Anda di halaman 1dari 191

BUKU PANDUAN SKILL LAB

SEMESTER III

PEMERIKSAAN FISIK LANJUTAN


DAN
PENUNJANG

UNIT MANAJEMEN SKILLS LAB DAN OSCE CENTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
SEMESTER GANJIL - TA 2019/2020
BUKU PANDUAN
SKILLS LAB
TA : 2019/2020

SEMESTER III

PEMERIKSAAN FISIK LANJUTAN


DAN
PENUNJANG

©2019, MEDICAL EDUCATION UNIT


LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Darussalam – Banda Aceh 23111
Telepon / Fax: (0651) 7551843
Home Page : www.fk.unsyiah.ac.id
Email : unitmeufkunsyiah@yahoo.com

i
Copyright@2019 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Dicetak di percetakan Unsyiah Darussalam Banda Aceh

Cetakan Pertama : Agustus 2019

Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala


Semua Hak Cipta terpelihara

Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh
penerbit sebelum memperbanyak, disimpan,
atau disebarluaskan dalam bentuk elektronik, fotocopy
dan rekaman atau bentuk lainnya.

ii
EDITOR

Dr.dr. Hasanuddin, SpOG (K)


Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Cut Meurah Yeni, SpOG (K)


Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Dr.dr.Dora Darussalam, Sp.A (K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Isra Firmansyah, Sp.A


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Syahrial, SpKJ


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpR


Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Dr.dr. Dahril, SpU


Bagian Urologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Wahyu Lestari, Sp.KK


Medical Education Unit
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

iii
PENANGGUNG JAWAB SKILL

Dr.dr. Hasanuddin, SpOG (K)


Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Cut Meurah Yeni, SpOG(K)


Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Dr.dr.Dora Darussalam, Sp.A (K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Isra Firmansyah, Sp.A


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

dr. Syahrial, SpKJ


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpR


Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Dr.dr. Dahril, SpU


Bagian Urologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

iv
KATA PENGANTAR

Buku panduan Skills Lab Semester III ini merupakan revisi dan adaptasi
dari buku panduan sebelumnya, sebagai implementasi revisi kurikulum TA
2013/2014.
Buku panduan ini berisikan materi keterampilan yang akan dilatihkan pada
Laboratorium Keterampilan Medik. Materi keterampilannya terdiri dari ANC,
Pelvimetri Klinis, Leopold’s Maneuvers, Persalianan Normal, Pemeriksaan
Neonatus, Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak, Antropometri, Teknik Injeksi,
Anamnesis Kasus Sensitif, IV Line, Pemeriksaan Foto Thorak, Pembacaan Foto
Polos Abdomen, Pemeriksaan khusus Geriatri,dan Pemasangan Kateter.
Dengan menguasai keterampilan di atas, diharapkan dapat menjadi
pondasi dasar mahasiswa dalam memahami dan menguasai keterampilan medik
lanjutan.
Kami berharap buku ini akan bermanfaat bagi mahasiswa dan juga
instruktur yang terlibat dalam latihan keterampilan medik ini.

Banda Aceh, Agustus 2019

Editor

v
DAFTAR ISI

EDITOR ................................................................................................ iii

PENANGGUNG JAWAB SKILLS ........................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v


DAFTAR ISI ........................................................................................ vi
I. KEHAMILAN, PERSALIAN DAN NEONATUS ...................... 1
1. ANC ...................................................................................... 2
2. Pelvimetri Klinis ................................................................... 9
3. Leopold’s Maneuvers ............................................................ 13
4. Persalianan Normal ............................................................... 18
5. Pemeriksaan Neonatus .......................................................... 29
II. MASA KANAK DAN REMAJA ................................................. 45
1. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak ................................. 46
2. Antropometri ......................................................................... 103
3. Teknik Injeksi ....................................................................... 117
4. Anamnesis Kasus Sensitif ..................................................... 122
5. IV Line .................................................................................. 131
III. DEWASA DAN MASA TUA ...................................................... 135
1. Pemeriksaan Foto Thorak ..................................................... 136
2. Pembacaan Foto Polos Abdomen ......................................... 148
3. Pemeriksaan khusus Geriatri ................................................. 153
4. Pemasangan Kateter .............................................................. 176

vi
BAB I
KEHAMILAN, PERSALINAN
DAN
NEONATUS

vii
BENANG MERAH KLINIS

Ny. Sulis, 26 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu, datang ke poli Obstetri dengan
keluhan keluar lender bercampur darah sejak 2 jam yang lalu. Saat ini ia juga
merasakan mulas-mulas, dan sejak pagi harinya juga keluar cairan merembes dari
jalan lahirnya.
 Apa yang terjadi pada Ny. Sulis?
 Apa yang harus anda lakukan terhadap Ny. Sulis?

10 jam kemudian ternyata Ny. Sulis berhasil melahirkan bayinya melalui


persalinan normal
 Pemeriksaan apa yang dapat anda lakukan terhadap bayi Ny. Sulis?

1 hari post partum, Ny. Sulis mengeluh


 Pemeriksaan fisik apakah yang dapat anda lakukan terhadap Ny. Sulis agar
diagnosis dapat anda tegakkan?

1
1. PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC)
Dr.dr. Hasanuddin, Sp.OG (K)
Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan belajar :
Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan kehamilan secara sistematis dan
benar.

Seperti pada pemeriksaan media pada umumnya, pemeriksaan obstetrik terdiri


atas :
1. Anamnesis
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Auskultasi
5. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan tambahan : laboratorium, rontgenologis, USG, amnioskopi, fetal
monitoring dengan kardiotokografi (CTG).

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
 Anatomi dan Fisiologi kehamilan
 Patofisiologi kehamilan

A. ANAMNESIS

1. GPA ( Gravida, Para, Abortus)


Gravida : adalah jumlah kehamilan, termasuk mola, kehamilan ektopik,
abortus.
Para : jumlah anak yang dilahirkan dengan berat lebih dari 500 gram
Abortus : pengeluaran hasil konsepsi yang kurang dari 500 gram.

Jadi pada saat melakukan anamnesis, kepada pasien perlu ditanyakan berapa
kali hamil, pernah melahirkan janin aterm atau belum, dan berapa kali abortus.
Dari sini kita akan melihat riwayat obstetriknya, baik atau tidak. Penderita
yang pernah melahirkan janin cukup bulan, spontan dan anak hidup setidak-
tidaknya mencerminkan bahwa panggulnya baik. Dalam hal ini dikatakan bahwa
ibu tersebut mempunyai riwayat obstetri yang baik.
Penderita dengan riwayat forseps, apalagi janin yang lahir terus mati, kita
harus berhati-hati. Mungkin ada sesuatu tentang panggulnya. Apabila dengan
anamnesis diketahui bahwa ibu pernah mengalami operasi karena jalan lahir yang
sempit, maka dalam hal ini tindakannya sudah jelas yaitu re-seksio sesaria atas
indikasi panggul yang sempit atau DKP.
Penderita dengan riwayat abortus yang berulang, juga harus ditangani secara
sangat hati-hati (tidak berarti yang tidak demikian dokter boleh seenaknya),
karena yang dikandungnya adalah anak yang sangat berharga.

2
2. Umur Kehamilan
Kapan berhenti haid. Dalam obstetri, umur kehamilan ditentukan berdasarkan
HPM (hari pertama menstruasi terakhir), sedang pada embriologi umur janin
dihitung berdasarkan umur konsepsi. Dengan diketahui HPM, maka selain
umur kehamilan dapat ditentukan pula HPL (hari perkiraan lahir).
Rumus Naegel, adalah :
HPL = hari +7, bulan –3 dan tahun +1

Berdasarkan umur kehamilan, maka dikenal:


 Abortus : keluarnya hasil konsepsi dengan umur 0-20 minggu
 Partus imaturus : partus yang terjadi pada 21-27 minggu
 Partus prematurus : partus yang terjadi pada 28-37 minggu
 Partus maturus : partus yang terjadi pada 38-42 minggu
 Partus postmaturus : partus yang terjadi pada lebih dari 42 minggu

Hamil aterm menunjukkan umur kehamilan 38-42 minggu, sedang kurang dari
38 minggu dapat disebut persalinan preterm, dan lebih dari 42 minggu sebagai
posterm.
Bila umur kehamilan tidak diketahui, maka jenis persalinan ditentukan
berdasarkan berat badan.
abortus Kurang dari : 500 gram
partus immaturus : 500-999 gram
partus prematurus : 1000-2499 gram
partus maturus : 2500 gram lebih

konsep ini juga tidak lagi tepat, karena janin dengan BB < 2500 gram belum tentu
prematur, tetapi hanya BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

3. Umur Ibu
Kurun reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun. Ini berarti bahwa
umur ibu diluar batas tersebut merupakan kehamilan dengan resiko tinggi
(KRT).
Kurang dari 20 tahun : panggul belum sempurna
Labih dari 35 tahun : ada kecenderungan mengalami perdarahan post
partum.
4. Paritas
Paritas yang ideal adalah 2-3, dengan jarak persalinan 3-4 tahun. Bila G lebih
dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun, ini disebut ”grande multipara”, yang
memerlukan perhatian khusus.

5. Riwayat persalinan yang dulu


Bertujuan untuk mengetahui :
 Apakah panggul ibu pernah dilewati janin ukuran normal atau belum
 Apakah anak yang dilahirkan dalam keadaan baik atau tidak
 Pada seorang primigravida, perlu ditanyakan berapa tahun kawin, ini
menentukan apakah fertilitasnya baik atau tidak.

3
 Pada presentasi bokong, perlu ditanyakan apakah persalinan yang
sebelumnya jega presentasi bokong.
 Dan lain-lain

6. Penyakit-penyakit yang pernah dialami


 Diabetes Mellitus, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, dll
 Apakah pernah operasi alat kandungan, dll.

7. Kehamilan sekarang
Bertujuan untuk mengetahui :
 Bagaimana antenatal care (ANC) nya, teratur atau tidak, pada siapa.
 Obat-obat yang dikonsumsi
 Apakah pernah sakit bengkak, apakah pernah menderita tekanan darah
tinggi, kejang-kejang, dll.
 Apakah pernah mengeluarkan darah pada saat hamil 7/8 bulan
 Apakah ada saudara kembar, dan lain-lain.

8. Tanda-tanda persalinan
 Sejak kapan mulai terasa kontraksi, teratur atau belum, sejak jam berapa
 Apakah sudah keluar lendir darah, atau malah darah
 Apakah sudah mengeluarkan air ketuban, bila sudah sejak kapan
 Apakah sebelum datang sudah mendapat pertolongan, misalnya apakah
sudah disuruh mengejan oleh dukun.

B. INSPEKSI
Yang dicari adalah tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu dan keadaan
janin.
 Keadaan umum ibu : baik, tampak menderita, tampak kesakitan, tampak
gelisah,dsb.
 Kesadaran : baik, koma, dll
 Anemis atau tidak
 Apakah muka dan ekstremitas tampak edema.
 Perut : membuncit, memanjang atau melintang, berapa besar ?
 Konfigurasi uterus : apakah terlihat gambaran cincin Bandl
 Vulva : tenang, tampak lendir darah, darah, air ketuban, edema atau telah
tampak bagian janin yang menumbung.

C. AUSKULTASI
Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) dikerjakan setiap 15 menit pada kala I
dan tiap 3-5 menit pada kala II. Ada beberapa alat yang dapat digunakan, yaitu :
stetoskop biaural, stetoskop monoral (Laennec), fetal heart detector (Doppler) atau
dengan mencatat terus-menerus dengan CTG.
Dengan mendengarkan DJJ ada 2 hal penting yang didapat, yaitu :
1. Keadaan umum janin dalam kandungan
2. Presentasi dan posisi

4
D. PEMERIKSAAN DALAM (PD)
Dalam obstetri dikenal 2 pendekatan, yaitu PD lewat rektum dan PD lewat
vagina. PD lewat vagina lebih mudah karena kurang memberikan rasa sakit, dan
lebih akurat, sehingga dewasa ini orang lebih menyukai PD vaginal. Dalam
praktek lebih dikenal dengan toucher vaginal (baca:tusje).

Pada prinsipnya ada 4 hal yang harus dinilai, yaitu :


1. Keadaan serviks
2. Keadaan janin
3. Keadaan pelvis
4. Hubungan feto pelvis.

1. Serviks
Apakah mencucu, mendatar, tebal, tipis, kaku, lunak, tertutup atau terbuka, bila
terbuka berapa cm pembukaannya, adakah jaringan parut, bagaimana selaput
ketuban (tebal, tipis, apakah sudah pecah). Pembukaan 10 cm adalah pembukaan
lengkap.

2. Keadaan janin
 Apa presentasinya : kepala, bokong, atau bahu, jika presentasi kepala
ditentukan dimana ubun-ubun kecil, sutura sagitalis, ubun-ubun besar,
berapa jauh kepala sudah turun, jika kepala masih diatas panggul perkirakan
apakah kepala bisa lewat.
 Ada kaput suksedaneum atau tidak
 Berapa jauh turunnya bagian terendah
 Letak sutura sagitalis : anteroposterior, oblik atau transverse
 Ada sinklitisme atau tidak
 Kepala fleksi atau defleksi
 Bila kepala ekstensi, tentukan presentasinya apakah puncak kepala, dahi
atau muka.
 Apakah ada presentasi majemuk
 Apakah ada prolaps tali pusat, dll.

3. Keadaan pelvis
 Apakah promontorium teraba? Bila ya, berapa konjugata diagonalis
 Berapa bagian linea terminalis dapat teraba, simetris atau tidak
 Spina ischiadika menonjol atau tidak
 Incisura ischiadika : dalam/landai
 Sakrum : panjang dan datar, atau pendek dan konkaf, bagaimana
inklinasinya
 Apakah ada tonjolan tulang yang mencuat kedalam rongga panggul
 Simphisis pubis : berapa derajat arkusnya, permukaan dalam rata atau tidak
 Os koksigis mobile atau tidak
 Distansia intertuberosum berapa cm
 Bagaimana dengan jaringan lunak perineum : relaks-elastis atau keras-kaku.

5
4. Hubungan (keseimbangan) janin-panggul
 Kepala engaged atau belum
 Bila belum apakah kepala dapat masuk bila didorong dari fundus dan
suprapubik
 Apakah bagian terendah menonjol diatas simphisis
 Dan lain-lain

Pemeriksaan yang lain adalah laboratorium darah dan urin rutin sebagai skrining.
Pemeriksaan yang lebih canggih memerlukan indikasi tertentu, dan sudah diluar
jangkauan partus normal.

6
CHECKLIST : PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
I. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa
takut dan stress sebelum melakukan pemeriksaan
1. Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap
dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan kepada
pasien atau keluarga
2. Memberikan penjelasan pada pasien tentang
kemungkinan adanya rsa sakit atau tidak nyaman
yang timbul selama pemeriksaan dilakukan
II Anamnesis kehamilan
1. Data umum pasien
2. GPA (Gravida, Para, Abortus)
3, Usia kehamilan
4. Paritas
5. Riwayat persalinan terdahulu
6. Penyakit – penyakit yang pernah dialami
7. Kehamilan sekarang
8. Tanda-tanda persalinan
III Inspeksi
1. Pasien diposisikan terlentang, baju diangkat ke arah
dada saat penilaian perut
2. Melakukan penilaian : keadaan umum ibu.
Kesadaran, anemis, edema wajah dan tungkai, perut,
konfigurasi uterus, vulva
IV Leopolds maneuvers
V Pemeriksaan bimanual
1. Pasien dalam posisi berbaring dengan kedua kaki
ditekuk
2. Dokter berdiri di antara kedua tungkai pasien,
lubrikasi jeli dan memberitahukan bahwa
pemeriksaan segera dimulai
3. Labia dibuka lebar menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari tangan kiri, jari telunjuk dan tengah tangan
kanan dimasukkan secara vertical ke dalam vagina.
Kemudian dilakukan penekanan ke bawah ke arah
perineum. Jari keempat dan kelima kanan difleksikan
ke dalam telapak tangan. Ibu jari kanan
diekstensikan.
4. Tangan kiri diletakkan di atas abdomen kira-kira
sepertiga jarak simfisis pubis dengan dengan
umbilicus dan pergelangan tangan tidak boleh
difleksikan atau disupinasikan
5. Tangan kanan di (di dalam vagina) mengangkat
organ-organ pelvis kea rah atas dan menstabilkannya

7
6. Melakukan palpasi serviks : bentuk, tebal/tipis,
konsistensi, terbuka/tertutup, bila terbuka berapa cm
pembukaannya, adakah jaringan parut, selaput
ketuban, prolaps tali pusat)
7. Melakukan penilaian keadaan janin : presentasi,
berapa jauh turunnya bagian terendah, letak sutura
sagitalis, sinklitisme, kepala fleksi/defleksi
8. Menilai keadaan pelvis (pelvimetri klinis)
9. Menilai hubungan (keseimbangan) janin-panggul :
kepala enganged atau belum, bagian terendah
menonjol di atas simfisis atau tidak, dll
10. Memberitahuan pasien bahwa pemeriksaan dalam
sudah selesai dan tangan pemeriksa akan segera
dikeluarkan
VI Auskultasi DJJ
1. Auskultasi DJJ dengan menggunakan alat (stetoskop
biaural, stetoskop monoral, Fetal heart
detector/Doppler)
2. Melakukan auskultasi pada punggung janin yang
berdasarkan hasil leopolds maneuvers
3. DJJ dihitung selama satu menit penuh
VII Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dn
follow up lebih lanjut

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../34 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2019

Observer

8
2. LEOPOLDS MANEUVERS
Dr.dr. Hasanuddin, Sp.OG (K)
Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik palpasi bimanual “leopolds maneuvers”
pada wanita hamil secara sistematis dan benar.

Seperti pada pemeriksaan media pada media pada umumnya, pemeriksaan


obstetric terdiri atas:
1. Palpasi

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai:
 Anatomi dan fisiologi kehamilan
 Patofisiologi kehamilan

1. PALPASI
Sebelum melakukan palpasi, ada 10 pertanyaan yang harus sudah
terfikirkan, yaitu :
1. Berapa tinggi fundus uteri.
2. Bagaimana letak janin : memanjang, melintang atau oblik.
3. Bagaimana presentasinya.
4. Dimana bagian punggung dan dimana bagian kecilnya.
5. Apa yang ada di fundus.
6. Dimana tonjolan kepala.
7. Apakah engagement sudah terjadi.
8. Berapa taksiran berat janin (TBJ), apakah janin satu atau ganda.
9. Bagaimana kualitas his.
10. Apakah ada tanda-tanda patologis.

Wanita hamil yang akan diperiksa disuruh berbaring telentang dengan


bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan pemeriksa berada
disebelah kanan pasien (atau disebelah kiri untuk pemeriksa yang kidal).
Setelah pasien yang akan diperiksa berbaring telentang, diperhatikan
apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi harus ditunggu terlebih
dahulu. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan
dengan teliti. Untuk itu, tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu
tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, dengan
maksud supaya dinding perut pasien tidak tiba-tiba menjadi kontraksi. Maka,
sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosokkan terlebih
dahulu baru kemudian pemeriksaan dilakukan.
Palpasi dilakukan secara sistematik berdasarkan perasat Leopold. Perasat
Leopold merupakan teknik palpasi bimanual yang dibagi dalam 4 tahapan teknik
pemeriksaan, yaitu :

9
Leopold I
 Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
 Dengan menggunakan kedua tangan, menentukan tinggi fundus uteri (jarak
fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan centimeter jarak dari
pinggir atas simphisis ke fundus uteri
 Melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan
untuk menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.

Note : bokong akan terasa sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala
akan teraba sebagai bagian yang keras, bulat dan lebih mudah untuk digerakkan.

Leopold II
 Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
 Dengan menggunakan kedua tangan, telapak tangan diletakkan pada sisi kiri-
kanan abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
 Menentukan letak bagian besar (punggung) dan bagian-bagian kecil janin
 Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin.

Note : pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang
merupakan punggung janin, dan disisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang
lebih mobile yang merupakan ekstremitas dari janin.

Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis bahkan bagian-bagian janin
tersebut dapat diidentifikasi.

10
Leopold III
 Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
 Dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan jari-jari tangan lainnya untuk
menentukan bagian terbawah janin dengan cara meraba didaerah abdomen
bagian bawah / tepat diatas simphisis pubis, sedangkan tangan kiri melakukan
fiksasi pada bagian fundus uteri.

Leopold IV
 Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
 Dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan maka selain dapat ditentukan
bagian terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut
telah memasuki pintu atas panggul.

Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang
berada di pihak bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan
kepala adalah oksiput yang berada dipihak punggung. Dengan menggunakan
ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa melakukan tekanan yang dalam searah
dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan menunjukkan adanya tonjolan
kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah masuk lebih jauh ke
dalam panggul.
Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala denganmudah dapat
digerakkan kekanan dan kekiri dan teraba ballotement. Kedua jari tangan dapat
berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala dapat
teraba dan kepala fixed, maka ia sudah engaged.

11
CHECKLIST : LEOPOLDS MANUEVERS
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2
Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa
1 takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan leopold :

a Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur


tentang cara dan tujuan pemeriksaan.
b Memberitahukan kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak
nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan.
Pasien dalam posisi berbaring terlentang dengan kepala dan
2 bahu sedikit lebih tinggi dan kedua tungkai ditekuk
pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien.
3 Melakukan leopolds maneuvers
a Leopold I
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah pasien
 Melakukan palpasi bimanual untuk menentukan tinggi
fundus uteri
 Menilai bagian yang terletak pada fundus uteri
 Melaporkan hasil
b Leopold II
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah pasien
 Menentukan letak punggung janin
 Melaporkan hasil
c Leopold III
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah pasien
 Melakukan palpasi bimanual untuk menentukan bagian
terbawah janin.
 Melaporkan hasil
d. Leopold IV
 Pemeriksa berdiri menghadap ke arah kaki pasien
 Melakukan palpasi bimanual untuk menentukan berapa jauh
bagian tersebut sudah memasuki PAP
 Melaporkan hasil
4. Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up
lebih lanjut.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../34 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2019

Observer

12
3. PELVIMETRI KLINIS
Dr.dr. Hasanuddin, Sp.OG (K)
Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pelvimetri klinis


secara sistematis dan benar

Prior knowledge :
sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
a. Anatomi dan fisiologi kehamilan
b. Patofisiologi kehamilan

Introduksi
Keadaan panggul merupakan salah satu faktor penting dalam kelangsungan
persalinan. Pengetahuan tentang ukuran dan bentuk panggul akan sangat
membantu dalam penilaian jalannya persalinan.

Anatomi panggul
Tulang panggul terdiri dari os koksae (os ilium, os iskium dan os pubis), os
sacrum dan os koksigis. Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang
disebut pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang
terletak di atas linea terminalis, disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak
di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk
pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu
melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis
yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata
vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II,III dan IV.
Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk
selanjutnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.

a. Pintu Atas Panggul (pelvic inlet)


Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis),
dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium ±11-12 cm disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis
melintang pada pintu atas panggul ± 12,5 – 13 cm, disebut diameter
transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan
antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea

13
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang ±
13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal
sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata
vera sama dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua
konjugata ini dikenal juga konjugata obstetric, yaitu jarak dari bagian dalam
tengah simfisis ke promontorium. Konjugata obstetric ini sebenarnya paling
penting namun perbadaannya dengan konjugata vera sedikit sekali.

b. Pintu Bawah Panggul (pelvic outlet)


Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi tiga, yaitu
bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan
ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis
berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis Dalam
keadaan normal besarnya sudut ini atau lebih sedikit

c. Ruang Panggul (pelvic cavity)


Ruang panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran yang paling
luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina iskiadika.
Ketika melakukan penilaian ruang panggul hendaknya memperhatikan bentuk
os sacrum dan bentuk ruang panggul seluruhnya, karena rongga ini merupakan
saluran yang tidak sama luasnya di antara tiap-tiap bidang.
Memperkirakan kapasitas midpelvik secara klinis (periksa dalam) dengan
cara pengukuran langsung adalah tidak mungkin. Bila spina ischiadica
begitu menonjol, dinding pelvis terasa cembung dan sacrum terasa datar (
tidak cekung), maka kesempitan panggul tengah bisa dicurigai

A B

Gambar 1. (A) Sumbu carus dan bidang hodge, (B) Pintu atas panggul dengan
konjugata vera, diameter transversa dan oblikua

Pelvimetri Klinis

Pelvimetri klinis merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapat


keterangan lebih banyak mengenai keadaan panggul. Cara pelaksaan pelvimetri
klinis terbagi dua yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaaan dalam.
a. Pemeriksaan luar
Pelvimetri luar tidak banyak artinya kecuali untuk pengukuran pintu bawah
panggul dan pada beberapa keadaan klinis seperti panggul miring.

14
Pemeriksaan ini dapat menentukan secara garis besar jenis, bentuki, dan
ikuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaaan dalam.
Alat-alat yang dipakai antara lain jangkar panggul Martin, Oscancer, Collin,
Boudeloque dan sebagainya.

Yang dinilai dari pemeriksaan luar adalah :


1. Distansia spinorum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra (± 24-26 cm)
2. Distansia kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada Krista iliaka sinistra dan dekstra ( ±28-30 cm)
3. Distansia oblikua eksterna : jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan
spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra
ke spina iliaka anterios superior sinistra. Kedua ukuran ini akan
bersilangan. Pada panggul miring kedua ukuran tersebut akan berbeda
sekali.
4. Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor
5. Konjugata eksterna : jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus
lumbal 5 (Boudeloque, ± 18 cm)
6. Distansia tuberum : jarak antara tuber iskii dekstra dan sinistra.
Mengukurnya menggunakan Oscander. Angka yang ditunjuk oleh jangkar
harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan
ujung jangkar. (±10,5 cm)

b. Pemeriksaan dalam

Pada pemeriksaan dalam ini yang diukur secara langsung adalah konjugata
diagonalis. Cara mengukur konjugata diagonalis adalah jari tengah dan
telunjuk tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba
promontorium. Jari telunjuk tangan kiri menandai sejauh mana masuk tangan
kanan dan kemudian diukur dengan penggaris saat tangan dikeluarkan.
Ukuran konjugata vera didapatkan dari konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm.
sedangkan ukuran konjugata obstetric tidak jauh berbeda dari konjugata vera.

Gambar 2. Pelvimetri klinis dengan pemeriksaan dalam

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran


yang normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah
panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya.

15
Untuk Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet):
Konjugata diagonal (KD) ± 13.5 cm. Konjugata vera (KV) ± 12.0 cm.
Dikatakan sempit bila KV kurang dari 10 cm atau konjugata diagonalis kurang
dari dari 11,5 cm.

Pembagian tingkatan panggul sempit:


Tingkat I : KV = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : KV = 8-9 cm = relatif
Tingkat III : KV = 6-8 cm = ekstrim
Tingkat IV : KV = 6 cm = mutlak

16
CHECKLIST : PEMERIKSAAN PELVIMETRI KLINIS
N Skor
Aspek yang dinilai
o 0 1 2
I. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa
takut dan stress sebelum melakukan pemeriksaan
1. Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap
dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan kepada
pasien atau keluarga
2. Memberikan penjelasan pada pasien tentang
kemungkinan adanya rsa sakit atau tidak nyaman yang
timbul selama pemeriksaan dilakukan
II Pelvimetri Klinis
1. Pasien dalam posisi berbaring dengan kedua kaki
ditekuk
2. Dokter berdiri di antara kedua tungkai pasien, lubrikasi
jeli dan memberitahukan bahwa pemeriksaan segera
dimulai
3. Labia dibuka lebar menggunakan jari telunjuk dan ibu
jari tangan kiri, jari telunjuk dan tengah tangan kanan
dimasukkan secara vertical ke dalam vagina hingga
menyentuh promontorium
8. Hitung jarak dari tulang kemaluan (simfisis pubis)
hingga ke promontorium untuk mendapatkan conjugata
diagonal
9 Melakukan penilaian terhadap :
a. linea terminalis
b. spina ischiadika
c. sacrum
d. simfisis pubis
e. os koksigis
f. distansia intertuberosum
g. jaringan lunak perineum
9. Memberitahuan pasien bahwa pemeriksaan dalam
sudah selesai dan tangan pemeriksa akan segera
dikeluarkan
10. Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dn
follow up lebih lanjut
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../34 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2019

Observer

17
4. PERSALINAN NORMAL ( NORMAL DELIVERY )
dr. Cut Meurah Yeni, Sp.OG (K)
Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pertolongan proses persalinan
normal secara sistematis dan benar.

Ada 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu :


1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passenger)
3. Kekuatan (power)

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
 Anatomi dan Fisiologi Persalinan
 Patofisiologi Persalinan

DIAGNOSIS
Diagnosis persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Diagnosis dan konfirmasi saat persalinan
 Diagnosis tahap dan fase dalam persalinan
 Penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul
 Identifikasi presentasi dan posisi janin

Diagnosis dan Konfirmasi Saat Persalinan


Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut menunjukkan
tanda atau gejala sebagai berikut :
 nyeri abdomen yang bersifat intermitten setelah kehamilan 22 minggu
 nyeri disertai lendir darah
 adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air secara tiba-tiba

Pastikan keadaan inpartu jika :


 serviks terasa melunak – adanya pemendekan dan pendataran seviks secara
progresif selama persalinan.
 dilatasi serviks – peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam
sentimeter (cm).

18
Diagnosis Kala dan Fase Persalinan
Gejala dan Tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasi Persalinan palsu/
belum in partu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 cm I Laten
Serviks berdilatasi 4-9 cm I Aktif
 kecepatan pembukaan 1 cm atau
lebih per jam
 penurunan kepala dimulai
Serviks membuka lengkap (10 cm) II Awal
 penurunan kepala berlanjut (nonekspulsif)
 belum ada keinginan untuk meneran
Serviks membuka lengkap (10 cm) II Akhir
 bagian terbawah telah mencapai (ekspulsif)
dasar panggul
 ibu meneran

Kala III persalinan dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran
plasenta.

KALA I
Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm
dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.

Penanganan
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan :
 berilah dukungan dan yakinkan dirinya
 berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
 dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya
Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan :

19
 lakukan perubahan posisi
 posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring kekir
 sarankan ia untuk berjalan
 ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau
menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi
 ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya
 ajarkan kepadanya teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik napas panjang,
menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara
keluar sewaktu terasa kontraksi.
 Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/KgBB (tetapi jangan melebihi 100 mg)
IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/KgBB IM, atau tramadol 50
mg per oral atau 100 mg suppositoria atau metamizol 500 mg per oral.
 Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin pasien / ibu.
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
 Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah
buang air kecil / besar
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
 gunakan kipas angin atau AC didalam kamar
 menggunakan kipas biasa
 menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum
 Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

KALA II
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
3. Pakai celemek plastik
spontan

20
4. Keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam yabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik)

III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% -> langkah 9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terballik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 -160x/ menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan


Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran da perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai

21
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang untuk waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit
(2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokokng, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di
antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya)

22
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
 Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
 Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas
perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit pertama setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 20 unit
IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)

23
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga


34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan pada kain di atas perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kembali
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi pada putting susu

Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 menit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

24
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telpak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase

IX. Menilai Perdarahan


40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 1-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu

XI. Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri
47. Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kelainan darah

25
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi berbafas dengan baik (40-60
kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0 C )

XII. Kebersihan dan Keamanan


51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan ibu untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan kklorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

XIII. Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV

26
CHECKLIST : PERSALINAN NORMAL
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Mengenal adanya tanda persalinan kala II
2. Menyiapkan peralatan untuk menolong persalinan
3. Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan
persalinan
4. Memastikan pembukaan sudah lengkap dan ketuban sudah
pecah
5. Memastikan Denyut Jantung Janin dalam batas normal
6. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
7. Melakukan pimpinan meneran dengan memperhatikan
keadaan ibu dan janin
8. Melakukan persiapan pertolongan kelahiran janin saat
kepala janin tampak di vulva dengan diameter ± 5-6 cm
MENOLONG KELAHIRAN JANIN
9. Mengupayakan agar perineum tidak robek saat kepala
janin lahir
10 Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada
leher janin
11 Menunggu kepala selesai melakukan putaran paksi luar
12 Menolong melahirkan bahu janin
13 Menolong kelahiran badan dan tungkai janin
MELAKUKAN PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
14 Memastikan bayi dapat bernafas spontan
15 Mengeringkan tubuh bayi
16 Cek fundus ibu dan beritahu ibu
17 Suntikan oksitosin 10 IU IM

27
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
18. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
19. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
20. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
21. Mengeluarkan plasenta
22. Melakukan massase uterus dan memastikan bahwa
uterus telah berkontraksi dengan baik
MEMERIKSA KEMUNGKINAN ADANYA
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
23. Memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap
24. Memastikan tidak adanya robekan jalan lahir yang
menimbulkan perdarahan aktif
PASCA TINDAKAN
25. Melakukan evaluasi kontraksi uterus
26. Mengajarkan ibu / keluarga untuk memeriksa kontraksi
uterus dan memastikan bahwa uterus telah berkontraksi
dengan baik
27. Menilai jumlah perdarahan yang terjadi
28. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu
29. Membersihkan ibu
30. Memastikan ibu merasa nyaman
31. Membuang bahan-bahan bekas pakai yang
terkontaminasi dan melakukan dekontaminasi alat serta
sarung tangan
32. Mencuci tangan
33. Melengkapi rekam medik
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../66 x 100% = %

Banda Aceh,……….2019

Observer

28
5. PEMERIKSAAN NEONATUS
Dr.dr. Dora Darussalam, Sp.A (K)
dr. Isra Firmansyah, Sp.A
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan fisik pada


neonatus secara sistematis dan benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
 Anatomi Neonatus
 Fisiologi Neonatus
 Patofisiologi Neonatus

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus dilakukan anamnesis


yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:
 Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
 Riwayat kehamilan–kehamilan sebelumnya
 Riwayat kehamilan sekarang
 Riwayat persalinan sekarang

Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan
telanjang di bawah lampu yang terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas
untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat.
Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali, yaitu :
1. Pada saat lahir
2. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam
3. Pemeriksaan pada waktu pulang

I. PEMERIKSAAN PADA SAAT LAHIR


Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah :
1. Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine
2. untuk mencari kelainan kongenital terutama yang memerlukan penanganan
segera

Penilaian adaptasi neonatus.


Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai
Apgar (Apgar Score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia.
Kriteria yang dinilai adalah:
1. Laju jantung.
2. Usaha bernafas.
3. Tonus otot.
4. Refleks terhadap rangsangan.
5. Warna Kulit.

29
Setiap kriteria diberi nilai 0,1 atau 2 sehingga neonatus dapat memperoleh
nilai 0 sampai 10. Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Nilai Apgar,


Tanda 0 1 2
Laju Jantung Tidak Ada <100 >100
Usaha Bernafas Tidak Ada Lambat Menangis kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna Kulit Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru

Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama
kali memperkenalkan system penilaian ini yakni Dr.Virginia Apgar. Penilaian ini
dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi
neonatal. Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara
7 sampai 10. NIlai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai
sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena berhubungan
dengan morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak menentukan untuk resusitasi.

Cairan amnion
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih
dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang dari
500 ml disebut sebagai oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi
dengan obstruksi pada traktus intestinal bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu
diabetes atau eklampsia. Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal
bilateral atau sindrom Potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas
bawah akan kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.

Plasenta
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis,
dsb. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat 1 atau 2 korion (untuk
menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya
anastomosis vaskuler antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan
kemungkinan terjadi transfusi feto-fetal.

Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat.
Pada potongan tali usat diperhatikan apakah ada 1 vena dan 2 arteri. Kurang lebih
1 % dari neonatus hanya mempunyai 1 arteri umbilikalis dan 15% daripadanya
mempunyai 1 atau lebih kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.

30
II. PEMERIKSAAN LANJUTAN

1. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
 Frekuensi denyut jantung / frekuensi denyut nadi dengan nilai normalnya
yaitu : 100-160 x/menit (dalam keadaan istirahat) dan 120-160x/menit
(dalam keadaan aktif)
 Frekuensi napas neonatus, dengan nilai normalnya yaitu : 40-60x/menit
 Suhu tubuh, yang diukur melalui aksiler. Suhu neonatus normal adalah
36,5-37,5 0C

b. Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam
keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada
asimetri pikirkan terdaptnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus
diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan
tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.

c. Tangisan Bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan
yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan
tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran
pernafasan.

2. Pemeriksaan secara rinci


a. Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat
sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat sianosis pada
seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau
methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat erdapat pada anemia berat atau
asfiksia palida. Pletora tampak pada polisitemia.
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam
serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek
memberi warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan
warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya
diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat
terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots.
Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat seperti
lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas serta sebagai
isolasi panas. Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi,
lebih banyak terdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang
pada bayi cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie, atau ekimosis yang
disebabkan oleh trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan atau
trombositopenia.

31
b. Wajah
Seringkali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi janin
intrauterine. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom seperti
sindrom Down atau Sindrom Pierre-Robin, yang mudah dikenal. Perhatikan
kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis atau patah
tulang zigomatikus.

Sindroma Down SindromaPierre Robin

c. Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang
tindih karena molding. Keadaan ini akan normal setelah beberapa hari sehingga
ubun-ubun besar dan kecil mudah dirfaba. Pada pemeriksaan ubun-ubun perlu
diperhatikan ukuran dan ketegangannya. Perhatikan terdapatnya kelainan yang
disebabkan trauma lahir, seperti kaput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
 Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan akan hilang
dalam beberapa hari.
 Sefal hematom tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput
suksedaneum. Konsistensi sefal hematoma ini lunak, berfluktuasi, berbatas
tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyeberangi sutura. Bila sefal
hematom menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak. Sefal
hematom akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan akan
menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
 Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak.
Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yagn diakhiri dengan alat.
Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak asimetris.
Pada perabaan sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila
berat, kelainan ini dapat mengakibatkan renjatan/kejang, anemia atau
hiperbilirubinemia.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali,


kraniotabes dan sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan
intracranial atau hidrosefalus diperlukan pemeriksaan USG (atau transiluminasi
bila USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat melihat adanya hidransefalus).

32
Gambar : A. Kaput suksedaneum B. Hematoma Sefal
C. Perdarahan subaponeurotik.
d. Leher
 Inspeksi leher neonatus apakah tampak pendek, kelainan pada tulang leher,
tumor, trauma lehar, web neck (yang dijumpai pada beberapa kelainan
kongenital).

e. Mata
Teknik :
 Secara inspeksi dan palpasi
 Nilai adanya mikroftalmia kongenital, kekeruhan kornea, katarak
kongenital, sekret, ataupun trauma pada mata.

f. Mulut
 Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya
 Apakah terdapat kelainan jkongenital seperti : labio-gnato-palatoskisis,
apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya
atresia esofagus

g. Telinga
 Lakukan inspeksi letak daun telinga dan liang telinga
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) yang dapat dijumpai pada neonatus dengan
sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin.

h. Hidung
 Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak.
 Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan obstruksi
jalan napas oleh karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung
atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
 Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung.

i. Dada
1. Inspeksi
 Inspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti tong, apakah
terdapat pektus ekskavatum, atau karinatum.
 Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60
kali per menit

33
 Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus dipikirkan
kemungkinan adanya pneumothoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika.
 Tipe pernapasan
 Kelenjar payudara neonatus,dapat ditemukan kelainan putig susu
berlebih (supernumary nipples).

2. Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba iktus
kordis untuk menentukan posisi jantung (adanya dekstrokardia atau
dekstroposisi).

3. Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada.

4. Auskultasi
 Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan menggunakan
stetoskop.
 Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan dipengaruhi oleh
aktivitas bayi
 Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler
 Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia
diafragmatika.

j. Abdomen
1. Inspeksi
 Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding abdomen lebih
datar darpada dada.
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti : omfalokel,
gastroskisis dll.

Gastroskisis

34
Omfalokel

2. Palpasi
 Meraba hepar dan limpa
 Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta kanan, limpa
juga sering teraba 1 cm dibawah arkus aorta kiri.
 Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi
telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam
keadaan relaksasi.

k. Genitalia eksterna
Inspeksi
 Perhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun perempuan
 Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis, apakah
terdapat hipospadia, epispadia, fimosis, hidrokel ataupun kriptorkismus.
 Pada bayi perempuan perhatikan labia mayor, labia minor, lubang uretra
dan vagina.

L. Tulang belakang dan ekstremitas


 Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap
 Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk mencari
terdapatnya scoliosis, meningokel, spina bifida, sinus pilonidalis atau
kelainan kongenital lainnya.
 Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak dan apakah
terdapat paralisis atau tidak.
 Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia umum.

m. Anus
 Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus
 Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan thermometer ke
dalam anus. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

n. Ukuran antropometrik
 Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar
kepala.
 Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai
ukuran badan sebagai berikut:
 Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram
 Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm
 Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm

35
o. Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi
Usia gestasi dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan
cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut
New Ballard Score for Gestational Age Assessment yaitu dengan hanya menilai 6
kriteria klinis dan 6 kriteria neurologis.
Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk
dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih
besar untuk usia kehamilannya.

NEW BALLARD SCORE

36
III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS NEONATUS

Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua bayi,


baik yang sehat maupun yang sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan
neurologis untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya benar-benar tidak
menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk
menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.

Inspeksi
Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis dan kejang. Pada bayi dengan
riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti dan lama. Pada keadaan
normal, bayi cukup bulan lebih sering tidur, rata-rata pada hari pertama tidur
selama 17 jam. Pada waktu istirahat pada neonatus normal dengan masa
kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada paha, dan fleksi pada sendi
anggota gerak (siku, panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri. Pada neonatus
dengan masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan tungkai
dalam keadaan fleksi atau ekstensi.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25 minggu atau lebih, apabila dalam
keadaan istirahat semua anggota geraknya berada dalam posisi ekstensi berarti
tidak normal.
Pada penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan dengan memegang
dadanya dengan ibu jari dan telunjuk sambil digoyang-goyang secara lembut.
Pasien yang sadar akan bangun membuka mata, mengerenyutkan muka, menangis
dan menggerakkan anggota geraknya. Bila bayi tidak dapat dibangunkan, dan
tidak ada kerutan muka dan gerakan ekstremitas berarti abnormal yakni kesadaran
menurun. Tingkat kesadaran terdiri atas sadar, apatik/letargi, somnolen, sopor dan
koma.

Pemeriksaan saraf otak


Pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan pemeriksaan pada anak
 Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis, perhatikan
mata dan sudut mulutnya untuk memeriksa saraf otak VII (saraf fasialis). Pada
paresis saraf fasialis akan terlihat mulut mencong ke sisi sehat, mata tidak
dapat menutup dan lipatan nasolabialis hilang pada sisi yang paresis.
 Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langit-langit
untuk memeriksa saraf XII dan IX. Pada lidsah perhatikan ukurannya dan
gerakan simetris atau asimetris, apakah ada fasikulasi (saraf XII). Pada langit-
langit perhatikan gerakan arkus faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan
terlihat arkus sisi paresis tertinggal.
 Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut
pasien, maka pasien akan berpaling kearah rangsangan dan berusaha
memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jari dimasukkan
kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan disebut sucking reflex (refleks
menghisap). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V,
VII, XII.
 Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X.

37
 Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, saat inilah
kesempatan untuk memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III,
IV dan VI.
 Doll’s eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan
kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar
ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata ke kontralateral. Manuver ini
digunakan untuk memeriksa saraf VIII bagian vestibular.
 Refleks pupil sebenarnya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar dinilai, karena
kalau ada cahaya neonatus segera akan menutup mata dan sukar dibuka
kembali. Pada waktu mata terbuka segera perhatikan apakah pupilnya isokor
atau anisokor.

Pemeriksaan refleks neonatal primer

1. Moro reflex
Teknik :
 Bayi dalam posisi telentang, kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat
beberapa cm dengan hati-hati ke tangan pemeriksa.
 Reaksi : bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi
ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan adduksi dan
fleksi.
 Nilai abnormal : apabila tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali
ataupun apabila rentangan lengan asimetri.

2. Tonic neck reflex


Teknik :
 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak
dalam posisi fleksi
 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada
anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri.
 Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak selalu
ekstensi, dan fleksi anggota gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi.
 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri.
 Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling.
 Tonus fleksor meninggi pada anggota gerak kontralateral.

38
3. Palmar grasp reflex ( refleks menggenggam )
Teknik :
 Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan pasien
 Nilai : telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya refleks
memegang (grasp reflex)
 Agar pegangan lebih kuat pegangannya tangan pemeriksa juga memegang
tangan pasien, kemudian ditarik perlahan-lahan kearah duduk.
 Pada bayi normal, kepala segera mengikuti dan hanya tertinggal sedikit.

Babinsi reflex
Teknik :
 Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang
sedikit runcing.
 Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan
menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
 Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih terdapat
pada umur 2 sampai 2,5 tahun mungkinterdapat lesi piramidal.

39
5. Stepping reflex ( refleks melangkah )
Teknik :
 Bila BBL ( bayi baru lahir ) dipegang pd bagian bawah lengannya dlm
posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan datar, maka secara
otomatis bayi akan meluruskan tungkainya seolah hendak berdiri
 Bila posisi bayi dimiringkan kedepan, bayi akan meletakkan satu kakinya di
depan kaki yang lain
 Refleks ini akan menghilang, dan akan muncul setelah bayi sudah siap
untuk berjalan

IV. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan


bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan.

Perlu diperhatikan :
 SSP : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
 Kulit : adanya ikterus, pioderma
 Jantung : adanya bising yang timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi.

Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu
sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

Penting untuk diperhatikan :


 Pemeriksaan pada neonatus harus didahului dengan anamnesis yang lengkap
tentang riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang, dan
riwayat kelahiran bayi.
 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tediri dari pemeriksaan cepat segera
setelah lahir, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan 24 jam pasca lahir, dan
pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang.
 Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci
dengan sabun atau larutan antiseptik.
 Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orang tua bayi,
demikian pula rencana pemeriksaan selanjutnya.

40
CHECKLIST : PEMERIKSAAN NEONATUS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Mempersiapkan bayi yang akan diperiksa yaitu
dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang
terang yang dapat berfungsi sebagai penghangat
2 Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
tangan serta alat yang bersih dan hangat
3 Pemeriksaan pada saat lahir
a. Menilai Apgar score yaitu :
- laju jantung
- usaha bernafas
- tonus otot
- refleks
- warna kulit
Melakukan pemeriksaan ukuran antropometrik
(berat badan, panjan badan, lingkar kepala)
4 Pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan secara
sistematis).
 Keadaan umum. Pemeriksaan tanda vital
( denyut jantung/denyut nadi, frekuensi napas, suhu
tubuh, tekanan darah)
b. Pemeriksaan secara rinci
 Kulit (warna kulit, kelainan-kelainan yang
ditemukan, seperti petekie ekimosis, dll)
 Wajah ( simetris atau tidak, apakah terdapat
kelainan yang khas seperti sindrom Down, sindrom
Pierre-Robin, ataupun tanda-tanda trauma )
 Kepala, apakah terdapat : molding, kaput
suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak, serta
kelainan kongenital seperti anensefali, mikrosefali,
kraniotabes, dsb.
 Leher, apakah tampak pendek, kelainan pada tulang
leher, tumor, trauma leher, dan webbed neck (yang
terdapat pada beberapa kelainan kongenital).
 Mata, perhatikan apakah terdapat mikroftalmia
kongenital, katarak kongenital, trauma pada mata,
sekret pada mata, dll
 Mulut, perhatikan simetris atau tidak, apakah
terdapat kelainan kongenital seperti labiognato-
palatoskisis, dll.
 Hidung, perhatikan pernapasan, apakah terdapat
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring,
pernafasan cuping hidung, serta adanya sekret pada

41
lubang hidung.
 Telinga, perhatikan letak daun telinga dan liang
telinga, serta kelainan kongenital.
 Dada
1. Inspeksi : bentuk dada (pektus ekskavatum atau
karinatum), gerakan dinding dada, laju nafas,
tipe pernafasan dan kelenjar payudara neonatus.
2. Palpasi : fraktur klavikula dan meraba iktus
kordis
 Abdomen
1. Inspeksi : bentuk dinding perut, kelainan
kongenital, tali pusat (kesegaran, adakah simpul,
arteri dan vena umbilikalis)
2. Palpasi : Hepar, limpa dan ginjal
 Genitalia eksterna
1. Perempuan : labia minor dan mayor, lubang
uretra dan vagina yang terpisah.
2. Bayi laki-laki : ukuran penis, hipospadia,
epispadia, fimosis, skrotum, hidrokel, testis,
kriptorkismus serta trauma pada alat kelamin.
 Tulang belakang dan ekstremitas (pasien
dibaringkan dalam posisi tengkurap)
1. Tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapatnya skoliosis,
meningokel, spina bifida, spina bifida okulta,
atau sinus pilonidalis.
2. Memperhatikan pergerakan ekstremitas apakah
terdapat asimetris (patah tulang,
osteogenesis imperfekta), kelumpuhan pada
tangan atau paralisis pada kedua tungkai.
3. Memperhatikan tonus ekstremitas apakah
terdapat hipotonia
 Anus, menilai apakah terdapat atresia ani, posisi
anus dan anus imperforata
5 Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi
(Ballard Score)
 Maturitas fisik: lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/ telinga, genitalia (laki-laki/
perempuan)
 Maturitas neuromuskular: postur, square
window( lengan), elastisitas lengan, sudut popliteal,
tanda scarf, tumit ke telinga
6 Pemeriksaan Neurologis Neonatus
 Keaktifan: menangis, diam, memperlihatkan posisi
dan gerakan tungkai dan lengan (pada neonatus
cukup bulan dan sehat posisi tungkai fleksi dengan

42
gerakan yang aktif dan simetris)
 Tingkat kesadaran: apatik/ letargi, somnolen,
sopor, dan koma
 Tonus: normal, hipertoni, dan hipotoni
A Pemeriksaan reflex neonatal primitive (neonatal
primer)
Rooting reflex
 Menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien
 Pasien akan menengok ke arah rangsangan dan
berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke dalam
mulutnya.
3 Sucking reflex (melihat kelainan N V, VII, XII )
 Jika ujung jari dimasukkan ke dalam mulut bayi dan
diisap, maka disebut Sucking Refleks.
Moro reflex
 Bayi dalam posisi telentang kepalanya dibiarkan
jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati-hati ke
tangan pemeriksa.
 Nilai reaksi yang timbul : bayi akan kaget, lengan
lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi,
tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan
adduksi dan fleksi.
Tonic neck reflex
 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah
dan anggota gerak dalam posisi fleksi
 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, nilai reaksi
yang timbul (akan terjadi ekstensi pada anggota
gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak
sebelah kiri)
 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri
Palmar grasp reflex
 Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan
pasien
 Nilai : telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan
adanya refleks memegang (grasp reflex)
Refleks Babinski
 Menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing
 Menilai hasil (bila positif reaksinya berupa ekstensi
ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari
kaki yang lain)
Stepping reflex
 Memegang bayi pd bagian bawah lengannya dlm
posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan
datar

43
 Nilai reaksinya : normalnya secara otomatis bayi
akan meluruskan tungkainya seolah hendak berdiri
 Posisi bayi dimiringkan kedepan, reaksinya bayi
akan meletakkan satu kakinya di depan kaki yang
lain
7 Pemeriksaan pada waktu memulangkan
 SSP : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
 Kulit: adanya ikterus, pioderma
 Jantung: adanya bising yang timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi
sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi.
8 Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan
follow up lebih lanjut.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan :
Skor total ...../ 126 x 100% = %

Banda Aceh, ………2019

Observer

44
BAB II
MASA KANAK DAN REMAJA

45
1. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG ANAK
(DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST / DDST)
dr. TM Thaib, M.Kes,.SpA (K)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mampu melakukan skrining perkembangan anak usia 0-6 tahun dengan cara
Denver II secara mandiri

Tujuan pemeriksaan DDST :


1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan

Hal yang perlu diketahui terkait DDST


1. DDST bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptif
atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang
2. DDST tidak digunakan unttuk menetapkan diagnosis seperti kesukaran belajar,
gangguan bahasa, gangguan emosional dan sebagainya
3. DDST diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak
dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik
atau pemeriksaan fisik

Aspek Perkembangan yang dinilai :


Terdapat 125 gugus tugas yangdisusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk
menjaring fungsi berikut :
 Personal social (perilaku social), terdiri dari 25 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya
 Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), terdiri dari 29 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memelukan koordinasi yang cermat.
 Language (bahasa), terdiri dari 39 gugus tugas
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan
 Gross motor (gerakan mororik kasar), terdiri dari 32 gugus tugas. Aspek
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

46
Formulir DDST (Denver II)
 Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam
bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
 Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24
bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
 Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas
kemampuan perkembangan yaitu 25%; 50% dan 90% dari populasi anak lulus
pada tugas perkembangan tersebut.

 25% populasi anak sudah dapat berjalan dengan baik pada usia 11 bulan lebih,
 50% pada usia 12 1/3 bulan.
 Pada ujung sebelah kiri dari daerah hitam menunjukkanbahwa 75% populasi
sudah dapat berjalan dengan baik padausia 13 ½ bulan
 Pada ujung kanan dari daerah hitam menunjukkan 90%populasi anak sudah
dapat berjalan dg baik pada usia 15 bulan kurang.

47
Formulir DDST (Denver II)

48
49
 Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak
sebelah kiri:
 R (Report)=(L:laporan): tugas perkembangan tersebut dapat lulus
berdasarkan laporan dari orang tua/pengasuh. Akan tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang bias
dilakukan oleh anak.
 Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai
dengan nomor yang ada pada formulir.

Langkah pelaksanaan
 Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah
 Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan, jelaskan bahwa tes ini bukan
untuk mengetahui IQ anak.
 Buat komunikasi yang baik dengan anak.
 Hitung umur anak dan buat garis umur
 Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dantanggal
pemeriksaan pada formulir.
 Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaandikurangi tanggal
lahir.
(1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)
 Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas Untuk anak yang lahir
lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2
tahun, maka harus dilakukan koreksi. (1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1
minggu = 7 hari)
 Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan
pada ujung atas garis umur.
 Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari
sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang
terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis
umur

a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yangpaling


dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap tugasperkembangan yang
ditembus garis umur
b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satuujicoba pada langkah a
(“gagal”; “menolak”; “tidak adakesempatan” , lakukan ujicoba tambahan
ke sebelahkiri garis umur pada sektor yang sama sampai anakdapat “lulus”
3 tugas perkembangan.
c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugasperkembangan pada langkah
a, lakukan tugasperkembangan tambahan ke sebelah kanan garis umurpada
sektor yang sama sampai anak ”gagal” pada 3 tugas perkembangan.

50
 Beri skor penilaian
Skor dari tiap ujicoba ditulis pada kotak segi empat.
 P: Pass/ lulus. Anak melakukan ujicoba dengan baik, atau ibu/
pengasuh anak memberi laporan anak dapat melakukannya.
 F: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau
ibu/pengasuh anak memberi laporan anak tidak dapat melakukannya
dengan baik
 No: No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini
hanya boleh dipakai pada ujicoba dengan tanda R
 R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba

Interprestasi Penilaian Individual


1. Lebih (advanced)
Bilamana lewat pada ujicoba yang terletak di kanan garis umur,
dinyatakanperkembangan anak lebih pada ujicoba tsb.

2. Normal
Bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan
garis umur, dikatagorikan sebagai normal.

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan
75,maka dikatagorikan sebagai normal.

3. Caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan,
dimanagaris umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.

4. Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan ujicoba
yangterletak lengkap disebelah kiri garis umur.

51
5. No Opportunity/ tidak ada kesempatan.
Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tuamelaporkan
bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan
tugasperkembangan tsb.Hasil ini tidak dimasukkan dalam
mengambilkesimpulan.

Selama tes perkembangan, amati perilaku anak. Apakah adaperilaku yang khas,
bandingkan dengan anak lainnya. Bilaada perilaku yang khas tanyakan kepada
orang tua/pengasuh, apakah perilaku tsb merupakan perilaku sehari hari
yang dimiliki anak tsb. Bila tes perkembangan dilakukansewaktu anak sakit,
merasa lapar.dll dapat memberikanperilaku yang menghambat tes perkembangan

TEST PERILAKU
 Khusus
 Patuh
 Tertarik sekeliling
 Ketakutan
 Lama perhatian

Langkah Persiapan
1. Tempat
• Tempat tenang/tidak berisik dan bersih
• Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras
2. Perlengkapan test
• Gulungan benang wool berwarna merah, diameter 10 cm)
• Kismis
• Kerincingan dengan gagang kecil
• 10 buah kubus berwarna dgn ukuran 2,5 x 2, 5 cm
• Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
• Bel kecil
• Bola tenis
• Pinsil merah
• Boneka kecil dengan botol susu
• Cangkir plastik dengan gagang/pegangan
• Kertas kosong

52
Penilaian 4 perkembangan
1. Sektor personal Sosial,jumlah gugus tugas : 25
Nomor Urut 1
Item Menatap muka
Tanda L Harus dites langsung
Tidak ada (tidak perlu halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Pegangi atau tidurkan anak pada posisi


terlentang, sehingga wajah anda
Anak menatap wajah anda
berhadapan langsung dengan wajah
anak dalam jarak 25-30 cm

Nomor Urut 2
Item Membalas senyum
Tanda L Harus dites langsung
1 (perlu petunjuk nomor 1
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Posisikan anak telentang, lalu tersenyum
dan bicaralah pada anak. Jangan
menggelitik atau menyentuh wajah anak Anak merespons dengan
tersenyum (Tujuan respons sosial
bukan fisik)

Nomor Urut 3
Item Tersenyum spontan
Tanda L Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah anak Anak melihat anda/orang tua dan
tersenyum pada anda/orang tua tanpa tersenyum secara spontan selama
diawali stimulasi sentuhan atau suara tes atau dilaporkan terjadi
dirumah

53
Jika tidak teramati, tanyakan pada orang
tua apakah anak pernah tersenyum lebih (Tujuan : anak terlebih dulu
dulu kepada seseorang sebelum memulai interaksi dengan
disenyumi atau disentuh lingkungan sekitarnya)

Nomor Urut 4
Item Mengamati tangannya
Tanda L Laporan orang tua/pengasuh
2 (perlu petunjuk nomor 1
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah anak menatap
salah satu tangannya selama sedikitnya
beberapa detik, bukan hanya melihat
Anak melihat anak menatap
sekilas pada tangannya
tangannya beberapa detik selama
tes atau dilaporkan terjadi di
(Jika tidak teramati, tanyakan pada rumah
orang tua apakah anak pernah
melakukannya)

Nomor Urut 5
Item Berusaha menjangkau mainan
Tanda L Harus dites langsung
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan mainan yang menarik di atas Anak berusaha mendapatkan
meja dalam jarak yang mudah di mainan dengan
jangkau anak menjulurkkan/merentangkan
lengan atau tubuhnya ke arah
mainan (Anak tidak harus
mengambil mainannya)

Nomor Urut 6
Item Makan sendiri
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada pengasuh, apakah Pengasuh melaporkan anak dapat
anak benar-benar dapat memakan kue melakukan hal tersebut

54
atau makanan kecil lainnya sendiri (Tak ada kesempatan [Tak], jika
anak belum pernah diberikan jenis
makanan itu

Nomor Urut 7
Item Tepuk tangan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanpa menyentuh tangan/ lengan
anak tunjukkan permainan tepuk
tangan dengan kedua tangan anda
dan ajak anak untuk bermain bersama
anda. Bila anak anda tidak
melakukan ini, minta orang tua untuk Anak dapat menepuk-nepuk tangannya saat
mencobanya tes atau dilaporkan terjadi di rumah
(Jika anak masih tak mau melakukan-
nya, tanyakan kepada orang tua
apakah anak mau melakukannya di
rumah)

Nomor Urut 8
Item Menyatakan keinginan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah anak
memberitahu anda/orang tua, apabila Anak melakukan sesuatu (bukan menangis)
ia menginginkan sesuatu tanpa perlu untuk memberitahukan keinginan
menangis khususnya, atau di laporkan terjadi di
(Jika tidak teramati, tanyakan kepada rumah, misalnya menunjuk, menarik dan
orang tua bagaimana anak membuat berbagai macam suara,
memberitahu seseorang apa yang ia mengangkat lengan dan mengucapkan kata
inginkan

Nomor Urut 9
Item Daa - daag dengan tangan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

55
Bila memungkinkan, gunakan cara
terbaik, yaitu anda/orang tua
meninggalkan ruangan, lihat wajah
anak, dan ucapkan da....da sambil Anak merespons dengan mengangkat lengan
melambaikan tangan padanya. atau melambaikan tangan atau jarinya, atau
Jangan biarkan orang tua menyentuh dilaporkan anak dapat melakukan hal
tangan/lengan anak (Jika tak ada tersebut.
respons, tanyakan kepada orang tua
apakan anak bisa melakukannya di
rumah)

Nomor Urut 10
Item Bermain bola dengan pemeriksa
Tanda L Tidak ada (harus di tes langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Gelindingkan bola ke arah anak.
Usahakan agar ia menggelindingkan Anak dapat menggelindingkan bola atau
kembali bola kearah anda. Lakukan dilaporkan anak dapat melakukan hal
beberapa kali tersebut

Nomor Urut 11
Item Menirukan kegiatan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat meniru kegiatan rumah,
seperti mengelap debu, menggosok, Orang tua melaporkan bahwa anak dapat
menyapu, memvakum atau berbicara meniru beberapa jenis kegiatan yang
di telepon dilakukan oleh orang dewasa

Nomor Urut 12
Item Minum dengan cangkir
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

56
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat memegang cangkir/gelas
dan minum sendiri tanpa bantuan dan
cairan tidak sampai tumpah lebih dari Orang tua melaporkan anak dapat minum
separuh cangkir. (Cangkir/gelas dengan cangkir
tak boleh bertutup, bercucuk atau
dilengkapi semprotan)

Nomor Urut 13
Item Membantu di rumah
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak membantu mengerjakan tugas- Orang tua melaporkan anak dapat
tugas rumah yang sederhana, membantu, bukan meniru (Tujuan :
misalnya merapikan mainan, menentukan apakah anak memahami dan
membuang sampah atau mengambil melaksanakan permintaan bantuan)
sesuatu jika diminta oleh orang tua

Nomor Urut 14
Item Menggunakan sendok/garpu
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah Orang tua melaporkan bahwa anak
anak menggunakan sendok atau menggunakan sendok/garpu dan menyendok
garpu untuk makan. Jika ya, berapa banyak makanan ke dalam mulut, hanya
banyak makanan yang tumpah sedikit yang tumpah (Tujuan : menentukan
apakah anak dapat melakukan kegiatan
makan sendiri)

Nomor Urut 15
Item Melepas pakaian
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

57
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat melepaskan pakaiannya Anak dapat membuka pakaiannya, seperti
sendiri, Jika ya, jenis pakaian apa? sepatu, disertai usaha membuka dan
mengembalikan kembali jaket, celana atau
kaus. Jangan beri skor jika topi, kaus kaki,
popok, sandal/sepatu terlepas dengan mudah
(Tujuan : melihat apakah anak melepas
pakaiannya sesuai dengan usahanya sendiri)

Nomor Urut 16
Item Memberi minum boneka
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan boneka dan botol Anak meletakkan botol ke mulut boneka
miunuman mainan di atas meja atau dengan jelas mencoba meletakkanya ke
didepan anak. Katakan kepada anak : mulut. Bila anak menirukan memberikan
" Beri adik bayi minum!" atau " Beri ASI, dorong ia untuk menggunakan botol.
adik bayi botol susu!" Kegiatan memberikan ASI seperti ibu ke
bayi diberi skor gagal

Nomor Urut 17
Item Memakai pakaian
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
Anak dapat memakai dan melepaskan
anak dapat memakai pakaiannya
beberapa jenis pakaian, seperti celana
sendiri. Jika ya, jenis pakaian apa
dalam, kaus kaki, jaket, dll. Sepatu tidak
saja yang dapat anak pakai
harus di talikan/disimpulkan atau dipasang
pada kaki yang benar. Topi yang diletakkan
sembarangan di kepala tidak diberi skor
lulus

58
Nomor Urut 18
Item Menggosok gigi dengan bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
3 (perlu petunjuk nomor 3 halaman
Tanda angka
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
Orang tua melaporkan bahwa anak dapat
anak dapat menggosok gigi dengan
memegang dan menggerakkan sikat gigi di
bantuan. Jika ya minta orang tua
antara gigi. Orang tua boleh memberikan
menjelaskan bagaimana kegiatan itu
sedikit bantuan untuk mengarah-kan sikat,
dilakukan anak
tetapi anak harusn menyikat lebih banyak.
Orang tua boleh mengawasi anak dan
membantu mengoleskan pasta gigi pada
sikat (Tak ada
kesempatan/Tak, jika orang tua tidak
membolehkan anak mencobanya)

Nomor Urut 19
Item Mencuci dan mengeringkan tangan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat mencuci dan
mengeringkan tangannya sendiri Orang tua melaporkan anak dapat
tanpa bantuan, kecuali letak keran menyabuni, membilas dan mengeringkan
jauh dari jangkauan anak. tangannya

Nomor Urut 20
Item Menyebut nama teman
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Minta anak menyebutkan nama Anak menyebutkan nama panggilan salah
teman bermainnya (tidak tinggal satu temannya. Nama sepupu/saudara dapat
bersama anak tersebut) diterima jika mereka tidak tinggal bersama.

59
Nama binatang atau teman imaginasi tidak
diterima

Nomor Urut 21
Item Memakai T-shirt
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Tanyakan kepada orang tua apakah Anak dapat melepaskan T-shirt dari kepala
anak dapat memakai/melepaskan T- dan memasukkan lengan ke lengan baju.
shirt tanpa bantuan Baju dapat dari belakang atau dari luar

Nomor Urut 22
Item Berpakaian tanpa bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
4 (perlu petunjuk nomor 4 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah Anak dapat berpakaian sendiri dengan baik
anak dapat berpakaian tanpa banyak dan lengkap tanpa bantuan. Dia harus
bantuan terbiasa mengambil pakaian sendiri (untuk
bermain), dan dibantu hanya ketika
menalikan sepatu dan mengaitkan kancing
baju di belakang. (Jika lulus "berpakaian
tanpa bantuan", anak juga lulus pada
"memakai pakaian" dan memakai T-
shirt)

Nomor Urut 23
Item Bermain ular tangga atau kartu
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah Orang tua melaporkan anak dapat
anak dapatbermain kartu atau memahami dan memainkan kartu atau
permainan papan yang sederhana, permainan papan dengan orang lain, duduk

60
seperti ular tangga, monopoli, dan menanti giliran.
cangkul. Khususnya, anak harus
benar-benar dapat memainkan dan
memahami permainan tersebut

Nomor Urut 24
Item Menggosok gigi tanpa bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat menggosok giginya Orang tua melaporkan anak dapat
sendiri tanpa bantuan atau menggosok gigi tanpa bantuan atau
pengawasan beberapa kali, termasuk pengawasan sedikitnya beberapa kali. Orang
mengoleskan pasta gigi ke sikat gigi tua sebaiknya dianjurkan untuk menyikat
dan menggosok gigi dengan gerakan gigi anak beberapa kali agar benar-benar
maju dan mundur bersih (Jika lulus "menggosok gigi tanpa
bantuan", anak juga lulus pada
"menggosok gigi dengan bantuan)

Nomor Urut 25
Item Mengambil makanan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat menyiapkan dan
mengambil makanan tanpa bantuan
(lebih baik memberikan makanan
jika sulit diraih), termasuk
Orang tua melaporkan bahwa anak dapat
menggunakan mangkuk dan sendok,
melakukannya, termasuk menuangkan susu
menuangkan makanan dan susu ke
dari beberapa jenis kotak/wadah makanan
mangkuk tanpa banyak tumpah. Bila
kotak sangat besar, tanya apakah
anak dapat menuangnya dari kotak
yang agak kosong, tempat susu kecil
atau dari gelas

61
2.Sektor Motorik halus – adaptif, jumlah gugus tugas : 29
Nomor Urut 1
Item Mengikuti ke garis tengah
Tanda L Tidak ada (harus di tes langsung
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tidurkananak telentang. Pegang benang
merah di atas wajah anak sejauh ia dapat
menfokuskannya (kira-kira 15 cm).
Goyang-goyangkan benang untuk
menarik perhatian anak dan gerakkan Anak dapat mengikuti benang ke titik
dengan lambat dalam pola setengah tengah garis setengah lingkaran
lingkaran dari satu sisi tubuh anak ke dengan kedua matanya atau dengan
sisi tubuh yang lain beberapa kali. kepala dan matanya
Gerakan benang dapat dihentikan untuk
menarik kembali perhatian anak dan
kemudian dilanjutkan kembali

Nomor Urut 2
Item Mengikuti melewati garis tengah
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik halus Anak dapat mengikuti benang
nomor 1 melewati garis tengah setengah
lingkaran dengan mata atau dengan
kepala dan mata. Jika lulus
"mengikuti melewati garis tengah",
juga lulus mengikuti ke garis tengah)

62
Nomor Urut 3
Item Memegang icik-icik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
6 (perlu petunjuk nomor 6 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Ketika anak telentang atau dipegangi
oleh orang tuanya, sentuhkan bagian
Anak memegang icik-icik dalam
belakang atau ujung jari tangan anak
beberapa detrik
dengan icik-icik

Nomor Urut 4
Item Tangan bersentuhan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tidurkan anak telentang (tidak di
gendong di lengan ibu). Perhatikan
Anak mengangkat kedua tangannya
apakah kedua tangannya diangkat
bersama-sama menuju garis tengah
bersama-sama ke garis tengah tubuhnya,
tubuh
melewati dagu dan mulut

Nomor Urut 5
Item Mengikuti 180 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik halus Anak dapat mengikuti benang dengan
nomor 1 kepala dan matanya dengan menyusuri
seluruh pola setengah leingkaran dari
satu sisi tubuh ke sisi tubuh lain
Jika lulus "mengikuti 180 derajat",
anak juga lulus "mengikuti melewati
garis tengah" dan "mengikuti ke
garis tengah")

63
Nomor Urut 6
Item Mengamati manik-manik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan dipangkuan orang tua,
lalu jatuhkan manik-manik dihadapan
anak. Sebaiknya manik-manik
diletakkan pada tempat yang berwarna Anak melihat jelas ke arah manik-
kontras. Seperti selembar kertas putih. manik tersebut
Anda dapat menunjuk atau menyentuh
manik-manik untuk menarik perhatian
anak.

Nomor Urut 7
Item Meraih
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak duduk di pangkuan orang tua,
sehingga sikunya sejajar dengan meja
dan kedua tangannya diletakkan diatas Anak mengulurkan tangan ke arah
meja. Letakkan mainan (icik-icik atau objek atau paling tidak menggerakkan
benang merah) yang mudah dijangkau tangan atau lengannya untuk mencapai
dan dorong anak untuk mengambil objek tersebut
mainan tersebut

64
Nomor Urut 8
Item Mencari benang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
7 (perlu petunjuk nomor 7 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di pangkuan orang
tua, lalu tarik perhatiannya pada benang
merah yang anda pegang. Saat anak
melihat kearah benang, jatuhkan benang
sehingga seolah-olah menghilang. Anak tampak jelas mencari benang ke
Jangan gerakkan tangan atau lengan arah bawah atau ke lantai
anda kecuali untuk melepaskan benang
merah. Ulangi jika respons anak tidak
jelas

Nomor Urut 9
Item Menggaruk manik-manik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di pangkuan orang
tua, sehingga sikunya sejajar dengan
meja dan kedua tangan berada di atas
meja. Jatuhkan satu manik-manik di
depan anak dalam jarak yang mudah Anak mengambil manik-manik dengan
dijangkau anak. Anda dapat menggunakan gerakan seluruh tangan.
menunjuk/menyentuh manik-manik Pastikan manik-manik tidak melekat
untuk menarik perhatian anak. di tangan anak, tetapi jelas diambilnya
Makanan/benda yang berbentuk
lingkaran/ O juga dapat digunakan
dalam tes ini

Nomor Urut 10
Item Memindahkan kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
8 (perlu petunjuk nomor 8 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak memindahkan sebuah kubus dari Anak memindahkan sebuah kubus dari
satu tangan ke tangan yang lain. Berikan tangan satu ke tangan yang lain, tanpa

65
anak sebuah kubus, lalu berikan satu menggunakan anggota tubuhnya,
lagi pada tangan yang sama. Anak akan mulut atau meja
memindahkan kubus pertama ke tangan
yang lain sehingga ia adapat mengambil
kubus yang ke dua

Nomor Urut 11
Item Mengambil 2 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan 2 kubus di atas meja dan di
Anak mengambil 2 kubus dan di
depan anak. Dorong anak untuk
pegang di setiap tangan masing-
mengambil kubus, tetapi jangan berikan
masing 1 kubus secara bersamaan
kubus ke anak

Nomor Urut 12
Memegang dengan ibu jari dan jari
Item telunjuk
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
9 (perlu petunjuk nomor 9 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik halus
nomor9. .
Anak didudukkan di pangkuan orang tua
sehingga sikunya sejajar dengan meja Anak mengambil manik-manik dengan
dan ke dua tangan berada diatas meja. jari telunjuk dan ibu jari bersama-sama
Jatuhkan manik-manik di depan anak. atau dengan beberapa jari (Jika
Anda dapat menunjuk/menyentuh lulus"memegang dengan ibu jari
manik-manik untuk menarik perhatian dan jari telunjuk", anak juga
anak. Makanan/benda yang berbentuk lulus"menggaruk manik-manik")
lingkaran/O juga dapat dipakai dalam
tes ini

Nomor Urut 13
Item Membenturkan 2 kubus
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan sebuah kubus di masing- Anak memegang 1 kubus di masing-

66
masing tangan anak dan dorong ia untuk masing tangan dan membenturkan
membenturkan kedua kubus bersama- kubus tersebut bersama-sama atau jika
sama. Anda dapat memberikan contoh orang tua melaporkan bahwa anak
dengan kedua tangan anda. Jangan memukulkan benda yang lebih kecil
biarkan orang tua menyentuhkan kedua bersama-sama (Membenturkan benda
tangan/lengan anak. Bila anak tidak yang lebih besar seperti teko, wajan
membenturkan kedua kubus bersama- atau tutup panci tidak diberi skor
sama, tanyakan kepada orang tua lulus))
apakah anak dapat membenturkan benda
yang lebih kecil bersama-sama dalam
satu waktu

Nomor Urut 14
Item Menaruh kubus dicangkir
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan 3 kubus dan sebuah cangkir di
atas meja dan di hadapan anak. Dorong
anak untuk memasukkan kubus ke Anak memasukkan kubus ke dalam
dalam cangkir dengan memberikan cangkir sedikitnya 1 kubus dan
contoh dan aba-aba. Pemberian contoh membiarkan yang lain
perlu diulangi beberapa kali

Nomor Urut 15
Item Mencoret-coret
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan kertas dan pinsil di atas meja
dihadapan anak. Anda boleh meletakkan
pinsil ditangan anak dan mendorongnya
untuk mencoret-coret, tetapi jangan Anak membuat coretan yang bertujuan
memberikan contoh bagaimana di kertas. Berikan skor gagal jika anak
mencoret. Perhatikan anak dengan membuat coretan pinsil secara tidak
seksama demi keamanan mata dan sengaja
mulut anak pada saat menggunakan
pinsil

67
Nomor Urut 16
Mengeluarkan manik-manik dengan
Item contoh
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Contohkan pada anak 2- 3 kali untuk Anak mengeluarkan/membuang
mengeluarkan manik-manik dari botol. manik-manik dari botol atau
Kemudian minta anak untuk mengambil/menggaruk botol yang
mengulanginya (Jangan menggunakan tertutup untuk membukanya, lalu
kata-kata buang atau tumpahkan) mengeluarkan manik-manik tersebut
Jangan beri skor lulus jika anak
memindahkan manik-manik dengan
jari-jarinya

Nomor Urut 17
Item Menara dari 2 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di dekat meja dengan
posisi lengan sejajar meja dan ke dua
tangan berada diatas meja. Dorong anak
untuk menumpuk kubus satu demi satu Anak meletakkan 1 kubus di atas
dengan contoh dan aba-aba yang kubus lainnya sehingga tidak jatuh
diberikan. Akan sangat berguna jika saat anak memindahkan tangannya
kubus diberikan ke tangan anak pada
waktu bersamaan. Dapat dilakukan 3
kali

Nomor Urut 18
Item Menara dari 4 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas
Merujuk pada item motorik halus
kubus lainnya, sehingga tersusun
nomor 17
sampai 4 kubus dan tidak jatuh saat

68
anak memindahkan tangannya. (Jika
lulus "menara dari 4 kubus", anak
juga lulus "menara dari 2 kubus"

Nomor Urut 19
Item Menara dari 6 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas
kubus lainnya, sehingga tersusun
sampai 6 kubus dan tidak jatuh saat
Merujuk pada item motorik halus
anak memindahkan tangannya. (Jika
nomor 17
lulus "menara dari 6 kubus", anak
juga lulus "menara dari 4 kubus"
dan "menara dari 2 kubus")

Nomor Urut 20
Item Meniru garis vertikal
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
10 (perlu petunjuk nomor 10 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak sebaiknya duduk di kursi yang
neyaman untuk menulis. Letakkan
sebuah pensil dan selembar kertas di
Anak membuat 1 garis vertikal atau
depan anak, kemudian katakan kepada
lebih di atas kertas, minimal sepanjang
anak untuk menggambar garis yang
2,5 cm dengan sudut kemiringan tidak
telah anda buat. Dilembar kertas
lebih dari 30 derajat. Garis tidak harus
tersebut, tunjukkan bagaimana
sempurna, lurus dan tajam
menggambar garis vertikal pada anak.
Jangan memegang/membimbing tangan
anak. Percobaan dapat dilakukan 3 kali

Nomor Urut 21
Item Menara dari 8 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik halus Anak meletakkan 1 kubus di atas

69
nomor 17 kubus lainnya, sehingga tersusun
sampai 6 kubus dan tidak jatuh saat
anak memindahkan tangannya. (Jika
lulus "menara dari 8 kubus", anak
juga lulus "menara dari 6 kubus",
"menara dari 4 kubus" dan
"menara 2 kubus")

Nomor Urut 22
Item Menggoyangkan ibu jari
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
11 (perlu petunjuk nomor 11 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Contohkan pada anak dengan


menggunakan 1 atau 2 tangan untuk
membuat genggaman, dengan posisi ibu
jari mengarah ketas. Ayun-ayunkan ibu
jari anda (hanya ibu jari). Katakan Anak menggerakkan genggaman baik
kepada anak untuk mengayunkan atau dengan 1 tangan maupun 2 tangan
menggerakkan ibu jari ke kanan dan ke tanpa membuat gerakan pada jari-jari
kiri dengan cara yang sama. Jangan selain ibu jari
membantu anak dengan meletakkan
posisi tangan anak. Anda dapat
mengatakan kepada anak untuk
membuat seperti genggaman

Nomor Urut 23
Item Mencontoh O (lingkaran)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
12 (perlu petunjuk nomor 12 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak sebuah pensil dan Anak menggambar beberapa bentuk
selembar kertas. Tunjukkan kepada anak yang mendekati atau sangat mendekati
gambar lingkaran dibelakang lembar tes lingkatan tertutup. (Gagal jika garis

70
Denver II. Tanpa menyebutkan bentuk berkelanjutan sehingga membentuk
gambar dan menggerakkanm jari spiral)
telunjuk atau pensil untuk menunjukkan
bagaimana cara membuat lingkaran,
katakan kepada anak : "Buat satu
gambar yang sama seperti gambar ini!"
(Bisa menggunakan gambar anda
sendiri atau gambar dibelakang lembar
tes). Tes dapat dilakukan 3 kali

Nomor Urut 24
Item Menggambar orang : 3 bagian
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
16 (perlu petunjuk nomor 16 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak sebuah pensil dan Anak menggambar 3 atau lebih bagian
selembar kertas. Katakan kepada anak tubuh. Bagian yang sepasang dinilai
untuk menggambar seseorang (laki-laki, sebagai 1 bagian (misal, telinga, mata,
perempuan, ayah, ibu, dll). Pastikan tangan, dll) Untuk memberi nilai, ke
anak telah menyelesaikannya sebelum dua bagian yang sepasang harus
gambar dinilai digambar, kecuali gambarnya dalam
bentuk permukaan (dalam kasus hanya
ada 1 mata atau 1 telinga, maka
mendapat nilai. Buat catatan sesuai
dengan penagamatan tentang hal-hal
yang tidak biasa dalam menggambar,
walau anak telah mengidentifikasi
bagian yang dapat diterima

Nomor Urut 25
Item Mencontoh + (tanda plus)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
14 (perlu petunjuk nomor 14 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak pensil dan kertas. Anak memggambar 2 garis yang
Tunjukkan pada anak gambar tanda + saling berpotongan, setidaknya
dibelakang lembar tes. Tanpa mendekati titik tengah. Garis tidak

71
menyebutkan bentuk gambar atau perlu benar-benar lurus, yang penting
menggerakkan jari atau pensil untuk berpotongan
menujukkan cara membuatnya, katakan
kepada anak : " Buat satu buah gambar
yang sama seperti gambar ini". Tes
dapat dilakukan 3 kali

Nomor Urut 26
Item Memilih garis yang lebih panjang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
13 (perlu petunjuk nomor 13 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan bagian belakang lembar tes
ditampilkan secara vertikal. Tunjukkan
kepada anak 2 garis, putar lembar kertas
ke samping paralel dan katakan : "Garis
mana yang lebih panjang?" (jangan
katakan yang lebih besar). Setelah anak
menunjuk sebuah garis, putar lembar
Anak memilih garis yang lebih
kertas ke samping (90 derajat) dan
panjang 3 dari 3 kali tes atau 5 dari 6
tanyakan kembali. Putar lagi lembar tes
tes
ke bawah (180 derajat) dan ulangi
pertanyaan. Bila anak tidak menjawab
benar sebanyak 3 kali, ulangi
pertanyaan lebih dari 3 kali setelah
lembar tes di putar

Nomor Urut 27

Item petunjuk
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
15 (perlu petunjuk nomor 15 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Laksanakan item 29 (mencontoh ) Anak menggambar bujur sangkar
sebelum melaksanakan item ini. Bila dengan garis yang lurus sehingga
anak tidak dapat mencontoh , membentuk 4 sudut. Sudut dapat

72
tunjukkan kepada anak cara dibentuk dari garis yang berpotongan
menggambar 2 garis paralel yang tetapi sudut harus sesuai dengan sudut
berlawanan antara sudut yang satu yang benar (tidak melingkar atau
dengan sudut lainnya. (Lebih baik tajam). Panjang sebaiknya tidak
menggambar bujur sangkar dengan melebihi 2 kali lebar
gerakan yang berkelanjutan). Tes dapat
dilakukan 3 kali.

Nomor Urut 28
Item Menggambar orang : 6 bagian
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
16 (perlu petunjuk nomor 16 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak menggambar 6 bagian tubuh


Merujuk pada item motorik halus
atau lebih dengan ketentuan sama
nomor 24
dengan item motorik halus nomor 24

Nomor Urut 29
Item
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
15 (perlu petunjuk nomor 15 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak pensil dan kertas.
Tunjukkan kepadanya gambar bujur
sangkar di belakang lembar tes. Tanpa
menyebutkan bentuk gambar atau
menggerakkan telunjuk atau pensil Merujuk pada syarat lulus item
untuk menunjukkan cara mebuatnya, motorik halus nomor 27
katakan kepada anak :"Buat satu buah
gambar seperti ini". Tes dapat
dilakukan 3 kali

73
3. Sektor Bahasa, jumlah gugus tugas : 39
Nomor Urut 1
Item Bereaksi terhadap bel
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Pegang bel sehingga anak tidak dapat Anak merespons bunyi bel dengan
melihatnya (disamping dekat telinga beberapa cara, seperti gerakan
bagian belakang). Bunyikan bel dengan mata, perubahan raut wajah,
lembut, Bila anak tidak merespons, coba perubahan nafas atau beberapa
lagi dalam sesi tes berikutnya perubahan dalam kegiatan

Nomor Urut 2
Item Bersuara
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anda mendengar anak membuat
Selama tes dengarkan suara-suara lain
banyak suara atau orang tua
yang dikeluarkan anak selain tangisan,
melaporkan bahwa anak
seperti suara kerongkongan yang kecil
melakukan hal tersebut
atau suara vokal yang pendek (""Uh",
(Item ini juga lulus jika anak lulus
"Eh"). Bila tak terdengar, tanyakan
pada item mengucapkan suara-
kepada orang tua apakah anak pernah
suara vokal atau item
mengeluarkan suara seperti itu
Oooh/Aaah

Nomor Urut 3
Item Oooh/Aaah
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tidak ada (tidak perlu petunjuk
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak membuat suara-
suara vokal seperti "Ooo"Aaah". Bila Anda mendengar anak
suara tersebut tidakn terdengar, mengeluarkan suara-suara vokal
tanyakan kepada orang tua apakah anak atau orang tua melaporkan anak
sudah bisa membuat suara-suara dapat melakukan hal tersebut
tersebut

74
Nomor Urut 4
Item Tertawa
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengar apakah anak tertawa dengan
keras. Bila tidak terdengar, tanyakan Anda mendengar anak tertawa
kepada orang tua apakah anak pernah keras atau orang tua melaporkan
melakukan hal tersebut anak dapat melakukan hal tersebut

Nomor Urut 5
Item Berteriak
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak mengeluarkan
suara yang keras atau teriakan yang Anda mendengar anak berteriak
mnenyenangkan. Bila tidak terdengar, atau orang tua melaporkan anak
tanyakan kepada orang tua apakah anak dapat melakukan hal tersebut
dapat melakukannya

Nomor Urut 6
Item Menoleh ke icik-icik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
17 (perlu petunjuk nomor 17 di
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berdiri dibelakang anak pada saat anak Anak merespons dengan menoleh
dipangku menghadap orang tuanya atau ke arah datangnya suara dari

75
didudukkan diatas meja. Bila perlu kedua sisi
minta orang tua untuk menarik perhatian
anak dengan benang merah. Letakkan 1
kubus di dalam cangkir dan pegang
cangkir dengan tangan anda untuk
menutupinya. Dengan hati-hati, geser
cangkir tanpa berbunyi ke posisi kira-
kira 20 cm dari telinga anak, tetapi
diluar atau jauh dari sudut
pandangannya. Goyangkan cangkir
perlahan, buat suara lembut dan rendah.
Ulangi lagi untuk telinga lain

Nomor Urut 7
Item Menoleh ke arah datangnya suara
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dipangku menghadap orang
tuanya atau duduk di meja atau
digendong oleh orang tuanya. Dekati
anak dari belakang kira-kira 20 cm dari
telinga. Letakkan tangan anda diantara
Anak menoleh ke arah datangnya
mulut anda dan anak, sehingga anak
suara dari kedua sisi
tidak merespons sembusan nafas anda.
Berbisiklah sambil menyebut nama anak
beberapa kali. Ulangi lagi fdari bagian
telinga yang lain

Nomor Urut 8
Item Satu silabel
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak menghasilkan 1
suku kata yang terdiri atas konsonan dan Anda mendengar anak
vokal seperti "Ba", "Da", "Ga", atau menghasilkan satu suku kata yang
"Ma". Bila tidak terdengar, tanyakan terdiri atas konsonan dasn vokal
kepada orang tua apakah anak dapat atau orang tua melaporkan anak
melakukan hal tersebut melakukan hal tersebut

76
Nomor Urut 9
Item Meniru bunyi kata-kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Buat suara seperti batuk, memainkan
lidah atau mencium dan lihat apakah
anak meniru. Jika tidak, tanyakan Anak menirukan suara anda atau
kepada orang tua apakah anak dapat orang tua melaporkan anak
meniru suara. Tekankan bahwa suara melakukan hal tersebut
harus dimulai dari orang lain, bukan
anak

Nomor Urut 10
Item Papa/Mama (tidak spesifik)
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak mengucapkan
"Papa", "Mama" selama tes. Jika
Anak mengatakan "Papa",
tidak tanyakan kepada orang tua apakah
"Mama" atau melaoprkan anak
anak dapat menyebutkan kata-kata
melakukan hal tersebut
tersebut. Kata-kata tidak harus merujuk
ke orang tua

Nomor Urut 11
Item Kombinasi silabel
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak mengulang-
ulang 3 suku kata yang sama lebih dari
Anak dapat mengulangi 3 suku
3 kali, seperti "Dadada", "Gagaga". Jika
kata atau orang tua melaporkan
tidak terdengar, tanyakan kepada orang
anak melakukan hal tersebut
tua, apakah anak dapat melakukan hal
tersebut

77
Nomor Urut 12
Item Mengoceh
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes dengarkan apakah anak
membuat "percakapan" yang tidak
masuk akal kepada dirinya sendiri,
menggunakan pembenggkokan atau
Anak mengoceh atau orang tua
jeda. (Ini disebut mengoceh, yang
melaporkan anak melakukan hal
menggunakan pola suara sedikit
tersebut
bervariasi/tidak sesuai kenyataan atau
sulit dibedakan). Jika tidak terdengar,
tanyakan kepada orang tua, apakah anak
dapat melakukan hal tersebut

Nomor Urut 13
Item Papa/Mama (spesifik)
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengatakan "Mama" atau
"Papa" yang penuh makna atau
Dengarkan apakah anak mengucapkan orang tua melaporkan anak
"Mama" ke arah mamanya, "Papa" ke melakukan hal tersebut. Anak
arah Papanya selama tes, jika tidak juga lulus jika kata yang
terdengar, tanyakan kepada orang tua, digunakan sama maknanya
apakah anak dapat melakukan hal dengan "Mama" atau "Papa"
tersebut dalam berbagai budaya. (Jika
lulus item ini, anak juga lulus item
"Papa/Mama tidak spesifik")

Nomor Urut 14
Item Mengucapkan 1 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua berapa Orang tua melaporkan anak dapat
banyak kata yang dapat diucapkan oleh mengucapkan 1 kata. Kata yang

78
anak dan kata-kata apa saja diterima adalah kata selain :
Papa, Mama, nama binatang
dan nama anggota keluarga

Nomor Urut 15
Item Mengucapkan 2 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
mengucapkan 2 kata. Kata yang
Tanyakan kepada orang tua berapa diterima adalah kata selain :Papa,
banyak kata yang dapat diucapkan oleh Mama, nama binatang dan
anak dan kata-kata apa saja nama anggota keluarga. (Jika
lulus 2 kata, anak juga lulus 1
kata)

Nomor Urut 16
Item Mengucapkan 3 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
mengucapkan 3 kata. Kata yang
Tanyakan kepada orang tua berapa diterima adalah kata selain :Papa,
banyak kata yang dapat diucapkan oleh Mama, nama binatang dan
anak dan kata-kata apa saja nama anggota keluarga. (Jika
lulus 3 kata, anak juga lulus 1
kata dan 2 kata)

Nomor Urut 17
Item Mengucapkan 6 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua berapa Orang tua melaporkan anak dapat
banyak kata yang dapat diucapkan oleh mengucapkan 6 kata. Kata yang
anak dan kata-kata apa saja diterima adalah kata selain :Papa,

79
Mama, nama binatang dan
nama anggota keluarga. (Jika
lulus 6 kata, anak juga lulus 1
kata, 2 kata dan 3 kata)

Nomor Urut 18
Item Menunjuk 2 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan sebelumnya anak telah
melaksanakan item "Menyebut nama
gambar". Bila anak menyebutkan
kurang dari 4 gambar dengan benar,
laksanakan item ini.
Tunjukkan kepada anak gambar
dibelakang lembar tes, lalu katakan
kepada anak :
"Tunjukkan mana burung" Anak menunjuk dengan benar 2
"Tunjukkan mana manusia" atau 3 gambar
"Tunjukkan mana anjing"
"Tunjukkan mana kucing"
"Tunjukkan mana kuda"
Sebutkan 1 nama hanya dalam 1 waktu
dan tunggu sampai anak menunjuk
sebelum menyebut nama gambar lain

Nomor Urut 19
Item Kombinasi kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak sudah membuat
kombinasi sedikitnya 2 kata yang Anda mendenger anak
bermakna untuk menunjukkan suatu mengucapkan kombinasi 2 kata
tindakan. Bila tidak terdengar, tanyakan bermakna atau orang tua
kepada orang tua apakah anak pernah melaporkan anak telah melakukan
melakukan hal tersebut. hal tersebut

80
Nomor Urut 20
Item Menyebut 1 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebut 1 nama gambar
Tunjukkan kepada anak gambar dengan benar. Lulus jika anak
dibelakang lembar tes. Tunjukkan menggunakan mnama-nama
kucing, burung, manusia, anjing, kuda binatang. Untuk jawaban gambar
pada satu waktu dan manusia dapat diterima jika anak
tanyakan :"Apakah ini ?" menyebut : "Ayah", "Mas/anak
laki-laki"

Nomor Urut 21
Item Bagian tubuh : 6
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
19 (perlu petunjuk nomor 19
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menunjuk dengan benar
Tunjukkan boneka kepada anak katakan sedikitnya 6 nagian. Bila orang
kepada anak :Tunjukkan hidung, tua terbiasa menyebut perut
mata, telinga, mulut, tangan, kaki, dengan istilah bahasa daerah, anak
perut dan rambut !" Sebutkan satu tetap lulus jika mengidentifikasi-
persatu nya dengan benar. Jawaban :
"puser/udel" tidak lulus"

Nomor Urut 22
Item Menunjukkan 4 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak menunjuk dengan benar 4


Merujuk pada 1 item bahasa Nomor 18
atau 5 gambar.

81
Nomor Urut 23
Item Pembicaraan sebagian dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, perhatikan kemampuan
berbicara anak yang bermakna (lafal, Anda memahami paling tidak
ucapan, kata-kata yang berbeda dengan sebahian dari pembicaraan anak
ocehan, dll)

Nomor Urut 24
Item Menyebut 4 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebut 4 nama gambar
dengan benar. Lulus jika anak
menggunakan nama-nama
binatang. Untuk gambar manusia,
Merujuk pada item bahasa Nomor 20 jawaban dapat diterima jika anak
menyebut "Ayah", "Mas". (Jika
lulus "Menyebut 4 gambar",
anak juga lulus "Menyebut 1
gambar")

Nomor Urut 25
Item Mengetahui 2 kegiatan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
20 (perlu petunjuk nomor 20
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak gambar di
belakang lembar tes. Berikan petunjuk Anak dapat menujuk 2 atau 3
kepada anak untuk untuk menunjuk gambar dengan benar

82
gambar yang benar sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, yaitu :
"Mana yang dapat terbang"
"Mana yang mengeong"
"Mana yang dapat berbicara"
"Mana yang bisa menggonggong"
"Mana yang dapat meringkik"

Nomor Urut 26
Item Mengerti 2 kata sifat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
21 (perlu petunjuk nomor 21
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menjawab dengan benar 2
pertanyaan, contoh jawaban yang
benar adalah sebagai berikut :
Tanyakan kepada anak pertanyaan KedinginanLulus jika jawaban :
berikut satu persatu. pakai jaket, masuk ke dalam,
"Apa yang kamu lakukan saat kamu pakain selimut
kedinginan" Tidak lulus jika jawaban berkaitan
"Apa yang kamu lakukan saat kamu dengan badan yang dingin, seperti
kecapaian" batuk, minum obat
"Apa yang kamu lakukan saat kamu Kecapaian Lulus jika jawaban :
lapar?" ketempat tidur, berbaring, tidur
Lapar Lulus jika jawaban :
makan, harus makan, minta
sesuatu untuk dimakan

Nomor Urut 27
Item Menyebut 1 warna
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan kubus yang berwarna merah,
Anak dapat menyebut dengan
biru, kuning dan hijau diatas meja di
benar 1, 2 atau 3 warna
depan anak. Tunjukkan 1 kubus dan

83
tanyakan kepada anak : "Ini warnanya
apa?" Setelah anak menjawab,
pindahkan kubus dan minta anak
menyebutkan warna kubus-kubus yang
lain. Ulangi untuk 4 warna seluruhnya

Nomor Urut 28
Item Kegunaan 2 benda
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
22 (perlu petunjuk nomor 22
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menjawab dengan benar 2
pertanyaan. Kata-kata yang
berhubungan dengan tindakan
seperti : "minum", "duduk" dan
Tanyakan kepada anak satu persatu
"menulis" harus ada di dalam
pertanyaan berikut.
jawaban. Jawaban yang tidak
"Apa gunanya cangkir".
biasa digunakan seperti
" Apa gunanya kursi"
"menuangkan" untuk cangkir,
"Apa gunannya pensil"
"memanjat untuk kursi dapat
diterima. Jawaban seperti "susu"
untuk cangkir, "meja" untuk kursi
tidak dapat diterima.

Nomor Urut 29
Item Menghitung 1 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
23 (perlu petunjuk nomor 23
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan 8 kubus diatas meja di depan


anak. Letakkan selembar kertas
disamping kubus, lalu Anak meletakkan 1 kubus dan
katakan :"Letakkan 1 kubus di atas mengatakan ada 1 kubus di atas
kertas!" Bila anak telah selesai, kertas
tannyakan :"Berapa jumlah kubus di
atas kertas?"

84
Nomor Urut 30
Item Kegunaan 3 benda
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
22 (perlu petunjuk nomor 22
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menjawab dengan benar 3
pertanyaan Contoh jawaban
Merujuk pada item bahasa Nomor 28
benar merujuk pada item bahasa
Nomor 28

Nomor Urut 31
Item Mengetahui 4 kegiatan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
20 (perlu petunjuk nomor 20
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menunjuk 4 atau 5
gambar dengan benar (Jika lulus
Merujuk pada item bahasa Nomor 25 "Mengetahui 4 kegiatan", anak
juga lulus "Mengetahui 2
kegiatan")

Nomor Urut 32
Pembicaraan seluruhnya
Item dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anda memahami semua
pembicaraan anak. (Jika lulus
"Pembicaraan seluruhnya
Merujuk pada item bahasa Nomor 23
dimengerti", anak juga lulus
"Pembicaraan sebagian
dimengerti")

85
Nomor Urut 33
Pembicaraan seluruhnya
Item dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
24 (perlu petunjuk nomor 24
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anda dan anak berdiri, berikan
kepada anak 1 kubus. Berikan peribtah
kepada anak satu persatu sebagai berikut
"Letakkan kubus di atas meja"
"Letakkan kubus di bawah meja"
"Letakkan kubus di depan saya" Anak dapat menjalankan 4 tugas
"Letakkan kubus di samping saya" dengan benar
"Letakkan kubus di belakang saya"
Perintahkan agar anak mengambil kubus
di antara perintah yang diberikan

Nomor Urut 34
Item Menyebut 4 warna
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menyebutkan 4 warna
dengan benar. (Jika lulus
Merujuk pada item bahasa Nomor 27
"Menyebut 4 warna", anak juga
lulus "Menyebut 1 warna")

Nomor Urut 35
Pembicaraan seluruhnya
Item dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
25 (perlu petunjuk nomor 25
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan anak mendengarkan anda, Anak dapat mengartikan 5 atau 6
kemudian katakan :"Saya akan kata dengan benar, sesuai dengan
menyebutkan 1 kata dan saya ingin istilah yang berhubungan dengan :

86
kamu mengatakan benda apa itu!" 1) kegunaan; 2) bentuk; 3) terbuat
Tanyakan setiap kata dalam satu waktu dari apa; 4) kategori umum
"Apakah bola itu?" Contoh jawaban yang benar
"Apakah danau itu?" adalah sebagai berikut : Bola :
"Apakah meja itu?" memantul, lingkaran, mainan,
"Apakah rumah itu?" main dengan bola
"Apakah pisang itu" Danau : air, ada ikan di dalamnya
"Apakah gorden itu?" Meja : untuk menulis, letakkan
"Apakah pagar itu?" kertas, kayu Rumah :
Jika perlu setiap kata dapat ditanyakan 3 untuk tinggal, dari kayu, batu bata
kali. Anda dapat mengatakan : "Beritahu Pisang : buah, untuk makan
saya tentang benda tersebut!", tetapi Gorden : untuk menutupi jendela,
jangan tanya apa kegunaannya agar orang tidak melihat ke dalam
Pagar : agar anjing tetap di
dalam, memanjat, mengitari
halaman

Nomor Urut 36
Item Mengerti 3 kata sifat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
21 (perlu petunjuk nomor 21
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menjawab dengan
benar 3 pertanyaan. Contoh
jawaban benar merujuk pada item
Merujuk pada item bahasa Nomor 26 bahasa nomor 26
(Jika lulkus "Mengerti 3 kata
sifat", anak juga lulus "Mengerti
2 kata sifat")

Nomor Urut 37
Item Menghitung 5 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
23 (perlu petunjuk nomor 23
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item bahasa Nomor 29. Anak meletakkan 5 kubus dan
Letakkan 8 kubus di atas meja di depan mengatakan ada 5 kubus di atas
anak. Letakkan selembar kertas di kertas. Anak tidak harus

87
damping kubus, lalu katakan kepada menghitung satu demi satu jumlah
anak :"Letakkan 5 kubus diatas kubus dengan kertas, jika hanya
kertas". Bila anak telah selesai, menghitung 1, 2, 3, 4, 5 anak
tanyakan :"Berapa jumlah kubus di tidak lulus. Anak harus tetap
atas kertas?" mengatakan "lima" (Jika lulus
"Menghitung 5 kubus", anak
juga lulus "Menghitung 1
kubus")

Nomor Urut 38
Item Berlawanan : 2
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
26 (perlu petunjuk nomor 26
Tanda angka
halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Ucapkan kalimat dengan lambat dan
berjarak, satu demi satu, tunggu sampai
ada jeda. Kalimat dapat diulang 3 kali Anak dapat menyelesaikan 2
bila perlu. kalimat dengan benar. Contoh
"Jika kuda besar, tikus ........?" jawaban yang benar :
"Jika api panas, es.........?" Besar, kecil, sangat kecil
"Jika matahari bersinar siang hari, Panas, dingin (basah, cair atau
bulan...?" air bukan jawaban yang benar

Nomor Urut 39
Item Mengartikan 7 kata
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
25 (perlu petunjuk nomor 25
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mengartikan 7 kata
dengan benar, sesuai dengan
istilah yang berhubungan dengan :
1) kegunaan; 2) bentuk; 3) terbuat
Merujuk pada item bahasa Nomor 35
dari apa; 4) kategori umum.
(Jika lulus "Mengartikan 7
kata", anak juga lulus
"Mengartikan 5 kata")

88
4. Sektor Motorik kasar : jumlah pemeriksaan 32
Nomor Urut 1
Item Gerakan seimbang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menggerakkan lengan dan
tungkainya dengan seimbang
Tidurkan anak telentang, lalu amati
(Gagal jika kedua lengan atau
aktivitas lengan dan tungkai anak
tungkai tidak bergerak dalam
frekuensi yang sama)

Nomor Urut 2
Item Mengangkat kepala
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya
Letakkan perut anak agar bersentuhan minimal sesaat, sehingga dagu
dengan permukaan yang rata berjauhan dengan permukaan
(tengkurap), jika tidak memungkinkan, tanpa menengok ke kanan atau ke
tenyakan kepada orang tua apakah anak kiri, atau jika orang tua
dapat melakukan hal tersebut. melaporkan anak dapat
melakukan hal tersebut

Nomor Urut 3
Item Kepala terangkat 45 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya
sedikitnya selama beberapa detik,
Letakkan perut anak agar bersentuhan sehingga wajah membuat sudut 45
dengan permukaan yang rata derajat dengan permukaan.
(tengkurap) (Jika lulus "Kepala terangkat 45
derajat", anak juga lulus
"Mengangkat kepala")

89
Nomor Urut 4
Item Kepala terangkat 90 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya
sedikitnya selama beberapa detik,
sehingga wajah membuat sudut 90
derajat dengan permukaan. Anak
Letakkan perut anak agar bersentuhan akan melihat lurus ke atas dan
dengan permukaan yang rata biasanya akan bertumpu pada ke
(tengkurap) dua lengan
(Jika lulus "Kepala terangkat 90
derajat", anak juga lulus
"Kepala terangkat 45 derajat"
dan "Mengangkat kepala")

Nomor Urut 5
Item Duduk dengan kepala tegak
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mempertahankan
kepalanya tegak tanpa ada
Pegang anak dalam posisi duduk
gerakan turun naik, sedikitnya
selama beberapa detik

Nomor Urut 6
Item Menumpu beban pada kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegang anak dalam posisi berdiri agar
Anak dapat menumpukkan beban
ke dua kakiknya menapak di atas meja.
pada kakinya beberapa detik, atau
Oerlahan lepaskan pegangan tangan
menguatkan kaki dan pahanya ke
anda dari badannya tetapi dekatkan ke
meja
kaki dan paha anak

90
Nomor Urut 7
Dada terangkat dan menumpu
Item pada lengan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepala dan
Letakkan perut anak agar bersentuhan dadanya menggunakan tenaga dari
dengan permukaan yang rata kedua lengan yang diluruskan
(tengkurap) agar terlihat anak mengangkat
kepalanya lurus

Nomor Urut 8
Item Membalik badan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Selama tes, perhatikan apakah anak


membalikkan badannya dari posisi
Anda melihat anak membalikkan
tengkurap ke telentang. Jika tidak
badannya dengan sempurna atau
terlihat, tanyakan kepada orang tua
orang tua melaporkan anak telah
apakah anak pernah membalikkan
melakukan hal tersebut sedikitnya
badannya dengan baik dari posisi
2 kali
telentang ke tengkurap atau sebaliknya
sedikitnya 2 kali

Nomor Urut 9
Item Bangkit dengan kepala tegak
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan anak pada posisi telentang.
Pegang tangan dan pergelangan tangan Untuk sesaat, kepala anak tidak
anak, lalu dengan mantap dan lambat terkulai ketika tubuhnya diangkat.
tarik anak ke posisi duduk. Jika tiba-tiba Anak juga akan tertarik ke atas
kepala anak terkulai, jangan lanjutkan dan menggunakan otot-otot bahu
mengangkat anak dengan cara apapun dan lehernya
ke posisi duduk

91
Nomor Urut 10
Item Duduk tanpa pegangan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegang anak dalam posisi duduk di atas Anak dusuk sendiri selama 5 detik
meja. Pastikan anak tidak jatuh, lalu atau lebih. Anak dapat meletakkan
dengan perlahan lepaskan tangan anda tangan di atas paha atau di atas
meja untuk menyangga tubuhnya

Nomor Urut 11
Item Berdiri dengan berpegangan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan anak dalam posisi berdiri


dengan berpegangan pada benda yang Anak berdiri selama 5 detik
keras, seperti kursi (bukan orang)

Nomor Urut 12
Item Bangkit untuk berdiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dudukkan anak di lantai di samping
kursi atau meja yang rendah. Dorong Anak menarik badannya sendiri
anak untuk berdiri dan meletakkan ke posisi berdiri
mainannya di atas kursi atau meja

Nomor Urut 13
Item Bangkit lalu duduk
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anak berbaring atau tengkurap atau Anda melihat anak berubah ke

92
berdiri sambil dipegangi, dorong anak posisi duduk atau orang tua
ke posisi duduk, Jika anak tidak melaporkan anak melakukan hal
melakukan-nya, tanyakan kepada orang tersebut
tua apakah anak dapat berubah ke posisi
duduk dengan usahanya sendiri

Nomor Urut 14
Item Berdiri 2 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Bantu anak berdiri di lantai. Setelah


anak terlihat mampu menyeimbangkan Anak berdiri tanpa ditopang
tubuhnya, coba untuk menopangnya dari selama 2 detik atau lebih
jarak dekat

Nomor Urut 15
Item Berdiri sendiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak berdiri tanpa ditopang
selama 10 detik atau lebih.
Merujuk pada item motorik kasar
(Jika lulus "Berdiri sendiri".
nomor 11
Anak juga lulus "Berdiri dengan
berpegangan")

Nomor Urut 16
Item Membungkuk kemudian berdiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Saat anak berdiri di lantai tanpa


Anak membungkuk untuk
sanggahan/pegangan, letakkan mainan
mengambil benda lalu berdiri
atau bola di lantai dan dorong anak
tanpa berpegangan atau duduk
untuk mengambilnya

93
Nomor Urut 17
Item Berjalan dengan baik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menyeimbangkan
Amati apakah anak sudah berjalan tubuh dengan baik, jarang terjatuh
dan tidak miring

Nomor Urut 18
Item Berjalan mundur
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Minta anak berjalan mundur dengan
cara di contohkan atau perhatikan
apakah anak melakukan hal ini selama Anak mundur beberapa langkah
tes. Jika tidak tanyakan kepada orang tanpa duduk atau orang tua
tua apakah anak dapat berjalan mundur. melasporkan anak dapat
Dalam tes ini, kita boleh menggunakan melakukan hal tersebut
mainan atau dengan cara membuka
pintu

Nomor Urut 19
Item Lari
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Dorong anak berlari, dengan Anak dapat berlari dengan baik


melemparkan bola kepadanya dengan (bukan jalan cepat), tanpa terjatuh
sengaja atau tergelincir

94
Nomor Urut 20
Item Berjalan menaiki tangga
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
27 (perlu petunjuk nomor 27
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menaiki tangga. Boleh
menggunakan pegangan di
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
sepanjang tangga atau dinding,
dapat menaiki tangga
tetapi tidak boleh berpegangan
pada seseorang

Nomor Urut 21
Item Menendang bola ke depan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan bola sekitar 15 cm di depan Anak menendang bola ke depan
anak. Katakan agar anak tanpa berpegangan (Tidak lulus
menendangnya. Anda dapat melihat jika bola digelindingkan atau
bagaimana anak melakukannya didorong dengan kaki, dipukul
atau disentuh)

Nomor Urut 22
Item Melompat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak melompat atau mengangkat
ke dua kaki pada waktu yang
bersamaan. Anak tidak harus
Minta anak melompat dan lihat
menjejakkan kaki ditempat yang
bagaimana ia melakukannya
sama. Anak tidak boleh berlari
sebelum melompat atau
berpegangan

95
Nomor Urut 23
Item Melempar bola tangan ke atas
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
28 (perlu petunjuk nomor 28
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak melempar bola dengan
lengannya ke arah anda, antara
lutut dan kepala. Lemparan
Beri anak bola dan berdiri 3 kaki (kira- mengarah ke atas (tidak ke
kira 1 m) darinya. Suruh anak melempar samping atau ke bawah). Bola
bola ke arah anda dengan arah lemparan boleh memantul sebelum
ke atas. Lihatlah bagaimana ia ditangkap bila diarahkan antara
melempar. Lakukan tes 3 kali lutut dan kepala sebelum
terlempar ke bawah (Tidak lulus
jika melempar bola langsung ke
bawah atau menjauhi anda)

Nomor Urut 24
Item Lompat jauh
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
29 (perlu petunjuk nomor 29
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan selembar kertas (folio) di
lantai dan berikan contoh kepada anak Anak melompati kertas dengan ke
bagaimana melompat melewati dua kaki bersama-sama tanpa
lembaran kertas. Perintahkan anak untuk menyentuh kertas
melakukan hal tersebut

Nomor Urut 25
Item Berdiri 1 kaki : 1 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak bagaimana
menyeimbangkan diri untuk berdiri Anak dapat berdiri selama 1 detik
dengan 1 kaki tanpa berpegangan.

96
Perintahkan anak untuk melakukan hal
tersebut selama ia mampu. Lakukan tes
3 kali, kecuali ia dapat menyeimbang-
kan diri selama 6 detik atau lebih. Catat
waktu terlama dari 3 percobaan.
Kemudian perintahkan anak untuk
menyeimbangkan kaki lainnya dengan
cara yang sama

Nomor Urut 26
Item Berdiri 1 kaki : 2 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 2 detik.
Merujuk pada item motorik kasar (Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 2
Nomor 25 detik", anak juga lulus "Berdiri
1 kaki : 1 detik")

Nomor Urut 27
Item Melompat dengan 1 kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak berdiri tanpa berpegangan, lalu
Anak melompat dengan 1 kaki
perintahkan anak untuk melompat
sebanyak 2 kali atau lebih dalam
dengan 1 kaki. Anda dapat
garis, boleh di tempat atau agak
menunjukkan bagaimana cara
jauh dari lokasi yang pertama,
melakukannya.
tanpa memegang sesuatu

Nomor Urut 28
Item Berdiri 1 kaki : 3 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik kasar Anak dapat berdiri selama 3 detik.
Nomor 25 (Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 3

97
detik", anak juga lulus "Berdiri
1 kaki : 2 detik" dan "Berdiri 1
kaki: 1 detik")

Nomor Urut 29
Item Berdiri 1 kaki : 4 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 4 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 4
Merujuk pada item motorik kasar detik", anak juga lulus "Berdiri
Nomor 25 1 kaki : 3 detik", "Berdiri 1
kaki: 2 detik" dan "Berdiri 1
kaki : 1 detik)

Nomor Urut 30
Item Berdiri 1 kaki : 5 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 5 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 5
detik", anak juga lulus "Berdiri"
Merujuk pada item motorik
1 kaki 4 detik","Berdiri 1 kaki :
kasarNomor 25
3 detik", "Berdiri 1 kaki: 2
detik" dan "Berdiri 1 kaki : 1
detik")

Nomor Urut 31
Berjalan dengan merapatkan tumit
Item ke jari kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
30 (perlu petunjuk nomor 30
Tanda angka halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak cara berjalan di Anak berjalan 4 langkah atau
garis yang lurus dengan menempelkan lebih pada garis lurus dengan
tumit salah satu kaki di depan jari-jari meletakkan tumit tidask lebih dari

98
kaki yang lain. Berjalanlah 8 langkah, 2,5 cm di depan jari kaki lainnya
lalu perintahkan anak untuk melakukan- tanpa berpegangan
nya. Anda dapat membandingkan tes ini
dengan berjalan diatas tali yang tegang
dan lurus, bila perlu berikan contoh
beberapa kali dan lakukan tes ini
sebanyak 3 kali

Nomor Urut 32
Item Berdiri 1 kaki : 6 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 6 detik.
(Jika lulus "Berdiri 1 kaki : 6
detik", anak juga lulus
Merujuk pada item motorik kasar "Berdiri 1 kaki : 5 detik",
Nomor 25 "Berdiri" 1 kaki 4 detik",
"Berdiri 1 kaki : 3 detik",
"Berdiri 1 kaki: 2 detik" dan
"Berdiri 1 kaki : 1 detik")

Klasifikasi hasil test DDST

1. Normal
 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya

2. Suspek
 Bila didapatkan ≥ 2 caution dan/atau ≥ 1 keterlambatan
 Lakukan uji ulang 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat
seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan
3. Tidak dapat diuji
 Bila ada skor menolak pada uji ≥ 1 uji coba terletak disebelah kiri
garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis
usia pada umur daerah 75 – 90%
 Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu

99
TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER-II

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Tempat yang tenang/tidak bising, dan bersih
Sediakan meja tulis dengan kursinya dan
2
matras
3 Siapkan Perlengkapan Test
4 Siapkan formulir DDST
Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan
5
ramah
Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan,
jelaskan bahwa
6 tes ini bukan untuk mengetahui IQ anak dan
anak tidak diharapkan untuk lulus semua
pemberian item
7 Buat komunikasi yang baik dengan anak
8 Hitung usia anak dan menggambar garis usia
Catat nama anak, tanggal lahir, tanggal
8.1
pemeriksaan
8.2 Menyesuaikan prematur
8.3 Menarik garis usia
9 Urutan Pengujian
Mulai dari sektor personal sosial, sektor
9.1 motorik halus-adaptif, sektor bahasa dan
sektor motorik kasar
Tugas yang mudah harus lebih
9.2
didahulukan,setiap upaya anak harus dipuji
Pemeriksaan yang menggunakan bahan yang
9.3
sama dapat dilakukan secara berurutan
Hanya bahan yang digunakan untuk
9.4
pemeriksaan ditempatkan di atas meja
Test harus dimulai dengan item yang terletak
9.5 disebelah kiri dari garis usia anak, dilanjutkan
ke item sebelah kanan garis usia
10 Jumlah item yang diuji
Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas
perkembangan yang paling dekat di sebelah
10.1 kiri garis umur serta tiap tugas perkembangan
yang ditembus garis umur

Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah


satu ujicoba pada langkah 1 1 (“gagal”;
10.2 “menolak”; “tidak ada kesempatan” , lakukan
ujicoba tambahan ke sebelah kiri garis umur
pada sektor yang sama sampai anak dapat

100
“lulus” 3 tugas perkembangan

Bila anak mampu melakukan salah satu tugas


perkembangan pada langkah 10.1, lakukan
tugas perkembangan tambahan ke sebelah
10.3 kanan garis umurpada sektor yang sama
sampai anak ”gagal” pada 3 tugas
perkembangan.

Beri skor penilaian :P: Pass/ lulus, F: Fail/


11 gagal, No: No opportunity/ tidak ada
kesempatan, R: Refusal/ menolak.
Interprestasi Penilaian Individual : Lebih
(advanced), Normal, Caution/ peringatan,
12
Delayed/keterlambatan, No Opportunity/
tidak ada kesempatan.
13 Selama tes perkembangan, amati perilaku anak
Hasil akhir tes DDST : Normal, Suspek,
14
Tidak dapat diuji

Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../48 x 100% = %

Banda Aceh,……………2019

Observer,

101
Kepustakaan
 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Skrining Perkembangan Denver dalam
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal : 291-293

 Unit Kelompok Kerja (UKK) Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial, Ikatan Dokter


Anak Indonesia (IDAI). Buka Pelatihan Denver II, 2012

102
2. ANTROPOMETRI
dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA (K)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Tujuan Belajar : Mampu melakukan pengukuran antropometri pada bayi dan


anak, memasukkan hasil pengukuran ke dalam kurva WHO-
MGRS ( Who Multicentre Growth Reference Study) 2006
dan kurva lingkar kepala dari Nellhaus, sehingga mampu
memantau pertumbuhan anak dengan cara yang benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
1. Fisiologi Tumbuh Kembang Anak
2. Patofisiologi Tumbuh Kembang Anak

Pemantauan pertumbuhan memerlukan alat, teknik, standar/referensi, interpretasi


dan waktu yang tepat.
Tujuan pemantauan pertumbuhan adalah mendeteksi dini adanya gangguan
pertumbuhan, memantau status gizi dan meningkatkan gizi anak, menilai dampak
kegiatan intervensi medis dan nutrisi, serta deteksi dini penyakit yang mendasari
gangguan pertumbuhan.
Pertumbuhan seorang anak hanya dapat dinilai dengan melihat “ trend”/ arah hasil
ukuran antropometri dalam kurve pertumbuhan.

Proses tumbuh kembang anak selama masa kritis 3 tahun pertama


kehidupannya harus terpantau dan tercatat dengan baik, yang bertujuan
menemukan adanya gangguan tumbuh kembang secara dini sehingga dapat
dilakukan penanganan sedini mungkin sebelum anak melewati masa kritisnya,
dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan untuk pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah


terlatih dengan baik untuk pemeriksaan dasar tumbuh-kembang anak.
2. Pemantauan dilakukan untuk semua anak tanpa kecuali baik anak yang terlahir
dengan risiko rendah maupun risiko tinggi.
3. Pemantauan dilakukan secara reguler dan kontinyu dengan jadwal : 1) Usia
lahir sampai 12 bulan setiap 1 bulan; 2) Usia 12 bulan sampai 3 tahun setiap 3
bulan; 3) Usia 3 tahun sampai 6 tahun setiap 6 bulan; 4) Usia 6 tahun sampai
18 tahun setiap 1 tahun.

Untuk memantau tumbuh kembang seorang anak diperlukan pengukuran


antropometri yang dilakukan secara serial, sehingga bila terjadi pertumbuhan yang
tidak adekuat (menyimpang dari kurva pertumbuhannya) bisa dilakukan intervensi
dini untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
Word Health Organization (WHO) telah membuat standar pertumbuhan di
seluruh dunia berdasarkan sampel anak yang berasal dari 6 negara yaitu: Brazil,
Ghana, Norwegia, Oman, India dan Amerika Serikat). WHO MGRS (WHO
Multicentre Growth Reference Study) dibentuk untuk dapat menyediakan data

103
bagaimana seharusnya anak tumbuh, dengan kriteria seleksi yang
direkomendasikan berupa perilaku sehat seperti mendapatkan ASI eksklusif
hingga 6 bulan, menyediakan standar perawatan anak, dan ibu tidak merokok.
Data yang didapat kemudian dikombinasikan untuk mendapatkan standar
pertumbuhan anak baru lahir sampai umur 5 tahun dan dinamakan Kurva Standar
Pertumbuhan WHO 2005. Sedangkan anak berumur 5-19 tahun, WHO merevisi
kurva hasil survei NCHS, hasil revisi disebut dengan dengan Kurva Referens
Pertumbuhan WHO 2007.

Alat-alat
 Perlengkapan pengukuran dasar seperti timbangan yang sudah ditera,
papan pengukur panjang /tinggi badan, pita pengukur lingkar kepala
 Grafik standar pertumbuhan anak WHO Child Growth Standards (umur
0-5 tahun) dan Kurva Referens Pertumbuhan WHO (umur 5-19 tahun)

Berat badan Panjang/TB Berat IMT Lingkar


terhadap umur terhadap badan terhadap kepala
No. umur terhadap umur Terhadap
Panjang/T umur
B
1 0 – 6 bulan 0 – 6 bulan 0 – 2 tahun 0 – 2 tahun 0 – 13
2 0 – 2 tahun 0 – 2 tahun 2 - 5 tahun 2 - 5 tahun minggu
3 6 bulan - 2 6 bulan -2 0 - 5 tahun 0–2
4 tahun tahun 5 - 19 tahun tahun
5 2 - 5 tahun 2 - 5 tahun 0–5
6 0 – 5 tahun 0 – 5 tahun tahun
5 – 10 tahun 5 - 19 tahun

Sumber : http://www.who.int/childgrowth/standards/en/ dan


http://www.who.int/growthref/en/

 Untuk pengukuran lingkar kepala, kurva lingkar kepala Nellhaus masih


dianjurkan mengingat cakupan usia yang lebih luas namun kurva WHO
juga dapat digunakan untuk menilai lingkar kepala anak usia 0-5 tahun.
 Grafik BMI, dapat dipakai untuk menilai BMI anak terhadap umur,
dengan mencari panjang/tinggi anak (dalam meter) terhadap berat (dalam
kg), kemudian lakukan plotting berdasarkan umur dan jenis kelamin

Langkah-langkah penilaian pertumbuhan


Penilaian pertumbuhan meliputi beberapa langkah :
1. Penghitungan umur, secara akurat, termasuk koreksi untuk prematur sampai
usia 2 tahun

104
2. Pengukuran, berat badan (BB), panjang badan/tinggi badan (PB/TB) dan
lingkar kepala (LK) secara benar
3. Ploting, secara tepat hasil pengukuran pada kurve pertumbuhan yang sesuai
(laki/ perempuan, Usia: 0-6 bulan, 6-2 tahun, 2-5 tahun)
4. Interpretasi hasil secara benar: penting pengukuran secara serial
5. Konseling hasil penilaian pertumbuhan

1. Penentuan umur
 Penentuan umur yang tepat diperlukan untuk menentukan indikator
pertumbuhan yang pasti.
 Jika anak berumur lebih dari satu tahun, dinyatakan dalam bulan dan tahun.
 Pada anak yang lahir kurang bulan/prematur, umur dihitung berdasarkan
usia koreksi. Setelah mencapai umur 2 tahun, tidak diperlukan koreksi lagi.
 Prinsip perhitungan umur
 Penentuan umur didapat dengan cara mengurangi tanggal pemeriksaan
dengan tanggal lahir
 Untuk anak lahir prematur harus menggunakan Usia Koreksi, dengan
syarat : Lama prematuritas > 2 minggu (dihitung dari usia gestasi 40
minggu)
Usia (koreksi) = Usia (kronologis) – Lamanya prematur
 Dengan syarat : 1 tahun=12 bulan; 1 bulan= 30 hari; 1 bulan= 4
minggu; 1 minggu: 7 hari
 Pembulatan usia
o Sampai umur 3 bulan gunakan minggu yang telah lewat,
misalnya12 minggu 4 hari di plot di usia 12 minggu
o Setelah 3 bulan gunakan bulan yang telah lewat; misalnya 5
bulan3 minggu, diplot di usia 5 bulan
 Contoh koreksi perhitungan umur
o Bayi A, lahir dengan masa gestasi 32 minggu, datang keklinik pada
umur 5 bulan.
o Umur koreksi= umur kronologis–prematuritas
o Umur koreksi= 5 bulan–(40 –32 mgg) = 5 bulan–8 minggu = 3 bulan
 Untuk anak yang lahir prematur dan berumur kurang dari 2 tahun, maka
harus dilakukan koreksi. (1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu =
7 hari)
o Bayi B, tanggal Lahir : 4 Februari 2009, masa gestasi 34 minggu
(prematur 6 minggu), tanggal pemeriksaan : 11 Maret 2010, berapa
umur anak setelah dikoreksi ?

Tgl pemeriksaan 2010 03 11


Tgl lahir 2009 02 04 -
Umur Anak 1 01 07
Prematur 6 minggu 01 14 -
Umur setelah koreksi 11 bulan 23 hari

105
2.1. Pengukuran berat badan
 Menggunakan Timbangan Bayi
 Timbangan bayi digunakan menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
 Letakkan timbangan pada meja /permukaan yang datar, keras dan tidak
goyang.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti
 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan dengan berdiri pada posisi tegak lurus dengan jarum.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
(catat pada status bahwa penimbangan dilakukan dalam keadaan bayi
bergerak terus/rewel).

 Mengunakan Timbangan Injak


 Letakan timbangan dilantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, tidak memegang atau
mengantongi sesuatu.
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

106
2.2. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :
Cara Mengukur Dengan Posisi Berbaring
 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
 Bayi dibaringkan telentang dengan pada alas yang datar
 Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
 Petugas 2 : tangan kiri memegang lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
 Petugas 2 membaca angka di tepi, di luar pengukur.

 Cara Mengukur Dengan Posisi Berdiri :


 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap kedepan, tumit menempel pada
dinding/pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
 Baca angka pada batas tersebut

107
2.3.Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada semua bayi dan anak secara rutin untuk
mengetahui adanya mikrosefali, makrosefali, atau normal sesuai dengan umur dan
jenis kelamin. Alat yang dipakai adalah pita pengukur fleksibel, terbuat dari bahan
yang tidak elastik (pita plastik atau metal yang fleksibel). Sebaiknya ada yang
membantu memegang kepala bayi/anak selama pemeriksaan agar posisi kepala
anak tetap. Cara mengukur:
 Pita pengukur ditempatkan melingkar di kepala pasien melalui bagian
yang paling menonjol (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella),
pita pengukur harus kencang mengikat kepala.
 Membaca angka pertemuan dengan angka 0
 Mencatat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak
 Mengintrepetasikan hasil pengukuran lingkar kepala (Kurva
Nellhaus/WHO) anak/ bayi

Interpretasi
Pemeriksaan lingkar kepala secara serial dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan otak: normal, terlalu cepat (keluar dari jalur pertumbuhan normal)
seperti pada hidrosefalus , terlambat atau tidak tumbuh yang dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit. Jika lingkar kepala lebih besar dari 2 SD di atas angka
rata-rata untuk umur dan jenis kelamin/ras (> + 2 SD) disebut makrosefali. Bila
lingkar kepala lebih kecil dari 2 SD di bawah angka rata-rata untuk umur dan jenis
kelamin/ras (< - 2 SD) disebut mikrosefali.

3. Plotting dengan menggunakan grafik pertumbuhan WHO

 Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak


di atas 2 tahun), berat badan.
 Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva.
Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
umur dan panjang / tinggi badan.

108
 Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis
vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.
 Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan
gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan

109
110
111
4. Interpretasi Kurva Pertumbuhan WHO
 Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau
rata-rata
 Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO
garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu
yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.
 Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan < -2.
 Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan >+ 2.
 Interpretasi Indikator-indikator pertumbuhan

5. Konseling hasil penilaian pertumbuhan

112
113
Chek List : Pertumbuhan Anak dengan Antropometri
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Mempersiapkan pasien (bayi/anak) yang akan
1
diperiksa
Memberikan penjelasan kepada orangtua pasien
2
tentang tujuan pemeriksaan
Menanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung
3
mundur umur bayi/anak
PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)
4 Menggunakan timbangan bayi
Meletakkan timbangan pada meja yang datar dan
a.
tidak mudah bergerak
Melihat posisi jarum atau angka pada posisi angka
b.
nol
Membuka pakaian bayi, topi, kaus kaki, sarung
c.
tangan
Membaringkan bayi dengan hati-hati diatas
d.
timbangan
Melihat jarum timbangan hingga berhenti dengan
e.
posisi tegak lurus jarum jam
Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum
f.
timbangan atau angka timbangan
Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan
g. gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
Lakukan interpretasi (kurva WHO) dan intervensi
h.
hasil pengukuran
5 Menggunakan timbangan injak
Meletakkan timbangan dilantai datar dan keras,
a.
sehingga tidak mudah bergerak
Melihat posisi jarum atau angka pada posisi angka
b.
nol
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang
tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam
c.
tangan, kalung dan tidak memegang atau
mengntongi sesuatu
Mempersilahkan anak berdiri diatas timbangan
d.
tanpa dipegang
Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum
e.
timbangan atau angka timbangan
Melihat jarum timbangan hingga berhenti dengan
f.
posisi tegak lurus jarum jam
Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan
g. gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

114
Lakukan interpretasi (kurva WHO) dan intervensi
h.
hasil pengukuran
PENGUKURAN PANJANG BADAN ATAU TINGGI BADAN
Cara mengukur dengan posisi berbaring
6
(sebaiknya dilakukan oleh 2 orang)
Membaringkan bayi secara terlentang pada alas
a.
yang datar
b. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
Petugas 1 : memegang kepala bayi agar tetap
c. menempel pada pembatas angka 0 (pembatas angka
0)
Petugas 2 : menekan lutut bayi agar lurus, tangan
d.
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
e. Membaca angka di tepi luar pengukur
Lakukan interpretasi (kurva WHO) dan intervensi
f.
hasil pengukuran
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA ANAK
7
(LKA)
Melingkarkan alat pengukur pada kepala anak/bayi
melewati dahi, menutup alis mata, diatas ke dua
a.
telinga, dan bagian kepala yang menonjol,
kemudian menarik agak kencang
b. Membaca angka pertemuan dengan angka 0
Mencatat hasil pengukuran pada grafik lingkar
c.
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak
Mengintrepetasikan hasil pengukuran lingkar
d.
kepala (Kurva Nellhaus atau WHO) anak/ bayi

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
3 = dilakukan dengan sempurna
% cakupan penguasaan keterampilan : Skor Total/8 x 100 % =

Banda Aceh,........................2019

Nama Observer,

(_________________________)

115
Referensi

1. Hendarto A, Damayanti, RS. Antropometri Anak dan Remaja. Buku Ajar


Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Damayanti RS, Endang DL,
Maria M, Nasar SS (penyunting). Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pemantauan Pertumbuhan dalam Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal : 205-220
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak
4. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia No.: 002/Rek/PP IDAI/I/2014
5. Pemantauan ukuran lingkar kepala dan ubun-ubun besar. Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia No.: 003/Rek/PP IDAI/I/2014
6. World Health Organization. WHO Child Growth Standards: Length/Height-
for-Age, Weight-for-Age, Weight-for-Length, Weight-for-Height and Body
Mass Index-for-Age: Methods and Development. Geneva: World Health
Organization; 2006 diunduh dari :
http://www.nacer.udea.edu.co/pdf/curvas/dwhochildgrowthstandards.pdf.
tanggal 18 Mei 2016
7. World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment.
Version 1 – November 2006. Geneva: WHO; 2006

116
3. TEHNIK INJEKSI
Bagian Anastesi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu melakukan penyuntikan secara intravena, intramuskular,
subkutan, dan intrakutan dengan baik dan benar.

I. Pendahuluan
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena
 Pada seseorang dengan penyakit berat diperlukan pemberian obat yang
langsung masuk ke dalam pembuluh darah agar kadar puncaknya
segera tercapai. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran
darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian
antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, dokter
memberikan anti-biotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Anti-
biotika oral (diminum melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di
RS dengan infeksi bakteri sama efektifnya dengan antibiotika intravena,
dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya
perawatan, dan lamanya perawatan.
 Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas.
 Hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik).
 Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti
ini, selain pemberian obat secara intravena dapat juga dipertimbangkan
pemberian melalui jalur lain seperti rektal, sublingual, subkutan, dan
intramuskular.
 Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi apabila diberi obat
secara oral (tersedak pada saat minum obat masuk ke saluran
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang
baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

II. Persiapan penyuntikan obat melalui Intravena, Intramuskular,


Subkutan, dan Intrakutan
A. Persiapan Pasien
Inform consent :
 Beritahukan maksud dan tujuan
 Kemungkinan rasa tidak nyaman
 Mintakan persetujuan
B. Persiapan Obat, Bahan, dan Alat
 Obat-obat yang diperlukan (beserta cairan pelarut bila diperlukan)
 Spuit dan jarum steril (volume spuit tergantung obat yang akan diberikan)
 Kasa/kapas steril dan zat desinfektans (alkohol 70%/povidone iodine 10%)
 Handyplast atau sejenisnya

117
 Handuk dan sarung tangan (tidak perlu steril)
 Turniket (khusus untuk penyuntikan intravena)
 Tempat untuk menampung kotoran

III. Cara penyuntikan obat melalui Intravena, Intramuskular, Subkutan,


dan Intrakutan
1. Teknik penyuntikan obat melalui intravena (IV)
 Pastikan adanya order pengobatan
 Periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu pemberian
 Peralatan disiapkan
 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education) dan beritahu
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur
posisi yang nyaman.
 Pakai sarung tangan
 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial.
 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans secara melingkar dari dalam ke
luar di daerah yang akan dilakukan skin test
 Lakukan skin test, jika terdapat reaksi alergi maka batalkan pemberian obat
tetapi jika tidak ada reaksi alergi maka penyuntikan bisa dilanjutkan
 Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk di daerah yang bebas peradangan
 Bila vena sudah ditemukan misalnya basilika, atur lengan lurus dan pasang
turniket sampai vena benar-benar dapat dilihat dan diraba kemudian
desinfeksi daerah yang akan disuntik dengan menggunakan kapas/kasa
yang berisi desinfektans
 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih terdapat
udara, maka udara harus dikeluarkan
 Secara perlahan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi jarum sejajar
dengan vena dan lubang jarum menghadap ke atas. Untuk mencegah vena
tidak bergeser, tangan yang tidak memegang spuit dapat digunakan untuk
menahan vena sampai jarum masuk vena
 Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spuit. Bila terisap darah
berarti sudah di dalam vena, bila sudah di dalam vena maka lepaskan
turniket dan masukkan obat perlahan-lahan sampai habis.
 Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang ke tempat
pembuangan kotoran.
 Tutup daerah penyuntikan dengan handyplast atau sejenisnya
 Observasi keadaan pasien dan catat semua tindakan anda kemudian tanda
tangan (nama terang)

118
Gambar 1. Pemasangan infus dan penyuntikan intravena yang tidak benar (karena
di atas sendi)
NB : Jangan gunakan vena punggung tangan bila anda memberikan : Asam
Amino + glukosa; Glukosa + elektrolit; D5 atau NS yang telah dicampur
dengan obat suntik atau Meylon karena dapat menyebabkan plebitis.

2. Teknik penyuntikan obat melalui intramuskuler (IM)


 Pastikan adanya order pengobatan
 Periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu pemberian
 Peralatan disiapkan
 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education) dan beritahu
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur
posisi yang nyaman.
 Pakai sarung tangan
 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial.
 Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari peradangan. Pada
orang dewasa umumnya di daerah gluteal lateral atas dan pada anak di
daerah deltoid
 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans secara melingkar dari dalam ke
luar
 Lakukan skin test, bila skin test negatif lanjutkan
 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih terdapat
udara, maka udara harus dikeluarkan
 Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk membentangkan kulit
pada area yang akan ditusuk, pegang spuit antara jempol dan jari-jari
kemudian tusukkan jarum secara tegak lurus pada sudut 90°
 Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak me-ngenai pembuluh
darah dengan cara menarik pengokang. Bila terisap darah, maka segera
cabut spuit, buang dan ganti yang baru. Bila tidak terisap darah, maka
masukkan obat dengan cara mendorong pengokang spuit
 Bila obat sudah masuk semua, maka segera cabut spuit dan lakukan pijatan
pada area penusukan
 Buang spuit ke tempat pembuangan kotoran
 Tutup daerah penyuntikan dengan handyplast atau sejenisnya
 Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman

3. Penyuntikan obat melalui subkutan


 Pastikan adanya order pengobatan
 Periksa urutan medikasi, rute, dosis, dan waktu pemberian
 Peralatan disiapkan

119
 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education), dan beritahu
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur
posisi yang nyaman
 Pakai sarung tangan
 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial
 Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari peradangan
 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans dari dalam ke luar
 Lakukan skin test (bila perlu), bila skin test negatif lanjutkan
 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih berisi udara
maka udara harus dikeluarkan
 Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area
injeksi dengan telapak tangan menghadap ke arah samping atau ke atas
dengan kemiringan 45o
 Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk meng-angkat dan
merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yang lain
menusukkan jarum
 Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak me-ngenai pembuluh
darah dengan cara menarik pengokang. Bila terisap darah, maka segera
cabut spuit, buang dan ganti yang baru. Bila tidak terisap darah, maka
masukkan obat dengan cara mendorong pengokang spuit
 Bila obat sudah masuk semua, maka cabut spuit dan lakukan pijatan pada
area penusukan. Buang spuit pada tempat pembuangan kotoran
 Tutup daerah penyuntikan dengan handyplast atau sejenisnya
 Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda kemudian tanda tangan
(nama terang)
4. Teknik Penyuntikan obat melalui intrakutan
 Pastikan adanya order pengobatan
 Periksa urutan medikasi, rute, dosis, dan waktu pemberian
 Peralatan disiapkan
 Yakinkan bahwa pasien benar, berikan HE (health education), dan beritahu
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur
posisi yang nyaman
 Pakai sarung tangan
 Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial
 Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari peradangan
 Bersihkan kulit dengan cairan desinfektans dari dalam ke luar
 Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih berisi udara
maka udara harus dikeluarkan
 Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area
injeksi dengan telapak tangan menghadap ke arah samping atau ke atas
 Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk meng-angkat dan
merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yang lain
menusukkan jarum dengan kemi-ringan 15°. Obat akan menimbulkan
tonjolan (skin wheal) di bawah kulit
 Jangan lakukan pijatan dan jangan tutup dengan benda apapun
 Cabut spuit dan buang ke tempat pembuangan kotoranObservasi keadaan
pasien dan catat tindakan anda, kemudian tanda tangan (nama terang)

120
CHECKLIST: TEHNIK INJEKSI
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
Persiapan
1 Inform consent, lokasi, posisi dan skin tes ( bila perlu)
2 Alat, obat dan bahan
Cuci tangan kemudian gunakan sarung tanagn steril secara aseptic
3
(tidak perlu dipraktikan)
4 Bersihkan kulit secara melingkar dari dalam keluar
Penyuntikan Intravena
Tentukana vena yang akan ditusuk, pasang turniket dibagaian
5
proksimal
6 Tujuk perlahan jarum dengan posisi 30o
Lakukan aspirasi, lepaskan turnikel sambil difiksasi, masukkan
7
obat perlahan – lahan, cabut jarum sambil menekan dengan kasa.
Penyuntikan Intramuskular
8 Fiksasi musculus yang akan diinjeksi, masukkan jarum kearah 90o
Lakukan aspirasi, bila tidak muncul darah, dorong obat secara
9
perlahan dan cabut spuitnya
Penyuntikan Subkutan
10 Fiksasi kulit tusuk secara prlahan dengan arah 45o
Lakukan aspirasi, bila tidak muncul darah, dorong obat secara
11
perlahan dan cabut spuitnya
Penyuntikan Intrakutan
12 Pegang erat lengan pasien, arahkan spuit dengan dengan sudut 15o
Tusukkan spuit pada epidermis, lalu dorong cairan obatnya
13
hingga timbul benjolan, lalu cabut spuitnya
Pasca Penyuntikan
Bila tempat penyuntikan mengeluarkan darah, tekan dengan kasa
14
steril sampai pendarahan berhenti
Rapikan pasien, atur kembali dalam posisi yang nyaman lalu
15
lepaskan sarung tangan
Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda kemudian
16
tanda tangan (nama terang)

Keterangan :
0 : Tidak melakukan
1 : Dilakukan tapi kurang sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan ketrampilan : Skor total … / 32 x 1 % = %

Banda Aceh,……………2019

Observer

121
4. ANAMNESIS KASUS SENSITIF
dr. Syahrial, SpKJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik komunikasi dengan menggali &
mengumpulkan informasi seluas mungkin mengenai perjalanan alamiah penyakit
yang bersifat sensitif, sehingga berlangsung secara efektif & efisien

I. Dalam melakukan Diagnosis Fisik terhadap pasien atau kliennya, dengan


urutan pemeriksaan sebagai berikut : anamnese, palpasi, perkusi, auskultasi,
kalau perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan, yaitu pemeriksaan
melalui, EKG, laboratorium klinik, roentgen, dan lain- lain sesuai dengan
kebutuhannya.
Tulisan ini hanya membicarakan tentang Anamnese terhadap kasus sensitif
dalam sistem Diagnostik Fisis. Dokter dituntut punya ketrampilan dalam
melakukan komunikasi dan mampu memotivasi pasiennya, sehingga mau
bekerja sama untuk melaksanakan pengobatannya, diet, istirahat, sehingga
waktu penyembuhan menjadi lebih singkat.

II. Anamnese, yaitu usaha untuk mencari dan mengetahui riwayat penyakit pasien,
baik keadaan sekarang, riwayat penyakit masa lalu, maupun Riwayat
Sosialnya. Pekerjaan ini dilakukan melalui wawancara (anamnese) dengan
pasien atau keluarganya, yang terdiri dari Allonamnese dan Heteroanamnese.

Alloanamnese dilakukan melalui tatap muka antara anda sebagai dokter


dengan pasien anda (klien medik). Anda dituntut menjadi pendengar yang baik,
dalam meminta informasi pada pasien anda, anda “bukan sebagai penyidik
perkara” Pasien harus diberikan waktu yang cukup untuk menjelaskan riwayat
penyakitnya, keluhannya, menggunakan kata-katanya sendiri. Diharapkan
perasaan yang tersembunyi didalam dirinya yang menyangkut tentang rahasia
penyakitnya. Rahasia penyakit pasien dapat terungkap juga melalui ekspresi
wajahnya (wajah sebagai media ekspresi perasaan), kata-katanya yang
digunakannya. Dokter harus mampu mengorek keterangan-keterangan khusus dari
penderita tentang perjalanan penyakitnya. Pertanyaan yang diajukan makin lama
makin mendalam, semakin khusus, sampai mencapai titik klimak. Kemudian
lanjutkan lagi wawancara anda kepada pertanyaan-pertanyaan terbuka dan santai.
Dalam komunikasi ini anda jangan membuat pertanyaan dengan jawaban “ ya atau
tidak”

Menurut Dittman, Saluran Komunikasi Perasaan, manusia menjadikan


wajahnya sebagai media ekspresi perasaan, sebagian kecil manusia juga
menyatakan perasaan melalui perilaku non verbal lainnya, antara lain gerak-gerik
anggota tubuh, ruang antar pribadi, penyuaraan, yang seluruhnya sangat
tergantung dari tingkat partisipasi, situasi dan kondisi serta latar belakang
kebudayaan komunikan (misalnya parasaan malu). Dittman mengatakan ada 3
saluran yang digunakan untuk menyatakan perasaa, yaitu:

122
1. Audible, merupakan saluran pernyataan emosi melalui bahasa dari pralinguistik,
2. Visual, merupakn saluran pernyataan emosi melalui tampilan raut wajah dan
gerakan anggota tubuh.
3. Pycho-psysiological, merupakan saluran pernyataan emosi berupa “tanda” yang
memancar dari dari fungsi gerakan-gerakan tubuh. Contoh, suara terengah-
engah, memukul-mukul kepala (gambaran ketakutan dan kebingungan).

Heteroanamnese, adalah keterangan tentang perjalanan penyakit pasien,


malalui wawancara malalui orang ketiga (orang lain), yaitu orang-orang yang
mengetahui banyak hal ihwal dan perjalanan penyakit si penderita. Pada pasien
anak, mungkin si anak tidak mampu berkomunikasi dengan baik tentang masalah
penyakitnya, maka orang tuanya yang di wawancarai, mungkin juga saudaranya,,
pada pasien dewasa termasuk teman dekatnya. Data yang diperoleh belum tentu
valid, maka perlu diadakan cross-check terhadap hasil wawancaranya dan perlu
konsistensi jawaban yang diberikan.
Pada dasarnya heteroanamnese tidak jauh berbeda dengan anamnese biasa.
Perbedaannya terletak orang atau individu yang di wawancarai atau individu yang
diminta data atau keterangannya, ialah keluarga atau orang terdekat dengan
kliennya dan yang bersangkutan mengetahui benar tentang data penyakit si klien
tersebut. Dalam pemeriksaan anamnese dokter meminta bantuan untuk dapat
mendatangkan keluarga atau temannya si klien yang benar-benar tahu tentang
keadaan si pasien. Hal ini diperlukan untuk kelengkapan data dan penegakan
diagnosis yang tepat dan benar. Heteroanamnese banyak digunakan pada pasien
anak-anak dan pasien gangguan jiwa.
Tahapan-tahapan dalam melakukan heteroanamnese, sama cara melakukan
anamnese biasa, yang perlu ditekankan identitas keduanya dicatat, bagaimana
hubungan antara pasien dengan sipemberi informasi, bagaimana kedekatannya
sehingga keterangan yang didapat betul-betul akurat.

III. ANAMNESIS KASUS SENSITIF


Anamnesis kasus sensitif meliputi anamnesis yang menyangkut informasi
yang berkaitan dengan hal-hal yang tabu, berkaitan dengan hubungan
organ seksual, pekerjaan yang memalukan, perbuatan-perbuatan yang
dilakukan klien melanggar agama atau melanggar kesusilaan, hal-hal yang
tidak umum dibicarakan sehingga dapat menurunkan martabat pribadinya,
sehingga pasien sangat enggan memberikan informasinya, walaupun
informasi tersebut sangat membantu dokter dalam menegakan diagnosisnya.
Dokter maupun pasien sering akan mendapat kesulitan dalam berkomunikasi,
dimana si pasien tidak mengemukakan semua keluhannya atau tanda-tanda
penyakit yang dideritanya, (pasien tidak berterus terang) dokter enggan untuk
menggali informasi lebih lanjut. Pasien dalam menjawab pertanyaan dokter
menggunakan bahasa isyarat yang tidak dapat di mengerti oleh dokter. Hal-hal
diatas akan dapat merugikan kedua belah pihak, dokter tidak mendapat informasi
yang lengkap, sehingga dalam memberi diagnosis tidak tetap, maka terapinya juga
tidak maksimal. Keadaan ini akan menimbulkan biaya pengobatan menjadi lebih
tinggi dan masa penyembuhan penyakit menjadi lebih lama.
Sejak pasien masuk keruang periksa dokter, seharusnya dokter sudah harus
mengetahui kemungkinan akan adanya hal-hal yang sangat sensitip dari si pasien

123
maupun dari pengantar pasien, baik sebagai orang tuanya yang mengantar
anaknya dengan retardasi mental, pasangan muda-mudi yang belum menikah,
sangsi-sangsi dalam mengutarakan keluhannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anamnesis pada kasus sensitif,
antara lain adalah,

- Identitas Penderita
Komunikasi antara dokter dengan pasien berlangsung sejak bertemu pertama
di kamar dokter, atau di bangsal, timbul sambung rasa awal sampai akhir
pelaksanaan anamnesis. Identitas yang diperlukan, meliputi : nama, umur, alamat
tempat tinggal, pekerjaan, nama keluarga, serta data pribadi lainnya misalnya
teman sekamar, teman sekantor, teman berkencan, cara memperoleh penghasilan
tambahan dan sebagainya. Dokter sudah harus siap dengan yang berkemungkinan
terhadap hal-hal yang sensitif, keengganan pasien mengungkapkan hal-hal yang
tabu, pasien menggunakan bahasa non verbal, ada rasa malu, berbicara lirih,
ataupun menggunakan istilah khusus. Hal ini menjadi lebih sensitif atau menjadi
lebih peka apabila menyangkut pertanyaan tentang organ kelamin, kemampaun
seksual/impotensi, pernah mengunjungi tempat prostitusi, pernah di rawat di
rumah sakit jiwa, pernah di penjara, pernah menggunakan narkoba, pernah
menggunakan jasa paranormal, penggunaan obat kuat untuk seksual dan
sebagainya.
Nama seseoang dapat menjelaskan tempat asalnya, keturunannya, pangkat
dan keturunannya, sehingga si pasien sering memberi nama samarannya dan
enggan memberikan nama lengkap serta pekerjaannya atau kedudukannya. Doker
harus berprasangka ada sesuatu yang disembunyikan pasiennya. Sering juga
pasien segan menyebutkan umur yang sebenarnya, terutama pada wanita yang
belum kawin ataupun kawin dini, minta hanya ditulis umur dewasa. Keadaan ini
juga menunjukkan sifat terbuka atau tertutup dari si pasien.
Alamat yang disembunyikan si pasien, berkaitan dengan desanya/kampungnya
terkenal kampung kambuh, kotor, banyak pemuda nakal dan sebagainya, tetapi
dapat sebaliknya, kampung muslim/perumahan elite yang bersangkutan merasa
malu atau kampungnya tercemar karena ulahnya. Si pasien memberi alamat lain
atau menyebutkan tinggal di sekitar atau seputar terminal. Informasi tentang
pekerjaan sering juga di sembunyikan, karena pekerjaannya kurang wajar,
misalnya mucikari, pekerja diskotik, wanita penghibur, lelaki penghibur,
pemulung dan sebagainya.
Status perkawinan pasien juga merupakan hal yang sensitif, misalnya kawin
sudah berkali-kali, status janda, duda, atau status pisah ranjang dan sebagainya
termasuk dalam hal yang sensitif.
Untuk mendapat yang konkrit, dokter punya sifat terbuka, mampu
berkomunikasi yang baik dan pasien tidak boleh dihakimi.

- Cara melakukan anamnese


Hambatan komunikasi, dokter sudah harus mampu mengetahui atau
mengidentifikasi sejak awal. Mengatasinya sejak terjalinnya sambung rasa,
terlihat adanya sikap malu-malu dari si pasien, sikap pasien yang berusaha untuk
menutupi informasi, pasien berbicara lirih atau sangsi-sangsi melihat kiri kiri
kanan seakan-akan rahasianya kurang terjamin karena kamar praktek dokter tidak

124
tertutup rapat, mungkin juga menggunakan istilah khusus untuk bagian badannya
yang tabu (organ kelamin). Hal-hal diatas memperlihatkan sebagai suatu isyarat
bahwa pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan hal-hal yang sensitif.
Kalau si dokter telah memutuskan menghadapi pasien dengan kasus sensitif,
maka dokter haruas mampu menyakinkan rahasia yang disampaikan pasien cukup
terjamin, ruang praktek juga terjamin kerahasiaannya. Dokter harus dapat
menunjukkan sikap formal sebagai dokter, berwibawa dan sopan. Dokter harus
serius dalam mendengar keluhan pasien, mampu memperhatikan bahasa non
verbal, bahasa ini dapat lebih jujur dalam menyuarakan isi hati. Dokter harus
mampu memberikan keyakinan pada pasien, data yang diberikan pasien betul-
betul untuk kelengkapan informasi medis, untuk lebih akuratnya diagnosis dan
pengobatannya yang diberikan dokter. Perhatikan pola pasien dalam
berkomunikasi, apakah suka berbicara terus terang, atau suka berbelit-belit dan
sebagainya. Kalau informasi tidak lengkap dokter harus melengkapi pada
kunjungannya yang berikutnya.
Dalam wawancara jangan dokter bertindak menebak informasi dari si kliennya,
biasanya pasien tidak merasa senang bila ditebak, biarkan pasien menjawab
dengan bebas. Gunakan pertanyaan terbuka, kecuali bila melakukan cross-check.
Penguasaan bahasa non verbal dari dokter sangat diperlukan yaitu membantu
dokter dalam menangkap semua informasi yang di sampaikan si pasien. Dokter
pria sangat sulit mendapat informasi dari pasien perempuan kalau menyangkut
informasi tentang kelainan yang menyangkut organ kelamin, juga sebaliknya
kalau dokter perempuan dengan pasien laki-laki. Dokter harus menyampaikan
pada pasiennya informasi dari si pasien sangat diperlukan untuk mampu
menegakkan diagnosa, pengobatan yang tepat, sehingga waktu pengobatan
menjadi lebih singkat.
Istilah-istilah diagnostik kedokteran, juga sering bermasalah, pasien anak yang
dibawa orang tuanya, malahan pasien orang dewasa juga tidak dapat menerima,
kalau di diagnosa sawan atau epilepsy. Orang tua barangkali mengatakan anaknya
kena penyakit santet atau kena guna-guna disetai kejang. Dokter tidak boleh
memvonis si pasien dengan sakit epilepsi atau ayan, tetapi jelaskan tentang
penyakit tersebut dapat diobati, tetapi harus kontrol dan makan obat yang teratur.
Dokter sebaiknya menjelaskan perjalanan penyakit tersebut dengan bahasa yang
di mengerti si pasien.
Istilah atau bahasa-bahasa yang sering dipakai masyarakat, dalam anamnese
keluhan sensitif harus di kuasai oleh dokter, misalnya penyakit TBC dikenal
dengan istilah flek paru, epilepsi dengan sawan/santet, gonorhoe dengan istilah
flek alat kelamin, retardasi mental dengan kurang tanggap atau kurang
perhatian. Istilah tersebut harus di mengerti si dokter, barangkali untuk menjaga
proses komunikasi yang baik dengan pasiennya, tetapi dokter harus mampu
menjelaskan pada kliennya tentang segala resiko dari penyakit tersebut, apalagi
kalau pengobatannya tidak benar karena dokter tidak mendapat informasi yang
benar dari si pasien.

- Penggalian riwayat penyakit dengan kasus sensitif


Usaha untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita pasien, terutama
penyakit-penyakit yang sensitif dan stressor, harus di anamnesis dengan hati-hati,
tidak mengganggu perasaan pasien. Penyakit yang masuk dalam kelompok ini

125
antara lain, anak retardasi mental, epilepsi, kasus-kasus depresi, penyakit kelamin,
gangguan seksual, deviasi seksual (lesbian, homoseksual), HIV/AIDS dan lain-
lain. Dokter sangat mengharapkan keterbukaan pasien sehingga ada kerelaan si
pasien dalam memberikan informasi. Dokter harus mampu menyakinkan pasien,
semua informasi untuk membantu menegakkan diagnostik penyakitnya, sehingga
pengobatan tetap sasaran, waktu penyembuhan/perawatan menjadi singkat,
semua informasinya adalah kerahasiaan pasien.

- Permohonan pemeriksaan bagian tubuh yang dianggap sensitif


Sebagai kelanjutan dari anamnese, dokter perlu memeriksa bagian tubuh
tertentu dari pasien yang merupakan daerah tubuh yang dianggap sangat sensitif
oleh si pasien, yang meliputi organ vital/kelamin, mammae, dubur dan
sebagainya. Dokter harus memberikan penjelasan yang tepat dan pasien harus
memberikan persetujuan sebelum tindakan dilaksanakan, beritahukan juga kadang
kala pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit, untuk itu si pasien diajak terus
berbicara ringan untuk mengalihkan perhatian si pasien

- Penyampaian diagnosis kasus sensitif


Dalam menginformasikan prognosis penyakit pada si pasien, barangkali
dapat menyinggung perasaan pasien, dokter seharusnya mengetahui tingkat
sensitivitas pasien dalam menerima diagnostik penyakitnya. Dokter harus mampu
menggunakan bahasa yang dipakai masyarakat tentang istilah penyakit tersebut.
Yang termasuk kelompok penyakit sensitif, antara lain retardasi mental,
epilepsi, gangguan jiwa, kelompok penyakit kelamin, TBC dll.

- Penyampaian informasi kasus sensitif


Dokter harus mampu berkomunikasi, memotivasi pasien dengan baik. Apabila
sudah terjalin sambung rasa yang mantap, biasanya pasien akan mampu menerima
dan mau melakukan dengan rela apa yang diminta dokter, untuk kesembuhan
penyakitnya. Ajak pasien mau berdiskusi tentang penyakit yang dideritanya,
dengan harapan pasien dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya.
Dengan pemberian informasi yang jelas serta tidak menyinggung perasaan dan
tidak mengganggu pola sentra si pasien diharapkan menimbulkan ketentraman
dalam keluarga si pasien. Hindari hal-hal yang dapat mencetuskan keributan
dalam keluarga atau pasangan suami isteri yang berkaiatan dengan terinfeksinya
salah seorang dari mereka dengan infeksi penyakit kelamin, misalnya terkena
infeksi gonorhoea, jelaskan bagaimana kemungkinan terifeksinya dan karena
adanya perselingkuhan. Kasus anak dengan retardasi mental, penyakit ini bukan
karena faktor keturunan saja, tetapi juga dapat disebabkan faktor eksternal diluar
kemampuan suami-isteri, juga dapat terjadi karena proses pertumbuhan janin
dalam kandungan. Konselor (dokter) harus mempunyai sifat kepekaan dalam
menerima dan memberi informasi dan penjelasan yang baik pada kasus-kasus
sensitif.

126
Referensi

Adams, (1995) Diagnosis Fisik, Jakarta, EGC


Alo Leliweri, (1997) Komunikasi Antarpribadi, Bandung, Citra Aditya Bakti
Delp & Manning (1996) Diagnosis Fisik, Jakarta, EGC
Gerungan, WA (1994) Psikologi Sosial, Bandung, Eresco
M.Jusuf Hanafiah & Amri Amir (1999), Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan,
Jakarta, EGC
Parsons, RD (1994) Counseling Strategies And Intervention Techniques For The
Human Services, Boston. Allyn and Bacon

127
CHECKLIST: ANAMNESIS KASUS SENSITIF
Skor
No Aspek yang dinilai 0 1 2
I Aspek keterampilan komunikasi :
1. Membina sambung rasa
- Memperlihatkan sikap menerima
- Mempersilahkan duduk
- Menyebutkan nama pasien pada awal anamnesis
2. Keterampilan mengumpulkan informasi :
- Melakukan cross check
- Menggunakan bahasa verbal yang dipahami dan non
verbal
- Mengajukan pertanyaan yang tepat
- Mampu mencatat/mengutarakan kembali secara
sistematis & benar
3. Keterampilan menjaga proses anamnesis :
- Menjadi pendengar yang baik
- Penampilan baik, ramah, berwibawa
4. Keterampilan menggali dan mendiskusikan hal yang
sensitif :
- Menunjukkan empati
- Menjelaskan kepentingan penggalian data yang sensitif

- Meyakinkan kerahasiaan data tersebut


- Memberikan informasi dengan bahasa yang mudah
dipahami terhadap hal-hal yang bersifat sensitif

128
II Aspek keterampilan menggali informasi :
5. Menanyakan identitas :
- Menanyakan nama, umur
- Menanyakan alamat dan pekerjaan
6. Menanyakan keluhan utama
7. Menggali riwayat penyakit sekarang :
- Kapan mulai
- Frekuensi
- Sifat
- Lama diderita
- Letaknya
- Penyebaran
- Akibatnya
- Pengobatannya
8. Menggali riwayat penyakit dahulu
- Ada/tidaknya penyakit sebelumnya, khususnya
berkaitan dengan keluhan
- Penyakit lain yang pernah diderita
9. Menggali penyakit keluarga dan lingkungan
- Menanyakan apakah ada anggota keluarga/tetangga
yang sakit serupa
10. Melakukan anamnesis sistem
- Keluhan sistem yang berkaitan dengan keluhan utama
- Sistem lain yang ada
Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../58 x 100% = %

Banda Aceh,……………2019

Observer

129
5. IV LINE
Bagian Anastesi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan infus intravena dengan baik dan
dengan langkah-langkah yang benar

Pendahuluan
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Gambar 1. Pemasangan infus intravena

Secara umum, keadaan-keadaan yang memerlukan pemberian cairan infus adalah:


 Perdarahan dalam jumlah banyak (oleh trauma yang mengenai organ yang
sangat vaskular dalam perut, perdarahan berat dalam rongga dada, perdarahan
berat retroperitoneal, fraktur panggul, fraktur femur bilateral, dan ruptur aorta)
 Kehilangan cairan tubuh bukan darah dalam jumlah yang ba-nyak (oleh heat
stroke, diare dan demam yang berat dan luka baker yang luas) yang
mengakibatkan dehidrasi
 Semua keadaan yang menyebabkan penderita tidak dapat atau tidak
diperbolehkan intake peroral.

Kontraindikasi pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena:


 Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).
 Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
 Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah
 Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus membus pembuluh darah.
 Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat

130
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
 Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

1. Persiapan obat-obatan
a. Cairan Infus
 Elektrolit : NaCl 0,9%, ringer laktat, ringer asetat, dextrose 5%, dll
 Koloid, dll
b. Desinfektan ( alkohol 70% / povidone iodine 10%)

2. Persiapan alat-alat
a. Sarung tangan
b. Blood/Infusion set
b. Wing Needle/Surflow(cathether infusion)
c. Adhesive tape
d. Spuit
e. Elastic Bandage
f. Tiang Infus
3. Persiapan pasien
Inform Consent
4. Cara pemasangan infus intravena
a. Siapkan jalur intravena
b. Pasang cairan infus dan jalurnya (infusion set), dan letakkan pada tiang infus.
Kosongkan udara dalam jalur.

(A) (B)
Gambar2.(A) Lokasi pemasangan infus intravena, (B) Pemasangan cairan infus
dan jalurnya (infusion set), yang diletakkan pada tiang infuse
c. Penolong memakai sarung tangan
d. Disinfeksi lokasi pemasangan dengan povidone iodine dan atau alcohol

131
Gambar 3. Desinfeksi lokasi pemasangan dengan povidone iodine dan alkohol dan
membendung vena dengan bantuan penolong lainnya.

e. Bendung vena dengan elastic bandage atau dengan bantuan penolong lainnya
f. Tusuk wing needle/surflow dengan perlahan pada kulit yang diregangkan ke
arah jantung dengan buffle menghadap ke superior

Gambar 4. Menusuk surflow dengan perlahan pada kulit yang diregangkan ke


arah jantung
g. Bila tampak darah vena mengalir keluar :
 Bila memakai wing needle langsung sambungkan ke jalur intravena yang
sudah disiapkan.
 Bila memakai surflow tarik jarum perlahan sambil kateter dimasukkan.
Kemudian sambungkan dengan jalur intravena yang sudah disiapkan.
 Catatan : jangan sampai ada emboli udara yang masuk
h. Fiksasi dengan baik dan benar

5. Evaluasi
a. Bila terjadi ekstravasasi di lokasi tusukan segera lepaskan jarum/surflow dan
ulangi di tempat lain/ke arah proksimal
b. Bila darah vena mengalir ke dalam jalur intravena line berarti ada tekanan
yang tinggi pada vena, maka tinggikan botol infus
c. Hitung dengan benar kecepatan pemberian cairan yang diperlukan.

132
CHECKLIST : IV LINE
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1 Persiapan
• Pasien : inform consent, lokasi pemasangan
• Alat-alat dan bahan
Pasang cairan infus dan jalurnya (infusion set), dan
2
letakkan pada tiang infus. Kosongkan udara pada jalur
3 Penolong memakai sarung tangan
Desinfeksi lokasi pemasangan dengan povidone iodine
4
dan atau alkohol
Bendung vena dengan elastic bandage atau dengan
5
bantuan penolong lainnya
Tusuk wing needle/surflow dengan perlahan pada kulit
6 yang diregangkan ke arah jantung dengan buffle
menghadap ke superior
7 Bila tampak darah vena mengalir keluar :
 Bila memakai wing needle tunggu sampai selang
wing needle terisi penuh dengan darah lalu
sambungkan kejalur intravena yang sudah disiapkan
 Bila memakai surflow tarik jarum perlahan sambil
kateter dimasukkan, kemudian sambungkan dengan
jalur intravena yang sudah disiapkan
8 Fiksasi dengan baik dan benar
9 Evaluasi :
 Bila terjadi ekstravasasi cairan di lokasi tusukan
segera lepaskan jarum/surflow dan ulangi di tempat
lain/ke arah proksimal.
Keterangan : 0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../22 x 100% = %

Banda Aceh,……………2019

Observer

133
BAB III
DEWASA DAN MASA TUA

134
1. PEMERIKSAAN FOTO THORAK
Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpR
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
 Mahasiswa mampu membaca foto rontgen toraks PA normal
 Mahasiswa mengerti teknik pembuatan foto rontgen khususnya foto toraks PA
dan Lateral

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai:
 Anatomi Paru
 Fisiologi Paru

Pendahuluan
Suatu penilaian yang tepat dan teliti terhadap foto toraks memerlukan
pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi normal toraks. Dalam keadaan
normal pun anatomi seseorang itu mungkin sangat berbeda satu dengan yang
lainnya, sedangkan batas-batas antara yang sehat dan sakit kadang sangat samar.
Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui apa yang sakit, terlebih dahulu perlu
dimiliki pengetahuan-pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk dalam
batas-batas normal.

Toraks Orang Dewasa


Foto torakas pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang toraks
termasuk tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, klavikula, skapula, dan
jaringan lunak dinding toraks.
Toraks terbagi dua oleh mediastinum. Di sebelah kiri dan kanan
mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara, yang relatif radiolusen (hitam)
bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding toraks dan bagian atas abdomen
relatif radio-opak (putih).

Tulang-tulang Toraks
Walaupun pemeriksaan roentgenologik dada terutama dimaksudkan untuk
menyelidiki organ intratorakal seperti jantung dan paru-paru, namun semua
tulang-tulang kerangka toraks juga dapat dilihat dengan jelas, sehingga dapat pula
diketahui bila terdapat kelainan pada tulang-tulang tersebut. Tulang-tulang ini
termasuk : kedua tulang skapula, klavikula, sternum, vertebra servikal & torakal,
dan iga-iga.
Bentuk toraks mempunyai variasi yang sangat luas pada keadaan normal dan
bergantung pada umur dan habitus seseorang. Sternum biasanya tidak dapat
dilihat jelas pada foto PA (posteroanterior), karena adanya superposisi dengan
veretebra torakal, tetapi bagian pinggir manubrium sering dapat dilihat dengan
baik. Untuk melihat sternum, lebih baik dibuat foto lateral dan foto dengan teknik
khusus dari belakang agak miring kedepan tengah.

135
Iga-iga yang terletak sebelah anterior lebih tinggi disebelah lateral daripada
disebelah medial, sehingga iga-iga kiri-kanan yang sama nomornya kira-kira
membentuk huruf “V” Sedangkan iga yang terletak disebelah posterior, sebelah
medial lebih tinggi daripada sebelah lateral, sehingga iga-iga yang sama
nomornya membentuk huruf “A” Bagian-bagian iga yang terletak paling anterior
dan berhubungan dengan sternum pada orang muda masih merupakan tulang
rawan (kartilago), sehingga tidak terlihat pada foto rontgen. Dengan makin
meningkatnya umur dan pada keadaan-keadaan tertentu, sebagian kartilago akan
mengapur, mengakibatkan bayangan-bayangan dengan densitas tinggi, berbintik
secara tidak teratur.
Sela-sela interkostal diberi angka menurut iga disebelah atasnya. Iga-iga yang
terletak dibawah diaragma tidak terlihat jelas, karena tingginya densitas organ
abdomen.
Kedua skapula sering menyebabkan superposisi pada dinding toraks bagian
atas sehingga margo vertebralis dan margo inferiornya menutup bagian lateral
paru-paru bagian atas. Superposisi ini dapat dihindarkan dengan mengadakan
endorotasi maksimal dipersendian bahu pada waktu foto dibuat.
Pada foto yang dibuat untuk menyelidiki paru, sebagian besar vertebra
torakal tidak dapat dilihat satu persatu karena tertutup oleh bayangan mediastinum
yang sangat radio-opak. Untuk dapat melihat semua vertebra torakal dengan jelas,
perlu dibuat foto yang keras dengan daya tembus yang lebih tinggi, misal pada
skoliosis.

Jaringan-jaringan lunak
Jaringan lunak dinding toraks, baik yang terletak di sebelah depan maupun
dibelakang, mungkin merupakan bayangan luas yang menyelubungi isi toraks,
dan yang terpenting adalah payudara wanita. Bagian-bagian tubuh ini
menyebabkan bayangan-bayangan yang suram, yang luas dan letaknya bergantung
pada besarnya.
Pada laki-laki, khususnya yang berbadan tegap, muskulus pektoralis mayor
mengakibatkan bayangan suram kira-kira dibagian tengah toraks, dimana kiri dan
kanan sering tidak sama besarnya.
Bayangan muskulus sternokleidomastoideus mungkin jelas sekali kelihatan
membujur dari leher diluar toraks sampai ke manubrium sterni; bagian paru yang
tidak tertutup oleh bayangan ini kelihatan amat jelas, radiolusen.
Bayangan lunak lainnya yang mungkin terlihat : papila mammae, tumor
dinding toraks, benjolan dalam kulit seperti neurofibromatosis, dan corpora
aliena ; rambut wanita yang menyebabkan superposisi atas paru-paru (sering
disalah artikan sebagai sarang tuberkulosis).

Bagian Intratorakal
Rongga toraks diisi oleh bangunan-bangunan yang densitasnya satu sama lain
sangat berbeda, yaitu densitas yang tinggi dari jaringan lunak terhadap densitas
yang rendah dari udara, sehingga mudah dilihat. Disebelah bawah rongga toraks
dibatasi oleh kedua diafragma; di bagian tengahnya tampak bayangan padat yang
disebabkan oleh mediastinum, jantung, pembuluh-pembuluh darah besar, apeks
paru, trakea dan bronki yang besar. Sebelah kiri dan kanan bayangan padat
tersebut terdapat paru-paru yang berisi udara; bayangannya disebabkan oleh

136
bangunan-bangunan vaskular, limfatik, bronkial dan endotelial, dikelilingi oleh
udara.
Penelitian yang seksama terhadap suatu foto rontgen toraks memerlukan
pengetahuan yang mendalam tentang anatomi dan histologi paru. Dibagian tengah
terlihat bayangan hilus paru, yang kiri terletak sedikit lebih tinggi daripada yang
kanan. Bayangan hilus ini terutama dibentuk oleh arteri pulmonalis, tetapi secara
anatomis juga terdiri atas vena pulmonalis, bronki besar dan kelenjar limfe hilus
atau peribronkial. Dari akar ini tampak memancar ke segala jurusan diperifer
bayangan-bayangan linier, yang lumennya semakin sempit bila semakin jauh dari
hilus serta semakin dekat ke perifer. Bayangan seperti garis ini terutama dibentuk
oleh arteri pulmonalis, disamping dibentuk pula oleh vena pulmonalis, jaringan
dinding-dinding bronki dan saluran-saluran limfe. Bayangan tersebut sangat jelas
dan menonjol di daerah parakardial kanan dan disebabkan oleh beberapa vena
pulmonalis yang besar. Bayangan suram, yang luas dan letaknya bergantung pada
besarnya. Bayangan juga jelas kelihatan di kedua belah mediastinum, daerah
suprahiler, membujur sampai ke puncak paru-paru. Kadang-kadang pembuluh
darah ini kelihatan sebagai bayangan bundar, homogen, agak dens, yaitu bila
pembuluh darah tersebut kelihatan ortograd, karena panjangnya kolom darah
yang dilalui oleh sinar. Sebaliknya bila bronkus yang letaknya ortograd, maka
akan kelihatan juga bayangan bundar, tapi tidak homogen, dengan pusat yang
berwarna hitam terang yang disebabkan oleh udara yang terkandung didalamnya.

Indikasi Foto Toraks


PA
 Foto toraks sering dilakukan untuk pemeriksaan foto rutin
 Screening TB oleh karena kejadian TB di Indonesia masih tinggi
 Screening pra operasi pada pasien bagian bedah
Lateral
 Indikasi rutin
 melihat kelainan mediastinum
 melihat kelainan yang tidak jelas pada posisi PA
 mencari diagnosis yang masih belum tampak pada posisi PA
 Pemotretan jantung
AP
 Penderita sakit berat, anak kecil dan bayi
 Pada orang yang gemuk/bagian ventral toraks tidak dapat menempel pada
film
 Melihat bayangan yang pada posisi PA mengadakan superposisi dengan
organ lain

Top Lordotik
 Melihat kelainan pada puncak paru dan melihat lobus medius paru
Oblique
 Melihat kelainan yang pada pemotretan posisi PA/lateral masih belum
jelas

137
Lateral Dekubitus
 Melihat cairan dalam cavum pleura yang sedikit jumlahnya, kurang dari
100-200 cc, atau pada posisi PA belum dapat ditentukan adanya cairan
dalam cavum pleura.

PROYEKSI STANDAR:
- Foto Thorax PA
- Foto Thorax Lateral

FOTO THORAX PA
Proyeksi Postero-Anterior (PA) sebagai proyeksi standar yang rutin
dilakukan.
Pasien dalam posisi tegak (erect) dengan dinding anterior dada menempel pada
kaset filem, scapula dirotasikan keluar (supaya tidak overlapping dengan lapangan
paru) dengan cara melipat lengan dan tangan menumpu pada pinggang.

Arah sinar-X dari posterior ke anterior.


Untuk menghindari pembesaran gambar (magnifikasi), atur jarak tabung
sinar-X dengan pasien sejauh 102 cm (40 inc) – 180 cm (72 inc). Beri aba-aba
kepada pasien untuk menarik napas (inspirasi maksimal) kemudian tahan nafas.
Lakukan ekspose.
Film yang telah diekspose telah memiliki bayangan laten. Selanjutnya
diproses di kama gelap (dicuci) yang dapat dilakukan secara manual atau secara
otomatis.
Teknik pencucian secara manual :
 Film dicelupkan ke dalam larutan developer beberapa saat
 kemudian dibilas dengan air
 lalu masukkan ke dalam larutan fixer
 bilas kembali dengan air
 keringkan.
Setelah proses dikamar gelap, dokter ahli radiologi akan melakukan
ekspertise.*

FOTO THORAX LATERAL


Proyeksi lateral diperlukan untuk menambah informasi tentang lokasi, ukuran
dan morfologi atau bentuk terhadap suatu lesi (kelainan) yang tampak pada
proyeksi PA.
Apabila klinisi tidak menuliskan posisi lateral mana yang diminta, maka foto
dibuat dalam posisi lateral kiri. Prinsipnya adalah objek (organ) yang letaknya
mendekati filem akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Pemeriksaan foto
thorax selain untuk menilai paru juga menilai jantung dan sebagian besar jantung
letaknya lebih kearah kiri.
Foto dibuat dalam keadaan tegak (erect), jarak tabung sinar-X ke objek
(pasien) 1,02 s/d 1,8 meter, inspirasi maksimal, arah sinar-X dari lateral kanan
menuju ke kiri pasien, dinding thorax lateral kiri menempel kaset filem.
Ekspertise : laporan tertulis yang dibuat oleh ahli radiologi terhadap keadaan foto
/ pemeriksaan radiologi yang memuat deskripsi kelainan-kelainan yang ada,
kemudian disimpulkan (diagnosa)

138
Teknik Pengambilan Foto Thoraks

PA

LATERAL

METODE INVESTIGASI DAN INTERPRETASI DARI FOTO THORAX

Berbagai metode pemeriksaan radiologi thorax dapat dilakukan seperti pada tabel
berikut ini:

139
INTERPRETASI DARI FOTO THORAX

Analisa yang tepat dari foto


thorax seperti tercantum
dalam tabel berikut ini:

Langkah-Langkah Membaca Foto Toraks (PA)


Membaca foto mulai dari jaringan lunak dipinggir kemudian skeletal 
apakah ada kelainan (cara internasional) atau dari tengah ke pinggir (cara RSHS).

140
DATA UMUM
Teliti nama, usia, jenis kelamin dan tanggal pemeriksaan. Hal ini sangat
penting karena beberapa penyakit sangat berhubungan dengan data-data ini.
Perhatikan keterangan klinis, karena sangat menentukan interpretasi dari foto
thorax.

DATA TEKNIS
1. Perhatikan marker L dan R yang menunjukkan sisi kiri atau kanan pasien. Ini
sangat penting pada keadaan kelainan jantung bawaan.
2. Apakah foto sudah simetris? Ujung medial clavicula harus sama jaraknya
dengan garis tengah (midline). Rotasi pasien menyebabkan distorsi bayangan
mediastinum.

141
3. Apakah faktor ekspos yang diberikan sudah tepat? Overexposed menyebabkan
kehitaman filem dan underexposed menyebabkan bayangan overlapping
struktur.
Kondisi suatu foto thorax dikatakan baik apabila corpus vertebra thoracal
hanya terlihat jelas sampai T4 – T5, sebelum percabangan trachea. Vertebra
thoracal VI (T6) kebawah terlihat samar.
4. Apakah foto sudah dibuat dalam keadaan inspirasi penuh? Midpoint
hemidiafragma kanan harus berada diantara ujung anterior costa 5 dan 7.
Foto yang dibuat dalam keadaan ekspirasi menyebabkan interpretasi yang
keliru terhadap Cardiomegali dan abnormalitas bayangan basal paru

BAGIAN-BAGIAN FOTO THORAKS YANG HARUS DIPERHATIKAN :


1. Trakea, harus terlihat (luscen berarti berisi udara) dan harus ditengah. Lihatlah
apakah ada pendorongan trakea. Bifurcatio trakea (carina) normal < 90°, bila
> 90° berarti atrium terangkat.
2. Bandingkan ICS kiri dan kanan : harus sejajar, apakah ada penyempitan.
Adanya desakan atau tarikan, dapat dicurigai adanya suatu proses patologis.
3. Jantung : perhatikan besar, bentuk dan posisi jantung. Ada tidaknya
pembesaran jantung dapat ditentukan dengan rumus :
CTR (Cardio-Thoracis Ratio) = x 100%
Keterangan :A : bagian terlebar dari jantung kanan ke garis tengah
B : bagian terlebar dari jantung kiri ke garis tengah
C : lebar toraks terlebar

Bila CTR > 50% : Kardiomegali

Pembesaran jantung
a. Atrium kiri: pinggang jantung menghilang terlihat pada posisi PA disisi
kanan dan double contour (bayangan ganda) pada sisi kiri jantung.
b. Atrium kanan: batas jantung lebih dari sepertiga clavicula dextra
c. Ventrikel kiri: apeks tertanam pada diafragma
d. Ventrikel kanan: apeks terangkat dan membulat diatas diafragma.
Jantung tear drops : jantung mengantung, ukuran (CTR) kecil, misal pada
emfisema paru.

142
4. Aorta : apakah melebar/tidak, apakah ada kalsifikasi dindingnya (bayangan
lebih radio-opak), diameter normal aorta 4 cm, dilatasi aorta: jika diameter
aorta > 4 cm, elongatio aorta: jika jarak antara puncak arcus aorta dengan
ujung medial clavicula < 1 cm. Bagian atas kanan jantung ditempati oleh
aorta, kalsifikasi aorta : bayangan radioopak sejajar permukaan aorta.
5. Menilai ke 2 sinus costophrenicus (bentuk sinus normal: tajam. Adanya efusi
pleura: sinus akan tampak tumpul. Pada superposisi mammae, gambaran sinus
dapat tertutup) dan ke 2 sinus cardiophrenicus (bentuk sinus normal : tajam.
Jika sinus cardiophrenivus tertutup perselubungan, biasanya disebabkan
karena adanya bantalan lemak pericardial atau superposisi mammae)
6. Diafragma, normal diafragma kanan lebih tinggi dari kiri. Perbedaannya 4 cm.
Bila > 4 cm: abnormal. Bentuk diafragma :
 Diafragma scalloping (berlobus-lobus)
 Diafragma bulging
 Diafragma tenting
Scalloping dan bulging bisa variasi normal atau patologi. Bila tidak normal :
pada fibrosis dan atelektasis.
Letak diafragma meninggi : hepatomegali, asites, paralisis N. Phrenicus
7. Pulmo : terdiri dari udara yang merupakan kontras negatif akan terlihat
sebagai bayangan radiolusen yang berwarna hitam. Bandingkan paru kiri dan
kanan.
Batas paru normal :
 Apex : puncak paru (atas costae) sampai clavicula (batas bawah)
 Atas : clavicula sampai costa II depan
 Tengah : costae II-IV
 Bawah : costae IV-diafragma

Hillus :
 Pada hillus terdapat : pembuluh darah, bronkus dan lymph
 KGB : putih besar, kadang bulat
 Pembuluh darah : arteri pulmonalis akan terlihat, vena pulmonalis
biasanya tidak tampak, bronkus akan tampak berwarna hitam (radiolusen)
dan bulat jika terpotong melintang.
 Normal hillus paru kiri lebih tinggi dari kanan (beda 1 kosta). Biasanya
berukuran 1,5 cm.
 Hillus melebar (bila diameternya lebih dari diameter trakea). Pada
hipertensi pulmonal : arteri melebar. Istilah kranialisasi : vena-vena yang
melebar dari hilus menuju ke apex (kranial) pada fase awal edema paru.
 Hillus kabur (tidak terlihat) : pada edema paru lanjut.
 Cuffing sign : bronkus yang terpotong tangensial, biasanya khas pada
bronkitis. Dindingnya irreguler dengan warna luscen.

Corakan Paru = corakan bronkhovasvular


 Corakan yang dibentuk oleh bayangan dinding bronkus/cabang-cabangnya
dan vaskuler yang menyebar dari hillus, makin ke lateral makin kabur.
Corakan paru bertambah bila >2/3 dari lebar paru pada paru kanan, dan >
1/3 dari lebar paru pada paru kiri.

143
8. Scapula, sanggul wanita, logam-logam yang berada dalam kantong baju dsb,
tidak boleh superimposed sehingga mengganggu interpretasi.
Baca Foto Lateral

Gambaran yang dilihat :


 Bayangan trakea dan cabang bronkus utama
 Bayangan jantung, ventrikel kanan di depan, ventrikel kiri di belakang, arcus
aorta dan aorta ascenden
 Paru, lihat corakannya
 Retrosternal space, retrocardiac space, dan mediastinum
 Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus (normal atau tumpul)

144
DAFTAR PUSTAKA

Sutton D, 1995. Textbook of Clinical Imaging, edisi ke 2. Mosby-Year Book,


Inc. St Louis Missouri.
Meschan I, 1985. Diagnostic Imaging, edisi ke 2. WB Saunders Co. Philadelphia.
Bagian Radiologi FKUI, 1987, Radiologi Diagnostik, FKUI . Jakarta.
Sudarmo SP, 1984, Pemeriksaan Kelainan-Kelainan Kardio Vaskular dengan
Radiografi Polos, UI Press, Jakarta.
Bontrager KL, 1993, Text Book of Radiographic Positioing and Related
Anatomy, Mosby Year Book. Philadelphia.
University of Florida, Anatomic Terminology : Planes of Action
http://medinfo.ufl.edu/year1/rad6190/planes_section.shtml Last Updated:
Aug 21, 2006, © 2006

145
CHECKLIST : PEMERIKSAAN FOTO THORAK
No Aspek yang Dinilai Skor
I Data umum, teliti: 0 1 2
1. Nama
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Tanggal pemeriksaan
II Data teknis, mencakup:
1. Memperhatikan marker L dan R yang menunjukkan sisi
kiri atau kanan pasien
2. Memperhatikan kesimetrisan foto : ujung medial
clavicula harus sama jaraknya dengan garis tengah
(midline)
3. Memperhatikan ketepatan faktor ekspos : corpus
vertebra thoracal hanya terlihat jelas sampai T4-T5
(sebelum percabangan trachea). Vertebra thoracal VI
(T6) ke bawah terlihat samar.
4. Memperhatikan apakah foto sudah dibuat dalam
keadaan inspirasi penuh ? (Midpoint hemidiafragma
kanan harus berada diantara ujung anterior costa 5 dan
7)
5. Scapula terlempar keluar (tidak overlapping dengan
jaringan paru).
III Memperhatikan bagian foto
1. Memperhatikan keadaan tulang (scapula, clavicula,
vertebra, costae): deformitas, destruksi
2. Memperhatikan gambaran jaringan lunak (soft tissue) :
pembengkakan (swelling), udara
3. Memperhatikan trakea : harus terlihat dan harus
ditengah
4. Memperhatikan ICS kiri dan kanan : sejajar/tidak,
apakah ada penyempitan atau pelebaran.
5. Memperhatikan jantung : perhatikan besar (hitung
CTR), bentuk dan posisi jantung.
6. Memperhatikan Aorta : apakah melebar/tidak,
memanjang/tidak, apakah ada kalsifikasi (bayangan
opak)
7. Memperhatikan :
- sinus costophrenicus : tajam/tumpul
- sinus cardiophrenicus : tajam/tumpul
8. Memperhatikan Diafragma ; bentuk dan letak
9. Memperhatikan pulmo : gambaran pulmo radio lusen/
radioopak (bandingkan kiri-kanan), batas paru,
gambaran hillus, corakan bronkovaskular
IV Menyimpulkan hasil : normal/ada kelainan

146
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilkukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan keterampilan : skor tota/40 x 100% = %

Banda aceh, 2019

Observer

147
2. PEMBACAAN FOTO POLOS ABDOMEN
Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpR
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu menganalisa hasil foto plain foto BNO dengan baik dan benar.

Pendahuluan
Radiologi yang khusus mempelajari traktus urinarius dengan berbagai teknik
imaging baik menggunakan sinar x, frekuensi radio dalam medan magnet,
radioisotop, gelombang suara maupun gelombang elektromagnetik lainnya dalam
usaha menampilkan citra atau image dari tractus urinarius tersebut.
Masing-masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
pencitraan atau pembangkitan image (gambar) dari saluran kemih.
Modalitas radiologi untuk traktus urinarius antara lain adalah :

1. Foto Polos Abdomen


2. Intravenus Pyelography (IVP)
3. Antegrade Pyelography (APG)
4. Retrogade Pyelography (RPG)
5. Urethography
6. Cystography
7. Caversonography
8. Ultrasonography (USG)
9. Computed Tomography Scanning (CT Scan)
10. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
11. Kedokteran Nuklir (Renogram)
12. Angiography.

1. FOTO POLOS ABDOMEN


Foto abdomen yang dibuat tanpa pemberian bahan kontras. Nama lain dari foto
ini adalah :
1. BNO (Buik Nier Overzicht)
2. BOF ( Buik Overzicht Film)
3. KUB ( Kidney Ureter Bladder)
4. Foto Iktisar Rongga Perut
5. Plain Photo Abdomen.
Foto akan memberikan hasil yang optimal apabila penderita dipersiapkan
terlebih dahulu supaya foto bersih, bebas dari fecal material dan udara yang
banyak didalam usus yang akan menggangu interpretasi hasil. Pada keadaan
tertentu, foto dibuat tanpa persiapan dari penderita dengan konskwensi beberapa
kelainan mungkin tidak terlihat pada film.

148
Persiapan Penderita
 Prinsipnya adalah usus harus bersih, bebas dari fecal mass dan udara yang
banyak.
 Dua hari sebelum pemeriksaan, penderita makan bubur kecap.
 Satu malam sebelum foto, diberikan Laxatian (obat pencahar) seperti: garam
inggris atau magnesium Sulphat (MgSo4) 25-30 gram; tablet Dulcolax 2-4
tablet atau dapat pula Castor olie 30cc.
 Setelah minum Laxan (kurang lebih pada jam 21.00), maka penderita sudah
tidak boleh makan apa-apa lagi dan hanya boleh minum sedikit saja sampai
selesai pemeriksaan besok pagi.
 Pagi hari sebelum dilakukan pemeriksaan, dapat pula dilakukan
Clysma/lavement jika masih ada keraguaan terhadap kebersihan usus
 Cegah aerophagi dengan cara penderita diminta tidak banyak bicara/ketawa
dan tidak boleh merokok.
 Kemudian dibuat foto polos abdomen, proyeksi AP, hasilnya diinterpretasi.

Evaluasi Foto Polos Abdomen


- Identitas penderita: nama, umur, jenis kelamin dan tanggal pemeriksaan harus
ada.
- Data teknis : marker R atau L harus ada, seluruh lapangan abdomen tampak
pada film (batas bawah film: harus tampak petrmukaan atas simphisis pubis,
batas atas film: harus tampak permukaan atas ginjal,batas lateral film:
bayangan abdomen tidak terpotong).
- Tidak ada rotasi: Columna vertebralis harus ditengah film dengan pressus
spinosus ditengah vertebra, Pelvis dan iliac wing kanan/kiri tampak simetris.
- Evaluasi bagian-bagian foto:
- Gambaran udara usus
a. Jumlahnya: tidak meningkat. Pada abdomen yang normal, maka bayangan
udara hanya terlihat pada fudus ventriculi (gaster), bulbus duodeni dan colon.
Pada usus halus tidak boleh ada bayangan udara, kecuali pada anak-anak
(sebab selalu menelan udara), orang tua lanjut usia (>60 tahun), tetapi juga
tidak boleh berlebihan. Bila telihat banyak bayangan udara didalam colon
atau usus halus, tetapi belum tampak gambaran air fluid level (tanda-tanda
ileus), hanya berupa suatu distended abdomen, maka keadaan ini disebut
meteorismus atau sub-ileus.
b. Distribusinya: sesuai dengan topografi/letak bagian bagian usus/kolon.
Bayangan udara kolon tampak seperti bingkai foto (Frame like appearance)
segi empat sesuai letak anatomi colon, sedangkan bayangan udara usus halus
terdistribusi di bagian tengah abdomen.
- Hepar dan Lien
Membesar atau tidak
- Garis Psoas ( psoas line atau psoas shadow).
Harus jelas dan simetris, mulai dari setinggi V T. 12 dan berakhir pada
crista iliaca, jika bayangan psoas menghilang, petanda ada suatu proses
pada abdomen.

149
- Ginjal
a. Countournya : rata
b. Ukurannya : kurang lebih 3- 3 ½ vetebra, kanan
relatif lebih kecil dari kiri
c. Letaknya : kanan lebih rendah dari kiri
d. Aksisnya : sejajar dengan psoas shadow
- Daerah vesica urinaria/ simphisis.
Bayangan urine didalam vesica urinaria tampak lebih radio-opak dan jika
urine sangat penuh akan memberikan gambaran ground glass appearance
(seperti kaca tembus pandang tapi tidak jelas).
- Bayangan kalsifikasi atau batu
Jika ada bayangan kalsifikasi/batu, sebutkan jumlahnya, bentuknya,
ukurannya dan lokasinya.
Ada 3 tempat yang sering tersangkut batu ureter:
a. UPJ (uretero-pelvic junction)
b. Persilangan ureter dengan vasa iliaca
c. UVJ (uretero-vesical junction)
- Pre- peritoneal fat line
Harus terlihat, berupa gasis radioluscent pada dinding abdomen lateral
kanan dan kiri yang makin kebawah makin menebal.
- Vertebrae.
a. Corpus vetebra : bentuknya, ada tidak osteofite, ostelitic atau
osteoblastic proses.
b. Pedicle : harus tampak, bila menghilang: tanda metastasis
tumor ganas ketulang belakang.
c. Diskus intervertebralis: harus sama jaraknya.
- Diafragma (jika terlihat)
Diafragma kanan letaknya lebih tinggi dari diafragma kiri.

Gambar 1. Foto Polos Abdomen

150
CHECKLIST : PEMBACAAN FOTO POLOS ABDOMEN
Skor
Aspek yang Dinilai
No 0 1 2
1. Persiapan penderita
2. Evaluasi teknis
a. Data teknis : marker R atau L harus ada, seluruh
lapangan abdomen tampak pada filem (batas bawah
filem: harus tampak permukaan atas symphysis pubis,
batas atas filem: harus tampak permukaan atas ginjal,
batas lateral filem: bayangan abdomen tidak
terpotong)
b. Tidak ada rotasi : Columna vertebralis harus ditengah
filem dengan processus spinosus di tengah vertebra,
pelvis dan iliac wing kanan/kiri tampat simetris
3. Evaluasi bagian-bagian foto:
a. Gambaran udara usus : jumlah, distribusi
b. Hepar dan Lien : membesar atau tidak
c. Garis Psoas (psoas line atau psoas shadow) : harus
jelas dan simetris, mulai dari setinggi V T.12 dan
berakhir pada os ilium, jika bayangan psoas
menghilang, pertanda ada suatu proses abnormal
d. Ginjal : kontur, ukuran, letak, aksis
e. Daerah vesica urinaria/symphysis
f. Bayangan kalsifikasi atau batu, jika ada: jumlah,
bentuk, ukuran, lokasi
g. Pre-peritoneal fat line : terlihat garis radioluscent
dinding abdomen lateral kiri-kanan, makin ke bawah
makin tebal
h. Vertebrae : corpus vertebra, pedicle, discus
intervertebralis
i. Diafragma (jika terlihat) : bentuk, letak
4. Menyimpulkan hasil pembacaan foto

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan: Skor total ......../28 x 100% = %

Banda Aceh,……….2019

Observer

151
BENANG MERAH KLINIS

Ny.Lasmi sudah berumur 86 tahun. Sejak tiga hari ini dia terbaring lemah
di tempat tidur. Dia sudah sulit untuk mengunyah dan menelan makanan dan hal
ini membuat kondisi tubuhnya semakin melemah.
Ny.lasmi menderita penyakit rematik pada kedua kakinya sejak 10 tahun
yang lalu dan jarang berobat, dan hanya meminum obat antinyeri yang dijual
bebas. Penyakit ini membuat dia sulit untuk bangun berjalan dan melakukan
aktivitas sehari-hari, dia hanya bisa menghabiskan kebanyakan waktunya dengan
berbaring di tempat tidur.
Dia sering mengeluh nyeri pada kedua kaki dan perutnya. Karena
penyakitnya ini, dia sering mengeluh bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi dan
ingin menyusul almarhum suaminya.
Selama ini dia dirawat oleh keponakannya. Dia sering kali termenung dan
sesekali menangis. Suaminya telah meninggal dunia sejak 5 tahun yang lalu
sedangkan anak-anaknya berdomisili di luar kota dan jarang datang
menjenguknya.
Tadi pagi ny.lasmi dibawa ke Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit dan
oleh dokter jaga dilakukan pemeriksaan kondisi jasmani serta pemasangan
selang dari hidung untuk pemberian makanan berupa susu cair.

152
3. PEMERIKSAAN KHUSUS GERIATRI
Bagian Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan : Mampu melakukan pemeriksaan fisik dada dan abdomen pada geriatri
dengan baik dan benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
4.Anatomi dan Fisiologi Geriatri
5.Patofisiologi Geriatri

I. PENDAHULUAN
Kondisi biologis usia lanjut jelas berbeda dari usia muda. Dokter harus
memahami betul relevansi klinis akibat perbedaan tersebut, termasuk bagaimana
penampilan gejala bila orang usia lanjut jatuh sakit serta perubahan klinis
beberapa penyakit atau hendaya yang mungkin ada. Dokter juga dituntut memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan kemauan untuk mengevaluasi setiap individu secara
seksama serta menyusun rencana penatalaksaan yang bersifat individual,
dirancang khusus.
Tiga hal yang mempengaruhi penampilan klinis pasien usia lanjut adalah
pertama, acapkali usia lanjut tidak mengeluh tentang rasa sakit yang dideritanya
atau tidak mengekspresikan dengan kuat keluhan yang dideritanya. Kedua, adanya
perubahan pola penyakit. Ketiga, perubahan respon terhadap penyakit.Pasien
geriatri sering tidak melaporkan keluhan penting yang merupakan tanda suatu
penyakit, dan tidak jarang sebagian masyarakat mengangggap bahwa usia lanjut
identik dengan banyak keluhan .Usia lanjut juga acapkali identik dengan berbagai
hendaya dan morbiditas sehingga suatu gejala sering dianggap ”lumrah” untuk
seusianya dan tidak diupayakan evaluasi yang adekuat. Faktor lain yang
berpengaruh adalah depresi dan isolasi. Depresi menyebabkan usia lanjut enggan
mengeluhkan sakitnya dan tidak mencari pertolongan. Demikian pula isolasi(fisik
maupun sosial) sering menghalangi akses pasien geriatrik untuk mendapatkan
pertolongan dan mengakibatkan underreporting.
Faktor kedua yang berpengaruh adalah perubahan pola dan distribusi
penyakit. Fraktur femur, penyakit Parkinson, polimialgia reumatika lebih sering
terdapat pada usia lanjut, demikian pula dengan penyakit kardiovaskular,
keganasan dan malnutrisi serta miksedema. Karena perubahan pola/distribusi
penyakit tersebut, seorang dokter harus memahami implikasi epidemiologis dalam
menginterpretasikan setiap gejala. Misalnya, ikterus pada usia muda biasanya
terdapat pada infeksi virus hepatitis akut, sedangkan pada usia lanjut misalnya
disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu atau keganasan. Keadaan
multipatologi dapat mengakibatkan efek terselubung. Misalnya, rasa nyeri akibat
artritis dapat menutupi gejala-gejala gagal jantung jika karena keterbatasan
geraknya mengurangi beban jantung.
Perubahan respon terhadap penyakit merupakan aspek penting lain
menifestasi klinis pasien geriatri. Persepsi seseorang tentang penyakit atau rasa
sakit dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor pengetahuan, faktor sosial dan

153
perubahan sensitivitas organ. Manifestasi klinis suatu penyakit dapat menjadi
kurang nyata atau kurang khas pada usia lanjut. Misalnya angina pectoris menjadi
tidak atau kurang dirasakan pada seseorang pasien infark miokard akut. Selain itu
gejala pada satu sistem organ dapat merupakan manifestasi penyakit sistem organ
lain. Pasien usia lanjut yang menderita penyakit akut dapat menunjukkan gejala
delirium, anoreksia, bahkan inkontinensia urin serta perubahan gaya berjalan atau
kombinasi gejala-gejala tersebut. Sebagai contoh, pasien usia lanjut dengan
infeksi saluran kemih bisa saja dibawa berobat ke dokter oleh keluarganya karena
acute confusional state dan disorientasi. Sebagai konsekuensi manifestasi
penyakit pada usia lanjut yang tidak khas ini seseorang dokter seyogyanya
senantiasa melakukan anamnesis sistem serta mengevaluasi setiap organ/sistem
organ secara sistematis dan teliti.
Status fungsional seseorang merujuk kepada kemampuan seseorang untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari( activities of daily living = ADL’s , baik
secara mandiri(independent) atau tergantung bantuan orang lain(dependent).
Berbagai metode digunakan untuk mengukur/mengevaluasi status fungsional
seseorang, baik yang dasar maupun ADL’s dengan instrumental(misalnya
kemampuan untuk keluar rumah dengan sarana transportasi, kemampuan
berbelanja, memasak dll).
Untuk mengevaluasi gangguan kognitif dapat digunakan sistem skor menurut
Abrreviated Mental Test (AMT) yang memuat sepuluh buah pertanyaan;
pemeriksaan ini dapat dipakai sebagai alat penapis. Guna mendapatkan gambaran
yang lebih rinci dipakai pemeriksaan Mini Mental State Examination( MMSE)
yang terdiri dari 11 pertanyaan yang mengukur fungsi kognitif : orientasi,
registrasi, perhatian, kalkulasi, recall, dan bahasa. Skor maksimum 30, nilai di
bawah 23 mengindikasikan adanya gangguan kognitif. Sebenarnya kedua jenis
pemeriksaan tersebut dapat dipakai disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien.
Pada umumnya pemeriksaan fisik pada geriatri tidak jauh berbeda dengan
pemeriksaan fisik pada umumnya. Beberapa pemeriksaan membutuhkan
ketelitian yang lebih tinggi, misalnya pada pemeriksaan fisik dada yang meliputi
pemeriksaan jantung dan paru-paru, serta pemeriksaan abdomen yang meliputi
lesi-lesi asimtomatik, seperti hernia, aneurisma aorta, dan massa.
Perbedaan- perbedaan yang menjadi fokus perhatian adalah :
 Butuh waktu lebih lama : keluhan banyak, status mental berbeda. Sering
diperlukan keluarga, teman, perawat.
 Riwayat pemakaian obat-obatan, pola miksi dan defekasi konsumsi alkohol,
pola diit, jatuh, inkontinensia, disfungsi seksual, depresi dan ansietas
 Evaluasi kapasitas fungsional {(activities of daily living (ADL)} : bathing,
dressing, toiletting, feeding, getting in and out of chairs and bed and walking.
 Mental status {MMSE (Mini Mental Status Examination)}
 Berat badan, tekanan darah postural (berbaring, duduk dan berdiri), penglihatan
dan pendengaran , gigi-geligi (hubungan dengan diit), murmur sistolik (sering
oleh karena aortasklerosis), riwayat jatuh (up and down test) untuk mengetahui
adanya abnormal gait. Cara melakukannya adalah dengan meminta pasien
untuk bangun dari kursi kemudian berjalan sejauh 10 kaki( 3 meter ), berbalik
arah dan berjalan kembali lalu duduk lagi. Normalnya waktu yang diperlukan
10 detik. Bila waktu yang dibutuhkan lebih dari 30 detik, hanya 23% pasien

154
yang mampu untuk mandi secara mandiri dan hanya 4% yang mampu naik
tangga.

MINIMENTAL STATE EXAM

Pasien :
Pemeriksa :
Tanggal :

Maksimum Nilai Orientasi


5 ( ) Hari ini, tanggal, tahun, bulan berapa, musim apa?

5 ( ) Dimana kita berada? (negara, provinsi, kota, rumah


sakit apa, lantai berapa)

Registrasi
3 ( ) Sebutkan nama 3 objek : masing-masing disebutkan
/detik. Kemudian tanyakan pasien untuk
mengulanginya kembali setelah kita sebutkan semua.
Berikan satu poin untuk tiap jawaban yang benar. Lalu
ulangi lagi sampai pasiennya mampu menghafalnya.
Hitung jumlah pengulangan dan catat. Jumlah
pengulangan………………

Perhatian Dan Kalkulasi

5 ( ) Sebutkan 7 buah angka serial. Nilai satu untuk tiap


jawaban yang benar. Hentikan setelah pasien mampu
menjawab 5 Pilihan lain dengan mengeja
huruf ”dunia“secara terbalik

Recall (memori)
3 ( ) Tanyakan kembali objek yang disebutkan pada poin
diatas. Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar
Bahasa
2 ( ) Sebutkan nama “pensil” dan “jam”
1 ( ) Ulangi kata-kata “ tidak bila, dan, atau tapi”
3 ( ) Mampu mengikuti 3 perintah secara berurutan
“ambil kertas di tangan anda, lipat menjadi dua dan
letakkan di lantai”
1 ( ) Bacakan dan patuhi perintah “ tutup mata anda”
1 ( ) Tuliskan sebuah kalimat
1 ( ) Gambarkan gambar yang ditunjukkan

155
skor total ..............

Catat derajat kesadaran selama pemeriksaan ....................


(compos mentis, somnolen , stupor, coma)

UP AND DOWN TEST

 Pasien diminta untuk bangun dari kursi


 Pasien diminta untuk berjalan sejauh 10 kaki ( 3 meter )
 Kemudian berbalik arah kembali ke posisi semula
 Berjalan kembali ke tempat duduknya
 Lalu duduk.

Catatan : Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan up and down test


normalnya kurang dari 10 detik

156
Index Of Independence in Activities
Daily Living

A. Mandiri dalam makan, eliminasi (BAB, BAK), memindahkan


barang, memakai pakaian, pergi ke toilet dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari yang diatas
C. Mandiri kecuali memakai pakaian, dan salah satu dari yang diatas
D. Mandiri kecuali memakai pakaian, mandi, dan salah satu dari yang
diatas
E. Mandiri kecuali memakai pakaian, mandi, pergi ke toilet, dan salah
satu dari yang diatas
F. Mandiri kecuali memakai pakaian, mandi, pergi ke toilet, berpindah
dan salah satu dari yang diatas
G. Ketergantungan untuk semua fungsi yang di atas

Lain-lain Ketergantungan setidaknya untuk dua fungsi tapi tidak dapat


diklasifikan sebagai C,D,E, atau F.

Mandiri : tanpa diawasi, diarahkan, atau dibantu secara aktif, kecuali yang
disebutkan dibawah ini.
 Mandi ( menyabuni diri, shower atau berendam)
 Mandiri : dibantu hanya saat membersihkan bagian tertentu( misalnya
punggung atau bagian yang lumpuh) atau mandi sendiri
 Ketergantungan : dibantu saat membersihkan lebih dari satu bagian tubuh,
dibantu saat masuk atau keluar bath-up atau tidak mampu mandi sendiri
 Memakai pakaian
 Mandiri : mengambil pakaian dari lemari, memakai pakaian, barang-
barang lain, perhiasan. Mengikat tali sepatu tidak dinilai
 Ketergantungan : tidak dapat berpakaian sendiri atau bagian tertentu
membutuhkan bantuan
 Pergi ke toilet
 Mandiri : masuk dan keluar toilet, membuka pakaian, membuka popok,
membersihkan diri dan sisa ekskresi
 Ketergantungan : membutuhkan bantuan untuk ke toilet
 Memindahkan barang
 Mandiri : Mampu memindahkan tempat tidur dan kursi( boleh
mengggunakan alat bantu)
 Ketergantungan : dibantu saat memindahkan tempat tidur dan kursi atau
tidak pernah memindahkan barang
 BAB/BAK
 Mandiri : mampu BAB/BAK secara mandiri
 Ketergantungan : inkontinensia sebagian atau total untuk BAB/BAK.
Dikontrol secara parsial atau total dengan kateter, enema atau
menggunakan popok
 Makan
 Mandiri : mangambil makanan dari piring ke dalam mulut( menyiapkan
makanan tidak dinilai

157
 Ketergantungan : tidak menghabiskan makanan, dibantu saat makan

II. PEMERIKSAAN FISIK PARU

A. INSPEKSI
 Inspeksi Ekspresi Wajah Pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti : pasien dalam keadaan akut,
cuping hidung mengembang, bernapas dengan bibir dikerutkan, tanda-tanda
sianosis, tanda-tanda pernapasan yang dapat didengar seperti stridor atau
wheezing (berhubungan dengan obstruksi aliran darah).

 Inspeksi Sikap Tubuh Pasien


Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih posisi dimana
mereka dapat menyokong lengan mereka dan memfiksasi otot-otot bahu dan
leher untuk membantu respirasi. Suatu teknik yang lazim dipakai pasien
dengan obstruksi bronkus adalah memegang sisi-sisi tempat tidur dan
memakai muskulus latissimus dorsi untuk membantu mengatasi meningkatnya
tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan orthopneu
duduk atau berbaring diatas beberapa buah bantal.

 Inspeksi Leher
Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini adanya
obstruksi saluran pernapasan. Pada distress pernapasan, muskulus trapezius
dan sternocleidomastoideus berkontraksi selama inspirasi. Otot-otot tambahan
membantu dalam ventilasi, karena mereka mengangkat klavikula dan dada
anterior untuk meningkatkan volume paru-paru dan memperbesar tekanan
negatif di dalam toraks. Ini menyebabkan retraksi fossa supraklavikular dan
otot-otot interkostal. Gerakan keatas klavikula lebih dari 5 mm selama
pernapasan berkaitan dengan penyakit obstruktif paru-paru yang berat.

 Inspeksi Konfigurasi Dada


Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai, dan
konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter
anteroposterior (AP) dijumpai pada COPD tingkat lanjut. Diameter AP
cenderung mendekati diameter lateral sehingga terbentuk dada berbentuk tong.
Iga-iga kehilangan sudut 45° dan menjadi lebih horizontal. Suatu flail chest
adalah konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak paradoksal ke dalam
selama inspirasi. Keadaan ini dijumpai pada fraktur iga multipel. Kifoskoliosis
adalah deformitas tulang punggung dimana terdapat lengkungan tulang
punggung abnormal AP dan lateral sehingga pengembangan dada dan paru-
paru menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada corong adalah
cekungan pada sternum, akan menimbulkan masalah restriktif pada paru-paru
hanya jika cekungannya jelas. Pectus carinatum atau dada burung merpati
adalah suatu deformitas yang lazim ditemukan, tetapi tidak mengganggu
ventilasi.

158
Gambar 1. Kofigurasi Dada yang Lazim Ditemukan

Menilai Laju dan Pola Respirasi


Pada saat menilai laju respirasi, jangan meminta pasien untuk bernapas “secara
normal” Orang secara volunter akan mengubah pola dan laju pernapasannya bila
mereka menyadarinya. Cara yang lebih baik adalah, setelah menghitung denyut
radial, arahkan mata anda ke dada dan mengevaluasi pernapasan pasien sementara
masih memegang pergelangan tangannya. Pasien tidak menyadari bahwa anda
sudah tidak menghitung denyut nadi lagi, dan perubahan pernapasan secara
volunter tidak akan terjadi. Hitunglah jumlah pernapasan dalam periode 30 detik
dan kalikanlah angkanya dengan 2 untuk mendapatkan laju pernapasan per menit.
Orang dewasa bernapas kira-kira 10-14 kali per menit. Bradipneu adalah
perlambatan respirasi secara abnormal; Takipneu adalah peningkatan abnormal.
Apneu adalah berhentinya pernapasan untuk sementara. Istilah hiperpneu adalah
peningkatan dalamnya pernapasan, biasanya berkaitan dengan asidosis metabolik.
Dikenal pula sebagai pernapasan kussmaul. Ada banyak macam pola pernapasan
abnormal.

 Inspeksi Tangan
Penemuan untuk clubbing adalah hilangnya sudut antara kuku dengan falang
terminal. Clubbing berkaitan dengan sejumlah gangguan klinis, seperti :
1. Tumor intra thoraks
2. Jalan pintas campuran vena ke arteri (AV shunt)
3. Penyakit kronis paru
4. Fibrosis hati kronis

Gambar 2. Clubbing Finger

B. PALPASI
 Palpasi Untuk Nyeri Tekan
Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya daerah-daerah
nyeri tekan. Pukul perlahan punggung pasien dengan kepalan tangan anda.
Keluhan “nyeri dada” mungkin hanya berkaitan dengan penyakit

159
muskuloskeletal setempat dan tidak berkaitan dengan penyakit jantung atau
paru-paru. Berlakulah dengan sangat cermat dalam memeriksa daerah-daerah
nyeri tekan di dada.

 Pemeriksaan Pergerakan Dada


Derajat simetri pergerakan dada dapat ditentukan dengan meletakkan tangan
anda secara mendatar pada punggung pasien dengan ibu jari sejajar dengan
garis tengah kira-kira setinggi iga ke-10 dan menarik kulit dibawahnya sedikit
kearah garis tengah. Pasien diminta untuk menarik napas dalam, dan
perhatikan gerakan tangan. Perhatikan simetri gerakan tangan. Penyakit paru
setempat dapat menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih sedikit daripada sisi
lainnya.

 Pemeriksaan Fremitus Taktil


Dapat diperiksa dengan salah satu dari 2 cara. Pada teknik pertama pemeriksa
meletakkan sisi ulnar tangan pada dinding dada, dan meminta pasien untuk
mengatakan “tujuh puluh tujuh” Fremitus taktil dinilai, dan tangan pemeriksa
diletakkan keposisi yang sama pada sisi yang berlawanan. Fremitus taktil
kemudian dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Dengan menggerakkan
tangan dari sisi ke sisi, dari atas ke bawah, pemeriksa dapat mendeteksi
perbedaan penghantaran suara ke dinding dada ”Tujuh puluh tujuh” adalah
salah satu frasa yang dipakai karena menimbulkan bunyi fibrasi yang baik.

C. PERKUSI
Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan struktur
dibawahnya. Pengetukan pada dinding dada dihantarkan ke jaringan
dibawahnya, dipantulkan kembali, di indera oleh indera taktil dan
pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar dan sensasi taktil yang
dirasakan tergantung pada rasio udara jaringan. Getaran yang ditimbulkan
dengan perkusi hanya dapat menilai paru sampai sedalam 5-6 cm, tetapi
perkusi berguna karena banyak perubahan rasio udara-jaringan segera dapat
diketahui.
Pada dada normal, redup diatas jantung dan sonor diatas lapangan paru dapat
terdengar dan dirasakan. Ketika paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih
padat, seperti pada pneumonia, sonor digantikan oleh redup. Istulah
hipersonor dipakai untuk bunyi perkusi pada paru-paru yang kepadatannya
berkurang, seperti pada emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan
tinggi nada rendah, bergaung dan terus-menerus mendekati bunyi timpani.

Memeriksa Gerakan Diafragma


Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien diminta
untuk menarik napas dalam dan menahannya. Perkusi pada basis paru-paru
kanan menentukan daerah sonor terendah, yang mencerminkan batas
diafragma terendah. Dibawah batas ini ada redup hati. Pasien kemudian
disuruh untuk mengeluarkan napas sebanyak mungkin, dan perkusi diulangi.
Pada ekspirasi, paru-paru akan mengecil, hati akan bergerak ke atas dan
daerah yang sama akan menjadi redup. Batas pekak telah bergerak keatas.
Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi dengan batas pada waktu

160
ekspirasi merupakan gerakan diafragma, biasanya sebesar 4-5 cm. Pasien
dengan emfisema mempunyai gerakan diafragma yang berkurang. Pasien
dengan kelumpuhan nervus frenikus, tidak mempunyai gerakan diafragma.

D. AUSKULTASI
Auskultasi adalah teknik mendengarkan bunyi yang dihasilkan di dalam tubuh.
Auskultasi dada dipakai untuk mengenali bunyi paru-paru. Stetoskop biasanya
mempunyai dua kepala : bel dan diafragma. Bel dipakai untuk mendeteksi
bunyi dengan tinggi nada rendah, sedangkan diafragma lebih baik untuk
mendeteksi bunyi dengan tinggi nada yang lebih tinggi. Bel harus ditempelkan
secara longgar di kulit, karena jika ditekan kuat : kulit akan berlaku sebagai
diafragma dan bunyi tinggi nada rendah akan tersaring. Sedangkan diafragma
ditempelkan secara kuat pada kulit. Jangan mendengarkan melalui pakaian !.
Bel atau diafragma stetoskop harus selalu berhubungan dengan kulit.

 Auskultasi Dada
Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang. Pasien diminta
menarik dan mengeluarkan napas melaui mulutnya. Pemeriksa mula-mula
harus memusatkan perhatian pada panjang inspirasi kemudian pada panjang
ekspirasi. Bila bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai istilah jauh. Bunyi
pernapasan yang jauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-paru
hiperinflasi, seperti pada emfisema.

 Evaluasi posisi Trakea


Posisi trakea dapat ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan di
incisura suprasternal dan menggerakkannya sedikit ke lateral untuk meraba
lokasi trakea. Teknik ini diulangi, dengan menggerakkan jari dari incisura
suprasternal ke sisi lain. Ruang antara trakea dan klavikula harus sama.
Pergeseran mediastinum dapat memindahkan trakea ke satu sisi.

 Pemeriksaan Mobilitas Trakea


Gerakan trakea ke atas di pakai untuk menentukan apakah trakea terfiksasi
pada mediastinum, ini disebut teknik tarikan trakea. Kepala pasien harus agak
difleksikan, dan tangan kiri pemeriksa harus menyokong bagian belakang
kepala pasien. Tangan kanan pemeriksa harus diletakkan sejajar dengan trakea
dengan telapak tangan menghadap keluar. Jari tengah dimasukkan kedalam
ruang krikotiroid, dan laring di dorong keatas. Laring dan trakea biasanya
bergerak kira-kira 1-2 cm, setelah menggerakkan laring keatas, secara
perlahan-lahan turunkan sebelum melepaskan jari-jari anda. Jangan
melepaskannya secara tiba-tiba dari posisinya dibagian atas.trakeal yang
terfiksasi menunjukkan fiksasi mediastinal, dapat terjadi pada pasien
neoplasma atau tuberkulosis.

161
III. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

A. INSPEKSI
 Inspeksi Ekspresi Wajah Pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti : pasien dalam keadaan sakit
(ringan s/d berat), pucat, berkeringat, sesak saat istirahat, tanda-tanda sianosis
sentral atau anemia di konjungtiva, dan ikterus di sklera.
 Inspeksi Anggota Gerak
Adanya jari tabuh (clubbing finger), perdarahan splinter, kulit lengan, kuku dan
sianosis perifer.

 Inspeksi Leher
Di samping pelebaran kelenjar tiroid pemeriksa juga melihat adanya distensi
vena jugularis, dimana pasien diminta berada pada posisi semi-fowler dengan
kepala sedikit miring menjauh dari sisi yang sedang diperiksa. Penerangan
dengan menggunakan cahaya tangensial (cahaya dari samping) untuk
membentuk bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk memungkinkan
pengamatan gerakan gelombang nadi dengan baik.

 Inspeksi Dada
Pasien terlebih dahulu berada dalam posisi nyaman yaitu telentang semifowler.
Penerangan harus cukup baik pada dinding dada depan agar inspeksi
prekordium dapat dilakukan secara adekuat. Di samping adanya jaringan parut
pada dinding dada, pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat pada keenam area
prekordium : sternoklavikular, aortik, pulmonik, ventrikular dekstra,
ventrikular sinistra dan epigastrik, serta memperkirakan titik impuls
maksimum khususnya di dalam area ventrikular sinistra. Pemeriksa juga
mengamati gerakan dinding dada yang berhubungan dengan peristiwa siklus
jantung.

B. PALPASI
Melanjutkan pemeriksaan fisik palpasi nadi perifer dan prekordium. Pasien
dipastikan dalam posisi yang nyaman, diselimuti dengan tepat dan tetap
hangat. Pastikan tangan pemeriksa juga hangat dan menggunakan tekanan
yang ringan sampai sedang untuk palpasi.
 Palpasi Nadi
Palpasi nadi karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan
tibialis posterior. Arteri-arteri tersebut dekat dengan permukaan tubuh dan
terdapat di atas tulang sehingga mudah untuk dipalpasi. Palpasi harus
dilakukan secara bilateral (setara dan sinkron) di kedua pergelangan tangan
dan dinilai: kecepatan, irama, isi dan karakter.
Gelombang nadi normal mempunyai dua komponen sistole dan diastole
dengan regularitas tertentu. Denyut radialis biasanya dinilai dalam 15 detik
untuk menghitung frekuensinya (kali/menit) bila denyutnya reguler. Isi denyut
harus diperiksa apakah amplitudonya terasa kecil atau besar. Isi denyut yang
kecil menunjukkan isi sekuncup yang kecil dan curah jantung berkurang, isi
denyut yang besar menunjukkan isi sekuncup ventrikel kiri yang besar.

162
Karakter nadi mengacu pada bentuk gelombang nadi. Karakter tersebut
paling baik dinilai di arteri brakhialis atau karotis karena ukuran dan letaknya
yang dekat dengan jantung. Gelombang nadi sangat dipengaruhi oleh
transmisi melalui percabangan arteri dan kelainan tertentu lebih mudah
dideteksi di satu tempat daripada tempat lain. Cara memeriksa nadi femoralis
yang paling baik adalah dengan pasien membuka baju dan berbaring datar.
Pemeriksa harus menggunakan ibu jari untuk menekan kuat pada titik mid-
inguinal dan ditentukan apakah nadi radialis sinkron dengan femoralis. Denyut
nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea dan paling baik dipalpasi dengan
menekan arteri tersebut ke permukaan posterior ujung distal femur dengan
ujung jari kedua tangan. Pasien diminta berbaring terlentang dengan lutut
menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis pedis dan tibialis adalah terletak pada
lokasi anatomi pembuluh darah tersebut.

 Palpasi Tekanan Vena Jugularis


Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang dipompakan dapat
tergambar melalui penilaian tekanan vena jugularis/ jugular venous pressure
(JVP). Vena-vena servikalis membentuk suatu manometer berisi darah yang
berhubungan dengan atrium kanan dan dapat digunakan untuk mengukur
tekanan rata-rata atrium kanan. Selain itu, vena-vena servikalis tersebut dapat
memberikan informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan.
Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan patokan sudut sternum.

di atas sudut sternum pada pasien yang berbaring pada sudut 450, tekanannya
dianggap normal.

 Palpasi Prekordium
Iktus kordis adalah titik terjauh ke arah kiri dan bawah, tempat impuls jantung.
Ditentukan melalui palpasi menggunakan telapak tangan dan ujung jari
dengan pasien berbaring 450. Iktus kordis normal terletak di sela antar iga ke-
5 dan garis midklavikula. Bila teraba jauh keluar, berarti ada pembesaran 1
atau 2 ventrikel atau pergeseran jantung ke kiri akibat deformitas thoraks atau
penyakit paru.
Penilaian dilanjutkan kepada kualitas denyut, iktus kordis yang kuat
menunjukkan adanya peningkatan curah jantung. Denyut yang teraba perlu
dikonfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan bimanual, yaitu meletakkan
telapak tangan kiri di batas sternum dengan tangan kanan meraba iktus kordis.

C. PERKUSI
Tindakan perkusi biasanya tidak bermanfaat kecuali dalam menentukan posisi
mediastinum pada kasus pergeseran mediastinum akibat hambatan aliran
udara atau kolaps paru kanan yang dicurigai melalui anamnesa penyakit paru
kronik atau ditemukan bukti melalui pemeriksaan fisik thoraks atau paru. Pada
perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa redup jantung dengan
membandingkan terhadap lingkungan atau area di sekitarnya.
Pemeriksaan perkusi jantung sebagai berikut :
Mencari batas jantung relatif dan absolut :
1. Perkusi batas atas dari Jantung

163
Normal di ICR III. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor
memendek.
2. Perkusi batas kiri dari Jantung (lateral ke medial)
Normal di ICR V, satu jari didalam linea mid clavicula. Perubahan nada
perkusi dari sonor menjadi sonor memendek.
3. Perkusi batas jantung kanan (lateral ke medial)
Normal di Linea Para Sternalis kanan, atau satu–dua jari sebelah kanan
Mid Sternal Line.
Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek, harus
diperkusi perlahan-lahan.
Sesudah itu dicari Batas Jantung Absolut, yang letaknya kira-kira 2 jari
didalam batas jantung relatif. Perkusi dengan perlahan-lahan. Perubahan
nada perkusi dari Sonor memendek menjadi Beda. Diperhatikan apakah
jantung membesar ke kanan atau ke kiri.

D. AUSKULTASI
Stetoskop berfungsi menyalurkan suara dari dinding dada disertai eksklusi
bising lain dan memperkuat bunyi berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk
mendeteksi bunyi bernada rendah, sedangkan diafragma memperkuat bunyi
bernada yang lebih tinggi. Pada awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan
bunyi di apeks dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari bising
nada rendah stenosis mitral dan bising pansistolik regurgitasi mitral. Lalu
mendengarkan daerah-daerah klasik dengan menggunakan diafragma. Daerah-
daerah ini adalah :
 Tepi sternum kiri
: bising trikuspid
 Sela antar iga kedua kiri : bising pulmonal
 Sela antar iga kedua kanan : bising aorta

Bunyi jantung dibedakan menjadi :


a. Bunyi Jantung Utama, terdiri dari :
1. Bunyi Jantung I
Ditimbulkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler terutama
katup mitral. Pada keadaan normal terdengar tunggal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I :
a. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin kuat dan
cepat, makin keras bunyinya.
b. Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi
ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup, makin kecil
kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin
pelan terdengarnya BJ I. Sebaliknya, makin lebar terbukanya katup
atrioventrikular sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi
darah dan gerakan katup lebih cepat.
c. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus,
BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk. Demikian juga
pada pasien emfisema pulmonum, BJ akan terdengar lebih lemah.

164
Untuk membedakan BJ I dengan BJ II, pemeriksaan auskultasi dapat disertai
dengan pemeriksaan nadi. BJ I akan terdengar bersamaan dengan denyutan nadi.

2. Bunyi jantung II
Timbul karena getaran menutupnya katup semilunar Aorta maupun
Pulmonal. Pada keadaan normal, terdengar pemisahan (splitting) dari
kedua komponen yang bervariasi dengan pernapasan pada anak-anak atau
orang muda.
Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta dan pulmonal (BJ II = A2 +
P2). Komponen A2 lebih keras terdengar pada area aorta sekitar ruang
intercostal II kanan. Komponen P2 hanya dapat terdengar keras di sekitar
area pulmonal.
3. Bunyi jantung III
Disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat
(rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau
orang dewasa muda atau keadaan dimana compliance otot ventrikel
menurun (hipertrofi atau dilatasi).

4. Bunyi jantung IV
Disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel yang
compliance menurun. Jika atrium tidak berkontraksi dengan efisien,
misalnya pada atrial fibrilasi, maka bunyi jantung IV tidak terdengar.

Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi


tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung I di daerah mitral. P2 berarti bunyi
jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung I normal akan terdengar jelas di
daerah apeks, sedangkan bunyi jantung II dikatakan mengeras jika intensitasnya
terdengar sama keras dengan bunyi jantung I di apeks.

b. Bunyi Jantung Tambahan


Merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan anatomis atau aliran
darah yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan bunyi atau getaran.
Terdiri dari :
1. Klik Ejeksi (Ejection click) : adalah bunyi yang disebabkan karena
pembukaan katup semilunar pada stenosis/menyempit.
2. Ketukan Perikardial : bunyi ekstrakardial yang terdenagr akibat
getaran/gerakan perikardial pada perikarditis/efusi perikard.

c. Bising Jantung (Murmur)


Merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih lama. Jadi,
perbedaan antara bunyi dan bising terutama berkaitan dengan lamanya
bunyi/getaran berlangsung.
Terdiri dari :
1. Bising holosistolik : mengisi seluruh fase siklus jantung. Ditemukan pada
mitral insufisiensi atau ventricular septal defect (VSD).
2. Bising sistolik-diastolik : mengisi baik fase sistolik maupun diastolik
siklus jantung.
3. Bising sistolik : terdengar pada fase sistolik, ditemukan pada : Atrial

165
Stenosis (AS), Pulmonal Stenosis (PS), Ventrikular Septal Defect (VSD),
Mitral Insufisiensi (MI).
4. Bising diastolik : terdengar pada fase diastolik, misalnya pada Insufisiensi
Aorta (AI).
Terdengar terus menerus (continous murmur), misalnya pada Patent
Ductus Arteriosus (PDA).
Bising yang terdengar pada sebagian dari suatu fase siklus jantung :
 Late systolic murmur, misalnya pada prolaps katup mitral.
 Early diastolic murmur, misalnya pada aorta insufisiensi (AI) atau
pulmonal insufisiensi (PI).
 Late diastolic murmur, misalnya pada mitral stenosis.

IV. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau
dengan satu bantal, dengan kedua tangan disisi kanan-kirinya. Usahakan
semua bagian abdomen dapat diperiksa termasuk xiphoideus sternum dan
mulut hernia. Sebaiknya kandung kencing dikosongkan dulu sebelum
pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

A. INSPEKSI
a. Evaluasi Penampilan Umum
Penampilan umum pasien sering memberikan informasi berharga
mengenai sifat penyakitnya. Pasien dengan kolik ginjal atau empedu
benar-benat terlihat menggeliat di tempat tidur mencoba mencari posisi
yang nyaman. Pasien dengan peritonitis yang menderita nyeri hebat jika
bergerak secara khas tetap berdiam diri di tempat tidur karena setiap
gerakan sekecil apapun akan memperberat rasa sakitnya. Mereka mungkin
berbaring di tempat tidur dengan lutut di tarik ke atas untuk membantu
merelaksasikan otot-otot perut dan mengurangi tekanan intra-abdominal.
Pasien dengan pucat dan berkeringat mungkin menderita syok awal karena
pankreatitis atau perforasi tukak lambung.

b. Inspeksi Kulit
Periksalah kulit untuk melihat adanya ikterus (kuning). Jika mungkin,
periksalah adanya ikterus dengan menggunakan cahaya alamiah, karena
lampu pijar akan menutupi adanya ikterus.
Periksa pula ada tidaknya spider angioma, yang dapat ditemukan pada
pasien dengan sirosis alkoholik, namun tidak spesifik, karena dapat
ditemukan pula pada kehamilan dan penyakit vaskular kolagen.

c. Inspeksi Extremitas
Apakah otot-otot kecil di tangan mengecil ? ini berkaitan dengan
wasting,warna kulit.
Kuku di periksa dengan melihat adanya perubahan di dasar kuku,
terutama peningkatan ukuran lunula, misal pada jari-jari pasien dengan
sirosis hati.

166
d. Inspeksi Wajah
Apakah matanya cekung? Apakah ada daerah temporal cekung ? ini
merupakan tanda-tanda kelemahan dan nutrisi buruk. Sklera ikterus atau
tidak?
Kulit di sekitar mulut dan mukosa oral dapat memberikan petunjuk
mengenai gangguan saluran cerna. Telangiektasis (pelebaran pembuluh
darah kapiler yang menetap di kulit dan mukosa) pada bibir dan lidah
mengarah pada sindrom Osler-Weber-Rendu.

e. Inspeksi Abdomen
f. Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat perut baik bagian depan ataupun
belakang (pinggang). Inspeksi ini dilakukan dengan penerangan cahaya
yang cukup sehingga didapatkan keadaan abdomen seperti simetris atau
tidak, bentuk atau kontur, ukuran, kondisi dinding perut (kulit, vena,
umbilikus, striae alba) dan pergerakan dinding perut.
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara inspeksi kelainan-
kelainan yang terlihat pada perut seperti jaringan parut karena
pembedahan, asimetris perut yang menunjukkan adanya masa tumor,
stria, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari
umbilikus) atau obstruksi vena kava inferior, peristalsik usus, distensi dan
hernia.
Pada keadaan normal terlentang, dinding perut terlihat simetris. Bila ada
tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut
terlihat tidak simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan
dinding usus akibat peristaltik usus tidak terlihat. Bila terlihat gerakan
peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi
sebagai akibat obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat
disebabkan macam-macam kelainan antara lain tumor, perlengketan,
strangulasi dan skibala.
Bentuk dan ukuran perut dalam keadaan normal bervariasi tergantung
habitus, jaringan lemak subkutan atau intraabdomen dan kondisi otot
dinding perut. Pada keadaan starvasi bentuk dinding perut cekung dan
tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini dapat terlihat gerakan
peristaltik usus. Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat
terjadi pada pasien gemuk. Pada keadaan patologis, perut membuncit
disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, meteorismus, asites,
kistoma ovarii, dan kehamilan. Tonjolan setempat menunjukkan adanya
kelainan organ dibawahnya, misalnya tonjolan regio suprapubis terjadi
karena pembesaran uterus pada perempuan atau terjadi karena retensi urin
pada pria tua dengan hipertropi prostat atau perempuan dengan kehamilan
muda. Pada stenosis pilorus, lambung dapat menjadi besar sekali
sehingga pada abdomen terlihat pembesaran setempat.
Pada kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi pada
kulit atau akibat operasi atau luka tusuk.
Adanya garis-garis putih sering disebut striae alba yang dapat terjadi
setelah kehamilan atau pada pasien yang mulanya gemuk atau bekas
asites. Striae kemerahan dapat terlihat pada sindrom Cushing. Pulsasi
arteri pada dinding perut dapat terlihat pada pasien aneurisma aorta atau

167
kadang-kadang pada pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada
epigastrium pada pasien insufiensi katup trikuspidalis.
Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus. Adakala
ditemukan garis-garis bekas garukan yang menandakan pruritus karena
ikterus atau diabetes melitus.
Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran disekitar
umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat pada sindrom Banti.
Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai
pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilikus, sedang akibat obstruksi
vena kava superior aliran vena ke distal.ß
Darm steifung/maag steifung : pergerakan peristaltik dinding perut
menyerupai gelembung pada permukaan air yang berjalan dari kiri
kekanan. Dapat dijumpai pada pilorus stenosis.

B. AUSKULTASI
Pemeriksaan ini untuk memeriksa :
 Suara/bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi,
menghilang pada ileus paralitik
 Succussion splash – untuk mendeteksi obstruksi pada tingkat lambung
 Bruit arterial
 Venos hum pada kaput medusa.
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar
walaupun tanpa menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam
keadaan lapar. Dalam keadaan normal bising usus terdengar lebih kurang 3
kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus ini akan
meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik.
Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi.
Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) misal pada pasien pasca operasi
atau pada keadaan peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan jarang
bahkan kadang-kadang menghilang. Keadaan ini juga bisa terjadi pada tahap
lanjut dari obstruksi usus dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus
obstruksi kadang terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan suara
logam (metallic sound).
Suara murmur sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar pada auskultasi
abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada
pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum) yang kadang-
kadang disertai dengan terabanya gerakan (thrill), dapat didengar di antara
umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal
kadang-kadang dapat didengar suara murmur.

C. PALPASI
Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan
dalam rongga abdomen. Palpasi dilakukan secara sistematis dengan seksama.
Pertama kali tanyakan apakah ada daerah-daerah yang nyeri tekan. Perhatikan
ekspresi wajah pasien selama pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh
dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran masa tumor,
apakah hati, limpa dan kandung empedu membesar atau teraba. Periksa ginjal
apakah ballottemen positif atau negatif. Palpasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu

168
palpasi permukaan (superficial) dan palpasi dalam (deep palpation). Palpasi
dapat dilakukan dengan satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual)
terutama pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan seksama meskipun
tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan penyakit traktus gastrointestinal.
Pasien diusahakan dalam posisi terlentang dengan bantal secukupnya, kecuali
bila pasien sesak nafas. Pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien, kecuali
pada dokter yang kidal. Palpasi superfisial : posisi tangan menempel pada
dinding perut. Umumnya penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas
tengah jari-jari, bukan dengan ujung jari. Sistematika palpasi dilakukan
dengan hati-hati pada daerah yang nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Palpasi
superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi awal untuk orientasi sekaligus
memperkenalkan prosedur palpasi pada pasien.
Palpasi dalam : palpasi dalam dipakai untuk identifikasi kelainan/rasa nyeri
yang tidak didapat pada palpasi superfisial dan untuk lebih menegaskan
kelainan yang didapat pada palpasi superfisial dan yang terpenting yaitu untuk
palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi hati, limpa, ginjal. Palpasi
dalam juga penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan otot dinding
yang tebal.
Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang
maksimal, apakah ada tahanan ( defans), apakah ada nyeri rebound bila tak
ada tahanan. Perinci masa tumor yang ditemukan antara lain lokasi, ukuran
(diukur dalam cm), bentuk, permukaan (rata atau ireguler), konsistensi (lunak
atau keras),pinggir ( halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada kulit atau
tidak?, melekat pada jaringan dasar atau tidak?, dapat di indent (tinja
indentable), berpulsasi/exponsile (misal aneurisma aorta), lesi-lesi satelit yang
berhubungan (misal metastase ), transiluminasi (misal kista berisi cairan) dan
adanya bruit. Pada palpasi hati, mulai dari fosa iliaka kanan dan bergerak
keatas pada tiap respirasi, jari-jari harus mengarah pada dada pasien. Pada
palpasi kandung empedu, kandung empedu yang teraba biasanya selalu
abnormal, pada keadaan ikterus, kandung empedu yang teraba berarti bahwa
penyebabnya bukan hanya batu kandung empedu tapi juga harus dipikirkan
karsinoma pankreas. Pada palpasi limpa, mulai dekat umbilikus, raba limpa
pada tiap inspirasi, bergerak secara bertahap keatas dan kiri setelah tiap
inspirasi dan jika tidak teraba, baringka pasien pada posisi left lateral,dengan
pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk, dan ulangi. Pada posisi ginjal, palpasi
bimanual dan pastikan apakah ada ballotement.
Usahakan dapat membedakan limpa dengan ginjal. Bila limpa : tidak dapat
mencapai bagian atasnya, bergerak dengan respirasi, redup-pekak pada
perkusi, ada notch atau insisura limpa, ballotement negatif. Sedangkan pada
ginjal : dapat mencapai bagian atasnya, tidak dapat digerakkan (atau bergerak
lambat), beresonansi pada perkusi, tidak ada notch atau insisura, dan bisa
ballotement positif.

Pemeriksaan Palpasi Organ Abdomen


1. Hati
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat penonjolan pada regio
hipokondrium kanan. Pada keadaan pembesaran hati yang ekstrim (misal
pada tumor hati) akan terlihat permukaan abdomen yang asimetris antara

169
daerah hipokondrium kanan dan kiri. Untuk memudahkan perabaan hati
diperlukan :
a. Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk
sudut 45-60o.
b. Pasien diminta untuk menarik napas panjang.
c. Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada awal
inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah parabolik
d. Diharapkan, bila hati membesar akan terjadi sentuhan antara jari
pemeriksa dengan hati pada saat inpirasi maksimal.
Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua tungkai kanan dilipat agar
dinding abdomen lebih lentur. Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi
palmar radial jari tangan kanan, bukan ujung jari. Lebih tegas lagi bila arah
jari membentuk sudut 450 dengan garis median. Ujung jari terletak pada
bagian lateral muskulus rektus abdominalis dan kemudian pada garis median
untuk memeriksa hati lobus kiri.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju ke tepi lengkung iga kanan.
Dinding abdomen ditekan kebawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga
akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini di lakukan berulang
dan posisi digeser 1-2 jari ke arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada
saat pasien sedang inspirasi. Bila pada palpasi kita dapat meraba adanya
pembesaran hati, maka harus dilakukan deskripsi sebagai berikut :
 Beberapa lebar jari tangan/cm dibawah lengkung iga kanan?
 Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis akut atau
tumpul pada tumor hati.
 Bagaimana konsistensinya ? Apakah kenyal (konsistensi normal) atau
keras(pada tumor hati) ?
 Bagaimana permukaannya ? Pada tumor hati permukaannya teraba
berbenjol.
 Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada kelainan antara
lain abses hati, tumor hati. Selain itu pada abses hati dapat dirasakan
adanya fluktuasi.

Pada keadaan normal hati tidak teraba pada palpasi kecuali pada
beberapa kasus dengan tubuh yang kurus (sekitar satu jari) dan pada bayi.
Terabanya hati 1-2 jari dibawah lengkung iga harus dikompirmasikan apakah
hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau adanya perubahan bentuk
diafragma (misal emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran lobus
kiri hati dapat dilakukan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke arah
epigastrium. Batas atas hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi batas paru
hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan patologis misalnya
emfisema paru, batas ini akan lebih rendah sehingga besar hati yang normal
dapat teraba tepinya pada waktu palpasi. Perkusi batas atas dan bawah hati
(perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai adanya
pengecilan hati (misal sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara
bebas di bawah diafragma karena perforasi. Suara bruit dapat terdengar pada
pembesaran hati akibat tumor hati yang besar.

170
2. Limpa
Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan
normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari bawah lengkung iga
kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati,
limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan,
melewati umbilikus digaris tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri.
Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner, yaitu garis
yang dimulai dari titik dilengkung iga kiri menuju ke umbilicus dan
diteruskan sampai di spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis
tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama.
Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45 derajat
kearah kanan (kearah pemeriksa).
Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai berikut:
 Berapa jauh berada dari lengkung iga kiri pada garis Schuffner (S-I
sampai dengan S-VIII)?
 Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (splenomegali karena
hipertensi portal) atau keras seperti pada malaria?

Untuk meyakinkan bahwa yang teraba itu adalah limpa, harus diusahakan
meraba incisuranya.

3. Ginjal
Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus
dengan cara bimanual. Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian
belakang dan tangan kanan pada dinding abdomen di ventralnya.
Pembesaran ginjal (akibat tumor atau hidronefrosis) akan teraba diantara
kedua tangan tersebut, dan bila salah satu tangan digerakkan akan teraba
benturannya ditangan lain. Fenomena ini dinamakan ballotement positif.
Pada keadaan normal ballotement negatif.

Menyingkirkan Kemungkinan Nyeri Tekan Ginjal.


Untuk melakukan pemeriksaan ini, pasien harus dalam posisi duduk.
Pemeriksa mengepalkan tinjunya dan dengan lembut memukul daerah sudut
kostovertebral di kedua sisi. Pasien dengan pielonefritis biasanya merasakan
nyeri hebat bahkan pada perkusi ringan di daerah ini. Jika mencurigai
adanya pielonefritis, pakailah tekanan dengan jari-jari saja.

D. PERKUSI
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama seperti pada
perkusi dirongga toraks tetapi dengan penekanan yang lebih ringan dan
ketokan yang lebih perlahan.
Pemeriksaan ini digunakan untuk :
 Mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria, dimana suaranya
redup/pekak.
 Menentukan ukuran hati dan limpa secara kasar.
 Menentukan penyebab distensi abdomen : penuh gas (timpani), massa
tumor (redup- pekak) dan asites 1). Pekak pada pinggir dan timpani
resonant pada bagian tengah/sentral, 2). Shifting dullness menentukan

171
letak pekak pada perkusi, miringkan pasien pada sisi kanan/kiri, asites
didemontrasikan dengan adanya timpani pada perkusi setelah dimiringkan
kembali, 3). Demontrasikan thrill cairan atau pemeriksaan gelombang.
Dengan perkusi abdomen dapat diketahui:
 Pembesaran organ
 Adanya udara bebas
 Cairan bebas didalam rongga abdomen

Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah rongga


abdomen berisi lebih banyak cairan atau udara. Dalam keadaan normal suara
perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali didaerah hati suara perkusinya adalah
pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi
timpani diseluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara
bebas didalam rongga perut, misalnya pada perforasi usus.

Cara pemeriksaan batas paru – hati : Pada linea mid clavicula kanan
1. Menentukan batas paru-hati relatif
Diperkusi dari atas kebawah, nada sonor berubah menjadi sonor
memendek. Normal didapati pada sela iga ke V atau costa ke V ( pada
tinggi ini didapati cupula hati).
2. Menentukan batas paru-hati absolut
Diperkusi kebawah lagi, nada sonor memendek berubah menjadi pekak
(Beda). Normal disela iga ke VI atau costa ke VI.
3. Menentukan besarnya peranjakan batas paru-hati absolut
Pasien disuruh menarik napas yang panjang dan menahan dahulu. Jari
yang tadi ditempat batas paru-hati absolut, jangan digeser-geser lagi.
Waktu pasien menahan napasnya diperkusi kembali.
Normal : yang mula-mula pekak menjadi sonor memendek lagi, kira-kira
dua jari kebawah. Disebutkan batas paru-hati absolut sebesar dua jari.

Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi diatas
dinding perut mungkin timpani dan di sampingnya pekak. Dengan
memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan berpindah-pindah
(shifting dullness). Pemeriksaan shifting dullnes sangat patognomonis dan
dapat lebih dipercaya dari pada memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu
keadaan yang disebut fenomena papan catur (chessboard phenomen) dimana
pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang
berpindah-pindah, sering ditemukan pada peritonitis tuberkulosa.

172
Gambar 3 .Teknik perkusi limfa

Beberapa cara pemeriksaan asites :

Cara pemeriksaan gelombang cairan. Cara ini dilakukan pada pasien dengan
asites yang cukup banyak dan perut yang agak tegang. Pasien dalam keadaan
berbaring terlentang dan tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi sedangkan
tangan lainnya mengetuk-ngetuk dinding perut pada sisi lainnya. Sementara itu
mencegah gerakan yang diteruskan melalui dinding abdomen sendiri, maka
tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan pertolongan tangan pasien sendiri)
diletakkan di tengah-tengah perut dengan sedikit menekan.

Pemeriksaan menentukan adanya redup yang berpindah (shifting dullness):


 Pasien berbaring telentang, cairan akan berkumpul pada tempat yang terendah
yaitu pada kedua sisi perut (cairan akan menghasilkan suara redup).
 Jika perkusi redup disebabkan oleh cairan maka dengan memiringkan pasien
kesisi yang lain bunyi perkusi menjadi timpani, ini terjadi oleh karena
berpindahnya cairan ke tempat yang lain yang lebih rendah.
Bunyi perkusi redup yang hilang dengan merubah posisi pasien disebut
shifting dullnes.

Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan
dengan posisi pasien tengkurap dan menungging (knee-chest position). Setelah
beberapa saat, pada perkusi daerah perut yang terendah jika terdapat cairan akan
didengar bunyi redup

Pemeriksaan Puddle Sign. Seperti pada posisi knee-chest dan dengan


menggunakan stetoskop yang diletakkan pada bagian perut terbawah didengar
perbedaan suara yang ditimbulkan karena ketukan jari-jari pada sisi perut
sedangkan stetoskop digeserkan melalui perut tersebut ke sisi lainnya.

Pasien pada posisi tegak maka suara perkusi redup didengar dibagian bawah.

173
CHECKLIST : PEMERIKSAAN GERIATRI
N Nilai
Aspek yang dinilai
o 0 1 2
1 Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa
takut dan stress sebelum melakukan pemeriksaan fisik
2 Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap
dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan kepada
pasien (keluarga)
3 Memberikan penjelasan pada pasien tentang
kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang
timbul selama pemeriksaan dilakukan
4 Pemeriksaan umum: keadaan umum,kesan keadaan
sakit, kesadaran, status gizi, tanda vital, status
fungsional, gangguan kognitif, pola miksi-defekasi
Pemeriksaan Fisik Paru
5 Inspeksi : konfigurasi dada (dada anterior dan
posterior),spider naevi, pemakaian otot nafas tambahan,
retraksi dinding dada dll
6 Palpasi : kesimetrisan dada,nyeri tekan,fremitus (dada
anterior dan posterior)
7 Perkusi (dada anterior dan posterior)
8 Auskultasi (dada anterior dan posterior)
Pemeriksaan Fisik Jantung
9 Inspeksi : pulsasi pada dinding dada
1 Palpasi : nadi, tekanan vena jugular, ictus cordis
0
1 Perkusi : batas-batas jantung
1
1 Auskultasi : bunyi jantung utama, tambahan ,bising
2
Pemeriksaan Fisik Abdomen
1 Inspeksi : keadaan dinding perut,gerakan dinding
3 perut,pulsasi pada abdomen,striae alba, caput medussae,
cicatrik, pelebaran vena dll
1 Auskultasi : peristaltik, bising pembuluh darah
4
1 Palpasi : hepar,lien ,ginjal, pembesaran organ abdomen,
5 nyeri tekan
1 Perkusi : batas paru-hepar, pemeriksaan asites
6
1 Ekstremitas superior/inferior : up and down test, palmar
7 eritema, pucat, edema, kuku, clubbing finger,
sianosis,atrofi/hipotrofi otot
1 Melaporkan hasil pemeriksaan dan follow up lebih
8 lanjut

174
Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../42 x 100% = %

Banda Aceh, ..........2019

Observer

175
4. PEMASANGAN KATETER
Dr. dr. Dahril, SpU
Bagian Urologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter urine secara aseptik dan tepat

Kateterisasi uretra adalah tindakan memasukkan kateter ke dalam buli-buli


melalui uretra sampai ke dalam vesica urinaria
Tujuan kateterisasi :
1. Tujuan diagnosis :
- Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk
pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi
resiko terjadinya kontaminasi sample urine oleh bakteri komensal
Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah pasien
miksi
- Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain :
sistografi atau pemeriksaan adnya refluks vesico-ureter melalui
pemeriksaan voiding cysto-urethrography (VCUG)
- Pemeriksaan urodinamik untuk menilai tekanan intra vesika dan flow
urin
- Menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar serta pasien
shock
2. Tujuan terapi :
- Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal
baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat maupun oleh benda asing
(bekuan darah) yang menyumbat uretra
- Mengeluarkan urine pada disfungsi buli-buli (neurogenic bladder)
- Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah yaitu
pada prostektomi, vesikolitotomi
- Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi
uretra dan untuk evakuasi buli dengan kombinasi irigasi ketika urin
mengandung bahan-bahan partikel ( post transurethral resection, evakuasi
clot/ material purulent).
- Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain : sitostatika atau
antiseptik untuk buli-buli

Kateter yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya di lepas setelah


tujuan selesai, tetapi yang ditujukan untuk terapi, tetap dipertahankan hingga
tujuan terpenuhi.

Indikasi kateterisasi :
1. Retentio urine

176
2. Monitoring ketat produksi urin
3. Operasi urethra / bladder outlet
4. Buli-buli neuropathy
5. Urine sampling
6. Instilasi ke dalam buli-buli
7. Spalk urethra

Indikasi kontra :
Radang akut urethra
Trauma uretra

Komplikasi
Infeksi saluran kemih
Hematuria
Batu vesica
Striktur uretra

Macam-macam kateter
Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian, system
retaining (pengunci) dan jumlah percabangan.

Keterangan :
A, B : kateter Nelaton
C, D : kateter Tiemann
E : kateter Malecot empat sayap
F : kateter Malecot dua sayap
G : kateter Pezzer (cystotomy)
H : Foley two way catheter
I : Folley three way catheter

Ukuran kateter
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini
merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Cheriere (Ch) atau 1 French (Fr) =
0,33 mm, atau 1 mm = 3 FR

Kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter tersebut adalah 6


mm. Kateter yang mempunyai ukuran sama belum tentu mempunyai diameter
lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah lumen pada keteter itu.

177
Bahan kateter
Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks), lateks
dengan lapisan silicon (siliconized) dan silikon (untuk pemasangan kateter jangka
panjang). Perbedaan bahan kateter menentukan biokompatibilitas kateter di dalam
buli-buli, sehingga akan mempengaruhi daya tahan kateter yang terpasang di buli-
buli.

Persiapan kateterisasi
1. Informasi lengkap dan informed consent (jelaskan dasar pemasangan kateter
kepada pasien)
2. Memperhatikan prinsip pemasangan kateter :
- Dilakukan secara aseptik dengan melakukan desinfeksi di meatal dan
genitalia secukupnya memakai bahan yang tidak menimbulkan iritasi pada
kulit genetalia
- Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien, dapat memakai gel
yang mengandung lidocaine 2% (kateter dipasang 15 menit setelah
pemberian gel)
- Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif untuk
melakukan drainase urine, yaitu untuk orang dewasa ukuran 16Fr-18Fr.
Kateter logam tidak digunakan pada tindakan kateterisasi pada pria karena
akan menimbulkan kerusakan uretra
- - Jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan memakai sistem
tertutup yaitu dengan menghubungkan kateter pada saluran penampung
urine (urine bag)
- Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai dilakukan
tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine. Makin lama kateter
dipasang, penyulit berupa infeksi atau cedera uretra semakin mungkin
terjadi.

Teknik Kateterisasi
1. Pada Pria
- Baringkan pasien
- Dokter berdiri disebelah kiri pasien
- Dokter memakai sarung tangan steril
- Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah sekitarnya, daerah
genetalia dipersempit dengan kain steril (doek steril)
- Dimasukkan jelly yang mengandung lidocain 10 cc melalui muara uretra
externa
- Kateter dipegang seperti memegang pensil, kemudian dimasukkan ke
dalam muara uretra eksterna

178
- Pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah
bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan,
dalam hal ini terus dorong kateter tanpa tenaga yang berlebihan, dan
pasien diperintahkan untuk mengambil napas dalam/menelan supaya
sfingter uretra eksterna menjadi lebih relaks. Kateter terus di dorong secara
lembut hingga masuk ke dalam buli-buli yang ditandai dengan keluarnya
urine dari lubang kateter. Bila urin tidak keluar, lakukan penekanan di
daerah suprapubis, dan bila tetap tidak keluar lakukan spooling dengan 20
mL saline kemudian aspirasi. Perhatikan urine : jernih, keruh, merah,
volume total (dicatat). Bila keadaan buli sebelumnya sangat distensi (pada
pasien BPH) dan urine inisial keluar secara cepat, sebaiknya pengosongan
dilakukan secara bertahap (selama 30 – 60 menit) untuk menghindari
terjadinya hematuria akibat dekompresi cepat atau ex vacuo hematuria.
- Kateter terus di dorong hingga masuk ke buli-buli lagi hingga percabangan
kateter menyentuh meatus uretra eksterna
- Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 ml air steril
- Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag
- Kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian
proksimal. Fiksasi kateter yang tidak tepat, yaitu yang mengarah ke
kaudal, akan menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian peno
skrotal sehingga terjadi nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul
striktura uretra atau fistel uretra.

179
2. Pada Wanita
Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita jarang
menjumpai kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek. Pada pemasangan kateter
pada wanita, operator berdiri di sebelah kanan pasien. Kesulitan yang sering
dijumpai adalah pada saat mencari muara uretra karena terdapat stenosis muara
uretra atau tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks dan
obesitas atau pun perubahan-perubahan anatomis akibat penuaan.

Kesulitan dalam memasukkan kateter :


- Pada pria kateter sering tertahan di uretra pars bulbosa yang bentuknya seperti
huruf “S”
- Ketegangan dari sfingter uretra eksterna karena pasien merasa kesakitan dan
ketakutan

180
- Terdapat sumbatan organik di uretra yang disebabkan batu uretra, striktur
uretra, kontraktur leher buli-buli, atau tumor uretra

Ketegangan sfingter uretra eksterna dapat diatasi dengan :


- Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung kateter sampai
terjadi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter dapat masuk dengan lancar ke
buli-buli
- Pemberian anastesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2% dengan
jelly 10-20 ml yang dimasukkan per-uretram, sebelum dilakukan kateterisasi
- Pemberian sedatif per enteral sebelum kateterisasi
Pemakaian kateter menetap akan mengundang timbulnya beberapa penyulit
jika pasien tidak merawatnya dengan benar. Karena itu beberapa hal yang perlu
dijelaskan pada Pasien adalah :
Pasien harus banyak minum untuk menghindari terjadinya enkrustasi pada
kateter dan tertimbunnya debris/kotoran dalam buli-buli
1. Selalu membersihkan nanah, darah dan getah/sekret kelenjar periuretra yang
menempel pada meatus uretra/kateter dengan kapas basah
2. Jangan mengangkat/meletakkan kantong penampung urine karena dapat
terjadi aliran balik urine ke buli-buli
3. Jangan sering membuka saluran penampung yang dihubungkan dengan kateter
karena akan mempermudah masuknya kuman
4. Mengganti kateter setiap 2 minggu sekali dengan yang baru untuk kateter jenis
lateks atau 4 minggu sekali untuk jenis silikon.

Penyulit yang bisa terjadi pada tindakan kateterisasi :


- Lesi mukosa
- False route
- Hematuria
- Uninhibitory detrusor contraction
- Infeksi
- Bakteriuria persisten
- Uretritis, abses, fistel
- Batu buli-buli
Kateter tidak dapat dibuka, mungkin diakibatkan oleh :
- kesalahan pabrik, pernah di klem (dijepit) atau karena pemasangan terlalu
lama. Dapat diatasi dengan : isi eter ± 10 ml atau tusuk jarum dengan USG.
Kateterisasi gagal mungkin diakibatkan :
- Salah teknik
- Striktura uretra
- Batu “impacted”
- Kontraktur leher buli-buli

Apabila kateterisi gagal, maka indikasi untuk dilakukannya sistotomi


(pembuatan lubang di daerah buli).

181
CHECKLIST : PEMASANGAN KATETER

No Aspek yang dinilai Skor


0 1 2
1. Persiapan
a. Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur
tentang cara dan tujuan pemeriksaan & efek yang
ditimbulkan, serta meminta persetujuan pasien
b. Mempersiapkan alat dan bahan: kateter urine dengan ukuran
sesuai, urine bag, spuit 5 cc/10cc, akuades & NaCl 0,9%,
doek steril, sarung tangan steril, pinset, jelly yang
mengandung obat anestesi, povidone iodine
c. Meminta pasien untuk berbaring
d. Dokter berdiri disebelah kiri pasien (pasien laki-laki)
(kecuali kidal)
e. Dokter mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
secara aseptik
f. Mengetes bahan kateter
2. Teknik
a. Melakukan desinfeksi area muara uretra eksterna sampai
perineum, kemudian membatasi dengan menggunakan doek
steril
b. Membuat larutan lubricant (2cc lidocaine + 8cc gelly) dalam
spuit 10cc lalu menyemprotkan secara gentle kedalam
uretra : dewasa (10cc), anak-anak (3-5cc) dan biarkan selama
3-5 menit
c. Memasukkan kateter dengan menggunakan pinset secara
perlahan
d. Pada saat terasa tahanan (daerah bulbomembranasea),
meminta pasien untuk rileks misalnya dengan menelan atau
menarik napas dalam agar sfingter uretra eksternal relaks
e. Mendorong terus kateter hingga percabangan kateter
menyentuh meatus uretra eksterna
f. Bila urin keluar dari lubang kateter, ditampung dengan
kidney basin dan diukur jumlahnya. Perhatikan urine :
volume, dan warna (jernih, keruh, merah)
g. Mengembangkan balon kateter sesuai volume kateter
bersangkutan (5-10 ml) dengan aquades steril, memasang
urin bag lalu kateter ditarik mundur sampai tertahan oleh
balon
h. Bila urine tidak keluar, uji coba dengan memasukkan NaCl
0,9 % 10 cc, kemudian tarik kembali. Apabila gagal,
kateterisasi dihentikan

182
i. Membersihkan kembali area genetalia dan doek steril dibuka
j. Daerah antara ujung penis dan kateter ditutup dengan kasa
k. Memfiksasi kateter menggunakan plester di daerah inguinal
atau perut bagian bawah (suprapubik)
3. Memberikan informasi bahwa pemasangan telah selesai
dan follow up lebih lanjut
4. Menuliskan laporan pemasangan dalam rekam medik
(termasuk berapa volume aquades yang dipakai untuk
mengembangkan balon)

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan: Skor total ......../36 x 100% = %

Banda Aceh,………………2019

Observer

183

Anda mungkin juga menyukai