Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG EVIDENCE BASED PRACTICE PADA MASA NIFAS

Maakalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Praktik Kebidanan

DI SUSUN OLEH :
DHEA LUTFIYAH (40722064)
JIHAN ABIDAH (40722072)
RIKA ROSDIANA (40722100)

UNIVERSITAS GUNADARMA
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Evidence based practice pada masa nifas,
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Praktik
kebidanan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Pengantar Praktik
Kebidanan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 EVIDENCE BASED PRACTICE.........................................................................................................5
2.2 MANFAAT EVIDENCE BASED PRACTICE........................................................................................5
2.3 POSTNATAL CARE..................................................................................................................5
2.4 DEFINISI NIFAS.............................................................................................................................6
2.5 KONSEP DASAR MASA NIFAS....................................................................................................6
2.6 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA MASA NIFAS.....................................................7
2.7 TAHAPAN MASA NIFAS...............................................................................................................7
2.8 PERUBAHAN FISIK MASA NIFAS.............................................................................................8
2.9 PERUBAHAN PSIKIS MASA NIFAS...........................................................................................8
2.10 LOCHEA..................................................................................................................................8
2.11 KUNJUNGAN MASA NIFAS.....................................................................................................9
A. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan,............................................................................9
B. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan,...............................................................................9
C. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.......................................................................10
D. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.......................................................................10
2.12 Contoh Kasus..........................................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................14
3.2 SARAN........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
seperti keadaan semula hamil, berlangsung selama kira- kira 6 minggu. Masa nifas di
mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
atau masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Evidence Base dapat diartikan sebagai Bukti atau fakta dan Based adalah Dasar. Jadi
evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti. Evidence Based Midwifery (Practice)
didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional
dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Evidence based practice pada masa nifas ?


2. Apa yang dimaksud dengan evidence based practice pada masa nifas?
3. Apa saja asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan memanfaatkan evidence based
practice?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Mempelajari dan mengetahui lebih banyak dari yang sebelumnya tentang Evidence
based practice pada masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 EVIDENCE BASED PRACTICE

EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni
bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003. Itu dirancang
untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan
tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi. EBM mengakui nilai yang
berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan.

Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan
konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis
dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

2.2 MANFAAT EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Keamanan bagi nakes (Tenaga Kesehatan) karena intervensi yang dilakukan


berdasarkan bukti ilmiah
B. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
C. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam memberikan asuhan
yang bermutu
D. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.3 POSTNATAL CARE

Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 setelah
persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari bidan kepada ibu dan bayi
sedang di perlukan bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kompiliasi dan penyulit pada
masa postnatal.

2.4 DEFINISI NIFAS

Masa nifas (puerperium) merupakan keadaan pulih kembali mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung
selama 6-8 minggu. Periode nifas dibagi menjadi tiga yang pertama yaitu puerprium dini
merupakan kepulihan saat ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan, puerperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya sekeitar 6- 8 minggu,
dan remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu
untuk sehat sempurna memerlukan waktu beberapa minggu, bulan, atau tahun.

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan, atau dalam periode
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya. Tetapi tidak disebabkan oleh
kecelakaan/cedera. Berdasarkan Target global MDGs (mellienium development goals) ke-5
adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MGDs ke-5 untuk
menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kesuguhan untuk mencapainya.

2.5 KONSEP DASAR MASA NIFAS

1. Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung
kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40
hari.
2. Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu.
3. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
4. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal.

2.6 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA MASA NIFAS

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan postpartum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
2. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
3. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
4. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
5. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
6. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi selama periode nifas.
7. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
8. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya sebagai
orang tua.
2.7 TAHAPAN MASA NIFAS

Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :


1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
– jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat
sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan
atau tahunan.

2.8 PERUBAHAN FISIK MASA NIFAS

1. Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
2. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochea)
3. Kelelahan karena proses melahirkan.
4. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
5. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
6. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
7. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

2.9 PERUBAHAN PSIKIS MASA NIFAS

1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan sampai hari ke 2
(Fase Taking In)
2. Ibu merasa merasa kwatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan
sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold (hari ke 3 – 10)
3. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase Letting Go.
(hari ke 10-akhir masa nifas)

2.10 LOCHEA
1. Pengeluaran lochea terdiri dari :
a. Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
vernix kaseosa, lanugo, dan meconium
b. Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
c. Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
d. Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi
disebut lochea purulent.

2.11 KUNJUNGAN MASA NIFAS

Tujuan :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.

A. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan,

Tujuannya :
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipoterm

B. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan,

Tujuannya :
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan memperhatikan tanda –
tanda penyakit
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari

C. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

D. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :
1. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.12 Contoh Kasus

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode deskriptif dan
menggunakan pendekatan 7 langkah Varney. Subjek yang diambil dalam Studi kasus ini
dilakukan pada Ny.S Umur 26 Tahun P2A0Ah2 6 Jam Post Partum Di Puskesmas
Banjarnegara 2 Tahun 2022. Pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan pada tanggal
1 maret 2022-28 maret 2022

6 jam postpartum patient


Kasus 1, ibu mengatakan bahwa perutnya masih mules dan badanya merasa lelah
setelah proses persalinan. Saat dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus baik teraba keras,
berdasarkan hasil informasi dari keluarga (suami pasien) ibu belum berani ke kamar mandi
serta ibu mengatakan masih takut bergerak akibat luka bekas jahitan. Pada kasus 2, ibu
mengatakan keadaanya sudah lebih baik, hanya saja perutnya masih mules dan ASI belum
keluar, terbukti saat bidan melakukan pemeriksaan dengan mencoba untuk memerah ASI,
ASI belum keluar. Yang diberikan pada kedua kasus tersebut yaitu melakukan pemeriksaan
TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Menganjurkan ibu untuk
berjalan jalan ke kamar mandi sendiri, memberitahu ibu untuk tidak tarak makan, mengajari
kepada ibu cara menyusui yang benar, memberi KIE kepada ibu tentang ASI, nutrisi
kebutuhan ibu nifas. Terapi lebih ditekankan pada kasus 1 mengajari ibu cara cebok yang
benar yaitu dari depan kebelakang, menjaga personal hygiene terutama alat genetalia dan
untuk tidak terlalu takut menggerakan tubuhnya. Pada kasus 2 mengajari ibu cara perawatan
payudara, menganjurkan ibu untuk meneteki bayinya sesering mungkin meskipun ASI belum
keluar.

Keduaanya telah dilakukan asuhan kebidanan seperti pemeriksaan keadaan umum,


mobilisasi, dan diberikan KIE ASI, nutrisi, cara menyusui yang benar serta tambahan Pada
kasus 1 dan 2 ibu sudah menyusui bayinya, ibu sudah bisa duduk, berdiri dan jalan sendiri ke
kamar mandi, tidak tarak makanan, pada kasus 1 ibu masih takut bergerak karena adanya luka
jahitan. Berdasarkan hasil informasi bidan dan suami mengatakan bahwa ibu sudah bisa
menyusui bayinya akan tetapi ibu masih takut mobilisasi. Pada kasus 2 ibu bersedia
dilakukan perawatan payudara serta ibu sring menyusui bayinya. Berdasarkan hasil informasi
bidan dan suami mengatakan bahwa ibu sudah bisa menyusui bayinya, ibu kurang istirahat,
serta ibu mau melakukan apa yang sudah dianjurkan. Bidan mengetahui bahwa ibu sudah bisa
menyusui bayinya, sudah mau makan dan melakukan aktivitas jalan jalan.

7 hari postpartum patient

Kasus 1 Ibu mengatakan nyeri luka bekas jahitan sudah berkurang, Ibu mengatakan
ASI nya sudah keluar tetapi belum lancar hasil informasi dari pasien dan bidan membuktikan
dengan melakukan pemeriksaan payudara dan benar saja ketika memerah ASI yang keluar
sedikit, pada kasus 2 Ibu mengatakan pola istirahat tidurnya kurang karena bergadang
informasi dari pasien dikarekan ada pantangan untuk ibu nifas tidak boleh tidur siang dan
informasi tersebut dibenarkan oleh ibu pasien. Yang dilakukan pada kasus 1 yaitu
Memberitahu ibu mengenai keluhan yang sedang dialaminya dan cara mengatasinya.
Pengeluaran ASI yang belum lancar dikarenakan ASI yang ibu produksi masih tertumpuk
dipayudara ibu dan belum dikeluarkan sepenuhnya, sedangkan produksi ASI ibu sudah mulai
lancar. Hal ini terlihat jelas karena payudara ibu saat diraba terasa penuh.
Cara mengatasinya yaitu dengan dilakukan perawatan payudara dan pijat oksitosin,
hal ini bertujuan untuk melancarkan produksi serta pengeluaran ASI ibu. Pada kasus 2 yang
dialami ibu yaitu kurangnya istirahat tidur karena bergadang untuk menyusui bayinya.
Meskipun begitu, ibu tetap dianjurkan untuk istirahat yang cukup untuk tidur malam minimal
7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam. Namun apabila tidak bisa dilakukan secara efektif, ibu dapat
ikut istirahat tidur ketika bayinya tidur, hal ini agar tidak menyebabkan pengaruh terhadap
produksi ASI, involusi uterus dan depresi. Pada kasus 1 ibu diberikan asuhan kebidanan yaitu
pijat oxytosin dengan cara :
a. Menutup puting susu dengan kapas yang sudah diberi minyak kelapa selama 2 menit agar
kotoran yang terdapat di sekitar puting dan areola terangkat.
b. Tuang sedikit minyak kelapa ke kedua telapak tangan.
c. Kedua telapak tangan diletakkan di tengah payudara ibu dengan ujung
jarijari menghadap ke bawah. Kemudian telapak tangan mengurut
payudara dengan tarik ke atas melingkari payudara (ke arah luar).
Gerakan ini dilakukan selama 20x.
d. Kemudian gerakan berikutnya menggunakan samping telapak tangan
sebelah kanan dan tangan sebelah kiri menopang payudara, dilakukan
dengan mengurut payudara dari setiap sisi ke arah depan. Gerakan ini
dilakukan bergantian masing-masing payudara kanan dan kiri 20x.
e. Mengurut payudara dengan ruas-ruas jari dari setiap sisi pangkal
payudara sampai ke ujung payudara dengan tangan kanan dan tangan
kiri menopang payudara. Gerakan ini dilakukan bergantian masing-
masing payudara kanan dan kiri 20x.
f. Setelah selesai, payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin
secara bergantian menggunakan waslap, kemudian keringkan payudara
dengan handuk.
Pada kasus 2 ibu sudah diberikan KIE tentang pola istirahat yang cukup untuk ibu
nifas. Pada kasus 1 bidan sudah melakukan asuhan perawatan payudara yaitu pijat oxytosin
ibu sudah bersedia untuk melakukanya secara mandiri dengan rutin untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya,ibu sudah bersedia untuk sesering mungkin menyusui bayinya,pada kasus 2
ibu sudah mengerti tentang pola istirahat yang cukup untuk ibu nifas dan ibu sudah bersedia
untuk istirahat yang cukup
14 hari postpartum patient
Kasus 1 Ibu mengatakan tidak ada keluhan berdasarkan informasi dari pasien bidan
membenarkan dengan melakukan pemeriksaan TTV semua dalam batas normal, Ibu
mengatakan ASI nya lancar terbukti dengan bidan melakukan pemeriksaan head to toe saat
payudara diperah ASI yang keluar banyak dan bayinya menetek dengan kuat. Kasus 2 ibu
mengatakan belum ingin ber KB informasi dari ibu dikarenakan masih takut dan belum
mengetahui KB apa yang cocok untuknya. Yang diberikan pada kasus 1 yaitu Memastikan
ibu tidak memiliki penyulit dalam menyusui. Penyulit dalam menyusui dapat mempengaruhi
ASI yang diproduksi maupun yang dikeluarkan. Dengan adanya pengaruh pada produksi
ASI, hal ini dapat menyebabkan terhambatnya gizi yang diperlukan oleh bayi. Kasus 2
diberikan KIE tentang KB Setelah melahirkan, sebaiknya ibu memberikan jeda ke kehamilan
berikutnya selama 8 tahun. Dengan ber KB, ibu menjadi lebih aman dan tidak perlu khawatir
dengan keadaannya yang belum siap untuk hamil kembali.
Metode KB yang cocok digunakan oleh ibu yang baru melahirkan adalah alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), disarankan dipasang segera setelah plasenta lahir sampai
48 jam setelah persalinan. Jika tidak dalam 48 jam, alat ini hanya bisa dipasang 4 minggu
setelah persalinan. Alat ini memiliki fungsi optimal selama 8 tahun. Pada kasus 1 ibu
mengatakan tidak ada penyulit dalam menyusui bayinya dan ibu sudah bersedia untuk selalu
menjaga kesehatan ibu dan bayinya,ibu mengatakan sudah melakukan aktivitas rumah tangga
seperti nyapu ngepel nyuci dll. Kasus 2 ibu sudah mengerti tentang KB yang cocok untuk ibu
nifas dan ibu bersedia untuk menggunakan KB.
Hasil penelitian 6 jam postpartum dengan beraktivitas seperti mobilisasi bertujuan
mempercepat involusi uterus,melancarkan pengeluaran lochea dan melancarkan fungsi alat
kelamin serta memperlancar peredaran darah sehingga dapat mempercepat penembuhan luka
bekas jahitan dan rasa nyeri pada bekas jahitan. Sering meneteki bayinya juga dapat
mengurangi resiko komplikasi yang dapat terjadi pada bayi seperti dehidrasi, bayi nampak
kuning dan diare pada bayi.
Hasil penelitian pada hari ke 7 postpartum perawatan payudara bertujuan untuk
memperlancar sirkulasi darah,mencegah tersumbatnya saluran air susu,sehingga merangsang
dan memperlancar pengeluaran ASI. Pola istirahat yang cukup sangat penting hal ini agar
tidak menyebabkan pengaruh terhadap produksi ASI, involusi uterus dan depresi. Pola
istirahat yang cukup dapat memberikan pengaruh yang baik pada ibu nifas antara lain, ibu
tidak mengalami kelelahan akibat kurang tidur serta tubuh ibu akan lebih fresh dan tenang.
Hasil penelitian pada hari ke 14 post partum Memastikan ibu tidak memiliki penyulit
dalam menyusui. Penyulit dalam menyusui dapat mempengaruhi ASI yang diproduksi
maupun yang dikeluarkan. Dengan adanya pengaruh pada produksi ASI, hal ini dapat
menyebabkan terhambatnya gizi yang diperlukan oleh bayi. diberikan KIE tentang KB
Setelah melahirkan, sebaiknya ibu memberikan jeda ke kehamilan berikutnya selama 8 tahun.
Dengan ber KB, ibu menjadi lebih aman dan tidak perlu khawatir dengan keadaannya yang
belum siap untuk hamil kembali.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

A. Fisik : memastikan uterus berkontraksi, tidak ada perdarahan, luka kering dantidak ada tanda
infekai, ibu dapat menyusui dengan baik.
B. Sosial dan budaya : memberitahu kepada ibu bahwa dalam masa nifas tidak ada makanan
pantangan dan harus bisa memilih tentang adat yang menguntungkan ataupun yang
merugikan kesehatan ibu dan bayinya untuk dihindari.
C. Spiritual : selama masa nifas ibu tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah wajib atau
sunah sebelum masa nifas selesai dan ibu mandi besar, mencukur rambut bayi, memberikan
nama yang baik dan melakukan aqiqah.

3.2 SARAN
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, Khususnya bagi mahasiswa. Namun manusia
tidak lah ada yang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna
perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Mahasiswa UNPAD. 2020. “Efektivitas Pemberian Terapi Herbal Untuk


Meningkatkan Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Postpartum”.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-padjadjaran/nursing/ebp-
manuskrip-postpartum/12572549

 Diani, Alindya. 2021. “Pentingnya Perawatan Selama Masa Nifas”.


https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/pentingnya-perawatan-selama-masa-
nifas/
 Tri, Magdalenda. 2019. “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan
Pemberian Kompres Aloevera Untuk Mengatasi Payudara Bengkak”.
https://journal.umtas.ac.id/index.php/prosidingkeperawatan/article/view/
1905/899

 Maryati. 2016. “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea”.


http://digilib.unisayogya.ac.id/1938/1/Naskah%20Publikasi.pdf

 Mahasiswa Poltekkes Semarang. 2016. “Asuhan Kebidanan Kehamilan”.


https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%20II
%20P1337424115038.pdf

Anda mungkin juga menyukai