Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN POST OP
SC A/I PRE EKLAMSIA BERAT (PEB) DI AL MUKMIN
RSU SUFINA AZIZ MEDAN TAHUN 2021

OLEH :
KELOMPOK 1

Ketua : AMELIA MIRANDA


NPM: 200202075
Anggota :

 LYLA MALINDA SIRINGO RINGO


NPM:200202088
 PASKA SARAGIH
NPM:200202093
 PUTRI NURMALA HAYATI
NPM:200202094
 ERINA MANURUNG
NPM : 200202081
 HAFNIDA WARDHATUL SARVHI
NPM: 20002083
 MARJAH WIDA WARDANI
NPM : 200202089
 ANTONIUS RINALDY P
NPM : 200202076
 SRILILI SURYANI HIA

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN POST OP


SC A/I PRE EKLAMSIA BERAT (PEB) DI AL MUKMIN
RSU SUFINA AZIZ MEDAN TAHUN 2021

Telah disetujui oleh Tim pengampu Mata ajar Keperawatan Maternitas


Pada Juni 2021

PEMBIMBING

Pembimbing I : Ns. Rosety Sipayung S.Kep, M.Kep ( )

Pembimbing II : Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep, M.Kep ( )

Disetujui Oleh Medan, Juni 2021

Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kepeawatan

Dekan Ketua

(Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM) (Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep )
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan

karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Op Sc A/I Pre Eklamsia

Berat (Peb) Di Al Mukmin Rsu Sufina Aziz Medan Tahun 2021 ”

Penyelesaian Makalah ini merupakan salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan untuk memenuhi nilai dengan mata kuliah Keperawatan

Maternitas. Selama proses penyusunan makalah ini, begitu banyak bantuan,

nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan terima kasih kepada Bapak / Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari

Mutiara

Indonesia Medan.

2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari

Mutiara

Indonesia.

3. Taruli Rohana, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan

Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program


Studi

sekaligus Ketua Penguji Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi

dan Ilmu

Kesehatan Sari Mutiara Indonesia .

5. Dosen Tim pengampu Mata ajar Keperawatan Maternitas Program

Studi Ners

Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Indonesia

6. Kepala Rumah Sakit Umum Sakit Sufina Aziz serta Pegawai ruang

kebidanan yang telah memeberikan kesempatan untuk memberikan

informasi.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih. Semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih untuk

semua bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh

semua pihak.

Medan, Juni 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin di lahirkah


melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syaraf rahim dalam keadaan utuhserta berat janin di atas 4500 gram Sectio
caesarea biasanya dilakukan karena beberapa indikasi diantara nya
komplikasi keahamilan seperti pre eklamsi , partus lama, ketuban pecah
dini, letak sungsang, panggul sempit (Padila pratiwi, 2011).

Pre eklamsi merupakan salah satu penyebab langsung kematian


ibu.Menurut WHO angka kejadian pre eklamsi berkisar antara 0,51 –
38%.Di negara maju berkisar 6-7% dan eklamsi 0,1-0,7% .

Pre eklamsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan


sebagai suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar
protein pada urine (proteinuria) yang sering muncul pada usia kehamilan ≥
20 minggu. Kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik
preeklampsia,sedangkanuntuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan
normal (POGI, 2016).

Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre


eklamsia bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa
nifas serta mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan. Oleh sebab
itu asuhan keperawata pasien dengan preeklamsi dilakukan untuk
meningkatkan penyesuaian diri pasien dalam menghadapi permasalahan
yang berhubungan dengan kondisinya pasca melahirkan serta memfasilitasi
potensi pasien untuk beradaptasi dalam menghadapi perubahan Kebutuhan
dasarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien post op sectio caesarea a/i
dengan pre eklamsia berat dalam pemenuhan kebutuhan rasanyaman
(nyeri) di Al Mukmin RSU Sufina Aziz tahun 2021 ?

C. TUJUAN STUDI KASUS


Tujuan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien post opsectio
caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasan yaman(nyeri) di ruang
RSU Sufina aziz

2. Tujuan Khusus
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien post opsectio
caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman(nyeri) di ruang
RSU Sufina Aziz .
 Untuk melakukan pengkajian pada pasien post op sectio
caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri)
di ruang RSU Sufina Aziz.
 Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien post
op sectio caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman (nyeri) di ruang RSU Sufina Aziz.
 Untuk menyusun intervensi pada pasien Post Op Sectio
Caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri)
di ruang RSU Sufina Aziz .
 Untuk implementasi pada pasien post op sectio caesarea
dalampemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang
RSU Sufina Aziz.
 Untuk melakukanevaluasi pada pasien post op sectio
caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri)
di ruang RSU Sufina Aziz.
D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :


 Bagi Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Post Op Sectio
Caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri).

 Bagi Masyarakat/Pasien

Memperoleh pengetahuan masyarakat dan pasien tentang cara

meningkatkan rasa nyaman Post Op Sectio Caesarea.

 Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset


keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien pasca persalinan
Sectio Caesarea.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

A. Konsep Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari

bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti

melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab

melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).

Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6

minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya

alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat-

alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu

kira-kira 6 minggu.

2. Tahap Masa Nifas

Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

 Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

 Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu

 Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,

bulanan, tahunan (Anggraeni, 2010).

3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan


kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan
setelah melahirkan antara lain (Anggraeni, 2010) :

A. Perubahan Sistem Reproduksi


1. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya
(TFU).
2. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya
 Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan meconium
 Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
 Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.
 Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini

dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang

menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya

tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh

tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa

yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama

bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi

infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut

dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar

disebut “lokhea statis”.

4. Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat


besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

5. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum
hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

6. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan
kurangnya aktivitas tubuh.

7. Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “diuresis”.
8. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada
6-8 minggu setelah persalinan.

9. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah,
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
B. Konsep Dasar Pre Eklampsia Berat

1. Pengertian
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu

hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan

meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan edema dan

proteinuria (Faiqoh, 2014).

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai

dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine

serta edema. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan

adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai

dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20

minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya

hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset

hypertension with proteinuria) (POGI, 2016).

Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,

beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai

gangguan multsistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat

dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami

proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai

kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita

dengan kehamilan normal (POGI, 2016).


2. Klasifikasi

Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam

kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu

a. Preeklampsia Ringan

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg

atau lebih dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik

duduk maupun telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema

pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat badan > 1

Kg/per minggu.

b. Preeklampsia Berat

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110

MmHg atau lebih. Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria

( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam) serta adanya edema pada

paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan

rasa nyeri pada epigastrium.

3. Etiologi

Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum

diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali

dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi

menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam

kandungan.
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida,

Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan

teori teori tersebut preeklampsia sering juga disebut“ Deseases Of

Theory” . Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan diantaranya

adalah (Nuraini, 2011) :

a. Teori Genetik

Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat

diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan

kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak

dari ibu yang menderita preeklampsia, serta peran Renin-

Angiotensin- Aldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin

merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk

meningkatkan tekanan darah bekerja sama dengan hormon

aldosteron dan angiotensin lalu membentuk sistem.

b. Teori Immunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang

timbul pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa

pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap

antigen plasenta tidak sempurna.

c. Teori Prostasiklin & Tromboksan

Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,

sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada


kehamilan normal meningkat, aktifitas penggumpalan dan

fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.

Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan

tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan

kerusakan endotel.

Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda

serta Riwayat Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa

meningkatkan resiko preeklamsia antara lain adalah :

1) Malnutrisi Berat.

2) Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus,

Hypertensi dan Penyakit Ginjal.

3) Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.

4) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

5) Obesitas.

6) Riwayat keluarga dengan preeklampsia.

4. Manifestasi Klinis

Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus

meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau

lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali

pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan

gejala lainnya dari preeklamsia adalah :

1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110

mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit

menggunakan lengan yang sama.


2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.

3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.

4) Edema Paru.

5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.

6) Oligohidramnion

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara

kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi

protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria

pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi

mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap

preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat

mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan

dalam waktu singkat (POGI, 2016).

5. Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan

retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat

arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan

sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi

jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan

darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan

perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan

berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang

berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya,


mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.

Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan

hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada

endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola

disertai perdarahan mikro tempat endotel.

Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan

plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada

wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan

sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat.

Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein.

Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati

termasuk sel- sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut

akan mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit,

gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya

enzim lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya

trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan

prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi

oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini, 2011).


6. Komplikasi

Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan

janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu

maupun janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017) :

a. Bagi Ibu

1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low

platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,

meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.

2) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia

yang ditandai dengan kejang-kejang.

3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang

berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan

meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.

4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan

disfungsi beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.

5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat

berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan

untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan

darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.

6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding Rahim

sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan

kerusakan plasenta, yang akan membahayakan keselamatan

wanita hamil dan janin.

7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya


pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam

pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di

otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya

penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak

mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah,

kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan

kematian.

b. Bagi Janin

1) Prematuritas.

2) Kematian Janin.

3) Terhambatnya pertumbuhan janin.

4) Asfiksia Neonatorum.

7. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada

preeklampsia adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :

a. Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :

1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar

normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)

2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).

3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

b) Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.


c) Pemeriksaan Fungsi hati

1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.

3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

4) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat

(N=15-45 u/ml).

5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)

meningkat (N= <31 u/l).

6) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)

d) Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)

b. Radiologi

1) Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan

ketuban sedikit.

2) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.


8. Penatalaksanaan

Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah

sebagai berikut

a. Tirah Baring miring ke satu posisi.

b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.

c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan

garam.

d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30

ml/jam pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.

e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.

f. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).

Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi

partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.


B. Konsep dasar SC

1. Pengertian

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan

perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram

(Sarwono, 2009)

2. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea

adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah

fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari

beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan

beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran

lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul

merupakan susunan beberapa


tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan ja lan yang

harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk

panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga

dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga

harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut

menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-

ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan

penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu

kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu

mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar

ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di

bawah 36 minggu.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi

daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk


dilahirkan secara normal.

E. Manifestasi Klinis

Ada beberapa hal tanda dan gejala post Sectio Caesarea (SC) :

1. Pusing

2. Mual muntah

3. Nyeri sekitar luka operasi

4. Peristaltic usus menurun

Manifestasi Klinis PEB menurut (Nanda, 2013) :

a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau

belakang kepala yang di ikuti dengan

peningkatan tekanan darah yang abnormal.

b. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa

bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan

lainnya.

c. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang terkadang

disertai dengan muntah.

d. Gangguan pernafasan sampai sianosis.


2.1 Asuhan Keperawatan Teoritis

Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis

berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan individu atau kelompok, baik actual maupun

potensial kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan,

mengurangi, atau mencegah terjadinya masalah baru dan

melaksanakan tindakan atau menugaskan orang lain untuk

melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi

keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan.

2.4.1 Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang

dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk

melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,

abrupsio plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,

suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan,

tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan

diagnosa keperawatan. Preeklamsia sering terjadi pada

kehamilan pertama, terutama pada ibu yang berusia

belasan tahun. Selain itu juga sering terjadi pada wanita

yang hamil dengan pasangan baru (Robillrd et al,1994

dalam Fraser 2019)


Menurut Spellacy tahun 1986 pada usia di atas 35

tahun mempunyai resiko sangat tinggi terhadap

terjadinya preeklamsia. insedent hipertensi karena

kehamilan meningkat 3 kali lipat pada wanita di atas 40

tahun di bandingkan dengan wanita yang berusia 20-30

tahun (Cunningham 2015)

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya klien merasakan nyeri di sekitar area

jahitan operasi (anwar, 2011). Pada pasien dengan

PEB keluahan utama berupa pusing, nyeri

epigastrium, mata kabur, mual dan muntah (Mayo,

2012).

2) Riwayat kesehatan dahulu

Menurut Chesley (2000), adanya proses penyakit

kronis : Diabetes mellitus, hipertensi kronik,

penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, lupus

eritemasus sistemik. Preeklamsia juga terjadi pada

multipera yang menderita penyakit vaskuler,

termasuk hipertensi esensial yang kronis dan

diabetes melilitus atau dengan penyakit ginjal

(Chunningham, 2005).

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga dengan preeklamsia atau


eklamsia (khususnya ibu atau saudara wanitanya).

Adanya faktor keturunan dan familyar dengan

model gen tunggal. Genotip ibu lebih menentukan

terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Telah

terbukti bahwa pada ibu yang mengalami

preeklamsia, 26% anak wanitanya akan mengalami

preeklamsia pula, sedangkan hanya 8 % anak

menantu mengalami preeklamsia (Angsar MD

Saifuddin, 2018).

c. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang

preeklamsi berat, dan cara pencegahan,

penanganan, dan perawatan serta kurangnya

menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan

masalah dalam perawatan dirinya.

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan

untuk mengkonsumsi makanan ringan dan setelah

benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia,

dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.

Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali

dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai

konsumsi camilan yang sering-sering ditemukan.


3) Pola aktifitas

Selama kehamilan otot abdomen teregang secara

bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya

kekenyalan otot pada masa post partum, terutama

mpenurunnya tonus otot dinding dan adanya

diastasis rektus abdominalis. Pada dinding

abdomen sering tampak lembek dan kendur dan

terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur

akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas

bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama

setelah persalinan, pada klien post partum dengan

seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio

anestesi dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot

yang disebabkan oleh peregangan otot.

4) Pola eleminasi

Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung

kemih dapat terjadi karena letak blass berdempetan

dengan uterus, sehingga pengosongan kandung

kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang

folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari post

operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat

terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga

klien perlu dilakukan bldder training. Kaji warna

urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.


5) Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola

istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang

bayi dan nyeri pada luka post SC.

6) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan

klien dengan keluarga dan orang lain.

7) Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.

8) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada abdomen

akibat luka jahitan dan nyeri perut akibat involusi

uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara

terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.

9) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan

kehamilanya, lebih- lebih menjelang persalinan

dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep

diri antara lain dan body image dan ideal diri.

10) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam

hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang

tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan

nifas.
d. Pemeriksaan fisik

 Wajah : terdapat oedema pada kelopak mata dan


wajah

 Dada : krepitasi merupakan adanya oedema pada


paru

 Payudara : Keadaan payudara pada dua hari

pertama post partum sama dengan keadaan

dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan

keempat buah dada membesar, keras dan nyeri

ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan

terjadi proses laktasi.

 Abdomen/ uterus: terdapat jahitan sectio

caesarea, involusi uterus pada persalinan

dengan SC lembih lambat dari pada persalinan

normal (Medforth, 2011)

 Ekstermitas : oedema jari tangan dan tungkai

merupakan gejala dari PEB (Manuaba, 2010)

 Genitalia : terdapat pengeluaran lokhea rubra

(berwaritna merah) yang menetap selama 3 hari.

 Pengeluaran urine : jumlah produksi urine ≤

500 cc/24 jam merupakan tanda PEB

(Manuaba, 2010)

 Tekanan darah : tekanan darah tinggi

(hipertensi), yaitu tekanan darah 140/90 mmHg

atau lebih
e. Data penunjang

 Urine : protein urune pada PEB bersifat (+),

kadarprotein urine >5 gr/jam atau +2 pada

pemeriksaan kualitatif. Oliguria (≤500cc/24jam)

merupakan tanda PEB (Manuaba, 2010).

 Darah : trombositopeni berat : <100.000

sel/mm3 merupakan tanda sindroma HELLP.

Terjadi peningkatan hematokrit.

2.4.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau

perubahan pola interaksi actual/potensial) dari individu atau

kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan

perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,

menyingkirkan atau mencegah perubahan.

1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.

2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan penurunan cardiac output sekunder terhadap

vasoplasma pembuluh darah.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan post sc.

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan

dengan nutrisi yang tidak adekuat.


6. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan pemisahan

ruangan bayi dengan ruangan ibu post partum.

( Bobak, 2015. Nanda2013. Saiguddin, 2012 )

.
DAFTAR PUSTAKA

Abiee. (2012). Askep Maternitas. Retrieved from


https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulanaskep/askepmaternitas/as
uhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia.

Agustina, L. (2018). Asuhan Keperawatan Ny.M Post SC Indikasi PEB Di


RSUD Bangil Pasuruan. Retrieved from
https://repository.kertacendekia.ac.id/media/298882-asuhan
keperawatan- pada-ny-m-dengan-diag-9eacec69.pdf.

Andriyani, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklampsia di RSUD


Arifin Achmad. Jurnal Kesehatan Komunitas.

Anggraeni, D. (2011). Asuhan Pada Bayi Baru Lahir. 7–33.

Bobak. (2010). Konsep Post Partum. Post Partum, 3(2), 9–16. Retrieved
from http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-
norhimawat-6281- 2-babii.pdf

Faiqoh, E. (2014). Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan


perawatan ibu hamil dengan terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala
Epidemiologi.

Hartati & Maryunani. (2015). Konsep Asuhan Persalinan Sectio


Caesarian.Retrieved from http://eprints.stikes
aisyiyah.ac.id/891/7/BAB 15 KU.pdf

Hidayati, R. (2014). Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Asuhan Keperawatan.


Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391269-
SP- Rahma Hidayati.pdf

Indah, R. (2010). Konsep dasar asuhan Neonatus, bayi & balita.

Khairani, Y. (2020). Penatalaksanaan Pre eklampsia.

Kurniasari, D. (2015). Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada


Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan Holistik. https://doi.org/10.1002/(SICI)1096-
9101(1996)19:1<23::AID-LSM4>3.0.CO;2-S

Lisa Margareta. (2017). Konsep Dasar Post Partum.

Anda mungkin juga menyukai