Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL PENGEMBANGAN RESEP/FORMULA MAKANAN

GIZI BURUK
Dosen Pembimbing :
Dr. Meilla Dwi Andreatian, SP., M.Si

Oleh :
KELOMPOK 2
ELLYA NOOR FATHNI
IFA FATIMAH SAFITRI
KHAIRIN NISA NORVADILA
MAYANG RESTY MULIANI
SARI MADINAH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANJARMASIN PROGRAM SARJANA TERAPAN GIZI DAN
DIETETIKA
2021/2022
Daftar isi
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Gizi Buruk ...................................................................................................... 4
2.1.1 Pengukuran Gizi Buruk ............................................................................................. 5
2.1.2 Penyebab Gizi Buruk ................................................................................................ 6
2.1.3 Kriteria Anak Gizi Buruk .......................................................................................... 7
2.2 Pengertian Zat Gizi........................................................................................................... 7
2.2.1 Kalori ......................................................................................................................... 7
2.2.2 Karbohidrat................................................................................................................ 7
2.2.3 Protein ....................................................................................................................... 8
2.2.4 Lemak ........................................................................................................................ 9
2.3 Kebutuhan Gizi Menurut Fase Pemberian Makan Pada Anak Gizi Buruk ...................... 9
2. 4 Uji Organoleptik Melalui Uji Hedonik ......................................................................... 12
BAB III..................................................................................................................................... 13
METODE PRAKTIKUM ........................................................................................................ 13
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum........................................................................................ 13
3.2 Kasus stabilisasi ............................................................................................................. 13
3.3 Kasus Transisi ................................................................................................................ 20
3.4 Kasus Rehabilitasi .......................................................................................................... 26
BAB IV .................................................................................................................................... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 35
4.1 Hasil........................................................................................................................... 35
4.2 Porsi dan Nilai Gizi ................................................................................................... 38
4.3 Penyajian ................................................................................................................... 39
4.4 Uji Organoleptik ........................................................................................................ 40
4.5 Pembahasan ............................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 47

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,
masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Sekarang ini
masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, malnutrisi masih saja
melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang
mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik,
maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk
hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal
balik sangat erat.
Balita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan,
terutama masalah gizi kurang atau buruk. Hal ini disebabkan karena pada saat fase
balita akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Balita juga
cenderung susah makan dan asupan zat gizi yang tidak baik (Depkes RI, 2006).
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
khususnya diberbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations
Children’s Food (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi
sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia
5 tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran
signifikan dalam kematian anak secara global tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang
yang sangat jauh antara negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia
Tenggara (CWS, 2008).
Malnutrisi dalam bentuk apapun meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit
dan kematian. Malnutrisi energi-protein, misalnya merupakan sebuah peran utama
dari semua kematian anak dibawah usia 5 tahun setiap tahunnya di negara-negara
berkembang (WHO, 2001). Bentuk bahaya dari malnutrisi termasuk marasmur,
kreatinisme, kerusakan otak yang irreversible akibat defisiensi iodin, kebutaan,
peningkatan factor risiko terhadap penyakit infeksi, dan kematian akibat defisiensi
vitamin A (WHO, 2004).
Berdasarkan data Riskesdes tahun 2015, pada penimbangan balita di
posyandu, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi
1
buruk yang dimaksud ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan menurut tinggi
badan balita Z-score < -3 SD atau balita sangat kurus. Sedangkan menurut hasil
Riskesdes 2013 prevelensi gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Jika
diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita (S) yang terdapat diposyandu yang
melapor (21.436.940) maka perkiraan jumlah balita gizi buruk (sangat kurus)
sebanyak sekitar 1,1 juta jiwa.
Modifikasi resep sebagai salah satu cara untuk meningkatkan citarasa
makanan. Menu yang telah ada dimodifikasi, sehingga dapat mengurangi rasa
bosan/jenuh pasien terhadap masakan yang sering disajikan.Demikian pula
pengembangan resep untuk meningkatkan nilai gizi masakan, sekaligus meningkatkan
daya terima pasien. Modifikasi resep dapat berupa modifikasi bahan pendukungnya,
modifikasi bentuk, atau cara pengolahannya. Dengan demikian, modifikasi resep
dimaksudkan untuk : (1) Meningkatkan keanekaragaman masakan bagi pasien ; (2)
Meningkatkan nilai gizi pada masakan; dan (3) Meningkatkan daya terima pasien
terhadap masakan (Aritonang, 2014).
Berdasarkan tahapan fase makanan rujukan dari Depkes RI (2003) yang terdiri
dari fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi yaitu makanannya berupa
formula WHO ( F-75, F-100, F-135). F -75 diberikan pada saat fase stabilisasi (1-7
hari) artinya pemberian Formula F-75 ke pasien sesuai dengan tabel petunjuk
pemberian F-75 yaitu pemberiannya sesuai dengan berat badan anak dan kondisi anak,
F-100 diberikan pada fase transisi artinya pemberian F-100 ke pasien sesuai dengan
tabel petunjuk pemberian
F-100 yaitu pemberiannya sesuai dengan berata badan anak dan kondisi anak, serta
F135 yang dapat diberikan untuk anak gizi buruk fase rehabililitasi.
Selain pemberian F-135 untuk masa rehabilitasi, juga diberikan makanan
tambahan berupa makanan bayi/makanan lumat untuk berat badan < 7 kg atau
makanan anak/makanan lunak untuk berat badan ≥ 7 kg . Pada praktikum ini, anak
diberikan makanan anak/makanan lunak 3 kali sehari karena berat badannya ≥ 7 kg,
selain itu juga diberikan sari buah 1-2 kali sehari. Pada kasus ini pasien telah melewati
fase stabilisasi dan fase transisi, yang kemudian akan dilanjutkan pada fase
rehabilitasi. Pada fase rehabilitasi ini akan digunakan resep modifikasi. Modifikasi ini
diharapkan akan meningkatkan rasa, aroma, tekstur dan kenampakan, serta zat gizi
yang terkandung di dalamnya.

2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana pengembangan resep
makanan untuk penderita gizi buruk.
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk menghasilkan produk baru bagi penderita gizi buruk
1.3.2 untuk mengetahui daya terima produk baru bagi penderita gizi buruk berdasarkan
resep yang telah ada.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gizi Buruk


Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit dalam waktu lama
atau bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi (Dapartemen Kesehatan,
2006).
Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaan kurang gizi
tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
< -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun
(balita). Kasus gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena
terjadi di tengah pesatnya kemajuan zaman (Republika, 2009). Gizi buruk merupakan
istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini
merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Depkes (2011) menyatakan bahwa gizi buruk menggambarkan keadaan gizi
anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut yaitu sangat kurus, edema
(minimal pada kedua punggung kaki), BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LLA < 11.5 cm
untuk anak usia 6-59 bulan. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan
dengan adanya busung lapar. Gizi buruk atau kurang energi protein (KEP) terus
menjadi salah satu masalah kesehatan utama di dunia sampai saat ini, terutama pada
anak-anak di bawah lima tahun (Hockenberry & Wilson, 2009).
Kelompok anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan
terhadap kesehatan dan gizi karena sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang
sehingga menyebabkan lebih mudah terkena masalah nutrisi. (Nurhalinah, 2006;
Davis & Sherer, 1994 dalam Fitriyani, 2009). Hal ini dapat diperparah jika bayi lahir
prematur dan berat badan lahir rendah sehingga pertumbuhan dan perkembangan
terganggu sebagai akibat dari kekurangan nutrisi.
Anak usia di bawah lima tahun yang sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya. Bila pertambahan berat badan sesuai dengan
4
pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, anak tersebut
dapat dikatakan bergizi baik. Bila sedikit di bawah standar dikatakan bergizi kurang
dan bila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.

2.1.1 Pengukuran Gizi Buruk


Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:
1) Pengukuran Klinis Metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh
perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,rambut,atau mata.
Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada
balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda
(crazy pavement dermatosis).
2) Pengukuran Antropometri Metode ini dilakukan beberapa macam
pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar
lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam
survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan
mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendirisendiri, tetapi juga
dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari ketiganya.
Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori :
a. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Tergolong gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau
Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori:
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau
Panjang Badan:
a. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
5
b. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.

2.1.2 Penyebab Gizi Buruk


1) Penyebab langsung, yaitu :
a. Keadaan gizi yang dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan makanan
dan penyakit infeksi yang ditimbulkan seperti penyakit diare, campak
dan infeksi saluran nafas yang kerap menimbulkan berkurangnya nafsu
makan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayati (2011) yang
mengatakan bahwa beberapa faktor lain yang mempengaruhi nutrisi
pada anak adalah penyakit infeksi, sosial ekonomi, dan tingkat
pendidikan orang tua. Kondisi anak yang sakit menyebabkan nutrisi
tidak dapat dimanfaatkan tubuh secara optimal karena adanya
gangguan akibat penyakit infeksi.
b. Malnutrisi yang berawal dari nutrisi ibu yang kurang saat sebelum dan
sesudah hamil, dan penyakit infeksi, maka pada gilirannya nanti akan
mengakibatkan terlahirnya bayi dengan berat badan rendah yang
kemudian akan mengakibatkan gizi buruk pada anak tersebut.

2) Penyebab secara tidak langsung, yaitu :


a. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah
b. Ketersediaan pelayanan kesehatan yang tidak memadai
c. Kemiskinan merupakan akibat dari krisis ekonomi dan politik yang
mengakibatkan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang kemudian
berakibat pada minimnya pendapatan seseorang dan ketersediaan
panganpun berkurang.
d. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pekerjaan, pendapatan,
pengetahuan, dan perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi anak (Depkes, 2008 dalam Sulistiyawati 2011).
e. Lingkungan yang tidak sehat dan tempat tinggal yang berjejalan
menyebabkan infeksi akan sering terjadi. Dan kemudian penykit
infeksi itu akan berpotensi sebagai penyokong atau pembangkit gizi
buruk (Gizi Dalam daur Kehidupan. Arisman, MB., 2002).
6
2.1.3 Kriteria Anak Gizi Buruk
1) Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB: < -3 SD dan atau;
b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya Edema dan atau;
d. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
2) Gizi Buruk dengan Komplikasi Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di
atas disertai salah satu atau lebih dari tanda komplikasi medis berikut:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran

2.2 Pengertian Zat Gizi


Zat gizi adalah senyawa dari makanan yang digunakan tubuh untuk fungsi
fisiologis normal. Definisi yang luas ini mencakup senyawa yang digunakan langsung
untuk produksi energi yang membantu dalam metabolisme (koenzim), untuk
membangun struktur tubuh atau untuk membantu dalam sel tertentu.
2.2.1 Kalori
Kalori adalah satuan unit kandungan panas atau energi, atau jumlah
energi yang didapatkan dari makanan dan minuman. Satuan ini juga merupakan
jumlah energi yang dibakar tubuh melalui aktivitas sehari-hari. Artinya bagian
dari zat gizi karbohidrat ini yaitu energi yang dibutuhkan tubuh agar bisa
beraktivitas dan menjalankan fungsinya dengan baik. Anak yang kekurangan
kalori berisiko mengalami stunting, stunting terjadi ketika pertumbuhan tubuh
dan otak anak gagal. Akibatnya, tinggi badan anak jadi lebih pendek dan kecil
daripada anak lain seusia mereka. Tak hanya itu stunting menyebabkan
perkembangan tubuh dan otak anak dalam berpikir jadi lambat.
2.2.2 Karbohidrat
Karbohidrat adalah segolongan besar senyawa kimia yang paling banyak
terdapat di bumi yang terdiri dari karbon, hydrogen, oksigen. Karbohidrat
7
memiliki manfaat utama ssebagai sumber energi agar tubuh mampu
menjalankan berbagai fungsinya, dan melakukan berbagai aktivitas setiap hari.
Efek kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan, mulai dari kepala pusing, tubuh terasa lemah, hingga rentan terserang
penyakit. Dalam jangka pendek kekurangan karbohidrat ddapat menyebabkan
ketosis, yaitu suatu kondisi Ketika tubuh memanfaatkan lemak sebagai sumber
energi. Gejala ketosis antara lain adalah sakit kepala, lemas, dehidrasi, mual,
pusing dan mudah emosi. Sedangkan jika kelebihan karbohidrat berpotensi
mengalami peningkatan berat badan lebih mudah. Berat badan yang melonjak
drastis akan mengganggu kerja hormon insulin. Insulin adalah hormon yang
mengubah gula dalam darah menjadi energi sel-sel dalam tubuh.
2.2.3 Protein
Protein merupakan makro molekul yang terbentuk dari asam amino yang
tersusun dari atom nitrogen, karbon dan oksigen, beberapa jenis asam amino
yang mengandung sulfur (metionin, sistin dan sistein) yang dihubungkan oleh
ikatan peptide. Dalam makhluk hidup, protein berperan sebagai pembentuk
struktur sel dan beberapa jenis protein memiliki peran fisiologis (Bintang,
2010).
Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan
manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti dan
memelihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan
kelangsungan proses normal dalam tubuh.
Kelebihan protein dapat mengganggu metabolisme protein yang berada
di hati. Ginjal akan terganggu karena harus membuang hasil metabolisme
protein yang berlebihan dan tidak terpakai oleh tubuh, Adapun jenis malnutrisi
energi protein yang sering terjadi pada anak-anak adalah kwashiorkor dan
marasmus.
Malnutrisi protein biasa disebut kurang energi protein (KEP). Gejala daari
kondisi ini biasanya akan muncul secara perlahan. Adapun beberapa gejala
malnutrisi protein yang bisa timbul pada anak-anak adalah mengalami
keterlambatan tumbuh kembang, jika dibandingkan dengan anak-anak
seusianya. Tidak aktif dan mudah lelah, lebih rewel, rentan terkena penyakit,
termasuk penyakit infeksi.

8
2.2.4 Lemak
Lemak adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi
sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam
pelarut-pelarut organic tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Suatu lemak
didefinisikan sebagai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar seperti suatu hidrokarbon
atau dietil eter.
Kekurangan asam lemak esensial seperti omega 3 dan omega 6 akan
menggangu pertumbuhan anak, daya tahan tubuh, kulit kering, gangguan
penglihatan, edema, memengaruhi suasana hati, mudah rewel, dan gangguan
konsentrasi. Adapun kelebihan lemak akan mengalami beberapa efek atau
kondisi ini ketika lemak terutama lemak jahat berada pada kadar yang tinggi
seperti kolesterol tinggi, sembelit, kekurangan pada dinding arteri, obesitas,
kerusakan otak dan meningkatkan risiko kanker.

2.3 Kebutuhan Gizi Menurut Fase Pemberian Makan Pada Anak Gizi Buruk
A. Fase Stabilisasi
• Hari 1 – 2
F-75/ modifikasi/ modisco ½ -> 12 x pemberian
ASI -> bebas
F-75/ modifikasi/ modisco ½ -> 8 x pemberian
ASI -> bebas
F-75/ modifikasi/ modisco ½ -> 6 x pemberian
ASI -> bebas
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan tabel Pedoman F-75 (buku I,
hal.23 – 24, Buku II hal 20)
B. Fase Transisi
• Hari 3 - 7
F- 100/ modifikasi/ modisco I/ II -> 6 x pemberian
ASI -> bebas
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan tabel Pedoman F-75 (buku I,
hal.25 dan Buku II hal.20))

C. Fase Rehabilitasi
9
Fase rehabilitasi biasanya terjadi pada minggu ke 3-7. Pada fase rehabilitasi
secara perlahan anak mulai diperkenalkan makanan keluarga. Modifikasi makanan
keluarga dapat diberikan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Sebelum diberikan makanan keluarga, pada fase rehabilitasi ini anak terlebih
dahulu diberikan formula 135 (F135) dan bila kondisi anak sudah membaik
selanjutnya diberikan makanan keluarga.
Fase Rehabilitasi
Berat Badan < 7 Kg
F-100/ modifikasi/ modisco III -> 3 x pemberian
ASI -> bebas
Ditambah
Makanan lunak/ lembik -> 3 x 1 porsi
Sari buah -> 1 x pemberian
Berat Badan > 7 Kg
F-100/ modifikasi/ modisco III -> 3 x pemberian
ASI -> bebas
Ditambah Makanan lunak/ makanan biasa -> 3 x 1 porsi Sari
buah -> 1 - 2 x 1 buah

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :


▪ Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas
dan sering
▪ Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
▪ Protein 4-6 g/kgbb/hari
▪ Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh-kejar.
▪ Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
▪ Pemantauan fase rehabilitasi (Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan
pertambahan badan) :
▪ Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
▪ Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

10
Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi
menyeluruh

1. Formula 135 (F-135)


Makanan formula atau bahan makanan campuran merupakan kombinasi
dari berbagai bahan yang memungkinkan penambahan kekurangan sesuatu zat
gizi dalam sesuatu bahan dalam bahan lain sehingga menjadi sesuatu bahan
yang mengandung zat-zat gizi dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan.
Makanan formula memiliki syarat sebagai berikut :Bernilai gizi tinggi, dapat
diterima baik citarasanya dan dibuat dari bahan makanan setempat.

D. HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Jangan berikan Fe sebelum minggu ke 2 (Fe diberikan pada fase rehabilitasi)
2. Jangan berikan cairan intra vena, kecuali syok atau dehidrasi berat
3. Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
4. Jangan berikan diuretik pada penderita kwashiorkor

11
2. 4 Uji Organoleptik Melalui Uji Hedonik
Penilaian organoleptik adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk
mengungkap, mengukur, menganalisa dan menafsir reaksi indera penglihatan, perasa,
pembau dan peraba ketika menangkap karakteristik produk. Uji organoleptik
dilakukan oleh panelis berdasarkan faktor kesukaan.
Karakteristik pengujian organoleptik menurut Bambang Kartika, (1988:4)
adalah penguji cenderung melakukan penilaian berdasarkan kesukaan, penguji tanpa
melakukan latihan, penguji umumnya tidak melakukan penginderaan berdasarkan
kemampuan seperti dalam pengujian inderawi, pengujian dilakukan di tempat terbuka
sehingga diskusi kemungkinan terjadi.

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Pengembangan resep dilakukan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2022 di
Laboratorium Kuliner/IGDK Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Gizi.
Pengembangan resep ini dimulai dari persiapan bahan makanaan, pengolahan bahan
makanan hingga penyajian makanan dan penilaian subjektif panelis terhadap
makanan.

3.2 Kasus stabilisasi


Pasien And. F berjenis kelamin perempuan berusia 24 bulan berasal dari
Cilacap, beragama Islam masuk ke rumah sakit pada tanggal 6 September 2015. Pada
saat masuk di rumah sakit pasien didiagnosis medis Obs dyspneu dengan TB paru dan
gizi buruk (dugaan jantung). Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
sesak dan sulit bernafas. Pasien dahulu pernah mengalami pengobatan TB paru selama
tujuh bulan.
Tanggal kasus yaitu 8 September 2015. Dalam satu rumah pasien tinggal
bersama 4 orang anggota keluarga. Ayah pasien berpenghasilan menengah kebawah.
Pasien mengalami diare, batuk, dan penurunan berat badan yang tidak diinginkan.
Kebiasaan makan terdahulu pasien tidak terbiasa mengkonsumsi makanan
dalam jumlah yang cukup. Hasil FFQ pasien yaitu: Nasi 3x/hari @3/4 gelas; bubur sun
3x/minggu @30 g; telur goreng 3x/hari @1 butir besar, ikan/ayam 1x/bulan @1 ekor
kecil; tempe/tahu 2x/hari @1 potong, sayur sop, bayam, wortel, 1x/minggu @1 sendok
sayur; jeruk 3x/minggu; teh manis 1x/hari @1 gelas belimbing, gula 1 sdm.
Hasil pemeriksaan antropometri pasien yaitu BB = 5,1 kg; LK = 41 cm; LLA =
10 cm dan PB = 70,5 cm. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 7
September 2015 yaitu WBC = 12,8; RBC = 7,15; HGB = 15,7; GLU = 99; CRP = 72,4;
Na = 142; Cl = 107; K = 3,8. Tingkat kesadaran pasien yaitu CM kesan gizi buruk; T =
37.3°C; Nd = 100x/menit dan RR = 57x/menit.
Asupan makan pasien berdasarkan hasil recall 24 jam pada tanggal 8 September
2015 (Nasi tim) Energi = 291 kkal; P = 6,9 gram; L = 11,2 gram; KH = 38,8 gram.

A. ASESSMENT
13
1. Riwayat Personal Pasien (CH)

Kesimpulan
a. Pasien berumur 15 bulan.
b. Pasien berjenis kelamin perempuan.
c. Pasien berasal dari suku Jawa.
d. Pasien tinggal berasama 4 anggota keluarga.
e. Pasien beragama Islam.
f. Pasien memiliki penyakit TB paru.
g. Pasien berasal dari keluarga dengan penghasilan menengah kebawah.

2. Biokimia (BD)

14
3. Diagnosis gizi
a. Domain Asupan (NI)

b. Domain Perilaku (NB)

B. INTERVENSI
1. Perencanaan Intervensi dan Monitoring
a. Perencanaan Diet
1) Tujuan Diet
a) Memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai kebutuhan.
b) Memenuhi kebutuhan cairan.
c) Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering.

• Prinsip dan Syarat Diet

15
a) Fase stabilisasi diberi makanan khusus berupa F75 dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Energi sesuai kebutuhan 80 kkal/Kg BB/hari.
2. Protein tinggi yaitu 1.5 gram/Kg BB/hari.
3. Lemak 35% dari kebutuhan energi yang digunakan.
4. Karbohidrat cukup yaitu hasil dari selisih jumlah presentase
kebutuhan energi dengan jumlah protein dan lemak.
5. Cairan 130 ml/Kg BB/hari.

b) Pasien masuk kondisi III karena pasien mengalami diare sehingga


pemenuhan cairan dan makanan diberikan sesuai rencana III, yaitu:
1. Diberikan larutan gula pasir 10% (1 sdt gula dalam 50 ml air).
2. 2 jam I :
• Diberikan ReSoMal secara oral setiap 30 menit dengan dosis 5
ml/kgBB setiap pemberian.
• Dicatat nadi, frekuensi napas dan pemberian ReSoMalsetiap 30
menit.
3. 10 jam berikutnya:
• Meneruskan pemberian ReSoMal berselang-seling dengan F75
setiap 1 jam.
ReSoMal : 5-10 ml/Kg BB/setiap pemberian.
F75 setiap 2 jam dosis menurut berat badan.
• Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi
a) Perhitungan Kebutuhan Energi
Untuk menghitung kebutuhan energi pasien 80 kal/Kg
BBI/hari.
BBI diperoleh dengan menggunakan kurva CDC.
Kebutuhan Energi = 80 kal/Kg BBI/hari
= 80 kalx10 Kg = 800 kkal/hari
b) Perhitungan kebutuhan protein
Protein yang digunakan sebesar 1.5 gram/Kg BBI/hari.
Kebutuhan protein = 1.5 x 10 Kg
= 15 gram/hari
c) Perhitungan kebutuhan lemak
16
Lemak yang digunakan sebesar 35% dari energi total.
Kebutuhan lemak = 35% x 800 kkal
= 280 : 9 = 31.11 gram/hari
d) Perhitungan kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat pasien dihitung berdasarkan hasil
jumlah
kebutuhan energi-protein-lemak yaitu:
Kebutuhan karbohidrat = 800 kkal – 60 kkal – 80 kkal
= 660 : 4
= 165 gram
e) Perhitungan cairan
Kebutuhan cairan pasien gizi buruk tanpa edema pada fase
stabilisasi ialah 130 ml/Kg. Cairan = 130 ml/Kg = 1300
ml/hari.
Terapi diet
a) Jenis diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
b) Bentuk makanan : F75
c) Frekuensi pemberian : 12 kali ( Setiap 2 jam)
d) Rute makanan : Oral

b. Rencana Intervensi Edukasi / Konseling Gizi 1.


Tujuan Edukasi/ Konseling Gizi :
- Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien tentang gizi buruk
dengan menggunakan media leaflet.
- Orang tua pasien mampu memahami dan membuat menu bagi anak
gizi buruk.
2. Sasaran : Orang tua pasien.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan : 10-15 menit di rumah sakit.
4. Materi :
a. Menjelaskan tentang gizi buruk kepada orang tua pasien.
b. Menjelaskan tujuan pemberian diet.
c. Memberikan contoh menu anak gizi buruk.
d. Memberi saran memberi makanan penderita gizi buruk dengan porsi
kecil dan sering.
17
C. Monitoring Dan Evaluasi

2. Implementasi
a. Diet
Kajian Rekomendasi
Jenis Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
Bentuk Makanan : F75
Cara Pemberian : Oral

b. Menu Diet
F75 dengan rincian:
Energi : 800 kkal : 720 – 880 kkal
Protein : 15 gr : 13.5 – 16.5 gr
Lemak : 31.11 gr : 27.99 – 34.21 gr
Karbohidrat : 115 gr : 103.5 – 126.5 gr

18
Menu sehari
Bahan Makanan Berat URT E (kkal) P (gr) L (gr) Kh (gr )
Susu skim bubuk 30 gram 6 sdm 112,5 10,5 - 15
Pisang 30 gram - 105 1,29 0,39 26,95
Gula pasir 50 gram 5 sdm 194 - - 49,9
Tepung beras 37,5 gram 6 sdm 131,25 3 - 30
Minyak sayur 30 gram 6 sdt 300 - 30 -
Larutan elektrolit 20 ml - - - - -
Air 1000 ml - - - - -
TOTAL 842,75 14,79 30 121,85

Dafbel
Bahan Jumlah Harga
Susu skim bubuk 30 gram 2.000
Pisang 30 gram 2.000
Gula pasir 78 gram 2.000
Tepung beras 37,5 gram 2.000
Minyak sayur 30 gram 2.000
10.000

19
3.3 Kasus Transisi
Identitas Pasien
Nama : An. P
Umur :
Jenis Kelamin : perempuan

I. Data Subyektif
- 3 minggu sebelum masuk RS (SMRS) BB 7,5 kg
- Masuk rumah sakit (MRS) dengan keluhan 3 bulan yang lalu kaki bengkak
sampai sekarang, 2 minggu terakhir anak panas, batuk dan pilek
II. Data Objektif
A. Pemeriksaan Antropometri BB SMRS = 7,5 kg
• BB MRS = 6,8 kg
• TB = 75 cm
• Berat badan ideal (BBI) = 12 kg
• Nilai Z-skor =
- BB/U = -3,6 (gizi buruk)
- TB/U = -3 (gizi kurang)
- BB/TB = -3,5 (gizi buruk)
Kesan : malnutrisi, KEP status gizi buruk
B. Pemeriksaan Fisik
KU : sadar, kelihatan pasif, rewel, rambut jarang dan mudah dicabut, kulit
kering, mata bengkak, perut datar, ekstrimitas odema (+)
Kesan : KEP (kwashiorkor)

C. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Hasil Normal
Suhu 36,5 C 36 – 37 C
Tensi 110/65 mmHg 120/80 mmHg
Kesan : hipotensi

D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Protein 4,89 g/dl 6 – 7,8 g/dl

20
Albumin 2,17 g/dl 4 – 5,2 g/dl
Globulin 2,7 g/dl 1,3 – 2,7 g/dl
Hb 8 g/dl 12 – 14 g/dl
Kesan : hipoalbuminenima, anemia

III. Anamnesa Gizi


- Sejak usia 6 bulan diberi bubu encer + sayur bayam/sup wortel, 1 potong tahun
- 2 minggu sekali diberi telur (habis ½ butir)
- Sampai sekrang masih diberi ASI
- Gambaran asupan sebelum dirawat : energi 298,8 kkal, protein 10 gram, lemak
10,2 gram, dan karohidrat 43 gram
Kesan : asupan secara kualitas dan kuantitas kurang
IV. Assesment
Penyakit : KEP berat (kwashiorkor)
V. Masalah/Daignosa Gizi
- Gizi buruk
- Odema
- Hipoalbumemia
- Anemia
- Riwayat asupan tidak adekuat
- Kelihatan pasif, rewel, rambut jarang dan mudah dicabut, kulit kering

A. Domain Intake
Problem Etiologi Sign
N1 – 5.2 Pola makan Asupan makan
Malnutrisi – Kurang salah inadekuat
energi protein

B. Domain Clinical
Problem Etiologi Sign

21
NC – 2.2 Asupan besi Tensi : 110/65
Perubahan nilai laboratorium yang kurang mmHg BB
berkaitan dengan gizi Kurang MSR = 6,8 kg
(tensi menurun) asupan energi
NC – 3.1 dan zat gizi
Kehilangan berat badan yang tidak
diharapkan

C. Domain Behavior Environment


Problem Etiologi Sign
NB – 1.1 Pengetahuan Pola makan
Kurang pengetahuan yang berikatan gizi ibu kurang dan kebiasaan
dengan gizi dan makanan makann salah

VI. Perencanaan Pelayanan Gizi


A. Terapi Diet
Tujuan Prinsip/Syarat Diet
1. Memberikan makanan tinggi 1. Energi 100 kkal/kg BB/hr
energi dan protein secara 2. Protein 1 – 15 g/kg BB/hr
bertahap sesuai dengan 3. Cairan 100 ml/kg BB/hr
kemampuan pasien untuk 4. Bila selera makan anak baik,
mencapai keadaan gizi optimal. tahapan pemberian formula dapat
2. Menambah berat badan hingga lebih cepat dalam waktu 2 – 3 hari
mencapai berat badan normal 5. Porsi kecil dan sering
B. Macam Diet/Bentuk Makanan
Dieti TKTP/formula WHO diberikan secara bertahap
C. Parameter yang Perlu Dimonitor
Keadaan umum, berat badan, tinggi badan, tanda dehidrasi, asupan makanan,
odema, data labboratorium
D. Penyuluhan dan Konsultasi
- Memberikan motivasi kepada ibu + keluarga pasien agar memaksimalkan
asupan makanan dan menjelaskan diit yang diberikan
- Penjelasan tentang jenis-jenis makanan yang padar gizi dan sesuai umur
anak
22
VII. Perhitungan Kebutuhan Gizi
A. Energi
Energi 100 kkal/kg BB/hr = 100 x 6,8 = 680 kkal
B. Protein
Protein 1 – 1,5 g/kg BB/hr = 1,5 x 6,8 = 10,2 gram
C. Lemak

= 18,9 gram
D. Karbohidrat

= 117,3 gram
E. Zat gizi lain
Cairan 100 ml/kg BB/hr = 100 x 6,8 = 680 ml
VIII. Monitoring dan Evaluasi
A. Monitoring
a. Memantau asupan makan pasien
b. Memantau data antropometri yaitu BB, TB, IMT
c. Memantau hasil pemeriksaan klinis yaitu tensi
d. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium yaitu protein total, albumin,
Hb
B. Evaluasi
a. Perubahan pola makan dan daya terima sesuai kebutuhan
b. Peningkatan BB hingga mencapai BBI sehingga diperoleh IMT normal
c. Peningkatan tensi darah hingga mencapai normal
d. Peningkatan protein total albumin, Hb mencapai normal

23
IX. Deskripsi Terapi Diet
Masalah Gizi Indikator Tujuan Implementasi
− Anemia - Hb = - Mencapai − Memberikan
− BB yang 11,3 g/dl kadar makanan sumber Fe
kurang - BBA = 6,8 Hb normal 12 dan pendukungnya
− Hipoalbumi kg - BBA = - − Memberikan diet
nemia 12 kg 14 g/dl yang sesuai
Kurangnya - Albumin - Mencapai BB dengan kebutuhan
− pengetahuan 2,17 g/dl normal − Memberikan
mengenai - Data - Mencapai makanan tinggi
gizi dan kebiasaan kadar albumin protein
makanan makan anak normal 4 – 5,2 − Memberikan diet
yang salah g/dl yang sesuai dengan
- Memperbaiki kebutuhan
kebiasaan − Memberikan
makan anak edukasi tentang
yang salah makanan yang
seharusnya
dikonsumsi oleh
anak sesuai umur
kepada orang tua.

X. Perencanaan Terapi Diet


Fase transisi
- Jenis makanan : F 100
- Tujuan terapi gizi pada fase transisi adalah pada taraf ini anak mulai stabil, dan
untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (catch up)
- Setiap 100 ml F100 mengandung energi 100 kal dan protein 2,7 - 2,9 gram

Menu sehari
Bahan Makanan Berat URT E (kkal) P (gr) L (gr) Kh (gr )
Susu skim bubuk 30 gram 6 sdm 112,5 10,5 - 15

24
Alpukat 30 gram - 25,5 0,27 1,95 2,31
Gula pasir 50 gram 5 sdm 194 - - 49,9
Tepung beras 37,5 gram 6 sdm 131,25 3 - 30
Minyak sayur 30 gram 6 sdt 300 - 30 -
Larutan elektrolit 20 ml - - - - -
Air 1000 ml - - - - -
TOTAL 493,25 13,77 31,95 97,21

25
3.4 Kasus Rehabilitasi
A. Identitas dan Karakteristik Sasaran
Nama Sasaran : NN
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Lahir : Blang Bungong
Umur : 3 tahun
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 91 cm
Z-score BB/TB : -2,65 SD
Status Gizi : Kurus Alamat :
Desa Blang Bungong
Identitas Orang Tua :
- Ayah
Nama : SM
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wirausaha
- Ibu
Nama : MN
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tukang Jahit
Sosial Ekonomi Keluarga : Menengah ke bawah

B. Assesment Gizi
Klinis : Nampak lemas, pucat, rewel, cengeng
Fisik : Kurus, pendek, dan BB rendah
Biokimia
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium : Tidak ada
Dietary History (Riwayat Gizi)
Asupan energi dan zat gizi (Hasil Recall 1×24 jam)
Energi : 535,8 Kkal
Protein : 6,8 gram
Lemak : 70,6 gram KH : 32,9 gram
Kebiasaan makan :
26
Nasi yang biasa dikonsumsi adalah nasi putih. Anak mengkonsumsi nasi yang dimasak
dihabiskan hanya 3 sdm setiap kali makan. Anak tidak suka mengkonsumsi ikan hanya
suka telur dan tempe, mengkonsumsi telur 2 kali dalam sehari. Anak tidak mau makan
sayuran. Anak sangat menyukai jajanan.

Frekuensi makan : 3x makanan utama


Pantangan : Tidak ada
Kesulitan makan: anak susah dikasih makanan pokok karena terlalu banyak jajan

Riwayat Penyakit
Jenis penyakit yang pernah diderita : Step
Lama terkena penyakit : Seminggu sekali demam
Riwayat penyakit : Step beberapa bulan yang lalu, serta cacingan

Sosek Keluarga
Pekerjaan : Wirausaha (ayah), Tukang Jahit (ibu)
Status keluarga : Menengah
Pendapatan : Rp. 200.000,-/hari
Pengeluaran : Rp. 150.000,-/hari
Jumlah anak : 4 (dua) orang

Identifikasi Masalah
▪ Anak mengalami gizi kurang dan kurus
▪ Asupan Energi, Protein,lemak dan Karbohidrat anak tergolong deficit berat
▪ Kurang nafsu makan
▪ Sering mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak sehat
▪ Kurang pengetahuan tentang makanan dan zat gizi
▪ Pemilihan makanan yang salah

C. Diagnosa Gizi
I. Domain Intake
Asupan energi tidak adekuat b/d anoreksia d/d asupan energi 38,7%

27
Asupan protein tidak adekuat b/d akses makanan terbatas b/d asupen protein 26%
Asupan karbohidrat tidak adekuat b/d kurangnya pengetahuan tentang gizi d/d
asupan karbohidrat 21% dari kebutuhan
II. Domain Klinis
Status gizi kurang b/d kurangnya asupan energi d/d Z-score(BB/TB) = -
2,65 (kurus)
III. Domain Behavior
Pemberian makanan balita yang tidak tepat b/d Pengetahuan ibu tentang
makanan dan zat gizi kurang d/d Kebiasaan makan yang salah seperti seringnya
mengkonsumemberian makanan
Pemberian makanan kurang bervariasi b/d Pengetahuan ibu tentang
makanan dan zat gizi kurang d/d Pola makan yang salah

D. Intervensi Gizi
I. Tujuan Intervensi
-Untuk meningkatkan status gizi menjadi status gizi normal
-Meningkatkan asupan makanan
-Untuk meningkatkan berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan.
-Memenuhi kebutuhan energi, zat gizi makro serta zat gizi mikro
II. Program Intervensi.
1. PMT
-MT : Makanan Formula
-Bentuk PMT : Cake
-Komposisi : Tempe, tepung terigu, Gula, Margarin
-Kandungan zat gizi : Energi 419,1 Kkal, protein 21,1 gr, karbohidrat 23,7 gr dan
lemak 28,1 gr.
-Frekuensi pemberian : 1 x sehari
-Waktu pemberian : Pagi hari
2. Konseling
-Materi konseling : Makanan sehat untuk balita
-Frekuensi : 3x Seminggu
-Waktu konseling : Sore hari

E. Monitoring dan evaluasi


28
a. Monitoring
1. Antropometri
- Minggu I Antropometri
Berat Badan : 10 Kg
Tinggi Badan : 94 cm
Umur : 3 tahun
Indeks BB/U : Status gizi Buruk
Indeks TB/U : Status gizi normal
Indeks BB/TB : Status gizi kurus

- Minggu II Antropometri BeratBadan : 10,2 Kg


Tinggi Badan : 94 cm
Umur : 3 tahun
Indeks BB/U : Status gizi kurang
Indeks TB/U : Status gizi normal
Indeks BB/TB : Status gizi kurus

- Minggu III Antropometri


Berat Badan : 10,6 Kg
Tinggi Badan : 91 cm
Umur : 3 tahun 1 bulan
Indeks BB/U : Status gizi kurang
Indeks TB/U : Status gizi normal
Indeks BB/TB : Status gizi kurus

2. Klinis
- Minggu II
Berat badan naik 0,2 kg
- Minggu III
Berat badan naik 0,4 kg
- Minggu I Recall 1x 24 jam
Asupan 525,2 (E) 28,4 (P) 20,3 (L) 81,0 (KH)
Kebutuhan 1125 (E) 26 (P) 44 (L) 155 (KH)
% Kebutuhan 46,6%(E) 109%(P) 46%(L) 52%(KH)

29
Kategori Defisit <70% (E) Baik ≥ 100 % (P) Defisit <70 % (L) Defisit
<70 % (KH)

- Minggu II Recall 1x 24 jam


Asupan 837,0 (E) 37,9(P) 24,1(L) 112,9(KH)
Kebutuhan 1125 (E) 26 (P) 44 (L) 155 (KH)
% Kebutuhan 74% (E) 143% (P) 54% (L) 73% (KH)
Kategori Cukup >70 % (E) Baik ≥ 100 % (P) Defisit <70 % (L) Cukup
>70 % (KH)

- Minggu III Recall 1x 24 jam


Asupan 960,8 (E) 40,6 (P) 17,3 (L) 154,4 (KH)
Kebutuhan 125 (E) 26 (P) 44 (L) 155 (KH)
% Kebutuhan 85% (E) 156% (P) 39% (L) 100% (KH)
Kategori Cukup >70 % (E) Baik ≥ 100 % (P) Defisit <70 % (L) Baik ≥
100 % (KH)

b. Evaluasi
1. Status gizi normal menurut BB/TB
2. Minggu 1 yaitu Z-Score BB/TB : -2,65 SD (kurus)
3. Minggu 2 yaitu Z-Score BB/TB : -2,31 SD (kurus)
4. Minggu 3 yaitu Z-Score BB/TB : -2 SD (normal)
5. Data antropometri awal pada minggu pertama, berat badan 10 kg. Pada minggu
kedua berat badan 10,2 kg dan pada minggu ketiga berat badan 10,6kg.
6. Asupan makanan/ dietari intake mengalami peningkatan. Pada pengumpulan
data dasar yaitu energy 535,2 kalori, karbohidrat 32,9 gram, lemak 70,6 gram
dan protein 6,8 gram. Pada minggu kedua yaitu energy 837,0 kalori, karbohidrat
112,9 gram, lemak 324,1 gram dan protein 37,9 gram dan pada minggu ketiga
yaitu energi 960,8 kalori, karbohidrat 154,4 gram, lemak 17,3 gram dan protein
40,6 gram.
7. Peningkatan nafsu makan
8. Pola istirahat balita sudah mengalami peningkatan.
9. Tindak lanjut yang harus dilakukan yaitu meningkatkan asupan makanan
dengan memberikan makanan yang seimbang yang mengandung karbohidrat,
protein (protein hewani dan protein nabati), lemak, vitamin dan mineral.
30
“Menu Cake Tempe”
Bahan-bahan :
• 5 butir telur ayam
• 200 gr gula pasir
• 100 gr tepung terigu
• 200 gr mentega atau margarin 75 gr tempe 50 gr sukade.
• 50 gr kacang almond
• Susu kental manis putih 1 sachet
• Vanili 2
• Baking powder

Cara Membuat :
1. Langkah pertama kita harus menyiapkan tempenya terlebih dahulu, karena tempe tidak
bisa langsung dijadikan bahan untuk kue.
2. Siapkan 75 gram tempe. Potong dadu atau sesuai selera. Kukus potongan tempe hingga
matang yaitu sekitar 10 menit atau sesuai besarnya api yang dipakai.
3. Angkat tempe yang sudah matang dari kukusan. Haluskan tempe hingga benar-benar
halus. Haluskan tempe menggunakan ulekan atau bisa juga menggunakan garpu.
4. Tempe yang sudah halus sekarang siap digunakan untuk membuat cake.
5. Selanjutnya, siapkan mixer. Kemudian campurkan mentega dengan 175 gr gula pasir.
Gunakan mentega yang suhu ruang ya!
6. Kocok mentega dan gula pasir dengan mixer menggunakan kecepatan tinggi. Mixer
hingga gula larut.
7. Mixer sekitar 3 menit atau sesuai mixer yang teman-teman pakai di rumah ya! yang
penting sampai larut.
8. Setelah dimixer 3 menit, masih mixer dengan kecepatan yang sama, masukkan telur
satu persatu.
9. Mixer hingga adonan mengembang dan mengental.
10. Selanjutnya, Turunkan kecepatan mixer dikecepatan yang paling rendah. Lalu,
Masukkan tepung terigu protein sedang tepung atau tepung terigu protein rendah untuk
hasil yang lebih lebih moist dan 75 gr tempe yang tadi sudah dihaluskan dan susu kental
manis. Mixer hingga adonan tercampur rata.
31
11. Setelah adonan tercampur rata, angkat dan matikan mixer.
12. Berikutnya masukkan sukade ke adonan. Aduk rata dengan spatula. Jika tidak ada atau
kalian tidak suka sukade, bagian ini bisa kalian lewati ya!
13. Kemudian tuangkan adonan yang telah diberi sukade di loyang bulat diamater 20 cm.
Tuangkan semua adonannya ke loyang. Untuk mempercantik penampilan cake
tempenya, tambahkan lagi topping sukade dan kacang almond di bagian permukaan.
Sekarang cake siap di oven.
14. Jika ingin hasilnya lebih tinggi, loyangnya bisa diganti dengan ukuran diameter yang
lebih kecil atau bisa juga dengan mengalikan resepnya.
15. Panggang cake dalam oven selama 50 menit dengan suhu 170°C, gunakan api atas
bawah untuk memanggang atau sesuai oven yang kalian pakai di rumah dan jangan
pernah lupa untuk memanaskan oven sebelum dipakai ya!
16. Setelah 50 menit, Angkat dan keluarkan cake dari oven. Tes kematangan dengan cara
tes tusuk. Jika sudah tidak ada adonan yeng menempel ke tusuk gigi, artinya cake sudah
matang ya!
17. Tunggu sebentar hingga uap panas cake hilang
18. Setelah uap panas hilang, Keluarkan cake dari loyang. Berkat bahan olesan loyang tadi,
cake dapat dengan mudah keluar dari loyang.
19. Sekarang biarkan cake di cooling rack agar panas yang ada di atas dan di bawah cake
bisa keluar.
20. Setelah cake dingin. Potong cake sesuai selera. Cake tempe siap untuk disajikan.
21. Penampilannya dengan sukade di bagian topping dan di bagian dalam cake membuat
penampilannya semakin menarik.

Diagram Alir :
Siapkan 75 gram tempe. Potong dadu atau sesuai selera. Kukus potongan tempe hingga
matang yaitu sekitar 10 menit atau sesuai besarnya api yang dipakai.

Angkat tempe yang sudah matang dari kukusan. Haluskan tempe hingga benar-benar halus.
Haluskan tempe menggunakan ulekan atau bisa juga menggunakan garpu.

Tempe yang sudah halus sekarang siap digunakan untuk membuat cake.

Selanjutnya, siapkan mixer. Kemudian campurkan mentega dengan 175 gr gula pasir.
Gunakan mentega yang suhu ruang.

Kocok mentega dan gula pasir dengan mixer menggunakan kecepatan tinggi. Mixer hingga
gula larut.

32
Mixer sekitar 3 menit atau sesuai mixer yang teman-teman pakai di rumah ya! yang penting
sampai larut.

Setelah dimixer 3 menit, masih mixer dengan kecepatan yang sama, masukkan telur satu
persatu

Selanjutnya, Turunkan kecepatan mixer dikecepatan yang paling rendah. Lalu, Masukkan
tepung terigu protein sedang atau tepung terigu protein rendah untuk hasil yang lebih lebih
moist dan 75 gr tempe yang tadi sudah dihaluskan dan susu kental manis. Mixer hingga adonan
tercampur rata.

Setelah adonan tercampur rata, angkat dan matikan mixer.

Berikutnya masukkan sukade ke adonan. Aduk rata dengan spatula. Jika tidak ada atau kalian
tidak suka sukade, bagian ini bisa kalian lewati.

Kemudian tuangkan adonan yang telah diberi sukade di loyang bulat diamater 20 cm.

Tuangkan semua adonannya ke loyang. Untuk mempercantik penampilan cake tempenya,


tambahkan lagi topping sukade dan kacang almond di bagian permukaan. Sekarang cake siap
di oven.

Jika ingin hasilnya lebih tinggi, loyangnya bisa diganti dengan ukuran diameter yang lebih
kecil atau bisa juga dengan mengalikan resepnya.

Panggang cake dalam oven selama 50 menit dengan suhu 170°C, gunakan api atas bawah untuk
memanggang atau sesuai oven yang kalian pakai di rumah dan jangan pernah lupa untuk
memanaskan oven sebelum dipakai.

Setelah 50 menit, Angkat dan keluarkan cake dari oven. Tes kematangan dengan cara tes tusuk.
Jika sudah tidak ada adonan yeng menempel ke tusuk gigi, artinya cake sudah matang.

Tunggu sebentar hingga uap panas cake hilang

Setelah uap panas hilang, Keluarkan cake dari loyang. Berkat bahan olesan loyang tadi, cake
dapat dengan mudah keluar dari loyang.

Sekarang biarkan cake di cooling rack agar panas yang ada di atas dan di bawah cake bisa
keluar.

Setelah cake dingin. Potong cake sesuai selera. Cake tempe siap untuk disajikan.

Penampilannya dengan sukade di bagian topping dan di bagian dalam cake membuat
penampilannya semakin menarik.

33
Bahan makanan g energy (kcal) protein ( g) fat ( g) carbohydr. ( g)
telur ayam 300 465,3 37,8 31,8 3,3
gula pasir 200 773,9 0 0 199,8
tepung terigu 100 364 10,3 1 76,3
mentega 200 1420,2 0,4 161,2 0
tempe 75 149,3 14,3 5,8 12,8
Almond 50 284,8 9,4 27 1,9
SKM 20 64 1,6 1,7 10,9
3521,52 73,67 228,57 304,9

DAFBEL
Bahan Makanan Berat (gram) Harga
Telur ayam 5 butir Rp. 10.000
Gula pasir 200 gram Rp. 3.000
Tepung terigu 100 gram Rp. 3.000
Margarin 200 gram Rp. 12.000
Tempe 75 gram Rp. 5.000
Sukade 50 gram Rp. 3.000
Kacang almond 50 gram Rp. 5.000
Skm putih 1 sachet Rp. 2.000
Vanili 2 buah Rp. 3.000
Total Rp. 41.000

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Nama Produk
• Makanan anak gizi buruk fase stabilisasi F75+Pisang
• Makanan anak gizi buruk fase transisi F100+Alpukat
• Makanan anak gizi buruk fase rehabilitasi Cake Tempe
4.1.2 Bahan yang Digunakan
1. Fase Stabilisasi
- 30 g pisang ambon
- 10 g susu bubuk
- 40 g gula pasir
- 13 g minyak sawit
2. Fase Transisi
- 30 g alpukat
- 43 g susu bubuk
- 7,5 g minyak sawit
3. Fase Rehabilitasi
- 5 butir telur ayam
- 200 gr gula pasir
- 100 gr tepung terigu
- 200 gr mentega atau margarin
- 75 gr tempe
- 50 gr sukade.
- 50 gr kacang almond
- Susu kental manis putih 1 sachet
- Vanili 2
- Baking powder

4.1.3 Alat yang digunakan


1. Fase stabilisasi
- Mangkok
- Garpu
- Panci
35
- Spatula
- Gelas
2. Fase transisi
- Mangkok
- Garpu
- Panci
- Spatula
- Gelas

3. Fase rehabilitasi
- Mixer
- Spatula kue
- Loyang kue
- Oven
- Wajan
- Pisau
- Panic kukusan
- Garpu

4.1.4 Cara membuat


1. Fase stabilisasi
- Haluskan pisang dengan menggunakan garpu
- Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak.
- Tambahkan air sehingga mencapai 1 liter dan didihkan
- sambil diaduk-aduk hingga larut selama 5 – 7 menit
2. Fase transisi
- Haluskan alpukat dengan menggunakan garpu
- Campurkan susu skim/full cream, gula, minyak.
- Tambahkan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen,
sehingga mencapai 1 liter
- Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak dulu selama 4 menit
3. Fase rehabilitasi
- Langkah pertama kita harus menyiapkan tempenya terlebih dahulu, karena
tempe tidak bisa langsung dijadikan bahan untuk kue.
36
- Siapkan 75 gram tempe. Potong dadu atau sesuai selera. Kukus potongan
tempe hingga matang yaitu sekitar 10 menit atau sesuai besarnya api yang
dipakai.
- Angkat tempe yang sudah matang dari kukusan. Haluskan tempe hingga benar-
benar halus. Haluskan tempe menggunakan ulekan atau bisa juga
menggunakan garpu.
- Tempe yang sudah halus sekarang siap digunakan untuk membuat cake.
- Selanjutnya, siapkan mixer. Kemudian campurkan mentega dengan 175 gr
gula pasir. Gunakan mentega yang suhu ruang ya!
- Kocok mentega dan gula pasir dengan mixer menggunakan kecepatan tinggi.
Mixer hingga gula larut.
- Mixer sekitar 3 menit atau sesuai mixer yang teman-teman pakai di rumah ya!
yang penting sampai larut.
- Setelah dimixer 3 menit, masih mixer dengan kecepatan yang sama, masukkan
telur satu persatu.
- Mixer hingga adonan mengembang dan mengental.
- Selanjutnya, Turunkan kecepatan mixer dikecepatan yang paling rendah. Lalu,
Masukkan tepung terigu protein sedang tepung atau tepung terigu protein
rendah untuk hasil yang lebih lebih moist dan 75 gr tempe yang tadi sudah
dihaluskan dan susu kental manis. Mixer hingga adonan tercampur rata.
- Setelah adonan tercampur rata, angkat dan matikan mixer.
- Berikutnya masukkan sukade ke adonan. Aduk rata dengan spatula. Jika tidak
ada atau kalian tidak suka sukade, bagian ini bisa kalian lewati ya!
- Kemudian tuangkan adonan yang telah diberi sukade di loyang bulat diamater
20 cm. Tuangkan semua adonannya ke loyang. Untuk mempercantik
penampilan cake tempenya, tambahkan lagi topping sukade dan kacang
almond di bagian permukaan. Sekarang cake siap di oven.
- Jika ingin hasilnya lebih tinggi, loyangnya bisa diganti dengan ukuran
diameter yang lebih kecil atau bisa juga dengan mengalikan resepnya.
- Panggang cake dalam oven selama 50 menit dengan suhu 170°C, gunakan api
atas bawah untuk memanggang atau sesuai oven yang kalian pakai di rumah
dan jangan pernah lupa untuk memanaskan oven sebelum dipakai ya!

37
- Setelah 50 menit, Angkat dan keluarkan cake dari oven. Tes kematangan
dengan cara tes tusuk. Jika sudah tidak ada adonan yeng menempel ke tusuk
gigi, artinya cake sudah matang ya!
- Tunggu sebentar hingga uap panas cake hilang
- Setelah uap panas hilang, Keluarkan cake dari loyang. Berkat bahan olesan
loyang tadi, cake dapat dengan mudah keluar dari loyang.
- Sekarang biarkan cake di cooling rack agar panas yang ada di atas dan di
bawah cake bisa keluar.
- Setelah cake dingin. Potong cake sesuai selera. Cake tempe siap untuk
disajikan.
- Penampilannya dengan sukade di bagian topping dan di bagian dalam cake
membuat penampilannya semakin menarik.

4.2 Porsi dan Nilai Gizi


4.2.1 Jumlah dan berat Porsi yang Dihasilkan
1. Fase stabilisasi
1 resep 1.000 ml untuk 10 kali pemberian
2. Fase transisi
1 resep 1.000 ml untuk 8 kali pemberian
3. Fase rehabilitasi
1 loyang Panjang sedang, pemberian kepada balita 1-2 (50-100 g) potong untuk
selingan

4.2.3 Nilai Gizi


1. Fase stabilisasi
Jenis Bahan Jumlah Bahan Energi Protein
Susu bubuk 10 g 36,2 Kal 3,6 g
Gula pasir 40 g 146,5 Kal 0g
Minyak sawit 13 g 117,3 Kal 0g
Pisang 30 27,6 kal 0,3
Jumlah 400 ml 327,6 Kal 3,9 g

2. Fase transisi

38
Jenis Bahan Jumlah Bahan Energi Protein
Susu bubuk 42,9 gr 212,4 Kal 10,8 gr
Gula pasir 33 gr 120 Kal 0 gr
Minyak sawit 7,5 gr 67,6 Kal 0 gr
Alpukat 30 gr 23,7 0,2
Jumlah 400 ml 423,7 Kal 11 gr

3. Fase rehabilitasi
Bahan makanan g energy (kcal) protein ( g) fat ( g) carbohydr. ( g)
telur ayam 30 46,53 3,78 3,18 0,33
gula pasir 20 77,39 0 0 19,98
tepung terigu 10 36,4 1,03 0,1 7,63
mentega 20 14,2 0,04 16,12 0
tempe 7,5 14,93 1,43 0,58 1,28
Almond 5 28,48 0,94 2,7 0,19
SKM 2 6,4 0,16 0,17 1,09
224,33 7,38 22,85 30,5

4.3 Penyajian
4.3.1 Cara Penyajian
1. Fase stabilisasi
Disajikan dalam mangkuk kecil
2. Fase transisi
Disajikan dalam mangkuk kecil
3. Fase rehabilitasi
Disajikan dalam piring kue persegi kecil

39
4.4.2 Gambar Produk
Gambar 1 fase stabilisasi F75+Pisang

Gambar 2 fase transisi F100+Alpukat

Gambar 3 fase rehabilitasi cake tempe

4.4 Uji Organoleptik


1. Fase Stabilisasi
Uji Organoleptik
Warna Warna formula pisang putih krem
Rasa Manis
Tekstur Kental
40
Aroma Pisang dan susu

2. Fase Transisi
Uji Organoleptik
Warna Warna formula hijau muda
Rasa Manis
Tekstur Kental
Aroma Khas alpukat susu

3. Fase Rehabilitasi
Uji Organoleptik
Warna Warna kekuningan
Rasa Manis gurih
Tekstur Empuk
Aroma Mentega

4.1.1 Hasil Uji Daya Terima Makanan Balita Gizi Buruk


1. Fase Stabilisasi
tingkat kesukaan
jenis uji
sangat suka suka agak suka agak tidak suka tidak suka
warna 6 2 1
aroma 2 3 4
rasa 1 2 3 3
tekstur 1 4 1 2 1

F75 + Pisang
10
6
4 4
5 2 1 2 3 1 2
3 3
1 1 2 1
0
warna aroma rasa tekstur

tingkat kesukaan sangat suka tingkat kesukaan suka


tingkat kesukaan agak suka tingkat kesukaan agak tidak suka
tingkat kesukaan tidak suka

Pada hasil penilaian organoleptik formula F75+Pisang dari 9


41
kelompok panelis dapat dihasilkan dalam kategori warna, 66,7% suka, dan
22,2% agak suka dan 11,1% agak tidak suka, untuk kategori aroma 22,2%
suka dan 33,3% agak suka dan 44,4% agak tidak suka, untuk kategori rasa
11,1% sangat suka, 22,2% suka, 33,3% agak suka, dan 33,3% tidak suka,
dan yang terakhir untuk tekstur 11,1% sangat suka, 44,5% suka, 22,2% agak
suka, 22,2% agak tidak suka dan 11,1% tidak suka .

2. Fase Transisi
tingkat kesukaan
jenis uji
sangat suka suka agak suka agak tidak suka tidak suka
warna 5 3 1
aroma 4 2 3
rasa 4 2 3
tekstur 1 5 1 2

F100 + Alpukat
10 5 5
3 4 4
1 2 3 2 3 1 1 2
0
warna aroma rasa tekstur

tingkat kesukaan sangat suka tingkat kesukaan suka


tingkat kesukaan agak suka tingkat kesukaan agak tidak suka
tingkat kesukaan tidak suka

Pada hasil penilaian organoleptik formula F100+Alpukat dari 9


kelompok panelis dapat dikategorikan warna 55,5% suka, 33,3% agak suka,
dan 11,1% agak tidak suka, untuk kategori aroma 44,4% suka, 22,2% agak
suka, 33,3% agak tidak suka, untuk kategori rasa 44,4% suka, 22,2% agak
suka, 33,3% agak tidak suka, untuk kategori tekstur 11,1% sangat suka,
55,5% suka, 11,1% agak suka, 22,2% agak tidak suka.\

3. Fase Rehabilitasi
tingkat kesukaan
jenis uji
sangat suka suka agak suka agak tidak suka tidak suka
warna 2 6 1

42
aroma 1 7 1
rasa 4 5
tekstur 1 6 2

Cake Tempe
10 6 7 6
4 5
5 2 1 1 1 1 2
0
warna aroma rasa tekstur

tingkat kesukaan sangat suka tingkat kesukaan suka


tingkat kesukaan agak suka tingkat kesukaan agak tidak suka
tingkat kesukaan tidak suka

Pada penelitian organoleptik cake tempe dari 9 kelompok panelisis


dapat dikategorikan warna 22,2% sangat suka, 66,6% suka, 11,1% agak
suka, untuk kategori aroma 11,1% sangat suka, 77,7% suka, dan 11,1%
agak suka, untuk kategori rasa 44,4% sangat suka dan 55,5% suka, untuk
kategori tekstur 11,1% sangat suka, 66,6% suka, dan 22,2% agak suka.

4.5 Pembahasan
4.1.2 Fase Stabilisasi F75+Pisang
1. Warna
Warna merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi penampilan
dari makanan yang bisa menggugah selera konsumen. Berdasarkan hasil
uji organoleptik untuk kategori warna persentasi tertinggi yaitu 66,7% suka.
Warna yang dihasilkan adalah warna putih agak krem. Daging buah pisang
ambon umumnya berwarna putih kekuningan dan tidak berbiji.
2. Aroma
Aroma dapat mempengaruhi kesukaan seseorang terhadap suatu produk
makanan, dalam formula ini aroma yang mencolok adalah aroma susu dan
pisang. Berdasarkan hasil uji organoleptic untuk kategori rasa ini presentasi
tertinggi yaitu 44,4% agak tidak suka, aroma susu lebih mendominasi formula
ini karena perbandingan jumlah susu lebih banyak dari pisangnya.
3. Rasa

43
Rasa merupakan komponen penting dalam mempengaruhi kesukaan
seseorang terhadap produk yang kita olah. Berdasarkan hasil uji organoleptic
yang dilakukan kepada 9 kelompok responden presentasi kesukaan responden
yaitu 33,3% agak suka dan 33,3% agak tidak suka. Rasa formula ini agak
hambar namun masih berasa cukup manis. Rasa susu lebih dominan dari rasa
pisang.
4. Tekstur
Berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan kepada 9 kelompok
responden presentasi kategori tekstur ini adalah 44,4% suka. Penambahan
tepung beras sangat mempengaruhi tekstur dari formula ini. Tepung tersebut
menyebabkan formula menjadi lebih mengental saat menjadi dingin.

4.1.3 Fase Transisi F100+Alpukat


1. Warna
Warna sangat mempengaruhi penampilan dari makanan. Apabila
makanan memiliki warna yang menarik dan cerah maka responden akan
tertarik. Berdasarkan hasil uji organoleptik untuk kategori warna persentasi
tertinggi yaitu 55,5% suka. Warna yang dihasilkan adalah warna hijau muda.
Pada bagian dekat kulit, daging buah alpukat berwarna hijau muda sedangkan
pada bagian dekat biji berwarna kuning muda. Daging buah alpukat
mengandung karotenoid (lutein, zeaxantin, alfa karoten, beta karoten) dan
tokoferol (alfa-tokoferol, beta-tokoferol dan tokotrienol Arpaian; dkk., 2006).
2. Aroma
Aroma suatu produk makanan mempengaruhi tingkat kesukaan
seseorang terhadap makanan tersebut, dalam formula ini aroma yang mencolok
adalah aroma susu dan alpukat. Berdasarkan hasil uji organoleptic untuk
kategori rasa ini presentasi tertinggi yaitu 44,4% suka, aroma susu lebih
mendominasi formula ini karena perbandingan jumlah susu lebih banyak dari
alpukat.
3. Rasa
Rasa juga memiliki pengaruh besar terhadap kesukaan seseorang
terhadap suatu produk makanan. Berdasarkan hasil uji organoleptic yang
dilakukan kepada 9 kelompok responden presentasi kesukaan responden yaitu

44
44,4% suka. Rasa formula ini cukup manis. Rasa susu lebih dominan dari rasa
alpukat.
4. Tekstur
Tekstur sangat penting dalam mempengaruhi makanan. Berdasarkan
hasil uji organoleptik yang dilakukan kepada 9 kelompok responden presentasi
kategori tekstur ini adalah 55,5% suka. Penambahan tepung beras sangat
mempengaruhi tekstur dari formula ini. Tepung tersebut menyebabkan formula
menjadi lebih mengental saat menjadi dingin.

4.1.4 Fase Rehabilitasi Cake Tempe


1. Warna
Warna adalah aspek penting dalam mengukur tingkat kesukaan
seseorang terhadap suatu produk makanan. Apabila makanan memiliki warna
yang menarik dan cerah maka responden akan tertarik. Berdasarkan hasil uji
organoleptik untuk kategori warna persentasi tertinggi yaitu 66,6% suka.
Warna yang dihasilkan adalah kekuning-kuningan. Tempe tidak
mempengaruhi atau memberikan warna pada cake.
2. Aroma
Aroma memiliki peran penting dalam menentukan kesukaan terhadap
suatu produk makanan, dalam formula ini aroma yang mencolok adalah aroma
mentega yang gurih. Berdasarkan hasil uji organoleptic untuk kategori rasa dari
9 kelompok responden ini presentasi tertinggi yaitu 77,7% suka. Aroma langu
dari tempe tidak ada sehingga tidak mempengaruhi aroma cakenya karena
aroma margarin lebih menolok.
3. Rasa
Rasa juga menentukan kesukaan seseorang terhadap suatu produk
makanan. Berdasarkan hasil uji organoleptic yang dilakukan kepada 9
kelompok responden presentasi kesukaan responden yaitu 55,5% suka. Rasa
cake gurih dan manis, tidak ada rasa tempe dalam cake, karena presentasi tempe
yang dimasukkan tidak banyak sehingga tidak mempengaruhi rasanya.
4. Tekstur
Tekstur sebuah cake sangat penting untuk menentukan tingakat
kesukaannya. Berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan kepada 9

45
kelompok responden presentasi kategori tekstur ini adalah 66,6% suka. Tekstur
dari cake lembut dan kenyal, karena penambahan telur dan baking soda.

46
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gizi-buruk-pada-anak/
https://rsupsoeradji.id/penatalaksaan-gizi-pada-pasien-gizi-buruk/
10-Langkah-Tata-Laksana-Gizi-Buruk, Joni Iswanto (7 Desember 2011)
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan). Ditjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI;1-40. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
2015.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Suharjo. 2010. Pemberian Makanan Bayi dan Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Supariasa IDN. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
WHO., UNICEF& The World Bank. 2012. Joint Child Malnutrition Estimates: Levels & trends
in child malnutrition. J Africa (Lond). 2012;35.
Cahyani FN, Hartono A.S, Ngadiarti I. 2014. Frekuensi Konseling Gizi, Pengetahuan Gizi Ibu
dan Perubahan Berat Badan Balita Kurang Energi Protein (KEP) di Klinik Gizi
Puskesmas Kunciran, Kota Tangerang.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. Profil Kesehatan Kota SemarangTahun 2014.
Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Fitriyanti F. 2012. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMTP) terhadap
Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012. Skripsi.
Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Forrester TE.Badaloo AV, Boyne MS, Osmond C, Thompson D, Green Curtis, Bryan CT,
Barnett Alan, Wynter SS, Hanson MA, Beedle AS, Gluckman PD. 2012. Prenatal Factors
Contribute to the Emergence of Kwashiorkor or Marasmus in Severe Undernutrition:
Evidence for the Predictive Adaptation Model. PLoS One J; 8–11.
Sulistiyawati, Rustina Y, Hastono SP. 2012. . Pemerian Diet Formula 75 dan 100
Meningkatkan Berat Badan Balita Gizi Buruk Rawat Jalan.
Arisman 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta
Hidayat, T , dan Fuada, N,. 2011. Hubungan sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi
balita di indonesia (relationship between environmental sanitation, morbidity and
nutritional status of under-five children in indonesia). 34, 104– 113.

47

Anda mungkin juga menyukai