GIZI BURUK
Dosen Pembimbing :
Dr. Meilla Dwi Andreatian, SP., M.Si
Oleh :
KELOMPOK 2
ELLYA NOOR FATHNI
IFA FATIMAH SAFITRI
KHAIRIN NISA NORVADILA
MAYANG RESTY MULIANI
SARI MADINAH
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana pengembangan resep
makanan untuk penderita gizi buruk.
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk menghasilkan produk baru bagi penderita gizi buruk
1.3.2 untuk mengetahui daya terima produk baru bagi penderita gizi buruk berdasarkan
resep yang telah ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2.4 Lemak
Lemak adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi
sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam
pelarut-pelarut organic tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Suatu lemak
didefinisikan sebagai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar seperti suatu hidrokarbon
atau dietil eter.
Kekurangan asam lemak esensial seperti omega 3 dan omega 6 akan
menggangu pertumbuhan anak, daya tahan tubuh, kulit kering, gangguan
penglihatan, edema, memengaruhi suasana hati, mudah rewel, dan gangguan
konsentrasi. Adapun kelebihan lemak akan mengalami beberapa efek atau
kondisi ini ketika lemak terutama lemak jahat berada pada kadar yang tinggi
seperti kolesterol tinggi, sembelit, kekurangan pada dinding arteri, obesitas,
kerusakan otak dan meningkatkan risiko kanker.
2.3 Kebutuhan Gizi Menurut Fase Pemberian Makan Pada Anak Gizi Buruk
A. Fase Stabilisasi
• Hari 1 – 2
F-75/ modifikasi/ modisco ½ -> 12 x pemberian
ASI -> bebas
F-75/ modifikasi/ modisco ½ -> 8 x pemberian
ASI -> bebas
F-75/ modifikasi/ modisco ½ -> 6 x pemberian
ASI -> bebas
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan tabel Pedoman F-75 (buku I,
hal.23 – 24, Buku II hal 20)
B. Fase Transisi
• Hari 3 - 7
F- 100/ modifikasi/ modisco I/ II -> 6 x pemberian
ASI -> bebas
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan tabel Pedoman F-75 (buku I,
hal.25 dan Buku II hal.20))
C. Fase Rehabilitasi
9
Fase rehabilitasi biasanya terjadi pada minggu ke 3-7. Pada fase rehabilitasi
secara perlahan anak mulai diperkenalkan makanan keluarga. Modifikasi makanan
keluarga dapat diberikan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Sebelum diberikan makanan keluarga, pada fase rehabilitasi ini anak terlebih
dahulu diberikan formula 135 (F135) dan bila kondisi anak sudah membaik
selanjutnya diberikan makanan keluarga.
Fase Rehabilitasi
Berat Badan < 7 Kg
F-100/ modifikasi/ modisco III -> 3 x pemberian
ASI -> bebas
Ditambah
Makanan lunak/ lembik -> 3 x 1 porsi
Sari buah -> 1 x pemberian
Berat Badan > 7 Kg
F-100/ modifikasi/ modisco III -> 3 x pemberian
ASI -> bebas
Ditambah Makanan lunak/ makanan biasa -> 3 x 1 porsi Sari
buah -> 1 - 2 x 1 buah
10
Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi
menyeluruh
11
2. 4 Uji Organoleptik Melalui Uji Hedonik
Penilaian organoleptik adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk
mengungkap, mengukur, menganalisa dan menafsir reaksi indera penglihatan, perasa,
pembau dan peraba ketika menangkap karakteristik produk. Uji organoleptik
dilakukan oleh panelis berdasarkan faktor kesukaan.
Karakteristik pengujian organoleptik menurut Bambang Kartika, (1988:4)
adalah penguji cenderung melakukan penilaian berdasarkan kesukaan, penguji tanpa
melakukan latihan, penguji umumnya tidak melakukan penginderaan berdasarkan
kemampuan seperti dalam pengujian inderawi, pengujian dilakukan di tempat terbuka
sehingga diskusi kemungkinan terjadi.
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ASESSMENT
13
1. Riwayat Personal Pasien (CH)
Kesimpulan
a. Pasien berumur 15 bulan.
b. Pasien berjenis kelamin perempuan.
c. Pasien berasal dari suku Jawa.
d. Pasien tinggal berasama 4 anggota keluarga.
e. Pasien beragama Islam.
f. Pasien memiliki penyakit TB paru.
g. Pasien berasal dari keluarga dengan penghasilan menengah kebawah.
2. Biokimia (BD)
14
3. Diagnosis gizi
a. Domain Asupan (NI)
B. INTERVENSI
1. Perencanaan Intervensi dan Monitoring
a. Perencanaan Diet
1) Tujuan Diet
a) Memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai kebutuhan.
b) Memenuhi kebutuhan cairan.
c) Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering.
15
a) Fase stabilisasi diberi makanan khusus berupa F75 dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Energi sesuai kebutuhan 80 kkal/Kg BB/hari.
2. Protein tinggi yaitu 1.5 gram/Kg BB/hari.
3. Lemak 35% dari kebutuhan energi yang digunakan.
4. Karbohidrat cukup yaitu hasil dari selisih jumlah presentase
kebutuhan energi dengan jumlah protein dan lemak.
5. Cairan 130 ml/Kg BB/hari.
2. Implementasi
a. Diet
Kajian Rekomendasi
Jenis Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
Bentuk Makanan : F75
Cara Pemberian : Oral
b. Menu Diet
F75 dengan rincian:
Energi : 800 kkal : 720 – 880 kkal
Protein : 15 gr : 13.5 – 16.5 gr
Lemak : 31.11 gr : 27.99 – 34.21 gr
Karbohidrat : 115 gr : 103.5 – 126.5 gr
18
Menu sehari
Bahan Makanan Berat URT E (kkal) P (gr) L (gr) Kh (gr )
Susu skim bubuk 30 gram 6 sdm 112,5 10,5 - 15
Pisang 30 gram - 105 1,29 0,39 26,95
Gula pasir 50 gram 5 sdm 194 - - 49,9
Tepung beras 37,5 gram 6 sdm 131,25 3 - 30
Minyak sayur 30 gram 6 sdt 300 - 30 -
Larutan elektrolit 20 ml - - - - -
Air 1000 ml - - - - -
TOTAL 842,75 14,79 30 121,85
Dafbel
Bahan Jumlah Harga
Susu skim bubuk 30 gram 2.000
Pisang 30 gram 2.000
Gula pasir 78 gram 2.000
Tepung beras 37,5 gram 2.000
Minyak sayur 30 gram 2.000
10.000
19
3.3 Kasus Transisi
Identitas Pasien
Nama : An. P
Umur :
Jenis Kelamin : perempuan
I. Data Subyektif
- 3 minggu sebelum masuk RS (SMRS) BB 7,5 kg
- Masuk rumah sakit (MRS) dengan keluhan 3 bulan yang lalu kaki bengkak
sampai sekarang, 2 minggu terakhir anak panas, batuk dan pilek
II. Data Objektif
A. Pemeriksaan Antropometri BB SMRS = 7,5 kg
• BB MRS = 6,8 kg
• TB = 75 cm
• Berat badan ideal (BBI) = 12 kg
• Nilai Z-skor =
- BB/U = -3,6 (gizi buruk)
- TB/U = -3 (gizi kurang)
- BB/TB = -3,5 (gizi buruk)
Kesan : malnutrisi, KEP status gizi buruk
B. Pemeriksaan Fisik
KU : sadar, kelihatan pasif, rewel, rambut jarang dan mudah dicabut, kulit
kering, mata bengkak, perut datar, ekstrimitas odema (+)
Kesan : KEP (kwashiorkor)
C. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Hasil Normal
Suhu 36,5 C 36 – 37 C
Tensi 110/65 mmHg 120/80 mmHg
Kesan : hipotensi
D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Protein 4,89 g/dl 6 – 7,8 g/dl
20
Albumin 2,17 g/dl 4 – 5,2 g/dl
Globulin 2,7 g/dl 1,3 – 2,7 g/dl
Hb 8 g/dl 12 – 14 g/dl
Kesan : hipoalbuminenima, anemia
A. Domain Intake
Problem Etiologi Sign
N1 – 5.2 Pola makan Asupan makan
Malnutrisi – Kurang salah inadekuat
energi protein
B. Domain Clinical
Problem Etiologi Sign
21
NC – 2.2 Asupan besi Tensi : 110/65
Perubahan nilai laboratorium yang kurang mmHg BB
berkaitan dengan gizi Kurang MSR = 6,8 kg
(tensi menurun) asupan energi
NC – 3.1 dan zat gizi
Kehilangan berat badan yang tidak
diharapkan
= 18,9 gram
D. Karbohidrat
= 117,3 gram
E. Zat gizi lain
Cairan 100 ml/kg BB/hr = 100 x 6,8 = 680 ml
VIII. Monitoring dan Evaluasi
A. Monitoring
a. Memantau asupan makan pasien
b. Memantau data antropometri yaitu BB, TB, IMT
c. Memantau hasil pemeriksaan klinis yaitu tensi
d. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium yaitu protein total, albumin,
Hb
B. Evaluasi
a. Perubahan pola makan dan daya terima sesuai kebutuhan
b. Peningkatan BB hingga mencapai BBI sehingga diperoleh IMT normal
c. Peningkatan tensi darah hingga mencapai normal
d. Peningkatan protein total albumin, Hb mencapai normal
23
IX. Deskripsi Terapi Diet
Masalah Gizi Indikator Tujuan Implementasi
− Anemia - Hb = - Mencapai − Memberikan
− BB yang 11,3 g/dl kadar makanan sumber Fe
kurang - BBA = 6,8 Hb normal 12 dan pendukungnya
− Hipoalbumi kg - BBA = - − Memberikan diet
nemia 12 kg 14 g/dl yang sesuai
Kurangnya - Albumin - Mencapai BB dengan kebutuhan
− pengetahuan 2,17 g/dl normal − Memberikan
mengenai - Data - Mencapai makanan tinggi
gizi dan kebiasaan kadar albumin protein
makanan makan anak normal 4 – 5,2 − Memberikan diet
yang salah g/dl yang sesuai dengan
- Memperbaiki kebutuhan
kebiasaan − Memberikan
makan anak edukasi tentang
yang salah makanan yang
seharusnya
dikonsumsi oleh
anak sesuai umur
kepada orang tua.
Menu sehari
Bahan Makanan Berat URT E (kkal) P (gr) L (gr) Kh (gr )
Susu skim bubuk 30 gram 6 sdm 112,5 10,5 - 15
24
Alpukat 30 gram - 25,5 0,27 1,95 2,31
Gula pasir 50 gram 5 sdm 194 - - 49,9
Tepung beras 37,5 gram 6 sdm 131,25 3 - 30
Minyak sayur 30 gram 6 sdt 300 - 30 -
Larutan elektrolit 20 ml - - - - -
Air 1000 ml - - - - -
TOTAL 493,25 13,77 31,95 97,21
25
3.4 Kasus Rehabilitasi
A. Identitas dan Karakteristik Sasaran
Nama Sasaran : NN
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Lahir : Blang Bungong
Umur : 3 tahun
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 91 cm
Z-score BB/TB : -2,65 SD
Status Gizi : Kurus Alamat :
Desa Blang Bungong
Identitas Orang Tua :
- Ayah
Nama : SM
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wirausaha
- Ibu
Nama : MN
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tukang Jahit
Sosial Ekonomi Keluarga : Menengah ke bawah
B. Assesment Gizi
Klinis : Nampak lemas, pucat, rewel, cengeng
Fisik : Kurus, pendek, dan BB rendah
Biokimia
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium : Tidak ada
Dietary History (Riwayat Gizi)
Asupan energi dan zat gizi (Hasil Recall 1×24 jam)
Energi : 535,8 Kkal
Protein : 6,8 gram
Lemak : 70,6 gram KH : 32,9 gram
Kebiasaan makan :
26
Nasi yang biasa dikonsumsi adalah nasi putih. Anak mengkonsumsi nasi yang dimasak
dihabiskan hanya 3 sdm setiap kali makan. Anak tidak suka mengkonsumsi ikan hanya
suka telur dan tempe, mengkonsumsi telur 2 kali dalam sehari. Anak tidak mau makan
sayuran. Anak sangat menyukai jajanan.
Riwayat Penyakit
Jenis penyakit yang pernah diderita : Step
Lama terkena penyakit : Seminggu sekali demam
Riwayat penyakit : Step beberapa bulan yang lalu, serta cacingan
Sosek Keluarga
Pekerjaan : Wirausaha (ayah), Tukang Jahit (ibu)
Status keluarga : Menengah
Pendapatan : Rp. 200.000,-/hari
Pengeluaran : Rp. 150.000,-/hari
Jumlah anak : 4 (dua) orang
Identifikasi Masalah
▪ Anak mengalami gizi kurang dan kurus
▪ Asupan Energi, Protein,lemak dan Karbohidrat anak tergolong deficit berat
▪ Kurang nafsu makan
▪ Sering mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak sehat
▪ Kurang pengetahuan tentang makanan dan zat gizi
▪ Pemilihan makanan yang salah
C. Diagnosa Gizi
I. Domain Intake
Asupan energi tidak adekuat b/d anoreksia d/d asupan energi 38,7%
27
Asupan protein tidak adekuat b/d akses makanan terbatas b/d asupen protein 26%
Asupan karbohidrat tidak adekuat b/d kurangnya pengetahuan tentang gizi d/d
asupan karbohidrat 21% dari kebutuhan
II. Domain Klinis
Status gizi kurang b/d kurangnya asupan energi d/d Z-score(BB/TB) = -
2,65 (kurus)
III. Domain Behavior
Pemberian makanan balita yang tidak tepat b/d Pengetahuan ibu tentang
makanan dan zat gizi kurang d/d Kebiasaan makan yang salah seperti seringnya
mengkonsumemberian makanan
Pemberian makanan kurang bervariasi b/d Pengetahuan ibu tentang
makanan dan zat gizi kurang d/d Pola makan yang salah
D. Intervensi Gizi
I. Tujuan Intervensi
-Untuk meningkatkan status gizi menjadi status gizi normal
-Meningkatkan asupan makanan
-Untuk meningkatkan berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan.
-Memenuhi kebutuhan energi, zat gizi makro serta zat gizi mikro
II. Program Intervensi.
1. PMT
-MT : Makanan Formula
-Bentuk PMT : Cake
-Komposisi : Tempe, tepung terigu, Gula, Margarin
-Kandungan zat gizi : Energi 419,1 Kkal, protein 21,1 gr, karbohidrat 23,7 gr dan
lemak 28,1 gr.
-Frekuensi pemberian : 1 x sehari
-Waktu pemberian : Pagi hari
2. Konseling
-Materi konseling : Makanan sehat untuk balita
-Frekuensi : 3x Seminggu
-Waktu konseling : Sore hari
2. Klinis
- Minggu II
Berat badan naik 0,2 kg
- Minggu III
Berat badan naik 0,4 kg
- Minggu I Recall 1x 24 jam
Asupan 525,2 (E) 28,4 (P) 20,3 (L) 81,0 (KH)
Kebutuhan 1125 (E) 26 (P) 44 (L) 155 (KH)
% Kebutuhan 46,6%(E) 109%(P) 46%(L) 52%(KH)
29
Kategori Defisit <70% (E) Baik ≥ 100 % (P) Defisit <70 % (L) Defisit
<70 % (KH)
b. Evaluasi
1. Status gizi normal menurut BB/TB
2. Minggu 1 yaitu Z-Score BB/TB : -2,65 SD (kurus)
3. Minggu 2 yaitu Z-Score BB/TB : -2,31 SD (kurus)
4. Minggu 3 yaitu Z-Score BB/TB : -2 SD (normal)
5. Data antropometri awal pada minggu pertama, berat badan 10 kg. Pada minggu
kedua berat badan 10,2 kg dan pada minggu ketiga berat badan 10,6kg.
6. Asupan makanan/ dietari intake mengalami peningkatan. Pada pengumpulan
data dasar yaitu energy 535,2 kalori, karbohidrat 32,9 gram, lemak 70,6 gram
dan protein 6,8 gram. Pada minggu kedua yaitu energy 837,0 kalori, karbohidrat
112,9 gram, lemak 324,1 gram dan protein 37,9 gram dan pada minggu ketiga
yaitu energi 960,8 kalori, karbohidrat 154,4 gram, lemak 17,3 gram dan protein
40,6 gram.
7. Peningkatan nafsu makan
8. Pola istirahat balita sudah mengalami peningkatan.
9. Tindak lanjut yang harus dilakukan yaitu meningkatkan asupan makanan
dengan memberikan makanan yang seimbang yang mengandung karbohidrat,
protein (protein hewani dan protein nabati), lemak, vitamin dan mineral.
30
“Menu Cake Tempe”
Bahan-bahan :
• 5 butir telur ayam
• 200 gr gula pasir
• 100 gr tepung terigu
• 200 gr mentega atau margarin 75 gr tempe 50 gr sukade.
• 50 gr kacang almond
• Susu kental manis putih 1 sachet
• Vanili 2
• Baking powder
Cara Membuat :
1. Langkah pertama kita harus menyiapkan tempenya terlebih dahulu, karena tempe tidak
bisa langsung dijadikan bahan untuk kue.
2. Siapkan 75 gram tempe. Potong dadu atau sesuai selera. Kukus potongan tempe hingga
matang yaitu sekitar 10 menit atau sesuai besarnya api yang dipakai.
3. Angkat tempe yang sudah matang dari kukusan. Haluskan tempe hingga benar-benar
halus. Haluskan tempe menggunakan ulekan atau bisa juga menggunakan garpu.
4. Tempe yang sudah halus sekarang siap digunakan untuk membuat cake.
5. Selanjutnya, siapkan mixer. Kemudian campurkan mentega dengan 175 gr gula pasir.
Gunakan mentega yang suhu ruang ya!
6. Kocok mentega dan gula pasir dengan mixer menggunakan kecepatan tinggi. Mixer
hingga gula larut.
7. Mixer sekitar 3 menit atau sesuai mixer yang teman-teman pakai di rumah ya! yang
penting sampai larut.
8. Setelah dimixer 3 menit, masih mixer dengan kecepatan yang sama, masukkan telur
satu persatu.
9. Mixer hingga adonan mengembang dan mengental.
10. Selanjutnya, Turunkan kecepatan mixer dikecepatan yang paling rendah. Lalu,
Masukkan tepung terigu protein sedang tepung atau tepung terigu protein rendah untuk
hasil yang lebih lebih moist dan 75 gr tempe yang tadi sudah dihaluskan dan susu kental
manis. Mixer hingga adonan tercampur rata.
31
11. Setelah adonan tercampur rata, angkat dan matikan mixer.
12. Berikutnya masukkan sukade ke adonan. Aduk rata dengan spatula. Jika tidak ada atau
kalian tidak suka sukade, bagian ini bisa kalian lewati ya!
13. Kemudian tuangkan adonan yang telah diberi sukade di loyang bulat diamater 20 cm.
Tuangkan semua adonannya ke loyang. Untuk mempercantik penampilan cake
tempenya, tambahkan lagi topping sukade dan kacang almond di bagian permukaan.
Sekarang cake siap di oven.
14. Jika ingin hasilnya lebih tinggi, loyangnya bisa diganti dengan ukuran diameter yang
lebih kecil atau bisa juga dengan mengalikan resepnya.
15. Panggang cake dalam oven selama 50 menit dengan suhu 170°C, gunakan api atas
bawah untuk memanggang atau sesuai oven yang kalian pakai di rumah dan jangan
pernah lupa untuk memanaskan oven sebelum dipakai ya!
16. Setelah 50 menit, Angkat dan keluarkan cake dari oven. Tes kematangan dengan cara
tes tusuk. Jika sudah tidak ada adonan yeng menempel ke tusuk gigi, artinya cake sudah
matang ya!
17. Tunggu sebentar hingga uap panas cake hilang
18. Setelah uap panas hilang, Keluarkan cake dari loyang. Berkat bahan olesan loyang tadi,
cake dapat dengan mudah keluar dari loyang.
19. Sekarang biarkan cake di cooling rack agar panas yang ada di atas dan di bawah cake
bisa keluar.
20. Setelah cake dingin. Potong cake sesuai selera. Cake tempe siap untuk disajikan.
21. Penampilannya dengan sukade di bagian topping dan di bagian dalam cake membuat
penampilannya semakin menarik.
Diagram Alir :
Siapkan 75 gram tempe. Potong dadu atau sesuai selera. Kukus potongan tempe hingga
matang yaitu sekitar 10 menit atau sesuai besarnya api yang dipakai.
Angkat tempe yang sudah matang dari kukusan. Haluskan tempe hingga benar-benar halus.
Haluskan tempe menggunakan ulekan atau bisa juga menggunakan garpu.
Tempe yang sudah halus sekarang siap digunakan untuk membuat cake.
Selanjutnya, siapkan mixer. Kemudian campurkan mentega dengan 175 gr gula pasir.
Gunakan mentega yang suhu ruang.
Kocok mentega dan gula pasir dengan mixer menggunakan kecepatan tinggi. Mixer hingga
gula larut.
32
Mixer sekitar 3 menit atau sesuai mixer yang teman-teman pakai di rumah ya! yang penting
sampai larut.
Setelah dimixer 3 menit, masih mixer dengan kecepatan yang sama, masukkan telur satu
persatu
Selanjutnya, Turunkan kecepatan mixer dikecepatan yang paling rendah. Lalu, Masukkan
tepung terigu protein sedang atau tepung terigu protein rendah untuk hasil yang lebih lebih
moist dan 75 gr tempe yang tadi sudah dihaluskan dan susu kental manis. Mixer hingga adonan
tercampur rata.
Berikutnya masukkan sukade ke adonan. Aduk rata dengan spatula. Jika tidak ada atau kalian
tidak suka sukade, bagian ini bisa kalian lewati.
Kemudian tuangkan adonan yang telah diberi sukade di loyang bulat diamater 20 cm.
Jika ingin hasilnya lebih tinggi, loyangnya bisa diganti dengan ukuran diameter yang lebih
kecil atau bisa juga dengan mengalikan resepnya.
Panggang cake dalam oven selama 50 menit dengan suhu 170°C, gunakan api atas bawah untuk
memanggang atau sesuai oven yang kalian pakai di rumah dan jangan pernah lupa untuk
memanaskan oven sebelum dipakai.
Setelah 50 menit, Angkat dan keluarkan cake dari oven. Tes kematangan dengan cara tes tusuk.
Jika sudah tidak ada adonan yeng menempel ke tusuk gigi, artinya cake sudah matang.
Setelah uap panas hilang, Keluarkan cake dari loyang. Berkat bahan olesan loyang tadi, cake
dapat dengan mudah keluar dari loyang.
Sekarang biarkan cake di cooling rack agar panas yang ada di atas dan di bawah cake bisa
keluar.
Setelah cake dingin. Potong cake sesuai selera. Cake tempe siap untuk disajikan.
Penampilannya dengan sukade di bagian topping dan di bagian dalam cake membuat
penampilannya semakin menarik.
33
Bahan makanan g energy (kcal) protein ( g) fat ( g) carbohydr. ( g)
telur ayam 300 465,3 37,8 31,8 3,3
gula pasir 200 773,9 0 0 199,8
tepung terigu 100 364 10,3 1 76,3
mentega 200 1420,2 0,4 161,2 0
tempe 75 149,3 14,3 5,8 12,8
Almond 50 284,8 9,4 27 1,9
SKM 20 64 1,6 1,7 10,9
3521,52 73,67 228,57 304,9
DAFBEL
Bahan Makanan Berat (gram) Harga
Telur ayam 5 butir Rp. 10.000
Gula pasir 200 gram Rp. 3.000
Tepung terigu 100 gram Rp. 3.000
Margarin 200 gram Rp. 12.000
Tempe 75 gram Rp. 5.000
Sukade 50 gram Rp. 3.000
Kacang almond 50 gram Rp. 5.000
Skm putih 1 sachet Rp. 2.000
Vanili 2 buah Rp. 3.000
Total Rp. 41.000
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Nama Produk
• Makanan anak gizi buruk fase stabilisasi F75+Pisang
• Makanan anak gizi buruk fase transisi F100+Alpukat
• Makanan anak gizi buruk fase rehabilitasi Cake Tempe
4.1.2 Bahan yang Digunakan
1. Fase Stabilisasi
- 30 g pisang ambon
- 10 g susu bubuk
- 40 g gula pasir
- 13 g minyak sawit
2. Fase Transisi
- 30 g alpukat
- 43 g susu bubuk
- 7,5 g minyak sawit
3. Fase Rehabilitasi
- 5 butir telur ayam
- 200 gr gula pasir
- 100 gr tepung terigu
- 200 gr mentega atau margarin
- 75 gr tempe
- 50 gr sukade.
- 50 gr kacang almond
- Susu kental manis putih 1 sachet
- Vanili 2
- Baking powder
3. Fase rehabilitasi
- Mixer
- Spatula kue
- Loyang kue
- Oven
- Wajan
- Pisau
- Panic kukusan
- Garpu
37
- Setelah 50 menit, Angkat dan keluarkan cake dari oven. Tes kematangan
dengan cara tes tusuk. Jika sudah tidak ada adonan yeng menempel ke tusuk
gigi, artinya cake sudah matang ya!
- Tunggu sebentar hingga uap panas cake hilang
- Setelah uap panas hilang, Keluarkan cake dari loyang. Berkat bahan olesan
loyang tadi, cake dapat dengan mudah keluar dari loyang.
- Sekarang biarkan cake di cooling rack agar panas yang ada di atas dan di
bawah cake bisa keluar.
- Setelah cake dingin. Potong cake sesuai selera. Cake tempe siap untuk
disajikan.
- Penampilannya dengan sukade di bagian topping dan di bagian dalam cake
membuat penampilannya semakin menarik.
2. Fase transisi
38
Jenis Bahan Jumlah Bahan Energi Protein
Susu bubuk 42,9 gr 212,4 Kal 10,8 gr
Gula pasir 33 gr 120 Kal 0 gr
Minyak sawit 7,5 gr 67,6 Kal 0 gr
Alpukat 30 gr 23,7 0,2
Jumlah 400 ml 423,7 Kal 11 gr
3. Fase rehabilitasi
Bahan makanan g energy (kcal) protein ( g) fat ( g) carbohydr. ( g)
telur ayam 30 46,53 3,78 3,18 0,33
gula pasir 20 77,39 0 0 19,98
tepung terigu 10 36,4 1,03 0,1 7,63
mentega 20 14,2 0,04 16,12 0
tempe 7,5 14,93 1,43 0,58 1,28
Almond 5 28,48 0,94 2,7 0,19
SKM 2 6,4 0,16 0,17 1,09
224,33 7,38 22,85 30,5
4.3 Penyajian
4.3.1 Cara Penyajian
1. Fase stabilisasi
Disajikan dalam mangkuk kecil
2. Fase transisi
Disajikan dalam mangkuk kecil
3. Fase rehabilitasi
Disajikan dalam piring kue persegi kecil
39
4.4.2 Gambar Produk
Gambar 1 fase stabilisasi F75+Pisang
2. Fase Transisi
Uji Organoleptik
Warna Warna formula hijau muda
Rasa Manis
Tekstur Kental
Aroma Khas alpukat susu
3. Fase Rehabilitasi
Uji Organoleptik
Warna Warna kekuningan
Rasa Manis gurih
Tekstur Empuk
Aroma Mentega
F75 + Pisang
10
6
4 4
5 2 1 2 3 1 2
3 3
1 1 2 1
0
warna aroma rasa tekstur
2. Fase Transisi
tingkat kesukaan
jenis uji
sangat suka suka agak suka agak tidak suka tidak suka
warna 5 3 1
aroma 4 2 3
rasa 4 2 3
tekstur 1 5 1 2
F100 + Alpukat
10 5 5
3 4 4
1 2 3 2 3 1 1 2
0
warna aroma rasa tekstur
3. Fase Rehabilitasi
tingkat kesukaan
jenis uji
sangat suka suka agak suka agak tidak suka tidak suka
warna 2 6 1
42
aroma 1 7 1
rasa 4 5
tekstur 1 6 2
Cake Tempe
10 6 7 6
4 5
5 2 1 1 1 1 2
0
warna aroma rasa tekstur
4.5 Pembahasan
4.1.2 Fase Stabilisasi F75+Pisang
1. Warna
Warna merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi penampilan
dari makanan yang bisa menggugah selera konsumen. Berdasarkan hasil
uji organoleptik untuk kategori warna persentasi tertinggi yaitu 66,7% suka.
Warna yang dihasilkan adalah warna putih agak krem. Daging buah pisang
ambon umumnya berwarna putih kekuningan dan tidak berbiji.
2. Aroma
Aroma dapat mempengaruhi kesukaan seseorang terhadap suatu produk
makanan, dalam formula ini aroma yang mencolok adalah aroma susu dan
pisang. Berdasarkan hasil uji organoleptic untuk kategori rasa ini presentasi
tertinggi yaitu 44,4% agak tidak suka, aroma susu lebih mendominasi formula
ini karena perbandingan jumlah susu lebih banyak dari pisangnya.
3. Rasa
43
Rasa merupakan komponen penting dalam mempengaruhi kesukaan
seseorang terhadap produk yang kita olah. Berdasarkan hasil uji organoleptic
yang dilakukan kepada 9 kelompok responden presentasi kesukaan responden
yaitu 33,3% agak suka dan 33,3% agak tidak suka. Rasa formula ini agak
hambar namun masih berasa cukup manis. Rasa susu lebih dominan dari rasa
pisang.
4. Tekstur
Berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan kepada 9 kelompok
responden presentasi kategori tekstur ini adalah 44,4% suka. Penambahan
tepung beras sangat mempengaruhi tekstur dari formula ini. Tepung tersebut
menyebabkan formula menjadi lebih mengental saat menjadi dingin.
44
44,4% suka. Rasa formula ini cukup manis. Rasa susu lebih dominan dari rasa
alpukat.
4. Tekstur
Tekstur sangat penting dalam mempengaruhi makanan. Berdasarkan
hasil uji organoleptik yang dilakukan kepada 9 kelompok responden presentasi
kategori tekstur ini adalah 55,5% suka. Penambahan tepung beras sangat
mempengaruhi tekstur dari formula ini. Tepung tersebut menyebabkan formula
menjadi lebih mengental saat menjadi dingin.
45
kelompok responden presentasi kategori tekstur ini adalah 66,6% suka. Tekstur
dari cake lembut dan kenyal, karena penambahan telur dan baking soda.
46
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gizi-buruk-pada-anak/
https://rsupsoeradji.id/penatalaksaan-gizi-pada-pasien-gizi-buruk/
10-Langkah-Tata-Laksana-Gizi-Buruk, Joni Iswanto (7 Desember 2011)
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan). Ditjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI;1-40. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
2015.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Suharjo. 2010. Pemberian Makanan Bayi dan Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Supariasa IDN. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
WHO., UNICEF& The World Bank. 2012. Joint Child Malnutrition Estimates: Levels & trends
in child malnutrition. J Africa (Lond). 2012;35.
Cahyani FN, Hartono A.S, Ngadiarti I. 2014. Frekuensi Konseling Gizi, Pengetahuan Gizi Ibu
dan Perubahan Berat Badan Balita Kurang Energi Protein (KEP) di Klinik Gizi
Puskesmas Kunciran, Kota Tangerang.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. Profil Kesehatan Kota SemarangTahun 2014.
Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Fitriyanti F. 2012. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMTP) terhadap
Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012. Skripsi.
Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Forrester TE.Badaloo AV, Boyne MS, Osmond C, Thompson D, Green Curtis, Bryan CT,
Barnett Alan, Wynter SS, Hanson MA, Beedle AS, Gluckman PD. 2012. Prenatal Factors
Contribute to the Emergence of Kwashiorkor or Marasmus in Severe Undernutrition:
Evidence for the Predictive Adaptation Model. PLoS One J; 8–11.
Sulistiyawati, Rustina Y, Hastono SP. 2012. . Pemerian Diet Formula 75 dan 100
Meningkatkan Berat Badan Balita Gizi Buruk Rawat Jalan.
Arisman 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta
Hidayat, T , dan Fuada, N,. 2011. Hubungan sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi
balita di indonesia (relationship between environmental sanitation, morbidity and
nutritional status of under-five children in indonesia). 34, 104– 113.
47