Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Posisi dan Gerakan Yang Aman dan Nyaman Selama Persalinan,


Pemenuhan nutrisi Dan Hidrasi Dalam Persalinan”

Disusun Oleh :
Kelompok 9
FIRGIANI PUSPITA NAIDA 18340006P
MUJIANAH 18340089P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

1
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Posisi dan Gerakan Yang Aman dan Nyaman Selama Persalinan, Pemenuhan
nutrisi Dan Hidrasi Dalam Persalinan”

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki,


sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3


2.1. Evidence Based Midwifery (Practice) ................................................................ 3
2.2. Manfaat Evidence Based Midwifery dalam praktik Kebidanan ......................... 3
2.3. Posisi dan gerakan selama persalinan ................................................................ 3
2.4. Posisi dan gerakan yang di anjurkan ................................................................... 4
2.5. Posisi yang Tidak Dianjurkan ............................................................................ 4
2.6. Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan ................................................. 8
2.7. Nutrisi dan Hidrasi Selama persalinan ................................................................ 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13


3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
3.2. Saran .................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan dan melahirkan dapat menimbulkan resiko kesehatan yang
besar, termasuk perempuan yang tidak mempunyai masalah kesehatan
sebelumnya. Kira-kira 40% ibu hamil (bumil) mengalami masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kehamilan; dan 15% dari semua bumil menderita komplikasi
jangka panjang atau yang dapat mengancam jiwa. Oleh karena itu, pengenalan
mengenai pencegahan dan penanganan yang terbukti dapat dijalankan (evidence
based) bisa melindungi keselamatan ibu dan bayinya. Penggunaan kebijakan dari
bukti terbaik (evidence based) yang tersedia sehingga tenaga kesehatan bidan dan
pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan
pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan
pelayanan.
Setiap manusia baik laki-laki maupun wanita dalam kehidupannya terjadi
perubahan atau mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik secara
fisik, psikis maupun sosial kemasyarakatan. Perbedaan peran, fungsi, tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk dan dibuat oleh masyarakat
dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial
merupakan arti gender.
Menurut Syafrudin (2012) posisi dalam persalinan adalah posisi yang
digunakan untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat bersalin
dan dapat mempercepat proses persalinan.

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa


disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks sedapata mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan
posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan bidan
adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya,
menyarankan alternative-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan bagi dirinya sedndiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga

4
yang hadir untuk melayani sebagai pendamping ibu, maka bidan bisa menawarkan
dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut.

Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus menerus dalam masa
persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan
bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau
merubah setting tempat yang sudah ditentukan 9seperti misalnya menyarankan
agar ibu berdiri atau berjalan-jalan). Bidan harus memberikan suasana yang
nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi yang terburu-buru, sambil memberikan
kepastian yang menyenangkan serta pujian lainnya.

1.2.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan.
2. Untuk mengetahui Manfaat Evidence Based Midwifery dalam praktik
Kebidanan
3. Untuk mengetahui Posisi dan gerakan selama persalinan
4. Untuk mengetahui Nutrisi dan Hidrasi Selama persalinan

1.3.Manfaat Penulisan
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based
kebidanan.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang Manfaat
Evidence Based Midwifery dalam praktik Kebidanan
3. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang Posisi dan
gerakan selama persalinan
4. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang Nutrisi dan
Hidrasi Selama persalinan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Evidence Based Midwifery (Practice)


Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
sering mendengar tentang Evidence based. Evidence based artinya berdasarkan
bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua
harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini
yang bias dipertanggung jawabkan.
Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi
berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, evidence based midwifery
adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan. Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti
ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari
seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi.
Tidak semua EBM dapat langsung diaplikasikan oleh semua professional
kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah terlebih
dahulu, mempertimbangkan manfaat dan kerugian serta kondisi setempat seperti
budaya, kebijakan dan lain sebagainya.

2.2. Manfaat Evidence Based Midwifery dalam praktik Kebidanan


Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaaan yang sistematik,
ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan
tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif
dan tidak selalu melakukan intervensi.
Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa
sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau
dicegah. Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan
sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan
dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia

6
harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman
berdasarkan bukti ilmiah.

2.3. Posisi dan gerakan selama persalinan


Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau
membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan tersebut harus
melakukan semuanya itu dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi;
1. Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa
ibu.
2. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta merasa
didukung dan didengarkan.
3. Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan ibu/keluarganya
sebagai pengambil keputusan
4. Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai teknologi
canggih.
5. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami
ibu.

2.4. Posisi dan gerakan yang di anjurkan


1. Setengah duduk atau duduk

Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di


berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan

7
ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke
arah samping.

Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu
untuk beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk
bisa keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal,
dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan
kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.

2. Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah
satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan
bila posisi kepala bayi belum tepat.
Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak
normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri
atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring
ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan
bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen
dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu
menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan
relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.

8
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu
proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus
melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.

3. Berdiri atau jongkok

Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua,


wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.
Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak
harus bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan
sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok
berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian
bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya
perluasan pintu panggul.
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya
hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril
untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan
bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan
pembukaan.

9
4. Merangkak

Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung.
Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri
punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.
5. Menungging
Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi ,
kadang – kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan
untuk mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada leher rahim
yang bengkak.

6. Berjalan-jalan

Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya
masih mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat
menjadi lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul, dapat
mmempercepat turunnya kepala janin

10
2.5. Posisi yang Tidak Dianjurkan
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin
pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :
a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan pada vena
kava inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu pingsan dan
hilangnya oksigen bagi bayi
b. Dapat menambah rasa sakit
c. Bisa memperlama proses persalinan
d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
e. Membuat buang air lebih sulit
f. Membatasi pergerakan ibu
g. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
h. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
i. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

2.6. Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan


Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai
berikut :
1. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan
kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan
2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan
nyaman
3. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan
kehamilan.
4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum
memasuki kala II.
5. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
6. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
7. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan
menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan

11
2.7. Nutrisi dan Hidrasi Selama persalinan
Kekurangan nutrisi dikutip sebagai salah satu faktor yang mengganggu normal,
persalinan fisiologis, dan organisasi perawatan bersalin terkemuka telah
mengeluarkan pendapat profesional mengenai nutrisi dan hidrasi selama
persalinan. The American College of Obstetricians and Gynecologists
menunjukkan bahwa sejumlah kecil cairan bening mungkin diperbolehkan. untuk
wanita berisiko rendah dalam persalinan. The American Society of
Anesthesiologists menyarankan bahwa asupan cairan yang jelas selama persalinan
adalah tepat tetapi makanan padat tidak. American College of Nurse-Midwives
menyimpulkan bahwa keputusan yang berkaitan dengan nutrisi dan hidrasi selama
persalinan dilakukan mengikuti penilaian risiko terhadap ibu dan / atau janin,
risiko pembedahan, dan faktor lingkungan kelahiran, seperti layanan anestesi yang
tersedia. Dengan kata lain, keputusan perawatan yang terkait dengan dukungan
nutrisi harus individual, dan protokol standar tidak berlaku untuk setiap wanita
dalam persalinan.

2.7.1 Oksigen
Kebutuhan oksigen pada setiap manusia pada dasarnya sama, yaitu berupa udara
yang bersih, jauh dari polusi, bebas dari asap rokok dan tidak bau. Begitu juga
dengan kebutuhan oksigen pada ibu pada saat persalinan, ibu membutuh ruangan
yang bersih, nyaman, bebas asap rokok, dan tidak bau untuk ketenangan ibu
dalam menghadapi persalinan.
Ada dua pernafasan dasar untuk persalinan yaitu pernafasan lambat atau
pernafasan ringan. Rencanakan pernafasan mana yang akan digunakan selama
persalinan guna membantu relaksasi, menjamin pasokan oksigen yang memadai,
dan memungkinkan anda mengubah pernafasan sebagai respons terhadap
intensitas kontraksi. Akan sangat nyaman bila ibu memulai dengan pernafasan
lambat jika diperlukan pada awal persalinan dan menggunakannya selama
persalinan sepanjang hal itu membantu. Selanjutnya ibu mungkin ingin
menggantinya dengan pernafasan ringan atau salah satu variasi yang paling enak
bagi ibu . maka dari itu hendaknya ibu dapat menguasai keduanya.

12
2.7.2 Nutrisi
Meskipun praktik bervariasi, itu umum bagi perempuan untuk kekurangan nutrisi
mulut selama persalinan. Penurunan nutrisi didefinisikan sebagai tidak
memungkinkan wanita untuk memiliki apa pun melalui mulut atau membatasi
kemudian hanya cairan yang jernih atau padatan ringan di awal persalinan. Para
penulis survei Mendengarkan Ibu III (2013) menemukan bahwa 2 dari 5 wanita
yang bekerja atau 40 % dari sampel minum selama persalinan, dan 21%
mengkonsumsi makanan padat dalam persalinan. Dalam survei yang sama ini, di
antara wanita yang melahirkan sesar, 76% memiliki infus cairan intravena (IV),
dan di antara wanita yang melahirkan secara normal, 55% memiliki infus cairan
IV. Alasan yang dikutip untuk kekurangan nutrisi termasuk ketakutan akan
aspirasi isi perut dalam kasus anestesi umum dan risiko peningkatan mual dan
muntah karena penyerapan yang lamban dan pencernaan nutrisi selama
persalinan.7 Cairan intravena sering diberikan kepada pasien. mencegah risiko-
risiko ini, berikan akses IV jika operasi darurat diperlukan, atau untuk mencegah
ketosis.

Bukti untuk Mendukung Praktik

Cochrane Collaboration telah mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan nutrisi


dan hidrasi selama persalinan di tiga bidang utama; yang pertama adalah
pembatasan cairan dan makanan selama persalinan. Singata, Tranner, dan Gyte
meninjau 5 penelitian yang tepat dan tidak menemukan perbedaan statistik dalam
hasil ibu atau bayi yang terkait dengan jenis kelahiran atau skor Apgar pada lima
menit. Mereka menyimpulkan bahwa kekurangan nutrisi tidak memberikan
manfaat atau bahaya, dan oleh karena itu bukti tidak mendukung latihan ini.
Mereka lebih lanjut menyatakan bahwa kekurangan gizi menyebabkan tekanan
ibu, status gizi yang tidak seimbang, dan peningkatan rasa sakit dalam persalinan.
Hasil studi saat ini menunjukkan kekurangan nutrisi tidak memastikan rendahnya
kadar residu atau keasaman lambung, dan ketika dikombinasikan dengan
penurunan penggunaan anestesi umum pada kebidanan modern, perhatian untuk
risiko aspirasi tidak memberikan dasar yang kuat untuk pelaksanaan pemotongan
makanan atau cairan dari wanita dalam persalinan.

13
Toohill, Soong, dan Flenady meninjau literatur yang berkaitan dengan intervensi
seperti peningkatan cairan oral dan pemberian cairan IV untuk mencegah ketosis.
Ketosis umum selama persalinan karena efek gabungan dari stres fisiologis dan
kekurangan nutrisi. Selama ketosis, tubuh wanita dalam persalinan harus menarik
dari sumber tubuh alternatif untuk energi yang dibutuhkan. Sayangnya penulis
tidak menemukan studi yang tepat dan menyerukan penelitian di masa depan
membandingkan asupan oral, pemberian IV, atau tidak ada intervensi untuk
pengobatan ketosis. Mereka juga menyarankan bahwa administrasi IV harus
dipelajari secara seksama untuk efeknya pada kadar glukosa ibu, efek samping,
lamanya persalinan, interferensi dengan ambulasi selama persalinan dan memulai
menyusui, dan asidosis baru lahir.

Dawood, Dowswell, dan Quenby melakukan Cochrane Collaboration Review


yang berfokus pada efek pemberian cairan intravena pada durasi persalinan dan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada wanita yang berisiko rendah dan
mengalami kelahiran pertama mereka. Mereka mengidentifikasi 9 penelitian yang
membahas pertanyaan tentang penggunaan IV hidrasi dibandingkan dengan
hidrasi oral atau kekurangan nutrisi untuk wanita selama persalinan, tetapi hanya
2 dari hasil penelitian yang dicatat oleh penulis untuk menunjukkan efek positif
dari penggunaan pemberian cairan IV pada durasi persalinan. Penggunaan
pemberian cairan IV menyebabkan durasi kerja yang lebih pendek dibandingkan
dengan pembatasan cairan oral dalam dua percobaan. Para penulis menyimpulkan
bahwa manfaat kesehatan tidak disadari secara keseluruhan oleh penggunaan
pemberian cairan IV dan bahwa penelitian tidak menghasilkan bukti yang cukup
untuk dijadikan dasar praktik. Sebaliknya penulis menyarankan wanita didorong
untuk meningkatkan asupan oral mereka untuk memastikan hidrasi yang memadai
daripada memiliki kebijakan yang mendorong pemberian cairan IV rutin atau
tidak mengizinkan apa pun melalui mulut selama persalinan. Selain itu penulis
mencatat perhatian dengan penggunaan cairan dekstrosa untuk pemberian IV
karena potensi peningkatan risiko hiponatremia dan hiperbilirubinaemia
dibandingkan penggunaan salin.

14
Strategi efektif untuk meningkatkan nutrisi dan hidrasi fisiologis meliputi
hal-hal berikut:
1. Menyaring wanita dalam persalinan untuk risiko kelahiran operatif dan
aspirasi untuk menentukan kecukupan asupan nutrisi
2. Mencegah intervensi bedah yang tidak perlu yang membutuhkan penggunaan
anestesi umum
3. Batasi pemberian IV rutin
4. Biarkan wanita dalam proses persalinan untuk minum cairan rendah asam,
gula, dan garam yang mereka inginkan.
5. Berikan wanita dalam persalinan dengan makanan ringan yang rendah asam,
gula, lemak, dan garam.
(Toohill, 2008)

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti
inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa
dipertanggungjawabkan dalam proses persalinan. Dengan evidence based
midwifevery (EBM) sangat bermanfaat bagi bidan dalam pengambilan keputusan
pasien secara bijak. Salah satu EBM dalam persalinan yang terkini contohnya
posisi meneran, terdahulu posisi meneran secara telentang/litotomi rutin dilakukan
dalam persalinan, namun setelah adanya penelitian posisi tersebut ternyata kurang
baik bagi ibu dan bayi, sehingga pemilihan posisi lain menjadi alternatif yang
lebih baik karena menguntungkan ibu dan bayi.

3.2. Saran
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah
masyarakat seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak
intervensi. Selain itu diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada,
sehingga bidan dapat memberikan asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada
dan bidan dapat melakukan asuhan sayang ibu saat persalinan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar


http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.
http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html
Lutan, Delfi. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta – Buku Kedokteran EGC
Nolan, Mary. 2004. Kehamilan & Melahirkan. Jakarta – Arcan
Bagian Obstetri & Ginokelogi. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung – Eleman
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obesentri (jilid 1). Jakarta-Buku Kedokteran
Pujiastuti. 2009.Ibu hamil dan Bayi.Jogyakarta-Tugu Publiser
Anton, Baskoro. 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Jogjakarta.
Banyumedia
Indonesia. Departemen Kesehatan Direktorat. 2004. Pelatihan Asuhan Persalinan
Normal. Jakarta. Departemen Kesehatan
sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika. Hlm: 41-61

17

Anda mungkin juga menyukai