Anda di halaman 1dari 25

Health Education

Pap Smear

Oleh:

Safira Ramadhani Alamtaha

210141010226

Masa KKM: 18 April – 26 Juni 2022

Supervisior Pembimbing:

dr. R.A.A. Mewengkang, Sp.OG

Residen Pendamping
dr. Iriawan Indra Putra

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul

“Pap Smear”

Telah dikoreksi, disetujui, dan dibacakan pada tanggal

Oleh:
Safira Ramadhani Alamtaha
210141010226
Masa KKM: 18 April – 26 Juni 2022

Residen Pembimbing

dr. Iriawan Indra Putra

Supervisor Pembimbing

dr. R.A.A. Mewengkang, Sp.OG

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3

2.1 Definisi .............................................................................................................................. 3


2.2 Anatomi Serviks................................................................................................................ 3
2.3 Tujuan dan Manfaat Pap Smear ........................................................................................ 5
2.4 Indikasi Pap Smear ........................................................................................................... 7
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pap Smear ................................................................. 8
2.6 Jenis-jenis Pemeriksaan Pap Smear ................................................................................ 10
2.7 Pemeriksaan Pap Smear .................................................................................................. 11
2.8 Interpretasi Hasil Pap Smear ........................................................................................... 13
2.9 Kelebihan Pap Smear ...................................................................................................... 16
2.10 Kekurangan Pap Smear ................................................................................................. 16
2.11 Komplikasi .................................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Summary of 2012 Screening Guidelines from the American Cancer

Society...............................................................................................................................8

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Serviks…………………………………………………………………...4

Gambar 2. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear………………………………………………...12

Gambar 3. Alur Penatalaksaan hasil Pap Smear……………………………………………...16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi vagina secara mikroskopis

terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks yang kemudian dikirim ke

laboratorium untuk diperiksa. Pap Smear pertama kali ditemukan oleh Dr. George

Papanicolau pada tahun 1928. Tes ini terbukti mampu menurunkan mortalitas 70-

80% akibat kanker serviks di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.

Pemeriksaan Pap Smear ini menjadi metode diagnosis dini pada karsinoma servisis

uteri dan karsinoma korporis uteri yang dianjurkan dilakukan rutin (0,5 – 1 tahun

sekali) sehingga merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita

dengan dideteksinya lesi pra-kanker berkembang menjadi kanker atau kanker

stadium dini. Tindakan ini sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa

nyerinya.1

Selain menurunkan angka kematian, pemeriksaan Pap Smear secara rutin

dapat mempermudah pengobatan, karena kanker serviks lebih awal diketahui. Di

seluruh dunia, diperkirakan sebanyak 500.000 kasus baru kanker serviks dan

sebanyak 274.000 orang meninggal akibat kanker serviks tiap tahunnya. Hal ini

menjadikan kanker serviks sebagai penyebab kematian tersering kedua akibat

kanker pada wanita. Namun insiden kanker serviks telah mengalami penurunan

lebih dari 50 % dalam 30 tahun terakhir, hal ini disebabkan oleh peningkatan

skrining kanker serviks dengan sitologi servikal.1, 2

Pada kenyataannya, insiden kanker serviks di USA telah berkurang dari 14,8

kasus per 100.000 wanita pada tahun 1975 menjadi 6,5 kasus per 100.000 wanita

1
pada tahun 2006. Meskipun secara global, insidensi dan prevalensi kanker serviks

telah menurun drastis namun pada negara berkembang termasuk Indonesia hal

tersebut masih tinggi akibat kurangnya program skrining, dan diperkirakan 80%

dari seluruh penderita kanker serviks meninggal pada negara berkembang. 1, 2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pap Smear atau tes Pap adalah suatu prosedur untuk memeriksa kanker

serviks pada wanita. Pap Smear meliputi pengumpulan sel-sel dari leher rahim dan

kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi lesi kanker atau

prakanker. Tes Pap merupakan tes yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-

tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher

rahim.

Skrining utama dari kanker serviks selama 60 tahun terakhir adalah tes

Papanicolaou. Tes Papanicolaou, juga dikenal sebagai tes Pap atau Pap smear,

dikembangkan pada 1940-an oleh Georgios Papanikolaou. Pap smear mengambil

nama dari Papanikolau, yang merupakan seorang dokter yang meneliti,

mengumumkan serta mempopulerkan tentang teknik tersebut. Diharapkan untuk

mendeteksi kanker leher rahim pada tahap awal, tetapi seiring waktu bahkan lesi

pra-kanker juga dapat terdeteksi.3

2.2 Anatomi Serviks

Serviks adalah bagian uterus yang terendah dan menonjol ke vagina bagian

atas. Terbagi menjadi dua bagian, bagian atas disebut bagian supravaginal dan

bagian bawah disebut bagian vaginal (portio). Serviks merupakan bagian yang

terpisah dari badan uterus dan biasanya membentuk silinder, panjangnya 2,5-3 cm,

mengarah ke belakang bawah. Bagian luar dari serviks pars vaginalis disebut

ektoserviks dan berwarna merah muda. Di bagian tengah portio terdapat satu

3
lubang yang disebut ostium uteri eksternum yang berbentuk bundar pada wanita

yang belum pernah melahirkan dan berbentuk bulan sabit bagi wanita yang pernah

melahirkan.

Gambar 1. Anatomi Serviks

Ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum dihubungkan oleh

kanalis servikalis yang dilapisi oleh epitel endoserviks. Biasanya panjang kanalis

servikalis adalah 2,5 cm, berbentuk lonjong, lebarnya kira-kira 8 mm dan

mempunyai lipatan mukosa yang memanjang. Serviks sendiri disusun oleh sedikit

otot polos (terutama pada endoserviks), jaringan elastik, dan banyak jaringan ikat

sehingga kanalis servikalis mudah dilebarkan dengan dilator. Jika terjadi infeksi

pada kanalis servikalis, dapat terjadi perlekatan dan pembengkakan lipatan-lipatan

mukosa sehingga spekulum endoserviks sulit ataupun tidak mungkin dimasukkan

sehingga tidak dapat dilakukan penilaian kanalis servikalis.4

4
Pembuluh darah serviks berada pada bagian kanan kirinya. Arteri terutama

berasal dari cabang servikovaginalis arteri uterina, dari arteri vaginalis, dan secara

langsung dari arteri uterina. Serviks diinervasi oleh susunan saraf otonom baik

susunan saraf simpatis maupun saraf parasimpatis. Susunan saraf simpatis berasal

dari daerah T5-L2 yang mengirimkan serat-serat yang bersinaps pada satu atau

beberapa pleksus yang terdapat pada dinding abdomen belakang atau di dalam

pelvis sehingga yang sampai di serviks adalah serat post ganglionik. Serat

parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps dalam pleksus dekat atau

dinding uterus. Karena otot lebih banyak terdapat di sekitar ostium uteri internum,

maka inervasi di daerah tersebut lebih banyak daripada di ostium uteri eksternum. 4

Saraf sensorik serviks sangat erat hubungannya dengan saraf otonom dan

memasuki susunan saraf pusat melalui daerah torakolumbal dan daerah sakral.

Serat-serat dalam stroma terlihat berjalan sejajar dengan serat otot walaupun ujung-

ujung saraf sensorik belum pernah ditemukan.4

2.3 Tujuan dan Manfaat Pap Smear

Tujuan dan manfaat pap smear, yaitu:

1. Evaluasi sitohormonal

Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui

pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah sekret

vagina yang berasal dari dinding lateral vagina satu per tiga bagian

atas.4

5
2. Mendiagnosis peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat didiagnosa

dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut maupun

kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang

khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya.

Walaupun terkadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan

reaksi yang khas pada sediaan pap smear.4

3. Identifikasi organisme penyebab peradangan

Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang

sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ

tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada

vagina dan serviks sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga

berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan

organisme penyebabnya.4

4. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker

leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif).

Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat

pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher

rahim. Pap smear yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining

deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik

prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan

diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak

6
dapat menggantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti

diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker leher

rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan

biopsi leher rahim, sebelum dilakukan tindakan selanjutnya.4

5. Memantau hasil terapi

Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan

endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher

rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya

kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil

terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati

dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.4

2.4 Indikasi Pap Smear

Tes Pap Smear diindikasikan untuk skrining lesi kanker dan lesi

prakanker dari serviks. Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap

smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak

menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas

seksualnya memeriksakan diri.

Wanita di bawah usia 21 tahun terhitung hanya 0,1% yang mengidap

kanker serviks dan tidak ada bukti yang kuat bahwa skrining kanker serviks

pada kelompok usia tersebut dapat menurunkan insidensi, morbiditas atau

mortalitas dari kanker serviks. Menyadari fakta tersebut dan kemungkinan

skrining kanker serviks menyebabkan evaluasi tidak perlu dan berpotensi

berbahaya pada wanita berisiko sangat rendah untuk keganasan, American

7
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merevisi pedoman

skrining kanker serviks, yaitu dimulai saat usia 21 tahun, tanpa

mempertimbangkan riwayat seksual sebelumnya.5

Parameter ACS Rekomendasi


Usia memulai Mulai skrining sitologi pada usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan
skrining riwayat seksual sebelumnya.
Skrining antara Skrining dengan sitologi saja setiap 3 tahun. * Pemeriksaan HPV
usia 21–29 tidak harus dilakukan pada kelompok umur ini.
Skrining antara Skrining dengan kombinasi sitologi dan pemeriksaan HPV setiap 5
usia 30-65 tahun (dianjurkan) atau sitologi saja setiap 3 tahun. * Skrining HPV saja
secara umum tidak direkomendasikan..
Usia berhenti Usia 65 tahun, jika wanita memiliki skrining awal negatif dan tidak
skrining dinyatakan risiko tinggi kanker serviks.
Skrining setelah tidak diindikasikan untuk wanita tanpa leher rahim dan tanpa riwayat
histerektomi lesi prakanker grade tinggi (misalnya, CIN2 atau CIN3) dalam 20 tahun
terakhir atau kanker serviks.
Wanita yang Skrining dengan rekomendasi yang sama dengan wanita tanpa vaksin
vaksin HPV HPV.
Pedoman ini tidak ditujukan pada populasi spesial ( seperti, wanita dengan riwayat kanker
serviks, wanita yang rahimnya terpapar dietilstilbestrol, wanita yang
immunocompromised) yang mungkin membutuhkan skrining lebih intensif atau alternatif
lain.

Tabel 1. Summary of 2012 Screening Guidelines from the American


Cancer Society

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pap Smear

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pap smear, yaitu :

1. Umur

Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada

usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker

leher rahim. Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses

kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu

8
alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami

kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit. 5

2. Sosial ekonomi

Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada

sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear

secara rutin.5

3. Paritas

Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat

hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan

terlampau dekat mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel

abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel

abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang pada

keganasan.5

4. Usia wanita saat nikah

Usia menikah < 20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami

perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel

rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-

zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahanya, jika

belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak

seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat

menjadi sel kanker.5

9
2.6 Jenis-jenis Pemeriksaan Pap Smear

Ada 2 cara pemeriksaan Pap Smear:6

1. Pemeriksaan Sitologi Konvensional

Keterbatasan Pemeriksaan Sitologi Konvensional:

a. Sampel tidak memadai karena sebagian sel tertinggal pada brush

(sikat untuk pengambilan sampel), sehingga sampel tidak

representatif dan tidak menggambarkan kondisi pasien sebenarnya.

b. Subyektif dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang dihasilkan

tergantung pada operator yang membuat usapan pada kaca benda.

c. Kemampuan deteksi terbatas (karena sebagian sel tidak terbawa dan

preparat yang bertumpuk dan kabur karena kotoran/faktor

pengganggu.

2. Pemeriksaan Sitologi Berbasis cairan atau Liquid

Merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi

kelainan sel- sel leher rahim. Dengan metode ini, sampel (cara pengambilan

sama seperti pengambilan untuk sampel sitologi biasa/Pap Smear)

dimasukkan ke dalam cairan khusus sehingga sel atau faktor pengganggu

lainnya dapat dieliminasi. Selanjutnya, sampel diproses dengan alat

otomatis lalu dilekatkan pada kaca benda kemudian diwarnai lalu dilihat di

bawah mikroskop oleh seorang dokter ahli Patologi Anatomi.

Keungulan pemeriksaan sitologi berbasis cairan/Liquid :

a. Sampel memadai karena hampir 100 % sel yang terambil dimasukkan

ke dalam cairan dalam tabung sampel

10
b. Proses terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis,

sehingga preparat (usapan sel pada kaca benda) representatif, lapisan

sel tipis, serta bebas dari kotoran/pengganggu

c. Meningkatkan kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya kelainan

sel leher rahim

d. Sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA

2.7 Pemeriksaan Pap Smear

2.7.1 Persiapan

a. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina,

ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam

sebelum pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke

dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. 6

b. Tidak sedang menstruasi , karena darah dan sel dari dalam

rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear. 6

2.7.2 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:6, 7

1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve

(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau

tanda, dan alkohol 95%.

2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.

3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks

posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.

11
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.

5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,

dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360˚ searah

jarum jam.

6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi

yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali

usapan.

7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.

8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan

dikirim ke ahli patologi anatomi.

Gambar 2. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

2.7.3 Syarat Pengambilan Bahan

Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi

prakanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interpretasi

sitologi yang akurat bila memenuhi syarat yaitu: 8

a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.

12
b. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar

masa haid, yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan

masa pramenstruasi.

c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid

dan dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap

smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.

d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai

selesai pengobatan.

e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina

(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat

melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-

kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.

f. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan

saja.

2.8 Interpretasi Hasil Pap Smear

Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap

Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan

sistem Bethesda.

Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas, yaitu:9

• Kelas I : tidak ada sel abnormal.

• Kelas II: terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi

adanya keganasan.

• Kelas III: gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan

13
sampai sedang.

• Kelas IV: gambaran sitologi dijumpai displasia berat.

• Kelas V: keganasan.

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di

Amerika Serikat Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Smear terdiri dari:9

1. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma

pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.

2. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua

pertiga epitelium.

3. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang

dimana telah melibatkan sampai ke basement membrane dari

epitelium.

Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988.

Setelah melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan

klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut:


10

1. Sel skuamosa

a. Atypical Squamous Cell of Undetermined Significance (ASC-

US) yaitu sel skuamosa atipikal yang tidak dapat ditentukan

secara signifikan. Sel skuamosa adalah datar, tipis yang

membentuk permukaan serviks.

b. Low-grade Squamous Intraephitelial Lesion (LSIL) , yaitu

tingkat rendah berarti perubahan dini dalam ukuran dan bentuk

sel. Lesi mengacu pada daerah jaringan abnormal, intaepitel

14
berarti sel abnormal hanya terdapat pada permukaan lapisan sel-

sel.

c. High-grade Squamosa Intraepithelial (HSIL) berarti bahwa

terdapat perubahan yang jelas dalam ukuran dan bentuk

abnormal sel-sel (prakanker) yang terlihat berbeda dengan sel-

sel normal.

d. Squamous Cells Carcinoma

2. Sel glandular

a. Atypical Glandular Cells (AGC), specify endocervical,

endometrial or not otherwise specified (NOS)

b. Atypical Endocervical Cells, favor neoplastic, specify

endocervical or not otherwise specified (NOS)

c. Endocervical Adenocarcinoma In situ (AIS)

d. Adenocarcinoma.

15
Adapun alur untuk penatalaksanaan dari hasil pap smear (Gambar 3).

Gambar 3. Alur Penatalaksaan hasil Pap Smear

2.9 Kelebihan Pap Smear

• Bisa dilakukan di berbagai rumah sakit dan bahkan ada di

tingkat Puskesmas

• Biaya pemeriksaan relatif murah dan terjangkau. 11

2.10 Kekurangan Pap Smear

• Sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks

sehingga ada bagian yang bisa jadi tidak terdeteksi

• Mungkin tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya

• Akurasi antara 80% hingga 90%. 11

16
2.11 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi jarang, hal ini berupa perdarahan ringan dan

infeksi. Pasien harus diedukasi tentang kemungkinan bercak darah yang

keluar dari vagina segera setelah pap smear dilakukan, karena hal ini

dianggap normal.11

17
BAB III

PENUTUP

Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari

leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan

tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk

mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.

Pemeriksaan pap smear bertujuan sebagai evaluasi sitohormonal,

mendiagnosis peradangan, identifikasi organisme penyebab peradangan,

mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim

dini atau lanjut (karsinoma/invasif) dan memantau hasil terapi.

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka

yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita

yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pap smear, antara lain umur, sosial ekonomi, paritas,

dan usia wanita saat nikah.

Tindakan pap smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa

nyerinya. Dengan dilakukannya pap smear dapat menurunkan angka kematian

akibat kanker serviks karena tes pap smear dapat secara akurat mendeteksi 90%

dari kanker serviks, bahkan sebelum gejalanya muncul.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. In: Pemeriksaan

Ginekologik.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,164-165.

2. Ries LA, Melbert D, Krapcho M, Stinchcomb DG, Howlander N,

Horner MJ, et al. 2009. SEER cancer statistics review. Bethesda

(MD): National Cancer Institute.

3. Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines:

Key points for policy-makers and health professionals. 31 December

2008. World Health Organization.

4. Diananda, R. 2009. Panduan Lengkap Mengenai Kanker.

Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.

5. Karjane NW, Chelmow D. Pap Smear. Medscape Medical

News; 2012. (http://emedicine.medscape.com/article/1947979-

overview#showall diakses 18 Juli 2012).

6. Lestadi, Julisar. 2009. Sitologi Pap Smear : Alat Pencegahan &

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim. Jakarta : EGC.

7. Cervical Cytology Screening. December 2009. ACOG Practice

Bulletin.

8. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Memahami Kesehatan Reproduksi

Perempuan.Jakarta; EGC. 2009. Hal. 61-62.

9. Rasjidi, Imam. 2008. Manual Prakanker Serviks. Jakarta : Sagung

Seto.

10. Romauli, S. dan Vindari, A. 2011. Kesehatan Reproduksi.

19
Yogyakarta: Nuha Medik.

11. Marquardt, N., 2002. Cervical Neoplasma and Carcinoma. In:

Marquardt, N., ed.Obstetrics and Gynecology, 4th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins,547-565.

20

Anda mungkin juga menyukai