengalami reaksi hidroksilasi yaitu penambahan
gugus -OH dan reaksinya dikatalisa oleh enzim prolin hidroksilase. Hidroksi prolin
bukanlah prekursor untuk sintesa protein. Residu senyawa ini dalam kolagen dibentuk
dari unit prolin setelah prolin disusun kedalam molekul protein.
Hidroksi prolin banyak dijumpai pada serat-serat kolagen, dan hanya dapat dijumpai
pada serat jenis ini. Berfungsi untuk menstabilkan konfigurasi triple heliks dari serabut
kolagen, sehingga kolagen tidak rusak bila ada enzim protease yang bekerja untuk
mencerna kolagen.
Pembentukan hidroksi prolin membutuhkan vitamin C (ascorbic acid). Bila terjadi
defisiensi vitamin C menyebabkan kelainan Scurvy , merupakan kelainan genetik akibat
kegagalan pembentukan hidroksi prolin dan hidroksi lisin. Akibatnya kestabilan kolagen
terganggu sehingga menimbulkan gejala perdarahan gusi, pembengkakan sendi, kegagalan
penutupan luka dan pada akhirnya dapat menimbulkan kematian.
B. Biosintesis asam amino non essensial yang dibentuk dari asam amino essensial
1. Sintesis Sistein
Sistein dibentuk dari asam amino essensial metionin dan serin, yang mana metionin
akan diubah menjadi homosistein yang menyediakan gugus sulfur sedangkan serin
menyediakan atom karbon sebagai rangka karbon.
Reaksi pertama adalah sintesis sisitationin dari serin dan homosistein oleh enzim
sistationin sintetase. Selanjutnya sistationin dipecah menjadi sistein dan homoserin oleh
enzim sistationin sistationase.
Senyawa antara sistationin banyak terdapat dalam jaringan otak mamalia. Kelainan
genetik yang menyebabkan kelainan sintesis enzim sistationin sintetase menyebabkan
peumpukan homosistein menyebabkan Homosisteinuria. Sedangkan kelainan genetik
yang berkaitan dengan gangguan sintesis enzim sistationase, menyebabkan Sistationuri.
2. Sintesis Tirosin
Tirosin dibentuk dari asam amino essensial fenilalanin, dikatalisa oleh enzim fenilalanin
hidroksilase yang memerlukan NADPH dan O2. Reaksi berjalan irreversible (satu arah).
Reaksi keseluruhan memerlukan penggabungan satu atom oksigen (O2) kedalam posisi
para dari molekul fenilalanin, sedangkan atom oksigen lainnya direduksi membentuk air.
Tenaga reduksi disediakan oleh NADPH dari tetrahidroksibiopterin yaitu suatu pteridin
yang mirip dengan yang terdapat didalam asam folat.
3. Sintesis hidroksilisin
Seperti pada hidroksiprolin, asam amino ini didapatkan pada serat-serat kolagen.
Hidroksilisin disintesis dari lisin yang berasal dari makanan oleh lisin hidroksilase. Sama
halnya dengan hidroksiprolin, proses hidroksilasi baru terjadi sesudah lisin tersusun di
dalam molekul protein atau rantai peptida. Pembentukan lisin memerlukan enzim lisin
oksidase dan Cu++ sebagai kofaktor.
Kelainan genetik pembentukan kolagen dapat berupa Osteogenesis Imperfecta dengan
gejala tulang mudah patah dan Ehler-Danlos Syndrome merupakan kumpulan kelainan
jaringan pengikat dengan gejala sendi goyang dan gangguan kulit, akibat kelainan genetik
yang mengkode enzim antara lain lisin oksidase.
Sintesis selenosistein
Pembentukan selenosistein membutuhkan sistein, selenate (SeO42-), ATP, spesifik tRNA
dan berbagai enzim. Serin menyediakan atom karbon pada pembentukan selenosistein.
Selenenosistein dibentuk sebagai co-tranlational selama inkorporasi pada peptida yang
sebelumnya melalui modifikasi tRNA. Selenofosfat yang dibentuk dari ATP dan selenate
sebagai donor selenium. reaksi dikatalisis oleh enzim selenofosfat sintetase.
Jaringan mengubah amonia menjadi asam amino non toksik glutamin, selanjutnya
di dalam hati amonia akan dilepaskan diubah menjadi urea yang tidak tosik. Bila ada
gangguan fungsi hati antara lain sirosis atau hepatitis, pembentukan urea menurun
sehingga menyebabkan peningkatan kadar amonia yang dapat menimbulkan berbagai
gejala klinis.
Amonia dengan kadar yang tinggi merupakan racun bagi tubuh manusia, terutama
terhadap otak. Keracunan amonia terhadap otak belum benar-benar dipahami. Ion amonium
(NH4+) tidak segara tembus melalui membran plasma atau membran mitokondria, akan
tetapi, amonia bebas (NH3) yang merupakan molekul netral bersifat basa, terdapat dalam
bentuk NH3 bebas pada pH 7,4, jumlah yang kecil ini dapat menembus membran dinding
sel dan masuk ke alam sel otak dan mitokondria.
Masuknya amonia ke dalam mitokondria otak diikat oleh α-ketoglutarat menjadi
glutamat oleh enzim glutamat dehidrogenase. Apabila semua α-ketoglutarat sudah
digunakan untuk mengikat amonia, maka otak akan menarik α-ketoglutarat dari senyawa
antara siklus asam sitrat di dalam mitokondria otak. Hal ini akan menyebabkan penurunan
kecepatan oksidasi glukosa yang merupakan bahan bakar utama otak . Sisa amonia diikat
oleh glutamat diubah menjadi glutamin oleh enzim glutamin sintetase.
Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian reaksi
kimia pembentukan urea pada hewan ureotelik. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk
dari amonia dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus, yang
mereka namakan SIKLUS UREA. Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam hati.
Urea adalah senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urin yang
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Pengeluaran amonia yang dihasilkan oleh tubuler ginjal berperan dalam pengaturan
keseimbangan asam basa. Produksi amonia dari asam amino intraseluler renal, khususnya
glutamin meningkat pada asidosis metabolik dan menurun pada alkalosis metabolik.
Biosintesis urea
Melalui 4 tahap reaksi yaitu transaminasi, deaminasi oksidatif glutamat, transpor
amonia dan reaksi siklus urea.
2. Sintesis sitrulin
Gugus karbamoilfosfat dipindahkan ke ornitin, sehingga terbentuk sitrulin + Pi, reaksi
ini dikatalisa oleh enzim ornitin transkarbamoilase yang terdapat di mitokondria. Sitrulin
yang terbentuk kemudian meninggalkan mitokondria masuk kedalam sitosol dengan
proses difusi pasif, karena dalam sitosol inilah reaksi pembentukan urea berlangsung.
3. Sintesis sitrulin
Pada reaksi ini terjadi pengikatan sitrulin pada gugus amino dari aspartat, membutuhkan
1 molekul ATP, dikatalisa oleh enzim argininosuksinat sintetase, yang menghasilkan
argininosuksinat, AMP + PPi
Kerusakan genetik pada siklus urea menyebabkan kelebihan amonia di dalam darah
Kerusakan genetik yang diturunkan pada enzim yang diperlukan di dalam siklus urea
menyebabkan hambatan dalam pembentuk urea dari amonia. Gejala klinik kelainan siklus
urea antara lain muntah-muntah, intermitten ataksia, iritabilitas, letargi dan retardasi mental.
Bila ada kelainan ezim tersebut, tidak dapat diberi diet tinggi protein, karena asam amino
yang termakan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan minimum harian, terdeaminasi
di dalam hati menyebabkan peningkatan amonia bebas di dalam darah. Seperti telah
diketahui, amonia amat beracun dan menyebabkan gangguan dan perkembangan mental
yang terhambat, dan dalam jumlah yang tinggi menyebabkan “koma dan kematian”.
Penderita dengan gangguan pada siklus urea seringkali diobati dengan mengganti asam
amino (yang bersifat essensial untuk pertumbuhan), yang terdapat dalam dietnya, dengan
analog asam ketonya. Karena bagian essensial dari asam amino yang tidak dapat diganti
adalah rangka karbonnya, dan bukan gugus aminonya, analog asam alfa keto dari asam
amino essensial ini dapat menerima gugus amino dari kelebihan asam amino non essensial
oleh aktivitas transaminase. Dengan cara ini, asam amino non essensial dijaga supaya
tidak memberikan gugus aminonya kepada darah dalam bentuk amonia.
Pengobatan kelainan siklus urea adalah memperbaiki dan meminimalkan kerusakan
otak dengan diet rendah protein, dan porsi kecil untuk menghindari peningkatan kadar
amonia mendadak. Keberhasilan terapi dengan menyediakan kekurangan protein, arginin,
dan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Ornithine Transporter
Sindrom Hiperonithinemia, Hiperamonemia dan Homositrulinuria (HHH) akibat
mutasi gen ORTN1 yang mengkode transporter membran ornitin mitokondria. Kegagalan
impor ornitin dari sitosol ke dalam matriks mitokondria menimbulkan gangguan siklus
urea berupa hiperamonemia dan hiperornitinemia sehingga menyebabkan penimbunan
ornitinsitosol.
Daftar Pustaka
1. Coomes MW. Amino Acid and Heme Metabolism. In. Devlin TM. Textbook of
Biochemistry with clinical correlations. 7th. ed. John Wiley & Sons, Inc.; 2011: 751-
90.
2. Cox MM, Nelson DL. Amino Acid Oxidation and the Production of Urea. In.
Lehninger. Princilples of Biochemistry. 5th. ed. Replica Press Pvt, Ltd ; 2010: 673-06.
3. Rawitch AB. Biosynthesis and Degradation of Amino Acids. In: Baynes J.W,
Dominicczak MH. Medical Biochemestry. 2nd ed, Philadelphia, Elsevier Mosby;
2005: 245-59.
4. Rodwell VW. Biosintesis Asam Amino Non Essensial. In : Murray RK, Granner DK,
Bender DA, Botham KM, Kenelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. In. Biokimia Harper ed.
29 . The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2014 : 295-12.
5. Rodwell VW. Katabolisme Rangka karbon Asam Amino In: Murray RK, Granner DK,
Bender DA, Botham KM, Kenelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. In Biokimia Harper
Ed.29. The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2014 : 313-29.
PENDAHULUAN
Keterangan:
D = Drug / Obat
R = Reseptor
Reseptor obat terletak pada umumnya di membrane sel. Namun, reseptor dapat pula
terletak di dalam sel (intra sel), dapat pula di luar sel (ekstra sel).
Farmakodinamik 89
FARMAKODINAMIK
Reseptor obat, pada umumnya merupakan makromolekul yang spesifik pada sel, dan
merupakan komponen fungsionil pada sel organisme. Oleh karena itu, obat hanya dapat
mengubah kecepatan fungsi sel atau organ yang bersangkutan, tetapi obat tidak dapat
memberikan fungsi baru kepada sel tubuh. Reseptor tersebut merupakan tempat bekerjanya
zat-zat endogen, yaitu neurotransmiter, hormone, autakoid dan sebagainya.
Ikatan antara obat dengan reseptor merupakan ikatan lemah, dapat berupa ikatan ion,
ikatan Hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan van der waals, dan ikatan antara substrat-enzim,
namun bukan merupakan ikatan kovalen.
Obat yang menduduki reseptor fisiologis dan menimbulkan efek serupa zat endogen
disebut agonis. (Contohnya adalah zat transmiter). Obat yang menduduki reseptor
fisiologis tetapi tidak menimbulkan efek disebut antagonis/bloker.
Bila reseptor terus menerus dirangsang, maka akan terjadi desensitasi atau keadaan
refrakter, artinya organ target tidak memberikan respons walaupun agonis tetap ada
(misalnya: isoproterenol).
Bila reseptor terlalu lama terblokir, maka dapat terjadi keadaan hiper-reaktivitas/
supersensitivitas terhadap pemberian agonis.
Obat yang bekerja hanya pada satu jenis reseptor disebut spesifik. Obat disebut selektif,
jika obat tersebut hanya menghasilkan satu efek pada dosis rendah dan efek lain pada dosis
lebih besar.
Klorpromazin yang berefek pada SSP yang bekerja pada reseptor kolinergik, adrenergik,
dan histaminergik merupakan contoh obat yang tidak spesifik dan tidak selektif. Atropin
yang bekerja pada reseptor muskarinik merupakan obat yang spesifik tetapi tidak selektif.
Sedangkan Salbutamol yang bekerja pada reseptor beta-2 di bronchus merupakan obat
yang spesifik tetapi relatif selektif.
Reseptor suatu obat pada umumnya merupakan reseptor fisiologik. Reseptor fisiologik,
yang sebagian besar merupakan komponen membrane sel, antara lain:
1. Reseptor untuk neurotransmitter, seperti asetilkolin, GABA, dan Glisin
2. Reseptor pada membrane sel yang berhubungan dengan adenilsiklase
3. Reseptor yang berhubungan dengan kanal ion Ca++.
4. Reseptor yang berhubungan dengan hormon steroid dan tiroid
(merupakan protein sitoplasma).
5. Reseptor untuk hormone peptide pada membrane sel target
(merupakan protein kinase).
90 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Selain reseptor fisiologik, obat dapat pula bekerja pada enzim (asetilkolinesterase),
protein dalam proses transport Na+K+ ATPase, atau asam nukleat (untuk obat-obat
anti kanker)
Obat dapat bekerja tanpa reseptor. Contohnya adalah sebagai berikut:
a. Efek non-spesifik dan gangguan pada membrane.
• berdasarkan sifat osmotik, misalnya: diuretika osmotic, katartika, gliserol,
plasma expander.
• berdasarkan sifat asam/basa, misalnya: antasida, NH4Cl, natrium bikarbonat,
dan asam-asam organic
• zat perusak non spesifik, misalnya: antiseptik dan desinfektan, kontrasepsi,
detergent, H2O2, dan Halogen.
• anestesia umum yang mudah menguap
b. Interaksi obat dengan molekul kecil atau ion, misalnya Kelator (chelating-agent)
c. Inkorporasi obat dalam makromolekul, misalnya antikanker dan antimikroba
Efek obat pada organisme tergantung pada konsentrasi obat pada tempat kerjanya
(site of action). Dengan demikian, efek obat tersebut tergantung pada dosis obat yang
kita berikan.
Dosis/takaran Obat
Dosis atau takaran obat adalah jumlah obat yang dapat diberikan/diterima seseorang.
Dosis ini dapat dinyatakan per kali, dosis dalam sehari, atau dosis obat yang digunakan
seumur hidup.
Macam-macam dosis adalah sebagai berikut:
1. Dosis Tunggal, pemberian dosis lazim secara tunggal (berHasiat secara therapeutik).
2. Dosis Tunggal Maximum, pemberian dosis maksimum secara tunggal maximum
3. Dosis Harian adalah dosis lazim yang dipakai dalam 24 jam.
4. Dosis Harian Maksimum adalah dosis maksimum dalam 24 jam.
5. Dosis Normal, sama dengan dosis tunggal umumnya.
Farmakodinamik 91
FARMAKODINAMIK
92 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Dosis obat pada anak harus dihitung dengan cara tertentu antara lain:
1. Luas permukaan tubuh, yang merupakan dasar penghitungan paling ideal berdasarkan
pendekatan menurut Wagner
Keterangan :
W = Berat Badan Anak (Kg)
KO = luas permukaaan tubuh anak
Farmakodinamik 93
FARMAKODINAMIK
5. Rumus Augsberger, merupakan penghitungan dosis pada anak yang didasarkan pada
kombinasi umur dan luas permukaan badan.
94 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Menurut teori pendudukan reseptor (reseptor occupancy), intensitas efek obat berbanding
lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya, dan intensitas efek mencapai
maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat. Oleh karena interaksi obat-reseptor ini
analog dengan interaksi subtrat-enzim, maka di sini berlaku persamaan Michaelis-Menten:
Persamaan “Michaelis-Menten”
Keterangan :
E = intensitas efek obat
Emax = efek maximal = aktivitas intrinsic = efektivitas obat
(kemampuan instrinsik kompleks obat-reseptor
untuk menimbulkan aktivitas/efek farmakologik)
[D] = kadar obat bebas
Hubungan antara kadar atau dosis obat yaitu [D], dan besarnya efek E terlihat sebagai
kurva dosis-intensitas efek (graded dose-effect curve = DEC) yang berbentuk hiperbola.
Farmakodinamik 95
FARMAKODINAMIK
Kurva log dosis-intensitas efek (Log DEC) akan berbentuk sigmoid. Setiap efek
memperlihatkan kurvanya sendiri. Bila efek yang diamati merupakan gabungan beberapa
efek, maka log DEC dapat bermacam-macam, tetapi masing-masing berbentuk sigmoid.
Log DEC lebih sering digunakan karena mencakup rentang dosis yang luas dan mempunyai
bagian yang linier, yaitu pada besar efek = 16-84% (= 50% ± 1SD), sehingga lebih mudah
untuk memperbandingkan beberapa DEC.
96 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik 97
FARMAKODINAMIK
Efek maksimal ialah respons maksimal yang ditimbulkan obat bila diberikan pada
dosis yang tinggi. Ini ditentukan oleh aktivitas intrinsik obat dan ditunjukkan oleh dataran
(plateau) pada DEC.
Dalam klinik, dosis obat dibatasi oleh timbulnya efek samping; dalam hal ini
efek maksimal yang dicapai dalam klinik mungkin kurang dari efek maksimal yang
sesungguhnya. Ini merupakan variable yang penting. Misalnya morfin dan aspirin berbeda
dalam efektivitasnya sebagai analgesik; morfin dapat menghilangkan rasa nyeri hebat,
sedangkan aspirin tidak. Efek maksimal obat tidak selalu berhubungan dengan potensinya.
Efficacy adalah respon maksimal yang dihasilkan oleh obat yang bergantung pada
jumlah kompleks obat dengan reseptor yang terbentuk.
Slope atau lereng log DEC merupakan variable yang penting karena menunjukkan
batas keamanan obat. Lereng yang curam, misalnya untuk fenobarbital, menunjukkan
bahwa dosis yang menimbulkan koma hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
dosis yang menimbulkan sedasi/tidur.
98 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Variasi biologik adalah variasi antar individu dalam besarnya respons terhadap dosis
yang sama dari suatu obat. Suatu graded DEC hanya berlaku untuk satu orang pada suatu
waktu, tetapi dapat juga merupakan nilai rata-rata dari populasi. Dalam hal yang terakhir
ini, variasi biologik dapat diperlihatkan sebagai garis horizontal atau garis vertikal. Garis
horizontal menunjukkan bahwa untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas tertentu
pada suatu populasi diperlukan suatu rentang dosis. Garis vertikal menunjukkan bahwa
pemberian obat dengan dosis tertentu pada populasi akan menimbulkan suatu rentang
intensitas efek.
Farmakodinamik 99
FARMAKODINAMIK
Selain obat yang berkhasiat, obat yang tidak berkhasiat dikenal dengan nama placebo.
Plasebo adalah zat-zat tanpa kegiatan farmakologi (inaktif), biasanya berupa laktosa
ditambah sedikit kinin untuk rasa pahit, dalam bentuk yang dikenal (tablet, kapsul, cairan,
dan sebagainya), dengan warna yang dibuat menyolok seperti kuning atau coklat, sehingga
menimbulkan efek psikologis. Kata plasebo berasal dari bahasa latin yang artinya saya
ingin menyenangkan.
Efek plasebo adalah efek yang bukan disebabkan oleh obat, dengan ciri-ciri:
1. Berbeda antar individu.
2. Berubah dari waktu ke waktu pada individu yang sama.
3. Dapat positif/negatif.
4. Manifestasinya berupa perubahan emosi, perasaan subjektif dan gejala objektif yang
berada di bawah kontrol susunan saraf otonom maupun somatik.
100 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
2. Toleransi Farmakodinamik
Toleransi farmakodinamik terjadi, karena proses adaptasi sel/reseptor terhadap obat
yang terus menerus berada di lingkungannya .
Dalam hal ini jumlah obat yang mencapai reseptor tidak berkurang, tapi aktivitas
reseptor berkurang sehingga respons menurun. Misalnya, toleransi pada penggunaan
Barbiturat, Opiat, Benzodiazepin, Amphetamin, dan Nitrat Organik
Toleransi dapat dipengaruhi oleh imunitas individu tertentu, seperti toleransi yang
diperoleh sebagai akibat pembentukan antibodi terhadap obat. Toleransi berdasarkan
waktu timbulnya dapat dibagi menjadi:
1. Toleransi primer/bawaan, yaitu toleransi yang dibawa sejak awal. Misalnya, kelinci
yang sangat toleran terhadap atropine
2. Toleransi skunder/yang diperoleh, yaitu toleransi yang timbul setelah suatu obat
digunakan untuk beberapa waktu.
Farmakodinamik 101
FARMAKODINAMIK
Toleransi silang dapat terjadi antara zat-zat yang mempunyai struktur kimia
serupa. Misalnya: Fenobarbital – Butobarbital, atau sama sekali berbeda strukturnya,
misalnya: Alkohol – Barbital
Istilah-istilah yang sering digunakan berkaitan dengan penyalahgunaan obat antara lain:
1. Drug Abuse/Penyalahgunaan obat
Drug abuse adalah penggunaan obat untuk tujuan non-medis, umumnya untuk mengubah
kesadaran ( SSP ). Penyalahgunaan obat dapat pula berupa pengunaan berlebih-lebihan
yang terus menerus atau kadang-kadang dari suatu obat, yang tidak disertai atau tidak ada
hubungannya dengan cara pengobatan yang lazim. Sebagai contoh penggunaan Diazepam
untuk meningkatkan efek Metadon. Hal ini merupakan salah satu bentuk Drug Abuse.
Menurut WHO (1970), ketergantungan adalah suatu keadaan psikis dan kadang-
kadang fisik yang diakibatkan oleh interaksi antara suatu mahluk hidup dan suatu obat
yang ditandai oleh kelakuan-kelakuan yang terdorong oleh suatu hasrat yang kuat untuk
terus menerus atau periodik menggunakan suatu obat dengan tujuan untuk menyelami
efek-efeknya dan kadang-kadang untuk menghindarkan gejala-gejala tidak enak
(Discomfort) yang disebabkan jika obat tersebut tidak digunakan. Akibat ketergantungan
adalah tindakan asocial
102 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Interaksi Obat
Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat-zat kimia yang masuk dari lingkungan,
dan obat-obatan lain, yang dikenal dengan istilah interaksi antar obat.
Defenisi Interaksi Obat adalah peristiwa yang terjadi apabila seseorang mendapat dua
macam obat atau lebih secara bersamaan, sehigga dapat menimbulkan gangguan dalam
efektivitas masing-masing obat ( bisa positif atau negatif), dan/atau meningkatkan toksisitas
obat (efek samping ). Contoh, antikoagulan yang diberikan bersama dengan Barbiturat
akan menyebabkan efektifitas antikoagulannya menurun. Asetosal yang diberikan bersama
dengan antikoagulan akan menimbulkan perdarahan hebat, sehingga efek sampingnya
meningkat. Namun kombinasi beberapa obat dapat pula menguntungkan, seperti kombinasi
obat-obat antihipertensi dan kombinasi obat-obat TBC akan meningkatkan efektivitas dan
mengurangi efek samping.
Pengobatan polifarmasi akan memudahkan terjadinya interaksi obat. Survey 1977
di Rumah Sakit memperlihatkan bahwa bila pasien meminum obat sejumlah 1 sampai
dengan 5 macam obat, maka efek samping yang mungkin timbul akibat adaya iteraksi obat
berkisar 3,5 %, sedangkan bila meminum 16 sampai dengan 20 macam obat, efek samping
yang mungkin timbul meningkat menjadi 54 %.
Insidensi interaksi obat yang penting dalam klinik sulit diperkirakan karena
pendokumentasinya yang kurang baik dan sering kali lolos dari pengamatan sebagai aikibat
dari pengetahuan dokter tentang mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi kurang.
Misalnya: toksisitas meningkat dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi atau efektivitas
menurun dianggap karena penyakitnya bertambah parah, dan adanya variasi individual.
Farmakodinamik 103
FARMAKODINAMIK
Efek Obat
Efek obat adalah perubahan intensitas faal organ atau reaksi biokimianya, akibat
pemberian obat-obatan tertentu.
Obat, berdasarkan efeknya digolongkan sebagai berikut :
- Analgetik-Antipiretik
- Spasmolitik
- Hipnotik-Sedatif
- Hipoglikemik
- Obat Anti Hipertensi
Obat, pada umumnya, memiliki lebih dari satu khasiat farmakologis, yaitu:
• Efek Utama, adalah efek terutama, yang timbul akibat obat berikatan dengan tempat
kerjanya. (Efek Langsung)
• Efek tambahan/kerja sekunder, adalah efek tak langsung akibat kerja utama obat.
Misalnya: Penggunaan anti mikroba berspektrum luas, yang menimbulkan gangguan
flora usus, defisiensi vitamin, dan akhirnya terjadi supra infeksi oleh jamur.
Efek samping, adalah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi, pada
dosis yang dianjurkan, akibat obat tidak bekerja secara spesifik. Spesifik artinya hanya
berkhasiat untuk penyakit tertentu, tanpa aktivitas lain. Semakin spesifik suatu obat, makin
kurang efek sampingnya. Misalnya : Klorpromazin merupakan obat yang tidak spesifik,
Fisostigmin dan Allopurinol merupakan spesifik. Efek samping kadang-kadang merupakan
kelanjutan dari efek utamanya.
104 Farmakodinamik
FARMAKODINAMIK
Efek toksik, adalah efek samping yang terjadi bila dosis ditingkatkan. Dengan
demikian, efek yang berhubungan langsung dengan tingginya dosis, makin tinggi dosis,
efek toksiknya makin tinggi.
Idiosinkrasi, merupakan suatu peristiwa yang mana suatu obat memberikan efek yang
secara kualitatif total berlainan dengan efek normalnya (Efek obat yang aneh atau Un-
usual, pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik). Efeknya dapat ringan sampai
berat, tidak tergantung dosis, dan hanya terjadi sebagian kecil penderita.
Misalnya: Anemia Hemolitik karena Primakuin, dapat menimbulkan defisiensi G 6-PD,
atau pasien gelisah/cemas karena pemberian obat Hipnotik Sedatif.
Farmakodinamik 105
FARMAKODINAMIK
Patient Compliance ( PC )
Patient compliance adalah kesetiaan dan kerelaan pasien untuk menelan obatnya.
Faktor – faktor yang memengaruhinya adalah:
1. Sifat-sifat individu, yang meliputi watak dan tingkat pendidikan
2. Hubungan dokter dan pasien, dokter harus memberi cukup perhatian, cukup memberi
penjelasan, sehingga pasien dapat merasa puas untuk penjelasannya.
3. Jenis penyakit memengaruhi PC pasien, bila penyakitnya akut dan berat, maka PC
pasien baik, sedangkan bila penyakitnya kronis atau penyakit yang tanpa gejala, maka
PC pasien kurang baik.
4. Jumlah dan jenis obat yang harus ditelan. Makin jumlah dan jenis obat maka PC pasien
makin kurang baik, demikian juga obat-obatan dalam bentuk cairan akan menurunkan
PC penderita.
Daftar Pustaka
106 Farmakodinamik
ENZIMATOLOGI
Ludovicus Edwinanto, dr., M.Kes.
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalisator (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul
awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang
disebut produk.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan
senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi
lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia karena energi
aktivasinya rendah dan membutuhkan waktu lebih cepat
Gambar 1. Ilustrasi energi yang dibutuhkan untuk mengubah substrat menjadi produk.
Enzim dapat mengikat substrat dan dapat menyebabkan reaksi dengan laju yang
meningkat. Enzim kemudian ikut serta dalam pembuatan produk dan pemutusan ikatan
yang diperlukan untuk pembentukan produk, melepaskan produk, dan kembali ke keadaan
semula setelah reaksi selesai.
Enzim tidak menciptakan reaksi baru, tetapi hanya membuat reaksi yang terjadi
menjadi lebih cepat. Kekuatan katalitik suatu enzim (laju reaksi yang dikatalisasi)
berkisar antara 106 sampai 1014 kali. Tanpa kekuatan katalitik enzim, contohnya reaksi
dalam konduksi saraf, kontraksi jantung, dan pencernaan makanan tidak akan terjadi.
Setiap enzim dapat mengkatalisis reaksi biokimia yang spesifik. Kemampuan enzim untuk
bereaksi terhadap satu substrat saja disebut sebagai spesifisitas. Enzim mengubah substrat
ini menjadi hanya menjadi satu produk saja. Baik spesifisitas maupun kecepatan dari
katalisator terjadi karena urutan unik dari asam amino tertentu yang membentuk struktur
tiga dimensi enzim.
A. SitusAktif
Untuk mengkatalisis reaksi kimia, enzim membentuk kompleks enzim-substrat
di situs katalitik aktifnya (Gambar 2). Situs aktif biasanya berupa celah pada enzim yang
dibentuk oleh satu atau lebih dari rantai polipeptida. Dalam situs aktif, kofaktor dan
kelompok fungsional dari rantai polipeptida berperan dalam mengubah molekul substrat
yang terikat menjadi produk.
108 Enzimatologi
ENZIMATOLOGI
Awalnya, molekul substrat berikatan dengan situs pengikatan substratnya, yang disebut
sebagai situs pengenalan substrat (lihat Gambar 2B). Susunan tiga dimensi situs pengikatan
pada celah enzim memungkinkan bagian substrat bereaksi untuk mendekati satu sama lain
dari sudut yang sesuai. Kedekatan dari molekul substrat terikat dan arah yang tepat akan
berpengaruh terhadap kekuatan katalitik dari enzim.
Situs aktif juga berisi grup fungsional yang berperan langsung pada reaksi (lihat Gambar
2C). Kelompok-kelompok fungsional berisi rantai polipeptida atau terikat dengan kofaktor
(logam atau molekul organik kompleks yang disebut koenzim).
Ketika substrat terikat, akan menginduksi perubahan konformasi dalam enzim yang
berakibat interaksi lebih lanjut antara molekul substrat dan enzim kelompok fungsional.
Substrat yang diaktifkan dengan enzim membentuk keadaan transisi kompleks, kompleks
ini membutuhkan energi yang tinggi dan tidak stabil, sehingga perlu adanya ikatan
tambahan (additional bond) agar ikatan menjadi stabil dan energy yang dibutuhkan relatif
lebih rendah.
Kompleks dari keadaan transisi yang terurai menjadi produk (lihat Gambar 2D). Setelah
enzim membuat substrat menjadi produk, enzim umumnya kembali ke bentuk semula.
Enzim ini kemudian dapat mengikat satu set substrat dan mengulangi prosesnya kembali.
Enzimatologi 109
ENZIMATOLOGI
2. Induced-fit
Kekurangan tersebut diatasi oleh Daniel Koshland yang mengajukan teori induksi
pas (induced-fit). Enzim diibaratkan dapat melakukan penyesuaian bentuk untuk
berikatan dengan suatu substrat. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kecocokan
dengan substrat dan membuat ikatan antara enzim dan substrat menjadi lebih
reaktif. Molekul enzim mempunyai sisi aktif tempat menempelnya substrat sehingga
terbentuklah molekul kompleks enzim substrat. Pengikatan substrat menginduksi
penyesuaian pada enzim sehingga meningkatkan kecocokan antara keduanya
dan mendorong molekul kompleks enzim-enzim substrat ada dalam kondisi yang
lebih reaktif. Saat substrat masuk ke dalam sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif akan
termodifikasi melingkupinya dan membentuk kompleks. Saat produk sudah lepas dari
kompleks, enzim berubah menjadi tidak aktif lagi dan menjadi bentuk yang lepas.
Substrat lain pun kemudian kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Fungsi perubahan konformasi diinduksi oleh pengikatan substrat pada situs aktifnya,
yang akan menyebabkan terjadinya reaksi. Model inilah yang banyak dibuktikan studi-
studi biofisik pergerakan enzim pada waktu mengikat substrat. Salah satu contoh adalah
perubahan konformasi yang terjadi pada cekungan aktin dari glukokinase ketika terikat
dengan glukosa. Induksi-fit akan menyebabkan perubahan konformasi pada sisi aktif
enzim, yang akan meningkatkan kekuatan pengikatan adenosine triphosphate (ATP).
Selanjutnya masuk ke tahap selanjutnya yaitu pembentukan komplek transisi.
Enzimatologi 111
ENZIMATOLOGI
D. Katalisis Kovalen
Proses katalisis kovalen melibatkan pembentukan suatu ikatan kovalen antara enzim
dan satu lebih substrat. Enzim yang telah mengalami modifikasi terebut kemudian menjadi
suatu reaktan. Katalisis kovalen memasukkan suatu jenis reaksi baru dengan energi
aktivasiyang lebih rendah dan karena itu lebih cepat daripada dalam larutan homogen.
Namun, modifikasi kimiawi pada enzim bersifat transien. Setelah reaksi selesai, enzim
kembali kekeadaannya sebelum termodifikasi. Jadi mperan enzim tersebut tetap katalitik.
Katalisis kovalen sering terjadi pada enzim-enzim yang mengatalisis reaksi pemindahan
gugus. Residu di enzim yang ikut serta dalam katalisis kovalen umumnya adalahsuatu
sistein atau serin dan kadang-kadang histidin. Katalisis kovalen sering mengikuti suatu
mekanisme dengan substrat pertama yang terikat dan produknya dibebaskan sebelum
substrat keduanya terikat.
Enzimatologi 113
ENZIMATOLOGI
A. Suhu
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan
katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung
lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping
itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim
akan terganggu dan dengan demikian efektivitas enzim akan berkurang dan kecepatan
reaksinya pun akan menurun. Peningkatan suhu akan meningkatkan reaksi dengan cara
meningkatkan energi kinetik dan frekuensi tubrukan dari besarnya molekul.
Enzim pada manusia umumnya stabil pada temperatur 45-55°C. Sebaliknya, enzim
pada mikroorganisme termofilik yang berada pada sumber mata air panas gunung berapi,
atau pada lubang hidrotermal bawah laut dapat stabil pada suhu kurang lebih 100°C.
Q10 atau koefisien suhu yaitu faktor yang meningkatkan proses biologis bila suhu naik
10 C. Umumnya enzim yang stabil pada peningkatan suhu maka Q10 = 2.
0
Perubahan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim yang menyertai peningkatan atau
penurunan suhu tubuh merupakan suatu hal yang penting dalam kelangsungan hidup
mahluk berdarah dingin, seperti kadal, atau ikan yang suhu tubuhnya ditentukan oleh
faktor lingkungan eksternalnya. Namun untuk mamalia dan organisme homeotermik lain,
perubahan laju reaksi enzim sesuai suhu memiliki makna fisiologis hanya dalam keadaan-
keadaan seperti demam atau hipotermia.
B. Konsentrasi ion H
Laju hampir semua reaksi yang dikatalisis oleh enzim memperlihatkan ketergantungan
signifikan pada konsentrasi ion hydrogen. Sebagian besar enzim intrasel memperlihatkan
aktivitas optimal pada nilai pH antara 5 hingga 9. Hubungan aktivitas dengan konsentrasi
ion H memperlihatkan keseimbangan antara denaturasi enzim pada pH tinggi atau rendah
dan efek pada keadaan bermuatan dari enzim, substrata tau keduanya. Bagi enzim-enzim
yang mekanismenya melibatkan katalisis asam-basa, residu-residu yang terlibat harus
berada dalam keadaan terprotonasi yang tepat agar reaksi dapat berlangsung. Gugus
bermuatan yang paling sering adalah gugus karboksilat negative dan gugus amin berproton
yang bermuatan positif. Oleh karena itu, penambahan atau pengurangan gugus-gugus
bermuatan akan mempengaruhi secara negatif pengikatan substrat sehingga katalisis akan
melambat atau bahkan hilang.
114 Enzimatologi
ENZIMATOLOGI
C. Konsentrasi Substrat
Konsentrasi substrat mempengaruhi laju reaksi enzim. Untuk suatu enzim tipikal,
peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan vi hingga tercapai nilai maksimal
Vmax (Gambar 7).
Enzimatologi 115
ENZIMATOLOGI
Jika peningkatan lebih lajut konsentrasi substrat tidak meningkatkan vi, enzim dikatakan
“jenuh” oleh substrat. Perhatikan bahwa bentuk kurva yang menghubungkan aktivitas
dengan konsentrasi substrat tampak hiperbolik.
Gambar 8. Representasi suatu enzim pada konsentrasi substrat yang rendah (A),
tinggi (C) dan setara dengan Km.
Titik A,B dan C berhubungan dengan titik yang terdapat pada gambar 7.
Pada setiap saat, hanya molekul substrat yang berikatan dengan enzim dalam bentuk
kompleks ES yang dapat diubah menjadi produk. Pada gambar 8 hanya sebagian enzim
yang mungkin berada dalam bentuk kompleks ES. Dengan demikian peningkatan
peningkatan atau penurunan S akan meningkatkan atau menurunkan jumlah kompleks ES
disertai perubahan yang sesuai di titik vi.
A.Aktivator Enzim
AKTIVATOR adalah molekul tertentu terutama logam–logam yang mempunyai
kemampuan mengaktifkan enzim.
Logam yang membantu menetapkan konformasi enzim disebut sebagai aktivator/metal
aktivator. Misalnya: K, Mn, Mg, Ca, Zn.
Ikatan aktivator dengan logam bisa kuat atau lemah. Bila ikatannya kuat logam/metal
merupakan bagian dari enzim, misalnya: Fe yang berikatan dengan porfirin; Co berikatan
dengan vitamin B12.
B.Inhibitor Enzim
INHIBITOR (penghambat aktivitas enzim) adalah senyawa tertentu yang dapat
bergabung dengan enzim secara reversible/irreversible sehingga memblok/ menghilangkan
daya katalitik enzim. Misalnya obat-obatan, zat metabolik, racun, dan produk reaksi enzim.
116 Enzimatologi
ENZIMATOLOGI
Enzimatologi 117
ENZIMATOLOGI
Mutasi gen:
Mutasi gen akan mengubah:
1. kode-kode basa DNA sehingga struktur primer molekul protein yang disintesis
berubah
2. aktivitas katalitik berkurang/hilang
3. cacat metabolisme yang diturunkan “ in born error of metabolism”
Misalnya pada pentosuria, fenil ketonuria, alkaptonuria, sistinuria,
galaktosemia, glycogen storage disease.
Enzimatologi 119
ENZIMATOLOGI
Permease adalah enzim untuk membawa molekul (sistem transpor) yang akan
dimetabolisme masuk ke dalam sel tanpa menyebabkan perubahan dalam struktur substrat.
Induksi memungkinkan mikroorganisme untuk memecah substrat yang terdapat
disekitarnya.
Constitutive enzim adalah enzim yang konsentrasinya dalam sel tidak tergantung dari
penambahan inducer, sedangkan enzim yang memerlukan inducer disebut inducible
enzim.
Coordinate induction adalah pola induksi yang mana sebuah inducer dapat menginduksi
sekelompok enzim yang berasal dari gen yang terdapat sebuah operon (coordinately
regulated unit). Coordinately regulated unit adalah gen-gen di dalam kromosom yang
membentuk unit pengatur yang terkoordinir.
120 Enzimatologi
ENZIMATOLOGI
Contoh :
1. enzim arginase dalam siklus urea
Pada binatang kelaparan, arginase hepar meningkat karena Kd menurun sedangkan
Ks tetap konstan.
Pada kelebihan makan protein, Ks meningkat, keadaan ini hampir sama dengan
induksi pada bakteri.
2. enzim triptofan oksigenase akan meningkat pada seseorang yang diinjeksi
glukokortikoid atau makan banyak triptofan.
Keadaan ini disebabkan oleh karena triptofan menyebabkan enzim lebih stabil
terhadap degradasi atau enzim proteolitik maka akan menyebabkan Kd menurun
dan Ks meningkat pada injeksi.
Kadar enzim pada jaringan mamalia tergantung dari keadaan fisiologis, pengaruh
hormon dan diet. Contoh insulin dan glukagon walaupun kerjanya saling
berlawanan, tapi keduanya saling merangsang sintesisnya.
V.1.3 Proenzim
Salah satu pengaturan enzim adalah dengan mensintesis enzim dalam bentuk tidak
aktif/ tidak mempunyai sifat katalitik yaitu dalam bentuk proenzim/zymogen.
Dengan jalan proteolitik, proenzim yang tidak aktif akan mengalami perubahan
konformasi sehingga jadi enzim yang aktif (terbentuk bagian katalitiknya), hidrolisis
menyebabkan bagian katalitik terbuka dan berat molekul berkurang.
Enzimatologi 121
ENZIMATOLOGI
Contoh proenzim :
a. enzim pencernaan:
c. hormon
proinsulin à insulin
122 Enzimatologi
ENZIMATOLOGI
D merupakan efektor allosterik negatif atau feed back inhibitor. Dengan cara feed back
inhibition ini terjadi pengaturan kecepatan sintesis D. D berikatan pada bagian allosterik
yang jauh dari bagian katalitik.
Feed back inhibitor sering merupakan molekul kecil terakhir sebelum makromolekul,
misalnya asam amino, nukleotida, dan lain-lain. Pengaturan berdasarkan feed back inhibitor
biasanya dilakukan pada tingkat reaksi permulaan yang berjalan searah (irreversibel).
Enzimatologi 123
ENZIMATOLOGI
Kerugian multiple feed back inhibitor adalah kadar produk B yang tinggi dapat
menghalangi sintesis A, C dan D. Hal ini dapat diatasi dengan empat mekanisme yaitu:
1. cumulative feed back inhibition
adalah efek inhibisi yang ditimbulkan oleh dua atau lebih produk akhir
merupakan penjumlahan efek inhibisi dari masing-masing produk tersebut
2. concerted/multivalent feed back inhibition
inhibisi yang jelas baru terjadi bila terdapat dua atau lebih produk akhir dalam
jumlah yang berlebihan (kalau satu produk berlebihan, belum terjadi inhibisi).
3. cooperative feed back inhibition
mencakup inhibisi kumulatif dan multivalent.
Adanya sebuah produk akhir yang berlebihan akan menghambat enzim pengatur,
tapi efek inhibisi yang ditimbulkan oleh dua atau lebih produk akhir melebihi
penjumlahan seperti yang terjadi pada cumulative feed back inhibition.
4. pembentukan multiple enzim dalam suatu sel yang masing-masing mempunyai
Pengaturan yang berlainan
Misalnya: bakteri E. coli membentuk tiga aspartokinase, yaitu:
a. AKL dihambat oleh lisin
b. AKT dihambat oleh threonin
c. AKH dihambat oleh homoserin
124 Enzimatologi
ENZIMATOLOGI
4. Kolinesterase
• menurun pada penyakit hepar
• meningkat pada:
a. sindroma nefrotik
b. malnutrisi
c. penyakit infeksi akut /kronis
d. anemia
6. Transferase :
• Pada kondisi normal kadar transferase rendah, tapi bila ada kerusakan
jaringan yang luas, enzim masuk ke dalam serum sehingga kadarnya akan
meningkat.
• GOT (glutamat oksaloasetat transaminase): banyak terdapat dalam otot
jantung, misalnya pada miokard infark (baji mati jantung) à GOT akan
meningkat dan akan kembali normal setelah beberapa hari kemudian.
• GPT (glutamat piruvat transferase): jaringan hepar mengandung GOT dan
GPT, tapi kadar GPT lebih banyak, jadi pada penyakit hepar à GOT dan
GPT meningkat.
• GPT merupakan indikator kerusakan hepar.
• Pada nekrosis jantung GPT meningkat sedikit. Pada kerusakan otot yang
luas transverase akan meningkat.
7. LDH / LD (laktik dehidrogenase)
• meningkat pada:
a. miokard infark
b. leukemia akut/kronis yang relaps
c. karsinoma umum
d. kadang-kadang pada puncak penyakit hepatitis akut, kadar enzim akan
naik, tetapi pada ikterus karena sebab lain kadar enzim tidak naik.
• Pada miokard infark: kadar enzim meningkat pada 24 jam pertama dan
akan normal lagi setelah 5 - 6 hari.
• Kadar LDH bisa normal pada:
a. demam
b. penyakit infeksi kronis
c. infark paru-paru
d. penyakit neoplastik lokal
e. anemia
Daftar Pustaka
1. Mark DB, Mark AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: EGC; 1996.
2. Marshall WJ, Bangert SK. Clinical Chemistry. 5th ed. London: Mosby; 2004.
3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Redwel VW. Biokimia harper. Edisi 27. Alih
bahasa: Andry Hartono. Editor: Bani AP & Tiara MN. Sikimbang. Jakarta: EGC; 2011.
4. Pelley JW, Goljan EF. Biochemistry. St. Lowis: Mosby Inc.; 2003.
126 Enzimatologi
ETIKA PENDIDIKAN KEDOKTERAN
Winsa Husin
Etika Kedokteran
Makin cepatnya pertumbuhan pengetahuan ilmiah dan aplikasi kliniknya, permasalahan
kesehatan dan pengobatan menjadi kompleks. Etika kedokteran yang membahas tata susila
dokter dalam menjalankan tugas profesinya, khususnya yang berkaitan dengan dengan
pasien, hubungan dengan teman sejawat, mitra kerja serta relasi dengan masyarakat
semakin perlu dipahami dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya.
Tugas profesi kedokteran adalah tugas kemanusiaan yang luhur, apalagi kesediaan
berdedikasi untuk terlibat dan mengabdi bagi sesama manusia adalah pilihan hidupnya,
sikap pelayanan sudah seyogyanya dipupuk sejak masih sebagai calon dokter.
WORLD MEDICAL ASSOCIATION pada 51th World Medical Assembly, Tel Aviv,
Israel, Oktober 1999 menyatakan resolusi untuk memasukkan Etika Kedokteran dan Hak
Asasi Manusia dalam Kurikulum Sekolah Pendidikan Dokter di Seluruh Dunia, karena
Etika Kedokteran dan Hak Asasi Manusia membentuk suatu bagian yang integral dalam
kerja dan budaya profesi kesehatan.
Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan calon
dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional. Belajar
etika akan menyiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengenali situasi-situasi yang sulit
dan melaluinya dengan cara yang benar sesuai prinsip dan rasional
Etika
Etika (ethics) berawal dari Aristoteles, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti adat
kebiasaan; budi pekerti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika diartikan
sebagai sebuah bidang ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan apa yang buruk,
serta hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika juga diartikan sebagai suatu sikap yang menunjukkan kesediaan atau kesanggupan
seseorang untuk menaati ketentuan serta macam-macam norma kehidupan lainnya yang
berlaku di dalam suatu masyarakat maupun organisasi tertentu. Dalam pekerjaan profesi
sangat diutamakan etik profesi dalam memberikan pelayanan kepada publik. Etik profesi
merupakan seperangkat perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan orang lain.
Pengalaman etika membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral.
Secara sederhana etika merupakan kajian mengenai moralitas. Etika terutama
adalah bagaimana mengetahuinya (knowing), sedangkan moralitas adalah bagaimana
melakukannya (doing). Hubungan keduanya adalah bahwa etika mencoba memberikan
kriteria rasional bagi orang untuk menentukan keputusan atau bertindak dengan suatu cara
di antara pilihan cara yang lain.
Etiket
Etiket berasal dari Bahasa Perancis “etiquette” yang artinya adalah sopan santun.
Terdapat beberapa definisi dari kata etiket, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), etiket didefinisikan sebagai tata cara (adat, sopan santun, dan lain sebagainya)
dalam rangka memelihara hubungan yang baik di antara sesama manusia dalam sebuah
lingkungan masyarakat.
Etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan, adat, kebiasaan, serta cara-cara tertentu
yang menjadi panutan bagi sekelompok masyarakat dalam berbuat sesuatu.
1). Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, artinya etiket hanya berlaku ketika ada orang
lain yang menyaksikan perbuatan yang kita lakukan, dan ketika tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. 2) Etiket bersifat relatif, artinya sesuatu yang menurut suatu budaya
dianggap sebagai hal yang tidak sopan, akan tetapi belum tentu budaya lain memiliki
anggapan yang sama. Bisa saja hal itu dianggap sebagai hal yang wajar atau hal yang
sopan. 3). Etiket berkaitan dengan tata cara dari suatu perbuatan yang harus dilakukan
oleh manusia. 4). Etiket memandang seseorang dari segi luarnya (penampilan).
Etika kedokteran:
salah satu cabang dari etika yang berhubungan dengan masalah-masalah moral yang
timbul dalam praktek pengobatan.
Professonalisme:
Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, karangan JS Badudu (2003),
mendefinisikan profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional.
Menurut Anwar Jasin, ciri mendasar dari sebuah makna profesional tersebut
antara lain:
1. Tingkat pendidikan spesialisasinya menuntut seseorang melaksanakan jabatan/
pekerjaan dengan penuh kapabilitas, kemandirian dalam mengambil keputusan
(independent judgement), mahir dan terampil dalam mengerjakan tugasnya.
2. Motif dan tujuan utama seseorang memilih jabatan/pekerjaan itu adalah pengabdian
kepada kemanusiaan, bukan imbalan kebendaan (bayaran) yang menjadi tujuan
utama.
3. Terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima menjadi pedoman perilaku
dan tindakan kelompok profesional bersangkutan. Kode etik tersebut menjadi standar
perilaku pekerjaannya.
4. Terdapat kesetiakawanan seprofesi, yang diwujudkan dengan saling menjalin kerja
sama dan tolong-menolong antar anggota dalam suatu komunitas tertentu.
Hakikat profesi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa, untuk mengabdikan
diri kepada kemanusiaan berdasarkan moralitas yang kental. Prinsip-prinsip kejujuran,
keadilan, keikhlasan, kepedulian sesama dalam rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang
(compassion), dan ikut merasakan penderitaan orang lain (empathy). Dengan demikian,
seorang dokter tidak boleh egois melainkan mengutamakan orang lain, mengobati orang
sakit (altruism). Seorang dokter harus memiliki intellectual quotient (IQ), emotional
quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ) yang tinggi dan berimbang.
Dokter yang baik adalah seorang dokter yang memiliki kemampuan intelektual yang
baik, memahami undang undang yang berlaku, komitmen terhadap pelayanan
masyarakat, dan harus memiliki etika sehingga akan menghasilkan dokter dengan
professional behavior.
Dokter sebagai profesional bertanggung jawab secara: Moral yakni terhadap Sang
Pencipta (melalui Sumpah Dokter); Etik terhadap organisasi profesi & masyarakat
kedokteran; Disiplin, terhadap Konsil Kedokteran Indonesia & MKDKI, serta hukum
Kedokteran, Pidana, Perdata serta Administrasi.
Seorang dokter yang memiliki sifat professional tentunya mengerti mengenai hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan secara seimbang sesuai dengan peran dan fungsinya,
serta mengamalkannya pada kehidupan nyata.
Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur
hubungan manusia umumnya yang dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang
diterima dan dikembangkan. Di Indonesia azas-azas itu adalah Pancasila sebagai landasan
idiil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk
lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter, baik
yang bergabung secara fungsional terikat dalam organisasi dibidang pelayanan, pendidikan
dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan Rahmah Tuhan Yang Maha Esa telah
merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam pasal-pasalnya.
Kewajiban Umum: pasal 1 - 13
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien: pasal 14 - 17
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat: pasal 18 - 19
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri: pasal 20 - 21
Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia tahun 2012 pasal 1, setiap dokter wajib
menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah atau janji dokter. Kalimat-
kalimat dalam sumpah dokter telah mengalam perubahan dan penyempurnaan. Sumber
pertama sumpah dokter yang diterapkan di Indonesia adalah Deklarasi Geneva 1948 dan
terus disempurnakan hngga tahun 2012 di Muktamar IDI ke-28.
Deklarasi Geneva merupakan sumpah yang di yang diterapkan oleh World Medical
Association (WMA) yang mencakup seluruh tugas dan prnsp etik profesi dokter, antara
lain hubungan dokter-pasien, kerahasiaan medis, dan penghargaan guru dan kolega.
Baru-baru ini, WMA membuat revisi terhadap Deklarasi Geneva pada tanggal 14
Oktober 2017. Revisi dirasakan perlu karena perubahan kehidupan kedokteran terus terjadi
seiring perubahan kondisi demografk dan sosoekonomi masyarakat serta perkembangan
dunia medis dan teknologi.
Prinsip etik yang terdapat pada lafal sumpah tersebut adalah: kerahasiaan, menghargai
kolega dan profesi, menghargai kehdupan manusia, acuan standar untuk perlaku pribadi,
menolak diskriminasi, menghargai pasien, beneficence, kemanusiaan, mengharga otonomi,
kesetaraan, dan kesehatan, menghargai guru, non-maleficence, menghargai hak asasi
manusia, keadilan, dan menghargai murid.
Dokter pada umumnya bekerja sangat keras, sehingga sering menyebabkan dokter kurang
memperhatikan keadaan kesehatan dirinya. Di samping itu, karena enggan mengganggu
teman sejawat yang diketahui juga sibuk, maka bila ia sakit, tidak memeriksakan diri ke
dokter lain, tetapi mencoba mengobati diri sendiri. Hindari mengobati diri sendiri, karena
biasanya kurang tuntas. Laksanakan tindakan perlindungan diri. Kalau ada wabah untuk
pencegahan penularan diperlukan immunisasi, maka dokter harus melakukan imunisasi
terhadap dirinya dahulu. Kalau bertugas di klinik yang memungkinkan penularan melalui
udara, pakailah masker. Cuci tangan setiap selesai memeriksa pasien, dan prosedur-
prosedur pencegahan lainnya. Dokter wajib menjadi teladan dalam pelaksanaan perilaku
sehat. Siapa yang akan melakukan pengobatan bila dokternya sakit.
b. Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient
welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih
dari sekedar memenuhi kewajiban.
• Mengutamakan kepentingan pasien
• Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter/rumah sakit/pihak lain
• Maksimalisasi akibat baik
Daftar pustaka:
1. http://www.academia.edu/5069811/Profesionalisme_dan_Etika_Dokter
2. http://yusufalamromadhon.blogspot.co.id/2007/11/kaidah-dasar-etikabioetika-
kedokteran.html
3. Kode Etik Kedokteran Indonesia 2012
4. Djauzi, S., & Supartondo. (2004). Komunikasi dan Empati dalam Hubungan
Dokter Pasien. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Williams, J.R., Medical Ethics Manual, alih bahasa: Sagiran, 2006, Panduan
Etika Medis, PSKI, Yogyakarta
https://www.wma.net/wp-content/uploads/2016/11/ethics_manual_indonesian.pdf
6. https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2658261
7. Gunawan, 1992, Memahami Etika Kedokteran, Penerbit Kanisus
8. Purwandianto A, Warsito B, Syamsulhidayat R, Penerapan Revisi Sumpah
Dokter Terbaru oleh World Medical Association (WMA) di Indonesia, JEKI,
2018;2(1):7-12, doi:10.26880/jeki.v2il.9.
seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi. Identifikasi SNPs dapat menjadi strategi bagi
pencegahan penyakit.
• CNVs adalah variasi genetik, terdiri atas jumlah yang berbeda dari DNA mulai 1.000
hingga jutaan pasang basa.Variasi berupa bialel dengan duplikasi atau delesi sederhana,
dapat juga berupa pengaturan ulang materi genomik dengan banyak alel. CNVs
bertanggung jawab untuk perbedaan urutan DNA sejumlah 5 hingga 24 juta pasang
basa di antara dua individu. 50% CNVs melibatkan urutan pengkode protein sehingga
mendasari diversitas fenotip. CNVs terdapat pada gen-gen yang terlibat dalam sistem
imun, sistem syaraf, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Terdapat tiga kategori utama kelainan genetik, yaitu: 1) kelainan yang berkaitan dengan
gen-gen mutan, 2) penyakit dengan pewarisan multigen kompleks, dan 3) kelainan akibat
aberasi kromosom. Kategori pertama sering disebut kelainan Mendelian, akibat mutasi
gen-gen tunggal yang menyebabkan berbagai penyakit yang kebanyakan diwariskan.
Kategori kedua melibatkan penyakit yang banyak dialami manusia seperti hipertensi
dan diabetes melitus. Penyakit pada kategori kedua ini bersifat multifaktorial/kompleks
karena pewarisan menunjukkan bahwa baik genetik maupun lingkungan memengaruhi
ekspresi karakteristik fenotip atau penyakit. Kategori ketiga melibatkan kelainan sebagai
konsekuensi dari kelainan jumlah atau struktur kromosom.
Terdapat satu kelompok tambahan untuk kelainan genetik. Kelainan pada kelompok ini
melibatkan gen-gen tunggal, tetapi tidak diwariskan mengikuti aturan Mendel, melainkan
disebabkan mutasi pengulangan triplet, mutasi mitokondria, atau dipengaruhi fenomena
epigenetik yang disebut genomic imprinting.
2.2 Penyakit yang Disebabkan oleh Mutasi pada Gen Pengkode Protein Struktural
2.2.1 Sindrom Marfan
• Sindrom Marfan disebabkan mutasi gen FBN1 yang mengkode fibrillin. Fibrillin
dibutuhkan untuk integritas struktural jaringan ikat.
• Jaringan utama yang mengalami kelainan adalah rangka, mata, dan sistem kardiovaskuler.
• Gambaran klinis meliputi postur tinggi, jari-jari panjang, subluksasi bilateral lensa,
prolaps katup mitral, aneurism aorta, dan diseksi aorta.
• Uji klinik dengan obat-obatan yang menghambat pensinyalan TGF-β seperti angiotensin
receptor blockers sedang berlangsung. Obat tersebut memperbaiki fungsi aorta dan
jantung pada model tikus.
dalam homeostatis kolesterol (Gambar 1) telah memandu pada desain rasional obat-obatan
dari keluarga statin yang saat ini digunakan secara luas untuk menurunkan kolesterol
plasma. Obat-obatan tersebut menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase dan mendorong
sintesis reseptor LDL.
2.4 Penyakit yang Disebabkan oleh Mutasi pada Gen Pengkode Protein Enzim
2.4.1 Phenylketonuria n
• Phenylketonuria (PKU) adalah kelainan resesif autosom karena kekurangan enzim
fenilalanin hidroksilase yang menyebabkan ketidakmampuan untuk memetabolisme
fenilalanin menjadi tirosin.
• Saat metabolisme fenilalanin tidak dapat dilakukan, fenilalanin yang berlebihan dan
metabolitnya disekresikan melalui urin dan keringat yang menyebabkan mousy odor
pada pasien.
• Sekitar 600 alel mutan pada gen fenilalanin hidroksilase telah diidentifikasi.
• Gambaran klinis PKU yang tidak ditangani adalah retardasi mental yang parah, kejang,
penurunan pigmentasi kulit. Kondisi tersebut dapat dihindari dengan membatasi asupan
fenialanin dalam makanan.
• Pasien perempuan dengan pengaturan diet yang tidak berlanjut dapat melahirkan anak
yang mengalami malformasi dan kerusakan neurologis akibat penerimaan metabolit
fenilalanin melalui plasenta.
2.4.2 Galactosemia
• Galactosemia adalah kelainan metabolisme galaktosa yang diwariskan secara resesif
autosom pada 1 dari 60.000 bayi lahir hidup.
• Galactosemia disebabkan kekurangan enzim galactose-1-phosphate uridyltransferase
(GALT) yang berperan dalam konversi galaktosa menjadi glukosa.
• Kondisi tersebut menyebabkan galactose-1-phosphate dan metabolit lainnya
berakumulasi di hati, limpa, lensa mata, ginjal, dan korteks serebral.
• Gambaran klinisnya adalah jaundice, kerusakan hati, katarak, kerusakan syaraf, muntah
dan diare, serta sepsis karena E. coli. Diet dengan restriksi galaktosa dapat mencegah
komplikasi yang lebih parah.
4. Kelainan Sitogenetik
Diperkirakan 1 dari 200 bayi lahir dengan abnormalitas kromosom. Angka yang lebih
tinggi terjadi pada fetus yang tidak bertahan hidup. Sekitar 50% fetus yang mengalami
aborsi spontan pada trimester awal mengalami abnormalitas kromosom. Kelainan
sitogenetik dapat terjadi akibat perubahan pada struktur kromosom dan memengaruhi
kromosom autosom atau kromosom seks.
Pembuatan kariotipe adalah metode yang sangat penting bagi ahli sitogenetik.
Kariotipe adalah foto dari kromosom metafase yang diwarnai dan disusun (Gambar 2).
Pewarnaan Giemsa untuk teknik G-banding adalah pewarnaan yang sering digunakan
untuk melihat adanya pola gelap dan terang dengan pola yang khas untuk setiap kromosom.
Oleh karena itu setiap kromosom dapat diidentifikasi dan abnormalitas pada struktur
kromosom dapat dideteksi.
• Kromosom cincin adalah varian dari delesi. Setelah kehilangan segmen di setiap ujung
kromosom, kedua lengan bergabung membentuk cincin.
Pada 4% pasien trisomi 21, materi kromosom ekstra tidak muncul sebagai kromosom
ekstra tetapi sebagai translokasi dari lengan panjang kromosom 21 ke kromosom 22 atau
14. Kondisi ini sering diwariskan, kromosom yang ditranslokasikan diwariskan dari salah
seorang orang tua yang adalah karier translokasi robertsonian. Kurang lebih 1% pasien
dengan trisomi 21 adalah mosaik, biasanya campuran dari sel-sel dengan kromosom 46 dan
47. Kasus ini hasil dari nondisjunction kromosom 21 selama tahap awal embriogenesis.
Gambaran klinis yang digunakan untuk diagnosis kelainan ini adalah profil wajah yang
datar, fisura palpebra miring, dan terdapat lipatan epicanthus. Penderita sindrom Down
mengalami retardasi mental, sekitar 80% pasien mempunyai IQ 25 hingga 50. Penderita
juga mengalami malformasi jantung, risiko leukemia dan terkena infeksi meningkat, dan
perkembangan dini penyakit Alzheimer. Terlepas dari semua masalah di atas, perawatan
medis dapat meningkatkan usia harapan hidup penderita sindrom Down.
Dua gen kandidat pada kromosom 21 yang berkaitan dengan sindrom Down adalah
DYRK1 yang mengkode serintreonin kinase dan RCAN1 yang mengkode calcineurin
penghambat enzim fosfatase.
Kromosom Y berlebih ditoleransi karena hanya informasi yang dibawa oleh kromosom
Y berkaitan dengan diferensiasi laki-laki. Berapapun jumlah kromosom X, keberadaan
Y menentukan fenotip laki-laki. Gen untuk diferensiasi laki-laki (SRY, sex-determining
region of Y chromosome) berlokasi pada lengan pendek dari kromosom Y.
43% pasien sindrom Turner memiliki kariotipe mosaik (45,X/46,XX) atau mempunyai
abnormalitas struktur pada kromosom X. Paling umum adalah delesi pada lengan pendek
yang menghasilkan isokromosom di lengan panjang yaitu 46,X,i(X)(q10). Abnormalitas
pada struktur kromosom X lainnya adalah 46,XXq–, 46,XXp–, dan 46,X, r(X). Berbeda
dengan pasien dengan monosomi X, pasien mosaik atau varian delesi mempunyai
penampilan yang hampir normal dan gejala yang muncul hanya amenorrhea primer.
Kedua kromosom X aktif selama oogenesis dan berperan penting untuk perkembangan
ovarium normal. Selama perkembangan fetus normal, ovarium mengandung 7 juta oosit.
Oosit secara bertahap menghilang sehingga saat menarche jumlah telah menyusut menjadi
hanya 400.000, dan ketika menopause terjadi masih terdapat oosit kurang dari 10.000.
Pada sindrom Turner, ovarium fetus berkembang normal pada tahap awal embriogenesis,
namun ketiadaan salah satu kromosom X mempercepat hilangnya oosit hingga usia 2
tahun. Ovarium mengalami atropi menjadi jaringan berserabut tanpa ovum dan folikel.
Salah satu gen yang berkaitan dengan sindrom Turner adalah gen short stature homeobox
(SHOX) pada Xp22.23. Gen tersebut adalah salah satu gen yang tetap aktif di kedua
kromosom X dan mempunyai homolog yang aktif pada lengan pendek dari kromosom Y.
Laki-laki maupun perempuan normal mempunyai dua kopi dari gen ini. Satu kopi SHOX
menyebabkan perawakan pendek. Demikian pula, delesi gen SHOX terjadi pada 2-5%
anak normal dengan perawakan pendek. Gambaran klinis lainnya seperti malformasi
jantung dan kelainan endokrin tidak dapat dijelaskan oleh kelainan pada gen ini, namun
oleh sejumlah gen-gen lain yang terletak pada kromosom X.
Terdapat sejumlah pola transmisi yang berbeda dengan kelainan resesif terkait
X lainnya:
• Laki-laki karier: 20% laki-laki membawa mutasi fragile X (analisis silsilah dan
uji molekuler), tetapi normal (secara klinis dan sitogenetik). Laki-laki karier ini
mentransmisikan sifat melalui semua anak perempuannya (normal) kepada cucunya.
• Perempuan penderita: 30-50% perempuan karier adalah penderita (retardasi mental).
• Antisipasi: gejala klinis memburuk pada generasi berikutnya. Pada populasi normal,
jumlah pengulangan urutan CGG pada gen FMR1 sekitar 29, sedangkan pada penderita
200-4.000 pengulangan yang disebut mutasi penuh. Mutasi penuh terjadi melalui tahap
intermediet yaitu premutasi yang dikarakterisasi oleh 52 hingga 200 pengulangan.
Laki-laki dan perempuan karier memiliki premutasi. Selama oogenesis (tetapi tidak
spermatogenesis), premutasi dapat dikonversi menjadi mutasi penuh melalui amplifikasi
pengulangan CGG. Hal ini menjelaskan mengapa laki-laki karier normal, tetapi sebagian
perempuan karier adalah penderita.
Sindrom fragile X berkaitan dengan silencing produk dari gen FMR1 yaitu familial
mental retardation protein (FMRP). Gen FMR1 normal mengandung pengulangan CGG
pada daerah 5’ yang tidak ditranslasikan. Ketika jumlah pengulangan trinukleotida dalam
gen FMR1 lebih dari 230, DNA dari keseluruhan daerah 5’ dari gen dimetilasi secara
abnormal. Metilasi menyebabkan transkripsi dari FMR1 tidak dapat berlangsung dan FMRP
tidak diproduksi. FMRP ada di berbagai jaringan normal, tetapi lebih banyak ditemukan di
otak dan testis. FMRP ditranspor dari sitoplasma ke nukleus, lalu berikatan dengan mRNA
spesifik dan ditranspor ke akson dan dendrit. Di dalam sinaps, kompleks FMRP-mRNA
meregulasi translasi mRNA spesifik. Tidak adanya FMRP menjadi penyebab sindrom
fragile X.
Selain sindrom fragile X, beberapa penyakit neurogeneratif berkaitan pula dengan
pengulangan triplet yang melibatkan beberapa kondisi:
• Fungsi gen berubah karena pertambahan pengulangan nukleotida, tetapi
ambang premutasi dikonversi menjadi mutasi penuh berbeda di antara kelainan-
kelainan tersebut.
• Berbeda dari sindrom fragile X, konversi premutasi menjadi mutasi penuh pada penyakit
Huntington terjadi selama spermatogenesis.
• Pertambahan pengulangan terjadi pada daerah yang tidak ditranslasikan pada sindrom
fragile X, namun terjadi di daerah pengkode pada penyakit Huntington. Saat mutasi
memengaruhi daerah non pengkode, ini adalah “kehilangan fungsi” karena sintesis
protein ditekan, misalnya FMRP. Sebaliknya, mutasi yang melibatkan bagian yang
ditranslasikan dari gen menghasilkan protein abnormal disebut toxic gain-of-function
mutations, misalnya pengulangan CAG yang mengkode poliglutamin di sistem
syaraf (Huntington).
Daftar Pustaka
Maitra A. Genetic and Pediatric Diseases. Kumar V, Abbas AK, Aster JC editors.
Robbins Basic Pathology 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2013. p. 215-268.
Pendahuluan
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang obat dan seluruh
aspeknya.
Kata Pharmacology berasal dari 2 kata Yunani
Pharmakon : medicine: Obat ; Logos : study : Ilmu
Pharmacology : the study of medicine; mempelajari obat dan efeknya dalam tubuh.
Farmakologi adalah pengetahuan tentang sejarah obat, sumber, sifat kimia dan
fisik obat, komposisi obat, efek fisiologis dan biokimia obat termasuk absorbsi, distribusi
obat, biotransformasi, ekskresi obat, toksisitas serta mekanisme kerja obat, dan penggunaan
obat.
Obat adalah substansi yang mempengaruhi struktur atau fungsi dari organisme hidup.
Istilah
Farmakokinetik adalah bag farmakologi yang mencakup nasib obat dalam
tubuh, è yaitu absobsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat
terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan
struktur organ.
Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan
dan penyembuhan penyakit.
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari bentuk makroskopik dan
mikroskopik berbagai tumbuh-tumbuhan, dan organisme lain yang dapat digunakan
dalam pengobatan.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan,
menyimpan, dan menyediakan obat.
Farmakokinetika
Saat ini didefinisikan sebagai studi tentang proses absorbsi, distribusi, metabolism
(biotransformasi), dan & eliminasi (ekskresi) obat.
Farmakokinetika 159
FARMAKOKINETIKA
160 Farmakokinetika
FARMAKOKINETIKA
A. Transpor pasif :
Difusi Pasif, pergerakan molekul obat akibat perbedaan konsentrasi, ukuran molekul
dan koefisien partisi lipid dan air è tidak memerlukan energi, proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Mula-mula obat
harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian molekul obat akan
melintasi membran dengan melarut dalam lemak membran.
Setelah taraf mantap (steady state) di capai, kadar obat bentuk non-ion di kedua sisi
membran akan sama.
Transpor pasif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran
dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membran seimbang (steady state).
B. Difusi fasilitasi
Adalah pergerakan obat melewati membran difasilitasi oleh makromolekul, tidak
dibutuhkan energi, tidak dapat melawan perbedaan konsentrasi, jadi masih termasuk
proses difusi.
Farmakokinetika 161
FARMAKOKINETIKA
Difusi terfasilitasi (facilitated diffucion) adalah suatu proses transpor yang terjadi
dengan bantuan suatu faktor pembawa (carrier) yang merupakan komponen membran
sel tanpa menggunakan energi sehingga tidak dapat melawan perbedaan kadar maupun
potensial listrik.
Proses ini bersifat selektif, terjadi pada zat endogen yang transport nya secara difusi
biasa terlalu lambat, misalnya untuk masuknya glukosa ke dalam sel perifer.
C. Transport aktif :
Perpindahan obat melewati membran di fasilitasi oleh makromolekul, tapi membutuhkan
energi dan dapat melawan gradien konsentrasi menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi rendah ke daerah dengan konsentrasi tinggi.
Transport obat secara aktif biasanya terjadi pada sel saraf, hati, dan tubuli ginjal.
Proses ini membutuhkan energi yang di peroleh dari aktivitas membran sendiri, sehingga
zat dapat bergerak melawan perbedaan kadar atau potensial listrik.
Transpor aktif ini bersifat selektif dan kapasitas maksimal (dapat mengalami kejenuhan),
dihambat secara kompetitif.
D. Endositosis : merupakan metode minor, peran vakuoler, contoh sukrose dan insulin
E. Pinositosis
Adalah cara transport dengan membentuk vesikal, misalnya untuk makro molekul
seperti protein. Jumlah obat yang di angkut dengan cara ini sangat sedikit.
• Kebanyakan obat berupa elektrolit lemah : asam lemah atau basa lemah.
• Dalam larutan, elektrolit lemah ini akan terionisasi, derajat ionisasi ini tergantung
dari pka (acid disosiation constanta/ konstanta disosiasi asam) obat dan PH larutan.
• Bentuk non-ion umumnya larut baik dalam lemak sehingga mudah berdifusi
melintasi membran.
• Sedangkan bentuk ion, sukar melintasi membran karena sukar larut dalam lemak.
• Pada taraf mantap (steady state), kadar obat bentuk non-ion saja yang sama di kedua
sisi membran, sedangkan kadar obat bentuk ionnya tergantung dari perbedaan ph
di kedua sisi membran.
Proses Farmakokinetik
I. ABSORPSI
Absorbsi : proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi darah
sistemik.
Semua bentuk sediaan obat mengalami tahap absobsi kecuali obat yang digunakan
secara intravena karena obat langsung disuntikkan ke pembuluh darah sehingga obat tidak
melalui tahap liberasi dan absobsi. Proses Absorbsi bergantung pada cara pemberian,
tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rektum ), kulit, paru,
otot, dan lain-lain.
162 Farmakokinetika
FARMAKOKINETIKA
Tempat absobsi utama dan terpenting pada pemberian obat per oral adalah usus halus
karena memiliki permukaan absorbsi yang sangat luas, banyak villi dan mikrovilli .
Beberapa obat tidak langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik setelah absorbsi tetapi
melewati lumen usus masuk ke dalam hati, melalui vena porta.
Obat diserap oleh usus halus di transport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar metabolisme obat sebelum masuk ke sirkulasi.
Proses di mana obat melewati hati terlebih dahulu disebut sebagai efek first-pass,
atau first-pass hepatic/ first-pass metabolisme.
Di dalam hati, kebanyakan obat dimetabolisme
menjadi bentuk yang tidak aktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke
sirkulasi sistemik.
mengurangi jumlah obat yang aktif jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.
Farmakokinetika 163
FARMAKOKINETIKA
Keuntungan Enteral :
1. umumnya aman, masuk ke sirkulasi darah lambat, terhindar kadar yg tinggi dalam
darah dengan cepat dan efek samping lebih ringan.
2. bentuk obat lebih nyaman dan mudah diberikan, tidak memerlukan teknik steril.
Kerugian Enteral :
1. kecepatan absorbsi bervariasi
2. bisa timbul iritasi permukaan mukosa
3. kepatuhan penderita tidak pasti
4. beberapa obat melewati first pass effect
Keuntungan Parenteral :
1. cepat mencapai target organ, Efek yang diberikan obat intravena pun lebih cepat
muncul , respon cepat sehingga berguna untuk keadaan darurat
2. dosis akan lebih tepat
3. dapat diberikan pada penderita tidak sadar atau tidak dapat diberikan secara oral
4. dapat diberikan dalam jumlah volume yang besar
Kerugian Parenteral :
1. absorbsi lebih cepat sehingga dapat meningkatkan efek samping.
2. memerlukan tindakan aseptis dan anti septik
3. bisa timbul iritasi pada tempat pemberian/ suntik
4. tidak boleh dilakukan untuk bahan2 yang tidak larut
164 Farmakokinetika
FARMAKOKINETIKA
C. Topikal: untuk lokal diberikan pada mukosa membran atau kulit, absorbsi sistemik
sedikit/kecil.
D. Inhalasi : pemberian umum untuk obat dalam bentuk gas atau volatile, cepat masuk ke
dalam sirkulasi darah.
Farmakokinetika 165
FARMAKOKINETIKA
4. Suntikan intratekal
• yakni suntikan langsung ke dalam ruang subaraknoid spinal atau pengobatan
infeksi SSP akut.
• Suntikan intratekal tidak dilakukan pada karena bahaya infeksi dan adhesi terlalu
besar.
Pemberian Topikal
• Obat diberikan pada kulit, tidak banyak obat yang dapat menembus kulit secara utuh.
• Demis permeabel terhadap banyak zat sehingga absorbsi terjadi jauh lebih mudah bila
kulit berkelupas atau terbakar. Inflamasi dan keadaan lain yang meningkatkan aliran
darah kulit juga akan memacu absorbsi melalui kulit.
• Absorbsi dapat di tingkatkan dengan membuat suspensi obat dalam minyak dan
menggosokkannya ke kulit, atau dengan menggunakan penutup di atas kulit yang
terpajan.
• Obat yang banyak digunakan untuk penyakit kulit sebagai salep kulit ialah antibiotik,
kortikosteroid, antihistamin, dan fungisid, tetapi beberapa obat sistemik di buat juga
sebagai sediaan topikal, misalnya nitrogliserin dan skopolamin.
166 Farmakokinetika
FARMAKOKINETIKA
Bioavailabilitas :
adalah kecepatan relatif dan tingkat (persentase) obat yang mencapai sirkulasi sistemik.
Istilah ini menyatakan jumlah obat dalam % terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh/ aktif.
Bioavailabilitas ditentukan
A. Faktor individu
1. Usia
2. Gender
3. Kecepatan pengosongan lambung
4. Saluran cerna : ph, motilitas , waktu transit, perfusi , penyakit
B. Faktor obat
– Sifat fisiko kimia obat (hydrophobicity, pKa, solubility, bentuk,ukuran)
– Formulasi obat (immediate release, delayed release, etc.)
– Interaksi obat
– Pemberian bersama dengan makanan
– Perbedaan Circadian
Bioavailability
• Fraksi (F) obat yang masuk ke sistem sirkulasi umum
• The fraction of the dose of a drug (F)
F= juml obat dlm sirkulasi sistemik
Dose administered
F = AUC/Dose
Farmakokinetika 167
FARMAKOKINETIKA
II . DISTRIBUSI
Setelah diabsorbsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Distribusi obat : proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh.
Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh.
fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya
sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak.
fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik
organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak.
Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama.
Difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi cepat karena celah antar sel endotel kapiler
mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak.
• Oleh karena molekul protein plasma cukup besar, maka hanya fraksi obat bebas
saja yang mempunyai arti klinis, karena bagian tersebut yang dapat mencapai
reseptor pada organ sasaran
Protein plasma yang berikatan dengan molekul obat terutama adalah albumin (A),
disamping itu protein lain juga berperan, misalnya alfa amino globulin (AAG) dan
lipoprotein (LP) pada keadaan tertentu.
Obat > 80% berikatan dengan protein :
• berikatan tinggi protein : diazepam (Valium) (98%)
• berikatan sedang protein : Aspirin (49%)
• bagian obat yang berikatan bersifat inaktif
• obat yang tidak berikatan : bebas. yang bersifat aktif è respons farmakologik
Dengan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan, maka lebih banyak obat
yang berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya dengan protein untuk menjaga
keseimbangan obat yang dalam bentuk bebas.
Kadar protein yang rendah menurunkan jumlah tempat pengikatan dengan protein,
sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma.
Jadi penting sekali untuk memeriksa persentase pengikatan dengan protein dari semua
obat-obat yang diberikan untuk menghindari kemungkinan toksisitas obat.
Harus memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma karena penurunan
protein (albumin) plasma akan menurunkan tempat pengikatan dengan protein, sehingga
memungkinkan lebih banyak obat bebas dalam sirkulasi.
Volume Distribusi
• C = D/ Vd
Vd = volume distribusi
C= Consentrasi obat dalam plasma [drug] saat teertentu
D= total [drug] dalam system
Vd è estimasi jumlah distribusi obat
Vd < 0.071 L/kg è menunjukkan obat terutama dalam sistem sirkulasi
Vd > 0.071 L/kg è menunjukkan obat terutama dalam jaringan spesifik
Farmakokinetika 169
FARMAKOKINETIKA
III. METABOLISME
Metabolisme/ biotransformasi obat adalah
• proses perubahan struktur kimia dalam tubuh
• dikatalisis oleh enzim , merubah komposisi obat
• è menjadi lebih polar (lebih mudah larut dalam air) ; kurang larut dalam lemak
sehingga mudah dieksresi melalui ginjal
Tempat metabolisme
• Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmik retikulum
(mikrosom) dan di sitosol.
• Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru,
darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
170 Farmakokinetika
FARMAKOKINETIKA
Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, ginjal, paru, epitel
saluran cerna, dan plasma di lumen saluran cerna juga terdapat enzim non mikrosom yang
di hasilkan oleh flora usus. Enzim mikrosom mengkatalisis reaksi konyugasi glukoronoid,
sebagian besar reaksi oksidasi obat, serta reaksi reduksi dan hidrolisis.
Sedangkan enzim non mikrosom mengkatalisis reaksi konyugasi lainnya, beberapa
reaksi oksidasi, serta reaksi hidrolisis dan reduksi.
Farmakokinetika 171
FARMAKOKINETIKA
Waktu paruh : T½
Waktu paruh (T½) adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah obat dalam tubuh atau
konsentrasi obat dalam plasma untuk menjadi separuhnya (50%) dari kadar awal atau yang
dikehendaki untuk dieliminasi.
T½ = 0.693.Vss/CL ; Vss : volume distribution at steady state; CL: clearance of drug
from systemic sirculation.
Suatu obat akan melalui beberapa kali waktu paruh sebelum lebih dari 90% obat itu
dieliminasi.
Jika seorang klien mendapat 650 mg aspirin (miligram) dan waktu paruhnya adalah 3
jam, maka dibutuhkan 3 jam untuk waktu paruh pertama untuk mengeliminasi 325 mg, dan
waktu paruh kedua (atau 6 jam) untuk mengeliminasi 162 mg berikutnya, dan seterusnya,
sampai pada waktu paruh keenam (atau 18 jam) di mana tinggal 10 mg aspirin terdapat
dalam tubuh.
Faktor2 yang mempengaruhi half-life
Usia/age
renal excretion
liver metabolisme
protein binding
Waktu paruh 4-8 jam dianggap singkat, dan 24 jam atau lebih dianggap panjang.
Jika suatu obat memiliki waktu paruh yang panjang (seperti digoksin: 36 jam), maka
diperlukan beberapa hari agar tubuh dapat mengeliminasi obat tersebut seluruhnya.
172 Farmakokinetika
FARMAKOKINETIKA
Alat Ekskresi
Obat dapat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi
bentuk asalnya
1. Ekskresi utamanya dilakukan oleh ginjal melalui air seni
2. Ekskresi obat via eksokrin (keringat, ludah, Air susu ibu (ASI)
3. Ekskresi obat via paru-paru bersama pernapasan misal obat anestesi gas
4. Ekskresi obat di Hati melalui saluran empedu
• Metabolit yang larut dalam air sukar direabsorbsi oleh tubuli ginjal, sehingga akan
dikeluarkan bersama-sama urin
• Sebaliknya, obat yang mudah laut dalam lemak jika sudah berada dalam tubuli ginjal
sebagian besar direabsorbsi oleh tubuli ginjal
• Obat yang tidak dapat difiltasi oleh glomerulus bisa disekresi oleh ginjal melalui sekresi
tubulus
Proses eliminasi oleh ginjal (ekskresi) merupakan hasil dari 3 proses, yakni
• filtrasi dari glomerulus
• sekresi aktif di tubuli proksimal dan
• reabsorbsi pasif di tubuli proksimal dan distal
Bila fungsi ginjal rusak sedangkan obat harus dikeluarkan melalui ginjal maka ekskresinya
tidak sempurna dan memudahkan terjadinya keracunan.
Di tubuli proksimal &distal terjadi reabsorbsi pasif untuk bentuk ion-ion.
Obat berupa elektrolit lemah, proses reabsorbsi bergantung pada pH lumen tubuli yang
menentukan derajat ionisasinya.
Urin lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak sehingga reabsorbsinya berkurang
akibatnya ekskresinya meningkat. Urin lebih asam, ekskresi asam lemah berkurang.
Keadaan yang berlawanan terjadi dalam ekskresi basa lemah.
Prinsip ini di gunakan untuk mengobati keracunan obat yang ekskresinya dapat di percepat
dengan pembasaan atau pengasaman urin misalnya salisilat, fenobarbital.
Ekskresi obat menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis yang diberikan perlu
di turunkan/interval pemberian di perpanjang.
Farmakokinetika 173
FARMAKOKINETIKA
Perbedaan :
• First Order Elimination
– Obat menurun secara eksponential dengan waktu
– Kecepatan eliminasi proporsional dengan kadar obat
– Gambaran log [drug] or ln[drug] vs. time : linear
– t 1/2 adalah konstant tidak bergantung kadar obat
• Zero Order Elimination
– Obat menurun secara linier dengan waktu
– Kecepatan eliminasi konstan
– Kecepatan eliminasi tidak bergantung kadar obat
– No true t 1/2
Daftar Pustaka
• Grant R Wilkinson. 2001. The Pharmacological Basis of Therapeutics. Goodman &
Gillman’s
• Mary J Mycek et al.1992.Pharmacology. Edited by Richard Harvey.Lippincott’s
Ilustrated Reviews
• Mark Kester et al.2007. Pharmacokinetics. Pharmacology.Elsevier’s Integrated
• Norman Holland et al.2003. Core consept in Pharmacology
Selamat Belajar
Studia est orare
174 Farmakokinetika
PENGANTAR BIOETIKA DAN HUMANIORA
R. Muchtan Sujatno
Pendahuluan
Di dalam istilah Bioetik dan Humaniora, terdapat dua kata yang mengenengahkan
berbagai masalah bioetika dan masalah humaniora. Istilah Bioetika akan menyangkut
berbagai pandangan atau definisi dan begitu juga tentang Humaniora.
Di dalam pembelajaran Bioetika dan Humaniora saudara akan mempelajari :
• Bidang Bioetika : Pengantar Bioetika dan Humaniora, Bioetik, Etika pendidikan
Kedokteran, Etika Profesi Kedokteran, Etika Perawatan dalam Gawat Darurat, Etika
Rumah Sakit, dll.
• Bidang Humaniora: Agama, Civic, Pancasila, Filsafat ilmu, dll
Pengajar : Sementara ini pengajarnya adalah multidisiplin.
1. Sejarah Kedokteran
2. Aspek Legal di bidang Kedokteran
3. Etika Pelayanan Profesi Kedokteran
4. Etika Penelitian Biomedik
5. Health Behavior
6. Bioetik
1. SEJARAH KEDOKTERAN
- Sejarah kedokteran zaman dahulu
- Alasan mengapa belajar sejarah kedokteran, untuk mempelajari dan mengerti mengenai
kedokteran itu sendiri, untuk menguasai teknik, organisasi, dan ide yang mendasarinya.
- Sistem medis pada zaman dahulu yang berbeda dengan saat sekarang, dan harus diingat
dengan fungsi dan tugasnya.
- Belajar sejarah kedokteran untuk menerangi dan efek yang nyata pada sejarah medis di
Indonesia :
- Sistem medis sejak abad ke XVIII
- elayan kesehatan untuk memlihara (maintain) pada persalinan.
- Sekolah Kedokteran pertama pada 1870
Pada akhir pembelajaran mahasiswa akan sanggup mengetahui aspek legal pada kedokteran.
Pada akhir pembelajaran, mahasiswa akan lebih baik pengetahuannya dan mengerti
dalam panduan yang berkaitan dengan asfek etik dalam pelayanan profesi kedokteran.
Pada akhir pembelajaran mahasiswa mengetahui pengetahuan yang lebih baik dan
mengerti semua regulasi dan panduan yang berhubungan dengan aspek penelitian etik
biomedis dan mempunyai sikap yang layak.
5. PERILAKU SEHAT
- Mengenal perilaku sehat yang dihasilkan dari primary prevention
- Siap dengan aktivitas yang intensif dengan menjelaskan kerangka sehat atau kesakitan
yang berhubungan dengan pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran mahasiswa akan sanggup untuk mengerti apa itu
perilaku sehat.
6. BIOETIK
Ilmu kedokteran merupakan dari ilmu ilmu empiris, diluar ilmu normatif. Di dalam
pengantar Encyclopedia of Bioethics didefinisikan sebagai : “the systematic study of human
conduct in the area of life sciences and health care, insofar as this conduct is examined in
the light of moral values and priciples”
Bioetik mencakup etika kedokteran serta luas lingkup cakupannya. Etika kedokteran
secara tradisional berkaitan dengan masalah hubungan tata nilai (value-related problems)
yang timbul antara dokter dan pasien. Bioetik mempunyai empat liputan:
1. Meliputi value-related-problems yang timbul pada semua profesi kesehatan, termasuk
gabungan (allied) profesi-profesi kesehatan mental, dan sebagainya.
2. meliputi penelitian Biomedis dan perilaku, soalnya adalah ya atau tidak penelitiannya
bersangkut dengan terapi.
3. Termasuk kisaran yang luas dalam masalah sosial, seperti yang berkait dengan
kesehatan masyarakat, kesehatan kependudukan, kesehatan internasional, dan etika
kontrol kependudukan.
4. Meliputi kehidupan (human life) dan kesehatan termasuk masalah binatang dan
kehidupan alam (plant life) seperti masalah hubungan dengan percobaan binatang dan
bersaing klaim lingkungan.
Beberapa definisi bioetik dinyatakan dalam bioetik ensiklopedia: dua kata bioetik tidak
hanya pada kajian bidang manusia tertentu saja, tapi bagian dari etik dan ilmu kehidupan
(life science), juga mengenai disiplin akademik, kekuatan politik kedokteran, biologi, dan
studi lingkungan, dan perspektif budaya (kultur) sebagai konsekuensinya.
Pengantar Bioetika dan Humaniora 177
PENGANTAR BIOETIKA DAN HUMANIORA
Definisi lebih sempit: bioetik adalah bidang baru yang sederhana, muncul sebagai muka
perubahan iptek yang besar.
Pengertian yang lebih luas adalah suatu bidang yang telah menyebar ke dalam bidang
tempat perubahan bidang yang lebih lama, mencapai hukum dan kebijakan publik,
kesusasteraan (literary), kultur, sejarah, media popular, filsafat, agama, dan bidang ilmiah
kedokteran, biologi, ekologi dan lingkungan, demografi dan ilmu-ilmu sosial.
Titik berat pembelajaran bioetik secara singkat, tentu bukan kedokteran tradisional,
tapi the study of the ethical problems arising from scientific advances, esp, biology
and medicine.
Di dalam bidang biologi, penyelidikan bioetik mirip dengan penyelidikan moral
setelah PD II dan menciptakan senjata nuklir yang dapat menghancurkan umat manusia,
merupakan batas bahwa masyarakat dapat menentukan iptek. Interes di bidang ini, maka
terjadi hal yang sukses dalam pengembangan kode genetika manusia, suatu kesempatan
yang baru dalam memanipulasi alam. Dengan bermacam-macam hal seperti peran ilmu
biomedis pada saat perang, telah diedarkan tentang teknologi rekombinan DNA, kebijakan-
kebijakan mengenai kewajiban kontrol kependudukan (compulsory population control
policies), the dehumanization and institutionalization of medical care, dan penelitian pada
anak, etika seksual, dan suicide adalah lingkup bioetik.
Pengantar bioetik akan membatasi masalahnya dengan etika kedokteran (tradisional),
gabungan profesi kedokteran dan etika penelitian termasuk subyek manusia (kedua
masalah etik mikro = microethics) dan dasar filosofi untuk alokasi sumber sistem perawatan
kesehatan/a health care system (a macroethics = etik makro). Pertanyaan etik mikro
termasuk individual human rights privacy, dignity, and integrity, yang mana pertanyaan
makroetik menekankan hukum alam dan masyarakat luas terhadap kesehatan.
Perkembangan bioetik, misalnya di Amerika Utara, berkembang dan kedewasaan
dipelajari di fakultas kedokteran, filosofi, teologi, dan hukum. Lebih dari 220 jurnal
berbahasa Inggris memuat masalah bioetik.
Pada pembelajaran bioetik, akan dibatasi dengan masalah yang lanjut, bukan dalam
kedokteran tradisional. Singkatnya bioetik adalah studi mengenai masalah etika yang
timbul dari ilmu yang lanjut (scientific advances), seperti biologi dan kedokteran.
Semua ini balans/seimbang dengan ketaatan terhadap agama. Efek samping dari revolusi
medis adalah keperkasaan ilmuwan (Empowerment Scientist).
Pengertian bioetika sangat luas, dan sebenarnya etika adalah bagian dari bioetika itu
sendiri. Untuk membedakan pengertian dengan Etika, maka di sini sedikit dikemukakan
tentang apa itu etika.
ETIKA
Istilah yang paling dekat adalah moral. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos”
dalam bentuk tunggal, banyak mempunyai arti seperti: tempat tinggal, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Bentuk jamaknya “ta etha”, yang mempunyai arti adat kebiasaan, dari sinilah latar
belakang dari istilah etika, yang oleh Aristoteles (348 – 322 SM) digunakan untuk
menunjukan filsafat moral.
Definisi Etika: Ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Secara etimologis istilah ini belum cukup lengkap artinya. Ada kata seperti etos kerja,
etos profesi. Kamus umum bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953): Ilmu pengetahuan
tentang azas akhlak (moral).
Kamus Umum Bahasa Indonesia (P dan K, 1988):
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
2. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Pada akhir pembelajaran dari pendidikan bioetik adalah untuk mendisain mahasiswa
peka terhadap range (lingkup) issues (masalah) terhadap ilmu-ilmu kehidupan (life
sciences), kesehatan (health), dan perawatan kesehatan sekarang (health care present).
HUMANIORA
Yang dipelajari adalah :
- Agama
- Pancasila
- Civic
Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat lebih baik dan mengerti tentang agama,
Pancasila, dan Civic yang berkaitan dengan profesi dokter.
Kesimpulan:
- Merupakan seri pembelajaran yang terus-menerus selama anda belajar di kedokteran
- Pada akhir pembelajaran mahasiswa akan lebih baik pengetahuaannya dan mengerti
tentang bioetik dan humanitis sebagai landasan perilaku yang baik dan berbudi luhur
sebagai dokter sesuai dengan visi dan misi fakultas kedokteran yang saudara ikuti.
- Perilaku yang baik dalam praktek sehari-hari sebagai pemelihara kesehatan,
ilmuwan, dan peneliti yang harus sensitif terhadap isu etik yang berkaitan dengan
perkembangan bioteknologi.
Daftar Pustaka
1. Conor SS, Fuenzalida-Puelma HL (1990) : Bioethics. Issues and Perspectives. Pan
American Health Organization (Conor and Fuenzalida, Eds). World Health Organiztion.
Scientific Publication No. 527. p. ix-xii.
2. Warren Thomas Reich (1995) : Encyclopedia of Bioethics. Revised Edition. Vol 1. Mc
Millan Library Rference USA. P. 247-252.
3. Bertens K (2001) : Etika. Seri Filsafat Atmajaya : 15. cetakan VI. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. p. 3-44.
Tubuh terdiri atas ratusan jenis sel yang tersusun dan tergabung menjadi suatu jaringan.
Secara keseluruhan, ada 4 (empat) jenis jaringan dasar yang membentuk tubuh (manusia)
dan akan dibahas secara bertahap. Jaringan-jaringan tersebut adalah :
1. Jaringan epitel
Jaringan ini terbentuk dari kumpulan sel-sel yang memiliki sifat, stuktur, dan fungsi
yang serupa. Dalam tubuh manusia, jaringan ini akan dapat ditemukan dalam 2 bentuk,
yaitu bentuk lembaran atau membran, yang akan melapisi permukaan dalam atau
permukaan luar dari tubuh manusia, dan bentuk kelenjar serta bangunan lain yang
memiliki fungsi khusus. Jenis jaringan ini yang akan dibahas selanjutnya.
2. Jaringan ikat
Jaringan ini akan membentuk satu kesatuan dengan ketiga jaringan lain sebagai
suatu bagian terinterasi. Kebanyakan berasal dari sel mesenkhim yang berkembang
dari mesoderm secara embriologi. Jaringan ini terdiri atas sel-sel dan matriks
ekstraseluler yang mengandung substansi dasar dan serabut. Fungsi jaringan ini
mencakup menyokong struktur, sebagai media pertukaran zat, membantu proses
pertahanan dan proteksi tubuh, dan membentuk daerah yang dapat menjadi tempat
penyimpanan lemak. Termasuk di dalam jaringan ini adalah darah, tulang dan tulang
rawan/ cartilago, juga ligamen – sehingga disebut sebagai jaringan ikat khusus.
3. Jaringan otot
Jaringan ini memiliki kemampuan untuk berkontraksi sehingga memungkinkan
pergerakan tubuh. Terdapat 3 jenis otot di dalam tubuh manusia, yaitu otot lurik, otot
polos, dan otot jantung.
4. Jaringan syaraf
Jaringan ini tersusun oleh jutaan neuron membentuk sistem yang kompleks,
berhubungan dengan penghantaran impuls
Jaringan epitel, yang akan dibahas selanjutnya, dapat ditemukan di seluruh permukaan
tubuh. Seluruh saluran yang terdapat dalam tubuh (saluran pencernaan, saluran pernafasan,
sistem urogenital ) dan berhubungan dengan lingkungan di luar tubuh dan semua rongga
yang terdapat di dalam tubuh/ coelemic (pleura, pericardial, peritoneal) dilapisi oleh
jaringan ini. Jaringan epitel yang melapisi coelemic disebut sebagai mesotel. Sementara
jaringan epitel yang melapisi seluruh sistem kardiovaskuler (mencakup pembuluh darah
dan jantung) disebut sebagai endotel. Baik mesotel maupun endotel adalah satu jenis
jaringan epitel yang sama.
182 Jaringan Epitel dan Kelenjar
JARINGAN EPITEL DAN KELENJAR
Jaringan epitel seperti telah disebutkan sebelumnya, dibentuk oleh sekumpulan sel-
sel. Seluruh sel-sel yang menjadi bagian dasar (disebut sel basal) dari epitel akan terletak
pada suatu lapisan yang disebut sebagai membrana basalis. Tepat di bawah membrana
basalis tersebut barulah akan ditemukan jaringan ikat diikuti jaringan lainnya.
Beberapa kekhasan dari jaringan epitel ini adalah bahwa :
• Tidak terdapat pembuluh darah di dalamnya, jadi bersifat avaskuler. Pembuluh darah
seperti kita ketahui berfungsi menyalurkan nutrisi dan oksigen, sehingga dengan
tidak ditemukannya pembuluh darah, maka nutrisi untuk jaringan ini didapatkan dari
proses difusi antar sel (interseluler) dari jaringan ikat di bawah jaringan ini.
• Jaringan ini memiliki kemampuan untuk beregenerasi, sehingga seluruh sel-
selnya akan terus diperbaharui. Kemampuan ini terjadi karena di sel-sel basal bisa
didapatkan sel induk (stem cell) yang memungkinkan sel-sel basal bisa membelah dan
menggantikan sel-sel yang ada di atasnya. Siklus sel bervariasi, mulai dari hitungan
hari (contoh pada epidermis kulit butuh 27 hari) sampai bertahun-tahun.
• Memiliki kemampuan untuk berubah morfologi maupun fungsinya (kemampuan
metaplasia), yang terjadi apabila keadaan lingkungan tempat jaringan tersebut
berada berubah secara kronis (dalam waktu yang lama). Walau sebenarnya ketiga
jaringan lain pun memiliki kemampuan serupa, namun jaringan epitel lebih mudah
mengalami metaplasia.
• Berasal dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm pada embriologi. Hal inilah yang
memungkinkan perkembangannya menjadi berbagai struktur. Jaringan epitel yang
berasal dari ektoderm akan ditemukan pada jaringan epitel yang melapisi permukaan
luar tubuh (contohnya pada kulit, kornea, anus, dan lain sebagainya). Sementara epitel
yang berasal dari mesoderm (contohnya pada saluran urinari, sistem reproduksi) dan
endoderm (contohnya pada saluran pernafasan, pencernaan) akan ditemukan pada
permukaan dalam tubuh.
Secara keseluruhan, jaringan epitel di seluruh tubuh memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Proteksi seluruh jaringan yang berada di bawahnya dari abrasi maupun berbagai
trauma. Kekhususan dari fungsi proteksi ini akan sesuai dengan lokasi jaringan epitel
berada, contohnya pada saluran kemih berfungsi untuk melindungi dari keasaman
urine, pada saluran nafas berfungsi melindungi dari benda asing yang masuk.
2. Tranpor antar sel pada semua lapisan epitel untuk berbagai jenis molekul.
3. Sekresi dengan cara menghasilkan zat yang akan digunakan oleh tubuh, fungsi ini
secara khusus akan dimilliki oleh sel-sel epitel dalam bentuk kelenjar.
4. Absorpsi berbagai zat dari lumen organ (contohnya hasil mencernaan dari
lumen usus)
5. Mendeteksi adanya rangsangan (bersifat sensoris) melalu berbagai struktur yang
terdapat pada sel epitel (contohnya taste bud pada lidah, sel rambut pada organon
corti, dan lain sebagainya).
6. Sebagai membran permeabilitas selektif untuk berbagai material antara sel-sel.
7. Ekskresi/mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh (contohnya keringat
atau urin).
8. Kontraktil, yang khusus dimiliki oleh sel mioepitel pada pars sekretoris (bagian
penghasil) kelenjar.
Selain penyokong sel, pada permukaan sel-sel epitel dapat ditemukan struktur yang
berbeda-beda tiap selnya. Struktur tersebut dapat ditemukan pada bagian atas (apikal) sel,
bagian lateral sel, dan bagian bawah (basal) sel.
• Stereosilia
Merupakan mikrovili yang panjang dan berupa struktur nonmotil dan kadang
bercabang. Salah satu fungsinya untuk memperluas permukaan (pada epididimis)
atau untuk menghantarkan impuls (pada sel rambut telinga).
• Silia
Berupa tonjolan seperti mikrovili, namun ukurannya lebih besar, yaitu
berdiameter 0,2 μm dan tinggi 5-10 μm. Struktur ini dilapisi oleh membran
plasma sel. Karena merupakan tonjolan dari sitoplasma, maka dapat
dibedakan 2 bagian dari silia, yaitu bagian yang berada di dalam sitoplasma
dan bagian yang berada di atas permukaan sel disebut shaft/ batang (gambar 2).
Struktur silia terdiri atas struktur yang disebut axoneme complex. Pada bagian
atas permukaan sel, strukturnya dibentuk oleh 2 buah mikrotubul sentral dan 9
pasang mikrotubul perifer. Sementara di bagian dalam sitoplasma, strukturnya
terdiri atas 9 triplet mikrotubul.
Struktur ini akan tertanam di sitoplasma sel epitel pada daerah corpusculum basale
melalui bangunan yang disebut basal foot/ basal body.
Fungsi khususnya adalah untuk menggerakkan cairan atau lapisan mucus pada
permukaan epitel. Sehubungan dengan fungsi tersebut, maka silia dapat bergerak
ke depan (gerakan efektif/ effective stroke) dan gerakan kembali ke posisi awal
(recovery stroke). Dalam prosesnya, pergerakan silia-silia yang terdapat pada
apikal epitel tidak selalu bergerak secara bersamaan (isokhronal) namun ada juga
yang berurutan setiap baris silia (metakhoral).
• Flagela
Struktur ini hanya dapat ditemukan pada tubuh manusia pada sel spermatozoa.
Strukturnya menyerupai silia, namun ukurannya lebih panjang hingga mencapai
50 μm.
• Krusta
Ditemukan di bagian dalam sel, terbentuk akibat kondensasi sitoplasma. Hasil
kondensasi tersebut terlihat sebagai bangunan yang tidak berbatas tegas di antara
sitoplasma sel bagian atas.
• Kutikula
Merupakan substansi yang dihasilkan oleh sel dan terletak di bagian luar sel,
jadi berbeda dengan krusta, bangunan ini terpisah dari sitoplasma sel.
Membran sel merupakan unit membran yang terdiri dari 3 lapisan yaitu 2 lapisan
gelap yang terdiri dari molekul protein dan di bagian tengah dipisahkan oleh 1
lapisan terang yang terdiri dari molekul lipid.
Oleh karena itu, pada potongan tegak lurus membran sel di daerah desmosom,
menggunakan mikroskop elektron akan tampak 5 garis gelap berjalan sejajar yang
dipisahkan oleh daerah-daerah yang lebih terang.
Kelima garis gelap tersebut adalah :
Garis yang di tengah disebut intermediate line / interceluler contact layer
(ICL)
Merupakan tempat pertemuan antara kedua membrane sel yang berdekatan,
timbul akibat adanya lapisan bahan-bahan granuler yang sangat halus
menyelimuti membran sel sebelah luar Selaputnya sendiri tidak padat elektron,
sehingga di kanan kiri ICL tampak garis terang.
Garis outer cellular membrane ( OCM )
Merupakan 2 buah garis gelap yang terletak di sebelah kiri dan kanan garis ICL.
Jadi, garis OCM ini merupakan lapisan terluar unit membran sel, terdiri dari
protein.
Garis inner cellular membrane ( ICM )
Merupakan 2 buah garis gelap yang terletak sebelah menyebelah garis OCM.
Garis ICM ini merupakan lapisan terdalam unit membran yang terdiri dari
190 Jaringan Epitel dan Kelenjar
JARINGAN EPITEL DAN KELENJAR
molekul protein.
Di sebelah dalam ICM masih terlihat bayangan gelap, karena adanya berkas
tonofilamen (suatu filamen intermediate) memancar dari desmosome untuk
kemudian masuk kembali sehingga memberikan gambaran seperti huruf U.
Tonofilamen pada daerah desmosome ini disebut sebagai tonofibril.
Jadi junctional complex ini terdiri dari 3 segmen berturut-turut dari apikal sel ke arah
basal, yaitu zonula occludens (a), zonula adherens (b), kemudian desmosom (c) seperti
terlihat pada gambar 5.
Setelah membahas struktur-struktur yang bisa ditemukan pada sel, maka selanjutnya kita
akan membahas mengenai klasifikasi dari jaringan epitel, yaitu (A) Epitel yang membatasi
permukaan (luar maupun dalam) tubuh, (B) Epitel kelenjar, dan (C) Epitel khusus.
Berdasarkan bentuk sel, akan ditemukan 3 jenis bentuk sel utama, yaitu :
- Sel gepeng/ squamous cell à bentuk selnya gepeng, inti sel oval dan gepeng, sitoplasma
sedikit.
- Sel kuboid/ cuboidal cell à bentuk selnya kuboid/ bujur sangkar, inti sel bulat dan di
tengah.
- Sel silindris/ columnar cell à bentuk selnya silindris (tinggi sel > lebar sel), inti sel
oval dan dekat basal sel.
Selain ketiga bentuk di atas, dapat ditemukan bentuk sel polihedral (banyak sisi) atau
transisional (mampu berubah dari gepeng hingga kuboid atau sebaliknya).
Gambar 9. Skema pembagian epitel berdasarkan jumlah lapisan dan bentuk sel
Dengan mengetahui bentuk dan lapisan sel-sel epitel, maka seluruh jaringan epitel di
tubuh manusia, seperti terlihat pada gambar 10, akan terbagi menjadi :
1. Epitel selapis gepeng/ simple squamous epithelium
Epitel ini disusun oleh selapis sel-sel berbentuk gepeng yang membentuk suatu
membran membatasi suatu ruangan atau lumen. Jenis epitel ini sering disebut
squamous (= bersisik) kerena selnya seperti sisik bila dilihat dari atas. Dengan
pewarnaan perak nitrat (AgNO3) maka batas-batas sel akan jelas terlihat.
Fungsi epitel ini kebanyakan untuk filtrasi atau dialisis dan untuk pertukaran
gas/ udara yang pertukarannya bisa melalui atau di antara sel.
Contoh jenis epitel ini ditemukan di:
− permukaan dalam membrana tympani
− duktus ekskretorius yang kecil dari beberapa kelenjar
− duktus alveolaris dan alveoli paru-paru
− dinding dalam pembuluh darah, jantung, pembuluh lymph, sinusoid à
tipe epitel jenis ini memiliki penamaan khusus, yaitu endotel, fungsinya
sebagai reticulo endothelial system (RES).
− cavum serosa (rongga tubuh yang besar) à tipe epitel jenis ini
penamaankhususnya adalah mesotel, berfungsi mempermudah gerakan
organ-organ tersebut, misalnya pada pleura, pericardium, peritoneum,
mesenterium dan berfungsi lubrikasi.
196 Jaringan Epitel dan Kelenjar
JARINGAN EPITEL DAN KELENJAR
Endotel dan mesotel berasal dari mesoderm dan pada keadaan patologis
keduanya menyerupai sel-sel yang berasal dari jaringan pengikat daripada berasal
dari sel-sel epitel.
Oleh karena itu, tumor ganas yang berasal dari endotel dan mesotel sarkoma,
sedangkan tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel disebut karsinoma.
Pada beberapa daerah lain seperti di bawah ini, pada selnya dapat ditemukan adanya silia:
- tuba uterina
- uterus
- bronchiolus
- sinus paranasalis
- canalis centralis medulla spinalis
Kadang-kadang terdapat variasi dari sel silindris yang terdapat pada epitel jenis ini, yaitu :
a. Sel piala
Sel piala berfungsi menghasilkan mucus yang dapat melicinkan permukaan
epitel, terletak di dalam sitoplasma yang letaknya supranuklear, sehingga bagian
atas sel melebar seperti piala. Itulah sebabnya disebut sel piala atau sel goblet.
Bagian apex yang membesar ini berisi tetes-tetes mucinogen atau premusin
(awal mula mucus). Mula-mula mucinogen pada bagian apex ini hanya sedikit,
lama-lama bertambah banyak sehingga ruangan menjadi penuh, inti sel makin
terdesak ke bawah dan bentuknya menjadi gepeng. Bagian atas sel piala ini akan
pecah sehingga sekretnya dapat keluar. Sesudah sekretnya dikeluarkan semua,
bentuk sel kembali menjadi silindris. Dengan pewarnaan HE, sel piala tampak
bening karena mucin sukar diwarnai, namun akan jelas terlihat menggunakan
pewarnaan PAS.
Epitel selapis silindris dengan sel piala dapat dijumpai di traktus digestivus
mulai duodenum sampai rektum, kadang-kadang pada saluran keluar dari
kelenjar ludah yang besar.
b. Neuroepitelium
Sel neuroepitelium biasanya tinggi dan dapat menerima rangsangan dari luar
sebagai suatu reseptor.Biasanya pada permukaan sel tampak adanya processus
halus seperti benang-benang yang non motil. Sel jenis ini bisa dijumpai pada
sel-sel syaraf dan alat-alat pernafasan.
4. Epitel berlapis gepeng berkeratin dan epitel berlapis gepeng tidak berkeratin/
stratified squamous epithelium (keratinizing dan non-keratinizing)
Epitel ini tebal karena terdiri dari beberapa lapis sel dimana sel-sel berbentuk
gepeng hanya akan ditemukan pada lapisan dekat permukaan. Oleh karena itu, pada
potongan vertikal tampak bermacam-macam bentuk sel dari basal ke permukaan.
Struktur epitel jenis ini yaitu pada membrana basalis terdapat sel-sel berbentuk
kuboid atau silindris pendek, semakin ke permukaan dibentuk oleh beberapa lapis
sel berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin pipih. Lapisan
teratas terdiri dari sel-sel yang berbentuk skuamous tipis.
Fungsinya adalah untuk proteksi karena lebih tahan terhadap kerusakan
dibandingkan dengan epitel selapis, tetapi tidak efisien untuk absorbsi.
Kadang pada permukaan epitel jenis ini bisa ditemukan sekret, berasal dari
kelenjar yang terdapat di jaringan pengikat di bawah epitel.
Epitel jenis ini dibagi 2 jenis berdasarkan ada tidaknya zat tanduk pada
permukaan epitel, yaitu :
a. Epitel berlapis gepeng berkeratin / stratified squamous keratinizing
epithelium.
Keratin (zat keratin/ zat tanduk) yang ditemukan pada epitel jenis ini akan
ditemukan pada permukaan, sebagai akibat perubahan sel-sel permukaan
menjadi lapisan yang mati karena proses dehidrasi sehingga struktur selnya
tidak jelas, tidak berinti dan mengalami keratinisasi / kornifikasi / menanduk.
Contoh jenis epitel ini ditemukan di:
- Lidah à terdapat kornifikasi karena fungsi mekanisnya untuk membantu
proses pengunyahan makanan sehingga banyak bersentuhan dengan
benda-benda yang kasar/ keras.
- Epidermis kulit à kulit kaki dan tangan (keratinisasinya sangat tebal
karena selalu bersentuhan dengan benda-benda keras yang diinjaknya atau
dipegangnya)
Pada epidermis kulit dibedakan 5 lapisan berturut-turut dari basal ke
permukaan :
Stratum basalis/ stratum cylindricum/ stratum germinativum
Lapisan paling dasar tepat di atas membrana basalis, terdiri atas
satu lapisan sel berbentuk silindris pendek dengan sitoplasma yang
banyak mengadung RNA (sehingga tampak basofil). Di dalam sel-
selnya dapat ditemukan butir-butir pigmen melanin.
Sel-sel bagian basal ini dapat mengalami mitosis dan anak-anak sel
tadi akan bermigrasi ke atas untuk menggantikan sel-sel diatasnya,
dan bentuknya menjadi lebih pipih daripada sel-sel di bawahnya.
Hal inilah yang disebut proses regenerasi, yang selalu dimulai dari
bagian bawah.
Perubahan struktur sel-sel tersebut dalam perjalanannya dari
bawah ke permukaan disebut cytomorphosis. Sedangkan sel-sel di
permukaan akan mengalami degenerasi.
Jaringan Epitel dan Kelenjar 199
JARINGAN EPITEL DAN KELENJAR
Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapisan sel berbentuk polihedral.
Dengan mikroskop cahaya sel-sel tersebut seperti berduri (spina)
karena adanya tonofibril.
Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2- 4 lapisan sel berbentuk belah ketupat
dengan sumbu panjang sejajar permukaan.
Di dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir keratohialin yang
berwarna biru pada pewarnaan dengan HE. Butir-butir ini yang akan
menjadi keratin.
Stratum lucidum
Lapisan ini berupa garis homogen jernih sehingga seringkali tidak
jelas terlihat. Terdiri dari sel-sel yang sudah mati, tidak berinti, dan
dalam sitoplasmanya mengandung zat eleidin yang diduga berasal
dari keratohialin.
Stratum corneum
Merupakan lapisan paling atas. Struktur sel-selnya tidak tampak
lagi. Pada lapisan ini zat eleidin sudah menjadi keratin.
Pada bagian permukaan terdapat lapisan yang disebut stratum
disjunctum / disjunctivum.
Sel besar dengan permukaan cembung seperti payung, sehingga disebut sel
payung à berinti besar atau berinti dua. Bagian bawah sel ini cekung
sesuai dengan batas sel yang berbentuk bola lampu tadi. Pada permukaan
sel payung terdapat crusta yang berfungsi sebagai proteksi.
Sebaliknya, pada keadaan teregang (lumen terisi penuh) tampak sebagai epitel
berlapis gepeng tidak berkeratin. Perubahan bentuk ini diduga karena sel-selnya
bergeser satu sama lain. dan hanya terdiri dari 2-3 lapisan sel
Contoh jenis epitel ini ditemukan di: vesica urinaria (kandung kemih),
pelvis renalis, ureter.
1. Kelenjar eksokrin
Jenis kelenjar ini dibedakan berdasarkan jumlah sel penyusunnya, berdasarkan
pars sekretoris –duktus ekskretoriusnya, berdasarkan sifat sekret yang
dihasilkannya, dan berdasarkan cara pelepasan sekretnya.
a. Berdasarkan jumlah sel penyusun, dibagi menjadi :
Kelenjar uniseluler (sel tunggal)
Karena jenis kelenjar ini hanya terdiri atas 1 sel saja dan selalu
terletak di antara jaringan epitel (intraepitelial), maka sekretnya akan
langsung dikeluarkan ke permukaan dan tidak memerlukan saluran
keluar
Contoh jenis kelenjar ini adalah sel piala/ sel goblet (gambar 12).
Gambar 12. Sel piala/ sel goblet pada trachea (kiri) – diagram skematis (kanan)
Kelenjar multiseluler
Kelenjar jenis ini akan dibentuk dari banyak sel, dibagi menjadi
kelenjar intra epitelial (terletak di antara jaringan epitel dan tidak punya
saluran keluar – contoh pada cavum nasi) dan kelenjar ekstra epitelial
(bisa ditemukan saluran keluar – duktus ekstretorius)
a. b. c.
Dalam proses pengeluaran sekret pada kelenjar berbentuk acini, terkadang bisa
ditemukan sel mioepitel yang terletak di antara membrana basalis dan sel-sel epitel
kelenjar, berfungs untuk membantu mengeluarkan sekret dari pars sekretoris ke
duktus ekskretorius. Sel ini hanya dapat dilihat menggunakan teknik khusus, yaitu
alkaline fosfatase.
Sel ini memiliki tonjolan-tonjolan sitoplasma yang bersifat kontraktil
(mengandung miofibril) dan intinya terletak di tengah.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, salah satu struktur pembentuk kelenjar
adalah sel-sel epitel yang disebut sebagai parenkim. Di antara parenkim tersebut
dapat ditemukan jaringan pengikat, disebut stroma, sebgai penyokong. Stroma ini
akan membungkus seluruh bagian kelenjar hingga menyerupai kapsul.
Jaringan Epitel dan Kelenjar 211
JARINGAN EPITEL DAN KELENJAR
2. Kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran keluar atau duktus ekskretorius
sehingga strukturnya lebih sederhana daripada kelenjar eksokrin. Kelenjar
endokrin dibungkus oleh kapsul jaringan pengikat. Sebagian jaringan pengikat ini
masuk ke dalam kelompok sel-sel kelenjar sebagai trabecula dimana di dalamnya
berjalan pembuluh darah, limf, dan syaraf. Sekretnya dikeluarkan langsung ke
dalam kapiler sehingga sel-sel tersebut tersusun berupa deret yang lurus atau
dalam bentuk kelompok-kelompok sel memanjang tidak teratur, berbatasan
dengan kapiler.
Sebelum disekresikan sesuai kebutuhan, semua sekret kelenjar endokrin
ditimbun intraseluler.
Apabila penimbunan di intraseluler jumlahnya sudah berlebihan, maka sekret
tersebut akan dikeluarkan ke celah-celah di antara sel kelenjar dan tertampung
dalam suatu ruangan yang dibatasi oleh sel-sel kelenjar yang disebut folikel.
Cara ini disebut penimbunan ekstraseluler. Contohnya pada glandula thyroid
(gambar 18).
Dalam tubuh kita, dapat ditemukan suatu organ yang memiliki kedua kelenjar
ini. Organ tersebut adalah pankreas. Bagian acini dari pankreas meruoakan
kelenjar eksokrin yang akan menghasilkan enzim pencernaan yang bersifat
serosa. Sementara kelompokan sel yang berbentuk seperti pulau dan terdapat di
antara asini, disebut sebagai insula Langerhans merupakan kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon insulin dan glukagon dan dikeluarkan melalui pembuluh
darah yang banyak ditemukan diantaranya. Sel yang menghasilkan hormon insulin
adalah sel beta insula Langerhans, berfungsi mengatur kadar gula darah.
C. Epitel khusus
Epitel khusus adalah epitel yang mempunyai sifat struktur dan fungsi khusus yang tidak
termasuk ke dalam jenis kelenjar maupun epitel yang melapisi permukaan. Contoh epitel
jenis ini adalah epitel yang ada hubungannya dengan persepsi sensoris dan epitel yang
ada hubungannya dengan reproduksi (yaitu germinal epithelial yang membatasi tubulus
seminiferus testis). Jenis epitel ini akan dibahas terperinci pada bab khusus.
Daftar Pustaka
1. Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Color Textbook of Histology, 3rd ed. Saunders,
Philadelphia.
2. Junquiera L.C., Carneiro J. 2010. Basic Histology, 12th ed. Lange, New York
3. Tortora G.J, Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. John
Wiley & Sons, Inc. Hoboken NJ
4. Eroschenko V.P. 2005. di’Fiores Atlas of Histology, 10th ed. Lippincott Williams &
Wilkins, Baltimore.
5. Gartner L.P., Hiatt J.L. 2006. Color Atlas of Histology, 4th ed. Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia.
6. Young B., Health J.W. 2002. Wheather’s Functional Histology, 4 th ed. Churchill
Livingstone, Edinburg
Setiap jaringan dasar pada histologi, akan mempunyai komponen utama yang berrbeda-beda.
Jaringan epitel, jaringan otot, dan jaringan syaraf terdiri dari sel-sel yang tersusun secara padat,
sehingga komponen serabut dan substansia dasarnya tidak tampak. Berbeda dengan jaringan-
jaringan tersebut, komponen utama pembentuk jaringan ikat adalah serabut dan substansia
dasar, yang akan membentuk matriks ekstraseluler. Banyaknya matriks ekstraseluler pada
jaringan ikat menyebabkan jaringan ini memiliki fungsi untuk menghubungkan dan mengikat
ketiga jaringan dasar yang lain, sehingga dapat memertahankan bentuk dan lokasi organ.
Jaringan ikat berasal dari jaringan mesenkim yang tersusun dari sel-sel mesenkim. Jaringan
ini terutama ditemukan pada embrio yang sedang berada dalam tahap proses pembentukkan organ,
dan dapat ditemukan terutama pada lapisan tengah: mesoderm.
Sel ini memiliki sifat multipotensial, yaitu sifat dapat berkembang menjadi sel, jaringan, atau
organ apapun; seperti tendo, ligamen, tulang, kartilago (tulang rawan), sel otot polos, sel endotelial,
sel-sel limfoid, sel darah dan sel-sel hematopoietik lainnya.
- Inti sel: bulat/oval dengan anak inti yang tampak jelas dan benang kromatin halus
- Badan sel: membran sel tidak jelas terlihat, tetapi memiliki banyak prosesus tonjolan
Terdapat berbagai jenis jaringan ikat, yang memiliki fungsi utama sebagai berikut:
SEL
Fixed cells
adalah sel yang menetap, berkembang dan menjalankan fungsinya dalam jaringan ikat. Sel
tersebut bersifat stabil dan masa hidupnya lama.
adalah sel yang berasal dari sumsum tulang dan biasanya bersirkulasi dalam darah. Apabila
terdapat rangsangan (stimulus), sel-sel ini akan bermigrasi menuju jaringan ikat untuk
menjalankan fungsinya. Masa hidupnya lebih pendek dari fixed cells, sehingga akan terus
diproduksi oleh stem sel pada sumsum tulang.
FIXED CELLS
1. Fibroblas/ fibrosit
2. Sel lemak
3. Sel mast
4. Makrofag
Fibroblas
Fibroblas adalah sel utama dan terbanyak pada jaringan ikat, yang merupakan pembentuk
utama matriks ekstraseluler, seperti serabut (kolagen dan elastin), dan substansia dasar
(glikosaminoglikan, proteoglikan, dan glikoprotein). Karenanya, fibroblas menjadi sel target dari
berbagai hormon dan faktor pertumbuhan yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
sel. Fibroblas berasal dari sel mesenkim. Pada orang dewasa, fibroblas dalam jaringan ikat jarang
mengalami perubahan, tetapi masih mengalami mitosis terutama bila jaringan membutuhkan
adanya fibroblas tambahan, seperti pada proses penyembuhan luka.
Berdasarkan kegiatannya dalam mensintesis matriks ekstraseluler, maka dapat diamati 2 macam
keadaan fibroblas yang berbeda secara histologis, yaitu :
A. Fibroblas (aktif)
B. Fibrosit (inaktif)
A. Fibroblas
Fibroblas akan bermitosis dan bergerak aktif menuju jaringan yang mengalami kerusakan,
untuk mensintesis matriks ekstraseluler yang baru. Sel aktif ini sering ditemukan di antara serabut
kolagen, dan tersusun paralel sesuai sumbu panjang serabut.
Gambaran histologis
Mikroskop cahaya:
- Inti sel: Bentuk oval, besar. Terdapat kromatin halus, dan satu atau dua nukleolus/ nukleoli
(anak inti).
- Bentuk sel: fusiform (bentuk sel memanjang, besar/gemuk di tengah dengan ujung-ujung
yang lancip).
- Sitoplasma: sedikit tampak asidofil atau pucat. Dapat ditemukan banyak tonjolan
sitoplasma, namun pada jaringan yang aktif, kurang jelas terlihat karena tertutup oleh
serabut-serabut.
Mikroskop elektron:
Pada sitoplasmanya dapat ditemukan banyak Rough Endoplasmic Reticulum (RER)/ Retikulum
Endoplasma Kasar (RE kasar), yang berperan dalam sintesis protein. Selain itu, dapat ditemukan
juga apparatus golgi/badan golgi yang sangat berkembang.
B. Fibrosit
Merupakan fibroblas yang inaktif. Sel ini tidak bergerak dan tidak aktif dalam mensintesis
matriks ekstraseluler.
Gambaran histologis:
Mikroskop cahaya:
- Inti sel: Bentuk inti gepeng memanjang, lebih kecil dari inti fibroblas, terwarna lebih gelap.
- Bentuk sel: ukuran sel lebih kecil dari fibroblas, berbentuk oval atau fusiformis
- Sitoplasma: terwana asidofilik, dengan sedikit tonjolan sitoplasma.
Mikroskop elektron:
Pada sitoplasmanya hanya ditemukan sedikit RE kasar, tetapi banyak ditemukan ribosom bebas.
Myofibroblas
Myofibroblas adalah modifikasi dari fibroblas, karakteristiknya merupakan gabungan antara sel
otot polos dan fibroblas.
Dengan menggunakan mikroskop cahaya, sel ini sulit dibedakan dengan fibroblas.
Dengan mikroskop elektron, myofibroblas akan tampak memiliki berkas filamen actin dan
dense bodies seperti sel otot polos, tetapi tidak memiliki basal lamina.
Myofibroblas banyak ditemukan pada perbaikan jaringan rusak dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan penyusutan jaringan parut; dan ligamentum periodontal yang diduga berfungsi
membantu proses erupsi gigi.
Sama seperti sel-sel pada jaringan ikat lainnya, sel lemak berasal dari sel mesenkim.
Sel ini memiliki fungsi sebagai tempat sintesa/pembentukkan dan tempat penyimpanan
trigliserida, suatu komponen lemak yang dapat digunakan sebagai sumber energi, atau prekursor
berbagai hormon dan enzim untuk menjalankan fungsi tubuh.
Sel lemak adalah sel yang telah terdiferensiasi secara sempurna, dan setelah dewasa, tidak akan
mengalami proses pembelahan sel/mitosis.
Sel lemak ini akan membentuk jaringan lemak putih. Selain itu, sel lemak putih juga
dapat ditemukan tersebar di banyak tempat, seperti pada jaringan ikat longgar, dan di sekitar
pembuluh darah.
Pada membran plasma sel lemak unilokular terdapat reseptor untuk hormon insulin, growth
hormon, norepinephrine, dan glukokortikoid yang memfasilitasi pengambilan dan pelepasan asam
lemak bebas dan gliserol.
Sel lemak unilokular juga mensekresi hormon leptin, yang mengatur pusat nafsu makan di
hipotalamus. Orang yang tidak mampu menghasilkan leptin akan memiliki nafsu makan yang
berlebihan, sehingga tidak dapat mengontrol berat badannya. Sehingga secara klinis, sel lemak
dapat mempengaruhi terjadinya obesitas. Pada masa dewasa, dikenal 2 jenis obesitas, yaitu:
- Hypertrophic obesity: adalah akibat akumulasi lemak yang tersimpan dalam sel lemak
unilokular, sehingga ukuran sel membesar, sampai 4 kali normal.
- Hypercellular obesity: adalah hasil dari bertambahnya jumlah sel lemak secara berlebihan.
Tipe ini merupakan tipe obesitas yang lebih berat.
Jaringan Pengikat 221
JARINGAN PENGIKAT
Jumlah sel lemak pada masa dewasa tidak akan mengalami perubahan, tetapi prekursor sel
lemak akan berproliferasi pada awal masa kehidupan bayi. Terbukti bila dalam beberapa minggu
awal kehidupan, bayi tersebut mengalami overfeeding, maka prekursor sel lemak akan meningkat.
Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel lemak, yang merupakan stadium awal
terjadinya hiperselular obesitas pada masa dewasa. Karenanya bayi-bayi yang mengalami kelebihan
berat badan/overweight akan 3 kali lipat lebih mungkin mengalami obesitas pada masa dewasanya,
dibandingkan dengan bayi berberat badan ideal.
Gambaran histologis
Mikroskop cahaya:
- Inti sel: gepeng, terdesak ke tepi (eksentrik).
- Bentuk sel: spheris / bulat, dengan diameter 50 - 150 mm. Ukuran sel lemak tergantung
pada diet lemak dan pengeluaran energi. Bentuk sel dapat berubah menjadi polihedral bila
berdesakan dalam pembentukan jaringan.
- Sitoplasma: hanya berupa lingkaran tipis, karena terdesak ke tepi oleh satu buah vakuola
yang besar, sehingga tampak gambaran menyerupai cincin (signet ring appearance).
Vakuola besar ini berisi tetes lemak, akan tetapi dalam pembuatan preparat akan larut.
Mikroskop elektron:
Pada sitoplasmanya dapat ditemukan: kompleks golgi kecil di dekat inti, sedikit mitokondria,
sedikit RE kasar, banyak ribosom bebas.
Setiap sel lemak akan dikelilingi oleh lamina basalis.
Pada keadaan puasa, permukaan sel akan menjadi irregular, dan tampak banyak pseudopodia.
Mikroskop elektron:
Pada sitoplasmanya dapat ditemukan banyak mitokondria, sedikit ribosom bebas, dan tidak
memiliki RE kasar, melainkan RE halus.
222 Jaringan Pengikat
JARINGAN PENGIKAT
Berbeda dengan dua sel sebelumnya, sel mast diduga berasal dari prekursor yang ada di
sumsum tulang, yang kemudian beredar dalam pembuluh darah sebelum masuk dan menetap pada
jaringan ikat. Sel mast banyak ditemukan pada jaringan ikat di sepanjang pembuluh darah kecil,
baik secara tunggal maupun berkelompok. Sel ini merupakan sel yang terbesar dalam kelompok
fixed cell, dan merupakan sel yang bertanggung jawab dalam terjadinya proses alergi, yaitu jenis
hipersensifitas tipe I, suatu jenis alergi berat yang terjadi dengan amat cepat. Masa hidup sel ini
hanya beberapa bulan dan kadang-kadang mengalami proses mitosis.
Gambaran histologis
Mikroskop cahaya:
- Inti sel: berbentuk bulat/spheris, kecil, pucat, letak sentral. Terkadang tidak jelas terlihat
karena tertutup oleh granula- granula yang padat pada sitoplasma.
- Bentuk sel: oval atau bulat, dengan diameter 20 - 30mm.
- Sitoplasma: dapat ditemukan banyak granula sekretoris ukuran 3 – 8mm, bersifat
metakhromatis (biru keungunan) dengan pewarnaan toluidine blue, karena granula
ini mengandung heparin atau kondroitin sulfat. Pada pewarnaan HE, granula ini akan
berwarna asidofil/merah.
Mikroskop elektron:
Sitoplasma tampak mengandung granula-granula yang berbeda ukuran dan bentuk, beberapa
mitokondria, sedikit RE kasar, kompleks Golgi yang kecil.
Granula pada sel mast mengandung mediator primer, seperti: heparin, histamin (kondroitin
sulfat), neutral protease (tryptase, chymase, hdan carboxypeptidase), aryl sulfatase (seperti
b-glucuronidase, kininogenase, peroxidase, dan superoxide dismutase), eosinophil chemotactic
factor (ECF), neutrophil chemotactic factor (NCF).
Selain mediator primer, sel mast juga mensintesis sejumlah mediator sekuder, seperti mediator
yang berasal dari prekursor membran asam arakhidonat: leukotrienes (LTD4, LTE4, dan LTC4),
thromboxanes (TXA2 dan TXB2) dan prostaglandin (PGD2). Selain itu, sel mast juga melepas
sejumlah sitokin (bukan dari prekursor asam arakhidonat), seperti platelet-activating factor (PAF),
bradikinin, interleukin (IL-4, IL-5, dan IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-a). Semua
mediator sekunder di atas, akan dibentuk dan segera dilepaskan, tidak disimpan dalam granula.
Makrofag
Sama seperti sel mast, makrofag berasal dari prekursor sel pada sumsum tulang, yang
memproduksi monosit. Monosit akan berkembang di sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi
darah, kemudian bermigrasi ke jaringan ikat melalui endotel kapiler dan venula, mengalami proses
pematangan dan berubah menjadi makrofag. Makrofag dapat hidup dalam jaringan ikat selama
sekitar 2 bulan, dan dapat berproliferasi secara lokal.
Makrofag adalah sel pada jaringan ikat yang dapat digolongkan ke dalam fixed cell, maupun
transient cell. Bila sel tersebut menetap di jaringan ikat disebut fixed macrophages/ resident
macrophages, sedangkan sel yang bermigrasi karena ada stimulus eksogen disebut free
macrophages/ elicited macrophages.
Makrofag yang menetap pada jaringan ikat di organ tertentu, telah diberi nama sesuai dengan
lokasinya sebelum diketahui bahwa mereka adalah sel yang sama. Oleh karenanya, sel Kupffer
pada hati, sel debu pada paru-paru, sel langerhans pada kulit, osteoklast pada tulang, mikroglia
pada otak, dan makrofag pada jaringan ikat, sesungguhnya adalah satu jenis sel yang sama,
meskipun memiliki gambaran histologis yang berbeda.
Gambaran histologis
Mikroskop cahaya:
- Inti sel: berbentuk oval atau sedikit berlekuk pada satu sisi sehingga tampak menyerupai
ginjal, terletak eksentrik, dan terdapat sebuah nukleoli (sering tidak terlihat)
- Bentuk sel: bila inaktif umumnya berbentuk bulat dengan diameter: 10 – 30mm, sedangkan
sel yang aktif akan berbentuk irregular, terkadang tampak beberapa pseudopodia.
- Sitoplasma: terwarna basofilik, dan dapat ditemukan banyak vakuola-vakuola kecil dan
granula-granula kecil padat.
Mikroskop elektron:
Pada sitoplasmanya terdapat kompleks Golgi yang sangat berkembang, beberapa mitokondria,
RE kasar yang tampak jelas, dan banyak sekali lisosom yang pada mikroskop cahaya tampak
sebagai granula padat.
Berbeda dengan fixed cell, semua transient cell berasal dari sel prekursor yang ada di sumsum
tulang. Rata-rata transient cell adalah sel-sel darah putih yang mampu bermigrasi, dan berubah
bentuk di dalam jaringan ikat.
1. Sel Plasma
2. Sel Leukosit : monosit, neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit
3. Makrofag
Sel Plasma
Sel plasma berasal dari sel limfosit B yang telah berinteraksi dengan antigen, dan menghasilkan
imunoglobulin/antibodi yang merupakan bagian dari sistim imunitas humoral. Antibodi ini penting
untuk menetralisir antigen yang masuk ke dalam tubuh, bekerjasama dengan sistim imunitas
seluler. Karenanya, sel plasma terutama ditemukan pada daerah yang mengalami peradangan
kronis; sedangkan dalam jumlah kecil dapat ditemukan pada jaringan ikat manapun. Sel plasma
memiliki masa hidup yang pendek, yaitu 10 – 20 hari saja.
Sel plasma pada jaringan ikat. Perhatikan gambaran ‘jeruji roda’ pada intinya.
Gambaran histologis
Mikroskop cahaya:
- Inti sel: bentuk spheris/ bulat, letak eksentrik, mengandung heterokromatin kasar seperti
jeruji roda atau ”clock face”
- Bentuk sel: oval, besar, dengan diameter: 20 mm
- Sitoplasma: terwarna basofilik
Mikroskop elektron:
Pada sitoplasmanya dapat ditemukan kompleks golgi yang besar dengan sepasang centriole,
RE kasar yang sangat berkembang, dan sedikit mitokondria.
Leukosit
Leukosit/sel darah putih, adalah sel-sel darah yang dapat bermigrasi ke jaringan ikat melalui
proses diapedesis. Proses ini terutama meningkat selama peradangan (inflamasi), sebagai reaksi
pertahanan tubuh terhadap benda asing, mikroorganisme, iritasi zat kimia.
Leukosit terutama berperan dalam imunitas seluler, dan berperan dalam terjadinya inflamasi/
peradangan. Pada proses inflamasi akan terjadi pelepasan mediator kimia secara lokal oleh sel-
sel ini yang akan merangsang terjadinya peningkatan aliran darah di tempat infeksi, peningkatan
permeabilitas vaskular, kemotaksis sel-sel imun, dan proses fagositosis. Akibatnya, dapat dikenal
5 tanda klasik inflamasi (cardinal sign), yaitu : rubor, tumor, color, dolor, functiolesa.
Leukosit dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Granulosit (sel dengan granula pada
sitoplasmanya), terdiri dari: Basofil, Eosinofil, Neutrofil segmen, dan Neutrofil batang; dan
Agranulosit (tidak ditemukan granula pada sitoplasmanya), terdiri dari: Limfosit, dan Monosit.
Gambaran histologis masing-masing sel ini akan dibahas lebih mendalam pada blok 6 (Hematologi-
Imunologi).
Komponen serabut pada jaringan ikat menyebabkan jaringan ikat mampu bertahan terhadap
tekanan dan tarikan. Serabut pada matriks ekstraselular jaringan ikat terbentuk dari struktur
protein, yang terutama disintesis oleh fibroblas.
Serabut kolagen dan retikuler dibentuk oleh protein kolagen, sedangkan serabut elastis terutama
tersusun oleh protein elastin.
Jaringan Pengikat 227
JARINGAN PENGIKAT
Serabut Kolagen
Serabut kolagen adalah serabut utama dan terbanyak pada jaringan ikat. Secara keseluruhan,
kolagen merupakan protein terbanyak dalam tubuh manusia, jumlahnya dapat mencapai sekitar
30 % dari berat kering. Kolagen dapat ditemukan pada hampir semua jaringan ikat organ tubuh.
Serabut kolagen terutama disintesis oleh fibroblas, tetapi dalam jumlah kecil, juga disintesis oleh
kondroblas, osteoblas, dan odontoblas. Tiap-tiap serabutnya memiliki diameter yang bervariasi,
antara 1 – 20 mm. Oleh karena susunan serabut yang khas, maka serabut kolagen memiliki daya
regang (tensile strength) yang kuat namun tidak elastis, tebal, dan tidak bercabang.
Kumpulan serabut kolagen segar akan tampak putih mengilap pada jaringan hidup, dan dapat
ditemukan dalam jumlah besar pada tendon otot atau aponeurosis. Dalam pembuatan preparat,
serabut kolagen bersifat asidophilic/ eosinophilic dengan pewarnaan haematoxyline eosin (HE)
sehingga tampak berwarna merah muda.
Dengan mikroskop cahaya, serabut kolagen pada jaringan ikat akan tampak sebagai garis-
garis merah muda, panjang, dan bergelombang. Sedangkan dengan mikroskop elektron,
hampir semua serabut kolagen memperlihatkan karakteristik periodisitas 64 nm, yaitu: adanya
garis melintang setiap 64 nm. Hal ini diakibatkan adanya polimerisasi molekul tropokolagen, yang
menyebabkan terjadinya overlapping molekul tropokolagen setiap panjang serabut 64 nm. Hanya
serabut kolagen tipe IV yang tidak memperlihatkan gambaran periodisitas.
Susunan serabut kolagen dimulai dari pembentukan asam amino. Asam amino (AA) utama
pembentuk kolagen, yaitu: glisin (terbanyak ±33,5%), prolin, lisin, hidroksiprolin, dan
hidroksilisin. AA ini akan tersusun membentuk rantai polipeptida, yang disebut dengan rantai
a. Setiap 3 rantai a kemudian akan terpilin membentuk suatu konfigurasi helix (triple helix),
dan membentuk 1 tropokolagen. AA proline yang berbentuk cincin akan menstabilisasi tiap-tiap
rantai a, sedangkan AA glisin yang memiliki molekul terkecil memungkinkan rantai a terpilin
membentuk triple helix.
Skema Susunan kolagen dari triple helix sampai menjadi berkas kolagen
Berdasarkan perbedaan struktur kimia atau komposisi AA pada rantai a, terdapat setidaknya 19
tipe serabut kolagen. Enam tipe utamanya, yaitu:
- Tipe I: terdiri dari fibril-fibril kolagen yang berjalan paralel dan membentuk berkas (bundles),
terdapat pada jaringan ikat dewasa, dermis kulit, tendon, ligamen, tulang, dentin dan sementum,
dan fibrocartilago. Merupakan jenis kolagen terutama dan terbanyak.
- Tipe II : terdiri dari fibril-fibril halus, terdapat pada kartilago hyalin dan elastis.
- Tipe III : serabut retikuler, membentuk anyaman halus, banyak ditemukan pada organ hati,
sumsum tulang, dan limfoid. Tersusun membentuk anyaman
- Tipe IV : unsur penting pada membran basalis, ditemukan pada lamina densa. Tidak membentuk
fibril.
- Tipe V : bergabung dengan tipe I, terdapat pada placenta.
- Tipe VII: melekatkan lamina basalis pada lamina retikularis, tidak membentuk fibril.
Serabut Retikuler
Merupakan bentuk serabut kolagen yang paling awal diproduksi selama proses perkembangan
semua jaringan ikat penyokong. Pada jaringan penyokong dewasa jumlahnya akan bervariasi antar
organ, dan antar individu.
Serabut retikuler sebenarnya adalah serabut kolagen tipe III yang memiliki diameter 0,5 – 2 mm,
dan membentuk anyaman. Diameter yang kecil dan susunan serabut yang longgar memberikan
sifat fleksibilitas, sehingga dapat organ yang tersusun dari banyak serabut retikuler dapat berubah
volume sampai batas tertentu. Serabut ini banyak ditemukan pada arteri, parenkim hati, dan
uterus. Serabut retikuler juga menyokong kapiler, syaraf dan sel-sel otot; dan juga organ-organ
hematopoietik seperti sumsum tulang, limpa, dan nodus limfatikus/kelenjar getah bening. Dalam
organ hematopoietik, serabut retikuler akan dihasilkan oleh suatu sel menyerupai fibroblas yang
disebut sel retikuler.
Komposisi utama serabut retikuler adalah kolagen tipe III, glikoprotein dan proteoglikan.
Pada pembuatan preparat, serabut retikuler tidak akan terlihat pada pewarnaan H.E, namun
akan berwarna hitam dengan pewarnaan impregnasi garam perak (AgNO3), karena bersifat
argyrophilic (memiliki afinitas terhadap garam perak). Selain dengan garam perak, serabut
retikuler juga dapat terwarna dengan pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS). Hal ini diakibatkan
karena serabut retikuler memiliki kandungan tinggi karbohidrat.
Serabut Elastis
Adanya elastisitas pada jaringan ikat secara umum diakibatkan adanya serabut elastis. Serabut
elastis umumnya akan tampak halus, panjang, dan bercabang-cabang, akan tetapi dapat
membentuk berkas yang lebih padat pada ligamen. Serabut ini terutama ditemukan pada kulit,
paru-paru, pembuluh darah, dan vesica urinaria.
Serabut elastis memiliki daya regang yang tidak sekuat serabut kolagen, tetapi memiliki
elastisitas tinggi, yaitu kemampuan untuk diregang dan kembali ke ukuran semula (recoil) tanpa
terjadi deformitas. Serabut ini dapat ditarik sampai 150% panjang semula, tanpa mengalami
robekan. Sifat elastisitas ini penting bagi pembuluh darah besar seperti aorta dan arteri pulmonalis,
sehingga pada saat pengisian darah dalam jumlah banyak tidak akan mengalami robekan atau
distorsi.
Pada pembuatan preparat serabut elastis bersifat eosinophilic, sehingga dengan pewarnaan HE
akan berwarna merah tua.
Serabut elastis pada jaringan ikat disintesis oleh sel fibroblas, sedangkan pada pembuluh
darah besar, serabut ini disintesis juga oleh sel-sel otot polos. Prekursor serabut elastis adalah
tropoelastin, yang akan mengalami polimerisasi pada matriks ekstraselular.
Bagian inti dari serabut elastis terdiri dari elastin yang kemudian akan diselubungi oleh
selubung mikrofibril (tersusun dari glikoprotein fibrilin). Elastin akan memberikan sifat elastisitas,
sedangkan mikrofibil memberi sifat stabilitas. Elastin adalah zat amorf yang memiliki AA utama
yaitu glisin dan prolin. AA lainnya adalah desmosin dan isodesmosin. AA ini akan terikat satu
sama lain membentuk desmosine crosslinks, yang menyebabkan serabut ini dapat bersifat elastis.
Substansi dasar adalah suatu zat amorf, yang terutama terdiri dari air (90%), tidak berwarna,
transparan, dan kental (viscous) seperti jelly. Substansi dasar akan mengisi ruangan antara sel
dan serabut pada jaringan ikat, mengikat serabut dengan sel membentuk suatu jaringan
ikat, dan mengikat jaringan ikat dengan jaringan-jaringan lainnya. Adanya substansia dasar
ini, menyebabkan jaringan ikat tahan terhadap kompresi. Akan tetapi, karena sebagian besar terdiri
dari air, maka pada proses pembuatan preparat, substansia dasar akan larut dan tidak dapat diamati
di bawah mikroskop cahaya.
Selain sebagai pengikat, substansia dasar juga memiliki fungsi untuk membantu proses difusi
cairan, sebagai medium pertukaran nutrien dengan sisa metabolisme antara sel-sel pada
jaringan ikat dengan darah, dan sebagai barrier terhadap penetrasi benda asing.
Glikosaminoglikan (GAGs)
GAGs adalah suatu polisakarida panjang, tidak bercabang, tersusun dari rantai yang memiliki
unit disakarida yang berulang. Salah satu komponen disakarida ini akan selalu berupa suatu gula-
amino, sedangkan komponen lainnya akan mengandung uronic acid dan hexosamine. Hexosamine
menjadi glucosamine dan galactosamine, uronic acid menjadi glucuronic atau iduronic acid.
Adanya gula-amino dengan rantai sulfa pada GAGs ini, menyebabkan GAGs bermuatan negatif,
yang kemudian akan menarik ion Na+ dan air. Hal ini menyebabkan GAGs bersifat hidrofilik dan
polianion, karena banyak mengandung hidroksil, karboksil, dan sulfat. Kandungan air pada GAGs
inilah yang menyebabkan matriks ekstraseluler jaringan ikat memiliki ‘turgor’.
- GAGs yang mengandung sulfat: keratin sulfat, heparan sulfat, heparin sulfat,
kondroitin-4-sulfat, kondroitin -6-sulfat dan dermatan sulfat.
- GAGs yang tidak mengandung sulfat: asam hyaluronat. Dapat ditemukan terutama pada
cairan sendi, berfungsi menahan tekanan dan getaran pada sendi.
Proteoglikan
Proteoglikan adalah GAGs sulfat yang berikatan kovalen dengan inti protein, membentuk suatu
makromolekul yang berbentuk menyerupai sikat botol. Inti protein dari proteoglikan disintesis
oleh RE kasar yang mensintesis protein, kemudian ditambahkan molekul karbohidrat/GAGs pada
badan golgi.
Bila proteoglikan berikatan dengan GAGs yang tidak mengandung sulfat, seperti asam
hyaluronoat, maka ikatan yang terjadi adalah ikatan ion nonkovalen. Makromolekul amat besar
dengan volume luas yang dihasilkannya disebut aggrecan aggregates, yang menyebabkan adanya
sifat seperti jelly dari matriks ekstraselular.
Glikoprotein
Glikoprotein adalah polipeptida besar yang berikatan kovalen dengan rantai cabang
monosakarida, tidak mengandung polisakarida panjang. Glikoprotein berfungsi untuk mengikat
(adhesi) antara sel-sel dengan serabut, mengikat antar serabut, dan melekatkan sel ke matriks
ekstraselular.
- Fibronektin adalah glikoprotein yang disintesis oleh sel fibroblas dan beberapa sel epitel.
Berperan dalam mengikat sel, kolagen dan glikosaminoglikan, sehingga membantu adhesi
dan migrasi sel. Fibronektin memiliki dua lengan, dan berbentuk seperti huruf ’V’. Satu dari
lengan ini akan mengikat komponen matriks ekstraseluer (seperti kolagen, heparan sulfat, asam
hyaluronat), dan lengan lainnya akan berikatan dengan integrin pada permukaan membran
sel. Fibronektin juga dapat ditemukan di dalam darah sebagai fibronektin plasma, yang akan
membantu migrasi sel dalam proses penyembuhan luka.
- Laminin adalah glikoprotein besar yang terdiri dari tiga rantai besar polipeptida, yaitu rantai
A, B1, dan B2. Laminin berperan dalam adhesi sel epitel ke lamina basalis. Karenanya laminin
memiliki kemampuan untuk berikatan dengan heparan sulfat, kolagen tipe IV, entaktin, dan
membran sel.
- Tenasin adalah glikoprotein besar yang terdiri dari enam rantai polipeptida yang diikat
dengan ikatan disulfida. Berbentuk seperti kumbang dengan 6 kaki, tenasin akan mengikat
proteoglikan transmembran sel dengan fibronektin. Tenasin biasanya hanya ditemukan
pada jaringan embrional, berfungsi untuk membantu migrasi sel-sel embrional ke tempat-
tempat spesifik.
Cairan Jaringan
Cairan jaringan dapat ditemukan di dalam substansi dasar. Komposisi cairan jaringan pada
prinsipnya mirip dengan plasma darah, yaitu terdiri dari sedikit protein plasma dengan berat
molekul rendah, sehingga dapat keluar melalui dinding kapiler. Perpindahan cairan ini diatur oleh
tekanan hidrostatik darah. Walaupun dikatakan hanya mengandung sedikit protein plasma, namun
akibat distribusi jaringan ikat yang luas, maka 1/3 protein plasma tubuh akan tersimpan dalam
jaringan ikat.
Jaringan pengikat mesenkhim hanya terdapat pada embrio, terutama pada lapisan tengah embrio
(mesodermal). Jaringan ini adalah asal dari semua jaringan pengikat.
Pada jaringan ini, sel utamanya adalah sel mesenkhim yang bersifat multipotential. Sel mesenkim
dapat berdiferensiasi menjadi berbagai sel lain seperti sel darah, sel endotel, sel otot polos, dan
lain-lain. Pada jaringan dewasa, jaringan pengikat mesenkim sudah tidak dapat ditemukan lagi,
kecuali dalam jumlah sedikit pada pulpa gigi.
Gambaran histologis
Sel :
Sel Mesenkim:
- Inti sel: oval, besar, di dalamnya terdapat anyaman kromatin halus dan nukleoli tampak
jelas.
- Bentuk sel: irregular, stellate, atau spindle/fusiform/ kumparan; memiliki tonjolan dan
cabang-cabang halus yang saling berhubungan seperti anyaman; membran sel tidak jelas
terlihat.
- Sitoplasma: terwarna pucat.
Matrix Extracellular
- Substansi dasar : banyak, amorf, bersifat semifluid / viscous / seperti jelly. Pada preparat
akan tampak jernih, dengan pembuluh darah kecil di beberapa tempat.
- Serabut: serabut retikuler yang halus dan hanya berjumlah sedikit.
Jaringan pengikat mukosa hanya ditemukan pada masa embrio, terutama pada umbilical cord/
tali pusat, jaringan ikat subdermal embrio, dan pulpa gigi muda. Pada jaringan ini, mulai ditemukan
sel fibroblas.
Gambaran histologis
Sel:
Sel Fibroblas
- Inti sel: oval, besar, berkromatin halus. Pada pewarnaan HE akan tampak ungu pucat, dan
terdapat satu atau dua nukleoli.
- Bentuk sel: irregular atau spindle/ kumparan
- Sitoplasma: sedikit terwarna asidofil, tampak banyak tonjolan.
Matrix Extracellular
- Substansi dasar: asam hyaluronat dengan konsistensi viscous/ kental seperti jelly/gelatin
disebut Wharton’s jelly. Substansi dasar tersebut khas ditemukan pada tali pusat. Akan
tetapi, pada preparat di bawah mikroskop cahaya, akan tampak jernih, longgar, amorf,
karena substansia dasar larut.
- Serabut: kolagen tipe I dan tipe III berjalan tidak beraturan.
Jaringan pengikat longgar adalah jaringan ikat yang paling banyak ditemukan pada tubuh
manusia dewasa. Jaringan ini memiliki semua komponen utama pada jaringan ikat. Dikatakan
’longgar’, karena komponen terbanyak jaringan ini adalah substansi dasar dan cairan jaringan.
Akibatnya, jaringan ikat longgar lebih bersifat fleksibel, tetapi tidak terlalu tahan terhadap tekanan.
Semua jenis sel dan serabut pada jaringan ikat dapat ditemukan di sini, meski dalam jumlah
yang relatif sedikit dibandingkan dengan substansia dasar. Sel terbanyak adalah fibroblas diikuti
sel makrofag. Serabut-serabut kolagen, retikuler dan elastis tersusun jarang dan longgar. Banyak
terdapat pembuluh darah untuk suplai oksigen dan nutrien.
Jaringan ikat longgar dapat ditemukan pada hampir seluruh organ, seperti:
Jaringan ikat longgar yang ditemukan pada organ-organ yang selalu bersinggungan dengan
benda-benda di luar tubuh, seperti di bawah kulit, di bawah epitel traktus digestivus, dan di bawah
traktus respiratorius, berperan sebagai pertahanan tubuh pertama terhadap serangan antigen.
Karenanya dapat ditemukan juga transient cell yang bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi
peradangan, reaksi alergi, dan respon imun lainnya.
Jaringan Pengikat 237
JARINGAN PENGIKAT
Gambaran histologis di bawah mikroskip cahaya dari komponen sel, serabut, dan substansia
dasar dalam jaringan ikat longgar, telah dibahas sebelumnya (lihat halaman-halaman sebelumnya).
Berbeda dengan jaringan ikat longgar, penyusun utama jaringan ikat padat adalah komponen
serabut yang didominasi oleh serabut kolagen. Karenanya jaringan ikat padat bersifat kurang
fleksibel, tetapi lebih tahan terhadap tekanan dan tarikan.
Jaringan ini dapat ditemukan pada: dermis kulit, selubung syaraf, kapsula limpa, testis, ovarium,
ginjal, dan nodus limfatikus
Gambaran histologis:
Sel:
Sel Fibrosit: terlihat gepeng dan berwarna ungu, berjumlah banyak, dan terletak pada celah
antara berkas kolagen.
Matrix Extracellular
Jaringan ini terutama ditemukan pada tendo otot, ligamen, dan aponeurosis
Gambaran histologis:
Sel:
Sel Fibrosit: terlihat panjang dan gepeng, sumbu panjang sel paralel dengan berkas kolagen,
berwarna ungu (sitoplasma tidak tampak jelas karena warnanya sama dengan warna serabut),
terjepit di antara berkas serabut kolagen.
Matrix Extracellular
- Substansi dasar: amat sedikit, sehingga hampir tidak tampak.
- Serabut: Berkas serabut kolagen kasar berwarna merah muda, berbentuk silindris, tersusun
padat, berjalan paralel sehingga bersifat tahan terhadap tarikan.
Serabut kolagen pada tendo akan berkelompok membentuk berkas primer, kemudian
berkelompok lagi membentuk berkas sekunder yang diselubungi oleh jaringan ikat longgar yang
mengandung pembuluh darah dan syaraf. Selubung terluar tendo tersusun atas jaringan ikat padat.
Gambaran berkas primer dan sekunder ini akan tampak pada preparat potongan melintang.
Ada selubung tendo yang memiliki 2 lapisan, terdiri dari sel epitel gepeng. Masing-masing
lapisan ini melekat ke tendo atau struktur sekitarnya. Di antara lapisan terdapat ruangan yang terisi
oleh cairan kental (mirip cairan sendi), mengandung air, protein, glikosaminoglikan, glikoprotein
dan ion, berfungsi sebagai pelumas/ lubrikasi pada pergerakan tendo.
Jaringan ini dapat ditemukan pada paru-paru, kulit, kandung kemih, dinding pembuluh darah,
Ligamentum Flava pada columna vertebralis, Ligamentum suspensorium dari penis.
Gambaran histologis:
Sel:
Sel Fibrosit: terlihat panjang dan gepeng, sumbu panjang sel paralel dengan serabut elastis,
berwarna ungu, berada di antara serabut elastis.
Matrix Extracellular
- Substansi dasar: amat sedikit, sehingga hampir tidak tampak.
- Serabut: Serabut elastis kasar berwarna merah tua, berjalan paralel dan bercabang-cabang,
di antaranya terdapat sedikit serabut kolagen halus yang membentuk anyaman. Pada
dinding pembuluh darah, serabut elastis tampak sangat tebal dan berjalan bergelombang
(pembuluh darah saat relaksasi)
Jaringan retikuler terdiri dari anyaman serabut retikuler yang sangat halus () dan sel-sel yaitu
sel retikuler (fibroblas khusus), limfosit, makrofag. Jaringan pengikat retikuler umumnya dapat
ditemukan pada pembuluh darah kecil, di antara otot polos, endoneurium jaringan syaraf, organ
hemopoetik & organ limfoid (sumsum tulang, limpa, nodus limfatikus), parenkhim organ (hati,
kelenjar endokrin), dan di antara jaringan lemak.
Gambaran histologis:
Sel:
Sel retikuler
Merupakan sel fibroblas khusus. Termasuk salah satu sel mononuclear phagocytes system.
Berfungsi untuk memfagositosis benda asing dan memproduksi serabut retikuler
- Inti sel: besar, oval/vesikular, terwarna pucat, mengandung kromatin halus, dan dapat
ditemukan lebih dari satu nukleolus.
- Bentuk sel: memiliki tonjolan sitoplasma sehingga tampak seperti bintang. Pada mikroskop
cahaya, bentuknya amat mirip dengan sel mesenkim.
- Sitoplasma: berwarna merah muda, banyak tonjolan yang akan menutupi sebagian serabut
retikuler dan substansi dasar.
Sel Limfosit
Merupakan bagian dari leukosit. Pada organ-organ limfoid, sel limfosit adalah sel yang
dominan ditemukan.
Sel Makrofag
- Inti sel: sedikit berlekuk pada satu sisi sehingga tampak menyerupai ginjal, terletak
eksentrik.
- Bentuk sel: berbentuk bulat
- Sitoplasma: terwarna basofilik, dan dapat ditemukan banyak vakuola-vakuola kecil.
Macam-macam sel pada jaringan ikat retikuler ini, hanya dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarnaan rutin histologi: HE.
(sitoplasma sel tidak terwarna, tampak inti sel hitam, tidak bisa membedakan sel)
Matrix Extracellular
Jaringan Lemak
Jaringan lemak merupakan salah satu organ terbesar tubuh manusia. Pada pria jumlahnya sekitar
15 – 20 % berat badan, wanita sekitar 20 -25 % berat badan. Jaringan ini merupakan penyimpan
energi terbesar, dalam bentuk trigliserida; selain hati dan otot lurik yang menyimpan energi dalam
bentuk glikogen. Selain sebagai penyimpan energi, lemak juga merupakan konduktor panas yang
buruk sehingga dapat menjaga suhu tubuh.
Jaringan lemak terdiri dari sel utama yaitu adiposit/sel lemak, berasal dari sel mesenkhim,
yang kemudian berkembang menjadi lipoblas. Jaringan ini dapat ditemukan terpisah sendiri atau
berkumpul menjadi kelompok kecil, tetapi paling sering ditemukan dalam kelompokan besar
dengan pembuluh darah di sekitarnya untuk membawa hasil sekresi ke organ-organ lain.
Sumber utama lemak adalah lemak yang dimakan (yang akan diubah dalam sirkulasi darah
menjadi kilomikron), sintesis trigliserida di hati, sintesis trigliserida dari glukosa dalam sel lemak
itu sendiri. Pengaturan penggunaan dan penyimpanan lemak terutama dipengaruhi oleh asupan
lemak dan pengeluaran energi, selain oleh hormon dan sistem syaraf simpatis.
Menurut perbedaan lokasi, struktur, warna, dan karakteristiknya, terdapat 2 macam jaringan
lemak, yaitu:
Tergantung dari asupan makanan, maka warna jaringan lemak ini dapat bervariasi dari putih
sampai kuning tua (terutama apabila terjadi asupan tinggi karotenoid).
Jaringan lemak putih terutama ditemukan pada lapisan subkutan/bawah kulit, dan pada omentum
dan mesenterium dari rongga perut. Akan tetapi, distribusi dan kepadatan penyimpanan lemak
secara keseluruhan akan dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Faktor yang paling berperan
adalah sex hormon dan adrenokortikal hormon, yang bertanggung jawab terhadap perbedaan
lokasi akumulasi lemak dan kontur tubuh wanita dan pria. Penyimpanan lemak pada pria terutama
di leher, bahu, perut, dan bokong; sedangkan pada wanita di payudara, pinggul dan bokong.
Gambaran histologis:
Jaringan lemak putih akan tampak homogen, dan terbagi-bagi dalam inkomplit lobulus oleh
jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah dan syaraf. Di antaranya dapat ditemukan
anyaman serabut retikuler halus.
Sel:
Matrix Extracellular
Distribusi jaringan lemak coklat sangat terbatas, hanya ditemukan pada bayi baru lahir di leher
dan interskapula. Pada masa dewasa, tetes-tetes lemak ini bergabung menjadi satu tetes tunggal,
mirip sel lemak unilokular. Pada orang tua dengan kondisi tertentu, seperti kelaparan, jaringan
lemak coklat dapat dibentuk kembali pada lokasi yang sama. Selain pada lokasi di atas, jaringan
ini dapat juga ditemukan pada tempat yang tidak umum, seperti di sekitar kelenjar adrenal dan
pembuluh darah besar. Jaringan ini sering juga ditemukan pada mamalia yang melakukan hibernasi.
Pada masa awal kehidupan bayi, peranan jaringan lemak coklat sangat penting untuk melindungi
bayi dari kedinginan, karena sel ini dapat menghasilkan panas (peranan mitokondria). Sel lemak
coklat dapat mengoksidasi asam lemak 20 kali lebih banyak dari sel lemak putih.
Gambaran histologis:
Jaringan lemak coklat akan tampak heterogen, dipisahkan oleh jaringan ikat yang kaya akan
vaskularisasi menjadi lobulus-lobulus. Serabut syaraf tak bermyelin akan masuk ke dalam jaringan,
berakhir pada pembuluh darah dan sel lemak coklat itu sendiri.
Sel:
Sel Lemak Multilokuler
- Inti sel: spheris/ bulat, terletak central, atau eksentrik.
- Bentuk sel: bulat atau poligonal, ukurannya lebih kecil dari sel lemak putih.
- Sitoplasma: dapat ditemukan banyak vakuola-vakuola kecil dalam berbagai ukuran,
tempat disimpannya tetes lemak.
Matrix Extracellular
Daftar Pustaka
1. Alberts, B., et all. 2008. The Extracellular Matrix of Animal. Molecular Biology of The Cell,
5th ed. Garland Science, Taylor & Francis group, p. 1178-94.
3. Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Extracellular Matrix. Color Textbook of Histology, 3rd ed.
Elsevier, p. 69 – 83.
4. Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Connective Tissue. Color Textbook of Histology, 3rd ed. Elsevier,
p. 111 - 30.
5. Junquiera L.C., Carneiro J. 2010. Connective Tissue. Basic Histology, 12th ed. McGraww-Hill,
p. 95 – 133.
6. Junquiera L.C., Carneiro J. 2010. Adipose Tissue. Basic Histology, 12th ed. McGraww-Hill, p.
95 – 133.
7. Young B., Health J.W. 2002. Wheather’s Functional Histology, 4th ed. Churchill Livingstone,
Edinburgh, page 65 - 79.