Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN

POSTNATAL CARE BERDASARKAN EVIDENCE BASED

OLEH :

KELOMPOK V11

KELAS D.20

HASNAWATY 201302109

RATNA DEWI 201302113

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIATIMUR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah jurnal kami yang berjudul “Postnatal care

berdasarkan evidence based” dalam Mata kuliah Asuhan Kebidanan.

Dalam penulisan makalah ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak yang

berupa bimbingan, pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu penyusun.

Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun berusaha untuk membuat yang terbaik,

akan tetapi dengan keterbatasan yang ada penyusun menyadari dalam makalah ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun, supaya makalah ini menjadi lebih baik. Semoga ini bermanfaat

khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

JUNI 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................3

A. Tinjauan tentang Evidence Based...................................................................................3

1. Pengertian Evidence Based.........................................................................................4

2. Tujuan Evidence Based...............................................................................................4

3. Komponen Kunci Evidence Based..............................................................................5

B. Tinjauan tentang Posnatal care........................................................................................5

1. Deteksi dini komplikasi masa PNC...........................................................................5

2. Persiapan pasien pulang dan home visit PNC...........................................................6

3. Support system dalam Posnatal Care........................................................................7

4. Implementasi hak ibu dan bayi pada masa PNC.............................................................8

C. Tinjauan tentang Evidence Based dengan Posnatal care..............................................11

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................14

SOAL VIGNETTE…………………………………………………………………………...18
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................19

A. Kesimpulan......................................................................................................................19

B. Saran................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Post Natal care atau Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Anggraini. 2010). Post Natal Care dimulai sejak 2 jam pertama setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu/42 hari setelah itu. Selama masa nifas, ibu akan

mengalami Perubahan fisiologis. Perubahan terjadi pada sistem reproduksinya.

Perubahan pada sistem reproduksi tersebut diantaranya adalah payudara (mamae),

involutio uterus, pengeluaran lokia, Perubahan pada endometrium, serviks, vulva dan

vagina, dan pada perineum (Ani lestari,2019, Volume 11 no 1 Juni 2019, p-ISSN:

2085-0840: E-ISSN: 2622-5905).

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu

tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi

terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan

efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011).

Tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar

negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting

untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan

bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti

secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru

yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga

1
mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan

menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal (Macnee, 2011).

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6

minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan

mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat

perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam

angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu

penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).

Kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah kesehatan yang serius di

negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun

2015. Angka Kematian Ibu di dunia yaitu 289.000 jiwa dan Angka Kematian Ibu

Indonesia yaitu 214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Dirpekirakan bahwa

60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang

waktu 24 jam pertama. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2019 kematian

ibu mencapai 1.311.Penyebab kematian tertinggi disebabkan oleh perdarahan 1.280

dan infeksi 207. Berdasarkan laporan Provinsi Sulawesi tenggara penyebab kematian

ibu yang tertinggi adalah perdarahan sebanyak 26 ibu kemudian disusul infeksi 12

kematian pada ibu (Profil kesehatan Indonesia,2019).

Program pemerintah untuk mengurangi angka kejadian mortalitas pada masa

nifas adalah melalui kebijakan program nasional nifas, yaitu kunjungan 6-8 jam

setelah persalinan dengan tujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri, kunjungan 6 hari setelah persalinan dengan tujuan memastikan involusi

uteri berjalan normal uterus berkontraksi fundus di bawah umbilicus, tidak ada

2
perdarahan abnormal, kunjungan 2 minggu setelah persalinan dengan tujuan menilai

adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, dan kunjungan

terakhir pada waktu 6 minggu setelah persalinan dengan tujuan memberikan

konseling untuk menggunakan KB secara dini (Kemenkes 2014).

B. Rumusan masalah

1. Jelaskan tentang postnatal care?

2. Jelaskan tentang evidence based?

3. Jelaskan tentang hubungan postnatal care dan evidence based?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang postnatal care

2. Untuk mengetahui tentang evidence based

3. Untuk mengetahui tentang hubungan postnatal care dan evidence based

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Evidence Based

1. Pengertian Evidence Based

a. Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga

kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi

terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif

dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien

(Macnee, 2011)

b. Menurut (Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk

memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang

positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik.

Dari kedua pengertian EBP tersebut dapat dipahami bahwa evidance based

practicemerupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan

terbaru berdasarkan evidenceatau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat

keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skilldalam praktik klinis guna

meningkatkan kualitas kesehatan pasien.Oleh karena itu berdasarkan definisi tersebut,

Komponen utama dalam institusi pendidikan kesehatan yang bisa dijadikan prinsip

adalah membuat keputusan berdasarkan evidence basedserta mengintegrasikan EBP

kedalam kurikulum merupakan hal yang sangat penting

4
2. Tujuan evidence based

Tujuan utama di implementasikannya evidance based practicedi dalam praktek

keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang

terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu juga, dengan

dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan

lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahianet al.,

2012).

3. Komponen kunci evidence based

Evidence atau bukti adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya. Evidenceatau

bukti dibagi menjadi 2 yaitu eksternal evidence dan internal evidence. Bukti eksternal

didapatkan dari penelitian yang sangat ketat dan dengan proses atau metode penelitian

ilmiah. Pertanyaan yang sangat penting dalam mengimplementasikan bukti eksternal

yang didapatkan dari penelitian adalah apakah temuan atau hasil yang didapatkan

didalam penelitian tersebut dapat diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia

praktek dan apakah seorang dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil yang sama

dengan yang dihasilkan dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan bukti eksternal bukti

internal merupakan hasil dari insiatif praktek seperti manajemen hasil dan proyek

perbaikan kualitas (Melnyk & Fineout, 2011).

Dalam (Grove et al., 2012) EBP dijelaskan bahwa clinical expertiseyang merupakan

komponen dari bukti internal adalah merupakan pengetahuan dan skill tenaga kesehatan

yang profesional dan ahli dalam memberikan pelayanan. Hal atau kriteria yang paling

menunjukkan seorang perawat ahli klinis atau clinical expertiseadalah pengalaman kerja

yang sudah cukup lama, tingkat pendidikan, literatur klinis yang dimiliki serta

5
pemahamannnya terhadap research. Sedangkan patient preference adalah pilihan pasien,

kebutuhan pasien harapan, nilai, hubungan atau ikatan, dan tingkat keyakinannya

terhadap budaya. Melalui proses EBP, pasien dan keluarganya akan ikut aktif berperan

dalam mengatur dan memilih pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan

pasien bisa dilakukan dalam bentuk tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan

penyakit kronis ataupun akut, serta proses rehabilitasi. Beberapa komponen dari EBP dan

dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam praktek dan berintegrasi dengan

bukti internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Bagan 1 : Komponen EBP

Bukti eksternal berasal dari


penelitian, bukti berdasarkan teori,
opini pemimpin, dan diskusi ahli

Membuat keputusan
Bukti internal dapat klinis berdasarkan
berupakeahlian klinis yang evidence based
didapatkan dari manajemen hasil
dan peningkatan kualitas,
pengkajian pasien dan evaluasi,
dan penggunaan sumber yang
tersedia

Pilihan pasien dan nilai

Sumber : Grove et al., 2012

Meskipun evidence atau bukti yang dianggap paling kuat adalah penelitian

systematic riview’s dari penelitian-penelitian RCT namun penelitian deskriptif ataupun

kualitatif yang berasal dari opini leader juga bisa dijadikan landasan untuk membuat

keputusan klinis Bukti eksternal berasal dari penelitian, bukti berdasarkan teori, opini

6
pemimpin, dan diskusi ahli Bukti internal dapat berupakeahlian klinis yang didapatkan

dari manajemen hasil dan peningkatan kualitas, pengkajian pasien dan evaluasi, dan

penggunaan sumber yang tersedia Pilihan pasien dan nilai Membuat keputusan klinis

berdasarkan evidence based jika memang penelitian sejenis RCT tidak tersedia. Begitu

juga dengan teori-teori, pilihan atau nilai pasien untuk membuat keputusan klinis guna

meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Klinisi sering kali bertanya bagaimana

bukti dan jenis bukti yang bisa dibutuhkan sampai bisa merubah praktek. Level dan

kualitas evidence atau bukti bisa dijadikan dasar dan meningkatkan kepercayaan diri

seorang klinisi untuk merubah praktek (Dicensoet al., 2014).

4. Model-model evidence based

Dalam memindahkan evidencekedalam praktek guna meningkatkan kualitas kesehatan

dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dan

berbagai model EBP dapat membantu perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam

mengembangkan konsep melalui pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu dan

sumber yang jelas, sumber daya yang erlibat, serta mencegah impelementasi yang tidak

runut dan lengkap dalam sebuah organisasi (Gawlinski & Rutledge, 2008). Namun

demikian, beberapa model memiliki keunggulannya masing-masing sehingga setiap

institusi dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi organisasi. Beberapa model

yang sering digunakan dalam mengimplementasikan evidence based practice adalah Iowa

model (2001), stetler model (2001), ACE STAR model (2004), john hopkinsevidence-

based practicemodel (2007), rosswurm dan larrabee’s model, serta evidence based

practice model for stuff nurse (2008).

7
Beberapa karakteristik tiap-tiap model yang dapat dijadikan landasan dalam menerapkan

EBP yang sering digunakan yaitu IOWA model dalam EBP digunakan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, digunakan dalam berbagai akademik dan

setting klinis. Ciri khas ari model ini adalah adanya konsep “triggers” dalam pelaksanaan

EBP. Trigersadalah masalah klinis ataupun informasi yang berasal dari luar organisasi.

Ada 3 kunci dalam membuat keputusan yaitu adanya penyebab mendasar timbulnya

masalah atau pengetahuan terkait dengan kebijakan institusi atau organisasi, penelitian

yang cukup kuat, dan pertimbangan mengenai kemungkinan diterapkannya perubahan

kedalam praktek sehingga dalam model tidak semua jenis masalah dapat diangkat dan

menjadi topik prioritas organisasi (Melnyk & Fineout, 2011).

Sedangkan john hopkin’s model mempunyai 3 domain prioritas masalah yaitu praktek

keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Dalam pelaksanaannya model ini terdapat

beberapatahapan yaitu menyusun practice questionyang menggunakan pico approach,

menentukan evidencedengan penjelasan mengenai tiap level yang jelas dan

translationyang lebih sistematis dengan model lainnya serta memiliki lingkup yang lebih

luas. Sedangkan ACE star model merupakan model transformasi pengetahuan

berdasarkan research. Evidence non research tidak digunakan dalam model ini. Untuk

stetler’s model merupakan model yang tidak berorientasi pada perubahan formal tetapi

pada perubahan oleh individu perawat. Model ini menyusun masalah berdasarkan data

internal (quality improvementdan operasional) dan data eksternal yang berasal dari

penelitian. Model ini menjadi panduan preseptor dalam mendidik perawat baru. Dalam

pelaksanaanya, untuk mahasiswa sarjana dan master sangat disarankan menggunakan

model jhon hopkin, sedangkan untuk mahasiswa undergraduate disarankan menggunkan

8
ACE star model dengan proses yang lebih sederhana dan sama dengan proses

keperawatan (Schneider& Whitehead, 2013).

5. Faktor yang mempengaruhi evidence based

Dalam (Ashktorab et all., 2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang akan

mendukung penerapan evidence based practiceoleh mahasiswa kepearawatan,

diantaranya adalah intention (niat), pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa

keperawatan. Dari ketiga faktor tersebut sikap mahasiswa dalam menerapkan EBP

merupakan faktor yang sangat menunjang penerapan EBP. Untuk mewujudkan hal

tersebut pendidikan tentang EBP merupakan upaya yang harus dilakukan dalam

meningkatkan pengetahuan mahasiswa ataupun sikap mahasiswa yang akan menjadi

penunjang dalam penerapannya pada praktik klinis. Sedangkan didalam (Ryan, 2016)

dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan EBP dalam mahasiswa

keperawatan berkaitan dengan faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik

terkait erat dengan intention atau sikap serta pengetahuan mahasiswa sedangkan faktor

ekstrinsik erat kaitannya dengan organizational atau institutional supportseperti

kemampuan fasilitator atau mentorship dalam memberikan arahan guna mentransformasi

evidence kedalam praktek, ketersedian fasilitias yang mendukung serta dukungan

lingkungan.

6. Langkah-langkah evidence based

Berdasarkan (Melnyket al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam proses EBP.

Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan semangat untuk

melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya EBP dan lingkungan

9
merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap mempertahankan timbulnya

pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek keseharian.

Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)

b. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question

c. Mencari bukti-bukti terbaik

d. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan

e. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat

keputusan klinis terbaik

f. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

g. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

B. Tinjauan Postnatal Care

1. Pengertian postnatal care

a. Menurut Marmi (2012), postnatal care adalah masa beberapa jam sesudahlahirnya

plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertumdimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhirketika alat-alat kandungankembali pada

masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu.Pendapat lain

mengatakan postpartum adalah masa setelah kelahiran yang meliputi minggu-

minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembalikekeadaanyangnormal

padasaat sebelum hamil.

10
b. Post Natal care atau Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Anggraini. 2010).

2. Tahapan postnatal care

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Anggraeni (2010) yaitu:

a. Peurperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum, yaitu

masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Peurperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum, yaitu

masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8

minggu.

c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post partum.Waktu

yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama

ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi

3. Tujuan perawatan postnatal care

Tujuan perawatan masa postpartum yaitu :

a. Mencegah hemoragi

b. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan, dan eliminasi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari

(Marni, 2012).

4. Perubahan fisiologi pada postnatal care

11
Pada masa post partum ibu mengalami adanya perubahan-perubahan pada tubuh

terutama pada ibu yang meliputi di antara : sistem reproduksi yaitu adanya

pengerutan pada dinding rahim (involusi), lokea, perubahan serviks, vulva, vagina

dan perinium., dan pada sistem pencernaan, terdapat adanya pembatasan pada asupan

nutrisi dan cairan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit serta akan menimbulkan keterlambatan pemulihan fungsi tubuh (Bobak,

2010).

Sedangkan setelah masa post partum akan adanya perubahan pada otot – otot

uterus mulai dari berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah yang ada antara otot-otot

uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan terjadinya pendarahan setelah

plasenta lahir. Perubahan – perubahan yang terdapat pada serviks sesudah post

partum yaitu padaorgan serviks seperti menganga berbentuk corong, bentuk ini

disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan – perubahan

yang terdapat pada endometrium yaitu timbulnya berupa trombosis, degenerasi dan

nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira –kira

setebal 2 – 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan

selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa – sisa sel desidua basalis yang

memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen – ligamen dan diafragma palvis serta

fasia yang merenggang pada sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir

berangsur – angsur kembali seperti sedia kala

5. Kunjungan postnatal care

a. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

12
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan

berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

b. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan  pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari

c. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan

Tujuannya :  sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan

d. Kunjugan IV : 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Marni, 2012).

6. Deteksi dini Komplikasi postnatal care

a. Perdarahan

13
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam

setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009). perdarahan dibagi menjadi dua

yaitu:

1) Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,

retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri

2) Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab

perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi

postpartum.Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan

perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan

perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi (Cunningham,

2006).Menurut Prawirohardjo (2006) robekan jalan lahir atau ruptur perineum

sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin

sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang

berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar, episitomi luas, ada

penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada penundaan antara

persalinan dan perbaikan episitomi (Cunningham, 2005).

b. Infeksi

Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah

persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih

selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24

jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan

oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu

persalinan dan postpartum (Mitayani, 2011). Infeksi postpartum dapat disebabkan

14
oleh adanya alat yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-

eklamsia, dan kebersihan daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa

postpartum dapat terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain

pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia.

7. Persiapan Pasien Pulang Pada Postnatal

Sebelum ibu pulang sebaiknya rencana pemulangan sudah dipersiapkan dan

perawat/bidan masih tetap menyediakan waktu untuk penguatan dan evaluasi

pengetahuan, ketrampilan, dan kondisi mental seluruh keluarga. Adapun persiapan

yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Ibu

1) Pastikan kondisi ibu siap untuk dibawa pulang.

2) Obat-obatan yang akan dibawa pulang disiapkan dan diajari cara

meminumnya.

3) Penjelasan waktu kontrol kesehatannya.

4) Mengajari ibu tanda-tanda bahaya. Ajarkan ibu jika melihat hal-hal ibu berikut

atau perhatikan jika ada sesuatu yang tidak beres sehingga perlu menemui

seorang bidan dengan segera, tanda-tandanya sebagai berikut:

 Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi

haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut

dalam waktu setenga jam).

 Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

 Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.

15
 Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah

penglihatan.

 Pembengkakan pada wajah dan tangan.

 Demem, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan.

 Payudara merah, panas, dan atau sakit.

 Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama.

 Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan, dan atau pembengkakan pada kaki.

 Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dengan

bayinya.

 Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.

5) Mengajari ibu proses fisiologis masa paska bersalin dan perilaku yang baik

pada kondisi tersebut:

 Pengeluaran lokia.

Setelah bersalin rahim berusaha memulihkan keadaannya sendiri dengan

cara membersihkan lapisan bagian luar, dan membangun kembali lapisan

baru dari dalam. Ketika ia menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan

keluar melalui vagina seperti saat datang bulan. Warna dan konsistensinya

akan berubah seiring waktu. Jelaskan tentang jumlah dan konsistensi yang

normal dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan, mengganti pembalut

secara teratur dan menjaga vagina tetap kering dan bersih.

 Nyeri setelah kelahiran pada fundus.

Mulas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapat kembali ke keadaan

sebelum hamil selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan

16
proses menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk

mengatasi rasa nyeri, antara lain: Cegah agar kandung kemih tidak penuh,

Berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut. Mandi, duduk,

berjalan-berjalan, atau mengubah posisi, Minum paracetamol kira-kira

satu jam sebelum menyusui, Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini

sangat penting untuk mengendalikan perdarahan.

b. Suami

 Ikut berperan serta dalam merawat ibu dan bayinya

 Selalu siaga dan waspada jika terdapat tanda-tanda bahaya serta siap

mengantar istri dan anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan.

 Selalu memberikan dukungan fisik dan psikologi terhadap istri dalam rangka

keberhasilan proses menyusui.

 Sebagai pembuat keputusan kapan istri harus beristirahat.

c. Bayi

 Kondisi bayi baik, tidak ada gangguan pernapasan, badan kuning dan

gangguan eliminasi.

 Pastikan refleks isap baik dan proses menyusui tidak ada masalah.

d. Keluarga

 Adanya dukungan positif bagi ibu nifas untuk keberhasilan proses adaptasi

dan menyusui.

 Penentuan pengambilan keputusan yang dominan dalam keluarga mengenai

kapan harus beristirahat dan jenis makanan apa yang boleh dimakan.

17
8. Home Visite (Kunjungan Rumah) Pada Masa Nifas/Posnatal

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun tujuan kunjungan

rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan

menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah memiliki keuntungan

sebagai berikut: Bidan dapat melihat dan berinteraksi

dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman serta perawat mampu

mengkaji kecukupan sumber yang ada, keamanan dan lingkungan di rumah.

Sedangkan keterbatasan dari kunjungan rumah adalah memerlukan biaya yang

banyak, jumlah perawat terbatas dan kekhawatiran tentang keamanan untuk

mendatangi pasien di daerah tertentu.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah

meliputi:

a. Kunjungan I (6-8 jam postpartum), meliputi:

 Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

 Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan

bila perdarahan berlanjut

 Pemberian ASI awal.

 Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena atonia

uteri.

 Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.

 Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

b. Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:

18
 Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik,

tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

 Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.

 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda

kesulitan menyusui.

 Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

c. Kunjungan III (2 minggu postpartum), Asuhan pada 2 minggu post partum sama

dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

d. Kunjungan IV (6 minggu postpartum), meliputi : Menanyakan penyulit-penyulit

yang dialami ibu selama masa nifas. Memberikan konseling KB secara dini.

9. Peran dan tanggung jawab bidan

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.

Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama

masa nifas.

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

19
d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak

dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,

serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

h. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.

d. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya

sebagai orang tua (Marni, 2012).

10. Asuhan Kebidan Postnatal care

a. Deteksi dini komplikasi masa postnatal

b. Persiapan pasien pulang

c. Home visit dalam asuihan postnatal

d. Suport sistem dalam asudan postnatal

e. Breastfeeding

f. Peran menjadi orang tua

e. Kelompok ibu postpartum (Marni, 2012).

C. Hubungan Postnatal Care Dengan Evidence Based

20
Masa nifas merupakan hal penting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di

Indonesia.Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu

akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam

24 jam pertama.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar

negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk

dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu

dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah

telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan

diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan

pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian perinatal.

Perkembangan Evidence Base dalam praktik Kebidanan postnatal care :

21
Kebiasaan Keterangan
Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak

menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan

tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi


Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya

penggunaan gurita akan menyebabkan kesulitan

pemantauan involusio rahim


Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama

setelah kelahiran. Ini merupakan waktu yang tepat

untuk melakukan kontak  kulit ke kulit untuk

mempererat bonding attachment serta

keberhasilan pemberian ASI

BAB III

PEMBAHASAN

1. Yunia, Rizky Dwiyanti, and Vita Raraningrum. "Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Peran Kader Dalam Pelaksanaan Post Natal Care (PNC) Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kalibaru Kulon." Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida 7.1 (2020):

761-770. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan

22
Terhadap Peran Kader Dalam Pelaksanaan PNC dengan berfokus pada tingkat

pengetahuan dan praktik kader dalam memantau perkembangan ibu nifas, dalam upaya

meingkatkan kesehatan ibu dan anak yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu

hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pra sekolah. Penelitian ini

merupakan penelitian pre-eksperimen dengan tipe One Group pretest-posttest. Subjek

penelitian dipilih dengan menggunakan teknik Purposive Sampling sebanyak 30 subjek.

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reabilitas.

Teknik analisis data menggunakan uji statistik chi-square yaitu uji perbedaan yang

digunakan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah intervensi baik pada

kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Berdasarkan penelitian menunjukkan

kelompok kontrol dan intervensi memiliki usia responden antara 25 – 34 (60%) dan > 35

tahun (56%), pendidikan responden kelompok kontrol sebagian besar adalah SMA (60%)

sedangkan pada kelompok intervensi (50%), lama menjadi kader baik kelompok kontrol

dan intervensi memiliki lama mejadi kader lebih dari 5 tahun yakni sebesar 33.3% dan

40%. Didapatkan hasil penelitian, pengetahuan kader sebelumnya 40% meningkat

sebesar 76.6% setelah pendidikan kesehatan, sedangkan pada kelompok kontrol

pengetahuan sebelumnya 36.6% meningkat menjadi 43.3% setelah pendidikan kesehatan,

namun tidak cukup signifikan. Praktik kader pada kelompok intervensi masih dalam taraf

praktik kurang sebesar 60% sebelum, dan 76.6% setelah pendidikan kesehatan,

sedangkan pada kelompok kontrol praktik kurang terlaksana dengan hasil sebelum 63.3%

dan 73.3% setelah pendidikan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan setelah pendidikan

kesehatan pengetahuan kader mengalami peningkatan, namun praktik kader dalam

perawatan masa nifas masih kurang terlaksana dengan baik.

23
2. Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusioa Uteri Di Puskesmas Tobadak Kab.

Mamuju Tengah Tahun 2017, Forilkesuit, Andi Elis, Rohani Mustari, Vol 1 No.1,

2019. Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan

dansetelah kondisi tubuhnya pulih, serta manfaat senam nifas yaitu membantu

penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat

kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk normal. Involusio atau pengerutan uterus

merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot

sekitar 60 gram. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quansi-Eksperiment dengan

pendekatan Equivalent Control Grupuntuk mengetahui pengaruh senam nifas terhadap

involusio uteri di Puskesmas

Tobadak Kab. Mamuju Tengah Tahun 2017 . dan sampel adalah ibu post partum normal

sebanyak 30 orang, dengan pengambilan sampel secara Consecutive sampling. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai Sig=nilai P= 0,6>0,05 yang berarti bahwa kedua

sampel berasal dari populasi dengan variansi homogen sehingga pada SPSS 16,0 dibaca

pada Equal Variance Assumed.Berdasarkan uji t 2 sampel bebas didapatkan nilai

3. Kusbandiyah, J., & Puspadewi, Y. A. (2020). Pengaruh Postnatal Massage terhadap

Proses Involusi dan Laktasi Masa Nifas di Malang. Jurnal Ners dan Kebidanan

(Journal of Ners and Midwifery), 7(1), 065-072. Masa Nifas merupakan masa kritis bagi

ibu pasca melahirkan. Ketidaksiapan secara fisik, psikis, mental dan spiritual dalam

menghadapi masa ini akan membuat masa nifas berjalan tidak normal. Parameter

kesuksesan masa nifas adalah proses involusi dan laktasi. Permasalahn involusi dilihat

dari banyaknya perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri di Kabupaten

24
Malang sebanyak 34%, sedangkan permasalahan laktasi dikaitkan dengan pemberian ASI

Eksklusif di Kota Malang masih rendah sekitar 60%. Salah satu upaya yang bisa

dilakukan adalah tindakan postnatal massage. Tindakan tersebut dapat merelaksasikan

ketegangan dan mengatasi keletihan pasca melahirkan yang dapat memicu subinvolusi

dan kegagalan laktasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh postnatal

massage terhadap proses involusi dan laktasi pada masa nifas. Penelitian dilaksanakan di

beberapa Bidan Praktik Mandiri (PMB) di kota dan kabupaten Malang menggunakan

desain quasi experimental. Populasi adalah ibu postpartum 2 jam sampai dengan 6 hari.

Sampel diambil menggunakan purposive sampling sebanyak masing-masing 21 ibu

postpartum kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data penelitian menggunakan

data primer dan dianalisis secara deskriptif dan analitik.  Analisis data menggunakan

uji Mann-Whitney menunjukkan hasil p-value 0,093 untuk involusi dan 0,369 untuk

laktasi. Kesimpulannya adalah tidak ada pengaruh signifikan antara postnatal

massage dengan involusi dan laktasi pada masa nifas. Postnatal massage lebih berkaitan

dengan efek jangka pendek dalam memberikan efek relasasi dan mengurangi keletihan

pasca melahirkan. Dukungan dan motivasi dalam bentuk dukungan psikologis dan peran

dalam merawat bayi sangat diperlukan oleh ibu postpartum dalam  menjaga proses

involusi dan laktasi tetap lancar.

4. Yanti, P. A., & Andreinie, R. (2020). Dukungan Keluarga Berhubungan Dengan

Frekuensi Kunjungan Masa Nifas. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES

Kendal, 10(2), 157-160. Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu. World

Healty Organization mempromosikan Post Natal Care  atau PNC, Secara khusus bahwa

ibu dan bayi baru-menerima PNC awal dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan

25
minimal tiga kunjungan tambahan PNC dalam waktu 48-72 jam, dan 7-14 hari, dan 6

minggu setelah melahirkan. Peran serta dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap

frekuensi kunjungan ulang ibu nifas. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui hubungan

antara dukungan keluarga dengan frekuensi kunjungan ulang nifas di Wilayah Rumah

bersalin Citra. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional. Jumlah populasi sebanyak 100 populasi, sampel penelitian sebanyak 50

responden dengan metode menggunakan kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian

menunjukkan karakterisitk responden berdasarkan pendidikan, berpendidikan tinggi ada

50 responden dan dukungan keluarga responden sebagian besar mendukung terhadap

kunjungan ulang nifas sebanyak 39 responden. Ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan frekuensi kunjungan ulang nifas dengan ρ value 0,002.

5. Aisyaroh, N. (2021). Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan

Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas. Majalah

Ilmiah Sultan Agung, 50(127), 67-81. Proses kehamilan dan persalinan adalah proses

yang fisiologis dialami oleh hampir semua wanita, begitu pula masa nifas.  Dalam masa

nifas ini tidak sedikit ibu yang mengalami problem kesehatan seperti nyeri, bengkak pada

kaki, ketidakmampuan menyusui, dan nutrisi. Budaya dan mitos yang kadang kurang

menguntungkan kesehatan ibu di masa nifas masih menjadi problema. Kegagalan dalam

fase ini memungkinkan ibu tidak memiliki kemampuan dalam mengasuh diri dan

bayinya. Oleh karena itu, pemerintah mengupayakannya melalui kunjungan nifas,

diharapkan dari kunjungan ini terdeteksi problema kesehatan yang dialami oleh ibu

selama masa nifas. Cakupan pelayanan nifas pada tahun 2009 mengalami penurunan.

Bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam masa ini melalui pendidikan

26
kesehatan, monitoring, dan deteksi dini bahaya nifas. Berbagai kendala yang dihadapi

oleh bidan pada kunjuungan nifas adalah waktu  untuk mengunjungi pasien, rasio bidan

yang tidak sesuai dengan jumlah pasien yang dilayani, letak geografis dan sarana

transportasi yang kurang mendukung.

SOAL VIGNETTE

Kasus I

Ny Deni , Umur 25 tahun , mengatakan 6 jam yang lalu melahirkan anak pertama  secara normal dengan

berat 3000 gram, ,saat ini  mengeluh lelah , perut mules dan belum BAK dan masih

pasif. HAsil pemeriksaan didapatkan TD : 110/70 mm/ Hg , nadi 96 x/ mnt , Suhu 37 ˚C, pernapasan 24

x/ mnt.

1. Keluhan perut mules yang dialami oleh Ny Deni, sering disebut dengan ....

27
a. Lochia

b. Involusi

c. Kontraksi

d. After pains *

e. Sub involusi

2. Keluhan perut mules yang dialami oleh Ny Deni disebabkan karena ....

a. Kontraksi  servik

b. Kontraksi  istmus

c. Kontraksi  uterus *

d. Kontraksi salping

e. Kontraksi  endometrium

Kasus II

Ny Kayla umur 21 tahun datang ke klinik sehat mengeluh badannya demam 2 hari yang lalu. Dari

anamnesa didapatkan: ibu melahirkan anak pertamanya sudah satu minggu, tidak pernah

abortus, hasil pemeriksaan fisik berupa head to toe dalam batas normal, TD 110/70 mmHg, nadi 24

x/mnt, RR 24 x/mnt, suhun 39°C, lokhea normal.

3. Diagnose yang tepat pada Ny Kayla adalah ….

a. Ny K umur 26 tahun P1A0 postpartum hari ke 7 dengan demam nifas

b. Ny K umur 26 tahun P1A0 postpartum hari ke 7 dengan sub involusio

c. Ny K umur 26 tahun P1A0 postpartum hari ke 7 dengan demam resorpsi

d. Ny K umur 26 tahun P1A0 postpartum hari ke 7 dengan perdarahan sekunder

e. Ny K umur 26 tahun P1A0 postpartum hari ke 7 dengan morbiditas puerpuralis *

4. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses involusi untuk Ny A adalah.....

28
a. Pemeriksaan pengeluaran pervaginam

b. Pemeriksaan Kandung kemih

c. Pemeriksaan suhu

d. Pemeriksaan nadi

e. Pemeriksaan TFU *

5. Factor predisposisi  terjadinya perdarahan yang mungkin dialami Ny Kayla adalah ….

a. Anemi

b. Parametritis

c. Persalinan  hari ke 7

d. Koitus pada akhir kehamilan

e. Tertinggalnya selaput ketuban *

Kasus III

Ny M , Umur 23 tahun , mengatakan bahwa 6 jam yang lalu melahirkan anak pertama  normal dengan

jenis kelamin perempuan dengan berat 2800 gram. Saat ini mengeluh lelah , perut mules dan belum

BAK, terlihat tidur karena lelah dan masih pasif. Hasil  pemeriksaan : TTV normal , lochia berisi darah

segar, sisa selaput ketuban

6. Menurut Rubin, adaptasi psikososial yang dialami oleh  Ny M terlihat tidur karena lelah dan

masih pasif disebut periode ....

a. Taking in

b. Taking on

c. Letting go

d. Taking hold

e. Letting  hold

29
7. Periode adaptasi psikosasl yang dialami ny M umumnya akan berlangsung selama..

a. 1-2 hari *

b. 2-4 hari

c. 6 hari

d. 10 har

e. 14 hari

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Postnatal care merupakan hal penting untuk menurunkan angka kematian ibu dan

bayi di Indonesia.Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

30
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan

dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama

2. Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga

kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi

terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif

dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien

3. Evidence based pada postanatal digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang

lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga

mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan

tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.

B. Saran

Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, akan

pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI

dan AKB.

DAFTAR PUSTAKA

Ani Lestari.2019. Penerapan Perawatan Payudara pada Pasien Post Natal Care (Pnc) terhadap
Keberhasilan Menyusui. Volume 11 no 1 Juni 2019, p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN:
2622-5905. Online : https://www.neliti.com/id/publications/296597/penerapan-
perawatan-payudara-pada-pasien-post-natal-care-pnc-terhadap-keberhasil, diakses
tanggal 27 Januari 2021.

31
Arindita Reinissa,201. Persepsi ibu nifas tentang pelayanan postnatal caredengan kunjungan
ulang HIGEIA 1(3) (2017) p ISSN 1475-362846 e ISSN 1475-222656). Online :
file:///C:/Users/DEVTEK/AppData/Local/Temp/14047-Article%20Text-31903-2-
10-20170807.pdf, diakses tanggal 28 Januari 2021.

Ashktorab, T., Pashaeypoor, S., Rassouli, M., & Alavi-Majd, H. 2015. Nursing Students’
Competencies in Evidence-Based Practice and Its Related Factors. Nursing and
Midwifery Studies, 4(4). https://doi.org/10.17795/nmsjournal23047

Anggraini, Y. 2010. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Bostwick, L. 2013.Evidence-Based Practice Clinical Evaluation Criteria for Bachelor of Science


in Nursing Curricula A Dissertation submitted (PhD Thesis). College of Saint Mary.

DiCenso, A., Guyatt, G., & Ciliska, D. (2014). Evidence-based nursing: A guide to clinical
practice. Elsevier Health Sciences

Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. 2012. The practice of nursing research: Appraisal, synthesis,
and generation of evidence. Elsevier Health Sciences

Kemeneks 2019. Profil kesehatan Indonesia 2019. Jakarta : Kemenkes RI

Kemenkes 2014. Profil kesehatan Indonesia 2014.Jakarta :Kemenkes RI

Maritalia. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka. Pelajar.

Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: pustaka
pelajar.

Macnee CL, McCabe S. 2011.Understanding nursing research: Using research in evidence-based


practice. Philadelphia: Williams & Wilkins

Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E. 2011. Evidence-based practice in nursing & healthcare: a
guide to best practice(2nd ed). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams &
Wilkins.
Melnyk, B. M., Gallagher-Ford, L., Long, L. E., & Fineout-Overholt, E. 2014. The establishment
of evidence-based practice competencies for practicing registered nurses and
advanced practice nurses in real-world clinical settings: proficiencies to improve
healthcare quality, reliability, patient outcomes, and costs. Worldviews on
Evidence-Based Nursing, 11(1), 5–15.

Madarshahian, F., Hassanabadi, M., & Khazayi, S. (2012). Effect of evidence-based method
clinical educationon patients care quality and their satisfaction.Education Strategies
in Medical Sciences, 4(4), 189-193

32
Ninik Wahyuni ,2016, Jurnal Medikes,Volume 3,Edisi 2, November 2016. Hubungan
pengetahuan ibu nifas dengan kebiasaan yang merugikan kesehatan ibu nifas seperti
nyanda dan pantang makanan sampai dengan 6 minggu post partum. Online :
ile:///C:/Users/DEVTEK/AppData/Local/Temp/100-Article Text-161-2-10-
20190911.pdf, diakses tanggal 28 Januari 2021.

Ryan, E. J. 2016. Undergraduate nursing students’ attitudes and use of research and evidence-
based practice - an integrative literature review. Journal of Clinical Nursing, 25(11–
12), 1548–1556. https://doi.org/10.1111/jocn.13229
Sinta Nuryati.2017. Efektifitas penggunaan media sosial terhadap peningkatan pengetahuan
perawatan nifas dan kepatuhan kunjungan ulang pada ibu nifas di kota bogor
Volume 3 No. 01,Januari 2017, pISSN 2477-3441 eISSN 2477-345X. Online :
https://media.neliti.com/media/publications/234037-efektifitas-penggunaan-media-
sosial-terh-5d6, diakses tanggal 29 Januari 2021.

Schneider, Z., & Whitehead, D. 2013. Nursing and midwifery research: methods and appraisal
for evidence-based practice. Elsevier Australia.

33

Anda mungkin juga menyukai