Oleh:
210141010226
Supervisior Pembimbing:
Residen Pendamping
dr. Iriawan Indra Putra
Oleh:
Safira Ramadhani Alamtaha
210141010226
Masa KKM: 18 April – 26 Juni 2022
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
2.6 Diagnosis..................................................................................................................... 5
2.9 Komplikasi…………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….....16
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan penyakit infeksi pada traktus genital bagian atas wanita, yang
merupakan sebuah spektrum infeksi pada traktus genitalia wanita dengan jalur
bawah. Penyakit yang termasuk dalam PID yaitu endometritis, salpingitis, abses
infeksi yang merupakan komplikasi dari infeksi menular seksual. 1,2 Di Amerika
Serikat dari tahun 1995 sampai 2001, 769.859 wanita didiagnosis dengan PID
setiap tahun.3 Namun, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika
Serikat pada tahun 2007 memperkirakan bahwa lebih dari 1 juta wanita mengalami
PID setiap tahun.4 Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi setiap tahun
sebesar lebih 850.000 kasus baru setiap tahun. PID merupakan infeksi serius yang
paling biasa terjadi pada perempuan usia 16 - 25 tahun. Kurang lebih 15% kasus
PID terjadi setelah tindakan biopsi endometrium, kuretase, histeroskopi dan insersi
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan 85% kasus terjadi infeksi spontan pada
perempuan usia reproduksi yang secara seksual aktif.6 Sehingga apabila tidak
1
pengobatan dini untuk PID sangat berpotensi mencegah komplikasi, mendapatkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
merupakan penyakit infeksi pada traktus genital bagian atas wanita, yang
merupakan sebuah spektrum infeksi pada traktus genitalia wanita dengan jalur
traktus genitalia bawah. Penyakit yang termasuk dalam PID yaitu endometritis,
besar PID terkait dengan infeksi yang merupakan komplikasi dari infeksi menular
seksual.1,2
Etiologi paling umum dari PID ialah Infeksi jalur ascending (menaik) dari
serviks. Dalam 85% kasus, infeksi disebabkan oleh bakteri menular seksual yaitu
yang paling umum. Sekitar 10% sampai 15% wanita dengan endoserviks yang
berkontribusi terhadap penyakit ini. Selain itu, patogen yang bertanggung jawab
3
Streptococci) dapat terlibat pada PID akut. Mereka menyumbang sekitar 15% dari
c. Sekitar 85% kasus terjadi infeksi spontan pada perempuan usia reproduksi
yang aktif secara seksual (usia 25 atau lebih muda; pertamakali coitus
usia <15 tahun). Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang
servical ektopi yang lebih besar, proteksi antibody chlamidya yang masih
d. Infeksi oleh organisme menular seksual, dan sekitar 15% pasien dengan
menjadi predisposisi terjadi infeksi. Kurang lebih 15% kasus PID setelah
insersi.6,11,12
4
2.5 Manifestasi Klinis
dari gejala yang cukup beragam. Bahkan pasien mungkin tidak menunjukkan
gejala karena masih pada tingkat keparahan yang ringan. Gejala utama PID adalah
timbulnya nyeri perut bagian bawah atau panggul yang tiba-tiba pada wanita yang
aktif secara seksual. Gejala lainnya adalah nyeri bilateral ringan di bawah, nyeri
frekuensi buang air kecil, disuria, atau keputihan abnormal. Demam juga dapat
terjadi, tetapi bukan merupakan gejala yang dominan. Nyeri kuadran kanan atas
yang memburuk dengan gerakan dan pernapasan disebabkan oleh peradangan dan
Curtis).13
2.6 Diagnosis
Diagnosis PID harus secara klinis, dengan pencitraan dan pemahaman yang
lebih komprehensif dan luas terlebih khusus untuk kasus yang belum pasti
ovarium).13,14 Oleh karena itu, dokter harus membuat diagnosis dan memulai
pengobatan untuk PID jika tidak ada penyakit lain. Diagnosis lebih mungkin pada
wanita yang aktif secara seksual lebih muda dari 25 tahun atau pada wanita yang
lebih tua berisiko IMS dengan nyeri di perut bagian bawah atau panggul dan satu
atau lebih dari hasil temuan dari pemeriksaan klinis (Gambar 1).13
5
Gambar 1. Algoritma Diagnosis PID serta untuk menentukan penanganan13
Kebanyakan wanita dengan PID memiliki hasil dimana telah terjadi infeksi
saluran genital bawah, seperti sekret mukopurulen atau peningkatan sel darah putih
pada mikroskop saline (yaitu, persiapan basah dengan setidaknya satu sel darah
putih per sel epitel).15 Tidak adanya temuan tersebut harus segera
pada pasien dengan gejala ringan. Menambahkan lebih banyak temuan diagnostik
menetapkan kriteria minimal untuk diagnosis PID. Menurut kriteria ini, pengobatan
empiris PID diindikasikan ketika pasien yang berisiko penyakit menular seksual
6
(PMS) mengalami nyeri panggul atau perut bagian bawah, tidak ada penyebab
penyakitnya yang dapat diidentifikasi selain PID dan pada pemeriksaan panggul, 1
PID untuk menilai gerakan serviks, uterus, dan/atau nyeri tekan adneksa;
7
serviks yang mukopurulen. Pemeriksaan mikroskop pada keputihan
trikomoniasis.
Semua pasien yang diduga menderita PID harus menjalani tes kehamilan
serum atau urin; jika positif, kehamilan ektopik harus disingkirkan. Pasien juga
harus diskrining dengan tes amplifikasi asam nukleat untuk klamidia dan gonore
menggunakan swab vagina yang diambil sendiri oleh pasien atau spesimen vagina
atau endoserviks.17 Tes amplifikasi asam nukleat untuk gonore dan klamidia
sangat sensitif (90% hingga 98% dan 88,9% hingga 95,2%), spesifik (masing-
masing 98% hingga 100% dan 99,1% hingga 100%), dan hemat biaya.18 Hasil
negatif tidak menyingkirkan infeksi saluran reproduksi bagian atas, tetapi hasil
diagnosis PID. Tes amplifikasi asam nukleat yang digunakan untuk M. genitalium
Imaging (MRI) dan Ultrasonografi (USG) dapat terlihat cairan pada panggul, dan
PID. CT-Scan juga memberikan gambaran adanya cairan bebas pada pelvis,
8
endometrium dapat menunjukkan endometritis pada histopatologi.
2.6 Patofisiologi
organisme.
Organisme dapat menyebar ke seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara
yaitu:21
peritonium.
9
Gambar 3. Penyebaran ascending dari infeksi
traktus genital atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung
jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis
akuisisi dari vagina atau infeksi servikal. Penyakit menular seksual yang
barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul
akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu
10
akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama
2.7 Tatalaksana
Protokol tatalaksana PID menurut The Centers of Disease Control and Prevention
(CDC):11,12
a. Terapi oral
Terapi oral dapat dipertimbang untuk penderita PID ringan atau sedang karena
- Rekomendasi terapi A
tanpa
- Rekomendasi terapi B
11
• Sefalosforin generasi ketiga (misal seftizoksim atau sefotaksim)
hari.
b. Terapi Parenteral
12
Beberapa ahli menganjurkan bahwa pasien dengan PID dirawat inap agar
dapat segera dimulai istirahat baring dan pemberian antibiotik parenteral dalam
pengawasan. Akan tetapi, untuk pasien-pasien PID ringan atau sedang rawat jalan
dapat memberikan kesudahan jangka pendek dan panjang yang sama dengan
rawat inap. Keputusan untuk rawat inap ada ditangan dokter yang merawat.
b. Kehamilan
g. Pasien menderita sakit berat, mual dan muntah, atau demam tinggi
suhu >38,5 0 C
j. Abses tubo-ovarium
Banyak pasien yang berhasil dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan ini harus
pada organisme etiologik utama (N. Gonorrhea atau C. Trachomatis) tetapi juga
harus mengarah pada sifat polimikrobial pada PID. Untuk pasien dengan PID
ringan atau sedang terapi oral dan parenteral mempunyai daya guna klinis yang
13
sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan terapi parenteral yang paling tidak
selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terapi oral 24 jam setelah ada
perbaikan klinis.11,12
2.8 Prognosis
Dengan terapi adekuat 85% dari seluruh kasus terbukti sukses dan 75% pasien
2.9 Komplikasi
Pengobatan PID yang tertunda dapat memberikan hasil yang buruk dan komplikasi
jangka panjang. Bahkan dengan pengobatan yang tepat waktu, komplikasi jangka
panjang dapat terjadi. Satu studi memperkirakan bahwa wanita usia antara 20 – 24
tahun dengan PID, 18% mengalami nyeri kronis, 8,5% akan berkembang menjadi
Nyeri panggul kronis terjadi pada 1/3 wanita dengan PID. Rasa sakit diduga
14
• Infertilitas
utama pada wanita dengan riwayat PID. Infeksi dan inflamasi dapat
epite silia dari tuba falopi dan oklusi tuba, menyebabkan jaringan parut dan
kali lipat infertilitas pada wanita dengan riwayat PID. Infertilitas terkait
dengan PID lebih mungkin terjadi jika klamidia adalah penyebab infeksi,
jika ada keterlambatan dalam pengobatan untuk PID, jika pasien memiliki
• Kehamilan Ektopik
PID. Kehamilan ektopik adalah akibat langsung dari kerusakan tuba falopi.
(perihepatitis).28
15
BAB III
PENUTUP
Faktor resiko PID adalah riwayat PID sebelumnya, banyak pasangan seks,
perempuan usia reproduksi yang aktif secara seksual (usia 25 atau lebih muda;
pertama kali coitus usia <15 tahun), riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS),
melalui serviks. Meskipun PID terkait dengan infeksi menular seksual alat
N.gonorhea dan C. Trachomatis. Cardinal Sign dari PID adalah nyeri perut
kombinasi dari temuan berikut : nyeri gerak serviks, nyeri tekan uterus, nyeri
tekan adneksa.
jika didiagnosa dan diterapi segera. Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat
buruk jangka panjang. Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada PID
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Woodhall SC, Gorwitz RJ, Migchelsen SJ, Gottlieb SL, Horner PJ, Geisler
4. CDC. PID Fact Sheet. Atlanta, GA: Department of Health and Human
Services; 2007.
17
Gynecol. 2018;2018:5831029.
9. Risser WL, Risser JM, Risser AL. Current perspectives in the USA on the
27 Mei 2017.
12. Centre for Disease Control (CDC). Pelvic Inflammatory Disease (PID).
13. Workowski KA, Bolan GA; Centers for Disease Control and Prevention.
15. Yudin MH, Hillier SL, Wiesenfeld HC, et al. Vaginal polymorphonuclear
16. Workowski KA, Bachmann LH, Chan PA, et al. Sexually transmitted
18
infections treatment guidelines, 2021. MMWR Recomm Rep. 2021 Jul 23.
70 (4):1-187.
1):419-428.
20. Revzin MV, Mathur M, Dave HB, et al. Pelvic inflammatory disease:
Radiographics. 2016;36(5):1579-1596
21. Benson, Ralph C, Pernoll, Martin L. Buku Saku Obstetri & Ginekologi
27 Mei 2017.
24. Colombel JF, Shin A, Gibson PR. AGA Clinical Practice Update on
Feb;17(3):380-390.e1.
19
25. Witkin SS, Minis E, Athanasiou A, Leizer J, Linhares IM. Chlamydia
Oct;24(10).
26. Park ST, Lee SW, Kim MJ, Kang YM, Moon HM, Rhim CC. Clinical
at https://www.uspreventiveservicestaskforce.org/Page/Document/Recom
mendationStatementFinal/chlamydia-and-gonorrhea-screening. September
20