Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

Judul .................................................................................................
Daftar isi ............................................................................................ 1
Konsep dasar penyakit ....................................................................... 2
Pengertian ........................................................................................... 2
Epidemiologi ...................................................................................... 2
Etiologi ............................................................................................... 2
Faktor predisposisi .............................................................................. 2
Gejala klinis ....................................................................................... 3
Pemeriksaan fisik ............................................................................... 4
Pemeriksaan penunjang...................................................................... 4
Prognosis ........................................................................................... 5
Terapi ................................................................................................ 7
Penatalaksanaan ................................................................................. 12
Komplikasi ........................................................................................ 10

Konsep dasar keperawatan.................................................................... 6


Pengkajian.............................................................................................. 6
Diagnosa................................................................................................ 6
Intervensi .............................................................................................. 6
Evaluasi................................................................................................. 12
Daftar Pustaka ..................................................................................... 14

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1

DEFINISI/PENGERTIAN
Merupakan suatu kondisi yg jarang terjadi. Stenosis pilorik adalah penyempitan di bagian ujung
lambung tempat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya
sejumlah kecil isi lambung yg bisa masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak
akan mengalami penurunan berat badan. Gejala tersebut biasanya muncul pada usia 2-6 minggu.
Selain muntah hebat dan nyemprot, bayi juga terus-menerus merasa lapar, buang air besar tidak
teratur, serta gelisah. Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan dan bila terbukti
diagnosisnya stenosis pilorik, diperlukan tindakan bedah untuk melebarkan daerah yg
menyempit.

EPIDEMIOLOGI/INSIDEN KASUS
Stenosis pilorik. terjadi pada usia <2 bulan dan tampil dengan muntah-muntah refrakter setelah
diberi makan. Paling sering pada anak laki-laki pertama, dan bisa terdapat gangguan elektrolit
berat, tergantung pada durasinya.

PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini belum jelas diketahui. Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi
berumur 2-3 minggu dengan gejala muntah yang proyektil (menyemprot) bebrapa saat setelah
minum susu. Yang dimuntahkan hanya susu saja; bayi tampak selalu haus dan berat badannya
sukar bertambah.

FAKTOR PREDISPOSISI
Hal ini diyakini bahwa bayi yang mengembangkan kondisi tidak dilahirkan dengan pyloric
stenosis, tetapi bahwa bahan progresif dari lubang antara perut dan usus yang terjadi setelah
lahir. Yang terpengaruh bayi mulai menunjukkan gejala ketika lubang antara perut dan usus
sangat thickened bahwa perut tidak dapat lagi kosong benar.

Hal ini tidak diketahui apa yang menyebabkan bahan dari otot dari lubang antara perut dan usus ia mungkin merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Beberapa peneliti percaya bahwa ibu
hormon yang dapat menyebabkan kontribusi. Lain percaya bahwa bahan dari otot perut adalah
tanggapan dari beberapa jenis reaksi alergi pada tubuh.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa bayi dengan pyloric stenosis receptors kekurangan dalam
pyloric otot yang mendeteksi berhubung dgn sendawa oksida, sebuah kimia di dalam tubuh yang
memberitahu bahwa lubang antara perut dan usus otot untuk bersantai. Akibatnya, otot dalam
keadaan kontraksi hampir terus, yang menyebabkan ia menjadi lebih besar dan lebih kental
waktu. Mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk bahan ini terjadi, yang pyloric
mengapa stenosis bayi biasanya muncul dalam beberapa minggu setelah lahir.

GEJALA KLINIS
Gejala pyloric stenosis biasanya mulai sekitar usia 3 bulan. Mereka adalah:

Muntah - gejala pertama dari pyloric stenosis biasanya muntah-muntah. Pada awalnya
mungkin tampaknya bahwa bayi cukup sering peludahan atas, tapi kemudian cenderung
untuk kemajuan peluru muntah, di mana air susu ibu atau formula adalah ejected
forcefully dari mulut, dalam sebuah arc, kadang-kadang lebih dari jarak beberapa kaki.
Peluru muntah biasanya terjadi segera setelah akhir makan, meskipun dalam beberapa
kasus mungkin akan tertunda berjam-jam. Jarang, yang mungkin berisi muntah darah.
Dalam beberapa kasus, vomited susu Mei bau curdled karena telah dicampur dengan
asam lambung. Muntah yang tidak akan berisi empedu, cairan yang kehijau-hijauan dari
hati yang Mixes dicerna dengan makanan setelah meninggalkan perut.
Walaupun muntah, bayi dengan pyloric stenosis biasanya lapar kembali segera setelah
muntah dan akan makan. Gejala yang pyloric stenosis dapat menipu karena meskipun
bayi Mei tampaknya tidak nyaman, dia mungkin tidak akan muncul dalam besar atau
sakit pada awalnya kelihatan sangat sakit.

Perubahan stools - Bayi dengan pyloric stenosis biasanya memiliki lebih sedikit, lebih
kecil stools karena sedikit atau tidak ada makanan yang dapat mencapai intestines.
Sembelit atau stools lendir yang ada di dalamnya juga dapat gejala.
Kegagalan untuk mendapatkan berat dan kekelesaan - Sebagian besar bayi dengan
pyloric stenosis akan gagal untuk mendapatkan berat atau akan kehilangan berat

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dan laboratorium. Nilai status hidrasi. Cari sumber infeksi. Pemeriksaan
abdomen dan rektum untuk obstruksi atau anus imperforata. Pemeriksaan radiologi sesuai
3

indikasi. Jika anak berusia kurang dari 2 bulan, pertimbangkan ultrasonografi untuk stenosis
pilorik.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Laboratorium
Yang perlu diperiksa (konsultasikan kepada dokter Anda):
a. Darah perifer lengkap.
b. Urinalisis (protein, darah, bilirubin, leukosit, biakan urin)
c. Elektrolit darah (Na, K, Ca, Mg, Cl, P).
d. Kadar ureum dan kreatinin darah.
e. Analisis gas darah dan asam basa.
f. Pemeriksaan fungsi hati.
g. Kadar gula darah.
2. Ultrasonografi abdomen (USG perut), untuk melihat target sign
atau donut sign pada kasus stenosis pilorik hipertrofik,
intususepsi ("usus makan usus"), untuk menilai hati,
saluran empedu, ginjal, dan kandung kemih.
3. Foto polos abdomen, untuk menilai distribusi udara
di dalam usus, untuk melihat gambaran air fluid level.
4. Endoskopi (gastroduodenoskopi), bila dicurigai esofagitis.

PROGNOSIS
THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN

Penanganan muntah pada anak tergantung penyebabnya. Jangan berikan obat antimuntah karena
obat tersebut tidak menyembuhkan penyebab muntahnya, malahan dapat menyesatkan bila
ternyata anak tengah menderita suatu kelainan saluran pencernaan yg memerlukan upaya bedah.
Selain itu, obat antimuntah juga dapat menimbulkan efek samping.

PENATALAKSANAAN
1. Menjaga/mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Diberi obat muntah (sesuai petunjuk dokter),misal:
a. Domperidon (0,2 - 0,4 mg/kg berat badan tiap 4-8 jam).
b. Metoklopramid.
c. Cisapride.
3. Bila terdapat esofagitis, berikanlah antagonis H2,
misalnya: ranitidin (2-3 mg/kg berat badan/kali, 2 x sehari).

B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


5

PENGKAJIAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas (orang tua) yang b.d kurang pengetahuan tentang penyakit , pemeriksaan
diagnostic dan terapi.
2) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d muntah proyektif yang sering.
3) Kekurangan cairan yang b.d dehidrasi atau syok (atau keduanya).
4) Risiko infeksi yang berhubungan dengan pembedahan.
5) Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah
6) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawat di rumah

RENCANA KEPERAWATAN
1.Ansietas (orang tua) yang b.d kurang pengetahuan tentang penyakit , pemeriksaan diagnostic
dan terapi
Hasil yang diharapkan Orang tua akan mengalami penurunan rasa cemas yng ditandai oleh
ungkapan pemahaman tentang gangguan tersebut dan kebutuhan tentang uji diagnostic dan
terapi.
Intervensi
1) Jelaskan kepada orang tua anatomi dan proses pengeluaran makanan melalui traktus
gastrointestinal atas normal . Gunakan alat bantu visual jika tersedia.
2) Beri orang tua uji diagnostik yang diprogramkan.
3) Ajarkan orang tua tentang setiap uji diagnostik (rangkaian pemeriksaan saluran cerna atas ,
USG, dan pemeriksaan laboratorium) juga tentang persiapan uji , berapa lama uji akan
berlangsung dan perawatan paska uji.

4) Beri orang tua informasi tentang peristiwa pra dan pascabedah. Jelaskan juga perincian
tentang menahan pemberian makan per oral , pemeriksaan laboratorium, sinar-X, pengobatan
nyeri, rencana pemberian makan , cara menggendong bayi dan intubasi nasogastrik.
5) Ajurkan orang tua untuk menulis setiap pertanyaan yang muncul sehubungan dengan
perawatan bayi. Jawab pertanyaan mereka dengan sederhana dan jujur.
Rasional
1) Dengan memahami system saluran cerna dapat membantu orang tua memahami dengan
lebih baik gangguan menjalanipemerisaan dan terapi.
2) Memiliki jadwal pemeriksaan diagnostikmembantu orang tua mengantisipasi peristiwa
yang akan terjadi.
3) Mengetahui informasi ini membantu mengurangi rasa cemas orang tua dan meningkatkan
kerja sama, dukungan, dan keterrlibatan mereka dalam pemeriksaan diagnostic serta
perawatan paska uji.
4) Mengetahui apa yang akan terjadi membantu mengurangi rasa cemas dan takut orang tua,
serta meningkatkan keterlibatan mereka dalam perawatan bayi.
5) Menganjurkan orang tua untuk menuliskan pertanyaan yag menenangkan dan
mengurangi kecemasan.

2.Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d muntah proyektif yang sering
Hasil yang diharapkan
Bayi akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat, ditandai oleh bayi dapat menerima
makanan dan muntah berkurang.
Intervensi
1) Beri bayi makanan dalam porsi tegak, sendawakan setiap kali menelan sebanyak 15-30
ml cairan makanan. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman. Sebelum

pembedahan bayi haruus dipuasakan selama 3-4 jam brgantung pada usia bayi dan
program dokter.
2) Tawarkan porsi makanan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi yang sering setiap 1-2
jam. Beri lagi setelah setiap kali muntah.
3) Tawarkan makanan oral berupa larutan elektrolit ( misalnya, Pedialyte atau Ricelyte)
selama pemeriksaan diagnostic.
4) Kaji bayi untuk mendeteksi tanda perburukan dehidrasi, termasuk penurunan keluaran
urine, kulit kering, turgor kulit buruk, dan fontanel serta mata melesak ke dalam.
Laporkan tanda ini dengan segera.
5) Atur posisi bayi supaya tegak setiap kali selesai pemberian makan.
Rasional
1) Memberikan makanan dan menyendawakan bayi dengan cara ini, mencegah aerofagia, dan
memastikan bayi menerima makanan dalm jumlah yang optimal.
2) Pemberian makan porsi sedikit dengan frekuensi yang sering, mengurangi volume cairan
total di dalam lambung untuk sekali waktu, yang dapat mengurangi resiko muntah, dan
memberikan hidrasi yang optimal, sampai dimulainya terapi intravena.
3) Larutan elektrolit menggantikan elektrolit yang hilang akibat elektrolit yang hilang akibat
muntah berulang.
4) Dokter dapat memprogramkan pemberian cairan intravena, untuk mengganti cairan dan
mencegah syok.
5) Posisi tegak membantu mencegah aspirasi.

3.Kekurangan cairan yang b.d dehidrasi atau syok (atau keduanya).


Hasil yang diharapkan
Bayi akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal yang dibuktikan
oleh keluaran urine normal (11 sampai 18 ml/jam untuk seorang neonates; 17-25 ml/jam untak
seorang bayi yang berusia lebih tua), waktu pengisian-kembali kapiler 3-5 detik, turgor kulit
baik,dan kadar kalium serta tanda-tanda vital sesuai usia.

Intervensi
1) Rehidrasi bayi sesuai indikasi dengan larutan elektrolit oral atau cairan intravena.
2) Pantau hasil uji laboratorium untuk hitung darah lengkap, berat jenis, dan elektrolit,nitrogen
urea darah, dan kadar gas darah arteri.
3) Pantau bayi setiap 2-4 jam untuk deteksi tanda-tanda syok termasuk peningkatan frekuensi
napas dan jantung, penurunan tekanan darah, dan pucat.
4) Kaji kulit bayi untuk deteksi tanda-tanda dehidrasi, termasuk kulit keabu-abuan, kekeringan,
turgor kulit buruk, dan fontanel cekung.
5) Timbang berat badan bayi setiap hari dan pantau asupan serta haluaran cairannya setiap jam,
termasuk jumlah asupan melalui intravena dan oral, muntah, drainase, nasogastrik, urine, dan
feses. Pastikan menimbang popok.
Rasional
1) Larutan elektrolit per oral dan cairan intravena menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang akibat muntah dan dehidrasi.
2) Dehidasi menyebabkan peningkatan nilai hemoglobin dan hematokrit. Muntah menyebabkan
Penurunan kadar kalium dan natrium, peningkatan berat jenis, peningkatan parsial kadar
karbondioksida arteri, dan penurunan pH.
3) Pemantauan yang sering memungkinkan deteksi dini dan terspi syok, yng dapat terjadi akibat
muntah dan hipervolimea pascaoperasi. Terapi dapat mencakup pemberian cairan dan
elektrolit (natrium dan kalium) atau plasma volume expander (albumin).
4) Tanda ini mengindikasikan perlunya penigkatan asupan cairan.
5) Menimbang berat badan setiap hari serta pemantauan asupan dan haluaran yang sering,
memastikan pengkajian kontinu status cairan bayi.

4.Risiko infeksi yang berhubungan dengan pembedahan.


Hasil yang diharapkan
Infeksi bedah bayi akan tetap bebas dari infeksi setelah pembedaan yang ditandai oleh
pembengkakan dan kemerahan di sekitar tempat insisi berkurang dan tidak berbau busukserta
tidak mengeluarkan rabas yang purulen.
Intervensi
1)

Pantau balutan insisi untuk deteksi tanda-tanda infeksi (eritema, rabas purulen, edema,
peningkatan nyeri tekan, luka yang membuka, peningkatan suhu inti) setiap 2 ja. Beri obat
antibiotik, sesuai program.

2)

Gunakan teknik steril ketika bersentuhan dengan tempat insisi, sampai area tersebut
benar-benar pulih, cuci tangan sebelum bersentuhan dengan kulit, pertahankan balutan steril,
dan bersihkan luka secara menyeluruh.

Rasional
1) Pemantauan yang sering memungkinkan deteksi dini dan terapi yang tepat untuk mengatasi
infeksi.
2) Teknik steril membantu mencegah infeksi bakteri.

10

5.Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah


Hasil yang diharapkan
Bayi akan mengalami rasa nyeri yang minimal yang ditandai oleh penurunan iritabilitas, rewel,
dan menangis.
Intervensi
1) Beri obat analgesik secara teratur selama 24 jam pertama setelah pembedahan. Catat tentang
keekfektifan obat.
2) Ubah posisi bayi (dari posisi miring ke tengkurap) setiap 2 jam, jika memungkinkan.
3) Perlihatkan kepada orang tua teknik menggendong yang benar; anjurkan mereka untuk
menggendong dan memeluk bayi.
4) Pantau bayi untuk distensi abdomen, gelombang peristaltik, tidak adanya atau penurunan
bising usus, dan tanda-tanda obstruksi (misalnya, muntah bilier) setiap 4 jam. Laporkan
kelainan ini dengan segera.
Rasional
1) Bayi biasanya menerima obat analgesik setelah pembedahan untuk meredakan nyeri.
Mencatat keefektifan obat membantu menentukan tingkat kenyamanan bayi.
2) Mengganti posisi meningkatkan mobilitas, rasa nyaman, dan relaksasi otot, serta mengurangi
rasa tegang akibat insisi.
3) Dengan memperlihatkan teknik yang benar memastikan bahwa orang tua tidak akan
menyebabkan bayi merasa tidak nyaman. Menggendong meningkatkan ikatan, meningkatkan
rasa aman bayi, cinta, dan dukungan.
11

4) Kelainan yang demikian adalah tanda-tanda komplikasi pasca operasi, misalnya obstruksi
usus atau ileus paralitikus dan kondisi ini membutuhkan terapi yang tepat.

6.Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawat di rumah


Hasil yang diharapkan
Orang tua akan mengungkapkan pemahaman tentang instruksi perawatan di rumah.
Intervensi
1) Ajarkan orang tua tentang pemberian makan pada bayi; jelaskan juga tentang formula yang
digunakan, metode persiapan, volume makanan, dan teknik pemberian makan.
2) Ajarkan orang tua cara merawat luka bedah; jelaskan perincian tentang mengganti balutan,
teknik membersihkan, dan tanda-tanda infeksi.
3) Ajarkan orang tua tujuan dan penggunaan obat-obatan (misalnya, klorida betanekol
[duvoid]);mencangkup perincian cara pemberian, dosis, dan reaksi efek samping yang
potensial.
Rasional
1) Teknik yang demikian dapat membantu orang tua mematuhi penatalaksanaan pemberian
makan, dan memastikan bayi menerima nutrisi yang adekuat.
2) Penyuluhan ini membantu orang tua memberi perawatan yang adekuat dan mengenali serta
melaporkan tanda-tanda infeksi.
3) Penyuluhan ini meningkatkan kepatuhan terhadap penatalaksanaan terapi. Mengetahui tandatanda efek samping yang potensial, dapat mengarahkan orang tua segera mencari pertolongan
medis ketika membutuhkan.
12

EVALUASI
A. Ansietas (orang tua) yang b.d kurang pengetahuan tentang penyakit , pemeriksaan diagnostic
dan terapi.
Orang tua paham tentang penyakit yang diderita oleh anaknya.

B. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d muntah proyektif yang sering.
Bayi dapat menerima makanan dan muntah berkurang.
C.Bayi dapat Kekurangan cairan yang b.d dehidrasi atau syok (atau keduanya).
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal.
D. Risiko infeksi yang berhubungan dengan pembedahan.
Tidak ada infeksi akibat pembedahan.
E.Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah
Nyeri pasien dapat diatasi.
F.Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawat di rumah
Orang tua paham tentang instruksi perawatan di rumah.

13

Daftar Pustaka
1. Pusponegoro HD, et.al. (Ed.). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Badan
Penerbit IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Jakarta. 2005:64-68.
2. Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G.2001.Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta
: EGC

14

Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Penyakit Crohns

Oleh:

Ni Made Dwi Meilyaningsih

( 08.321.0204 )

Putu Eka Arisna Dewi

( 08.321.0216 )
15

Rufina Karmelia Leo Bunga

( 08.321.0219 )

Ni Putu Ryana Octami

( 08.321.0209 )

Lilik Nurindah Sari

( 08.321.0195 )

I Putu Agus Nata Diyantara

( 08.321.0189 )

I Gst Agung Gede Anantavijaya

( 08.321.0179 )

Gst Ayu Pt Nia Restika Dewi

( 08.321.0176 )

Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
2009

16

Anda mungkin juga menyukai