Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN POST PARTUM


HARI PERTAMA DI PMB WIRAHAYU PANJANG
Di Susun Oleh :
Kelompok 1
1. Annisa Abidin 2214901006
2. Meidia Suci Lestari 2214901032
3. Adek Yunita 2214901001
4. Devi Diana Suri 2214901011
5. Lovi Vaniar 2214901030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan
Ibu Dengan Post Partum Hari Pertama Di Pmb Wirahayu Panjang”. Terima kasih kami
ucapkan kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik atas bimbingan dan pendidikan
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini merupakan hasil pembelajaran kami selama praktik di rumah bidan. Kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pembelajaran
bagi teman-teman.

Bandar Lampung, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 4

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 10

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 20

A. Pengkajian ................................................................................................... 20
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 21
C. Intervensi Keperawatan ...............................................................................
D. Implementasi dan Evaluasi .......................................................................... 22
E. Analisis Jurnal .............................................................................................. 23

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 25

A. Kesimpulan ................................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post Natal Care atau Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu
puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan. Post partum atau dapat juga diartikan masa nifas
(puerperineum) adalah masa sesudah persalinan atau persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya alat kandungan kembali yang lamanya sekitar 6 minggu. Post
partum merupakan 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali dengan normal sebelum atau sesudah hamil (Martilani, 2012:11).
Persalinan normal menurut WHO persalinan adalah yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian setelah proses
persalinan, bayi lahir secara spontan dalam prensatasi belakang kepala pada usia
kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat. Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekkan pada
jalan rahim maupun karena episiotomy pada saat melahirkan janin. Robekkan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
terjadi pada persalinan berikutnya (Suherni,2009)
Upaya keberhasilan kesehatan ibu, diantaranya kita dapat lihat dari indikator
Angka Kematian Ibu(AKI). Penerunan AKI di Indonesia terjadisejak tahun 1991
sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI
yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI
kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil survei penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Berdasarkan AKI (Angka Kematian Ibu) di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia menurun
dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007. Sedangkan target yang diharapkan berdasarkan Melenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup.
Hal ini berarti bahwa AKI di Indonesia jauh diatas targetyang di tetapkan WHO
atau hamper dua kali lebih besar dari target WHO (Kementerian Kesehatan,2011).

1
Dalam waktu lima tahun terakhir Angka Kematian Ibu menunjukkan tren

menurun dari tahun 2012 sampai 2015, tetapi kembali meningkat pada tahun 2016.

Bila dibandingkan dengan target MDGs 2016 yaitu sebesar 105 AKI/100.000 KH,

dapat dikatakan bahwa target tersebut tercapai, meskipun angkanya teruis menurun

dan telah menghampiri angka target yang harus diikuti dengan peningkatan

pelayanan ANC (Ante Natal Care), PNC (Post Natal Care), peningkatan

kompetensi tenaga kesehatan dan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan yang

memenuhi standar. (Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara,2017).

Faktor parsalinan pervaginam terdiri dari ekstraksi forceps, ekstraksi vakum,

trauma alat dan episiotomi, kemudian factor penolong persalinan yaitu pimpinan

persalinan yang tidak tepat. Penyebab lain terjadinya infeksi nifas di antaranya,

daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang gizi atau

malnutrisi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan. Dan pada ibu nifas

harus dilakukan personal hygiene gunanya untuk mencegah terjadinya infeksi serta

kematian pada ibu post partum. Upaya pemantauan yang melekat dan asuhan pada

ibu dan bayi yang baik pada masa nifas di harapkan dapat mencegah timbulnya

penyakit .

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan post natal care pada pasien dengan
persalinan normal spontan di PBM Wirahayu Panjang ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan komprehensif post natal care pada
pasien dengan persalinan normal spontan di PBM Wirahayu Panjang.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan persalinan normal spontan di
PBM Wirahayu Panjang.

2
2) Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan persalinan normal
spontan di PBM Wirahayu Panjang.
3) Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan persalinan normal
spontan di PBM Wirahayu Panjang.
4) Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal spontan di PBM Wirahayu Panjang.
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan persalinan normal
spontan di PBM Wirahayu Panjang.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
1) Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan maternitas
terutama pada asuhan keperawatan post natal care persalinan normal
spontan.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan asuhan
keperawatan maternitas terutama pada asuhan keperawatan post natal
care persalinan normal spontan.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada asuhan
keperawatan maternitas terutama pada post natal care persalinan normal
spontan.
2) Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan keperawatan yang baik sesuai
dengan asuhan keperawatan post natal care persalinan normal spontan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan,waktu
sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadaphadirnya
anggota keluarga baru (mitayani, 2009). Masa nifas (puerperium)dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berahir ketika alat–alat kandungankembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2jam setelah melahirkan plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari)setelah itu dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu
setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi
dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
(Vivian, 2011).
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak
pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun
merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2012). Periode postpartum
adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil,
serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2011). Masa
puerpenium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8
minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sitti saleha, 2009).

B. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
• Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
• Post partum lambat

4
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

C. TANDA GEJALA, KLASIFIKASI


Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilanberbalik
(kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
e. Sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :

1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6
minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yangdiperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil danwaktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurnabias berminggu-minggu,
bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

D. PATOFISIOLOGI
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan pesikologis,
pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkanterjadi
peningkatankadarocytosis, peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah
keperawatan nyeri akut dan perubahan pada vagina dan perineum terjadi ruptur
jaringan terjadi trauma mekanis, personal hygine yang kurang baik, pembulu darah
rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga pendarahan sehingga
muncul masalah keperawatan resiko infeksi. Perubahan laktasi akan muncul struktur
dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan
prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah

5
di payudara berurai dari uterus (involusi) dan refensi darah di pembuluh payudara
maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi
tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidakefektif. Pada perubahan
psikologis akan muncul taking in (ketergantungan), taking hold ( ketergantungan
kemandirian), letting go (kemandirian). Pada perubahan taking in pasien akan
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan cenderung berfokus pada diri
sendiri dan lemas, sehingga muncul maslah keperawatan gangguan pola tidur,
taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi , akan cenderrung
informasi karena mengalami masalah keperawatan kurang pengetahuan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
• Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%
• Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol%
• Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah


Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
f. USG

6
F. PENATALAKSANAAN
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum
c. Resiko infeksi berhungan dengan prosedur invasif

H. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL


Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
intervensi Observasi
berhubungan
keperawatan selama 1. Identifikasi skala nyeri
dengan agen 1x24 jam maka 2. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tingkat nyeri durasi, frekuens, kualitas,
injuri fisik
menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : 3. Identifikasi respons nyeri non
1. Keluhan verbal
nyeri
menurun Terapeutik
2. Gelisah 1. Berikan teknik non-farmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
3. Uterus teraba
membulat Edukasi
menurun 1. Jelaskan penyebab, periode dan
4. Perineum pemicu nyeri
terasa
tertekan Kolaborasi
menurun
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Risiko Setelah dilakukan Perawatan Pascapersalinan


intervensi Observasi
perdarahan
keperawatan selama 1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan 1x24 jam maka 2. Monitor keadaan lokia
status pascapartum 3. Periksa perineum atau robekan

7
dengan membaik dengan 4. Monitor nyeri
kriteria hasil : 5. Identifikasi kemampuan ibu
komplikasi
1. Pemulihan merawat bayi
pasca partum perineum 6. Identifikasi adanya masalah
meningkat adaptasi psikologis ibu
2. Kenyamanan postpartum
meningkat
3. Perdarahan Terapeutik
vagina 1. Kosongkan kandung kemih
menurun sebelum pemeriksaan
4. Jumlah 2. Massase fundus sampai kontraksi
lochia kuat, jika perlu
membaik 3. Dukung ibu untuk ambulasi dini
5. Warna lochia 4. Berikan kenyamanan pada ibu
membaik 5. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan
bayi secara optimal
6. Diskusikan tentang perubahan
fisik dan psikologis ibu
postpartum
7. Diskusikan seksualitas masa
postpartum
8. Diskusikan penggunaan alat
kontrasepsi
Edukasi
1. Jelaskan tanda bahaya nifas pada
ibu dan keluarga
2. Jelaskan pemeriksaan pada ibu
dan bayi secara rutin
3. Ajarkan cara perawatan perineum
yang tepat
4. Ajarkan ibu mengatasi nyeri
secara nonfarmakologis
Kolaborasi
1. Rujuk ke konselor laktasi, jika
perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan Perineum
intervensi Observasi
berhungan
keperawatan selama 1. Inspeksi insisi atau robekan
dengan prosedur 1x24 jam maka perineum
tingkat infeksi
invasif Terapeutik
menurun dengan
kriteria hasil : 1. Fasilitasi dalam membersihkan
1. Kemerahan perineum
menurun 2. Pertahankan perineum tetap
2. Nyeri kering
menurun 3. Berikan posisi nyaman
4. Berikan kompres es, jika perlu

8
3. Bengkak 5. Bersihkan area perineum secara
menurun teratur
6. Berikan pembalut yang menyerap
cairan
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
mengobservasi tanda abnormal
pada perineum
2. Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN POSTNATAL

DATA UMUM
Inisial klien : Ny. E Nama Suami : Tn. P
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Pendidikan : Tamat SLTP Pendidiakan : Tamat SLTP
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Palembang
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Ikan Semadar LK1 KP Rawa Baru

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan bayi Masalah kehamilan
persalinan waktu lahir
1. 2008 Normal Bidan Laki Sehat Tidak ada masalah
2 2012 Normal Bidan Prp Sehat Tidak ada masalah
3 2014 normal Bidan Prp Sehat Tidak ada masalah

Pengalaman menyusui : ya/tidak Berapa lama : 1 Tahun


Riwayat kehamilan saat ini :
Berapa kali periksa hamil : 3 kali
Masalah kehamilan : Tidak ada masalah

Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : Spontan
Jenis kelamin bayi : P, BB/PB 3100 gram/ 48 cm, A/S 10
Perdarahan : ±200 ml
Masalah dalam persalinan : Risiko Perdarahan

Riwayat ginekologi : Tidak ada riwayat penyakit tumor, kanker, infertilitas dan lain-lain
Masalah ginekologi : Tidak ada masalah
Riwayat KB : KB suntik 3 bulan

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status Obstetrik : NH 4 P 3 A 0 Bayi rawat gabung : ya/tidak,
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Composmentis
BB 61 Kg/ 155 cm
Tanda-tanda vital : TD 120/80mmHg, Nadi : 80 x/m, suhu : 36,1 0 C, P : 20 x/m

Kepala leher :
Bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada lesi, bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid

Mata :
Rabun jauh, simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

10
Hidung :
Simetris, tidak ada pembesaran polip, penciuman baik, bersih

Mulut :
Bibir simetris, tidak ada lesi, gigi utuh, tidak ada caries gigi, gusi dan lidah basah

Telinga :
Simetris, pendengaran baik, bersih.

Masalah khusus : Tidak ada masalah

Dada :
Bentuk dada normal, simetris , tidak ada lesi, gerakan dinding dada sama

Jantung :
Normal, terdengar suara lup dup

Paru :
Normal, terdengar sonor

Payudara :
Simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan pada payudara, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan

Puting susu :
Menonjol

Pengeluaran ASI :
ASI belum keluar

Masalah khusus : Menyusui tidak efektif

Abdomen :
Tampak striade livide dan linea nigra, TFU 2 jari dibawah pusat
Involusi uterus : (-) kontraksi : Ya Posisi : 2 jari dibawah fx Kandungan kemih : Kosong
Fungsi pencernaan : Baik
Masalah khusus : Tidak ada masalah

Perineum dan ginjal


Vagina : integritas kulit : elastis, edema : ya, memar : ya, hematom : tidak
Perineum : episiotomi
tanda REEDA
R : Tampak kemerahan pada luka jahit perineum
E : Tampak bengkak pada area luka jahit perineum
E : Tampak memar pada sekitar luka
D : Tampak lendir dan darah keluar dari vagina
A : Belum tampak penyatuan luka , luka masih tampak basah

11
Kebersihan
Lokia : Jumlah : ±10 ml, Jenis/warna : merah kecokelatan, Konsistensi : Lendir bercampur
darah, Bau : Khas lochea
Hemorrhoid : -
Masalah khusus : Risiko Infeksi

Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak edema
Ekstremitas bawah : tidak edema
Varises : ya, lokasi kaki kiri dan kanan
Masalah khusus : Tidak ada masalah

Eliminasi
Urine : kebiasaan BAK : 6-7 x/hari
BAK saat ini 4-5 x/hari , nyeri : ya
BAB : kebiasaan BAB : 1 x/hari
BAB saat ini belum BAB, konstipasi : ya
Masalah khusus : Risiko Konstipasi

Istirahat dan kenyamanan


Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 4-5 jam, frekuensi 1-2 jam pola tidur saat ini
Keluhan ketidaknyamanan : ya, lokasi : perut dan vagina
Sifat : nyeri (skala nyeri : 3), intensitas : hilang timbul jika bergerak
Masalah khusus : Ketidaknyamanan pacapartum

Mobilisasi dan latihan


Tingkat mobilisasi : Mandiri
Latihan senam : Tidak mengikuti senam
Masalah khusus : Tidak ada masalah

Nutrisi dan cairan


Asupan nutrisi : Makan 3 x/hari
Asupan cairan : Cukup, 6-8 gelas perhari
Masalah khusus : Tidak ada masalah

Keadaan mental
Adaptasi psikologis : baik
Pencernaan terhadap bayi : Baik
Masalah khusus : Tidak ada masalah

Kemampuan menyusui : ASI belum keluar

Obat-obatan
Nama Obat Rute Dosis Jenis Obat
Amoxycilin Oral 3 x 500 mg Antibiotik
Asam mefenamat Oral 3 x 500 mg Analgetik
Emineton Oral 1 x1 tablet Derivat Besi

12
Hasil pemeriksaan penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 12,4
Golongan darah O
H Non reaktif
S Non reaktif
Hepatitis B Non reaktif

Rangkuman hasil pengkajian :


Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny. E memiliki risiko infeksi, risiko perdarahan, risiko
konstipasi dan ketidaknyamanan pascapartum. Hasil pengkajian pada Ny.E tampak luka jahit
pada perineum masih kemerahan, tampak bengkak, tampak lendir dan darah keluar dari
perineum, luka belum menyatu. Ny. E juga mengeluh belum buang air besar dari 2 hari sebelum
melahirkan dan sampai selesai melahirkan. Ny.E mengeluh merasa tidak nyaman pada perut
dan vagina terasa nyeri dengan skala nyeri 3, terasa hilang timbul jika banyak bergerak.

Masalah :
1. Risiko infeksi
2. Risiko perdarahan
3. Ketidaknyamanan pascapartum
4. Risiko konstipasi

Perencanaan Pulang :
1. Menjaga kebersihan perineum
2. Minum obat teratur
3. Kontrol tepat waktu
4. Makan-makanan yang bergizi, tinggi kalori tinggi protein
5. Memberikan ASI ekslusif
6. Segera kembali jika terjadi perdarahan yang banyak

13
Analisis Data
Data Objektif/Data Subjektif Masalah Keperawatan Penyebab
DS : Ketidaknyamanan Trauma Perineum Selama
- Klien mengatakan Pascapartum Persalinan dan Kelahiran
tidak nyaman sehabis
melahirkan pada
perut dan vaginanya
dan terasa nyeri
- Klien mengatakan
sulit tidur , tidur
hanya 1-2 jam saja
dan selalu terbangun
DO :
- Klien mengeluarkan
suara rintihan
- Klien berkeringat
- Terdapat luka
episiotomi pada
vagina
- Klien post partum 1
jam
- Skala nyeri 3
DS : Risiko Infeksi Efek Prosedur Invasif
- Klien mengatakan
nyeri pada daerah
vagina terutama pada
jahitan vagina
DO :
- Klien post partum 1
jam
- Terdapat luka jahit
perineum
(episiottomi)
- Luka terlihat
kemerahan
- Tampak bengkak
pada area luka jahit
perineum
- Tampak memar
sekitar luka
- Tampak lendir dan
darah leluar dari
vagina
- Belum tampak
penyatuan luka, luka
masih tampak basah
DS : Risiko Perdarahan Trauma
- Klien mengatakan
lemas

14
DO :
- Perdarahan post
partum ±200 ml
- Tampak di perineum
lochia ±10 ml warna
merah kecokelatan
dengan bau khas
lochia
- Klien post partum 1
jam
- Luka jahit masih
terlihat kemerahan,
bengkak, ada lendir
bercampur darah dan
belum ada penyatuan
luka, luka masih
tampak basah
- Ibu terlihat banyak
bergerak dan selalu
pindah posisi tidur
- Tekanan darah
110/60 mmHg, N :
88 x/menit, P : 22
x/menit, S : 36,8 C

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidaknyamanan pascapartum berhubungan dengan trauma perineum selama
persalinan dan kelahiran
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Ketidaknyamanan Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi
pascapartum berhubungan keperawatan selama 1x24 Observasi
dengan trauma perineum jam maka status 1. Identifikasi teknik
selama persalinan dan kenyamanan pasca partum relaksasi yang
kelahiran meningkat dengan kriteria pernah efektif
hasil : digunakan
1. Merintih menurun 2. Periksa ketegangan
2. Luka episiotomi otot, frekuensi nadi,
membaik tekanan darah dan
3. Berkeringat menurun suhu sebelum dan
4. Kontraksi uterus sesudah latihan
menurun Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
nyaman dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu yang nyaman

15
2. Gunakan pakaian
longgar
3. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat dan latih
teknik relaksasi
Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Perawatan Perineum
dengan efek prosedur invasif keperawatan selama 1x24 Observasi
jam maka tingkat infeksi 1. Inspeksi insisi atau
menurun dengan kriteria robekan perineum
hasil :
1. Kemerahan menurun Terapeutik
2. Nyeri menurun 1. Fasilitasi dalam
3. Bengkak menurun membersihkan
perineum
2. Pertahankan
perineum tetap
kering
3. Berikan posisi
nyaman
4. Berikan kompres es,
jika perlu
5. Bersihkan area
perineum secara
teratur
6. Berikan pembalut
yang menyerap
cairan
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga
mengobservasi tanda
abnormal pada
perineum
2. Kolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
Risiko perdarahan Setelah dilakukan intervensi Perawatan
berhubungan dengan trauma keperawatan selama 1x24 Pascapersalinan
jam maka status Observasi
pascapartum membaik 1. Monitor tanda-tanda
dengan kriteria hasil : vital

16
1. Pemulihan perineum 2. Monitor keadaan
meningkat lokia
2. Kenyamanan 3. Periksa perineum
meningkat atau robekan
3. Perdarahan vagina 4. Monitor nyeri
menurun 5. Identifikasi
4. Jumlah lochia kemampuan ibu
membaik merawat bayi
5. Warna lochia 6. Identifikasi adanya
membaik masalah adaptasi
psikologis ibu
postpartum
Terapeutik
1. Kosongkan kandung
kemih sebelum
pemeriksaan
2. Massase fundus
sampai kontraksi
kuat, jika perlu
3. Dukung ibu untuk
ambulasi dini
4. Berikan kenyamanan
pada ibu
5. Fasilitasi ikatan tali
kasih ibu dan bayi
secara optimal
6. Diskusikan tentang
perubahan fisik dan
psikologis ibu
postpartum
7. Diskusikan
seksualitas masa
postpartum
8. Diskusikan
penggunaan alat
kontrasepsi
Edukasi
1. Jelaskan tanda
bahaya nifas pada
ibu dan keluarga
2. Jelaskan
pemeriksaan pada
ibu dan bayi secara
rutin
3. Ajarkan cara
perawatan perineum
yang tepat

17
4. Ajarkan ibu
mengatasi nyeri
secara
nonfarmakologis
Kolaborasi
1. Rujuk ke konselor
laktasi, jika perlu

Evaluasi dan Catatan Perkembangan


No. Implementasi Evaluasi Paraf
DX
1 - Memeriksa TTV S:
- Menciptakan - klien mengatakan merasa nyaman
lingkungan tenang jika habis tarik nafas dalam
tanpa gangguan walaupun terkadang masih terasa
dengan pencahayan tidak nyaman dan nyeri pada vagina
dan suhu ruangan - klien mengatakan bisa tidur 1-2 jam
yang nyaman
- Mengidentifikasi O:
teknik relaksasi - klien jarang mengeluarkan suara
yang pernah efektif rintihan
digunakan - klien tidak berkeringat
- Menjelaskan tujuan - tampak luka episiotomi pada
dan manfaat teknik perineum
relaksasi - klien post partum 3 jam
- Menganjurkan Ny.E - skala nyeri 2
memakai pakaian
yang longgar A : Masalah ketidaknyamanan pascapartum
teratasi

P : Intervensi dihentikan pasien pulang


2 - Memeriksa luka S:
robekan pada - Klien mengatakan setelah meminum
perineum obat yang diberikan rasa nyeri pada
- Membershikan area perineum terasa sakit hanya sedikit
perineum dan klien bisa bergerak serta duduk
- Menganjurkan Ny. menggendong bayinya
E mengganti O:
pembalut jika sudah - Belum tampak penyatuan luka
penuh - Luka masih tampak merah dan
- Menganjurkan bengkak serta lendir bercampur
selalu darah masih keluar
membersihkan area - Klien terlihat lebih aktif dan mau
perineum berjalan-jalan di sekitarnya
- Berkolaborasi
dengan bidan A : Masalah teratasi
penanggung jawab
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
18
untuk memberikan
analgesik
3 - Memeriksa TTV S:
- Menganjurkan ibu - Klien mengatakan sudah tidak
untuk merasa lemas sehabis makan nasi,
mengosongkan buah dan meminum air yang banyak
kandung kemih - Klien mengatakan sekarang lebih
- Mendukung ibu segar dan tidak merasakan gejala
untuk ambulasi dini timbulnya perdarahan
- Memonitor keadaan
lokia O:
- Memeriksa robekan - Tidak ada hematuria dan
luka perineuman hematemesis
- Memonitor nyeri - tekanan darah dalam batas normal
- Mengidentifikasi TD ; 110/80 mmHg
kemampuan ibu - perdarahan pervaginam dalam batas
merawat bayi normal <500 ml
- Menjelaskan tanda
bahaya nifas pada A : Masalah teratasi
ibu dan keluarga
- Menjelaskan P : Intervensi dihentikan pasien pulang
pentingnya
pemeriksa ibu dan
bayi secara rutin
- Mengajarkan cara
perawatan perineum
yang tepat

19
BAB IV
PEMBAHASAN

BAB ini penulis membandingkan antara BAB II (tinjauan teori) dengan BAB III
(asuhan keperawatan) asuhan keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa keperawatan
ketidaknyamanan pascapartum di Praktik Bidan Mandiri Wirahayu Panjang pengkajian tanggal
11 Oktober 2022.
Pada asuhan keperawatan ini diambil 3 diagnosa utama keperawatan yaitu :
ketidaknyamanan pascapartum, risiko infeksi dan risiko perdarahan. Ketidaknyamanan
pascapartum adalah perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah
melahirkan.
A. Pengkajian
Menurut muttaqin (2018) pengkajian adalah tahap awal dari sistematis dalam
pendekatan asuhan keperawatan dari berbagai sumber untuk data dan mengevaluasi,
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 11
Oktober 2022, jam 08.30 WIB, pengkajian ini dilakukan dengan metode autoanamnesa,
yang dimulai dari biodata pasien, riwayat penyakit, pengkajian pola fungsional
kesehatan, pemeriksaan fisik, dll. klien yang berinisial Ny.E umur 38 tahun seorang ibu
rumah tangga. Klien mengatakan ini pernikahan yang pertama, klien mengatakan ini
melahirkan anak yang ketiga, klien pada saat kehamilannya kurang informasi untuk
mengikuti olahraga atau senam siap melahirkan. Tempat tinggal klien di KP Rawa
Baru, klien banyak menghabiskan waktu di rumah beserta anak-anaknya, lingkungan
tempat tinggal dekat dengan jalan raya, lingkungan rumah berada dekat rumah-rumah
yang padat dengan penduduk.
Diagnosa keperawatan yang pertama yang timbul pada klien pada pemeriksaan
post partum adalah ketidaknyamanan pascapartum berhubungan dengan trauma
perineum selama proses pelahiran dan kelahiran. Masalah ini perlu diangkat, agar
ketidaknyamanan pascapartum dapat berkurang atau hilang. Intervensi yang diberikan
untuk mengatasi permasalahan ini dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Sesuai dengan teori bahwa pemberian teknik relaksasi seperti teknik relaksasi nafas
dalam dapat membantu ibu post partum meminamalisir rasa ketidaknyaman
pascapartum. Karena jika ibu masih mengeluh merasa tidak nyaman maka dapat
mempengaruhi aktifitas ibu, akibatnya ibu susah memberikan ASI kepada bayi karena
ibu merasakan tidak nyaman saat bergerak dan tidak dapat mobilisasi secara bebas.
Selain itu juga perubahan emosi, stress pada saat setelah melahirkan dihubungan
dengan adanya peningkatan estrogen dan progesterone yang bermakna
(Fitriyahsari,2020).
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu risiko infeksi berhubungan dengan
efek prosedur invasif. Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjetif klien
mengatakan nyeri pada luka jahitan pada saat bergerak. Risiko terjadinya infeksi adalah
suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk terserang oleh bakteri patogen,
adapun yang menjadi faktor risiko terjadinya infeksi yaitu adanya luka pada kulit
trauma jaringan dan penyakit kronik (Carpenito,2019). Untuk melakukan pengkajian
pada risiko terjadinya infeksi yaitu dengan menggunakan REEDA yaitu redness,
edema, ecymocis, discarge, approximation. Pada ibu post partum dengan luka jahitan
akibat episiotomi perlu diangkat menjadi sebuah masalah karena akan berpengaruh
terjadinha infeksi. Luka episiotomi yang tidak dirawat dengan benar biasanya akan
mengalami infeksi atau bahkan sepsis pada luka jahitan episiotomi. Untuk menghindari
hal tersebut ibu post partum perlu dibekali informasi agar pada saat klien sudah berada
di rumah dan dalam masa nifas klien dapat merawat perineum dan melakukan vulva

20
hygene dengan benar agar tidak mengalami tanda-tanda infeksi. Infeksi yang terjadi
pada ibu post partum dapat meningkatkan risiko mortalitas. Oleh karena itu perlunya
bagi ibu post partum dalam merawat perineum agar tetap terhindar dari risiko infeksi.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menghindari ibu post partum dari
infeksi yaitu diantaranya memantau suhu tubuh akan meningkat, menganjurkan
perawatan perineum dengan tepat dua hingga tiga kali sehari dalam mengganti
pembalut atau setelah defekasi dan berkemih (dari depan ke belakang), menganjurkan
ibu post partum untuk menjaga personal hygene misalnya mencuci tangan sebelum
melakukan perawatan perineum, mandi setiap hari dan mengganti pembalut setiap
empat jam dan mendorong ibu post partum untuk seimbang dalam istirahat yang
adekuat dan aktifitas sedang.
Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah risiko perdarahan berhubungan
dengan trauma. Risiko perdarahan pada ibu post partum terindikasi dari episiotomi.
Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot
dan fasia perineum. Tindakan ini dapat imnul dari indikasi janin maupun ibu untuk
mencegah terjadinya trauma berlebihan pada kepala janim atau robeka perineum
misalnya pada primipara dan janin besar (Wiknjosastro, 2017:190-171). Episiotomi
yang tidak dijahit dengan benar akan menyebabkan perdarahan postpaprtum yang
tersembunyi (Hacker et al. 2018). Sejalan dengan penelitian (Prata et al. 2011) yang
menunjukkan bahwa episiotomi merupakan faktor risiko perdarahan postpartum.

B. Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada asuhan keperawatan ibu post partum ada 3
diagnosa utama keperawatan. Diagnosa pertama adalah ketidaknyamanan pascapartum,
diagnosa kedua risiko infeksi dan diagnosa ketiga risiko perdarahan.
Diagnosa keperawatan ketidaknyamanan pascapartum didukung dengan data-data :
DS :
- Klien mengatakan tidak nyaman sehabis melahirkan pada perut dan vaginanya dan
terasa nyeri
- Klien mengatakan sulit tidur , tidur hanya 1-2 jam saja dan selalu terbangun
DO :
- Klien mengeluarkan suara rintihan
- Klien berkeringat
- Terdapat luka episiotomi pada vagina
- Klien post partum 1 jam
- Skala nyeri 3
Menurut buku SDKI (2018) ketidaknyamanan pascapartum dapat diangkat dengan
data subjektif yaitu klien mengatakan tidak nyaman ,klien merintih,klien berkeringat,
terdapat luka episiotomi pada vagina.

Diagnosa kedua risiko infeksi dengan data-data :


DS :
- Klien mengatakan nyeri pada daerah vagina terutama pada jahitan vagina
DO :
- Klien post partum 1 jam
- Terdapat luka jahit perineum (episiotomi)
- Luka terlihat kemerahan
- Tampak bengkak pada area luka jahit perineum
- Tampak memar sekitar luka

21
- Tampak lendir dan darah leluar dari vagina
- Belum tampak penyatuan luka, luka masih tampak basah
Menurut buku SDKI (2018) diagnosa risiko infeksi dapat diangkat jika ada gejala
yang dapat mengakibatkan infeksi jika sebelumnya tidak dilakukan pencegahan
terlebih dahulu.

Diagnosa ketiga yaitu risiko perdarahan dengan data-data :


DS :
- Klien mengatakan lemas
DO :
- Perdarahan post partum ±200 ml
- Tampak di perineum lochia ±10 ml warna merah kecokelatan dengan bau khas
lochia
- Klien post partum 1 jam
- Luka jahit masih terlihat kemerahan, bengkak, ada lendir bercampur darah dan
belum ada penyatuan luka, luka masih tampak basah
- Ibu terlihat banyak bergerak dan selalu pindah posisi tidur
- Tekanan darah 110/60 mmHg, N : 88 x/menit, P : 22 x/menit, S : 36,8 C
Menurut SDKI (2018) diagnosa risiko perdarahan dapat diangkat jika gejala subjektif
maupun objektif memiliki tanda-tanda akan terjadinya perdarahan.

C. Intervensi
Diagnosa yang diangkat telah disusun intervensi sesuai dengan SIKI (2018) di
antaranya :
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Ketidaknyamanan Terapi Relaksasi
pascapartum Observasi
berhubungan dengan 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
trauma perineum digunakan
selama persalinan dan 2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
kelahiran darah dan suhu sebelum dan sesudah latihan
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan nyaman dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu yang nyaman
2. Gunakan pakaian longgar
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat dan latih teknik relaksasi
Risiko infeksi Perawatan Perineum
berhubungan dengan Observasi
efek prosedur invasif 1. Inspeksi insisi atau robekan perineum
Terapeutik
1. Fasilitasi dalam membersihkan perineum
2. Pertahankan perineum tetap kering
3. Berikan posisi nyaman
4. Berikan kompres es, jika perlu
5. Bersihkan area perineum secara teratur

22
6. Berikan pembalut yang menyerap cairan
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda
abnormal pada perineum
2. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Risiko perdarahan Perawatan Pascapersalinan
berhubungan dengan Observasi
trauma 1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor keadaan lokia
3. Periksa perineum atau robekan
4. Monitor nyeri
5. Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
6. Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis
ibu postpartum
Terapeutik
1. Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
2. Massase fundus sampai kontraksi kuat, jika perlu
3. Dukung ibu untuk ambulasi dini
4. Berikan kenyamanan pada ibu
5. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara
optimal
6. Diskusikan tentang perubahan fisik dan
psikologis ibu postpartum
7. Diskusikan seksualitas masa postpartum
8. Diskusikan penggunaan alat kontrasepsi
Edukasi
1. Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan
keluarga
2. Jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara
rutin
3. Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
4. Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis
Kolaborasi
1. Rujuk ke konselor laktasi, jika perlu

D. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi yang telah dilakukan pada Ny. E telah berdasarkan intervensi yang
disusun menggunakan SIKI (2018).
No. Implementasi Evaluasi
DX
1 - Memeriksa TTV S :
- Menciptakan - klien mengatakan merasa nyaman jika
lingkungan habis tarik nafas dalam walaupun
tenang tanpa

23
gangguan terkadang masih terasa tidak nyaman dan
dengan nyeri pada vagina
pencahayan dan - klien mengatakan bisa tidur 1-2 jam
suhu ruangan
yang nyaman O:
- Mengidentifikasi - klien jarang mengeluarkan suara rintihan
teknik relaksasi - klien tidak berkeringat
yang pernah - tampak luka episiotomi pada perineum
efektif - klien post partum 3 jam
digunakan - skala nyeri 2
- Menjelaskan
tujuan dan A : Masalah ketidaknyamanan pascapartum
manfaat teknik teratasi
relaksasi
- Menganjurkan P : Intervensi dihentikan pasien pulang
Ny.E memakai
pakaian yang
longgar
2 - Memeriksa luka S:
robekan pada - Klien mengatakan setelah meminum obat
perineum yang diberikan rasa nyeri pada perineum
- Membershikan terasa sakit hanya sedikit dan klien bisa
area perineum bergerak serta duduk menggendong
- Menganjurkan bayinya
Ny. E mengganti O:
pembalut jika - Belum tampak penyatuan luka
sudah penuh - Luka masih tampak merah dan bengkak
- Menganjurkan serta lendir bercampur darah masih keluar
selalu - Klien terlihat lebih aktif dan mau berjalan-
membersihkan jalan di sekitarnya
area perineum
- Berkolaborasi A : Masalah teratasi
dengan bidan
penanggung P : Intervensi dihentikan pasien pulang
jawab untuk
memberikan
analgesik
3 - Memeriksa TTV S:
- Menganjurkan - Klien mengatakan sudah tidak merasa
ibu untuk lemas sehabis makan nasi, buah dan
mengosongkan meminum air yang banyak
kandung kemih - Klien mengatakan sekarang lebih segar
- Mendukung ibu dan tidak merasakan gejala timbulnya
untuk ambulasi perdarahan
dini
- Memonitor O:
keadaan lokia - Tidak ada hematuria dan hematemesis
- Memeriksa - tekanan darah dalam batas normal TD ;
robekan luka 110/80 mmHg
perineuman

24
- Memonitor nyeri - perdarahan pervaginam dalam batas
- Mengidentifikasi normal <500 ml
kemampuan ibu
merawat bayi A : Masalah teratasi
- Menjelaskan
tanda bahaya P : Intervensi dihentikan pasien pulang
nifas pada ibu
dan keluarga
- Menjelaskan
pentingnya
pemeriksa ibu
dan bayi secara
rutin
- Mengajarkan
cara perawatan
perineum yang
tepat

E. Analisis Jurnal
1. Perawatan luka perineum
Luka baru, area episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh 6
hingga 7 hari. Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi
perineum yang terkena lokhea akan lembab dan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat
juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka
(Marmi, 2014). Tujuan perawatan luka perineum menurut (Prawirohardjo, 2008)
adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan,
untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva, perineum, maupun di dalam
uterus, untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum), untuk kebersihan
perineum dan vulva. Karena perawatan yang kasar dan salah dapat mengakibatkan
kapiler darah baru rusak dan mengalami perdarahan serta penyembuhan luka
terhenti. Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka karena perawatan yang tidak
benar, dapat meningkat dengan adanya benda mati dan benda asing. Benda asing
dapat bertindak sebagai focus infeksi pada luka dan jika luka terkontaminasi oleh
benda asing atau jaringan nekrotik, pembersihan luka diperlukan untuk mencegah
perlambatan penyembuhan. Luka yang kotor harus dicuci bersih. Bila luka kotor,
maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang
buruk. Jadi, luka bersih sembuh lebih cepat daripada luka yang kotor. Sehingga
perawatan perineum yang tidak tepat dapat menyebabkan kesembuhan luka
perineum yang tidak baik. Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh
Muhith (2015), menunjukan adanya hubungan signifikan antara perawatan
perineum dengan kesembuhan luka perineum. Dalam penelitian ini kesembuhan
luka perineum tidak hanya dengan melakukan perawatan perineum, namun
perawatan perineum kini lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi
dini, karena dengan perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan untuk
memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi perineum, dan
meningkatkan kelancaran peredaran darah. Hasil penelitian lainnya menunjukan,
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haris. & Harjanti,

25
(2011) bahwa perawatan perineum yang tidak benar menyebabkan infeksi dan
memperlambat penyembuhan. Personal hygiene (kebersihan diri) yang kurang
dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing
seperti debu dan kuman. Selain perawatan luka perineum, faktor gizi terutama
protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengkajian pada asuhan keperawatan ini di dapatkan 3 diagnosa yang muncul
pada Ny.E yaitu
• Ketidaknyamanan pascapartum berhubungan dengan trauma perineum selama
persalinan dan kelahiran
• Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
• Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma
Intervensi yang dilakukan :
• Ketidaknyamanan pascapartum : terapi relaksasi
• Risiko infeksi : perawatan perineum
• Risiko perdarahan : perawatan pascapersalinan

B. Saran
• Bagi mahasiswa
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik
dan saran bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Mahasiswa bisa mengkaji dan melakukan asuhan
keperawatan pada ibu bersalin normal. Referensi terbaru dalam penulisan
makalah ini sangat diperlukan guna mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan.
• Bagi lahan
Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan
kepada mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
pendidikan.
• Bagi institusi
Semoga dengan adanya presentasi kasus di lahan dapat dijadikan klarifikasi
antara teori di kampus dengan di lahan.

27
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Universitas Muhamadiyah surakarta.


http://eprints.ums.ac.id/25935/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. (Diakses Pada tanggal 11
Oktober 2022)
Larasat,Sugesti.2014.http://repository.ump.ac.id/2650/3/SUGESTI%20LARASATI%20BAB
%20II.pdf. (Diakses Pada tanggal 11 Oktober 2022)
Poltekkes Kaltim. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/393/1/Untitled.pdf. (Diakses Pada
tanggal 11 Oktober 2022)
Margareta,Lisa.2017.http://repository.ump.ac.id/3926/3/LISA%20MARGARETA%20BAB
%20II.pdf. (Diakses Pada tanggal 11 Oktober 2022)

28

Anda mungkin juga menyukai