Anda di halaman 1dari 268

B U K U PA N D U A N

S K I L L S LA B
TA : 2015/2016

SEMESTER III

PEMERIKSAAN FISIK LANJUTAN


DAN
PENUNJANG

LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA Alamat : Darussalam – Banda Aceh Telepon :
0651-7555184

i
Copyright@2014 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Dicetak di Darussalam
Cetakan Pertama : Agustus 2014
Cetakan Kedua : Agustus 2015

Desain sampul oleh : Rahmawati, S.Si

Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala


Semua Hak Cipta terpelihara

Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus


ada izin oleh penerbit sebelum memperbanyak, disimpan, atau
disebarluaskan dalam bentuk elektronik, fotocopy dan rekaman
atau bentuk lainnya.

ii
EDITOR

dr. Siti Hajar, M.Kes., M.Ked (OPH), SpM


Tim Kurikulum
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

dr. Winda Yulia, M.Biomed


Tim Kurikulum
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

dr. Rima Novirianthy, Sp. Onk.Red


Tim Kurikulum/Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

Rahmawati, S.Si
Tim Kurikulum
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

iii
PENANGGUNG JAWAB SKILL

dr. Hasanuddin, SpOG Bagian Ilmu


Kebidanan dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Ilmu


Kebianan dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Syahrial, SpKJ


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

dr. Iskandar Zakaria, SpR


Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Dahril, SpU


Bagian Urologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT sehingga buku panduan Skills


Lab Semester III ini dapat selesai disusun. Buku ini merupakan revisi
dan adaptasi dari buku panduan sebelumnya, sebagai implementasi
revisi kurikulum TA 2013/2014.
Buku panduan ini berisikan materi keterampilan yang akan
dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik. Buku ini
diharapkan dapat menjadi pedoman mahasiswa untuk melakukan
keterampilan medik lanjutan.
Terima kasih kepada semua staf yang telah memberikan
masukan dan saran sehingga terselesaikannya buku ini. Kami
berharap buku ini akan bermanfaat bagi mahasiswa dan juga
instruktur yang terlibat dalam latihan keterampilan medik.
Akhirnya kami mengucapkan selamat membaca dan
mempelajari isi yang disajikan dalam buku ini.

Banda Aceh, Agustus 2015

Editor

v
DAFTAR ISI

EDITOR.................................................................................................................iii

PENANGGUNG JAWAB SKILLS...................................................................iv

KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
I. KEHAMILAN, PERSALIAN DAN NEONATUS...............................1
1. ANC..................................................................................................... 2
2. Pelvimetri Klinis...............................................................................10
3. Leopold’s Maneuvers.......................................................................17
4. Persalianan Normal..........................................................................23
5. Pemeriksaan Neonatus.....................................................................38
II. MASA KANAK DAN REMAJA..........................................................59
1. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak..........................................60
2. Antropometri..................................................................................116
3. Teknik Injeksi.................................................................................127
4. Anamnesis Kasus Sensitif............................................................135
5. IV Line.............................................................................................146
III. DEWASA DAN MASA TUA..............................................................151
1. Pemeriksaan Foto Thorak.............................................................152
2. Pembacaan Foto Polos Abdomen................................................168
3. Pemeriksaan khusus Geriatri........................................................174
4. Pemasangan Kateter......................................................................208

vi
BAB I
KEHAMILAN, PERSALINAN
DAN
NEONATUS

vii
BENANG MERAH KLINIS

Ny. Sulis, 26 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu, datang ke poli


Obstetri dengan keluhan keluar lender bercampur darah sejak 2 jam
yang lalu. Saat ini ia juga merasakan mulas-mulas, dan sejak pagi
harinya juga keluar cairan merembes dari jalan lahirnya.
Apa yang terjadi pada Ny. Sulis?
Apa yang harus anda lakukan terhadap Ny. Sulis?

10 jam kemudian ternyata Ny. Sulis berhasil melahirkan bayinya


melalui persalinan normal
0 Pemeriksaan apa yang dapat anda lakukan terhadap bayi Ny.
Sulis?

1 hari post partum, Ny. Sulis mengeluh


0 Pemeriksaan fisik apakah yang dapat anda lakukan terhadap Ny.
Sulis agar diagnosis dapat anda tegakkan?

1
1. PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC)

dr. Hasanuddin, SpOG


Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan belajar :
Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan kehamilan secara
sistematis dan benar.

Seperti pada pemeriksaan media pada umumnya, pemeriksaan


obstetrik terdiri atas :
23 Anamnesis
24 Inspeksi
25 Palpasi
26 Auskultasi
27 Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan tambahan : laboratorium, rontgenologis, USG,
amnioskopi, fetal monitoring dengan kardiotokografi (CTG).

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
5888 Anatomi dan Fisiologi kehamilan
5889 Patofisiologi kehamilan

A. ANAMNESIS

0 GPA ( Gravida, Para, Abortus)


Gravida : adalah jumlah kehamilan, termasuk mola, kehamilan
ektopik, abortus.
Para : jumlah anak yang dilahirkan dengan berat lebih
dari 500 gram
Abortus : pengeluaran hasil konsepsi yang kurang dari
500 gram.

2
Jadi pada saat melakukan anamnesis, kepada pasien perlu
ditanyakan berapa kali hamil, pernah melahirkan janin aterm atau
belum, dan berapa kali abortus.
Dari sini kita akan melihat riwayat obstetriknya, baik atau tidak.
Penderita yang pernah melahirkan janin cukup bulan, spontan dan
anak hidup setidak-tidaknya mencerminkan bahwa panggulnya baik.
Dalam hal ini dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai riwayat
obstetri yang baik.
Penderita dengan riwayat forseps, apalagi janin yang lahir terus
mati, kita harus berhati-hati. Mungkin ada sesuatu tentang
panggulnya. Apabila dengan anamnesis diketahui bahwa ibu pernah
mengalami operasi karena jalan lahir yang sempit, maka dalam hal
ini tindakannya sudah jelas yaitu re-seksio sesaria atas indikasi
panggul yang sempit atau DKP.
Penderita dengan riwayat abortus yang berulang, juga harus
ditangani secara sangat hati-hati (tidak berarti yang tidak demikian
dokter boleh seenaknya), karena yang dikandungnya adalah anak
yang sangat berharga.
5888 Umur Kehamilan
Kapan berhenti haid. Dalam obstetri, umur kehamilan ditentukan
berdasarkan HPM (hari pertama menstruasi terakhir), sedang
pada embriologi umur janin dihitung berdasarkan umur konsepsi.
Dengan diketahui HPM, maka selain umur kehamilan dapat
ditentukan pula HPL (hari perkiraan lahir).
Rumus Naegel, adalah :
HPL = hari +7, bulan –3 dan tahun +1
Berdasarkan umur kehamilan, maka dikenal:
5888 Abortus : keluarnya hasil konsepsi dengan umur 0-20
minggu
5889 Partus imaturus : partus yang terjadi pada 21-27
minggu
5890 Partus prematurus : partus yang terjadi pada 28-37
minggu
5891 Partus maturus : partus yang terjadi pada 38-42
minggu
5892 Partus postmaturus : partus yang terjadi pada lebih
dari 42 minggu
3
Hamil aterm menunjukkan umur kehamilan 38-42 minggu,
sedang kurang dari 38 minggu dapat disebut persalinan preterm, dan
lebih dari 42 minggu sebagai posterm.
Bila umur kehamilan tidak diketahui, maka jenis persalinan
ditentukan berdasarkan berat badan.
Kurang dari 500 gram: abortus 500-999 gram
partus immaturus 1000-2499 gram
23 partus prematurus 2500 gram lebih
24 partus maturus
konsep ini juga tidak lagi tepat, karena janin dengan BB < 2500 gram
belum tentu prematur, tetapi hanya BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

Umur Ibu
Kurun reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun. Ini
berarti bahwa umur ibu diluar batas tersebut merupakan
kehamilan dengan resiko tinggi (KRT).
Kurang dari 20 tahun : panggul belum sempurna
Labih dari 35 tahun : ada kecenderungan mengalami
perdarahan post partum.
Paritas
Paritas yang ideal adalah 2-3, dengan jarak persalinan 3-4 tahun.
Bila G lebih dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun, ini disebut
”grande multipara”, yang memerlukan perhatian khusus.
Riwayat persalinan yang dulu
Bertujuan untuk mengetahui :
0 Apakah panggul ibu pernah dilewati janin ukuran normal atau
belum
1 Apakah anak yang dilahirkan dalam keadaan baik atau tidak
2 Pada seorang primigravida, perlu ditanyakan berapa tahun
kawin, ini menentukan apakah fertilitasnya baik atau tidak.
3 Pada presentasi bokong, perlu ditanyakan apakah persalinan
yang sebelumnya jega presentasi bokong.
4 Dan lain-lain
Penyakit-penyakit yang pernah dialami
0 Diabetes Mellitus, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, dll
1 Apakah pernah operasi alat kandungan, dll.
4
Kehamilan sekarang Bertujuan
untuk mengetahui :
0 Bagaimana antenatal care (ANC) nya, teratur atau tidak, pada
siapa.
1 Obat-obat yang dikonsumsi
2 Apakah pernah sakit bengkak, apakah pernah menderita
tekanan darah tinggi, kejang-kejang, dll.
3 Apakah pernah mengeluarkan darah pada saat hamil 7/8
bulan
4 Apakah ada saudara kembar, dan lain-lain.

Tanda-tanda persalinan
0 Sejak kapan mulai terasa kontraksi, teratur atau belum, sejak
jam berapa
1 Apakah sudah keluar lendir darah, atau malah darah
2 Apakah sudah mengeluarkan air ketuban, bila sudah sejak
kapan
3 Apakah sebelum datang sudah mendapat pertolongan,
misalnya apakah sudah disuruh mengejan oleh dukun.

INSPEKSI
Yang dicari adalah tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu
dan keadaan janin.
Keadaan umum ibu : baik, tampak menderita, tampak kesakitan,
tampak gelisah,dsb.
Kesadaran : baik, koma, dll
Anemis atau tidak
Apakah muka dan ekstremitas tampak edema.
Perut : membuncit, memanjang atau melintang, berapa besar ?
Konfigurasi uterus : apakah terlihat gambaran cincin Bandl
Vulva : tenang, tampak lendir darah, darah, air ketuban, edema atau
telah tampak bagian janin yang menumbung.

5
AUSKULTASI
Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) dikerjakan setiap 15 menit
pada kala I dan tiap 3-5 menit pada kala II. Ada beberapa alat yang
dapat digunakan, yaitu : stetoskop biaural, stetoskop monoral
(Laennec), fetal heart detector (Doppler) atau dengan mencatat terus-
menerus dengan CTG.
Dengan mendengarkan DJJ ada 2 hal penting yang didapat, yaitu :
Keadaan umum janin dalam kandungan
Presentasi dan posisi

PEMERIKSAAN DALAM (PD)


Dalam obstetri dikenal 2 pendekatan, yaitu PD lewat rektum dan
PD lewat vagina. PD lewat vagina lebih mudah karena kurang
memberikan rasa sakit, dan lebih akurat, sehingga dewasa ini orang
lebih menyukai PD vaginal. Dalam praktek lebih dikenal dengan
toucher vaginal (baca:tusje).

Pada prinsipnya ada 4 hal yang harus dinilai, yaitu :


Keadaan serviks
Keadaan janin
Keadaan pelvis
Hubungan feto pelvis.

1. Serviks
Apakah mencucu, mendatar, tebal, tipis, kaku, lunak, tertutup atau
terbuka, bila terbuka berapa cm pembukaannya, adakah jaringan
parut, bagaimana selaput ketuban (tebal, tipis, apakah sudah pecah).
Pembukaan 10 cm adalah pembukaan lengkap.

Keadaan janin
0 Apa presentasinya : kepala, bokong, atau bahu, jika presentasi
kepala ditentukan dimana ubun-ubun kecil, sutura sagitalis,
ubun-ubun besar, berapa jauh kepala sudah turun, jika kepala
masih diatas panggul perkirakan apakah kepala bisa lewat.
1 Ada kaput suksedaneum atau tidak
2 Berapa jauh turunnya bagian terendah

6
3 Letak sutura sagitalis : anteroposterior, oblik atau transverse
4 Ada sinklitisme atau tidak
5 Kepala fleksi atau defleksi
6 Bila kepala ekstensi, tentukan presentasinya apakah puncak
kepala, dahi atau muka.
7 Apakah ada presentasi majemuk
8 Apakah ada prolaps tali pusat, dll.

Keadaan pelvis
0 Apakah promontorium teraba? Bila ya, berapa konjugata
diagonalis
1 Berapa bagian linea terminalis dapat teraba, simetris atau tidak
2 Spina ischiadika menonjol atau tidak
3 Incisura ischiadika : dalam/landai
4 Sakrum : panjang dan datar, atau pendek dan konkaf,
bagaimana inklinasinya
5 Apakah ada tonjolan tulang yang mencuat kedalam rongga
panggul
6 Simphisis pubis : berapa derajat arkusnya, permukaan dalam
rata atau tidak
7 Os koksigis mobile atau tidak
8 Distansia intertuberosum berapa cm
9 Bagaimana dengan jaringan lunak perineum : relaks-elastis
atau keras-kaku.

Hubungan (keseimbangan) janin-panggul


0 Kepala engaged atau belum

1 Bila belum apakah kepala dapat masuk bila didorong


dari fundus dan suprapubik

2 Apakah bagian terendah menonjol diatas simphisis


3 Dan lain-lain
Pemeriksaan yang lain adalah laboratorium darah dan urin rutin
sebagai skrining. Pemeriksaan yang lebih canggih memerlukan
indikasi tertentu, dan sudah diluar jangkauan partus normal.
7
CHECKLIST : PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
I. Mempersiapkan perasaan pasien untuk
menghindari rasa takut dan stress sebelum
melakukan pemeriksaan
1. Memberikan penjelasan dengan benar,
jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan
tujuan pemeriksaan kepada pasien atau
keluarga
2. Memberikan penjelasan pada pasien
tentang kemungkinan adanya rsa sakit
atau tidak nyaman yang timbul selama
pemeriksaan dilakukan
II Anamnesis kehamilan
1. Data umum pasien
2. GPA (Gravida, Para, Abortus)
3, Usia kehamilan
4. Paritas
5. Riwayat persalinan terdahulu
6. Penyakit – penyakit yang pernah dialami
7. Kehamilan sekarang
8. Tanda-tanda persalinan
III Inspeksi
1. Pasien diposisikan terlentang, baju
diangkat ke arah dada saat penilaian
perut
2. Melakukan penilaian : keadaan umum
ibu. Kesadaran, anemis, edema wajah
dan tungkai, perut, konfigurasi uterus,
vulva
IV Leopolds maneuvers
V Pemeriksaan bimanual
1. Pasien dalam posisi berbaring dengan
kedua kaki ditekuk
2. Dokter berdiri di antara kedua tungkai
8
pasien, lubrikasi jeli dan
memberitahukan bahwa pemeriksaan
segera dimulai
3. Labia dibuka lebar menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, jari
telunjuk dan tengah tangan kanan
dimasukkan secara vertical ke dalam
vagina. Kemudian dilakukan penekanan
ke bawah ke arah perineum. Jari keempat
dan kelima kanan difleksikan ke dalam
telapak tangan. Ibu jari kanan
diekstensikan.
4. Tangan kiri diletakkan di atas abdomen
kira-kira sepertiga jarak simfisis pubis
dengan dengan umbilicus dan
pergelangan tangan tidak boleh
difleksikan atau disupinasikan
5. Tangan kanan di (di dalam vagina)
mengangkat organ-organ pelvis kea rah
atas dan menstabilkannya
6. Melakukan palpasi serviks : bentuk,
tebal/tipis, konsistensi, terbuka/tertutup,
bila terbuka berapa cm pembukaannya,
adakah jaringan parut, selaput ketuban,
prolaps tali pusat)
7. Melakukan penilaian keadaan janin :
presentasi, berapa jauh turunnya bagian
terendah, letak sutura sagitalis,
sinklitisme, kepala fleksi/defleksi
8. Menilai keadaan pelvis (pelvimetri
klinis)
9. Menilai hubungan (keseimbangan) janin-
panggul : kepala enganged atau belum,
bagian terendah menonjol di atas simfisis
atau tidak, dll
10. Memberitahuan pasien bahwa
9
pemeriksaan dalam sudah selesai dan
tangan pemeriksa akan segera
dikeluarkan
VI Auskultasi DJJ
1. Auskultasi DJJ dengan menggunakan alat
(stetoskop biaural, stetoskop monoral,
Fetal heart detector/Doppler)
2. Melakukan auskultasi pada punggung
janin yang berdasarkan hasil leopolds
maneuvers
3. DJJ dihitung selama satu menit penuh
VII Memberikan informasi mengenai hasil
pemeriksaan dn follow up lebih lanjut

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../34 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2015

Observer

10
2. LEOPOLDS MANEUVERS

dr. Hasanuddin, SpOG


Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik palpasi bimanual “leopolds
maneuvers” pada wanita hamil secara sistematis dan benar.

Seperti pada pemeriksaan media pada media pada umumnya,


pemeriksaan obstetric terdiri atas:
1. Palpasi

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai:
1 Anatomi dan fisiologi kehamilan
2 Patofisiologi kehamilan

PALPASI
Sebelum melakukan palpasi, ada 10 pertanyaan yang harus
sudah terfikirkan, yaitu :
Berapa tinggi fundus uteri.
Bagaimana letak janin : memanjang, melintang atau oblik.
Bagaimana presentasinya.
Dimana bagian punggung dan dimana bagian kecilnya.
Apa yang ada di fundus.
Dimana tonjolan kepala.
Apakah engagement sudah terjadi.
Berapa taksiran berat janin (TBJ), apakah janin satu atau ganda.
Bagaimana kualitas his.
Apakah ada tanda-tanda patologis.

Wanita hamil yang akan diperiksa disuruh berbaring telentang


dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan
pemeriksa berada disebelah kanan pasien (atau disebelah kiri untuk
pemeriksa yang kidal).
11
Setelah pasien yang akan diperiksa berbaring telentang,
diperhatikan apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi
harus ditunggu terlebih dahulu. Dinding perut juga harus lemas,
sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti. Untuk itu,
tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan
pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, dengan
maksud supaya dinding perut pasien tidak tiba-tiba menjadi kontraksi.
Maka, sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat
digosokkan terlebih dahulu baru kemudian pemeriksaan dilakukan.
Palpasi dilakukan secara sistematik berdasarkan perasat
Leopold. Perasat Leopold merupakan teknik palpasi bimanual yang
dibagi dalam 4 tahapan teknik pemeriksaan, yaitu :
Leopold I
Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
Dengan menggunakan kedua tangan, menentukan tinggi fundus uteri
(jarak fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan
centimeter jarak dari pinggir atas simphisis ke fundus uteri
Melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari
kedua tangan untuk menentukan bagian mana dari janin yang
terletak pada fundus.

Note : bokong akan terasa sebagai bagian yang besar dan lunak,
sedangkan kepala akan teraba sebagai bagian yang keras, bulat dan
lebih mudah untuk digerakkan.

Leopold II
Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
12
Dengan menggunakan kedua tangan, telapak tangan diletakkan pada
sisi kiri-kanan abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
Menentukan letak bagian besar (punggung) dan bagian-bagian kecil
janin
Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin.

Note : pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar
yang merupakan punggung janin, dan disisi lain akan teraba beberapa
bagian kecil yang lebih mobile yang merupakan ekstremitas dari
janin.

Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis bahkan bagian-


bagian janin tersebut dapat diidentifikasi.

Leopold III
Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
Dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan jari-jari tangan
lainnya untuk menentukan bagian terbawah janin dengan cara
meraba didaerah abdomen bagian bawah / tepat diatas simphisis
pubis, sedangkan tangan kiri melakukan fiksasi pada bagian
fundus uteri.

13
Leopold IV
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
Dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan maka selain dapat
ditentukan bagian terbawah janin juga untuk menentukan
seberapa jauh bagian tersebut telah memasuki pintu atas panggul.

Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah


dahi yang berada di pihak bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap
defleksi maka tonjolan kepala adalah oksiput yang berada dipihak
punggung. Dengan menggunakan ujung ketiga jari kedua tangan,
pemeriksa melakukan tekanan yang dalam searah dengan aksis
punggung. Tangan yang tertahan menunjukkan adanya tonjolan
kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah masuk lebih
jauh ke dalam panggul.

14
Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala
denganmudah dapat digerakkan kekanan dan kekiri dan teraba
ballotement. Kedua jari tangan dapat berada di antara kepala dan
simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala dapat teraba dan kepala
fixed, maka ia sudah engaged.

15
CHECKLIST : LEOPOLDS MANUEVERS
N Nilai
Aspek yang dinilai
o 1 2
Mempersiapkan perasaan pasien untuk
1 menghindari rasa takut dan stres sebelum
melakukan pemeriksaan leopold :
a Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap
dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan.
b Memberitahukan kemungkinan adanya rasa sakit
atau tidak nyaman yang timbul selama
pemeriksaan dilakukan.
Pasien dalam posisi berbaring terlentang
2 dengan kepala dan bahu sedikit lebih tinggi
dan kedua tungkai ditekuk pemeriksa berdiri
disebelah kanan pasien.
3 Melakukan leopolds maneuvers
a Leopold I
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah
pasien
 Melakukan palpasi bimanual untuk
menentukan tinggi fundus uteri
 Menilai bagian yang terletak pada fundus
uteri
 Melaporkan hasil
b Leopold II
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah
pasien
 Menentukan letak punggung janin
 Melaporkan hasil
c Leopold III
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah
pasien
 Melakukan palpasi bimanual untuk
menentukan bagian terbawah janin.

16
 Melaporkan hasil
d. Leopold IV
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah kaki
pasien
 Melakukan palpasi bimanual untuk
menentukan berapa jauh bagian tersebut
sudah memasuki PAP
 Melaporkan hasil
4. Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan
follow up lebih lanjut.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../34 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2015

Observer

17
3. PELVIMETRI KLINIS
dr. Hasanuddin, SpOG
Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan


pelvimetri klinis secara sistematis dan benar

Prior knowledge :
sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
Anatomi dan fisiologi kehamilan
Patofisiologi kehamilan

Introduksi
Keadaan panggul merupakan salah satu faktor penting dalam
kelangsungan persalinan. Pengetahuan tentang ukuran dan bentuk
panggul akan sangat membantu dalam penilaian jalannya persalinan.

Anatomi panggul
Tulang panggul terdiri dari os koksae (os ilium, os iskium dan os
pubis), os sacrum dan os koksigis. Secara fungsional panggul terdiri
dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis
mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis,
disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor
ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung
ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang
menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di
Hodge II,III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar
dengan sacrum untuk selanjutnya melengkung ke depan, sesuai
dengan lengkungan sacrum.

Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut


pintu atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak
merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri
18
atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet).
Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity).
Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu
atas panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk
kemudian menjadi luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah
ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang kadang-kadang
menonjol ke dalam ruang panggul.

Pintu Atas Panggul (pelvic inlet)


Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata
(terminalis), dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari pinggir
atas simfisis ke promontorium ±11-12 cm disebut konjugata
vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul ±
12,5 – 13 cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis
dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua
sepanjang ± 13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara
statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan konjugata
diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua konjugata ini
dikenal juga konjugata obstetric, yaitu jarak dari bagian dalam
tengah simfisis ke promontorium. Konjugata obstetric ini
sebenarnya paling penting namun perbadaannya dengan
konjugata vera sedikit sekali.

Pintu Bawah Panggul (pelvic outlet)


Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi
tiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah
tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis.
Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut (arkus pubis ). Dalam keadaan normal besarnya
sudut ini ± 90 ̊ atau lebih sedikit.

19
Ruang Panggul (pelvic cavity)

Ruang panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran


yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan
setinggi kedua spina iskiadika. Ketika melakukan penilaian ruang
panggul hendaknya memperhatikan bentuk os sacrum dan bentuk
ruang panggul seluruhnya, karena rongga ini merupakan saluran
yang tidak sama luasnya di antara tiap-tiap bidang.
Memperkirakan kapasitas midpelvik secara klinis (periksa dalam)
dengan cara pengukuran langsung adalah tidak mungkin. Bila
spina ischiadica begitu menonjol, dinding pelvis terasa cembung
dan sacrum terasa datar ( tidak cekung), maka kesempitan
panggul tengah bisa dicurigai

A B

Gambar 1. (A) Sumbu carus dan bidang hodge, (B) Pintu atas
panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan oblikua

Pelvimetri Klinis

Pelvimetri klinis merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk


mendapat keterangan lebih banyak mengenai keadaan panggul. Cara
pelaksaan pelvimetri klinis terbagi dua yaitu pemeriksaan luar dan
pemeriksaaan dalam.

20
Pemeriksaan luar
Pelvimetri luar tidak banyak artinya kecuali untuk pengukuran
pintu bawah panggul dan pada beberapa keadaan klinis seperti
panggul miring. Pemeriksaan ini dapat menentukan secara garis
besar jenis, bentuki, dan ikuran-ukuran panggul apabila
dikombinasikan dengan pemeriksaaan dalam. Alat-alat yang
dipakai antara lain jangkar panggul Martin, Oscancer, Collin,
Boudeloque dan sebagainya.

Yang dinilai dari pemeriksaan luar adalah :


0 Distansia spinorum : jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior sinistra dan dekstra (± 24-26 cm)
1 Distansia kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat
yang simetris pada Krista iliaka sinistra dan dekstra ( ±28-30
cm)
3. Distansia oblikua eksterna : jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari
spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterios superior
sinistra. Kedua ukuran ini akan bersilangan. Pada panggul
miring kedua ukuran tersebut akan berbeda sekali.
2 Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter
mayor
3 Konjugata eksterna : jarak antara bagian atas simfisis ke
prosesus spinosus lumbal 5 (Boudeloque, ± 18 cm)
4 Distansia tuberum : jarak antara tuber iskii dekstra dan
sinistra. Mengukurnya menggunakan Oscander. Angka yang
ditunjuk oleh jangkar harus ditambah 1,5 cm karena adanya
jaringan subkutis antara tulang dan ujung jangkar. (±10,5 cm)

Pemeriksaan dalam

Pada pemeriksaan dalam ini yang diukur secara langsung adalah


konjugata diagonalis. Cara mengukur konjugata diagonalis
adalah jari tengah dan telunjuk tangan kanan dimasukkan ke
dalam vagina untuk meraba promontorium. Jari telunjuk tangan
kiri menandai sejauh mana masuk tangan kanan dan kemudian

21
diukur dengan penggaris saat tangan dikeluarkan. Ukuran
konjugata vera didapatkan dari konjugata diagonalis dikurangi
1,5 cm. sedangkan ukuran konjugata obstetric tidak jauh berbeda
dari konjugata vera.

Gambar 2. Pelvimetri klinis dengan pemeriksaan dalam

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari


ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas
panggul, ruang tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi
dari ketiganya.

Untuk Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet):


Konjugata diagonal (KD) ± 13.5 cm. Konjugata vera (KV) ±
12.0 cm. Dikatakan sempit bila KV kurang dari 10 cm atau konjugata
diagonalis kurang dari dari 11,5 cm.

Pembagian tingkatan panggul sempit:


Tingkat I : KV = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : KV = 8-9 cm = relatif
Tingkat III : KV = 6-8 cm = ekstrim
Tingkat IV : KV = 6 cm = mutlak

22
CHECKLIST : PEMERIKSAAN PELVIMETRI KLINIS
N Skor
Aspek yang dinilai
o 0 1 2
I. Mempersiapkan perasaan pasien untuk
menghindari rasa takut dan stress sebelum
melakukan pemeriksaan
1. Memberikan penjelasan dengan benar,
jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan
tujuan pemeriksaan kepada pasien atau
keluarga
2. Memberikan penjelasan pada pasien
tentang kemungkinan adanya rsa sakit atau
tidak nyaman yang timbul selama
pemeriksaan dilakukan
II Pelvimetri Klinis
1. Pasien dalam posisi berbaring dengan
kedua kaki ditekuk
2. Dokter berdiri di antara kedua tungkai
pasien, lubrikasi jeli dan memberitahukan
bahwa pemeriksaan segera dimulai
3. Labia dibuka lebar menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, jari
telunjuk dan tengah tangan kanan
dimasukkan secara vertical ke dalam
vagina hingga menyentuh promontorium
8. Hitung jarak dari tulang kemaluan (simfisis
pubis) hingga ke promontorium untuk
mendapatkan conjugata diagonal
9 Melakukan penilaian terhadap :
a. linea terminalis
b. spina ischiadika
c. sacrum
d. simfisis pubis
e. os koksigis
f. distansia intertuberosum

23
g. jaringan lunak perineum
Memberitahuan pasien bahwa pemeriksaan
dalam sudah selesai dan tangan pemeriksa
akan segera dikeluarkan
Memberikan informasi mengenai hasil
pemeriksaan dn follow up lebih lanjut
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../34 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2015


Observer

24
4. PERSALINAN NORMAL ( NORMAL DELIVERY )

dr. Cut Meurah Yeni, SpOG


Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pertolongan proses
persalinan normal secara sistematis dan benar.

Ada 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu :


Jalan lahir (passage)
Janin (passenger)
Kekuatan (power)

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
Anatomi dan Fisiologi Persalinan
Patofisiologi Persalinan

DIAGNOSIS
Diagnosis persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut :
Diagnosis dan konfirmasi saat persalinan
Diagnosis tahap dan fase dalam persalinan
Penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul
Identifikasi presentasi dan posisi janin

Diagnosis dan Konfirmasi Saat Persalinan


Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut
menunjukkan tanda atau gejala sebagai berikut :
nyeri abdomen yang bersifat intermitten setelah kehamilan 22
minggu
nyeri disertai lendir darah
adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air secara tiba-tiba

25
Pastikan keadaan inpartu jika :
serviks terasa melunak – adanya pemendekan dan pendataran seviks
secara progresif selama persalinan.
dilatasi serviks – peningkatan diameter pembukaan serviks yang
diukur dalam sentimeter (cm).
Diagnosis Kala dan Fase Persalinan
Gejala dan Tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasi Persalinan
palsu/ belum
in partu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 I Laten
cm
Serviks berdilatasi 4-9 cm I Aktif
 kecepatan pembukaan 1 cm
atau lebih per jam
 penurunan kepala dimulai
Serviks membuka lengkap (10 II Awal
cm) (nonekspulsif)
 penurunan kepala berlanjut
 belum ada keinginan untuk
meneran
Serviks membuka lengkap (10 II Akhir
cm) (ekspulsif)
 bagian terbawah telah
mencapai dasar panggul
 ibu meneran

Kala III persalinan dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir


dengan pengeluaran plasenta.

26
KALA I
Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang
dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik.

Penanganan
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan :
berilah dukungan dan yakinkan dirinya
berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap
perasaannya
Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang
dapat diberikan :
lakukan perubahan posisi
posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat
tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kekir
sarankan ia untuk berjalan

27
ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat
atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara
kontraksi
ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan
kesanggupannya
ajarkan kepadanya teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik
napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan
dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/KgBB (tetapi jangan melebihi
100 mg) IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/KgBB
IM, atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg suppositoria atau
metamizol 500 mg per oral.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain
tanpa sepengetahuan dan seizin pasien / ibu.
Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air kecil / besar
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi
dengan cara :
0 gunakan kipas angin atau AC didalam kamar
1 menggunakan kipas biasa
2 menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan
cukup minum
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

KALA II
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
0 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
1 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina

28
2 Perineum tampak menonjol
3 Vulva dan sfingter ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2
kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi
0 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
1 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
Pakai celemek plastik
spontan

Keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
Masukkan oksitosin ke dalam yabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)

III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik


Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT
0 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
1 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
2 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% -> langkah 9)
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

29
0 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terballik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120
-160x/ menit)
0 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
1 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf

IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses


Bimbingan Meneran
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya
0 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
1 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar
Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman)
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
0 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
1 Dukung dan beri semangat pada saat meneran da perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
30
2 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang untuk waktu yang lama)
3 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
4 Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat
untuk ibu
5 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
6 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
7 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


Lahirnya Kepala
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan
dangkal
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi
0 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
31
1 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara dua klem tersebut
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokokng, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

32
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
Lakukan penilaian (selintas):
0 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?
1 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
2 Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap
lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir)
Keringkan tubuh bayi
0 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
1 Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi di atas perut ibu
Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
Dalam waktu 1 menit pertama setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
20 unit IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
33
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
0 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut
1 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
2 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
0 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari puting payudara ibu.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi

VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga


Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
Letakkan satu tangan pada kain di atas perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kembali kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas.
0 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi pada putting
susu

34
Mengeluarkan plasenta
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
0 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
1 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:

0 Beri dosis ulangan oksitosin 10 menit IM


1 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh

2 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan


3 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
4 Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta
manual
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan.
0 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telpak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
0 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase
35
IX. Menilai Perdarahan
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada
robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan

X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
0 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
1 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri
anterolateral.
Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral.
0 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan
1 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu

XI. Evaluasi
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per
vaginam
0 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
1 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
36
2 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
3 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
Evaluasi dan estimasi jumlah kelainan darah
Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan
0 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama pasca persalinan
1 Melakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak
normal
Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi berbafas dengan
0
baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 C )

XII. Kebersihan dan Keamanan


Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
dekontaminasi
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
ibu untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan kklorin 0,5%
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

37
XIII. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV

38
CHECKLIST : PERSALINAN NORMAL

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1. Mengenal adanya tanda persalinan kala II
2. Menyiapkan peralatan untuk menolong persalinan
3. Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan
persalinan
4. Memastikan pembukaan sudah lengkap dan ketuban
sudah pecah
5. Memastikan Denyut Jantung Janin dalam batas normal
6. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
7. Melakukan pimpinan meneran dengan memperhatikan
keadaan ibu dan janin
8. Melakukan persiapan pertolongan kelahiran janin saat
kepala janin tampak di vulva dengan diameter ± 5-6
cm
MENOLONG KELAHIRAN JANIN
9. Mengupayakan agar perineum tidak robek saat kepala
janin lahir
10 Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada
leher janin
11 Menunggu kepala selesai melakukan putaran paksi
luar
12 Menolong melahirkan bahu janin
13 Menolong kelahiran badan dan tungkai janin
MELAKUKAN PENANGANAN BAYI BARU
LAHIR
14 Memastikan bayi dapat bernafas spontan
15 Mengeringkan tubuh bayi
16 Cek fundus ibu dan beritahu ibu
17 Suntikan oksitosin 10 IU IM

39
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
18. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
19. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
20. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
21. Mengeluarkan plasenta
22. Melakukan massase uterus dan memastikan bahwa
uterus telah berkontraksi dengan baik
MEMERIKSA KEMUNGKINAN ADANYA
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
23. Memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap
24. Memastikan tidak adanya robekan jalan lahir yang
menimbulkan perdarahan aktif
PASCA TINDAKAN
25. Melakukan evaluasi kontraksi uterus
26. Mengajarkan ibu / keluarga untuk memeriksa
kontraksi uterus dan memastikan bahwa uterus telah
berkontraksi dengan baik
27. Menilai jumlah perdarahan yang terjadi
28. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu
29. Membersihkan ibu
30. Memastikan ibu merasa nyaman
31. Membuangbahan-bahanbekaspakaiyang
terkontaminasi dan melakukan dekontaminasi alat
serta sarung tangan
32. Mencuci tangan
33. Melengkapi rekam medik
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../66 x 100% = %

Banda Aceh,……….2015
Observer

40
5. PEMERIKSAAN NEONATUS

dr. Cut Meurah Yeni, SpOG


Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan teknik


pemeriksaan fisik pada neonatus secara
sistematis dan benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
Anatomi Neonatus
Fisiologi Neonatus
Patofisiologi Neonatus

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus


dilakukan anamnesis yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:
Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
Riwayat kehamilan–kehamilan sebelumnya
Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat persalinan sekarang

Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang


ditemukan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan
dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang terang, yang juga
berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
Tangan serta alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik harus
bersih dan hangat.
Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali,
yaitu :
Pada saat lahir
Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam
Pemeriksaan pada waktu pulang

41
I. PEMERIKSAAN PADA SAAT LAHIR
Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah :
Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterine
untuk mencari kelainan kongenital terutama yang memerlukan
penanganan segera

Penilaian adaptasi neonatus.


Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara
menghitung nilai Apgar (Apgar Score). Cara ini telah digunakan
secara luas di seluruh dunia. Kriteria yang dinilai adalah:
Laju jantung.
Usaha bernafas.
Tonus otot.
Refleks terhadap rangsangan.
Warna Kulit.
Setiap kriteria diberi nilai 0,1 atau 2 sehingga neonatus dapat
memperoleh nilai 0 sampai 10. Cara-cara penilaian Apgar dapat
dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Nilai Apgar,


Tanda 0 1 2
Laju Jantung Tidak Ada <100 >100
Usaha Tidak Ada Lambat Menangis kuat
Bernafas
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan Reaksi
sedikit melawan
Warna Kulit Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas
biru

42
Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang
untuk pertama kali memperkenalkan system penilaian ini yakni
Dr.Virginia Apgar. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama
setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus
yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7
sampai 10. NIlai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan
sampai sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia
yang berat.
Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena
berhubungan dengan morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak
menentukan untuk resusitasi.

Cairan amnion
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila
volumenya lebih dari 2000 ml disebut polihidramnion atau
hidramnion saja, apabila kurang dari 500 ml disebut sebagai
oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi dengan
obstruksi pada traktus intestinal bagian atas, anensefalus, bayi dari
ibu diabetes atau eklampsia. Oligohidramnion berhubungan dengan
agenesis renal bilateral atau sindrom Potter. Pada oligohidramnion
perhatikan juga ekstremitas bawah akan kemungkinan adanya pes
equinovarus atau valgus kongenital.

Plasenta
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran,
nekrosis, dsb. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat 1 atau
2 korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anastomosis vaskuler antara kedua amnion, bila
ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi transfusi feto-fetal.

Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul
pada tali pusat. Pada potongan tali usat diperhatikan apakah ada 1
vena dan 2 arteri. Kurang lebih 1 % dari neonatus hanya mempunyai
1 arteri umbilikalis dan 15% daripadanya mempunyai 1 atau lebih

43
kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan, urogenital,
respiratorik, atau kardiovaskular.

II. PEMERIKSAAN LANJUTAN

1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan tanda vital Pemeriksaan
ini meliputi pemeriksaan
0 Frekuensi denyut jantung / frekuensi denyut nadi dengan nilai
normalnya yaitu : 100-160 x/menit (dalam keadaan istirahat)
dan 120-160x/menit (dalam keadaan aktif)
1 Frekuensi napas neonatus, dengan nilai normalnya yaitu : 40-
60x/menit
2 Suhu tubuh, yang diukur melalui aksiler. Suhu neonatus
0
normal adalah 36,5-37,5 C

Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan
tungkai dan lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi
ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan
lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan terdaptnya
kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin
terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi
masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.

c. Tangisan Bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi,
misalnya tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengan
kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih
terdapat pada bayi dengan kesukaran pernafasan.

Pemeriksaan secara rinci a.


Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang
terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila
terdapat sianosis pada seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan

44
jantung bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang
pucat erdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Pletora tampak
pada polisitemia.
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang
tinggi dalam serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan
kadar bilirubin indirek memberi warna kuning-jingga sedang
penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan.
Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada
mukosa. Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat
terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut
Mongolian spots.
Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang
bersifat seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi
sebagai pelumas serta sebagai isolasi panas. Lanugo, yaitu rambut
halus yang terdapat pada punggung bayi, lebih banyak terdapat pada
bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang pada bayi
cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie, atau ekimosis yang
disebabkan oleh trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan
atau trombositopenia.

b. Wajah
Seringkali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi
janin intrauterine. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa
sindrom seperti sindrom Down atau Sindrom Pierre-Robin, yang
mudah dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti
laserasi, paresis N.fasialis atau patah tulang zigomatikus.

45
Sindroma Down
Sindroma Pierre Robin

c. Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah dirfaba.
Pada pemeriksaan ubun-ubun perlu diperhatikan ukuran dan
ketegangannya. Perhatikan terdapatnya kelainan yang disebabkan
trauma lahir, seperti kaput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan
akan hilang dalam beberapa hari.
Sefal hematom tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh
kaput suksedaneum. Konsistensi sefal hematoma ini lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak
menyeberangi sutura. Bila sefal hematom menyeberangi sutura
berarti terdapat fraktur tulang tengkorak. Sefal hematom akan
mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan akan
menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena
yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam
tengkorak. Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yagn
diakhiri dengan alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga
bentuk kepala dapat tampak asimetris. Pada perabaan sering
ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila berat, kelainan
ini dapat mengakibatkan renjatan/kejang, anemia atau
hiperbilirubinemia.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti


anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya. Untuk
memastikan apakah terdapat perdarahan intracranial atau
hidrosefalus diperlukan pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila
USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat melihat adanya hidransefalus).

46
Gambar : A. Kaput suksedaneum B. Hematoma Sefal
C. Perdarahan subaponeurotik.
0 Leher
Inspeksi leher neonatus apakah tampak pendek, kelainan pada tulang
leher, tumor, trauma lehar, web neck (yang dijumpai pada
beberapa kelainan kongenital).

Mata
Teknik :
0 Secara inspeksi dan palpasi
1 Nilai adanya mikroftalmia kongenital, kekeruhan kornea,
katarak kongenital, sekret, ataupun trauma pada mata.

Mulut
0 Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya
1 Apakah terdapat kelainan jkongenital seperti : labio-gnato-
palatoskisis, apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin
disebabkan oleh adanya atresia esofagus

Telinga
0 Lakukan inspeksi letak daun telinga dan liang telinga
1 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) yang dapat
dijumpai pada neonatus dengan sindrom tertentu antara lain
sindrom Pierre-Robin.

47
Hidung
0.0 Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak.
0.1 Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan
obstruksi jalan napas oleh karena atresia koana bilateral atau
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
0.2 Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung.

Dada
0 Inspeksi
0 Inspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti
tong, apakah terdapat pektus ekskavatum, atau karinatum.
1 Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar
antara 40-60 kali per menit
2 Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus
dipikirkan kemungkinan adanya pneumothoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika.
3 Tipe pernapasan
4 Kelenjar payudara neonatus,dapat ditemukan kelainan putig
susu berlebih (supernumary nipples).

1 Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta
meraba iktus kordis untuk menentukan posisi jantung (adanya
dekstrokardia atau dekstroposisi).

2 Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada.

3 Auskultasi
0 Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan
menggunakan stetoskop.
1 Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan
dipengaruhi oleh aktivitas bayi
2 Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler
48
4 Terdengarnya bising usus di daerah dada
menunjukkan adanya hernia diafragmatika.

Abdomen
0 Inspeksi
0 Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding
abdomen lebih datar darpada dada.

1 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti


: omfalokel, gastroskisis dll.

Gastroskisis

Omfalokel

Palpasi
0 Meraba hepar dan limpa
1 Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta
kanan, limpa juga sering teraba 1 cm dibawah arkus aorta
kiri.
49
2 Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi
bayi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding
perut dalam keadaan relaksasi.

Genitalia eksterna

0 Perhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun


perempuan
1 Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis,
apakah terdapat hipospadia, epispadia, fimosis, hidrokel
ataupun kriptorkismus.
2 Pada bayi perempuan perhatikan labia mayor, labia minor,
lubang uretra dan vagina.

Tulang belakang dan ekstremitas


0 Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap
1 Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk
mencari terdapatnya scoliosis, meningokel, spina bifida, sinus
pilonidalis atau kelainan kongenital lainnya.
2 Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak
dan apakah terdapat paralisis atau tidak.
3 Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia
umum.
Anus
0 Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus
1 Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Bila ada atresia perhatikan
apakah ada fistula rekto-vaginal.

Ukuran antropometrik
0 Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan
lahir dan lingkar kepala.
1 Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya
mempunyai ukuran badan sebagai berikut:

0 Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram


1 Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm
50
2 Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm

o. Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi


Usia gestasi dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran,
atau dengan cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah
pemeriksaan menurut New Ballard Score for Gestational Age
Assessment yaitu dengan hanya menilai 6 kriteria klinis dan 6 kriteria
neurologis.
Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat
penting untuk dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan,
kurang bulan, atau lebih besar untuk usia kehamilannya.

51
NEW BALLARD SCORE

52
III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS NEONATUS

Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada


semua bayi, baik yang sehat maupun yang sakit. Pada bayi sehat
dilakukan pemeriksaan neurologis untuk meyakinkan orang tua,
bahwa bayinya benar-benar tidak menderita kelainan neurologis. Pada
bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk menentukan diagnosis,
pengobatan, dan prognosis.

Inspeksi
Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis dan kejang. Pada
bayi dengan riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti
dan lama. Pada keadaan normal, bayi cukup bulan lebih sering tidur,
rata-rata pada hari pertama tidur selama 17 jam. Pada waktu istirahat
pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat
abduksi pada paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak (siku,
panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri. Pada neonatus dengan
masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan
tungkai dalam keadaan fleksi atau ekstensi.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25 minggu atau lebih,
apabila dalam keadaan istirahat semua anggota geraknya berada
dalam posisi ekstensi berarti tidak normal.
Pada penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan dengan
memegang dadanya dengan ibu jari dan telunjuk sambil digoyang-
goyang secara lembut. Pasien yang sadar akan bangun membuka
mata, mengerenyutkan muka, menangis dan menggerakkan anggota
geraknya. Bila bayi tidak dapat dibangunkan, dan tidak ada kerutan
muka dan gerakan ekstremitas berarti abnormal yakni kesadaran
menurun. Tingkat kesadaran terdiri atas sadar, apatik/letargi,
somnolen, sopor dan koma.

Pemeriksaan saraf otak


Pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan
pemeriksaan pada anak
Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis,
perhatikan mata dan sudut mulutnya untuk memeriksa saraf otak

53
VII (saraf fasialis). Pada paresis saraf fasialis akan terlihat mulut
mencong ke sisi sehat, mata tidak dapat menutup dan lipatan
nasolabialis hilang pada sisi yang paresis.
Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan
langit-langit untuk memeriksa saraf XII dan IX. Pada lidsah
perhatikan ukurannya dan gerakan simetris atau asimetris, apakah
ada fasikulasi (saraf XII). Pada langit-langit perhatikan gerakan
arkus faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan terlihat arkus
sisi paresis tertinggal.
Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut
mulut pasien, maka pasien akan berpaling kearah rangsangan dan
berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau
ujung jari dimasukkan kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan
disebut sucking reflex (refleks menghisap). Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V, VII, XII.
Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX
dan X.
Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan,
saat inilah kesempatan untuk memeriksa pergerakan bola mata
untuk menilai saraf III, IV dan VI.
Doll’s eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri
dan kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral. Pada
waktu kepala diputar ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata
ke kontralateral. Manuver ini digunakan untuk memeriksa saraf
VIII bagian vestibular.
Refleks pupil sebenarnya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar
dinilai, karena kalau ada cahaya neonatus segera akan menutup
mata dan sukar dibuka kembali. Pada waktu mata terbuka segera
perhatikan apakah pupilnya isokor atau anisokor.

54
Pemeriksaan refleks neonatal primer

Moro reflex
Teknik :
0 Bayi dalam posisi telentang, kepalanya dibiarkan jatuh dengan
cepat beberapa cm dengan hati-hati ke tangan pemeriksa.
1 Reaksi : bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi
abduksi ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan
lengan adduksi dan fleksi.
2 Nilai abnormal : apabila tidak ada reaksi merentangkan lengan
sama sekali ataupun apabila rentangan lengan asimetri.

Tonic neck reflex


Teknik :
0 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan
anggota gerak dalam posisi fleksi
1 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, maka akan terjadi
ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada
anggota gerak sebelah kiri.
2 Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai
tidak selalu ekstensi, dan fleksi anggota gerak kontralateral
juga tidak selalu terjadi.
3 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri.
4 Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka
berpaling.
5 Tonus fleksor meninggi pada anggota gerak kontralateral.

55
Palmar grasp reflex ( refleks menggenggam )
Teknik :
0 Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan pasien
1 Nilai : telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya
refleks memegang (grasp reflex)
2 Agar pegangan lebih kuat pegangannya tangan pemeriksa juga
memegang tangan pasien, kemudian ditarik perlahan-lahan
kearah duduk.
3 Pada bayi normal, kepala segera mengikuti dan hanya
tertinggal sedikit.

56
Babinsi reflex
Teknik :
Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing.
Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai
dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih
terdapat pada umur 2 sampai 2,5 tahun mungkinterdapat lesi
piramidal.

Stepping reflex ( refleks melangkah )


Teknik :
0 Bila BBL ( bayi baru lahir ) dipegang pd bagian bawah
lengannya dlm posisi tegak dan kakinya menyentuh
permukaan datar, maka secara otomatis bayi akan meluruskan
tungkainya seolah hendak berdiri
1 Bila posisi bayi dimiringkan kedepan, bayi akan meletakkan
satu kakinya di depan kaki yang lain
2 Refleks ini akan menghilang, dan akan muncul setelah bayi
sudah siap untuk berjalan

57
IV. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk


meyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan
akibat trauma yang terlewatkan.

Perlu diperhatikan :
 SSP : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
 Kulit : adanya ikterus, pioderma
 Jantung : adanya bising yang timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi.

Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai


menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

Penting untuk diperhatikan :


Pemeriksaan pada neonatus harus didahului dengan anamnesis yang
lengkap tentang riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat
kehamilan sekarang, dan riwayat kelahiran bayi.
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tediri dari pemeriksaan cepat
segera setelah lahir, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan 24 jam
pasca lahir, dan pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang.
Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus
dicuci dengan sabun atau larutan antiseptik.
Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orang tua
bayi, demikian pula rencana pemeriksaan selanjutnya.

58
CHECKLIST : PEMERIKSAAN NEONATUS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Mempersiapkan bayi yang akan diperiksa
yaitu dalam keadaan telanjang dibawah lampu
yang terang yang dapat berfungsi sebagai
penghangat
2 Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
tangan serta alat yang bersih dan hangat
3 Pemeriksaan pada saat lahir
a. Menilai Apgar score yaitu :
- laju jantung
- usaha bernafas
- tonus otot
- refleks
- warna kulit
Melakukan pemeriksaan ukuran antropometrik
(berat badan, panjan badan, lingkar kepala)
4 Pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan secara
sistematis).
 Keadaan umum. Pemeriksaan tanda vital (
denyut jantung/denyut nadi, frekuensi napas,
suhu tubuh, tekanan darah)
b. Pemeriksaan secara rinci
 Kulit (warna kulit, kelainan-kelainan yang
ditemukan, seperti petekie ekimosis, dll)
 Wajah ( simetris atau tidak, apakah terdapat
kelainan yang khas seperti sindrom Down,
sindrom Pierre-Robin, ataupun tanda-tanda
trauma )
 Kepala, apakah terdapat : molding, kaput
suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak,
serta kelainan kongenital seperti anensefali,
mikrosefali, kraniotabes, dsb.
59
Leher, apakah tampak pendek, kelainan pada
tulang leher, tumor, trauma leher, dan webbed
neck (yang terdapat pada beberapa kelainan
kongenital).
Mata, perhatikan apakah terdapat mikroftalmia
kongenital, katarak kongenital, trauma pada
mata, sekret pada mata, dll
Mulut, perhatikan simetris atau tidak, apakah
terdapat kelainan kongenital seperti
labiognato-palatoskisis, dll.
Hidung, perhatikan pernapasan, apakah terdapat
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung
atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring,
pernafasan cuping hidung, serta adanya sekret
pada lubang hidung.
Telinga, perhatikan letak daun telinga dan liang
telinga, serta kelainan kongenital.
Dada
0 Inspeksi : bentuk dada (pektus ekskavatum
atau karinatum), gerakan dinding dada, laju
nafas, tipe pernafasan dan kelenjar
payudara neonatus.
1 Palpasi : fraktur klavikula dan meraba iktus
kordis
Abdomen
0 Inspeksi : bentuk dinding perut, kelainan
kongenital, tali pusat (kesegaran, adakah
simpul, arteri dan vena umbilikalis)
1 Palpasi : Hepar, limpa dan ginjal
Genitalia eksterna
1. Perempuan : labia minor dan mayor,
lubang uretra dan vagina yang terpisah.
Bayi laki-laki : ukuran penis, hipospadia,
epispadia, fimosis, skrotum, hidrokel,
testis, kriptorkismus serta trauma pada alat
60
kelamin.

 Tulang belakang dan ekstremitas (pasien


dibaringkan dalam posisi tengkurap)
1. Tangan pemeriksa meraba sepanjang
tulang belakang untuk mencari terdapatnya
skoliosis, meningokel, spina bifida, spina
bifida okulta, atau sinus pilonidalis.
2. Memperhatikan pergerakan ekstremitas
apakah terdapat asimetris (patah
tulang, osteogenesis imperfekta),
kelumpuhan pada tangan atau paralisis
pada kedua tungkai.
3. Memperhatikan tonus ekstremitas apakah
terdapat hipotonia
 Anus, menilai apakah terdapat atresia ani,
posisi anus dan anus imperforata
5 Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia
gestasi (Ballard Score)
 Maturitas fisik: lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/ telinga, genitalia (laki-laki/
perempuan)
 Maturitas neuromuskular: postur, square
window( lengan), elastisitas lengan, sudut
popliteal, tanda scarf, tumit ke telinga
6 Pemeriksaan Neurologis Neonatus
 Keaktifan: menangis, diam, memperlihatkan
posisi dan gerakan tungkai dan lengan (pada
neonatus cukup bulan dan sehat posisi tungkai
fleksi dengan gerakan yang aktif dan simetris)
 Tingkat kesadaran: apatik/ letargi,
somnolen, sopor, dan koma
 Tonus: normal, hipertoni, dan hipotoni
A Pemeriksaan reflex neonatal primitive
(neonatal primer)
61
Rooting reflex
Menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien
Pasien akan menengok ke arah rangsangan dan
berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke
dalam mulutnya.
3 Sucking reflex (melihat kelainan N V, VII, XII )
Jika ujung jari dimasukkan ke dalam mulut bayi
dan diisap, maka disebut Sucking
Refleks.
Moro reflex
Bayi dalam posisi telentang kepalanya dibiarkan
jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati-
hati ke tangan pemeriksa.
Nilai reaksi yang timbul : bayi akan kaget, lengan
lengan direntangkan dalam posisi abduksi
ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan
gerakan lengan adduksi dan fleksi.
Tonic neck reflex
Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis
tengah dan anggota gerak dalam posisi fleksi
Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, nilai
reaksi yang timbul (akan terjadi ekstensi pada
anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada
anggota gerak sebelah kiri)
Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri
Palmar grasp reflex
Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan
pasien
Nilai : telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan
adanya refleks memegang (grasp reflex)
Refleks Babinski

62
Menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing
Menilai hasil (bila positif reaksinya berupa
ekstensi ibu jari kaki disertai dengan
menyebarnya jari-jari kaki yang lain)
Stepping reflex
Memegang bayi pd bagian bawah lengannya dlm
posisi tegak dan kakinya menyentuh
permukaan datar
Nilai reaksinya : normalnya secara otomatis bayi
akan meluruskan tungkainya seolah hendak
berdiri
Posisi bayi dimiringkan kedepan, reaksinya bayi
akan meletakkan satu kakinya di depan kaki
yang lain
Pemeriksaan pada waktu memulangkan
0 SSP

0 aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun


1 Kulit

0 adanya ikterus, pioderma


2 Jantung

0 adanya bising yang timbul kemudian


 Abdomen : adanya tumor yang tidak
terdeteksi sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi.
Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan
follow up lebih lanjut.
63
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan :

Skor total ...../ 126 x 100% = %

Banda Aceh, ………2015

Observer

64
BAB II
MASA KANAK DAN REMAJA

65
PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG ANAK
(DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST / DDST)

dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mampu melakukan skrining perkembangan anak usia 0-6 tahun
dengan cara Denver II secara mandiri

Tujuan pemeriksaan DDST :


Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala
Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan
Hal yang perlu diketahui terkait DDST
DDST bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan
adaptif atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan
datang
DDST tidak digunakan unttuk menetapkan diagnosis seperti
kesukaran belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional dan
sebagainya
DDST diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan
anak dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti
evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik
Aspek Perkembangan yang dinilai :
Terdapat 125 gugus tugas yangdisusun dalam formulir menjadi 4
sektor untuk menjaring fungsi berikut :
0 Personal social (perilaku social), terdiri dari 25 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
66
Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), terdiri dari 29
gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memelukan koordinasi yang cermat.
Language (bahasa), terdiri dari 39 gugus tugas
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan
Gross motor (gerakan mororik kasar), terdiri dari 32 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
Formulir DDST (Denver II)
Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur
dalam bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak
berumur 24 bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak
berusia 6 tahun.
Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas
kemampuan perkembangan yaitu 25%; 50% dan 90% dari
populasi anak lulus pada tugas perkembangan tersebut.

25% populasi anak sudah dapat berjalan dengan baik pada usia 11
bulan lebih,
50% pada usia 12 1/3 bulan.
Pada ujung sebelah kiri dari daerah hitam menunjukkanbahwa 75%
populasi sudah dapat berjalan dengan baik padausia 13 ½ bulan
Pada ujung kanan dari daerah hitam menunjukkan 90%populasi anak
sudah dapat berjalan dg baik pada usia 15bulan kurang.
67
Formulir DDST (Denver II)

68
69
70
Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada
ujung kotak sebelah kiri:
0 R (Report)=(L:laporan): tugas perkembangan tersebut
dapat lulus berdasarkan laporan dari orang
tua/pengasuh. Akan tetapi apabila memungkinkan
maka penilai dapat memperhatikan apa yang bias
dilakukan oleh anak.
1 Angka kecil menunjukkan tugas yang harus
dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada
formulir.

Langkah pelaksanaan
Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah
Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan, jelaskan bahwa tes ini
bukan untuk mengetahui IQ anak.
Buat komunikasi yang baik dengan anak.
Hitung umur anak dan buat garis umur
0 Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dantanggal
pemeriksaan pada formulir.
1 Umur anak dihitung dengan cara tanggal
pemeriksaandikurangi tanggal lahir.
(1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)
Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas Untuk anak
yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan
berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi. (1
thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)
Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal
pemeriksaan pada ujung atas garis umur.
Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur
71
0 Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan
yangpaling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap
tugasperkembangan yang ditembus garis umur
1 Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satuujicoba
pada langkah a (“gagal”; “menolak”; “tidak
adakesempatan”), lakukan ujicoba tambahan ke sebelahkiri
garis umur pada sektor yang sama sampai anakdapat “lulus”
3 tugas perkembangan.
2 Bila anak mampu melakukan salah satu tugasperkembangan
pada langkah a, lakukan tugasperkembangan tambahan ke
sebelah kanan garis umurpada sektor yang sama sampai anak
”gagal” pada 3tugas perkembangan.

Beri skor penilaian


Skor dari tiap ujicoba ditulis pada kotak segi empat.
0atauP:ibu/
Pass/ lulus. Anak melakukan ujicoba dengan baik,
pengasuh anak memberi laporan anak dapat
melakukannya.
1 F: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba
dengan baik atau ibu/pengasuh anak memberi laporan
anak tidak dapat melakukannya dengan baik
2 No: No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena
ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada ujicoba
dengan tanda R

3 R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba


Interprestasi Penilaian Individual
Lebih (advanced)
Bilamana lewat pada ujicoba yang terletak di kanan garis
umur, dinyatakanperkembangan anak lebih pada ujicoba tsb.

72
Normal
Bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan
disebelah kanan
garis umur, dikatagorikan sebagai normal.

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R)
pada tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara
persentil 25 dan 75,maka dikatagorikan sebagai normal.

Caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas
perkembangan, dimanagaris umur terletak pada atau antara
persentil 75 dan 90.

Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan
ujicoba yangterletak lengkap disebelah kiri garis umur.

No Opportunity/ tidak ada kesempatan.


Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang
tuamelaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk
melakukan tugasperkembangan tsb.Hasil ini tidak
dimasukkan dalam mengambilkesimpulan.

73
Selama tes perkembangan, amati perilaku anak. Apakah adaperilaku
yang khas, bandingkan dengan anak lainnya. Bilaada perilaku yang
khas tanyakan kepada orang tua/pengasuh, apakah perilaku tsb
merupakan perilaku seharihari
yang dimiliki anak tsb. Bila tes perkembangan dilakukansewaktu
anak sakit, merasa lapar.dll dapat memberikanperilaku yang
menghambat tes perkembangan
T
EST PERILAKU
0 Khusus
1 Patuh
2 Tertarik sekeliling
3 Ketakutan
4 Lama perhatian
Langkah Persiapan
Tempat
0 Tempat tenang/tidak berisik dan bersih
1 Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras
Perlengkapan test
0 Gulungan benang wool berwarna merah, diameter
10 cm)
1 Kismis
2 Kerincingan dengan gagang kecil
3 10 buah kubus berwarna dgn ukuran 2,5 x 2, 5 cm
4 Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
5 Bel kecil
6 Bola tenis
7 Pinsil merah
8 Boneka kecil dengan botol susu
9 Cangkir plastik dengan gagang/pegangan
10 Kertas kosong

74
Penilaian 4 perkembangan
1. Sektor personal Sosial,jumlah gugus tugas : 25
Nomor Urut 1
Item Menatap muka
Tanda L Harus dites langsung
Tidak ada (tidak perlu halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegangi atau tidurkan anak
pada posisi terlentang,
sehingga wajah anda
berhadapan langsung dengan Anak menatap wajah anda
wajah anak dalam jarak 25-30
cm

Nomor Urut 2
Item Membalas senyum
Tanda L Harus dites langsung
1 (perlu petunjuk nomor 1 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Posisikan anak telentang, lalu
tersenyum dan bicaralah pada
anak. Jangan menggelitik atau Anak merespons dengan tersenyum
menyentuh wajah anak (Tujuan respons sosial bukan fisik)

Nomor Urut 3
Item Tersenyum spontan
Tanda L Laporan orang tua/pengasuh

75
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah Anak melihat anda/orang tua dan
anak tersenyum pada tersenyum secara spontan selama
anda/orang tua tanpa diawali tes atau dilaporkan terjadi dirumah
stimulasi sentuhan atau suara
Jika tidak teramati, tanyakan
pada orang tua apakah anak (Tujuan : anak terlebih dulu
pernah tersenyum lebih dulu memulai interaksi dengan
kepada seseorang sebelum lingkungan sekitarnya)
disenyumi atau disentuh

Nomor Urut 4
Item Mengamati tangannya
Tanda L Laporan orang tua/pengasuh
2 (perlu petunjuk nomor 1 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah
anak menatap salah satu
tangannya selama sedikitnya
beberapa detik, bukan hanya Anak melihat anak menatap
melihat sekilas pada tangannya beberapa detik selama
tangannya tes atau dilaporkan terjadi di rumah
(Jika tidak teramati, tanyakan
pada orang tua apakah anak
pernah melakukannya)

Nomor Urut 5
Item Berusaha menjangkau mainan
Tanda L Harus dites langsung
76
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan mainan yang Anak berusaha mendapatkan
menarik di atas meja dalam mainan dengan
jarak yang mudah di jangkau menjulurkkan/merentangkan lengan
anak atau tubuhnya ke arah mainan
(Anak tidak harus mengambil
mainannya)

Nomor Urut 6
Item Makan sendiri
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada pengasuh, Pengasuh melaporkan anak dapat
apakah anak benar-benar melakukan hal tersebut
dapat memakan kue atau
makanan kecil lainnya sendiri (Tak ada kesempatan [Tak], jika
anak belum pernah diberikan jenis
makanan itu

Nomor Urut 7
Item Tepuk tangan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

77
Tanpa menyentuh tangan/
lengan anak tunjukkan
permainan tepuk tangan
dengan kedua tangan anda
dan ajak anak untuk bermain
bersama anda. Bila anak anda Anak dapat menepuk-nepuk
tidak melakukan ini, minta tangannya saat tes atau dilaporkan
orang tua untuk mencobanya terjadi di rumah
(Jika anak masih tak mau
melakukan-nya, tanyakan
kepada orang tua apakah anak
mau melakukannya di rumah)

Nomor Urut 8
Item Menyatakan keinginan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah
anak memberitahu anda/orang Anak melakukan sesuatu (bukan
tua, apabila ia menginginkan menangis) untuk memberitahukan
sesuatu tanpa perlu menangis keinginan khususnya, atau di
laporkan terjadi di rumah, misalnya
(Jika tidak teramati, tanyakan
menunjuk, menarik dan membuat
kepada orang tua bagaimana
berbagai macam suara, mengangkat
anak memberitahu seseorang
lengan dan mengucapkan kata
apa yang ia inginkan

Nomor Urut 9
Item Daa - daag dengan tangan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
78
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Bila memungkinkan, gunakan
cara terbaik, yaitu anda/orang
tua meninggalkan ruangan,
lihat wajah anak, dan ucapkan
da....da sambil melambaikan Anak merespons dengan

tangan padanya. mengangkat lengan atau


melambaikan tangan atau jarinya,
Jangan biarkan orang tua
atau dilaporkan anak dapat
menyentuh tangan/lengan
melakukan hal tersebut.
anak (Jika tak ada respons,
tanyakan kepada orang tua
apakan anak bisa
melakukannya di rumah)

Nomor Urut 10
Item Bermain bola dengan pemeriksa
Tanda L Tidak ada (harus di tes langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Gelindingkan bola ke arah
anak. Usahakan agar ia Anak dapat menggelindingkan bola
menggelindingkan kembali atau dilaporkan anak dapat
bola kearah anda. Lakukan melakukan hal tersebut
beberapa kali

Nomor Urut 11
Item Menirukan kegiatan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Orang tua melaporkan bahwa anak

79
apakah anak dapat meniru dapat meniru beberapa jenis
kegiatan rumah, seperti kegiatan yang dilakukan oleh
mengelap debu, menggosok, orang dewasa
menyapu, memvakum atau
berbicara di telepon

Nomor Urut 12
Item Minum dengan cangkir
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua
apakah anak dapat memegang
cangkir/gelas dan minum
sendiri tanpa bantuan dan
Orang tua melaporkan anak dapat
cairan tidak sampai tumpah
minum dengan cangkir
lebih dari separuh cangkir.
(Cangkir/gelas tak boleh
bertutup, bercucuk atau
dilengkapi semprotan)

Nomor Urut 13
Item Membantu di rumah
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua
Orang tua melaporkan anak dapat
apakah anak membantu
membantu, bukan meniru
mengerjakan tugas-tugas (Tujuan : menentukan apakah anak

80
rumah yang sederhana, memahami dan melaksanakan
misalnya merapikan mainan, permintaan bantuan)
membuang sampah atau
mengambil sesuatu jika
diminta oleh orang tua

Nomor Urut 14
Item Menggunakan sendok/garpu
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Orang tua melaporkan bahwa anak
apakah anak menggunakan menggunakan sendok/garpu dan
sendok atau garpu untuk menyendok banyak makanan ke
makan. Jika ya, berapa dalam mulut, hanya sedikit yang
banyak makanan yang tumpah tumpah
(Tujuan : menentukan apakah anak
dapat melakukan kegiatan makan
sendiri)

Nomor Urut 15
Item Melepas pakaian
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua
Anak dapat membuka pakaiannya,
apakah anak dapat
seperti sepatu, disertai usaha
melepaskan pakaiannya membuka dan mengembalikan

81
sendiri, Jika ya, jenis kembali jaket, celana atau kaus.
pakaian apa? Jangan beri skor jika topi, kaus
kaki, popok, sandal/sepatu
terlepas dengan mudah
(Tujuan : melihat apakah anak
melepas pakaiannya sesuai
dengan usahanya sendiri)

Nomor Urut 16
Item Memberi minum boneka
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan boneka dan botol Anak meletakkan botol ke mulut
miunuman mainan di atas boneka atau dengan jelas mencoba
meja didepan anak. Katakan meletakkanya ke mulut. Bila anak
kepada anak : " Beri adik bayi menirukan memberikan ASI,
minum!" atau " Beri adik bayi dorong ia untuk menggunakan
botol susu!" botol. Kegiatan memberi-kan ASI
seperti ibu ke bayi diberi skor gagal

Nomor Urut 17
Item Memakai pakaian
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua
Anak dapat memakai dan
apakah anak dapat memakai
melepaskan beberapa jenis pakaian,
pakaiannya sendiri. Jika ya, seperti celana dalam, kaus kaki,

82
jenis pakaian apa saja jaket, dll. Sepatu tidak harus di
yang dapat anak pakai talikan/disimpulkan atau dipasang
pada kaki yang benar. Topi yang
diletakkan sembarangan di kepala
tidak diberi skor lulus

Nomor Urut 18
Item Menggosok gigi dengan bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
3 (perlu petunjuk nomor 3 halaman
Tanda angka
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Orang tua melaporkan bahwa anak
apakah anak dapat dapat memegang dan
menggosok gigi dengan menggerakkan sikat gigi di antara
bantuan. Jika ya minta orang gigi. Orang tua boleh memberikan
tua menjelaskan bagaimana sedikit bantuan untuk mengarahkan
kegiatan itu dilakukan anak sikat, tetapi anak harusn menyikat
lebih banyak. Orang tua boleh
mengawasi anak dan membantu
mengoleskan pasta gigi pada sikat
(Tak ada kesempatan/Tak, jika
orang tua tidak membolehkan anak
mencobanya)

Nomor Urut 19
Item Mencuci dan mengeringkan tangan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada

83
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua
apakah anak dapat mencuci
dan mengeringkan tangannya Orang tua melaporkan anak dapat
sendiri tanpa bantuan, kecuali menyabuni, membilas dan
letak keran jauh dari mengeringkan tangannya
jangkauan anak.

Nomor Urut 20
Item Menyebut nama teman
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebutkan nama panggilan
Minta anak menyebutkan salah satu temannya. Nama
nama teman bermainnya sepupu/saudara dapat diterima jika
(tidak tinggal bersama anak mereka tidak tinggal bersama.
tersebut) Nama binatang atau teman
imaginasi tidak diterima

Nomor Urut 21
Item Memakai T-shirt
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Anak dapat melepaskan T-shirt dari
apakah anak dapat kepala dan memasukkan lengan ke
memakai/melepaskan T-shirt lengan baju. Baju dapat dari
tanpa bantuan belakang atau dari luar

84
Nomor Urut 22
Item Berpakaian tanpa bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
4 (perlu petunjuk nomor 4 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Anak dapat berpakaian sendiri
apakah anak dapat berpakaian dengan baik dan lengkap tanpa
tanpa banyak bantuan bantuan. Dia harus terbiasa
mengambil pakaian sendiri (untuk
bermain), dan dibantu hanya ketika
menalikan sepatu dan mengaitkan
kancing baju di belakang.
(Jika lulus "berpakaian tanpa
bantuan", anak juga lulus pada
"memakai pakaian" dan
memakai T-shirt)

Nomor Urut 23
Item Bermain ular tangga atau kartu
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua
Orang tua melaporkan anak dapat
apakah anak dapatbermain
memahami dan memainkan kartu
kartu atau permainan papan atau permainan papan dengan orang

85
yang sederhana, seperti ular lain, duduk dan menanti giliran.
tangga, monopoli, cangkul.
Khususnya, anak harus benar-
benar dapat memainkan dan
memahami permainan
tersebut

Nomor Urut 24
Item Menggosok gigi tanpa bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Orang tua melaporkan anak dapat
apakah anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan atau
menggosok giginya sendiri pengawasan sedikitnya beberapa
tanpa bantuan atau kali. Orang tua sebaiknya
pengawasan beberapa kali, dianjurkan untuk menyikat gigi
termasuk mengoleskan pasta anak beberapa kali agar benar-
gigi ke sikat gigi dan benar bersih
menggosok gigi dengan (Jika lulus "menggosok gigi tanpa
gerakan maju dan mundur bantuan", anak juga lulus pada
"menggosok gigi dengan
bantuan)

Nomor Urut 25
Item Mengambil makanan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Orang tua melaporkan bahwa anak
86
apakah anak dapat dapat melakukannya, termasuk
menyiapkan dan mengambil menuangkan susu dari beberapa
makanan tanpa bantuan (lebih jenis kotak/wadah makanan
baik memberikan makanan
jika sulit diraih), termasuk
menggunakan mangkuk dan
sendok, menuangkan makanan
dan susu ke mangkuk tanpa
banyak tumpah. Bila kotak
sangat besar, tanya apakah
anak dapat menuangnya dari
kotak yang agak kosong,
tempat susu kecil atau dari
gelas

2.
Sektor Motorik halus – adaptif, jumlah gugus tugas : 29
Nomor Urut 1
Item Mengikuti ke garis tengah
Tanda L Tidak ada (harus di tes langsung
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tidurkananak telentang.
Anak dapat mengikuti benang ke
Pegang benang merah di atas
titik tengah garis setengah
wajah anak sejauh ia dapat
lingkaran dengan kedua matanya
menfokuskannya (kira-kira 15
atau dengan kepala dan matanya
cm). Goyang-goyangkan

87
benang untuk menarik
perhatian anak dan gerakkan
dengan lambat dalam pola
setengah lingkaran dari satu
sisi tubuh anak ke sisi tubuh
yang lain beberapa kali.
Gerakan benang dapat
dihentikan untuk menarik
kembali perhatian anak dan
kemudian dilanjutkan kembali

Nomor Urut 2
Item Mengikuti melewati garis tengah
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik Anak dapat mengikuti benang
halus nomor 1 melewati garis tengah setengah
lingkaran dengan mata atau dengan
kepala dan mata
Jika lulus "mengikuti melewati
garis tengah", juga lulus
mengikuti ke garis tengah)

Nomor Urut 3
Item Memegang icik-icik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
6 (perlu petunjuk nomor 6 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Ketika anak telentang atau Anak memegang icik-icik dalam

88
dipegangi oleh orang tuanya, beberapa detrik
sentuhkan bagian belakang
atau ujung jari tangan anak
dengan icik-icik

Nomor Urut 4
Item Tangan bersentuhan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tidurkan anak telentang
(tidak di gendong di lengan
ibu). Perhatikan apakah kedua Anak mengangkat kedua tangannya
tangannya diangkat bersama- bersama-sama menuju garis tengah
sama ke garis tengah tubuh
tubuhnya, melewati dagu dan
mulut

Nomor Urut 5
Item Mengikuti 180 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik Anak dapat mengikuti benang
halus nomor 1 dengan kepala dan matanya dengan
menyusuri seluruh pola setengah
leingkaran dari satu sisi tubuh ke
sisi tubuh lain Jika lulus
"mengikuti 180 derajat", anak
juga lulus "mengikuti melewati
garis tengah" dan "mengikuti ke

89
garis tengah")

Nomor Urut 6
Item Mengamati manik-manik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan dipangkuan
orang tua, lalu jatuhkan
manik-manik dihadapan anak.
Sebaiknya manik-manik
diletakkan pada tempat yang Anak melihat jelas ke arah manik-
berwarna kontras. Seperti manik tersebut
selembar kertas putih. Anda
dapat menunjuk atau
menyentuh manik-manik
untuk menarik perhatian anak.

Nomor Urut 7
Item Meraih
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

90
Anak duduk di pangkuan
orang tua, sehingga sikunya
sejajar dengan meja dan kedua Anak mengulurkan tangan ke
tangannya diletakkan diatas arah objek atau paling tidak
meja. Letakkan mainan (icik- menggerakkan tangan atau
icik atau benang merah) yang lengannya untuk mencapai objek
mudah dijangkau dan dorong tersebut
anak untuk mengambil mainan
tersebut

Nomor Urut 8
Item Mencari benang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
7 (perlu petunjuk nomor 7 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di
pangkuan orang tua, lalu tarik
perhatiannya pada benang
merah yang anda pegang. Saat
anak melihat kearah benang,
jatuhkan benang sehingga Anak tampak jelas mencari benang
seolah-olah menghilang. ke arah bawah atau ke lantai
Jangan gerakkan tangan atau
lengan anda kecuali untuk
melepaskan benang merah.
Ulangi jika respons anak tidak
jelas

Nomor Urut 9
Item Menggaruk manik-manik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
91
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di
pangkuan orang tua, sehingga
sikunya sejajar dengan meja
dan kedua tangan berada di
atas meja. Jatuhkan satu
Anak mengambil manik-manik
manik-manik di depan anak
dengan menggunakan gerakan
dalam jarak yang mudah
seluruh tangan. Pastikan manik-
dijangkau anak. Anda dapat
manik tidak melekat di tangan
menunjuk/menyentuh manik-
anak, tetapi jelas diambilnya
manik untuk menarik
perhatian anak.
Makanan/benda yang
berbentuk lingkaran/O juga
dapat digunakan dalam tes ini

Nomor Urut 10
Item Memindahkan kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
8 (perlu petunjuk nomor 8 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak memindahkan sebuah
kubus dari satu tangan ke
tangan yang lain. Berikan
anak sebuah kubus, lalu Anak memindahkan sebuah kubus
berikan satu lagi pada tangan dari tangan satu ke tangan yang
yang sama. Anak akan lain, tanpa menggunakan anggota
memindahkan kubus pertama tubuhnya, mulut atau meja
ke tangan yang lain sehingga
ia adapat mengambil kubus
yang ke dua

Nomor Urut 11
92
Item Mengambil 2 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan 2 kubus di atas meja
dan di depan anak. Dorong Anak mengambil 2 kubus dan di
anak untuk mengambil kubus, pegang di setiap tangan masing-
tetapi jangan berikan kubus masing 1 kubus secara bersamaan
ke anak

Nomor Urut 12
Memegang dengan ibu jari dan jari
Item telunjuk
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
9 (perlu petunjuk nomor 9 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik
halus nomor 9.
Anak didudukkan di
pangkuan orang tua sehingga
Anak mengambil manik-manik
sikunya sejajar dengan meja
dengan jari telunjuk dan ibu jari
dan ke dua tangan berada
bersama-sama atau dengan
diatas meja. Jatuhkan manik-
beberapa jari (Jika
manik di depan anak. Anda
lulus"memegang dengan ibu jari
dapat menunjuk/menyentuh
dan jari telunjuk", anak juga
manik-manik untuk menarik
lulus"menggaruk manik-manik")
perhatian anak.
Makanan/benda yang
berbentuk lingkaran/O juga
dapat dipakai dalam tes ini
Nomor Urut 13
Item Membenturkan 2 kubus
93
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan sebuah kubus di
masing-masing tangan anak
dan dorong ia untuk
membenturkan kedua kubus
Anak memegang 1 kubus di
bersama-sama. Anda dapat
masing-masing tangan dan
memberikan contoh dengan
membenturkan kubus tersebut
kedua tangan anda. Jangan
bersama-sama atau jika orang tua
biarkan orang tua
melaporkan bahwa anak
menyentuhkan kedua
memukulkan benda yang lebih
tangan/lengan anak. Bila anak
kecil bersama-sama
tidak membenturkan kedua
(Membenturkan benda yang lebih
kubus bersama-sama,
besar seperti teko, wajan atau tutup
tanyakan kepada orang tua
panci tidak diberi skor lulus))
apakah anak dapat
membenturkan benda yang
lebih kecil bersama-sama
dalam satu waktu

Nomor Urut 14
Item Menaruh kubus dicangkir
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan 3 kubus dan sebuah
Anak memasukkan kubus ke dalam
cangkir di atas meja dan di
cangkir sedikitnya 1 kubus dan
hadapan anak. Dorong anak membiarkan yang lain
94
untuk memasukkan kubus ke
dalam cangkir dengan
memberikan contoh dan aba-
aba. Pemberian contoh perlu
diulangi beberapa kali

Nomor Urut 15
Item Mencoret-coret
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan kertas dan pinsil di
atas meja dihadapan anak.
Anda boleh meletakkan pinsil
ditangan anak dan
mendorongnya untuk Anak membuat coretan yang
mencoret-coret, tetapi jangan bertujuan di kertas. Berikan skor
memberikan contoh gagal jika anak membuat coretan
bagaimana mencoret. pinsil secara tidak sengaja
Perhatikan anak dengan
seksama demi keamanan mata
dan mulut anak pada saat
menggunakan pinsil

Nomor Urut 16
Mengeluarkan manik-manik
Item dengan contoh
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Contohkan pada anak 2- 3 Anak mengeluarkan/membuang
kali untuk mengeluarkan manik-manik dari botol atau

95
manik-manik dari botol. mengambil/menggaruk botol
Kemudian minta anak yang tertutup untuk membukanya,
untuk mengulanginya lalu mengeluarkan manik-manik
(Jangan menggunakan kata- tersebut
kata buang atau tumpahkan) Jangan beri skor lulus jika anak
memindahkan manik-manik dengan
jari-jarinya

Nomor Urut 17
Item Menara dari 2 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di dekat
meja dengan posisi lengan
sejajar meja dan ke dua
tangan berada diatas meja.
Dorong anak untuk
Anak meletakkan 1 kubus di atas
menumpuk kubus satu demi
kubus lainnya sehingga tidak jatuh
satu dengan contoh dan aba-
saat anak memindahkan tangannya
aba yang diberikan. Akan
sangat berguna jika kubus
diberikan ke tangan anak pada
waktu bersamaan. Dapat
dilakukan 3 kali

Nomor Urut 18
Item Menara dari 4 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada

96
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas
kubus lainnya, sehingga tersusun
sampai 4 kubus dan tidak jatuh saat
Merujuk pada item motorik
anak memindahkan tangannya.
halus nomor 17
(Jika lulus "menara dari 4
kubus", anak juga lulus "menara
dari 2 kubus"

Nomor Urut 19
Item Menara dari 6 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas
kubus lainnya, sehingga tersusun
sampai 6 kubus dan tidak jatuh saat
Merujuk pada item motorik anak memindahkan tangannya.
halus nomor 17 (Jika lulus "menara dari 6
kubus", anak juga lulus "menara
dari 4 kubus" dan "menara dari
2 kubus")

Nomor Urut 20
Item Meniru garis vertikal
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
10 (perlu petunjuk nomor 10
Tanda angka halaman belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak sebaiknya duduk di Anak membuat 1 garis vertikal atau
kursi yang neyaman untuk lebih di atas kertas, minimal

97
menulis. Letakkan sebuah sepanjang 2,5 cm dengan sudut
pensil dan selembar kertas di kemiringan tidak lebih dari 30
depan anak, kemudian derajat. Garis tidak harus
katakan kepada anak untuk sempurna, lurus dan tajam
menggambar garis yang telah
anda buat. Dilembar kertas
tersebut, tunjukkan
bagaimana menggambar garis
vertikal pada anak. Jangan
memegang/membimbing
tangan anak. Percobaan dapat
dilakukan 3 kali

Nomor Urut 21
Item Menara dari 8 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas
kubus lainnya, sehingga tersusun
sampai 6 kubus dan tidak jatuh saat
Merujuk pada item motorik anak memindahkan tangannya.
halus nomor 17 (Jika lulus "menara dari 8
kubus", anak juga lulus "menara
dari 6 kubus", "menara dari 4
kubus" dan "menara 2 kubus")

Nomor Urut 22
Item Menggoyangkan ibu jari
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
11 (perlu petunjuk nomor 11
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
98
Contohkan pada anak dengan
menggunakan 1 atau 2 tangan
untuk membuat genggaman,
dengan posisi ibu jari
mengarah ketas. Ayun-
ayunkan ibu jari anda (hanya
ibu jari). Katakan kepada Anak menggerakkan genggaman
anak untuk mengayunkan atau baik dengan 1 tangan maupun 2
menggerakkan ibu jari ke tangan tanpa membuat gerakan
kanan dan ke kiri dengan cara pada jari-jari selain ibu jari
yang sama. Jangan membantu
anak dengan meletakkan
posisi tangan anak. Anda
dapat mengatakan kepada
anak untuk membuat seperti
genggaman

Nomor Urut 23
Item Mencontoh O (lingkaran)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
12 (perlu petunjuk nomor 12
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak sebuah
Anak menggambar beberapa
pensil dan selembar kertas.
bentuk yang mendekati atau sangat
Tunjukkan kepada anak mendekati lingkatan tertutup.

99
gambar lingkaran dibelakang (Gagal jika garis berkelanjutan
lembar tes Denver II. Tanpa sehingga membentuk spiral)
menyebutkan bentuk gambar
dan menggerakkanm jari
telunjuk atau pensil untuk
menunjukkan bagaimana cara
membuat lingkaran, katakan
kepada anak : "Buat satu
gambar yang sama seperti
gambar ini!" (Bisa
menggunakan gambar anda
sendiri atau gambar
dibelakang lembar tes). Tes
dapat dilakukan 3 kali

Nomor Urut 24
Item Menggambar orang : 3 bagian
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
16 (perlu petunjuk nomor 16
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak sebuah Anak menggambar 3 atau lebih
pensil dan selembar kertas. bagian tubuh. Bagian yang
Katakan kepada anak untuk sepasang dinilai sebagai 1 bagian
menggambar seseorang (laki- (misal, telinga, mata, tangan, dll)
laki, perempuan, ayah, ibu, Untuk memberi nilai, ke dua bagian
dll). Pastikan anak telah yang sepasang harus digambar,
menyelesaikannya sebelum kecuali gambarnya dalam bentuk
gambar dinilai permukaan (dalam kasus hanya ada
1 mata atau 1 telinga, maka
mendapat nilai. Buat catatan sesuai
dengan penagamatan tentang hal-
hal yang tidak biasa dalam
menggambar, walau anak telah
mengidentifikasi bagian yang dapat
100
diterima

Nomor Urut 25
Item Mencontoh + (tanda plus)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
14 (perlu petunjuk nomor 14
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak pensil
dan kertas. Tunjukkan pada
anak gambar tanda +
dibelakang lembar tes. Tanpa
Anak memggambar 2 garis yang
menyebutkan bentuk gambar
saling berpotongan, setidaknya
atau menggerakkan jari atau
mendekati titik tengah. Garis tidak
pensil untuk menujukkan cara
perlu benar-benar lurus, yang
membuatnya, katakan kepada
penting berpotongan
anak : " Buat satu buah
gambar yang sama seperti
gambar ini". Tes dapat
dilakukan 3 kali

Nomor Urut 26
Item Memilih garis yang lebih panjang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
13 (perlu petunjuk nomor 13
Tanda angka halaman belakang)

101
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan bagian belakang
lembar tes ditampilkan secara
vertikal. Tunjukkan kepada
anak 2 garis, putar lembar
kertas ke samping paralel dan
katakan : "Garis mana yang
lebih panjang?" (jangan
katakan yang lebih besar).
Setelah anak menunjuk Anak memilih garis yang lebih
sebuah garis, putar lembar panjang 3 dari 3 kali tes atau 5 dari
kertas ke samping (90 derajat) 6 tes
dan tanyakan kembali. Putar
lagi lembar tes ke bawah (180
derajat) dan ulangi
pertanyaan. Bila anak tidak
menjawab benar sebanyak 3
kali, ulangi pertanyaan lebih
dari 3 kali setelah lembar tes
di putar

Nomor Urut 27
Mencontoh(persegi) dengan
Item petunjuk
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
15 (perlu petunjuk nomor 15
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Laksanakan item 29
Anak menggambar bujur sangkar
(mencontoh ) sebelum
dengan garis yang lurus sehingga
melaksanakan item ini. Bila membentuk 4 sudut. Sudut dapat

102
anak tidak dapat mencontoh , dibentuk dari garis yang
tunjukkan kepada anak cara berpotongan tetapi sudut harus
menggambar 2 garis paralel sesuai dengan sudut yang benar
yang berlawanan antara sudut (tidak melingkar atau tajam).
yang satu dengan sudut Panjang sebaiknya tidak melebihi 2
lainnya. (Lebih baik kali lebar
menggambar bujur sangkar
dengan gerakan yang
berkelanjutan). Tes dapat
dilakukan 3 kali.

Nomor Urut 28
Item Menggambar orang : 6 bagian
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
16 (perlu petunjuk nomor 16
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menggambar 6 bagian tubuh
Merujuk pada item motorik atau lebih dengan ketentuan sama
halus nomor 24 dengan item motorik halus nomor
24

Nomor Urut 29
Item Mencontoh(persegi)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
15 (perlu petunjuk nomor 15
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak pensil
dan kertas. Tunjukkan Merujuk pada syarat lulus item
kepadanya gambar bujur motorik halus nomor 27

103
sangkar di belakang lembar
tes. Tanpa menyebutkan
bentuk gambar atau
menggerakkan telunjuk atau
pensil untuk menunjukkan
cara mebuatnya, katakan
kepada anak :"Buat satu
buah gambar seperti ini".
Tes dapat dilakukan 3 kali

3. Sektor Bahasa, jumlah gugus tugas : 39


Nomor Urut 1
Item Bereaksi terhadap bel
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegang bel sehingga anak
tidak dapat melihatnya Anak merespons bunyi bel dengan
(disamping dekat telinga beberapa cara, seperti gerakan
bagian belakang). Bunyikan mata, perubahan raut wajah,
bel dengan lembut, Bila anak perubahan nafas atau beberapa
tidak merespons, coba lagi perubahan dalam kegiatan
dalam sesi tes berikutnya

Nomor Urut 2
Item Bersuara
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes dengarkan suara- Anda mendengar anak membuat
suara lain yang dikeluarkan banyak suara atau orang tua
anak selain tangisan, seperti melaporkan bahwa anak melakukan

104
suara kerongkongan yang hal tersebut
kecil atau suara vokal yang (Item ini juga lulus jika anak lulus
pendek (""Uh", "Eh"). Bila pada item mengucapkan suara-
tak terdengar, tanyakan suara vokal atau item Oooh/Aaah
kepada orang tua apakah
anak pernah mengeluarkan
suara seperti itu

Nomor Urut 3
Item Oooh/Aaah
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tidak ada (tidak perlu petunjuk
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak
membuat suara-suara vokal
seperti "Ooo"Aaah". Bila Anda mendengar anak
suara tersebut tidakn mengeluarkan suara-suara vokal
terdengar, tanyakan kepada atau orang tua melaporkan anak
orang tua apakah anak sudah dapat melakukan hal tersebut
bisa membuat suara-suara
tersebut

Nomor Urut 4
Item Tertawa
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

105
Dengar apakah anak tertawa
dengan keras. Bila tidak Anda mendengar anak tertawa
terdengar, tanyakan kepada keras atau orang tua melaporkan
orang tua apakah anak pernah anak dapat melakukan hal
melakukan hal tersebut tersebut

Nomor Urut 5
Item Berteriak
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak
mengeluarkan suara yang
keras atau teriakan yang Anda mendengar anak berteriak
mnenyenangkan. Bila tidak atau orang tua melaporkan anak
terdengar, tanyakan kepada dapat melakukan hal tersebut
orang tua apakah anak dapat
melakukannya

Nomor Urut 6
Item Menoleh ke icik-icik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
17 (perlu petunjuk nomor 17 di
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berdiri dibelakang anak pada Anak merespons dengan menoleh
saat anak dipangku ke arah datangnya suara dari kedua

106
menghadap orang tuanya atau sisi
didudukkan diatas meja. Bila
perlu minta orang tua untuk
menarik perhatian anak
dengan benang merah.
Letakkan 1 kubus di dalam
cangkir dan pegang cangkir
dengan tangan anda untuk
menutupinya. Dengan hati-
hati, geser cangkir tanpa
berbunyi ke posisi kira-kira
20 cm dari telinga anak, tetapi
diluar atau jauh dari sudut
pandangannya. Goyangkan
cangkir perlahan, buat suara
lembut dan rendah. Ulangi
lagi untuk telinga lain

Nomor Urut 7
Item Menoleh ke arah datangnya suara
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dipangku menghadap
orang tuanya atau duduk di
meja atau digendong oleh
orang tuanya. Dekati anak
dari belakang kira-kira 20 cm
Anak menoleh ke arah datangnya
dari telinga. Letakkan tangan
suara dari kedua sisi
anda diantara mulut anda dan
anak, sehingga anak tidak
merespons sembusan nafas
anda. Berbisiklah sambil
menyebut nama anak

107
beberapa kali. Ulangi lagi
fdari bagian telinga yang lain

Nomor Urut 8
Item Satu silabel
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak
menghasilkan 1 suku kata
Anda mendengar anak
yang terdiri atas konsonan
menghasilkan satu suku kata yang
dan vokal seperti "Ba",
terdiri atas konsonan dasn vokal
"Da", "Ga", atau "Ma".
atau orang tua melaporkan anak
Bila tidak terdengar, tanyakan
melakukan hal tersebut
kepada orang tua apakah anak
dapat melakukan hal tersebut

Nomor Urut 9
Item Meniru bunyi kata-kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada

108
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Buat suara seperti batuk,
memainkan lidah atau
mencium dan lihat apakah
anak meniru. Jika tidak, Anak menirukan suara anda atau
tanyakan kepada orang tua orang tua melaporkan anak
apakah anak dapat meniru melakukan hal tersebut
suara. Tekankan bahwa suara
harus dimulai dari orang lain,
bukan anak

Nomor Urut 10
Item Papa/Mama (tidak spesifik)
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak
mengucapkan "Papa",
"Mama" selama tes. Jika
Anak mengatakan "Papa",
tidak tanyakan kepada orang
"Mama" atau melaoprkan anak
tua apakah anak dapat
melakukan hal tersebut
menyebutkan kata-kata
tersebut. Kata-kata tidak
harus merujuk ke orang tua

Nomor Urut 11
Item Kombinasi silabel
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

109
Dengarkan apakah anak
mengulang-ulang 3 suku kata
yang sama lebih dari 3 kali,
Anak dapat mengulangi 3 suku
seperti "Dadada", "Gagaga".
kata atau orang tua melaporkan
Jika tidak terdengar, tanyakan
anak melakukan hal tersebut
kepada orang tua, apakah
anak dapat melakukan hal
tersebut

Nomor Urut 12
Item Mengoceh
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes dengarkan apakah
anak membuat
"percakapan" yang tidak
masuk akal kepada dirinya
sendiri, menggunakan
pembenggkokan atau jeda.
Anak mengoceh atau orang tua
(Ini disebut mengoceh, yang
melaporkan anak melakukan hal
menggunakan pola suara
tersebut
sedikit bervariasi/tidak sesuai
kenyataan atau sulit
dibedakan). Jika tidak
terdengar, tanyakan kepada
orang tua, apakah anak dapat
melakukan hal tersebut

Nomor Urut 13
Item Papa/Mama (spesifik)
Tanda L Ada (dapat berupa laporan orang

110
tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengatakan "Mama" atau
Dengarkan apakah anak "Papa" yang penuh makna atau
mengucapkan "Mama" ke orang tua melaporkan anak
arah mamanya, "Papa" ke melakukan hal tersebut. Anak juga
arah Papanya selama tes, jika lulus jika kata yang digunakan
tidak terdengar, tanyakan sama maknanya dengan "Mama"
kepada orang tua, apakah atau "Papa" dalam berbagai
anak dapat melakukan hal budaya. (Jika lulus item ini, anak
tersebut juga lulus item "Papa/Mama tidak
spesifik")

Nomor Urut 14
Item Mengucapkan 1 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
Tanyakan kepada orang tua
mengucapkan 1 kata. Kata yang
berapa banyak kata yang
diterima adalah kata selain : Papa,
dapat diucapkan oleh anak
Mama, nama binatang dan nama
dan kata-kata apa saja
anggota keluarga

Nomor Urut 15
Item Mengucapkan 2 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
111
Orang tua melaporkan anak dapat
mengucapkan 2 kata. Kata yang
Tanyakan kepada orang tua
diterima adalah kata selain :Papa,
berapa banyak kata yang
Mama, nama binatang dan
dapat diucapkan oleh anak
nama anggota keluarga.
dan kata-kata apa saja
(Jika lulus 2 kata, anak juga lulus
1 kata)

Nomor Urut 16
Item Mengucapkan 3 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
mengucapkan 3 kata. Kata yang
Tanyakan kepada orang tua
diterima adalah kata selain :Papa,
berapa banyak kata yang
Mama, nama binatang dan nama
dapat diucapkan oleh anak
anggota keluarga.
dan kata-kata apa saja
(Jika lulus 3 kata, anak juga lulus 1
kata dan 2 kata)

Nomor Urut 17
Item Mengucapkan 6 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua Orang tua melaporkan anak dapat
berapa banyak kata yang mengucapkan 6 kata. Kata yang
dapat diucapkan oleh anak diterima adalah kata selain :Papa,

112
dan kata-kata apa saja Mama, nama binatang dan nama
anggota keluarga.
(Jika lulus 6 kata, anak juga lulus 1
kata, 2 kata dan 3 kata)

Nomor Urut 18
Item Menunjuk 2 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan sebelumnya anak
telah melaksanakan item
"Menyebut nama gambar".
Bila anak menyebutkan
kurang dari 4 gambar dengan
benar, laksanakan item ini.
Tunjukkan kepada anak
gambar dibelakang lembar
tes, lalu katakan kepada
anak :
Anak menunjuk dengan benar 2
"Tunjukkan mana burung"
atau 3 gambar
"Tunjukkan mana
manusia"
"Tunjukkan mana anjing"
"Tunjukkan mana kucing"
"Tunjukkan mana kuda"
Sebutkan 1 nama hanya
dalam 1 waktu dan tunggu
sampai anak menunjuk
sebelum menyebut nama
gambar lain

Nomor Urut 19
113
Item Kombinasi kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak sudah
membuat kombinasi
Anda mendenger anak
sedikitnya 2 kata yang
mengucapkan kombinasi 2 kata
bermakna untuk menunjukkan
bermakna atau orang tua
suatu tindakan. Bila tidak
melaporkan anak telah melakukan
terdengar, tanyakan kepada
hal tersebut
orang tua apakah anak pernah
melakukan hal tersebut.

Nomor Urut 20
Item Menyebut 1 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebut 1 nama gambar
Tunjukkan kepada anak
dengan benar. Lulus jika anak
gambar dibelakang lembar
menggunakan mnama-nama
tes. Tunjukkan kucing,
binatang. Untuk jawaban gambar
burung, manusia, anjing, kuda
manusia dapat diterima jika anak
pada satu waktu dan
menyebut : "Ayah", "Mas/anak
tanyakan :"Apakah ini ?"
laki-laki"

Nomor Urut 21
Item Bagian tubuh : 6
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka 19 (perlu petunjuk nomor 19
114
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan boneka kepada Anak menunjuk dengan benar
anak katakan kepada sedikitnya 6 nagian. Bila orang tua
anak :Tunjukkan hidung, terbiasa menyebut perut dengan
mata, telinga, mulut, istilah bahasa daerah, anak tetap
tangan, kaki, perut dan lulus jika mengidentifikasinya
rambut !" Sebutkan satu dengan benar. Jawaban :
persatu "puser/udel" tidak lulus"

Nomor Urut 22
Item Menunjukkan 4 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Merujuk pada 1 item bahasa Anak menunjuk dengan benar 4


Nomor 18 atau 5 gambar.

Nomor Urut 23
Item Pembicaraan sebagian dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, perhatikan
kemampuan berbicara anak
Anda memahami paling tidak
yang bermakna (lafal, ucapan,
sebahian dari pembicaraan anak
kata-kata yang berbeda
dengan ocehan, dll)
115
Nomor Urut 24
Item Menyebut 4 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebut 4 nama gambar
dengan benar. Lulus jika anak
menggunakan nama-nama
Merujuk pada item bahasa binatang. Untuk gambar manusia,
Nomor 20 jawaban dapat diterima jika anak
menyebut "Ayah", "Mas". (Jika
lulus "Menyebut 4 gambar", anak
juga lulus "Menyebut 1 gambar")

Nomor Urut 25
Item Mengetahui 2 kegiatan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
20 (perlu petunjuk nomor 20
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak
gambar di belakang lembar Anak dapat menujuk 2 atau 3
tes. Berikan petunjuk kepada gambar dengan benar

116
anak untuk untuk menunjuk
gambar yang benar sesuai
dengan pertanyaan yang
diajukan, yaitu :
"Mana yang dapat
terbang" "Mana yang
mengeong"
"Mana yang dapat
berbicara" "Mana
yang bisa menggonggong"
"Mana yang dapat
meringkik"

Nomor Urut 26
Item Mengerti 2 kata sifat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
21 (perlu petunjuk nomor 21
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menjawab dengan benar 2
pertanyaan, contoh jawaban yang
benar adalah sebagai berikut :
Tanyakan kepada anak
KedinginanLulus jika jawaban :
pertanyaan berikut satu
pakai jaket, masuk ke dalam,
persatu.
pakain selimut
"Apa yang kamu lakukan
Tidak lulus jika jawaban berkaitan
saat kamu kedinginan"
dengan badan yang dingin, seperti
"Apa yang kamu lakukan
batuk, minum obat
saat kamu kecapaian"
Kecapaian Lulus jika jawaban :
"Apa yang kamu lakukan
ketempat tidur, berbaring, tidur
saat kamu lapar?"
Lapar Lulus jika jawaban :
makan, harus makan, minta sesuatu
untuk dimakan
117
Nomor Urut 27
Item Menyebut 1 warna
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan kubus yang
berwarna merah, biru, kuning
dan hijau diatas meja di depan
anak. Tunjukkan 1 kubus dan
tanyakan kepada anak : "Ini
Anak dapat menyebut dengan benar
warnanya apa?" Setelah anak
1, 2 atau 3 warna
menjawab, pindahkan kubus
dan minta anak menyebutkan
warna kubus-kubus yang lain.
Ulangi untuk 4 warna
seluruhnya

Nomor Urut 28
Item Kegunaan 2 benda
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
22 (perlu petunjuk nomor 22
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada anak satu Anak menjawab dengan benar 2
persatu pertanyaan berikut. pertanyaan. Kata-kata yang
"Apa gunanya cangkir" berhubungan dengan tindakan

118
"Apa gunanya kursi" seperti : "minum", "duduk" dan
"Apa gunannya pensil" "menulis" harus ada di dalam
jawaban. Jawaban yang tidak biasa
digunakan seperti "menuangkan"
untuk cangkir, "memanjat untuk
kursi dapat diterima. Jawaban
seperti "susu" untuk cangkir,
"meja" untuk kursi tidak dapat
diterima.

Nomor Urut 29
Item Menghitung 1 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
23 (perlu petunjuk nomor 23
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan 8 kubus diatas meja
di depan anak. Letakkan
selembar kertas disamping
kubus, lalu Anak meletakkan 1 kubus dan
katakan :"Letakkan 1 kubus mengatakan ada 1 kubus di atas
di atas kertas!" Bila anak kertas
telah selesai,
tannyakan :"Berapa jumlah
kubus di atas kertas?"

Nomor Urut 30
Item Kegunaan 3 benda
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
22 (perlu petunjuk nomor 22
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item bahasa Anak menjawab dengan benar 3
119
Nomor 28 pertanyaan Contoh jawaban
benar merujuk pada item bahasa
Nomor 28

Nomor Urut 31
Item Mengetahui 4 kegiatan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
20 (perlu petunjuk nomor 20
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menunjuk 4 atau 5
gambar dengan benar (Jika lulus
Merujuk pada item bahasa
"Mengetahui 4 kegiatan", anak
Nomor 25
juga lulus "Mengetahui 2
kegiatan")

Nomor Urut 32
Item Pembicaraan seluruhnya dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anda memahami semua
pembicaraan anak.(Jika lulus
Merujuk pada item bahasa "Pembicaraan seluruhnya
Nomor 23 dimengerti", anak juga lulus
"Pembicaraan sebagian
dimengerti")

Nomor Urut 33
Item Pembicaraan seluruhnya dimengerti
120
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
24 (perlu petunjuk nomor 24
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anda dan anak berdiri,
berikan kepada anak 1 kubus.
Berikan peribtah kepada anak
satu persatu sebagai berikut
"Letakkan kubus di atas
meja" "Letakkan
kubus di bawah meja"
Anak dapat menjalankan 4 tugas
"Letakkan kubus di depan
dengan benar
saya" "Letakkan
kubus di samping saya"
"Letakkan kubus di
belakang saya"
Perintahkan agar anak
mengambil kubus di antara
perintah yang diberikan

Nomor Urut 34
Item Menyebut 4 warna
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menyebutkan 4 warna
Merujuk pada item bahasa dengan benar.(Jika lulus
Nomor 27 "Menyebut 4 warna", anak juga
lulus "Menyebut 1 warna")

Nomor Urut 35
Item Pembicaraan seluruhnya dimengerti
121
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
25 (perlu petunjuk nomor 25
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan anak mendengarkan
anda, kemudian
Anak dapat mengartikan 5 atau 6
katakan :"Saya akan
kata dengan benar, sesuai dengan
menyebutkan 1 kata dan
istilah yang berhubungan dengan :
saya ingin kamu
1) kegunaan; 2) bentuk; 3) terbuat
mengatakan benda apa
dari apa; 4) kategori umum
itu!" Tanyakan setiap kata
Contoh jawaban yang benar adalah
dalam satu waktu
sebagai berikut : Bola : memantul,
"Apakah bola itu?"
lingkaran, mainan, main dengan
"Apakah danau itu?"
bola
"Apakah meja itu?"
Danau : air, ada ikan di dalamnya
"Apakah rumah itu?"
Meja : untuk menulis, letakkan
"Apakah pisang itu"
kertas, kayu Rumah : untuk
"Apakah gorden itu?"
tinggal, dari kayu, batu bata
"Apakah pagar itu?"
Pisang : buah, untuk makan
Jika perlu setiap kata dapat
Gorden : untuk menutupi jendela,
ditanyakan 3 kali. Anda dapat
agar orang tidak melihat ke dalam
mengatakan : "Beritahu saya
Pagar : agar anjing tetap di dalam,
tentang benda tersebut!",
memanjat, mengitari halaman
tetapi jangan tanya apa
kegunaannya

Nomor Urut 36
Item Mengerti 3 kata sifat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
21 (perlu petunjuk nomor 21
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item bahasa Anak dapat menjawab dengan
Nomor 26 benar 3 pertanyaan. Contoh
122
jawaban benar merujuk pada item
bahasa nomor 26
(Jika lulkus "Mengerti 3 kata
sifat", anak juga lulus "Mengerti 2
kata sifat")

Nomor Urut 37
Item Menghitung 5 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
23 (perlu petunjuk nomor 23
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item bahasa Anak meletakkan 5 kubus dan
Nomor 29. Letakkan 8 kubus mengatakan ada 5 kubus di atas
di atas meja di depan anak. kertas. Anak tidak harus
Letakkan selembar kertas di menghitung satu demi satu jumlah
damping kubus, lalu katakan kubus dengan kertas, jika hanya
kepada anak :"Letakkan 5 menghitung 1, 2, 3, 4, 5 anak tidak
kubus diatas kertas". Bila lulus. Anak harus tetap mengatakan
anak telah selesai, "lima" (Jika lulus "Menghitung 5
tanyakan :"Berapa jumlah kubus", anak juga lulus
kubus di atas kertas?" "Menghitung 1 kubus")

Nomor Urut 38
Item Berlawanan : 2
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
26 (perlu petunjuk nomor 26
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Ucapkan kalimat dengan
Anak dapat menyelesaikan 2
lambat dan berjarak, satu
kalimat dengan benar. Contoh
demi satu, tunggu sampai ada jawaban yang benar :

123
jeda. Kalimat dapat diulang 3 Besar kecil, sangat kecil
kali bila perlu. Panas dingin (basah, cair atau
"Jika kuda besar, air bukan jawaban yang benar
tikus ........?" "Jika
api panas, es.........?"
"Jika matahari bersinar
siang hari, bulan...?"

Nomor Urut 39
Item Mengartikan 7 kata
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
25 (perlu petunjuk nomor 25
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mengartikan 7 kata
dengan benar, sesuai dengan istilah
yang berhubungan dengan : 1)
Merujuk pada item bahasa kegunaan; 2) bentuk; 3) terbuat dari
Nomor 35 apa; 4) kategori umum.
(Jika lulus "Mengartikan 7 kata",
anak juga lulus "Mengartikan 5
kata")

4. Sektor Motorik kasar : jumlah pemeriksaan 32


Nomor Urut 1
Item Gerakan seimbang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada

124
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menggerakkan lengan dan
Tidurkan anak telentang, tungkainya dengan seimbang
lalu amati aktivitas lengan (Gagal jika kedua lengan atau tungkai
dan tungkai anak tidak bergerak dalam frekuensi yang
sama)

Nomor Urut 2
Item Mengangkat kepala
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan perut anak agar
bersentuhan dengan Anak mengangkat kepalanya minimal
permukaan yang rata sesaat, sehingga dagu berjauhan
(tengkurap), jika tidak dengan permukaan tanpa menengok
memungkinkan, tenyakan ke kanan atau ke kiri, atau jika orang
kepada orang tua apakah tua melaporkan anak dapat
anak dapat melakukan hal melakukan hal tersebut
tersebut.

Nomor Urut 3
Item Kepala terangkat 45 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya
Letakkan perut anak agar sedikitnya selama beberapa detik,
bersentuhan dengan sehingga wajah membuat sudut 45
permukaan yang rata derajat dengan permukaan.
(tengkurap) (Jika lulus "Kepala terangkat 45
derajat", anak juga lulus

125
"Mengangkat kepala")

Nomor Urut 4
Item Kepala terangkat 90 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya
sedikitnya selama beberapa detik,
sehingga wajah membuat sudut 90
derajat dengan permukaan. Anak
Letakkan perut anak agar
akan melihat lurus ke atas dan
bersentuhan dengan
biasanya akan bertumpu pada ke dua
permukaan yang rata
lengan
(tengkurap)
(Jika lulus "Kepala terangkat 90
derajat", anak juga lulus "Kepala
terangkat 45 derajat" dan
"Mengangkat kepala")

Nomor Urut 5
Item Duduk dengan kepala tegak
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mempertahankan
Pegang anak dalam posisi kepalanya tegak tanpa ada gerakan
duduk turun naik, sedikitnya selama
beberapa detik

126
Nomor Urut 6
Item Menumpu beban pada kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegang anak dalam posisi
berdiri agar ke dua
Anak dapat menumpukkan beban
kakiknya menapak di atas
pada kakinya beberapa detik, atau
meja. Oerlahan lepaskan
menguatkan kaki dan pahanya ke
pegangan tangan anda dari
meja
badannya tetapi dekatkan ke
kaki dan paha anak

Nomor Urut 7
Dada terangkat dan menumpu pada
Item lengan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepala dan
Letakkan perut anak agar
dadanya menggunakan tenaga dari
bersentuhan dengan
kedua lengan yang diluruskan agar
permukaan yang rata
terlihat anak mengangkat kepalanya
(tengkurap)
lurus

Nomor Urut 8
Item Membalik badan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
127
Selama tes, perhatikan
apakah anak membalikkan
badannya dari posisi
tengkurap ke telentang. Anda melihat anak membalikkan
Jika tidak terlihat, tanyakan badannya dengan sempurna atau
kepada orang tua apakah orang tua melaporkan anak telah
anak pernah membalikkan melakukan hal tersebut sedikitnya 2
badannya dengan baik dari kali
posisi telentang ke
tengkurap atau sebaliknya
sedikitnya 2 kali

Nomor Urut 9
Item Bangkit dengan kepala tegak
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan anak pada posisi
telentang. Pegang tangan
dan pergelangan tangan
Untuk sesaat, kepala anak tidak
anak, lalu dengan mantap
terkulai ketika tubuhnya diangkat.
dan lambat tarik anak ke
Anak juga akan tertarik ke atas dan
posisi duduk. Jika tiba-tiba
menggunakan otot-otot bahu dan
kepala anak terkulai, jangan
lehernya
lanjutkan mengangkat anak
dengan cara apapun ke
posisi duduk

Nomor Urut 10
Item Duduk tanpa pegangan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

128
Pegang anak dalam posisi Anak dusuk sendiri selama 5 detik
duduk di atas meja. atau lebih. Anak dapat meletakkan
Pastikan anak tidak jatuh, tangan di atas paha atau di atas meja
lalu dengan perlahan untuk menyangga tubuhnya
lepaskan tangan anda

Nomor Urut 11
Item Berdiri dengan berpegangan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan anak dalam posisi
berdiri dengan berpegangan
Anak berdiri selama 5 detik
pada benda yang keras,
seperti kursi (bukan orang)

Nomor Urut 12
Item Bangkit untuk berdiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dudukkan anak di lantai di
samping kursi atau meja
yang rendah. Dorong anak Anak menarik badannya sendiri ke
untuk berdiri dan posisi berdiri
meletakkan mainannya di
atas kursi atau meja

Nomor Urut 13
Item Bangkit lalu duduk
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
129
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anak berbaring atau
tengkurap atau berdiri
sambil dipegangi, dorong
anak ke posisi duduk, Jika Anda melihat anak berubah ke posisi
anak tidak melakukan-nya, duduk atau orang tua melaporkan
tanyakan kepada orang tua anak melakukan hal tersebut
apakah anak dapat berubah
ke posisi duduk dengan
usahanya sendiri

Nomor Urut 14
Item Berdiri 2 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Bantu anak berdiri di lantai.
Setelah anak terlihat
mampu menyeimbangkan Anak berdiri tanpa ditopang selama 2
tubuhnya, coba untuk detik atau lebih
menopangnya dari jarak
dekat

Nomor Urut 15
Item Berdiri sendiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak berdiri tanpa ditopang selama
Merujuk pada item motorik
10 detik atau lebih.
kasar nomor 11
(Jika lulus "Berdiri sendiri". Anak

130
juga lulus "Berdiri dengan
berpegangan")

Nomor Urut 16
Item Membungkuk kemudian berdiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anak berdiri di lantai
tanpa sanggahan/pegangan, Anak membungkuk untuk mengambil
letakkan mainan atau bola benda lalu berdiri tanpa berpegangan
di lantai dan dorong anak atau duduk
untuk mengambilnya

Nomor Urut 17
Item Berjalan dengan baik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menyeimbangkan tubuh
Amati apakah anak sudah
dengan baik, jarang terjatuh dan tidak
berjalan
miring

Nomor Urut 18
Item Berjalan mundur
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Minta anak berjalan mundur Anak mundur beberapa langkah tanpa
dengan cara di contohkan duduk atau orang tua melasporkan

131
atau perhatikan apakah anak anak dapat melakukan hal tersebut
melakukan hal ini selama
tes. Jika tidak tanyakan
kepada orang tua apakah
anak dapat berjalan mundur.
Dalam tes ini, kita boleh
menggunakan mainan atau
dengan cara membuka pintu

Nomor Urut 19
Item Lari
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Dorong anak berlari, Anak dapat berlari dengan baik


dengan melemparkan bola (bukan jalan cepat), tanpa terjatuh
kepadanya dengan sengaja atau tergelincir

Nomor Urut 20
Item Berjalan menaiki tangga
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
27 (perlu petunjuk nomor 27 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menaiki tangga. Boleh
Tanyakan kepada orang tua
menggunakan pegangan di sepanjang
apakah anak dapat menaiki
tangga atau dinding, tetapi tidak
tangga
boleh berpegangan pada seseorang

Nomor Urut 21
132
Item Menendang bola ke depan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan bola sekitar 15 cm
Anak menendang bola ke depan
di depan anak. Katakan agar
tanpa berpegangan (Tidak lulus jika
anak menendangnya. Anda
bola digelindingkan atau didorong
dapat melihat bagaimana
dengan kaki, dipukul atau disentuh)
anak melakukannya

Nomor Urut 22
Item Melompat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak melompat atau mengangkat ke
dua kaki pada waktu yang bersamaan.
Minta anak melompat dan
Anak tidak harus menjejakkan kaki
lihat bagaimana ia
ditempat yang sama. Anak tidak
melakukannya
boleh berlari sebelum melompat atau
berpegangan

Nomor Urut 23
Item Melempar bola tangan ke atas
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
28 (perlu petunjuk nomor 28 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Beri anak bola dan berdiri 3 Anak melempar bola dengan
kaki (kira-kira 1 m) darinya. lengannya ke arah anda, antara lutut
Suruh anak melempar bola dan kepala. Lemparan mengarah ke

133
ke arah anda dengan arah atas (tidak ke samping atau ke
lemparan ke atas. Lihatlah bawah). Bola boleh memantul
bagaimana ia melempar. sebelum ditangkap bila diarahkan
Lakukan tes 3 kali antara lutut dan kepala sebelum
terlempar ke bawah (Tidak lulus jika
melempar bola langsung ke bawah
atau menjauhi anda)

Nomor Urut 24
Item Lompat jauh
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
29 (perlu petunjuk nomor 29 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan selembar kertas
(folio) di lantai dan berikan
contoh kepada anak Anak melompati kertas dengan ke
bagaimana melompat dua kaki bersama-sama tanpa
melewati lembaran kertas. menyentuh kertas
Perintahkan anak untuk
melakukan hal tersebut

Nomor Urut 25
Item Berdiri 1 kaki : 1 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak
bagaimana Anak dapat berdiri selama 1 detik
menyeimbangkan diri untuk

134
berdiri dengan 1 kaki tanpa
berpegangan. Perintahkan
anak untuk melakukan hal
tersebut selama ia mampu.
Lakukan tes 3 kali, kecuali
ia dapat menyeimbang-kan
diri selama 6 detik atau
lebih. Catat waktu terlama
dari 3 percobaan. Kemudian
perintahkan anak untuk
menyeimbangkan kaki
lainnya dengan cara yang
sama

Nomor Urut 26
Item Berdiri 1 kaki : 2 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 2 detik.
Merujuk pada item motorik (Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 2
kasar Nomor 25 detik", anak juga lulus "Berdiri 1
kaki : 1 detik")

Nomor Urut 27
Item Melompat dengan 1 kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak berdiri tanpa
Anak melompat dengan 1 kaki
berpegangan, lalu
sebanyak 2 kali atau lebih dalam
perintahkan anak untuk garis, boleh di tempat atau agak jauh

135
melompat dengan 1 kaki. dari lokasi yang pertama, tanpa
Anda dapat menunjukkan memegang sesuatu
bagaimana cara
melakukannya.

Nomor Urut 28
Item Berdiri 1 kaki : 3 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 3 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 3
Merujuk pada item motorik
detik", anak juga lulus "Berdiri 1
kasar Nomor 25
kaki : 2 detik" dan "Berdiri 1 kaki:
1 detik")

Nomor Urut 29
Item Berdiri 1 kaki : 4 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 4 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 4
Merujuk pada item motorik detik", anak juga lulus "Berdiri 1
kasar Nomor 25 kaki : 3 detik", "Berdiri 1 kaki: 2
detik" dan "Berdiri 1 kaki : 1
detik)

Nomor Urut 30
Item Berdiri 1 kaki : 5 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
136
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 5 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 5
Merujuk pada item motorik detik", anak juga lulus "Berdiri" 1
kasarNomor 25 kaki 4 detik","Berdiri 1 kaki : 3
detik", "Berdiri 1 kaki: 2 detik"
dan "Berdiri 1 kaki : 1 detik")

Nomor Urut 31
Berjalan dengan merapatkan tumit ke
Item jari kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
30 (perlu petunjuk nomor 30 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak
cara berjalan di garis yang
lurus dengan menempelkan
tumit salah satu kaki di
depan jari-jari kaki yang
Anak berjalan 4 langkah atau lebih
lain. Berjalanlah 8 langkah,
pada garis lurus dengan meletakkan
lalu perintahkan anak untuk
tumit tidask lebih dari 2,5 cm di
melakukan-nya. Anda dapat
depan jari kaki lainnya tanpa
membandingkan tes ini
berpegangan
dengan berjalan diatas tali
yang tegang dan lurus, bila
perlu berikan contoh
beberapa kali dan lakukan
tes ini sebanyak 3 kali

Nomor Urut 32
Item Berdiri 1 kaki : 6 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
137
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 6 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 6
detik", anak juga lulus "Berdiri 1
Merujuk pada item motorik
kaki : 5 detik", "Berdiri" 1 kaki 4
kasar Nomor 25
detik", "Berdiri 1 kaki : 3 detik",
"Berdiri 1 kaki: 2 detik" dan
"Berdiri 1 kaki : 1 detik")

Klasifikasi hasil test DDST

Normal
0 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak
satu caution.
1 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya
Suspek
0 Bila didapatkan ≥ 2 caution dan/atau ≥ 1
keterlambatan
1 Lakukan uji ulang 1-2 minggu untuk menghilangkan
faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau
kelelahan
Tidak dapat diuji

0 Bila ada skor menolak pada uji ≥ 1 uji coba


terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada
> 1 uji coba yang ditembus garis usia pada umur
daerah 75 – 90%

1 Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu

138
TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Tempat yang tenang/tidak bising, dan bersih
2 Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras
3 Siapkan Perlengkapan Test
4 Siapkan formulir DDST
Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan
5
ramah
Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan,
jelaskan bahwa
6 tes ini bukan untuk mengetahui IQ anak dan
anak tidak diharapkan untuk lulus semua
pemberian item
7 Buat komunikasi yang baik dengan anak
8 Hitung usia anak dan menggambar garis usia
Catat nama anak, tanggal lahir, tanggal
8.1
pemeriksaan
8.2 Menyesuaikan prematur
8.3 Menarik garis usia
9 Urutan Pengujian
Mulai dari sektor personal sosial, sektor
9.1 motorik halus-adaptif, sektor bahasa dan
sektor motorik kasar
Tugas yang mudah harus lebih
9.2
didahulukan,setiap upaya anak harus dipuji
Pemeriksaan yang menggunakan bahan yang
9.3
sama dapat dilakukan secara berurutan
Hanya bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
9.4
ditempatkan di atas meja
Test harus dimulai dengan item yang terletak
9.5 disebelah kiri dari garis usia anak, dilanjutkan ke
item sebelah kanan garis usia
10 Jumlah item yang diuji

139
Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas
perkembangan yang paling dekat di sebelah kiri garis umur
serta tiap tugas perkembangan yang
1
ditembus garis umur

Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah


satu ujicoba pada langkah 10.1 (“gagal”;
“menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan
10.
ujicoba tambahan ke sebelah kiri garis umur
2
pada sektor yang sama sampai anakdapat “lulus”
3 tugas perkembangan.

Bila anak mampu melakukan salah satu tugas


perkembangan pada langkah 10.1, lakukan tugas
perkembangan tambahan ke sebelah kanan garis
3 umurpada sektor yang sama sampai anak
”gagal” pada 3 tugas perkembangan.

Beri skor penilaian :P: Pass/ lulus, F: Fail/


gagal, No: No opportunity/ tidak ada
kesempatan, R: Refusal/ menolak.
Interprestasi Penilaian Individual : Lebih
(advanced), Normal, Caution/ peringatan,
Delayed/keterlambatan, No Opportunity/ tidak
ada kesempatan.
Selama tes perkembangan, amati perilaku anak
Hasil akhir tes DDST : Normal, Suspek, Tidak dapat
diuji
Keterangan :
0= tidak melakukan
1= dilakukan tetapi kurang sempurna
2= dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../60 x 100% =
Banda Aceh,……………2015
Observe

140
BENANG MERAH KLINIS

Seorang anak laki-laki umur 24 bulan dibawa oleh ibunya ke


puskesmas karena belum bisa berbicara, berjalan serta tampak lebih
kurus dibandingkan anak seusianya.
Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan terhadap anak laki-laki
tersebut ?

141
2. ANTROPOMETRI

dr. Syahrial, SpKJ


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Tujuan Belajar : Mampu melakukan pengukuran antropometri


pada bayi dan anak, memasukkan hasil
pengukuran ke dalam kurva CDC-NCHS 2000
dan kurva lingkar kepala dari Nellhaus, sehingga
mampu memantau pertumbuhan anak dengan cara
yang benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
0 Fisiologi Tumbuh Kembang Anak
1 Patofisiologi Tumbuh Kembang Anak

PENGUKURAN BERAT BADAN TERHADAP TINGGI


BADAN
Tujuan pengkuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk dan memonitor
pertumbuhan.

I. Pengukuran Berat Badan/BB


Menggunakan Timbangan Bayi
0 Timbangan bayi digunakan menimbang anak sampai
umur 2 tahun atau selama anak masih bisa
berbaring/duduk tenang.
1 Letakkan timbangan pada meja /permukaan yang datar, keras
dan tidak goyang.
2 Lihat jarum timbangan sampai berhenti
3 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan dengan berdiri pada posisi tegak lurus
dengan jarum.

142
0 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan
gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri. (catat pada status
bahwa penimbangan dilakukan dalam keadaan bayi
bergerak terus/rewel).
4 Mengunakan Timbangan Injak
0mudahLetakan timbangan dilantai yang datar sehingga tidak
bergerak.
1 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0

2 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis,


tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung,
tidak memegang atau mengantongi sesuatu.
3 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

4 Lihat jarum timbangan sampai berhenti

5 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka


timbangan
6 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum
ke kanan dan ke kiri

II. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :


5 Cara Mengukur Dengan Posisi Berbaring
0 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang

1 Bayi dibaringkan telentang dengan pada alas yang datar

2 Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0

3 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar


tetap menempel pada pembatas angka 0 (pembatas
kepala)
4tanganPetugas 2 : tangan kiri memegang lutut bayi agar lurus,
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
5 Petugas 2 membaca angka di tepi,di luar pengukur.

6 Cara Mengukur Dengan Posisi Berdiri :


0 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
143
7 Berdiri tegak menghadap kedepan, tumit menempel pada
dinding/pengukur.
8 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
9 Baca angka pada batas tersebut

Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat


2002):
0 Ukur tinggi/panjang badan anak yang sesuai cara diatas.
1 Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
2 Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau
perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin untuk
mengetahui angka berat badan tersebut, lihat bagian atas
kolom angka standar deviasi (SD).

144
145
146
147
Interprestasi :
Normal : - 2 s/d +2 SD atau Gizi baik
Kurus : < -2 SD s/d – 3 atau Gizi Kurang
Kurus Sekali : < - 3 SD atau Gizi Buruk
Gemuk : > +2 SD atau Gizi Lebih

Intervensi
Lihat Buku pedoman tatalaksana Bizi Buruk, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Contoh :
Seorang anak laki-laki dengan panjang 71 cm dan berat badan 6,8
Kg. Pada kolom panjang badan anak laki-laki 71 cm, apabila ditarik
garis kurus ke kiri ternyata berat badan 6,8 kg terletak pada kolom
6.0-6.9 Kg, kolom < -2 SD s/d – 3 SD; interpretasinya anak kurus.

III. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)


Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12 –
72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
Cara Mengukur Lingkar Kepala :
0 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
1 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
2 Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/ anak
3 Hasil pengukuran dicatat pada grafik kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak (grafik lingkar kepala dari Nellhaus)
4 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.

148
Interpretasi
o Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam “jalur hijau”
(diantara -2 SD dengan +2 SD) maka lingkar kepala anak
normal
o Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau”
maka lingkar kepala anak tidak normal
o Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu
makrosefal bila berada diatas “jalur hijau” (diatas +2 SD) dan
mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau” (dibawah -2 SD)

Intervensi
Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke
rumah sakit

IV. KASUS SIMULASI PENGUKURAN PERTUMBUHAN


(ANTROPOMETRI)
Kasus berat badan tidak naik
Bayi A, laki-laki, umur 11 bulan, dibawa oleh ibu ke Puskesmas
dengan keluhan berat badan tidak naik selama 3 bulan terakhir.
Selama ini bayi ditimbang tiap bulan Posyandu. Berat badan bayi 8
kg, tinggi badan 70 cm, lingkar kepala 44 cm

Tugas:
Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan
tinggi badan menurut umur dan jenis kelamin.
Tentukan status gizi bayi
Gambarkan lingkar kepala bayi pada kurve Nelhaus.
Apakah lingkar kepala bayi normal ?

Kasus anak belum bisa berdiri


Bayi B, perempuan , umur 12 bulan, di bawa oleh ibu ke
Puskesmas dengan keluhan belum bisa berdiri. Bayi lahir ditolong
bidan, tidak bisa langsung menangis. Lama menit kemudian bayi
baru menangis. Berat lahir 2,6 kg. berat badan sekarang 8,8 kg, tinggi
badan 72 cm, lingkar kepala 40 cm.

149
Tugas :
Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan
tinggi badan menurut umur dan jenis kelamin
Tentukan status gizi bayi
Gambarkan lingkar kepala bayi pada kurve Nelhaus.
Apakah lingkar kepala bayi normal ?

Kasus anak belum bisa bicara


Anak C, laki-laki umur 24 bulan, dibawa oleh ibu ke Puskesmas
karena belum bisa bicara. Bayi lahir ditolong bidan, tidak langsung
menangis. Lima menit kemudian baru menangis,berat lahir 2,7 kg.
Berat badan sekarang 11 kg,tinggi badan 83 cm,lingkar kepala 45 cm

Tugas :
Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan
tinggi badan menurut umur dan jenis kelamin
Tentukan status gizi bayi
Gambarkan lingkar kepala bayi pada kurve Nelhaus.
Apakah lingkar kepala bayi normal ?

Kasus anak dengan kelebihan berat badan


Anak D, laki-laki, umur 10 tahun dengan keluhan kegemukan,
dan tidak mau makan karena merasa kegemukan. Berat saat ini 55
kg, tinggi badan 140 cm

Tugas :
Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan
tinggi badan menurut dan jenis kelamin
Tentukan status gizi anak D

Kasus perawakan Pendek


Anak E, perempuan, umur 12 tahun, dibawa oleh ibu karena
tampak lebih pendek dibandingkan dengan teman-temanya di
sekolah. Berat badan 30 kg, tinggi badan 130 cm.

150
Tugas :
Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan
tinggi badan menurut dan jenis kelamin
Tentukan status gizi anak E

151
CHECK LIST: ANTROPOMETRI

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Mempersiapkan pasien (bayi / anak) yang akan
diperiksa
Memberikan penjelasan pada orangtua pasien tentang
tujuan pemeriksaan
Menanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung mundur
umur bayi/anak
PENGUKURAN BERAT(BB)
Menggunakan Timbangan Bayi
Meletakan timbangan pada meja yang datar dan tidak
mudah goyang
Melihat posisi jarum atau angka pada posisi angka nol
Membuka pakaian bayi, topi, kaus kaki, sarung tangan
Membaringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
Melihat jarum timbangan hingga berhenti dengan posisi
tegak lurus jarum jam
Membaca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan
Bila bayi terus menerus bergerak, memperlihatkan
gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah
antara gerakan jarum kekanan dan kekiri
Lakukan interpretasi (kurva NCHS) dan intervensi hasil
pengukuran
5 Menggunakan Timbangan Injak
Meletakkan timbangan dilantai datar dan keras sehingga
tidak mudah bergerak
Melihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka
nol
152
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis,
tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan
kalung dan tidak memegang atau mengantongi
sesuatu
Mempersilakan anak berdiri di atas timbangan tanpa
dipegangi
Melihat jarum timbangan hingga berhenti dengan posisi
tegak lurus jarum jam
Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum
timbangan atau angka timbangan
Bila anak terus menerus bergerak, memperhatikan
gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah
antara gerakan jarum kekanan dan kekiri
Lakukan interpretasi (kurva NCHS) dan intervensi hasil
pengukuran
PENGUKURAN PANJANG BADAN ATAU TINGGI BADAN
Cara mengukur dengan posisi berbaring (sebaiknya
dilakukan oleh 2 orang)
Membaringkan bayi secara terlentang pada alas yang
datar
Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
Petugas 1 : memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas
angka 0)
Petugas 2 : menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
Membaca angka di tepi luar pengukur
f Lakukan interpretasi (kurva NCHS) dan
intervensi hasil pengukuran
PENGUNAAN TABEL BERAT
7 BADAN/TINGGI BADAN
Mengukur tinggi/panjang dan menimbang berat badan
anak sesuai cara diatas
Melihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesusai
dengan hasil pengukuran

153
c Memilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri)
atau perempuan (kanan) seseuai jenis kelamin,
mencari berat badan yang terdekat dengan berat
badan anak
d Dari angka berat badan/tinggi badan (lakukan
interpretasi Kurva NCHS)
8 PENGUKURAN LINGKAR KEPALA ANAK
(LKA)
a Melingkarkan alat pengukur pada kepala anak/
bayi melewati dahi, menutupi alias mata, diatas
kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang
menonjol, kemudian menarik agak kencang
b Membaca angka pertemuan dengang angka 0
c Mencatat hasil pengukuran pada grafik lingkar
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak
d Menginterprestasikan hasil pengukuran lingkar
kepala (kurva Nellhaus) anak bayi

Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../60 x 100% =
%
Banda
Aceh,……………2014
Observer

154
3. TEHNIK INJEKSI

dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu melakukan penyuntikan secara intravena,
intramuskular, subkutan, dan intrakutan dengan baik dan benar.

Pendahuluan

Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena


0 Pada seseorang dengan penyakit berat diperlukan pemberian
obat yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah agar
kadar puncaknya segera tercapai. Misalnya pada kasus
infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga
memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan
obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian
antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi
serius, dokter memberikan anti-biotika jenis ini tanpa
melihat derajat infeksi. Anti-biotika oral (diminum melalui
mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan
infeksi bakteri sama efektifnya dengan antibiotika intravena,
dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi
RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
1 Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas
dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas.
2 Hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat
suntik).
3 Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang
tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna
atas). Pada keadaan seperti ini, selain pemberian obat secara
intravena dapat juga dipertimbangkan pemberian melalui
jalur lain seperti rektal, sublingual, subkutan, dan
intramuskular.
155
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi apabila
diberi obat secara oral (tersedak pada saat minum obat
masuk ke saluran pernapasan), sehingga pemberian melalui
jalur lain dipertimbangkan.
Perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat
dalam darah untuk membunuh bakteri.

II. Persiapan penyuntikan obat melalui Intravena,


Intramuskular, Subkutan, dan Intrakutan
Persiapan Pasien
Inform consent :
0 Beritahukan maksud dan tujuan
1 Kemungkinan rasa tidak nyaman
2 Mintakan persetujuan
Persiapan Obat, Bahan, dan Alat
0 Obat-obat yang diperlukan (beserta cairan pelarut bila
diperlukan)
1 Spuit dan jarum steril (volume spuit tergantung obat yang akan
diberikan)
2 Kasa/kapas steril dan zat desinfektans (alkohol 70%/povidone
iodine 10%)
3 Handyplast atau sejenisnya
4 Handuk dan sarung tangan (tidak perlu steril)
5 Turniket (khusus untuk penyuntikan intravena)
6 Tempat untuk menampung kotoran

III. Cara penyuntikan obat melalui Intravena, Intramuskular,


Subkutan, dan Intrakutan
Teknik penyuntikan obat melalui intravena (IV) 
Pastikan adanya order pengobatan
 Periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu
pemberian
 Peralatan disiapkan
 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education)
dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan,

156
kemudian bantu mengatur posisi yang nyaman.
Pakai sarung tangan
Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial.
Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans secara melingkar dari
dalam ke luar di daerah yang akan dilakukan skin test
Lakukan skin test, jika terdapat reaksi alergi maka batalkan
pemberian obat tetapi jika tidak ada reaksi alergi maka
penyuntikan bisa dilanjutkan
Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk di daerah yang bebas
peradangan
Bila vena sudah ditemukan misalnya basilika, atur lengan lurus
dan pasang turniket sampai vena benar-benar dapat dilihat dan
diraba kemudian desinfeksi daerah yang akan disuntik dengan
menggunakan kapas/kasa yang berisi desinfektans
Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih
terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan
Secara perlahan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi
jarum sejajar dengan vena dan lubang jarum menghadap ke
atas. Untuk mencegah vena tidak bergeser, tangan yang tidak
memegang spuit dapat digunakan untuk menahan vena sampai
jarum masuk vena
Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spuit. Bila
terisap darah berarti sudah di dalam vena, bila sudah di dalam
vena maka lepaskan turniket dan masukkan obat perlahan-
lahan sampai habis.
Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang ke
tempat pembuangan kotoran.
Tutup daerah penyuntikan dengan handyplast atau sejenisnya
Observasi keadaan pasien dan catat semua tindakan anda
kemudian tanda tangan (nama terang)

157
Gambar 1. Pemasangan infus dan penyuntikan intravena yang tidak
benar (karena di atas sendi)
NB : Jangan gunakan vena punggung tangan bila anda memberikan :
Asam Amino + glukosa; Glukosa + elektrolit; D5 atau NS yang
telah dicampur dengan obat suntik atau Meylon karena dapat
menyebabkan plebitis.

Teknik penyuntikan obat melalui intramuskuler (IM)


0 Pastikan adanya order pengobatan
1 Periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu
pemberian
2 Peralatan disiapkan
3 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education)
dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan,
kemudian bantu mengatur posisi yang nyaman.
4 Pakai sarung tangan
5 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial.
6 Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari
peradangan. Pada orang dewasa umumnya di daerah gluteal
lateral atas dan pada anak di daerah deltoid
7 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans secara melingkar
dari dalam ke luar
8 Lakukan skin test, bila skin test negatif lanjutkan
9 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih
terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan
10 Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk
membentangkan kulit pada area yang akan ditusuk, pegang
spuit antara jempol dan jari-jari kemudian tusukkan jarum
secara tegak lurus pada sudut 90°
11 Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak me-
ngenai pembuluh darah dengan cara menarik pengokang. Bila
terisap darah, maka segera cabut spuit, buang dan ganti yang
baru. Bila tidak terisap darah, maka masukkan obat dengan
cara mendorong pengokang spuit
12 Bila obat sudah masuk semua, maka segera cabut spuit dan
lakukan pijatan pada area penusukan

158
13 Buang spuit ke tempat pembuangan kotoran
14 Tutup daerah penyuntikan dengan handyplast atau sejenisnya
15 Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman

Penyuntikan obat melalui subkutan


0 Pastikan adanya order pengobatan
1 Periksa urutan medikasi, rute, dosis, dan waktu pemberian
2 Peralatan disiapkan
3 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education),
dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan,
kemudian bantu mengatur posisi yang nyaman
4 Pakai sarung tangan
5 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial
6 Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari
peradangan
7 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans dari dalam ke luar
8 Lakukan skin test (bila perlu), bila skin test negatif lanjutkan
9 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih
berisi udara maka udara harus dikeluarkan
10 Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-
jari pada area injeksi dengan telapak tangan menghadap ke
o
arah samping atau ke atas dengan kemiringan 45
11 Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk meng-
angkat dan merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan
mantap tangan yang lain menusukkan jarum
12 Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak me-
ngenai pembuluh darah dengan cara menarik pengokang. Bila
terisap darah, maka segera cabut spuit, buang dan ganti yang
baru. Bila tidak terisap darah, maka masukkan obat dengan cara
mendorong pengokang spuit
13 Bila obat sudah masuk semua, maka cabut spuit dan lakukan
pijatan pada area penusukan. Buang spuit pada tempat
pembuangan kotoran
14 Tutup daerah penyuntikan dengan handyplast atau sejenisnya
15 Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda kemudian
tanda tangan (nama terang)
159
Teknik Penyuntikan obat melalui intrakutan
0 Pastikan adanya order pengobatan
1 Periksa urutan medikasi, rute, dosis, dan waktu pemberian
2 Peralatan disiapkan
3 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education),
dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan,
kemudian bantu mengatur posisi yang nyaman
4 Pakai sarung tangan
5 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial
6 Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari
peradangan
7 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans dari dalam ke luar
8 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih
berisi udara maka udara harus dikeluarkan
9 Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-
jari pada area injeksi dengan telapak tangan menghadap ke
arah samping atau ke atas
10 Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk meng-
angkat dan merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan
mantap tangan yang lain menusukkan jarum dengan kemi-
ringan 15°. Obat akan menimbulkan tonjolan (skin wheal) di
bawah kulit
11 Jangan lakukan pijatan dan jangan tutup dengan benda apapun
12 Cabut spuit dan buang ke tempat pembuangan
kotoranObservasi keadaan pasien dan catat tindakan anda,
kemudian tanda tangan (nama terang)

160
CHECKLIST: TEHNIK INJEKSI
No Aspek yang dinilai Nilai
01 2
Persiapan
1 Inform consent, lokasi, posisi dan skin tes ( bila perlu)
2 Alat, obat dan bahan
3 Cuci tangan kemudian gunakan sarung tanagn steril
secara aseptic (tidak perlu dipraktikan)
4 Bersihkan kulit secara melingkar dari dalam keluar
Penyuntikan Intravena
5 Tentukana vena yang akan ditusuk, pasang turniket
dibagaian proksimal
o
6 Tujuk perlahan jarum dengan posisi 30
Lakukan aspirasi, lepaskan turnikel sambil difiksasi,
7 masukkan obat perlahan – lahan, cabut jarum sambil
menekan dengan kasa.
Penyuntikan Intramuskular
Fiksasi musculus yang akan diinjeksi, masukkan jarum
o
8 kearah 90
Lakukan aspirasi, bila tidak muncul darah, dorong obat
9 secara perlahan dan cabut spuitnya
Penyuntikan Subkutan
o
10Fiksasi kulit tusuk secara prlahan dengan arah 45
Lakukan aspirasi, bila tidak muncul darah, dorong obat
11 secara perlahan dan cabut spuitnya
Penyuntikan Intrakutan
Pegang erat lengan pasien, arahkan spuit dengan
o
12dengan sudut 15
Tusukkan spuit pada epidermis, lalu dorong cairan
13obatnya hingga timbul benjolan, lalu cabut spuitnya
Pasca Penyuntikan
14 Bila tempat penyuntikan mengeluarkan darah, tekan
dengan kasa steril sampai pendarahan berhenti
15 Rapikan pasien, atur kembali dalam posisi yang

161
nyaman lalu lepaskan sarung tangan
16 Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda kemudian
tanda tangan (nama terang)

Keterangan :
: Tidak melakukan
: Dilakukan tapi kurang sempurna
: Dilakukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan ketrampilan : Skor total ….. / 32 x 100% = %

Banda Aceh,……………2015
Observer

162
4. ANAMNESIS KASUS SENSITIF

dr. Syahrial, SpKJ


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik komunikasi dengan menggali
mengumpulkan informasi seluas mungkin mengenai perjalanan
alamiah penyakit yang bersifat sensitif, sehingga berlangsung secara
efektif & efisien

Dalam melakukan Diagnosis Fisik terhadap pasien atau kliennya,


dengan urutan pemeriksaan sebagai berikut : anamnese, palpasi,
perkusi, auskultasi, kalau perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
tambahan, yaitu pemeriksaan melalui, EKG, laboratorium klinik,
roentgen, dan lain- lain sesuai dengan kebutuhannya.
Tulisan ini hanya membicarakan tentang Anamnese terhadap
kasus sensitif dalam sistem Diagnostik Fisis. Dokter dituntut
punya ketrampilan dalam melakukan komunikasi dan mampu
memotivasi pasiennya, sehingga mau bekerja sama untuk
melaksanakan pengobatannya, diet, istirahat, sehingga waktu
penyembuhan menjadi lebih singkat.

Anamnese, yaitu usaha untuk mencari dan mengetahui riwayat


penyakit pasien, baik keadaan sekarang, riwayat penyakit masa
lalu, maupun Riwayat Sosialnya. Pekerjaan ini dilakukan melalui
wawancara (anamnese) dengan pasien atau keluarganya, yang
terdiri dari Allonamnese dan Heteroanamnese.

Alloanamnese dilakukan melalui tatap muka antara anda sebagai


dokter dengan pasien anda (klien medik). Anda dituntut menjadi
pendengar yang baik, dalam meminta informasi pada pasien anda,
anda “bukan sebagai penyidik perkara”. Pasien harus diberikan
waktu yang cukup untuk menjelaskan riwayat penyakitnya,
keluhannya, menggunakan kata-katanya sendiri. Diharapkan

163
perasaan yang tersembunyi didalam dirinya yang menyangkut
tentang rahasia penyakitnya. Rahasia penyakit pasien dapat
terungkap juga melalui ekspresi wajahnya (wajah sebagai media
ekspresi perasaan), kata-katanya yang digunakannya. Dokter harus
mampu mengorek keterangan-keterangan khusus dari penderita
tentang perjalanan penyakitnya. Pertanyaan yang diajukan makin
lama makin mendalam, semakin khusus, sampai mencapai titik
klimak. Kemudian lanjutkan lagi wawancara anda kepada
pertanyaan-pertanyaan terbuka dan santai. Dalam komunikasi ini
anda jangan membuat pertanyaan dengan jawaban “ ya atau tidak”

Menurut Dittman, Saluran Komunikasi Perasaan, manusia


menjadikan wajahnya sebagai media ekspresi perasaan, sebagian
kecil manusia juga menyatakan perasaan melalui perilaku non verbal
lainnya, antara lain gerak-gerik anggota tubuh, ruang antar pribadi,
penyuaraan, yang seluruhnya sangat tergantung dari tingkat
partisipasi, situasi dan kondisi serta latar belakang kebudayaan
komunikan (misalnya parasaan malu). Dittman mengatakan ada 3
saluran yang digunakan untuk menyatakan perasaa, yaitu:
Audible, merupakan saluran pernyataan emosi melalui bahasa dari
pralinguistik,
Visual, merupakn saluran pernyataan emosi melalui tampilan raut
wajah dan gerakan anggota tubuh.
Pycho-psysiological, merupakan saluran pernyataan emosi berupa
“tanda” yang memancar dari dari fungsi gerakan-gerakan tubuh.
Contoh, suara terengah-engah, memukul-mukul kepala
(gambaran ketakutan dan kebingungan).

Heteroanamnese, adalah keterangan tentang perjalanan penyakit


pasien, malalui wawancara malalui orang ketiga (orang lain), yaitu
orang-orang yang mengetahui banyak hal ihwal dan perjalanan
penyakit si penderita. Pada pasien anak, mungkin si anak tidak
mampu berkomunikasi dengan baik tentang masalah penyakitnya,
maka orang tuanya yang di wawancarai, mungkin juga saudaranya,,
pada pasien dewasa termasuk teman dekatnya. Data yang diperoleh

164
belum tentu valid, maka perlu diadakan cross-check terhadap hasil
wawancaranya dan perlu konsistensi jawaban yang diberikan.
Pada dasarnya heteroanamnese tidak jauh berbeda dengan
anamnese biasa. Perbedaannya terletak orang atau individu yang di
wawancarai atau individu yang diminta data atau keterangannya,
ialah keluarga atau orang terdekat dengan kliennya dan yang
bersangkutan mengetahui benar tentang data penyakit si klien
tersebut. Dalam pemeriksaan anamnese dokter meminta bantuan
untuk dapat mendatangkan keluarga atau temannya si klien yang
benar-benar tahu tentang keadaan si pasien. Hal ini diperlukan untuk
kelengkapan data dan penegakan diagnosis yang tepat dan benar.
Heteroanamnese banyak digunakan pada pasien anak-anak dan
pasien gangguan jiwa.
Tahapan-tahapan dalam melakukan heteroanamnese, sama cara
melakukan anamnese biasa, yang perlu ditekankan identitas
keduanya dicatat, bagaimana hubungan antara pasien dengan
sipemberi informasi, bagaimana kedekatannya sehingga keterangan
yang didapat betul-betul akurat.

III. ANAMNESIS KASUS SENSITIF


Anamnesis kasus sensitif meliputi anamnesis yang menyangkut
informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang tabu, berkaitan
dengan hubungan organ seksual, pekerjaan yang memalukan,
perbuatan-perbuatan yang dilakukan klien melanggar agama
atau melanggar kesusilaan, hal-hal yang tidak umum
dibicarakan sehingga dapat menurunkan martabat pribadinya,
sehingga pasien sangat enggan memberikan informasinya,
walaupun informasi tersebut sangat membantu dokter dalam
menegakan diagnosisnya.
Dokter maupun pasien sering akan mendapat kesulitan dalam
berkomunikasi, dimana si pasien tidak mengemukakan semua
keluhannya atau tanda-tanda penyakit yang dideritanya, (pasien tidak
berterus terang) dokter enggan untuk menggali informasi lebih lanjut.
Pasien dalam menjawab pertanyaan dokter menggunakan bahasa
isyarat yang tidak dapat di mengerti oleh dokter. Hal-hal diatas akan
dapat merugikan kedua belah pihak, dokter tidak mendapat informasi

165
yang lengkap, sehingga dalam memberi diagnosis tidak tetap, maka
terapinya juga tidak maksimal. Keadaan ini akan menimbulkan biaya
pengobatan menjadi lebih tinggi dan masa penyembuhan penyakit
menjadi lebih lama.
Sejak pasien masuk keruang periksa dokter, seharusnya dokter
sudah harus mengetahui kemungkinan akan adanya hal-hal yang
sangat sensitip dari si pasien maupun dari pengantar pasien, baik
sebagai orang tuanya yang mengantar anaknya dengan retardasi
mental, pasangan muda-mudi yang belum menikah, sangsi-sangsi
dalam mengutarakan keluhannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anamnesis pada
kasus sensitif, antara lain adalah,

Identitas Penderita
Komunikasi antara dokter dengan pasien berlangsung sejak
bertemu pertama di kamar dokter, atau di bangsal, timbul sambung
rasa awal sampai akhir pelaksanaan anamnesis. Identitas yang
diperlukan, meliputi : nama, umur, alamat tempat tinggal, pekerjaan,
nama keluarga, serta data pribadi lainnya misalnya teman sekamar,
teman sekantor, teman berkencan, cara memperoleh penghasilan
tambahan dan sebagainya. Dokter sudah harus siap dengan yang
berkemungkinan terhadap hal-hal yang sensitif, keengganan pasien
mengungkapkan hal-hal yang tabu, pasien menggunakan bahasa non
verbal, ada rasa malu, berbicara lirih, ataupun menggunakan istilah
khusus. Hal ini menjadi lebih sensitif atau menjadi lebih peka apabila
menyangkut pertanyaan tentang organ kelamin, kemampaun
seksual/impotensi, pernah mengunjungi tempat prostitusi, pernah di
rawat di rumah sakit jiwa, pernah di penjara, pernah menggunakan
narkoba, pernah menggunakan jasa paranormal, penggunaan obat
kuat untuk seksual dan sebagainya.
Nama seseoang dapat menjelaskan tempat asalnya, keturunannya,
pangkat dan keturunannya, sehingga si pasien sering memberi nama
samarannya dan enggan memberikan nama lengkap serta
pekerjaannya atau kedudukannya. Doker harus berprasangka ada
sesuatu yang disembunyikan pasiennya. Sering juga pasien segan
menyebutkan umur yang sebenarnya, terutama pada wanita yang

166
belum kawin ataupun kawin dini, minta hanya ditulis umur dewasa.
Keadaan ini juga menunjukkan sifat terbuka atau tertutup dari si
pasien.
Alamat yang disembunyikan si pasien, berkaitan dengan
desanya/kampungnya terkenal kampung kambuh, kotor, banyak
pemuda nakal dan sebagainya, tetapi dapat sebaliknya, kampung
muslim/perumahan elite yang bersangkutan merasa malu atau
kampungnya tercemar karena ulahnya. Si pasien memberi alamat lain
atau menyebutkan tinggal di sekitar atau seputar terminal. Informasi
tentang pekerjaan sering juga di sembunyikan, karena pekerjaannya
kurang wajar, misalnya mucikari, pekerja diskotik, wanita penghibur,
lelaki penghibur, pemulung dan sebagainya.
Status perkawinan pasien juga merupakan hal yang sensitif,
misalnya kawin sudah berkali-kali, status janda, duda, atau status
pisah ranjang dan sebagainya termasuk dalam hal yang sensitif.
Untuk mendapat yang konkrit, dokter punya sifat terbuka,
mampu berkomunikasi yang baik dan pasien tidak boleh dihakimi.

Cara melakukan anamnese


Hambatan komunikasi, dokter sudah harus mampu mengetahui
atau mengidentifikasi sejak awal. Mengatasinya sejak terjalinnya
sambung rasa, terlihat adanya sikap malu-malu dari si pasien, sikap
pasien yang berusaha untuk menutupi informasi, pasien berbicara
lirih atau sangsi-sangsi melihat kiri kiri kanan seakan-akan
rahasianya kurang terjamin karena kamar praktek dokter tidak
tertutup rapat, mungkin juga menggunakan istilah khusus untuk
bagian badannya yang tabu (organ kelamin). Hal-hal diatas
memperlihatkan sebagai suatu isyarat bahwa pasien mempunyai
masalah yang berkaitan dengan hal-hal yang sensitif.
Kalau si dokter telah memutuskan menghadapi pasien dengan
kasus sensitif, maka dokter haruas mampu menyakinkan rahasia yang
disampaikan pasien cukup terjamin, ruang praktek juga terjamin
kerahasiaannya. Dokter harus dapat menunjukkan sikap formal
sebagai dokter, berwibawa dan sopan. Dokter harus serius dalam
mendengar keluhan pasien, mampu memperhatikan bahasa non
verbal, bahasa ini dapat lebih jujur dalam menyuarakan isi hati.

167
Dokter harus mampu memberikan keyakinan pada pasien, data yang
diberikan pasien betul-betul untuk kelengkapan informasi medis,
untuk lebih akuratnya diagnosis dan pengobatannya yang diberikan
dokter. Perhatikan pola pasien dalam berkomunikasi, apakah suka
berbicara terus terang, atau suka berbelit-belit dan sebagainya. Kalau
informasi tidak lengkap dokter harus melengkapi pada kunjungannya
yang berikutnya.
Dalam wawancara jangan dokter bertindak menebak informasi
dari si kliennya, biasanya pasien tidak merasa senang bila ditebak,
biarkan pasien menjawab dengan bebas. Gunakan pertanyaan terbuka,
kecuali bila melakukan cross-check.
Penguasaan bahasa non verbal dari dokter sangat diperlukan yaitu
membantu dokter dalam menangkap semua informasi yang di
sampaikan si pasien. Dokter pria sangat sulit mendapat informasi dari
pasien perempuan kalau menyangkut informasi tentang kelainan
yang menyangkut organ kelamin, juga sebaliknya kalau dokter
perempuan dengan pasien laki-laki. Dokter harus menyampaikan
pada pasiennya informasi dari si pasien sangat diperlukan untuk
mampu menegakkan diagnosa, pengobatan yang tepat, sehingga
waktu pengobatan menjadi lebih singkat.
Istilah-istilah diagnostik kedokteran, juga sering bermasalah,
pasien anak yang dibawa orang tuanya, malahan pasien orang dewasa
juga tidak dapat menerima, kalau di diagnosa sawan atau epilepsy.
Orang tua barangkali mengatakan anaknya kena penyakit santet atau
kena guna-guna disetai kejang. Dokter tidak boleh memvonis si
pasien dengan sakit epilepsi atau ayan, tetapi jelaskan tentang
penyakit tersebut dapat diobati, tetapi harus kontrol dan makan obat
yang teratur. Dokter sebaiknya menjelaskan perjalanan penyakit
tersebut dengan bahasa yang di mengerti si pasien.
Istilah atau bahasa-bahasa yang sering dipakai masyarakat, dalam
anamnese keluhan sensitif harus di kuasai oleh dokter, misalnya
penyakit TBC dikenal dengan istilah flek paru, epilepsi dengan
sawan/santet, gonorhoe dengan istilah flek alat kelamin, retardasi
mental dengan kurang tanggap atau kurang perhatian. Istilah
tersebut harus di mengerti si dokter, barangkali untuk menjaga proses
komunikasi yang baik dengan pasiennya, tetapi dokter harus mampu

168
menjelaskan pada kliennya tentang segala resiko dari penyakit
tersebut, apalagi kalau pengobatannya tidak benar karena dokter
tidak mendapat informasi yang benar dari si pasien.

Penggalian riwayat penyakit dengan kasus sensitif


Usaha untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita pasien,
terutama penyakit-penyakit yang sensitif dan stressor, harus di
anamnesis dengan hati-hati, tidak mengganggu perasaan pasien.
Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain, anak retardasi
mental, epilepsi, kasus-kasus depresi, penyakit kelamin, gangguan
seksual, deviasi seksual (lesbian, homoseksual), HIV/AIDS dan lain-
lain. Dokter sangat mengharapkan keterbukaan pasien sehingga ada
kerelaan si pasien dalam memberikan informasi. Dokter harus
mampu menyakinkan pasien, semua informasi untuk membantu
menegakkan diagnostik penyakitnya, sehingga pengobatan tetap
sasaran, waktu penyembuhan/perawatan menjadi singkat, semua
informasinya adalah kerahasiaan pasien.

Permohonan pemeriksaan bagian tubuh yang dianggap sensitif


Sebagai kelanjutan dari anamnese, dokter perlu memeriksa
bagian tubuh tertentu dari pasien yang merupakan daerah tubuh yang
dianggap sangat sensitif oleh si pasien, yang meliputi organ
vital/kelamin, mammae, dubur dan sebagainya. Dokter harus
memberikan penjelasan yang tepat dan pasien harus memberikan
persetujuan sebelum tindakan dilaksanakan, beritahukan juga kadang
kala pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit, untuk itu si pasien
diajak terus berbicara ringan untuk mengalihkan perhatian si pasien

Penyampaian diagnosis kasus sensitif


Dalam menginformasikan prognosis penyakit pada si pasien,
barangkali dapat menyinggung perasaan pasien, dokter seharusnya
mengetahui tingkat sensitivitas pasien dalam menerima diagnostik
penyakitnya. Dokter harus mampu menggunakan bahasa yang
dipakai masyarakat tentang istilah penyakit tersebut. Yang termasuk
kelompok penyakit sensitif, antara lain retardasi mental, epilepsi,
gangguan jiwa, kelompok penyakit kelamin, TBC dll.

169
Penyampaian informasi kasus sensitif
Dokter harus mampu berkomunikasi, memotivasi pasien dengan
baik. Apabila sudah terjalin sambung rasa yang mantap, biasanya
pasien akan mampu menerima dan mau melakukan dengan rela apa
yang diminta dokter, untuk kesembuhan penyakitnya. Ajak pasien
mau berdiskusi tentang penyakit yang dideritanya, dengan harapan
pasien dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya.
Dengan pemberian informasi yang jelas serta tidak menyinggung
perasaan dan tidak mengganggu pola sentra si pasien diharapkan
menimbulkan ketentraman dalam keluarga si pasien. Hindari hal-hal
yang dapat mencetuskan keributan dalam keluarga atau pasangan
suami isteri yang berkaiatan dengan terinfeksinya salah seorang dari
mereka dengan infeksi penyakit kelamin, misalnya terkena infeksi
gonorhoea, jelaskan bagaimana kemungkinan terifeksinya dan karena
adanya perselingkuhan. Kasus anak dengan retardasi mental,
penyakit ini bukan karena faktor keturunan saja, tetapi juga dapat
disebabkan faktor eksternal diluar kemampuan suami-isteri, juga
dapat terjadi karena proses pertumbuhan janin dalam kandungan.
Konselor (dokter) harus mempunyai sifat kepekaan dalam menerima
dan memberi informasi dan penjelasan yang baik pada kasus-kasus
sensitif.

170
Referensi

Adams, (1995) Diagnosis Fisik, Jakarta, EGC


Alo Leliweri, (1997) Komunikasi Antarpribadi, Bandung, Citra
Aditya Bakti
Delp & Manning (1996) Diagnosis Fisik, Jakarta, EGC
Gerungan, WA (1994) Psikologi Sosial, Bandung, Eresco
M.Jusuf Hanafiah & Amri Amir (1999), Etika Kedokteran & Hukum
Kesehatan, Jakarta, EGC
Parsons, RD (1994) Counseling Strategies And Intervention
Techniques For The Human Services, Boston. Allyn and Bacon

171
CHECKLIST: ANAMNESIS KASUS SENSITIF
Skor
No Aspek yang dinilai 0 1 2
I Aspek keterampilan komunikasi :
1. Membina sambung rasa
- Memperlihatkan sikap menerima
- Mempersilahkan duduk
- Menyebutkan nama pasien pada awal anamnesis
2. Keterampilan mengumpulkan informasi :
- Melakukan cross check
- Menggunakan bahasa verbal yang dipahami dan
non verbal
- Mengajukan pertanyaan yang tepat
- Mampu mencatat/mengutarakan kembali secara
sistematis & benar
3. Keterampilan menjaga proses anamnesis :
- Menjadi pendengar yang baik
- Penampilan baik, ramah, berwibawa
4. Keterampilan menggali dan mendiskusikan hal
yang sensitif :
- Menunjukkan empati
- Menjelaskan kepentingan penggalian data yang
sensitif
- Meyakinkan kerahasiaan data tersebut
- Memberikan informasi dengan bahasa yang
mudah dipahami terhadap hal-hal yang bersifat
sensitif

172
II Aspek keterampilan menggali informasi :
5. Menanyakan identitas :
- Menanyakan nama, umur
- Menanyakan alamat dan pekerjaan
6. Menanyakan keluhan utama
7. Menggali riwayat penyakit sekarang :
- Kapan mulai
- Frekuensi
- Sifat
- Lama diderita
- Letaknya
- Penyebaran
- Akibatnya
- Pengobatannya
8. Menggali riwayat penyakit dahulu
- Ada/tidaknya penyakit sebelumnya, khususnya
berkaitan dengan keluhan
- Penyakit lain yang pernah diderita
9. Menggali penyakit keluarga dan lingkungan
- Menanyakan apakah ada anggota
keluarga/tetangga yang sakit serupa
10. Melakukan anamnesis sistem
- Keluhan sistem yang berkaitan dengan keluhan
utama
- Sistem lain yang ada
Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../58 x 100% = %

Banda Aceh,……………2015

Observer

173
5. TEKNIK PEMASANGAN INFUS
dr. Syahrial, SpKJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan infus intravena dengan
baik dan dengan langkah-langkah yang benar

Pendahuluan
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh.

Gambar 1. Pemasangan infus intravena

Secara umum, keadaan-keadaan yang memerlukan pemberian cairan


infus adalah:
Perdarahan dalam jumlah banyak (oleh trauma yang mengenai organ
yang sangat vaskular dalam perut, perdarahan berat dalam rongga
dada, perdarahan berat retroperitoneal, fraktur panggul, fraktur
femur bilateral, dan ruptur aorta)
Kehilangan cairan tubuh bukan darah dalam jumlah yang ba-nyak
(oleh heat stroke, diare dan demam yang berat dan luka baker
yang luas) yang mengakibatkan dehidrasi
174
Semua keadaan yang menyebabkan penderita tidak dapat atau tidak
diperbolehkan intake peroral.

Kontraindikasi pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah


vena:
Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil
yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai
dan kaki).
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau
“tusukan” berulang pada pembuluh darah.
Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar
(bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus membus
pembuluh darah.
Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena,
terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan
benar.
Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah,
terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke
dalam pembuluh darah.

Persiapan obat-obatan
0 Cairan Infus
0 Elektrolit : NaCl 0,9%, ringer laktat, ringer asetat,
dextrose 5%, dll

1 Koloid, dll
1 Desinfektan ( alkohol 70% / povidone iodine 10%)

175
Persiapan alat-alat
0 Sarung tangan
1 Blood/Infusion set
b. Wing Needle/Surflow(cathether infusion)
2 Adhesive tape
3 Spuit
4 Elastic Bandage
5 Tiang Infus
Persiapan pasien
Inform Consent
Cara pemasangan infus intravena
Siapkan jalur intravena
Pasang cairan infus dan jalurnya (infusion set), dan letakkan pada
tiang infus. Kosongkan udara dalam jalur.

(A) (B)
Gambar2.(A) Lokasi pemasangan infus intravena, (B) Pemasangan
cairan infus dan jalurnya (infusion set), yang diletakkan pada tiang
infuse
Penolong memakai sarung tangan
Disinfeksi lokasi pemasangan dengan povidone iodine dan atau
alkohol

176
Gambar 3. Desinfeksi lokasi pemasangan dengan povidone iodine
dan alkohol dan membendung vena dengan bantuan
penolong lainnya.
e. Bendung vena dengan elastic bandage atau dengan bantuan
penolong lainnya
f. Tusuk wing needle/surflow dengan perlahan pada kulit yang
diregangkan ke arah jantung dengan buffle menghadap ke
superior

Gambar 4. Menusuk surflow dengan perlahan pada kulit yang


diregangkan ke arah jantung
Bila tampak darah vena mengalir keluar :
0 Bila memakai wing needle langsung sambungkan ke jalur
intravena yang sudah disiapkan.
1 Bila memakai surflow tarik jarum perlahan sambil kateter
dimasukkan. Kemudian sambungkan dengan jalur intravena
yang sudah disiapkan.

0 Catatan : jangan sampai ada emboli udara yang


masuk h. Fiksasi dengan baik dan benar

Evaluasi
a. Bila terjadi ekstravasasi di lokasi tusukan segera lepaskan
jarum/surflow dan ulangi di tempat lain/ke arah proksimal
Bila darah vena mengalir ke dalam jalur intravena line berarti ada
tekanan yang tinggi pada vena, maka tinggikan botol infus
Hitung dengan benar kecepatan pemberian cairan yang diperlukan.
177
CHECKLIST : IV LINE
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1 Persiapan
• Pasien : inform consent, lokasi pemasangan
• Alat-alat dan bahan
Pasang cairan infus dan jalurnya (infusion set), dan
2 letakkan pada tiang infus. Kosongkan udara pada
jalur
3 Penolong memakai sarung tangan
Desinfeksi lokasi pemasangan dengan povidone
4
iodine dan atau alkohol
Bendung vena dengan elastic bandage atau dengan
5
bantuan penolong lainnya
Tusuk wing needle/surflow dengan perlahan pada
6 kulit yang diregangkan ke arah jantung dengan
buffle menghadap ke superior
7 Bila tampak darah vena mengalir keluar :
 Bila memakai wing needle tunggu sampai selang
wing needle terisi penuh dengan darah lalu
sambungkan kejalur intravena yang sudah
disiapkan
 Bila memakai surflow tarik jarum perlahan
sambil kateter dimasukkan, kemudian
sambungkan dengan jalur intravena yang sudah
disiapkan
8 Fiksasi dengan baik dan benar
9 Evaluasi :
 Bila terjadi ekstravasasi cairan di lokasi tusukan
segera lepaskan jarum/surflow dan ulangi di
tempat lain/ke arah proksimal.
Keterangan : 0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../22 x 100% = %
Banda Aceh,……………2015
178
BAB III
DEWASA DAN MASA TUA

179
1. PEMERIKSAAN FOTO THORAK
dr. Iskandar Zakaria, SpR
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu membaca foto rontgen toraks PA normal
Mahasiswa mengerti teknik pembuatan foto rontgen khususnya foto
toraks PA dan Lateral

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai:
Anatomi Paru
Fisiologi Paru

Pendahuluan
Suatu penilaian yang tepat dan teliti terhadap foto toraks
memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi normal
toraks. Dalam keadaan normal pun anatomi seseorang itu mungkin
sangat berbeda satu dengan yang lainnya, sedangkan batas-batas
antara yang sehat dan sakit kadang sangat samar. Oleh karena itu,
untuk dapat mengetahui apa yang sakit, terlebih dahulu perlu dimiliki
pengetahuan-pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk
dalam batas-batas normal.

Toraks Orang Dewasa


Foto torakas pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang
toraks termasuk tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru,
klavikula, skapula, dan jaringan lunak dinding toraks.
Toraks terbagi dua oleh mediastinum. Di sebelah kiri dan kanan
mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara, yang relatif
radiolusen (hitam) bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding
toraks dan bagian atas abdomen relatif radio-opak (putih).

180
Tulang-tulang Toraks
Walaupun pemeriksaan roentgenologik dada terutama
dimaksudkan untuk menyelidiki organ intratorakal seperti jantung
dan paru-paru, namun semua tulang-tulang kerangka toraks juga
dapat dilihat dengan jelas, sehingga dapat pula diketahui bila terdapat
kelainan pada tulang-tulang tersebut. Tulang-tulang ini termasuk :
kedua tulang skapula, klavikula, sternum, vertebra servikal & torakal,
dan iga-iga.
Bentuk toraks mempunyai variasi yang sangat luas pada keadaan
normal dan bergantung pada umur dan habitus seseorang. Sternum
biasanya tidak dapat dilihat jelas pada foto PA (posteroanterior),
karena adanya superposisi dengan veretebra torakal, tetapi bagian
pinggir manubrium sering dapat dilihat dengan baik. Untuk melihat
sternum, lebih baik dibuat foto lateral dan foto dengan teknik khusus
dari belakang agak miring kedepan tengah.
Iga-iga yang terletak sebelah anterior lebih tinggi disebelah
lateral daripada disebelah medial, sehingga iga-iga kiri-kanan yang
sama nomornya kira-kira membentuk huruf “V”. Sedangkan iga yang
terletak disebelah posterior, sebelah medial lebih tinggi daripada
sebelah lateral, sehingga iga-iga yang sama nomornya membentuk
huruf “A”. Bagian-bagian iga yang terletak paling anterior dan
berhubungan dengan sternum pada orang muda masih merupakan
tulang rawan (kartilago), sehingga tidak terlihat pada foto rontgen.
Dengan makin meningkatnya umur dan pada keadaan-keadaan
tertentu, sebagian kartilago akan mengapur, mengakibatkan
bayangan-bayangan dengan densitas tinggi, berbintik secara tidak
teratur.
Sela-sela interkostal diberi angka menurut iga disebelah atasnya.
Iga-iga yang terletak dibawah diaragma tidak terlihat jelas, karena
tingginya densitas organ abdomen.
Kedua skapula sering menyebabkan superposisi pada dinding
toraks bagian atas sehingga margo vertebralis dan margo inferiornya
menutup bagian lateral paru-paru bagian atas. Superposisi ini dapat
dihindarkan dengan mengadakan endorotasi maksimal dipersendian
bahu pada waktu foto dibuat.

181
Pada foto yang dibuat untuk menyelidiki paru, sebagian besar
vertebra torakal tidak dapat dilihat satu persatu karena tertutup oleh
bayangan mediastinum yang sangat radio-opak. Untuk dapat melihat
semua vertebra torakal dengan jelas, perlu dibuat foto yang keras
dengan daya tembus yang lebih tinggi, misal pada skoliosis.

Jaringan-jaringan lunak
Jaringan lunak dinding toraks, baik yang terletak di sebelah
depan maupun dibelakang, mungkin merupakan bayangan luas yang
menyelubungi isi toraks, dan yang terpenting adalah payudara wanita.
Bagian-bagian tubuh ini menyebabkan bayangan-bayangan yang
suram, yang luas dan letaknya bergantung pada besarnya.
Pada laki-laki, khususnya yang berbadan tegap, muskulus
pektoralis mayor mengakibatkan bayangan suram kira-kira dibagian
tengah toraks, dimana kiri dan kanan sering tidak sama besarnya.
Bayangan muskulus sternokleidomastoideus mungkin jelas
sekali kelihatan membujur dari leher diluar toraks sampai ke
manubrium sterni; bagian paru yang tidak tertutup oleh bayangan ini
kelihatan amat jelas, radiolusen.
Bayangan lunak lainnya yang mungkin terlihat : papila mammae,
tumor dinding toraks, benjolan dalam kulit seperti neurofibromatosis,
dan corpora aliena ; rambut wanita yang menyebabkan superposisi
atas paru-paru (sering disalah artikan sebagai sarang tuberkulosis).

Bagian Intratorakal
Rongga toraks diisi oleh bangunan-bangunan yang densitasnya
satu sama lain sangat berbeda, yaitu densitas yang tinggi dari jaringan
lunak terhadap densitas yang rendah dari udara, sehingga mudah
dilihat. Disebelah bawah rongga toraks dibatasi oleh kedua
diafragma; di bagian tengahnya tampak bayangan padat yang
disebabkan oleh mediastinum, jantung, pembuluh-pembuluh darah
besar, apeks paru, trakea dan bronki yang besar. Sebelah kiri dan
kanan bayangan padat tersebut terdapat paru-paru yang berisi udara;
bayangannya disebabkan oleh bangunan-bangunan vaskular, limfatik,
bronkial dan endotelial, dikelilingi oleh udara.

182
Penelitian yang seksama terhadap suatu foto rontgen toraks
memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang anatomi dan
histologi paru. Dibagian tengah terlihat bayangan hilus paru, yang
kiri terletak sedikit lebih tinggi daripada yang kanan. Bayangan hilus
ini terutama dibentuk oleh arteri pulmonalis, tetapi secara anatomis
juga terdiri atas vena pulmonalis, bronki besar dan kelenjar limfe
hilus atau peribronkial. Dari akar ini tampak memancar ke segala
jurusan diperifer bayangan-bayangan linier, yang lumennya semakin
sempit bila semakin jauh dari hilus serta semakin dekat ke perifer.
Bayangan seperti garis ini terutama dibentuk oleh arteri pulmonalis,
disamping dibentuk pula oleh vena pulmonalis, jaringan dinding-
dinding bronki dan saluran-saluran limfe. Bayangan tersebut sangat
jelas dan menonjol di daerah parakardial kanan dan disebabkan oleh
beberapa vena pulmonalis yang besar. Bayangan suram, yang luas
dan letaknya bergantung pada besarnya. Bayangan juga jelas
kelihatan di kedua belah mediastinum, daerah suprahiler, membujur
sampai ke puncak paru-paru. Kadang-kadang pembuluh darah ini
kelihatan sebagai bayangan bundar, homogen, agak dens, yaitu bila
pembuluh darah tersebut kelihatan ortograd, karena panjangnya
kolom darah yang dilalui oleh sinar. Sebaliknya bila bronkus yang
letaknya ortograd, maka akan kelihatan juga bayangan bundar, tapi
tidak homogen, dengan pusat yang berwarna hitam terang yang
disebabkan oleh udara yang terkandung didalamnya.

Indikasi Foto Toraks


PA
Foto toraks sering dilakukan untuk pemeriksaan foto rutin
Screening TB oleh karena kejadian TB di Indonesia masih tinggi
Screening pra operasi pada pasien bagian bedah
Lateral
Indikasi rutin
melihat kelainan mediastinum
melihat kelainan yang tidak jelas pada posisi PA
mencari diagnosis yang masih belum tampak pada posisi PA
Pemotretan jantung
183
AP
Penderita sakit berat, anak kecil dan bayi
Pada orang yang gemuk/bagian ventral toraks tidak dapat
menempel pada film
Melihat bayangan yang pada posisi PA mengadakan superposisi
dengan organ lain

Top Lordotik
Melihat kelainan pada puncak paru dan melihat lobus medius
paru
Oblique
Melihat kelainan yang pada pemotretan posisi PA/lateral masih
belum jelas
Lateral Dekubitus
Melihat cairan dalam cavum pleura yang sedikit jumlahnya,
kurang dari 100-200 cc, atau pada posisi PA belum dapat
ditentukan adanya cairan dalam cavum pleura.

PROYEKSI STANDAR:
Foto Thorax PA
Foto Thorax Lateral

FOTO THORAX PA
Proyeksi Postero-Anterior (PA) sebagai proyeksi standar yang
rutin dilakukan.
Pasien dalam posisi tegak (erect) dengan dinding anterior dada
menempel pada kaset filem, scapula dirotasikan keluar (supaya tidak
overlapping dengan lapangan paru) dengan cara melipat lengan dan
tangan menumpu pada pinggang.

Arah sinar-X dari posterior ke anterior.


Untuk menghindari pembesaran gambar (magnifikasi), atur jarak
tabung sinar-X dengan pasien sejauh 102 cm (40 inc) – 180 cm (72
inc). Beri aba-aba kepada pasien untuk menarik napas (inspirasi
maksimal) kemudian tahan nafas. Lakukan ekspose.

184
Film yang telah diekspose telah memiliki bayangan laten.
Selanjutnya diproses di kama gelap (dicuci) yang dapat dilakukan
secara manual atau secara otomatis. Teknik pencucian secara
manual :
Film dicelupkan ke dalam larutan developer beberapa saat
kemudian dibilas dengan air
lalu masukkan ke dalam larutan fixer
bilas kembali dengan air
keringkan.
Setelah proses dikamar gelap, dokter ahli radiologi akan
*
melakukan ekspertise.

FOTO THORAX LATERAL


Proyeksi lateral diperlukan untuk menambah informasi tentang
lokasi, ukuran dan morfologi atau bentuk terhadap suatu lesi
(kelainan) yang tampak pada proyeksi PA.
Apabila klinisi tidak menuliskan posisi lateral mana yang
diminta, maka foto dibuat dalam posisi lateral kiri. Prinsipnya adalah
objek (organ) yang letaknya mendekati filem akan memberikan
gambaran yang lebih jelas. Pemeriksaan foto thorax selain untuk
menilai paru juga menilai jantung dan sebagian besar jantung
letaknya lebih kearah kiri.
Foto dibuat dalam keadaan tegak (erect), jarak tabung sinar-X ke
objek (pasien) 1,02 s/d 1,8 meter, inspirasi maksimal, arah sinar-X
dari lateral kanan menuju ke kiri pasien, dinding thorax lateral kiri
menempel kaset filem.
Ekspertise : laporan tertulis yang dibuat oleh ahli radiologi terhadap
keadaan foto / pemeriksaan radiologi yang memuat deskripsi
kelainan-kelainan yang ada, kemudian disimpulkan (diagnosa)

185
Teknik Pengambilan Foto Thoraks

PA

LATERAL

METODE INVESTIGASI DAN INTERPRETASI DARI FOTO


THORAX
Berbagai metode pemeriksaan radiologi
thorax dapat dilakukan186 seperti pada
tabel berikut ini:
INTERPRETASI DARI FOTO THORAX

Analisa yang tepat dari foto


thorax seperti tercantum
dalam tabel berikut ini:

187
Langkah-Langkah Membaca Foto Toraks (PA)
Membaca foto mulai dari jaringan lunak dipinggir kemudian
skeletal  apakah ada kelainan (cara internasional) atau dari tengah
ke pinggir (cara RSHS).

188
DATA UMUM
Teliti nama, usia, jenis kelamin dan tanggal pemeriksaan. Hal ini
sangat penting karena beberapa penyakit sangat berhubungan dengan
data-data ini. Perhatikan keterangan klinis, karena sangat
menentukan interpretasi dari foto thorax.

DATA TEKNIS
Perhatikan marker L dan R yang menunjukkan sisi kiri atau kanan
pasien. Ini sangat penting pada keadaan kelainan jantung bawaan.
Apakah foto sudah simetris? Ujung medial clavicula harus sama
jaraknya dengan garis tengah (midline). Rotasi pasien
menyebabkan distorsi bayangan mediastinum.
Apakah faktor ekspos yang diberikan sudah tepat? Overexposed
menyebabkan kehitaman filem dan underexposed menyebabkan
bayangan overlapping struktur.
Kondisi suatu foto thorax dikatakan baik apabila corpus vertebra
thoracal hanya terlihat jelas sampai T4 – T5, sebelum
percabangan trachea. Vertebra thoracal VI (T6) kebawah terlihat
samar.
Apakah foto sudah dibuat dalam keadaan inspirasi penuh? Midpoint
hemidiafragma kanan harus berada diantara ujung anterior costa
5 dan 7. Foto yang dibuat dalam keadaan ekspirasi menyebabkan
interpretasi yang keliru terhadap Cardiomegali dan abnormalitas
bayangan basal paru

BAGIAN-BAGIAN FOTO THORAKS YANG HARUS


DIPERHATIKAN :
Trakea, harus terlihat (luscen berarti berisi udara) dan harus ditengah.
Lihatlah apakah ada pendorongan trakea. Bifurcatio trakea
(carina) normal < 90°, bila > 90° berarti atrium terangkat.
Bandingkan ICS kiri dan kanan : harus sejajar, apakah ada
penyempitan. Adanya desakan atau tarikan, dapat dicurigai
adanya suatu proses patologis.
Jantung : perhatikan besar, bentuk dan posisi jantung. Ada tidaknya
pembesaran jantung dapat ditentukan dengan rumus :

189
A+B
CTR (Cardio-Thoracis Ratio) = x 100%
C

Keterangan : A : bagian terlebar dari jantung kanan ke garis


tengah
B : bagian terlebar dari jantung kiri ke garis tengah
C : lebar toraks terlebar

Bila CTR > 50% : Kardiomegali

Pembesaran jantung
a. Atrium kiri: pinggang jantung menghilang terlihat pada posisi
PA disisi kanan dan double contour (bayangan ganda) pada
sisi kiri jantung.
0 Atrium kanan: batas jantung lebih dari sepertiga clavicula
dextra
1 Ventrikel kiri: apeks tertanam pada diafragma
2 Ventrikel kanan: apeks terangkat dan membulat diatas
diafragma.
Jantung tear drops : jantung mengantung, ukuran (CTR)
kecil, misal pada emfisema paru.

Aorta : apakah melebar/tidak, apakah ada kalsifikasi dindingnya


(bayangan lebih radio-opak), diameter normal aorta 4 cm, dilatasi
aorta: jika diameter aorta > 4 cm, elongatio aorta: jika jarak
antara puncak arcus aorta dengan ujung medial clavicula < 1 cm.

190
Bagian atas kanan jantung ditempati oleh aorta, kalsifikasi aorta :
bayangan radioopak sejajar permukaan aorta.
Menilai ke 2 sinus costophrenicus (bentuk sinus normal: tajam.
Adanya efusi pleura: sinus akan tampak tumpul. Pada superposisi
mammae, gambaran sinus dapat tertutup) dan ke 2 sinus
cardiophrenicus (bentuk sinus normal : tajam. Jika sinus
cardiophrenivus tertutup perselubungan, biasanya disebabkan
karena adanya bantalan lemak pericardial atau superposisi
mammae)
Diafragma, normal diafragma kanan lebih tinggi dari kiri.
Perbedaannya 4 cm. Bila > 4 cm: abnormal. Bentuk diafragma :
0 Diafragma scalloping (berlobus-lobus)
1 Diafragma bulging
2 Diafragma tenting
Scalloping dan bulging bisa variasi normal atau patologi. Bila
tidak normal : pada fibrosis dan atelektasis.
Letak diafragma meninggi : hepatomegali, asites, paralisis N.
Phrenicus
Pulmo : terdiri dari udara yang merupakan kontras negatif akan
terlihat sebagai bayangan radiolusen yang berwarna hitam.
Bandingkan paru kiri dan kanan.
Batas paru normal :
 Apex : puncak paru (atas costae) sampai clavicula (batas
bawah)
 Atas : clavicula sampai costa II depan
Tengah : costae II-IV
Bawah : costae IV-diafragma

Hillus :
Pada hillus terdapat : pembuluh darah, bronkus dan lymph
KGB : putih besar, kadang bulat
Pembuluh darah : arteri pulmonalis akan terlihat, vena
pulmonalis biasanya tidak tampak, bronkus akan tampak
berwarna hitam (radiolusen) dan bulat jika terpotong
melintang.

191
Normal hillus paru kiri lebih tinggi dari kanan (beda 1 kosta).
Biasanya berukuran 1,5 cm.
Hillus melebar (bila diameternya lebih dari diameter trakea).
Pada hipertensi pulmonal : arteri melebar. Istilah kranialisasi :
vena-vena yang melebar dari hilus menuju ke apex (kranial)
pada fase awal edema paru.
Hillus kabur (tidak terlihat) : pada edema paru lanjut.
Cuffing sign : bronkus yang terpotong tangensial, biasanya khas
pada bronkitis. Dindingnya irreguler dengan warna luscen.

Corakan Paru = corakan bronkhovasvular


 Corakan yang dibentuk oleh bayangan dinding
bronkus/cabang-cabangnya dan vaskuler yang menyebar dari
hillus, makin ke lateral makin kabur. Corakan paru bertambah
bila >2/3 dari lebar paru pada paru kanan, dan > 1/3 dari lebar
paru pada paru kiri.

Scapula, sanggul wanita, logam-logam yang berada dalam kantong


baju dsb, tidak boleh superimposed sehingga
mengganggu interpretasi.
Baca Foto Lateral

192
Gambaran yang dilihat :
Bayangan trakea dan cabang bronkus utama
Bayangan jantung, ventrikel kanan di depan, ventrikel kiri di
belakang, arcus aorta dan aorta ascenden
Paru, lihat corakannya
Retrosternal space, retrocardiac space, dan mediastinum
Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus (normal atau tumpul)

DAFTAR PUSTAKA

Sutton D, 1995. Textbook of Clinical Imaging, edisi ke 2. Mosby-


Year Book, Inc. St Louis Missouri.
Meschan I, 1985. Diagnostic Imaging, edisi ke 2. WB Saunders Co.
Philadelphia.
Bagian Radiologi FKUI, 1987, Radiologi Diagnostik, FKUI .
Jakarta.
Sudarmo SP, 1984, Pemeriksaan Kelainan-Kelainan Kardio
Vaskular dengan Radiografi Polos, UI Press, Jakarta.
Bontrager KL, 1993, Text Book of Radiographic Positioing and
Related Anatomy, Mosby Year Book. Philadelphia.
University of Florida, Anatomic Terminology : Planes of Action
http://medinfo.ufl.edu/year1/rad6190/planes_section.shtml Last
Updated: Aug 21, 2006, © 2006

193
CHECKLIST : PEMERIKSAAN FOTO THORAK
No Aspek yang Dinilai Skor
I Data umum, teliti: 0 1 2
1. Nama
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Tanggal pemeriksaan
II Data teknis, mencakup:
1. Memperhatikan marker L dan R yang
menunjukkan sisi kiri atau kanan pasien
2. Memperhatikan kesimetrisan foto : ujung
medial clavicula harus sama jaraknya dengan
garis tengah (midline)
3. Memperhatikan ketepatan faktor ekspos :
corpus vertebra thoracal hanya terlihat jelas
sampai T4-T5 (sebelum percabangan trachea).
Vertebra thoracal VI (T6) ke bawah terlihat
samar.
4. Memperhatikan apakah foto sudah dibuat dalam
keadaan inspirasi penuh ? (Midpoint
hemidiafragma kanan harus berada diantara
ujung anterior costa 5 dan 7)
5. Scapula terlempar keluar (tidak overlapping
dengan jaringan paru).
II
I Memperhatikan bagian foto
1. Memperhatikan keadaan tulang (scapula,
clavicula, vertebra, costae): deformitas,
destruksi
2. Memperhatikan gambaran jaringan lunak (soft
tissue) : pembengkakan (swelling), udara
3. Memperhatikan trakea : harus terlihat dan harus
ditengah
4. Memperhatikan ICS kiri dan kanan :
194
sejajar/tidak, apakah ada penyempitan atau
pelebaran.
Memperhatikan jantung : perhatikan besar (hitung
CTR), bentuk dan posisi jantung.
Memperhatikan Aorta : apakah melebar/tidak,
memanjang/tidak, apakah ada kalsifikasi
(bayangan opak)
Memperhatikan :
0sinus costophrenicus : tajam/tumpul
1sinus cardiophrenicus : tajam/tumpul
Memperhatikan Diafragma ; bentuk dan letak
Memperhatikan pulmo : gambaran pulmo radio
lusen/ radioopak (bandingkan kiri-kanan), batas
paru, gambaran hillus, corakan bronkovaskular
IV Menyimpulkan hasil : normal/ada kelainan

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilkukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan keterampilan : skor tota/40 x 100% = %

Banda aceh, 2015

Observer

195
2. PEMBACAAN FOTO POLOS ABDOMEN

dr. Iskandar Zakaria, SpR


Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu menganalisa hasil foto plain foto BNO dengan
baik dan benar.

Pendahuluan
Radiologi yang khusus mempelajari traktus urinarius dengan
berbagai teknik imaging baik menggunakan sinar x, frekuensi radio
dalam medan magnet, radioisotop, gelombang suara maupun
gelombang elektromagnetik lainnya dalam usaha menampilkan citra
atau image dari tractus urinarius tersebut.
Masing-masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan
dalam pencitraan atau pembangkitan image (gambar) dari saluran
kemih.
Modalitas radiologi untuk traktus urinarius antara lain adalah :
Foto Polos Abdomen
Intravenus Pyelography (IVP)
Antegrade Pyelography (APG)
Retrogade Pyelography (RPG)
Urethography
Cystography
Caversonography
Ultrasonography (USG)
Computed Tomography Scanning (CT Scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Kedokteran Nuklir (Renogram)
Angiography.

1. FOTO POLOS ABDOMEN


Foto abdomen yang dibuat tanpa pemberian bahan kontras. Nama
lain dari foto ini adalah :

196
BNO (Buik Nier Overzicht)
BOF ( Buik Overzicht Film)
KUB ( Kidney Ureter Bladder)
Foto Iktisar Rongga Perut
Plain Photo Abdomen.
Foto akan memberikan hasil yang optimal apabila penderita
dipersiapkan terlebih dahulu supaya foto bersih, bebas dari fecal
material dan udara yang banyak didalam usus yang akan menggangu
interpretasi hasil. Pada keadaan tertentu, foto dibuat tanpa persiapan
dari penderita dengan konskwensi beberapa kelainan mungkin tidak
terlihat pada film.

Persiapan Penderita
Prinsipnya adalah usus harus bersih, bebas dari fecal mass dan udara yang
banyak.
Dua hari sebelum pemeriksaan, penderita makan bubur kecap.
Satu malam sebelum foto, diberikan Laxatian (obat pencahar)
seperti: garam inggris atau magnesium Sulphat (MgSo4) 25-30
gram; tablet Dulcolax 2-4 tablet atau dapat pula Castor olie 30cc.
Setelah minum Laxan (kurang lebih pada jam 21.00), maka penderita
sudah tidak boleh makan apa-apa lagi dan hanya boleh minum
sedikit saja sampai selesai pemeriksaan besok pagi.
Pagi hari sebelum dilakukan pemeriksaan, dapat pula dilakukan
Clysma/lavement jika masih ada keraguaan terhadap kebersihan
usus
Cegah aerophagi dengan cara penderita diminta tidak banyak bicara/ketawa
dan tidak boleh merokok.
Kemudian dibuat foto polos abdomen, proyeksi AP, hasilnya diinterpretasi.

Evaluasi Foto Polos Abdomen


Identitas penderita: nama, umur, jenis kelamin dan tanggal
pemeriksaan harus ada.
Data teknis : marker R atau L harus ada, seluruh lapangan
abdomen tampak pada film (batas bawah film: harus tampak
petrmukaan atas simphisis pubis, batas atas film: harus tampak

197
permukaan atas ginjal,batas lateral film: bayangan abdomen tidak
terpotong).
- Tidak ada rotasi: Columna vertebralis harus ditengah film dengan
pressus spinosus ditengah vertebra, Pelvis dan iliac wing
kanan/kiri tampak simetris.
- Evaluasi bagian-bagian foto:
- Gambaran udara usus
a. Jumlahnya: tidak meningkat. Pada abdomen yang normal,
maka bayangan udara hanya terlihat pada fudus ventriculi
(gaster), bulbus duodeni dan colon. Pada usus halus tidak
boleh ada bayangan udara, kecuali pada anak-anak (sebab
selalu menelan udara), orang tua lanjut usia (>60 tahun),
tetapi juga tidak boleh berlebihan. Bila telihat banyak
bayangan udara didalam colon atau usus halus, tetapi
belum tampak gambaran air fluid level (tanda-tanda
ileus), hanya berupa suatu distended abdomen, maka
keadaan ini disebut meteorismus atau sub-ileus.
b. Distribusinya: sesuai dengan topografi/letak bagian
bagian usus/kolon. Bayangan udara kolon tampak seperti
bingkai foto (Frame like appearance) segi empat sesuai
letak anatomi colon, sedangkan bayangan udara usus
halus terdistribusi di bagian tengah abdomen.
- Hepar dan Lien
Membesar atau tidak
- Garis Psoas ( psoas line atau psoas shadow).
Harus jelas dan simetris, mulai dari setinggi V T. 12 dan
berakhir pada crista iliaca, jika bayangan psoas menghilang,
petanda ada suatu proses pada abdomen.
- Ginjal
a. Countournya : rata
b. Ukurannya : kurang lebih 3- 3 ½ vetebra, kanan
relatif lebih kecil dari kiri
c. Letaknya : kanan lebih rendah dari kiri
d. Aksisnya : sejajar dengan psoas shadow
Daerah vesica urinaria/ simphisis.

198
Bayangan urine didalam vesica urinaria tampak lebih radio-
opak dan jika urine sangat penuh akan memberikan gambaran
ground glass appearance (seperti kaca tembus pandang tapi
tidak jelas).
- Bayangan kalsifikasi atau batu
Jika ada bayangan kalsifikasi/batu, sebutkan jumlahnya,
bentuknya, ukurannya dan lokasinya.
Ada 3 tempat yang sering tersangkut batu ureter:
a. UPJ (uretero-pelvic junction)
b. Persilangan ureter dengan vasa iliaca
c. UVJ (uretero-vesical junction)
- Pre- peritoneal fat line
Harus terlihat, berupa gasis radioluscent pada dinding
abdomen lateral kanan dan kiri yang makin kebawah makin
menebal.
- Vertebrae.
a. Corpus vetebra : bentuknya, ada tidak osteofite,
ostelitic atau osteoblastic proses.
b. Pedicle : harus tampak, bila menghilang:
tanda metastasis tumor ganas
ketulang belakang.
c. Diskus intervertebralis: harus sama jaraknya.
Diafragma (jika terlihat)
Diafragma kanan letaknya lebih tinggi dari diafragma kiri.

199
Gambar 1. Foto Polos Abdomen
CHECKLIST : PEMBACAAN FOTO POLOS ABDOMEN
Skor
Aspek yang Dinilai
No 0 1 2
1. Persiapan penderita
2. Evaluasi teknis
a. Data teknis : marker R atau L harus ada, seluruh
lapangan abdomen tampak pada filem (batas
bawah filem: harus tampak permukaan atas
symphysis pubis, batas atas filem: harus tampak
permukaan atas ginjal, batas lateral filem:
bayangan abdomen tidak terpotong)
b. Tidak ada rotasi : Columna vertebralis harus
ditengah filem dengan processus spinosus di
tengah vertebra, pelvis dan iliac wing kanan/kiri
tampat simetris
3. Evaluasi bagian-bagian foto:
a. Gambaran udara usus : jumlah, distribusi
b. Hepar dan Lien : membesar atau tidak
c. Garis Psoas (psoas line atau psoas shadow) :
harus jelas dan simetris, mulai dari setinggi V
T.12 dan berakhir pada os ilium, jika bayangan
psoas menghilang, pertanda ada suatu proses
abnormal
d. Ginjal : kontur, ukuran, letak, aksis
e. Daerah vesica urinaria/symphysis
f. Bayangan kalsifikasi atau batu, jika ada: jumlah,
bentuk, ukuran, lokasi
g. Pre-peritoneal fat line : terlihat garis
radioluscent dinding abdomen lateral kiri-kanan,
makin ke bawah makin tebal
h. Vertebrae : corpus vertebra, pedicle, discus
intervertebralis
i. Diafragma (jika terlihat) : bentuk, letak
4. Menyimpulkan hasil pembacaan foto

200
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan: Skor total ......../28 x 100% = %

Banda Aceh,……….2014
Observer

201
BENANG MERAH KLINIS

Ny.Lasmi sudah berumur 86 tahun. Sejak tiga hari ini dia


terbaring lemah di tempat tidur. Dia sudah sulit untuk mengunyah
dan menelan makanan dan hal ini membuat kondisi tubuhnya
semakin melemah.
Ny.lasmi menderita penyakit rematik pada kedua kakinya sejak
10 tahun yang lalu dan jarang berobat, dan hanya meminum obat
antinyeri yang dijual bebas. Penyakit ini membuat dia sulit untuk
bangun berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari, dia hanya bisa
menghabiskan kebanyakan waktunya dengan berbaring di tempat
tidur.
Dia sering mengeluh nyeri pada kedua kaki dan perutnya.
Karena penyakitnya ini, dia sering mengeluh bahwa dirinya sudah
tidak berguna lagi dan ingin menyusul almarhum suaminya.
Selama ini dia dirawat oleh keponakannya. Dia sering kali
termenung dan sesekali menangis. Suaminya telah meninggal dunia
sejak 5 tahun yang lalu sedangkan anak-anaknya berdomisili di luar
kota dan jarang datang menjenguknya.
Tadi pagi ny.lasmi dibawa ke Unit Gawat Darurat sebuah
rumah sakit dan oleh dokter jaga dilakukan pemeriksaan kondisi
jasmani serta pemasangan selang dari hidung untuk pemberian
makanan berupa susu cair.

202
3. PEMERIKSAAN KHUSUS GERIATRI
dr. Dahril, SpU
Bagian Urologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan : Mampu melakukan pemeriksaan fisik dada dan abdomen


pada geriatri dengan baik dan benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
0 Anatomi dan Fisiologi Geriatri
1 Patofisiologi Geriatri

PENDAHULUAN
Kondisi biologis usia lanjut jelas berbeda dari usia muda. Dokter
harus memahami betul relevansi klinis akibat perbedaan tersebut,
termasuk bagaimana penampilan gejala bila orang usia lanjut jatuh
sakit serta perubahan klinis beberapa penyakit atau hendaya yang
mungkin ada. Dokter juga dituntut memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan kemauan untuk mengevaluasi setiap individu secara
seksama serta menyusun rencana penatalaksaan yang bersifat
individual, dirancang khusus.
Tiga hal yang mempengaruhi penampilan klinis pasien usia
lanjut adalah pertama, acapkali usia lanjut tidak mengeluh tentang
rasa sakit yang dideritanya atau tidak mengekspresikan dengan kuat
keluhan yang dideritanya. Kedua, adanya perubahan pola penyakit.
Ketiga, perubahan respon terhadap penyakit.Pasien geriatri sering
tidak melaporkan keluhan penting yang merupakan tanda suatu
penyakit, dan tidak jarang sebagian masyarakat mengangggap bahwa
usia lanjut identik dengan banyak keluhan .Usia lanjut juga acapkali
identik dengan berbagai hendaya dan morbiditas sehingga suatu
gejala sering dianggap ”lumrah” untuk seusianya dan tidak
diupayakan evaluasi yang adekuat. Faktor lain yang berpengaruh
adalah depresi dan isolasi. Depresi menyebabkan usia lanjut enggan
mengeluhkan sakitnya dan tidak mencari pertolongan. Demikian pula
203
isolasi(fisik maupun sosial) sering menghalangi akses pasien
geriatrik untuk mendapatkan pertolongan dan mengakibatkan
underreporting.
Faktor kedua yang berpengaruh adalah perubahan pola dan
distribusi penyakit. Fraktur femur, penyakit Parkinson, polimialgia
reumatika lebih sering terdapat pada usia lanjut, demikian pula
dengan penyakit kardiovaskular, keganasan dan malnutrisi serta
miksedema. Karena perubahan pola/distribusi penyakit tersebut,
seorang dokter harus memahami implikasi epidemiologis dalam
menginterpretasikan setiap gejala. Misalnya, ikterus pada usia muda
biasanya terdapat pada infeksi virus hepatitis akut, sedangkan pada
usia lanjut misalnya disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu
atau keganasan. Keadaan multipatologi dapat mengakibatkan efek
terselubung. Misalnya, rasa nyeri akibat artritis dapat menutupi
gejala-gejala gagal jantung jika karena keterbatasan geraknya
mengurangi beban jantung.
Perubahan respon terhadap penyakit merupakan aspek penting
lain menifestasi klinis pasien geriatri. Persepsi seseorang tentang
penyakit atau rasa sakit dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor
pengetahuan, faktor sosial dan perubahan sensitivitas organ.
Manifestasi klinis suatu penyakit dapat menjadi kurang nyata atau
kurang khas pada usia lanjut. Misalnya angina pectoris menjadi tidak
atau kurang dirasakan pada seseorang pasien infark miokard akut.
Selain itu gejala pada satu sistem organ dapat merupakan manifestasi
penyakit sistem organ lain. Pasien usia lanjut yang menderita
penyakit akut dapat menunjukkan gejala delirium, anoreksia, bahkan
inkontinensia urin serta perubahan gaya berjalan atau kombinasi
gejala-gejala tersebut. Sebagai contoh, pasien usia lanjut dengan
infeksi saluran kemih bisa saja dibawa berobat ke dokter oleh
keluarganya karena acute confusional state dan disorientasi. Sebagai
konsekuensi manifestasi penyakit pada usia lanjut yang tidak khas ini
seseorang dokter seyogyanya senantiasa melakukan anamnesis
sistem serta mengevaluasi setiap organ/sistem organ secara sistematis
dan teliti.
Status fungsional seseorang merujuk kepada kemampuan
seseorang untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari( activities of

204
daily living = ADL’s), baik secara mandiri(independent) atau
tergantung bantuan orang lain(dependent). Berbagai metode
digunakan untuk mengukur/mengevaluasi status fungsional
seseorang, baik yang dasar maupun ADL’s dengan
instrumental(misalnya kemampuan untuk keluar rumah dengan
sarana transportasi, kemampuan berbelanja, memasak dll).
Untuk mengevaluasi gangguan kognitif dapat digunakan sistem
skor menurut Abrreviated Mental Test (AMT) yang memuat sepuluh
buah pertanyaan; pemeriksaan ini dapat dipakai sebagai alat penapis.
Guna mendapatkan gambaran yang lebih rinci dipakai pemeriksaan
Mini Mental State Examination( MMSE) yang terdiri dari 11
pertanyaan yang mengukur fungsi kognitif : orientasi, registrasi,
perhatian, kalkulasi, recall, dan bahasa. Skor maksimum 30, nilai di
bawah 23 mengindikasikan adanya gangguan kognitif. Sebenarnya
kedua jenis pemeriksaan tersebut dapat dipakai disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pasien.
Pada umumnya pemeriksaan fisik pada geriatri tidak jauh
berbeda dengan pemeriksaan fisik pada umumnya. Beberapa
pemeriksaan membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi, misalnya
pada pemeriksaan fisik dada yang meliputi pemeriksaan jantung dan
paru-paru, serta pemeriksaan abdomen yang meliputi lesi-lesi
asimtomatik, seperti hernia, aneurisma aorta, dan massa.
Perbedaan- perbedaan yang menjadi fokus perhatian adalah :
Butuh waktu lebih lama : keluhan banyak, status mental berbeda.
Sering diperlukan keluarga, teman, perawat.
Riwayat pemakaian obat-obatan, pola miksi dan defekasi konsumsi
alkohol, pola diit, jatuh, inkontinensia, disfungsi seksual, depresi
dan ansietas
Evaluasi kapasitas fungsional {(activities of daily living (ADL)} :
bathing, dressing, toiletting, feeding, getting in and out of chairs
and bed and walking.
Mental status {MMSE (Mini Mental Status Examination)}
Berat badan, tekanan darah postural (berbaring, duduk dan berdiri),
penglihatan dan pendengaran , gigi-geligi (hubungan dengan diit),
murmur sistolik (sering oleh karena aortasklerosis), riwayat jatuh
(up and down test) untuk mengetahui adanya
205
abnormal gait. Cara melakukannya adalah dengan meminta
pasien untuk bangun dari kursi kemudian berjalan sejauh 10
kaki( 3 meter ), berbalik arah dan berjalan kembali lalu duduk
lagi. Normalnya waktu yang diperlukan 10 detik. Bila waktu yang
dibutuhkan lebih dari 30 detik, hanya 23% pasien yang mampu
untuk mandi secara mandiri dan hanya 4% yang mampu naik
tangga.

MINIMENTAL STATE EXAM

Pasien :
Pemeriksa :
Tanggal :

Maksimum Nilai Orientasi


5 ( ) Hari initanggal, tanggal, tahun, bulan
berapa, musim apa?

5 ( ) Dimana kita berada? (negara, provinsi,


kota, rumah sakit apa, lantai berapa)

Registrasi
3 ( ) Sebutkan nama 3 objek : masing-masing
disebutkan /detik. Kemudian tanyakan
pasien untuk mengulanginya kembali
setelah kita sebutkan semua. Berikan satu
poin untuk tiap jawaban yang benar. Lalu
ulangi lagi sampai pasiennya mampu
menghafalnya. Hitung jumlah
pengulangan dan catat. Jumlah
pengulangan………………

Perhatian Dan Kalkulasi

5 ( ) Sebutkan 7 buah angka serial. Nilai satu


untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan

206
setelah pasien mampu menjawab 5 Pilihan
lain dengan mengeja huruf ”dunia“secara
terbalik

Recall (memori)
3 ( ) Tanyakan kembali objek yang disebutkan
pada poin diatas. Berikan nilai satu untuk
tiap jawaban yang benar
Bahasa
2 ( ) Sebutkan nama “pensil” dan “jam”
1 ( ) Ulangi kata-kata “ tidak bila, dan, atau
tapi”
3 ( ) Mampu mengikuti 3 perintah secara
berurutan
“ambil kertas di tangan anda, lipat menjadi
dua dan letakkan di lantai”
1 ( ) Bacakan dan patuhi perintah “ tutup mata
anda”
1 ( ) Tuliskan sebuah kalimat
1 ( ) Gambarkan gambar yang ditunjukkan

.............. skor total

Catat derajat kesadaran selama pemeriksaan....................


(compos mentis, somnolen , stupor, coma)

207
UP AND DOWN TEST

Pasien diminta untuk bangun dari kursi


Pasien diminta untuk berjalan sejauh 10 kaki ( 3 meter )
Kemudian berbalik arah kembali ke posisi semula
Berjalan kembali ke tempat duduknya
Lalu duduk.

Catatan : Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan up


and down test normalnya kurang dari 10 detik

208
Index Of Independence in Activities
Daily Living

Mandiri dalam makan, eliminasi (BAB, BAK), memindahkan


barang, memakai pakaian, pergi ke toilet dan mandi
Mandiri semuanya kecuali salah satu dari yang diatas
Mandiri kecuali memakai pakaian, dan salah satu dari yang diatas
Mandiri kecuali memakai pakaian, mandi, dan salah satu dari yang
diatas
Mandiri kecuali memakai pakaian, mandi, pergi ke toilet, dan salah
satu dari yang diatas
Mandiri kecuali memakai pakaian, mandi, pergi ke toilet, berpindah
dan salah satu dari yang diatas
Ketergantungan untuk semua fungsi yang di atas

Lain-lain Ketergantungan setidaknya untuk dua fungsi tapi tidak


dapat diklasifikan sebagai C,D,E, atau F.

Mandiri : tanpa diawasi, diarahkan, atau dibantu secara aktif,


kecuali yang disebutkan dibawah ini.

Mandi ( menyabuni diri, shower atau berendam)


0 Mandiri : dibantu hanya saat membersihkan bagian
tertentu( misalnya punggung atau bagian yang lumpuh) atau
mandi sendiri
1 Ketergantungan : dibantu saat membersihkan lebih dari satu
bagian tubuh, dibantu saat masuk atau keluar bath-up atau
tidak mampu mandi sendiri
Memakai pakaian
0 Mandiri : mengambil pakaian dari lemari, memakai pakaian,
barang-barang lain, perhiasan. Mengikat tali sepatu tidak
dinilai
1 Ketergantungan : tidak dapat berpakaian sendiri atau bagian
tertentu membutuhkan bantuan
Pergi ke toilet
0 Mandiri : masuk dan keluar toilet, membuka pakaian,
209
membuka popok, membersihkan diri dan sisa ekskresi
1 Ketergantungan : membutuhkan bantuan untuk ke toilet
Memindahkan barang
0 Mandiri : Mampu memindahkan tempat tidur dan
kursi( boleh mengggunakan alat bantu)
1 Ketergantungan : dibantu saat memindahkan tempat tidur dan
kursi atau tidak pernah memindahkan barang
BAB/BAK
0 Mandiri : mampu BAB/BAK secara mandiri
1 Ketergantungan : inkontinensia sebagian atau total untuk
BAB/BAK. Dikontrol secara parsial atau total dengan kateter,
enema atau menggunakan popok
Makan
0 Mandiri : mangambil makanan dari piring ke dalam
mulut( menyiapkan makanan tidak dinilai
1 Ketergantungan : tidak menghabiskan makanan, dibantu saat
makan

210
II. PEMERIKSAAN FISIK PARU

A. INSPEKSI
Inspeksi Ekspresi Wajah Pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti : pasien dalam
keadaan akut, cuping hidung mengembang, bernapas dengan
bibir dikerutkan, tanda-tanda sianosis, tanda-tanda pernapasan
yang dapat didengar seperti stridor atau wheezing (berhubungan
dengan obstruksi aliran darah).

Inspeksi Sikap Tubuh Pasien


Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih
posisi dimana mereka dapat menyokong lengan mereka dan
memfiksasi otot-otot bahu dan leher untuk membantu respirasi.
Suatu teknik yang lazim dipakai pasien dengan obstruksi bronkus
adalah memegang sisi-sisi tempat tidur dan memakai muskulus
latissimus dorsi untuk membantu mengatasi meningkatnya
tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan
orthopneu duduk atau berbaring diatas beberapa buah bantal.

Inspeksi Leher
Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini
adanya obstruksi saluran pernapasan. Pada distress pernapasan,
muskulus trapezius dan sternocleidomastoideus berkontraksi
selama inspirasi. Otot-otot tambahan membantu dalam ventilasi,
karena mereka mengangkat klavikula dan dada anterior untuk
meningkatkan volume paru-paru dan memperbesar tekanan
negatif di dalam toraks. Ini menyebabkan retraksi fossa
supraklavikular dan otot-otot interkostal. Gerakan keatas
klavikula lebih dari 5 mm selama pernapasan berkaitan dengan
penyakit obstruktif paru-paru yang berat.
Inspeksi Konfigurasi Dada
Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang
memadai, dan konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit
paru. Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dijumpai pada
COPD tingkat lanjut. Diameter AP cenderung mendekati

211
diameter lateral sehingga terbentuk dada berbentuk tong. Iga-iga
kehilangan sudut 45° dan menjadi lebih horizontal. Suatu flail
chest adalah konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak
paradoksal ke dalam selama inspirasi. Keadaan ini dijumpai pada
fraktur iga multipel. Kifoskoliosis adalah deformitas tulang
punggung dimana terdapat lengkungan tulang punggung
abnormal AP dan lateral sehingga pengembangan dada dan paru-
paru menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada
corong adalah cekungan pada sternum, akan menimbulkan
masalah restriktif pada paru-paru hanya jika cekungannya jelas.
Pectus carinatum atau dada burung merpati adalah suatu
deformitas yang lazim ditemukan, tetapi tidak mengganggu
ventilasi.

Gambar 1. Kofigurasi Dada yang Lazim Ditemukan

Menilai Laju dan Pola Respirasi


Pada saat menilai laju respirasi, jangan meminta pasien untuk
bernapas “secara normal”. Orang secara volunter akan mengubah
pola dan laju pernapasannya bila mereka menyadarinya. Cara
yang lebih baik adalah, setelah menghitung denyut radial,
arahkan mata anda ke dada dan mengevaluasi pernapasan pasien
sementara masih memegang pergelangan tangannya. Pasien tidak
menyadari bahwa anda sudah tidak menghitung denyut nadi lagi,
dan perubahan pernapasan secara volunter tidak akan terjadi.
Hitunglah jumlah pernapasan dalam periode 30 detik dan
kalikanlah angkanya dengan 2 untuk mendapatkan laju
pernapasan per menit.
Orang dewasa bernapas kira-kira 10-14 kali per menit.
212
Bradipneu adalah perlambatan respirasi secara abnormal;
Takipneu adalah peningkatan abnormal. Apneu adalah
berhentinya pernapasan untuk sementara. Istilah hiperpneu
adalah peningkatan dalamnya pernapasan, biasanya berkaitan
dengan asidosis metabolik. Dikenal pula sebagai pernapasan
kussmaul. Ada banyak macam pola pernapasan abnormal.

Inspeksi Tangan
Penemuan untuk clubbing adalah hilangnya sudut antara kuku
dengan falang terminal. Clubbing berkaitan dengan sejumlah
gangguan klinis, seperti :
0 Tumor intra thoraks
1 Jalan pintas campuran vena ke arteri (AV shunt)
2 Penyakit kronis paru
3 Fibrosis hati kronis

Gambar 2. Clubbing Finger

B. PALPASI
Palpasi Untuk Nyeri Tekan
Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya
daerah-daerah nyeri tekan. Pukul perlahan punggung pasien
dengan kepalan tangan anda. Keluhan “nyeri dada” mungkin
hanya berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal setempat dan
tidak berkaitan dengan penyakit jantung atau paru-paru.
Berlakulah dengan sangat cermat dalam memeriksa daerah-
daerah nyeri tekan di dada.

213
Pemeriksaan Pergerakan Dada
Derajat simetri pergerakan dada dapat ditentukan dengan
meletakkan tangan anda secara mendatar pada punggung pasien
dengan ibu jari sejajar dengan garis tengah kira-kira setinggi iga
ke-10 dan menarik kulit dibawahnya sedikit kearah garis tengah.
Pasien diminta untuk menarik napas dalam, dan perhatikan
gerakan tangan. Perhatikan simetri gerakan tangan. Penyakit paru
setempat dapat menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih sedikit
daripada sisi lainnya.

Pemeriksaan Fremitus Taktil


Dapat diperiksa dengan salah satu dari 2 cara. Pada teknik
pertama pemeriksa meletakkan sisi ulnar tangan pada dinding
dada, dan meminta pasien untuk mengatakan “tujuh puluh tujuh”.
Fremitus taktil dinilai, dan tangan pemeriksa diletakkan keposisi
yang sama pada sisi yang berlawanan. Fremitus taktil kemudian
dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Dengan
menggerakkan tangan dari sisi ke sisi, dari atas ke bawah,
pemeriksa dapat mendeteksi perbedaan penghantaran suara ke
dinding dada. ”Tujuh puluh tujuh” adalah salah satu frasa yang
dipakai karena menimbulkan bunyi fibrasi yang baik.

PERKUSI
Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan
struktur dibawahnya. Pengetukan pada dinding dada dihantarkan
ke jaringan dibawahnya, dipantulkan kembali, di indera oleh
indera taktil dan pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar
dan sensasi taktil yang dirasakan tergantung pada rasio udara
jaringan. Getaran yang ditimbulkan dengan perkusi hanya dapat
menilai paru sampai sedalam 5-6 cm, tetapi perkusi berguna
karena banyak perubahan rasio udara-jaringan segera dapat
diketahui.
Pada dada normal, redup diatas jantung dan sonor diatas lapangan
paru dapat terdengar dan dirasakan. Ketika paru-paru berisi cairan
dan menjadi lebih padat, seperti pada pneumonia, sonor digantikan
oleh redup. Istulah hipersonor dipakai untuk bunyi

214
perkusi pada paru-paru yang kepadatannya berkurang, seperti
pada emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan tinggi
nada rendah, bergaung dan terus-menerus mendekati bunyi
timpani.

Memeriksa Gerakan Diafragma


Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien
diminta untuk menarik napas dalam dan menahannya. Perkusi
pada basis paru-paru kanan menentukan daerah sonor terendah,
yang mencerminkan batas diafragma terendah. Dibawah batas ini
ada redup hati. Pasien kemudian disuruh untuk mengeluarkan
napas sebanyak mungkin, dan perkusi diulangi. Pada ekspirasi,
paru-paru akan mengecil, hati akan bergerak ke atas dan daerah
yang sama akan menjadi redup. Batas pekak telah bergerak
keatas. Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi dengan batas
pada waktu ekspirasi merupakan gerakan diafragma, biasanya
sebesar 4-5 cm. Pasien dengan emfisema mempunyai gerakan
diafragma yang berkurang. Pasien dengan kelumpuhan nervus
frenikus, tidak mempunyai gerakan diafragma.

AUSKULTASI
Auskultasi adalah teknik mendengarkan bunyi yang dihasilkan di
dalam tubuh. Auskultasi dada dipakai untuk mengenali bunyi
paru-paru. Stetoskop biasanya mempunyai dua kepala : bel dan
diafragma. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi
nada rendah, sedangkan diafragma lebih baik untuk mendeteksi
bunyi dengan tinggi nada yang lebih tinggi. Bel harus
ditempelkan secara longgar di kulit, karena jika ditekan kuat :
kulit akan berlaku sebagai diafragma dan bunyi tinggi nada
rendah akan tersaring. Sedangkan diafragma ditempelkan secara
kuat pada kulit. Jangan mendengarkan melalui pakaian !. Bel
atau diafragma stetoskop harus selalu berhubungan dengan kulit.

Auskultasi Dada
Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang.
Pasien diminta menarik dan mengeluarkan napas melaui

215
mulutnya. Pemeriksa mula-mula harus memusatkan perhatian
pada panjang inspirasi kemudian pada panjang ekspirasi. Bila
bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai istilah jauh. Bunyi
pernapasan yang jauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-
paru hiperinflasi, seperti pada emfisema.

Evaluasi posisi Trakea


Posisi trakea dapat ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk
kanan di incisura suprasternal dan menggerakkannya sedikit ke
lateral untuk meraba lokasi trakea. Teknik ini diulangi, dengan
menggerakkan jari dari incisura suprasternal ke sisi lain. Ruang
antara trakea dan klavikula harus sama. Pergeseran mediastinum
dapat memindahkan trakea ke satu sisi.

Pemeriksaan Mobilitas Trakea


Gerakan trakea ke atas di pakai untuk menentukan apakah trakea
terfiksasi pada mediastinum, ini disebut teknik tarikan trakea.
Kepala pasien harus agak difleksikan, dan tangan kiri pemeriksa
harus menyokong bagian belakang kepala pasien. Tangan kanan
pemeriksa harus diletakkan sejajar dengan trakea dengan telapak
tangan menghadap keluar. Jari tengah dimasukkan kedalam ruang
krikotiroid, dan laring di dorong keatas. Laring dan trakea
biasanya bergerak kira-kira 1-2 cm, setelah menggerakkan laring
keatas, secara perlahan-lahan turunkan sebelum melepaskan jari-
jari anda. Jangan melepaskannya secara tiba-tiba dari posisinya
dibagian atas.trakeal yang terfiksasi menunjukkan fiksasi
mediastinal, dapat terjadi pada pasien neoplasma atau
tuberkulosis.

216
III. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

A. INSPEKSI
Inspeksi Ekspresi Wajah Pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti : pasien dalam
keadaan sakit (ringan s/d berat), pucat, berkeringat, sesak saat
istirahat, tanda-tanda sianosis sentral atau anemia di konjungtiva,
dan ikterus di sklera.
Inspeksi Anggota Gerak
Adanya jari tabuh (clubbing finger), perdarahan splinter, kulit
lengan, kuku dan sianosis perifer.

Inspeksi Leher
Di samping pelebaran kelenjar tiroid pemeriksa juga melihat
adanya distensi vena jugularis, dimana pasien diminta berada
pada posisi semi-fowler dengan kepala sedikit miring menjauh
dari sisi yang sedang diperiksa. Penerangan dengan
menggunakan cahaya tangensial (cahaya dari samping) untuk
membentuk bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk
memungkinkan pengamatan gerakan gelombang nadi dengan
baik.

Inspeksi Dada
Pasien terlebih dahulu berada dalam posisi nyaman yaitu
telentang semifowler. Penerangan harus cukup baik pada dinding
dada depan agar inspeksi prekordium dapat dilakukan secara
adekuat. Di samping adanya jaringan parut pada dinding dada,
pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat pada keenam area
prekordium : sternoklavikular, aortik, pulmonik, ventrikular
dekstra, ventrikular sinistra dan epigastrik, serta memperkirakan
titik impuls maksimum khususnya di dalam area ventrikular
sinistra. Pemeriksa juga mengamati gerakan dinding dada yang
berhubungan dengan peristiwa siklus jantung.

PALPASI
Melanjutkan pemeriksaan fisik palpasi nadi perifer dan

217
prekordium. Pasien dipastikan dalam posisi yang nyaman,
diselimuti dengan tepat dan tetap hangat. Pastikan tangan
pemeriksa juga hangat dan menggunakan tekanan yang ringan
sampai sedang untuk palpasi.
Palpasi Nadi
Palpasi nadi karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea,
dorsalis pedis dan tibialis posterior. Arteri-arteri tersebut dekat
dengan permukaan tubuh dan terdapat di atas tulang sehingga
mudah untuk dipalpasi. Palpasi harus dilakukan secara bilateral
(setara dan sinkron) di kedua pergelangan tangan dan dinilai:
kecepatan, irama, isi dan karakter.
Gelombang nadi normal mempunyai dua komponen sistole dan
diastole dengan regularitas tertentu. Denyut radialis biasanya
dinilai dalam 15 detik untuk menghitung frekuensinya
(kali/menit) bila denyutnya reguler. Isi denyut harus diperiksa
apakah amplitudonya terasa kecil atau besar. Isi denyut yang
kecil menunjukkan isi sekuncup yang kecil dan curah jantung
berkurang, isi denyut yang besar menunjukkan isi sekuncup
ventrikel kiri yang besar. Karakter nadi mengacu pada bentuk
gelombang nadi. Karakter tersebut paling baik dinilai di arteri
brakhialis atau karotis karena ukuran dan letaknya yang dekat
dengan jantung. Gelombang nadi sangat dipengaruhi oleh
transmisi melalui percabangan arteri dan kelainan tertentu lebih
mudah dideteksi di satu tempat daripada tempat lain. Cara
memeriksa nadi femoralis yang paling baik adalah dengan pasien
membuka baju dan berbaring datar. Pemeriksa harus
menggunakan ibu jari untuk menekan kuat pada titik mid-
inguinal dan ditentukan apakah nadi radialis sinkron dengan
femoralis. Denyut nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea
dan paling baik dipalpasi dengan menekan arteri tersebut ke
permukaan posterior ujung distal femur dengan ujung jari kedua
tangan. Pasien diminta berbaring terlentang dengan lutut
menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis pedis dan tibialis adalah
terletak pada lokasi anatomi pembuluh darah tersebut.

218
Palpasi Tekanan Vena Jugularis
Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang
dipompakan dapat tergambar melalui penilaian tekanan vena
jugularis/ jugular venous pressure (JVP). Vena-vena servikalis
membentuk suatu manometer berisi darah yang berhubungan
dengan atrium kanan dan dapat digunakan untuk mengukur
tekanan rata-rata atrium kanan. Selain itu, vena-vena servikalis
tersebut dapat memberikan informasi mengenai bentuk
gelombang pada atrium kanan.
Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan patokan sudut
sternum. Umumnya tekanan tersebut setinggi sudut sternum, bila
tinggi tekanan 2 cm di atas sudut sternum pada pasien yang
0
berbaring pada sudut 45 , tekanannya dianggap normal.

Palpasi Prekordium
Iktus kordis adalah titik terjauh ke arah kiri dan bawah, tempat
impuls jantung. Ditentukan melalui palpasi menggunakan telapak
0
tangan dan ujung jari dengan pasien berbaring 45 . Iktus kordis
normal terletak di sela antar iga ke-5 dan garis midklavikula. Bila
teraba jauh keluar, berarti ada pembesaran 1 atau 2 ventrikel atau
pergeseran jantung ke kiri akibat deformitas thoraks atau
penyakit paru.
Penilaian dilanjutkan kepada kualitas denyut, iktus kordis yang
kuat menunjukkan adanya peningkatan curah jantung. Denyut
yang teraba perlu dikonfirmasi dengan menggunakan
pemeriksaan bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan kiri di
batas sternum dengan tangan kanan meraba iktus kordis.

PERKUSI
Tindakan perkusi biasanya tidak bermanfaat kecuali dalam
menentukan posisi mediastinum pada kasus pergeseran
mediastinum akibat hambatan aliran udara atau kolaps paru kanan
yang dicurigai melalui anamnesa penyakit paru kronik atau
ditemukan bukti melalui pemeriksaan fisik thoraks atau paru. Pada
perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa redup jantung
dengan membandingkan terhadap lingkungan atau area di

219
sekitarnya.
Pemeriksaan perkusi jantung sebagai berikut :
Mencari batas jantung relatif dan absolut :
0 Perkusi batas atas dari Jantung
Normal di ICR III. Perubahan nada perkusi dari sonor
menjadi sonor memendek.
1 Perkusi batas kiri dari Jantung (lateral ke medial)
Normal di ICR V, satu jari didalam linea mid clavicula.
Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek.
2 Perkusi batas jantung kanan (lateral ke medial)
Normal di Linea Para Sternalis kanan, atau satu–dua jari
sebelah kanan Mid Sternal Line.
Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek,
harus diperkusi perlahan-lahan.
Sesudah itu dicari Batas Jantung Absolut, yang letaknya kira-
kira 2 jari didalam batas jantung relatif. Perkusi dengan
perlahan-lahan. Perubahan nada perkusi dari Sonor
memendek menjadi Beda. Diperhatikan apakah jantung
membesar ke kanan atau ke kiri.

AUSKULTASI
Stetoskop berfungsi menyalurkan suara dari dinding dada disertai
eksklusi bising lain dan memperkuat bunyi berfrekuensi tertentu.
Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada rendah, sedangkan
diafragma memperkuat bunyi bernada yang lebih tinggi. Pada
awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan bunyi di apeks dengan
menggunakan bel dan diafragma untuk mencari bising nada
rendah stenosis mitral dan bising pansistolik regurgitasi mitral.
Lalu mendengarkan daerah-daerah klasik dengan menggunakan
diafragma. Daerah-daerah ini adalah :
 Tepi sternum kiri
:
bising trikuspid
 Sela antar iga kedua kiri :
bising pulmonal
 Sela antar iga kedua kanan :
220
bising aorta

Bunyi jantung dibedakan menjadi :


Bunyi Jantung Utama, terdiri dari :
1. Bunyi Jantung I
Ditimbulkan karena getaran menutupnya katup
atrioventrikuler terutama katup mitral. Pada keadaan normal
terdengar tunggal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I :
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin kuat
dan cepat, makin keras bunyinya.
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum
kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup,
makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar dari
ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I. Sebaliknya,
makin lebar terbukanya katup atrioventrikular sebelum
kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan
gerakan katup lebih cepat.
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan
dada kurus, BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien
gemuk. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum,
BJ akan terdengar lebih lemah.

Untuk membedakan BJ I dengan BJ II, pemeriksaan auskultasi dapat


disertai dengan pemeriksaan nadi. BJ I akan terdengar bersamaan
dengan denyutan nadi.

2. Bunyi jantung II
Timbul karena getaran menutupnya katup semilunar Aorta
maupun Pulmonal. Pada keadaan normal, terdengar
pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi
dengan pernapasan pada anak-anak atau orang muda.
Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta dan pulmonal
(BJ II = A2 + P2). Komponen A2 lebih keras terdengar pada
area aorta sekitar ruang intercostal II kanan. Komponen P2
hanya dapat terdengar keras di sekitar area pulmonal.
221
Bunyi jantung III
Disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat
pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya
terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda atau
keadaan dimana compliance otot ventrikel menurun
(hipertrofi atau dilatasi).

4. Bunyi jantung IV
Disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke
ventrikel yang compliance menurun. Jika atrium tidak
berkontraksi dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi,
maka bunyi jantung IV tidak terdengar.

Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup


dimana bunyi tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung I di daerah
mitral. P2 berarti bunyi jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung
I normal akan terdengar jelas di daerah apeks, sedangkan bunyi
jantung II dikatakan mengeras jika intensitasnya terdengar sama
keras dengan bunyi jantung I di apeks.

b. Bunyi Jantung Tambahan


Merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan
anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan normal tidak
menimbulkan bunyi atau getaran. Terdiri dari :

Klik Ejeksi (Ejection click) : adalah bunyi yang disebabkan


karena pembukaan katup semilunar pada stenosis/menyempit.
Ketukan Perikardial : bunyi ekstrakardial yang terdenagr akibat
getaran/gerakan perikardial pada perikarditis/efusi perikard.

c. Bising Jantung (Murmur)


Merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih
lama. Jadi, perbedaan antara bunyi dan bising terutama berkaitan
dengan lamanya bunyi/getaran berlangsung. Terdiri dari :

222
Bising holosistolik : mengisi seluruh fase siklus jantung.
Ditemukan pada mitral insufisiensi atau ventricular septal
defect (VSD).
Bising sistolik-diastolik : mengisi baik fase sistolik maupun
diastolik siklus jantung.
Bising sistolik : terdengar pada fase sistolik, ditemukan pada :
Atrial Stenosis (AS), Pulmonal Stenosis (PS), Ventrikular
Septal Defect (VSD), Mitral Insufisiensi (MI).
Bising diastolik : terdengar pada fase diastolik, misalnya pada
Insufisiensi Aorta (AI).
Terdengar terus menerus (continous murmur), misalnya pada
Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Bising yang terdengar pada sebagian dari suatu fase siklus
jantung :
Late systolic murmur, misalnya pada prolaps katup mitral.
Early diastolic murmur, misalnya pada aorta insufisiensi (AI)
atau pulmonal insufisiensi (PI).
Late diastolic murmur, misalnya pada mitral stenosis.

IV. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang,
kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua tangan disisi
kanan-kirinya. Usahakan semua bagian abdomen dapat diperiksa
termasuk xiphoideus sternum dan mulut hernia. Sebaiknya
kandung kencing dikosongkan dulu sebelum pemeriksaan
dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

INSPEKSI
0 Evaluasi Penampilan Umum
Penampilan umum pasien sering memberikan informasi
berharga mengenai sifat penyakitnya. Pasien dengan kolik
ginjal atau empedu benar-benat terlihat menggeliat di tempat
tidur mencoba mencari posisi yang nyaman. Pasien dengan
peritonitis yang menderita nyeri hebat jika bergerak secara
khas tetap berdiam diri di tempat tidur karena setiap gerakan

223
sekecil apapun akan memperberat rasa sakitnya. Mereka
mungkin berbaring di tempat tidur dengan lutut di tarik ke
atas untuk membantu merelaksasikan otot-otot perut dan
mengurangi tekanan intra-abdominal. Pasien dengan pucat
dan berkeringat mungkin menderita syok awal karena
pankreatitis atau perforasi tukak lambung.

Inspeksi Kulit
Periksalah kulit untuk melihat adanya ikterus (kuning). Jika
mungkin, periksalah adanya ikterus dengan menggunakan
cahaya alamiah, karena lampu pijar akan menutupi adanya
ikterus.
Periksa pula ada tidaknya spider angioma, yang dapat
ditemukan pada pasien dengan sirosis alkoholik, namun
tidak spesifik, karena dapat ditemukan pula pada kehamilan
dan penyakit vaskular kolagen.

Inspeksi Extremitas
Apakah otot-otot kecil di tangan mengecil ? ini berkaitan
dengan wasting,warna kulit.
Kuku di periksa dengan melihat adanya perubahan di dasar
kuku, terutama peningkatan ukuran lunula, misal pada jari-
jari pasien dengan sirosis hati.

Inspeksi Wajah
Apakah matanya cekung? Apakah ada daerah temporal
cekung ? ini merupakan tanda-tanda kelemahan dan nutrisi
buruk. Sklera ikterus atau tidak?
Kulit di sekitar mulut dan mukosa oral dapat memberikan
petunjuk mengenai gangguan saluran cerna. Telangiektasis
(pelebaran pembuluh darah kapiler yang menetap di kulit
dan mukosa) pada bibir dan lidah mengarah pada sindrom
Osler-Weber-Rendu.

224
Inspeksi Abdomen
Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat perut baik bagian depan
ataupun belakang (pinggang). Inspeksi ini dilakukan dengan
penerangan cahaya yang cukup sehingga didapatkan keadaan
abdomen seperti simetris atau tidak, bentuk atau kontur,
ukuran, kondisi dinding perut (kulit, vena, umbilikus, striae
alba) dan pergerakan dinding perut.
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara
inspeksi kelainan-kelainan yang terlihat pada perut seperti
jaringan parut karena pembedahan, asimetris perut yang
menunjukkan adanya masa tumor, stria, vena yang
berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari
umbilikus) atau obstruksi vena kava inferior, peristalsik usus,
distensi dan hernia.
Pada keadaan normal terlentang, dinding perut terlihat
simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran setempat
lumen usus membuat perut terlihat tidak simetris. Pada
keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus
akibat peristaltik usus tidak terlihat. Bila terlihat gerakan
peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya
hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen
usus. Obstruksi lumen usus ini dapat disebabkan macam-
macam kelainan antara lain tumor, perlengketan, strangulasi
dan skibala.
Bentuk dan ukuran perut dalam keadaan normal bervariasi
tergantung habitus, jaringan lemak subkutan atau
intraabdomen dan kondisi otot dinding perut. Pada keadaan
starvasi bentuk dinding perut cekung dan tipis, disebut
bentuk skopoid. Pada keadaan ini dapat terlihat gerakan
peristaltik usus. Abdomen yang membuncit dalam keadaan
normal dapat terjadi pada pasien gemuk. Pada keadaan
patologis, perut membuncit disebabkan oleh ileus paralitik,
ileus obstruktif, meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan
kehamilan. Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan
organ dibawahnya, misalnya tonjolan regio suprapubis
terjadi karena pembesaran uterus pada perempuan atau

225
terjadi karena retensi urin pada pria tua dengan hipertropi
prostat atau perempuan dengan kehamilan muda. Pada
stenosis pilorus, lambung dapat menjadi besar sekali
sehingga pada abdomen terlihat pembesaran setempat.
Pada kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat
ulserasi pada kulit atau akibat operasi atau luka tusuk.
Adanya garis-garis putih sering disebut striae alba yang
dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien yang
mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan dapat
terlihat pada sindrom Cushing. Pulsasi arteri pada dinding
perut dapat terlihat pada pasien aneurisma aorta atau kadang-
kadang pada pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi
pada epigastrium pada pasien insufiensi katup trikuspidalis.
Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus.
Adakala ditemukan garis-garis bekas garukan yang
menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes melitus.
Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran
disekitar umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat pada
sindrom Banti. Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava
inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal
ke umbilikus, sedang akibat obstruksi vena kava superior
aliran vena ke distal.ß
Darm steifung/maag steifung : pergerakan peristaltik dinding
perut menyerupai gelembung pada permukaan air yang
berjalan dari kiri kekanan. Dapat dijumpai pada pilorus
stenosis.

AUSKULTASI
Pemeriksaan ini untuk memeriksa :
0 Suara/bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada
obstruksi, menghilang pada ileus paralitik
1 Succussion splash – untuk mendeteksi obstruksi pada tingkat
lambung
2 Bruit arterial
3 Venos hum pada kaput medusa.

226
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang
dapat didengar walaupun tanpa menggunakan stetoskop,
biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar. Dalam
keadaan normal bising usus terdengar lebih kurang 3 kali
permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus ini
akan meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang
bersifat kolik. Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi.
Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) misal pada pasien
pasca operasi atau pada keadaan peritonitis umum, suara ini
sangat melemah dan jarang bahkan kadang-kadang menghilang.
Keadaan ini juga bisa terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus
dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus obstruksi
kadang terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan
suara logam (metallic sound).
Suara murmur sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar
pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada
aneurisma aorta atau pada pembesaran hati karena hepatoma.
Bising vena (venous hum) yang kadang-kadang disertai dengan
terabanya gerakan (thrill), dapat didengar di antara umbilikus dan
epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal
kadang-kadang dapat didengar suara murmur.

PALPASI
Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada
tidaknya kelainan dalam rongga abdomen. Palpasi dilakukan
secara sistematis dengan seksama. Pertama kali tanyakan apakah
ada daerah-daerah yang nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah
pasien selama pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh
dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran
masa tumor, apakah hati, limpa dan kandung empedu membesar
atau teraba. Periksa ginjal apakah ballottemen positif atau
negatif. Palpasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu palpasi permukaan
(superficial) dan palpasi dalam (deep palpation). Palpasi dapat
dilakukan dengan satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual)
terutama pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan seksama

227
meskipun tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan penyakit
traktus gastrointestinal.
Pasien diusahakan dalam posisi terlentang dengan bantal
secukupnya, kecuali bila pasien sesak nafas. Pemeriksa berdiri
pada sebelah kanan pasien, kecuali pada dokter yang kidal.
Palpasi superfisial : posisi tangan menempel pada dinding perut.
Umumnya penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas
tengah jari-jari, bukan dengan ujung jari. Sistematika palpasi
dilakukan dengan hati-hati pada daerah yang nyeri yang
dikeluhkan oleh pasien. Palpasi superfisial tersebut bisa juga
disebut palpasi awal untuk orientasi sekaligus memperkenalkan
prosedur palpasi pada pasien.
Palpasi dalam : palpasi dalam dipakai untuk identifikasi
kelainan/rasa nyeri yang tidak didapat pada palpasi superfisial
dan untuk lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi
superfisial dan yang terpenting yaitu untuk palpasi organ secara
spesifik misalnya palpasi hati, limpa, ginjal. Palpasi dalam juga
penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan otot dinding
yang tebal.
Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi
nyeri yang maksimal, apakah ada tahanan ( defans), apakah ada
nyeri rebound bila tak ada tahanan. Perinci masa tumor yang
ditemukan antara lain lokasi, ukuran (diukur dalam cm), bentuk,
permukaan (rata atau ireguler), konsistensi (lunak atau
keras),pinggir ( halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada kulit
atau tidak?, melekat pada jaringan dasar atau tidak?, dapat di indent
(tinja indentable), berpulsasi/exponsile (misal aneurisma aorta), lesi-
lesi satelit yang berhubungan (misal metastase ), transiluminasi
(misal kista berisi cairan) dan adanya bruit. Pada palpasi hati, mulai
dari fosa iliaka kanan dan bergerak keatas pada tiap respirasi, jari-
jari harus mengarah pada dada pasien. Pada palpasi kandung
empedu, kandung empedu yang teraba biasanya selalu abnormal,
pada keadaan ikterus, kandung empedu yang teraba berarti bahwa
penyebabnya bukan hanya batu kandung empedu tapi juga harus
dipikirkan karsinoma pankreas. Pada palpasi limpa, mulai dekat
umbilikus, raba limpa pada tiap

228
inspirasi, bergerak secara bertahap keatas dan kiri setelah tiap
inspirasi dan jika tidak teraba, baringka pasien pada posisi left
lateral,dengan pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk, dan ulangi.
Pada posisi ginjal, palpasi bimanual dan pastikan apakah ada
ballotement.
Usahakan dapat membedakan limpa dengan ginjal. Bila limpa :
tidak dapat mencapai bagian atasnya, bergerak dengan respirasi,
redup-pekak pada perkusi, ada notch atau insisura limpa,
ballotement negatif. Sedangkan pada ginjal : dapat mencapai
bagian atasnya, tidak dapat digerakkan (atau bergerak lambat),
beresonansi pada perkusi, tidak ada notch atau insisura, dan bisa
ballotement positif.

Pemeriksaan Palpasi Organ Abdomen


Hati
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat penonjolan
pada regio hipokondrium kanan. Pada keadaan pembesaran hati
yang ekstrim (misal pada tumor hati) akan terlihat permukaan
abdomen yang asimetris antara daerah hipokondrium kanan dan
kiri. Untuk memudahkan perabaan hati diperlukan :
0 Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk
o.
sehingga membentuk sudut 45-60
1 Pasien diminta untuk menarik napas panjang.
2 Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah,
kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial
dalam arah parabolik
3 Diharapkan, bila hati membesar akan terjadi sentuhan
antara jari pemeriksa dengan hati pada saat inpirasi
maksimal.
Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua tungkai kanan
dilipat agar dinding abdomen lebih lentur. Palpasi dikerjakan
dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan,
bukan ujung jari. Lebih tegas lagi bila arah jari membentuk
0
sudut 45 dengan garis median. Ujung jari terletak pada bagian
lateral muskulus rektus abdominalis dan kemudian pada garis
median untuk memeriksa hati lobus kiri.

229
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju ke tepi lengkung
iga kanan. Dinding abdomen ditekan kebawah dengan arah
dorsal dan kranial sehingga akan dapat menyentuh tepi anterior
hati. Gerakan ini di lakukan berulang dan posisi digeser 1-2 jari
ke arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat pasien
sedang inspirasi. Bila pada palpasi kita dapat meraba adanya
pembesaran hati, maka harus dilakukan deskripsi sebagai
berikut :
Beberapa lebar jari tangan/cm dibawah lengkung iga kanan?
Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis
akut atau tumpul pada tumor hati.
Bagaimana konsistensinya ? Apakah kenyal (konsistensi
normal) atau keras(pada tumor hati) ?
Bagaimana permukaannya ? Pada tumor hati permukaannya
teraba berbenjol.
Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada kelainan
antara lain abses hati, tumor hati. Selain itu pada abses hati
dapat dirasakan adanya fluktuasi.

Pada keadaan normal hati tidak teraba pada palpasi kecuali


pada beberapa kasus dengan tubuh yang kurus (sekitar satu jari)
dan pada bayi. Terabanya hati 1-2 jari dibawah lengkung iga
harus dikompirmasikan apakah hal tersebut memang suatu
pembesaran hati atau adanya perubahan bentuk diafragma (misal
emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran lobus kiri
hati dapat dilakukan palpasi pada daerah garis tengah abdomen
ke arah epigastrium. Batas atas hati sesuai dengan pemeriksaan
perkusi batas paru hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa
keadaan patologis misalnya emfisema paru, batas ini akan lebih
rendah sehingga besar hati yang normal dapat teraba tepinya
pada waktu palpasi. Perkusi batas atas dan bawah hati
(perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai
adanya pengecilan hati (misal sirosis hati). Pekak hati
menghilang bila terjadi udara bebas di bawah diafragma karena
perforasi. Suara bruit dapat terdengar pada pembesaran hati

230
akibat tumor hati yang besar.

Limpa
Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada
keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai
dari bawah lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio
iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai
inspirasi. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati
umbilikus digaris tengah abdomen, menuju ke lengkung iga
kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner, yaitu garis yang dimulai dari titik dilengkung iga kiri
menuju ke umbilicus dan diteruskan sampai di spina iliaka
anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8
bagian yang sama.
Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan
pasien 45 derajat kearah kanan (kearah pemeriksa).
Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi
sebagai berikut:
0 Berapa jauh berada dari lengkung iga kiri pada garis
Schuffner (S-I sampai dengan S-VIII)?
1 Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (splenomegali
karena hipertensi portal) atau keras seperti pada malaria?

Untuk meyakinkan bahwa yang teraba itu adalah limpa, harus


diusahakan meraba incisuranya.

Ginjal
Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga
pemeriksaan harus dengan cara bimanual. Tangan kiri
diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan
pada dinding abdomen di ventralnya. Pembesaran ginjal (akibat
tumor atau hidronefrosis) akan teraba diantara kedua tangan
tersebut, dan bila salah satu tangan digerakkan akan teraba
benturannya ditangan lain. Fenomena ini dinamakan
ballotement positif. Pada keadaan normal ballotement negatif.

231
Menyingkirkan Kemungkinan Nyeri Tekan Ginjal.
Untuk melakukan pemeriksaan ini, pasien harus dalam posisi
duduk. Pemeriksa mengepalkan tinjunya dan dengan lembut
memukul daerah sudut kostovertebral di kedua sisi. Pasien
dengan pielonefritis biasanya merasakan nyeri hebat bahkan
pada perkusi ringan di daerah ini. Jika mencurigai adanya
pielonefritis, pakailah tekanan dengan jari-jari saja.

PERKUSI
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama
seperti pada perkusi dirongga toraks tetapi dengan penekanan
yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan.
Pemeriksaan ini digunakan untuk :
0 Mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria, dimana
suaranya redup/pekak.
1 Menentukan ukuran hati dan limpa secara kasar.
2 Menentukan penyebab distensi abdomen : penuh gas
(timpani), massa tumor (redup- pekak) dan asites 1). Pekak
pada pinggir dan timpani resonant pada bagian
tengah/sentral, 2). Shifting dullness menentukan letak pekak
pada perkusi, miringkan pasien pada sisi kanan/kiri, asites
didemontrasikan dengan adanya timpani pada perkusi setelah
dimiringkan kembali, 3). Demontrasikan thrill cairan atau
pemeriksaan gelombang.
Dengan perkusi abdomen dapat diketahui:
Pembesaran organ
Adanya udara bebas
Cairan bebas didalam rongga abdomen

Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah


rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau udara. Dalam
keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali
didaerah hati suara perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama
sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani
diseluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya
udara bebas didalam rongga perut, misalnya pada perforasi usus.
232
Cara pemeriksaan batas paru – hati : Pada linea mid clavicula
kanan
Menentukan batas paru-hati relatif
Diperkusi dari atas kebawah, nada sonor berubah menjadi
sonor memendek. Normal didapati pada sela iga ke V atau
costa ke V ( pada tinggi ini didapati cupula hati).
Menentukan batas paru-hati absolut
Diperkusi kebawah lagi, nada sonor memendek berubah
menjadi pekak (Beda). Normal disela iga ke VI atau costa ke
VI.
Menentukan besarnya peranjakan batas paru-hati absolut
Pasien disuruh menarik napas yang panjang dan menahan
dahulu. Jari yang tadi ditempat batas paru-hati absolut, jangan
digeser-geser lagi. Waktu pasien menahan napasnya diperkusi
kembali.
Normal : yang mula-mula pekak menjadi sonor memendek
lagi, kira-kira dua jari kebawah. Disebutkan batas paru-hati
absolut sebesar dua jari.
Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen,
perkusi diatas dinding perut mungkin timpani dan di sampingnya
pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini
akan berpindah-pindah (shifting dullness). Pemeriksaan shifting
dullnes sangat patognomonis dan dapat lebih dipercaya dari pada
memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu keadaan yang disebut
fenomena papan catur (chessboard phenomen) dimana pada
perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang
berpindah-pindah, sering ditemukan pada peritonitis tuberkulosa.

Gambar 3 .Teknik perkusi limfa

233
Beberapa cara pemeriksaan asites :

Cara pemeriksaan gelombang cairan. Cara ini dilakukan pada


pasien dengan asites yang cukup banyak dan perut yang agak
tegang. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang dan tangan
pemeriksa diletakkan pada satu sisi sedangkan tangan lainnya
mengetuk-ngetuk dinding perut pada sisi lainnya. Sementara itu
mencegah gerakan yang diteruskan melalui dinding abdomen
sendiri, maka tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan
pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan di tengah-tengah
perut dengan sedikit menekan.

Pemeriksaan menentukan adanya redup yang berpindah


(shifting dullness):
Pasien berbaring telentang, cairan akan berkumpul pada tempat
yang terendah yaitu pada kedua sisi perut (cairan akan
menghasilkan suara redup).
Jika perkusi redup disebabkan oleh cairan maka dengan
memiringkan pasien kesisi yang lain bunyi perkusi menjadi
timpani, ini terjadi oleh karena berpindahnya cairan ke tempat
yang lain yang lebih rendah.
Bunyi perkusi redup yang hilang dengan merubah posisi
pasien disebut shifting dullnes.

Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan dapat


dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien tengkurap dan
menungging (knee-chest position). Setelah beberapa saat, pada
perkusi daerah perut yang terendah jika terdapat cairan akan
didengar bunyi redup

Pemeriksaan Puddle Sign. Seperti pada posisi knee-chest dan


dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada bagian perut
terbawah didengar perbedaan suara yang ditimbulkan karena
ketukan jari-jari pada sisi perut sedangkan stetoskop digeserkan
melalui perut tersebut ke sisi lainnya.

234
Pasien pada posisi tegak maka suara perkusi redup didengar
dibagian bawah.

235
CHECKLIST : PEMERIKSAAN GERIATRI
N Nilai
Aspek yang dinilai
o 0 1 2
1 Mempersiapkan perasaan pasien untuk
menghindari rasa takut dan stress sebelum
melakukan pemeriksaan fisik
2 Memberikan penjelasan dengan benar, jelas,
lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan
pemeriksaan kepada pasien (keluarga)
3 Memberikan penjelasan pada pasien tentang
kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman
yang timbul selama pemeriksaan dilakukan
4 Pemeriksaan umum: keadaan umum,kesan
keadaan sakit, kesadaran, status gizi, tanda vital,
status fungsional, gangguan kognitif, pola miksi-
defekasi
Pemeriksaan Fisik Paru
5 Inspeksi : konfigurasi dada (dada anterior dan
posterior),spider naevi, pemakaian otot nafas
tambahan, retraksi dinding dada dll
6 Palpasi : kesimetrisan dada,nyeri tekan,fremitus
(dada anterior dan posterior)
7 Perkusi (dada anterior dan posterior)
8 Auskultasi (dada anterior dan posterior)
Pemeriksaan Fisik Jantung
9 Inspeksi : pulsasi pada dinding dada
1 Palpasi : nadi, tekanan vena jugular, ictus cordis
0
1 Perkusi : batas-batas jantung
1
1 Auskultasi : bunyi jantung utama, tambahan
2 ,bising
Pemeriksaan Fisik Abdomen
1 Inspeksi : keadaan dinding perut,gerakan dinding
3 perut,pulsasi pada abdomen,striae alba, caput

236
medussae, cicatrik, pelebaran vena dll
1 Auskultasi : peristaltik, bising pembuluh darah
4
1 Palpasi : hepar,lien ,ginjal, pembesaran organ
5 abdomen, nyeri tekan
1 Perkusi : batas paru-hepar, pemeriksaan asites
6
1 Ekstremitas superior/inferior : up and down test,
7 palmar eritema, pucat, edema, kuku, clubbing
finger, sianosis,atrofi/hipotrofi otot
1 Melaporkan hasil pemeriksaan dan follow up lebih
8 lanjut

Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../42 x 100% = %

Banda Aceh, ..........2015

Observer

237
4. PEMASANGAN KATETER

dr. Dahril, SpU


Bagian Urologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter urine secara
aseptik dan tepat

Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-


buli melalui uretra.
Tujuan kateterisasi :
Tujuan diagnosis :
0 Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh
urine untuk pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini
diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi
sample urine oleh bakteri komensal yang terdapat disekitar
kulit vulva atau vagina
1 Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah
pasien miksi
2 Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi
antara lain : sistografi atau pemeriksaan adnya refluks vesico-
ureter melalui pemeriksaan voiding cysto-urethrography
(VCUG)
3 Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra
vesika
4 Menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar
Tujuan terapi :
0 Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi
infravesikal baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat
maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat
uretra
1 Mengeluarkan urine pada disfungsi buli-buli (neurogenic
bladder)

238
Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian
bawah yaitu pada prostektomi, vesikolitotomi
Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan
stabilisasi uretra dan untuk evakuasi buli dengan kombinasi
irigasi ketika urin mengandung bahan-bahan partikel ( post
transurethral resection, evakuasi clot/ material purulent).
-
Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain : sitostatika
atau antiseptik untuk buli-buli

Kateter yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya di


lepas setelah tujuan selesai, tetapi yang ditujukan untuk terapi, tetap
dipertahankan hingga tujuan terpenuhi.

Indikasi kateterisasi :
Retentio urine
Monitoring ketat produksi urin
Operasi urethra / bladder outlet
Buli-buli neuropathy
Urine sampling
Instilasi ke dalam buli-buli
Spalk urethra

Indikasi kontra :
Radang akut urethra

Macam-macam kateter
Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat
pemakaian, system retaining (pengunci) dan jumlah percabangan.

239
Keterangan :
A, B : kateter Nelaton
C, D : kateter Tiemann
: kateter Malecot empat sayap
: kateter Malecot dua sayap
: kateter Pezzer (cystotomy)
: Foley two way catheter
: Folley three way catheter
Ukuran kateter
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran
ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Cheriere (Ch) atau 1
French (Fr) = 0,33 mm, atau 1 mm = 3 FR

Jadi kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter


tersebut adalah 6 mm. Kateter yang mempunyai ukuran sama belum
tentu mempunyai diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan
dan jumlah lumen pada keteter itu.

Bahan kateter
Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks),
lateks dengan lapisan silicon (siliconized) dan silicon (untuk
pemasangan kateter jangjka panjang). Perbedaan bahan kateter
menentukan biokompatibilitas kateter di dalam buli-buli, sehingga
akan mempengaruhi pula daya tahan kateter yang terpasang di buli-
buli.
240
Persiapan kateterisasi
Informasi lengkap dan informed consent (jelaskan dasar pemasangan
kateter kepada pasien)
Memperhatikan prinsip pemasangan kateter :
0 Dilakukan secara aseptik dengan melakukan desinfeksi di
meatal dan genitalia secukupnya memakai bahan yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit genetalia
1 Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien, dapat
memakai gel yang mengandung lidocaine 2% (kateter
dipasang 15 menit setelah pemberian gel)
2 Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup
efektif untuk melakukan drainase urine, yaitu untuk orang
dewasa ukuran 16Fr-18Fr. Kateter logam tidak digunakan
pada tindakan kateterisasi pada pria karena akan
menimbulkan kerusakan uretra
3 - Jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan
memakai sistem tertutup yaitu dengan menghubungkan
kateter pada saluran penampung urine (urine bag)
Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai
dilakukan tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine.
Makin lama kateter dipasang, penyulit berupa infeksi atau
cedera uretra semakin mungkin terjadi.

Teknik Kateterisasi
Pada Pria
0 Baringkan pasien
1 Dokter berdiri disebelah kiri pasien
2 Dokter memakai sarung tangan steril
3 Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah
sekitarnya, daerah genetalia dipersempit dengan kain steril
(doek steril)
4 Kateter yang telah diolesi dengan pelicin/jelly dipegang
seperti memegang pensil, kemudian dimasukkan ke dalam
orrifisium uretra eksterna

241
Pelan-pelan kateter di dorong masuk dan kira-kira pada daerah
bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna) akan
terasa tahanan, dalam hal ini terus dorong kateter tanpa
tenaga yang berlebihan, dan pasien diperintahkan untuk
mengambil napas dalam/menelan supaya sfingter uretra
eksterna menjadi lebih relaks. Kateter terus di dorong secara
lembut hingga masuk ke dalam buli-buli yang ditandai
dengan keluarnya urine dari lubang kateter. Bila tidak ada
lakukan penekanan di daerah suprapubis, dan bia tidak ada
lakukan spooling dengan 20 mL saline kemudian aspirasi.
Perhatikan urine : jernih, keruh, merah, volume total (dicatat).
Dan bila keadaan buli sebelumnya sangat distensi (pada
pasien BPH) dan urine inisial keluar secara cepat, sebaiknya
pengosongan dilakukan secara bertahap (selama 30 – 60
menit) untuk menghindari terjadinya hematuria akibat
dekompresi cepat atau ex vacuo hematuria.
Sebaiknya kateter terus di dorong hingga masuk ke buli-buli lagi
hingga percabangan kateter menyentuh meatus uretra
eksterna
Balon kateter dikembagkan dengan 5-10 ml air steril
Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan
urine bag
Kateter di fiksasi dengan plester di daerh inguinal atau paha
bagian proksimal. Fiksasi kateter yang tidak tepat, yaitu yang
mengarah ke kaudal, akan menyebabkan terjadinya

242
penekanan pada uretra bagian peno skrotal sehingga terjadi
nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura
uretra atau fistel uretra.

2. Pada Wanita
Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita
jarang menjumpai kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek.
Kesulitan yang sering dijumpai adalah pada saat mencari muara
uretra karena terdapat stenosis muara uretra atau tertutupnya muara
uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks dan obesitas atau pun
perubahan-perubahan anatomis akibat penuaan.

243
Kesulitan dalam memasukkan kateter :
Pada pria kateter sering tertahan d uretra pars bulbosa yang
bentuknya seperti huruf “S”
Ketegangan dari sfingter uretra eksterna karena pasien merasa
kesakitan dan ketakutan
Terdapat sumbatan organik di uretra yang disebabkan batu uretra,
striktur uretra, kontraktur leher buli-buli, atau tumor uretra
Ketegangan sfingter uretra eksterna dapat diatasi dengan :
Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung kateter
sampai terjadi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter dapat
masuk dengan lancar ke buli-buli
Pemberian anastesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida
2% dengan jelly 10-20 ml yang dimasukkan per-uretram,
sebelum dilakukan kateterisasi
Pemberian sedatif per enteral sebelum kateterisasi
Pemakaian kateter menetap akan mengundang timbulnya
beberapa penyulit jika pasien tidak merawatnya dengan benar.
Karena itu beberapa hal yang perlu dijelaskan pada Pasien
adalah :

244
Pasien harus banyak minum untuk menghindari terjadinya
enkrustasi pada kateter dan tertimbunnya debris/kotoran dalam buli-
buli
Selalu membersihkan nanah, darah dan getah/sekret kelenjar
periuretra yang menempel pada meatus uretra/kateter dengan
kapas basah
Jangan mengangkat/meletakkan kantong penampung urine karena
dapat terjadi aliran balik urine ke buli-buli
Jangan sering membuka saluran penampung yang dihubungkan
dengan kateter karena akan mempermudah masuknya kuman
Mengganti kateter setiap 2 minggu sekali dengan yang baru untuk
kateter jenis lateks atau 4 minggu sekali untuk jenis silikon.

Penyulit yang bisa terjadi pada tindakan kateterisasi :


Lesi mukosa
False route
Hematuria
Uninhibitory detrusor contraction
Infeksi
Bakteriuria persisten
Uretritis, abses, fistel
Batu buli-buli
Kateter tidak dapat dibuka, mungkin diakibatkan oleh :
kesalahan pabrik, pernah di klem (dijepit) atau karena pemasangan
terlalu lama. Dapat diatasi dengan : isi eter ± 10 ml atau tusuk
jarum dengan USG.
Kateterisasi gagal mungkin diakibatkan :
Salah teknik
Striktura uretra
Batu “impacted”
Kontraktur leher buli-buli

Apabila kateterisi gagal, maka indikasi untuk dilakukannya


sistotomi (pembuatan lubang di daerah buli).

245
CHECKLIST : PEMASANGAN KATETER
No Aspek yang dinilai Skor
0 1 2
1. Persiapan
a. Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan
jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan & efek yang
ditimbulkan, serta meminta persetujuan pasien
b. Mempersiapkan alat dan bahan: kateter urine dengan
ukuran sesuai, urine bag, spuit 5 cc/10cc, akuades &
NaCl 0,9%, doek steril, sarung tangan steril, pinset, jelly
yang mengandung obat anestesi, povidone iodine
c. Meminta pasien untuk berbaring
d. Dokter berdiri disebelah kiri pasien (kecuali kidal)
e. Dokter mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
secara aseptik
f. Mengetes bahan kateter
2. Teknik
a. Melakukan desinfeksi area muara uretra eksterna sampai
perineum, kemudian membatasi dengan menggunakan
doek steril
b. Membuat larutan lubricant (2cc lidocain+8cc gelly)
dalam spuit 10cc lalu menyemprotkan secara gentle
kedalam uretra : dewasa (10cc), anak-anak (3-5cc) dan
biarkan selama 3-5 menit
c. Memasukkan kateter dengan menggunakan pinset secara
perlahan
d. Pada saat terasa tahanan (daerah bulbomembranasea),
meminta pasien untuk rileks misalnya dengan bernapas
dalam agar sfingter uretra eksternal relaks
e. Mendorong terus katetr hingga percababngan kateter
menyentuh meatus uretra eksternal
f. Bila urin keluar dari lubang kateter ditampung dengan

246
kidney basin dan diukur jumlahnya. Perhatikan urine :
jernih, keruh, merah
Mengembangkan balon kateter sesuai volume kateter
bersangkutan (5-10 ml) aquades steril, memasang urin
bag lalu kateter ditarik mundur sampai tertahan oleh
balon
Bila urine tidak keluar, uji coba dengan memasukkan
NaCl 0,9 % 10 cc, kemudian tarik kembali. Apabila
gagal, kateterisasi dihentikan
Membersihkan kembali area genetalia dan doek steril
dibuka
Daerah antara ujung penis dan kateter ditutup dengan
kasa
Memfiksasi kateter menggunakan plster di daerah
inguinal atau perut bagian bawah (suprapubik)
Memberikan informasi bahwa pemasangan telah
selesai dan follow up lebih lanjut
Menuliskan laporan pemasangan dalam rekam medik
(termasuk beberapa volume berapa aquades yang
dipakai untuk mengembangkan balon)

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan: Skor total ......../36 x 100% = %

Banda Aceh,………………2015

Observer

247

Anda mungkin juga menyukai