Disusun oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi angung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya,sehingga makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATAU ANAK
DENGAN GANGGUAN GIZI” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan anak. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan
referensi bagi mahasiswa yang lain.
Penulis menyadari maklah ini masih perlu banyak penyempurnaan kerena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini baik terkait penulisan maupun
kontenpenulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata,semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................................1
Daftar isi..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 konsep dasar
A. Pengertian ..............................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................5
C. Patofisiologi.............................................................................................5
D. Pemeriksaan penunjang...........................................................................5
E. Penatalaksanaan.......................................................................................6
2.2 Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
B. Diangnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diangnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
Daftar pustaka......................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kekurangan gizi pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu
mendapat perhatian. Masalah gizi disebabkan oleh asupan yang kurang dan tingginya
penyakit infeksi.Gizi memerankan peran penting dalam siklus hidup manusia usia 0-24 bulan
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada perkembangan usia 6
bulan perkembangan otak anak mencapai 50% dan 80% saat 2 tahun sedangkan pada saat
usia 5 tahun mencapai 90% dan umur 10 tahun mencapai 100%.
Kekuranga gizi terjadi pada saat tubuh tidak memeperoleh energi, protein, karbohidrat,
vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya dalam jumlah cukup yang diperlukan untuk
mempertahankan organ dan jaringannya tetap sehat serta berfungsi dengan baik. Bertambah
berat badan merupakan tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak dan tumbuh serta
berkembang dengan baik. (UNICEF,2010).
Asupan zat gizi mempunyai pengaruh besar terhadap berkembangan anak, bayi sampai
remaja. Diet seimbang tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga berfungsi
sebagai imunitas, penunjang kemampuan inteleal (Hardinsyah, 2017). Berdasarkan faktor
penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan cara yaitu secara
langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan perbaikan
gizi dimaksud untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
2.1.2 Marasmus
A. Pengertian
Marasmus adalah kekurangan asupan energy atau kalori dari semua bentuk makronutien,yang
mengcangkup karbohidrat,lemak,dan protein.
B. Etiologi
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan
dengan anoreksia
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
terganggu atau tidak humoris
4. Adanya kelainan metabolic,atau malformasi kongenital.
C. Patofisiologi
Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan,terutama lapisan subkutan dan badan tampak
kurus seperti orang tua. Pada metabolisme lemak kurang terganggu dari pada
kwashiorkor,kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada.
Pada marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium.
Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein
sebagai sumber energy.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Tes darah ,untuk mengidentifikasi penyebab malnutrisi
2. Tes tinja(feses),untuk melihat keberadaan parasite atau cacing yang bisa
menyebabkan malnutrisi energy protein
3. Rontgen dada,untuk melihat ada tidaknya peradangan dan infeksi pada paru.
E. Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori,protein,mineral,dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi,kaji riwayat pola makan,pengkajian
antropometri,kaji manifestasi klinis,monitor hasil laboratorium,timbang berat
badan,kaji tanda tanda vital.
2.1.3 KWASHIORKOR
A. Pengertian
Kwashiorkor adalah malnutrisi yang diproduksi oleh jumlah protein dalam diet yang sangat
tidak memadai.
B. Etiologi
1. Kurang protein
2. Kesulitan mendapatkan bahan makanan
3. Kondisi bawaan lahir
C. Patofisiologi
Kekurangan protein dalam makanan→asam amino essensial dalam serum yang diperlukan
untuk sintesis dan metabolism terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel→makin
berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin hati.
Cara penyelenggaraan
Asuhan keperawatan pada bayi atau anak dengan masalah topik dan infeksi
2.1.4 CAMPAK
A. Pengertian
Campak adalah penyakit yang menunjukkan gejala ruam kemerahan akibat infeksi virus pada
seluruh tubuh dan sangat menular.
B. Etiologi
Campak disebabkan oleh virus yang menular melalui percikan air liur yang dikeluarkan
penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi bila seseorang menyentuh hidung
atau mulut setekah memegang benda yang terpercik air liur penderita. Seseorang lebih
beresiko tertular campak bila belum mendapatkan imunisasi campak, berpergian ke wilayah
yang sedang mengalami wabah campak, atau kekurangan asupan vitamin A .
C. Patofisiologi
Dimulai saat virus campak masuk ke tubuh melalui mukosa ssaluran nafas atas atau kelenjar
air mata.
Infeksi awal dan replikasi virus terjadi secara local pada sel epitel trachea dan bronkus
Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi, akibat replikasi dan
kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional yang kemungkinan dibawa oleh
makrofag paru
Fase viremia kedua terjaddi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal akibat penyebaran virus
padda seluruh sistem retikuloendotelial. Kolonisasi dan penyebaran padda epitel dan kulit
menyebabkan gejala batuk, pilek, mata merah dan demam semakin yang tingi. Gejala
akan semakin memberat sampai hari ke 10 setelah infeksi virus dan mulai timbul ruam
makulopapular berwarna kemerahan. Ruam akan menjaid gelap pada massa konvalesens
diikuti dengan terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi
D. Pemerikasaan penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi
2. Pemeriksan antibody lgM
3. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit
darah, dan analisi gas.
Enteritis: feses lengkap
Bronkopneunomia dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis darah
E. Penatalaksaan
Terapi suportif,Pada anak yang sehat umumnya gejala campak dapat sembuh sendiri.
Pengobatan yang diberikan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi , antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonflusi jika
terdapat kejang dan pemberian vitamin A
2.1.5 DIFTERI
A. Pengertian
Merupakan penyakit infeksi akut yang terutama menyerang tonsil, faring,laring, hidung dan
adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadangpula menyerang konjungtiva
atau vagina. Namun kasus yang lebih banyak terjadi yaitu berupa infeksi akut yang mnyerang
saluran pernafasan atas.
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu suatu bakteri basil
aerob, garam positif, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak,
polimorfik, sensitive terhadap panas. Kering dan sinar matahari dan bersifat basil.
C. Patofisiologi
1. Kuman berkembang biak pada saluran nafas atas (vulva,kulit,mata jarang terjadi)
2. Kuman membentuk psudo membran melepaskan eksotoksin.
3. Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya miokarditis
dan timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai saringan saraf.
4. Sumbatan jalan nafas terjadi akibat dari fungsi psudo membrane pada laring dan
trakea dapat memnyebabkan kondisi fatal.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
2. Schick tes atau tes kulit
E. Penatalaksanaan
1. Banyak minum cairan
2. Minum obat pereda nyeri
3. Infus cairan
4. Istirahat cukup
2.1.6 Tetanus
A. pengertian
Tetanus merupakan suatu penyakit serius yang dapat menyebabkan gangguan pada
otot serta sistem saraf pusat.
B. Etiologi
Disebabkan oleh bakteri clostridium tetani
Seorang anak dapat terserang tetanus saat mengalami luka tusuk yang
terkontaminasi
Luka yang tidak dibersihkan juga dapat menjadi pemicu timbulnya tetanus
Neonatal tetanus muncul akibat penggunaan alat yang kurang steril saat proses
persalinan
C. Manifestasi klinis
Rahang menjadi kaku dan tidak dapat digerakkan
Perut dan pungggung kaku
Otot wajah mengalami kontraksi
Detak jantung menjadi cepat
Kejang
Demam
Muncul banyak keringat
Kram otot yang terasa nyeri di area sekitar luka
Kesulitan menahan
D. Patofisiologi
Dimulai dengan masuknya spora bakteri clostridium tetani melalui luka sebagai spora
port d entree. Luka tusuk, jaringan nekrotik dan luka yang terinfeksi merupakan luka yang
lebih beresiko menimbulkan tetanus. Pada luka tersebut tercipta kondisi anaerob yang
kemudian menjadi lingkungan optimal bagi proses germinasi dan multiplikasi bakteri
clostridium tetani. Pada proses tersebut bakteri akan memproduksi 2 jenis toksin yakni,
tetanospasmin dan tetanosilin.
E. Penatalaksanaan
Terapi farmakologis
Pemberian anti toksin, anti biotik, anti epilepsi dan terapi lain untuk mengurangi
gejala yang ditimbulkan oleh toksin
Terapi non farmakologis
Melakukan eksplorsi dan debridement secara menyeluruh pada luka yang
dicurigai sebagai port d’entree. Pasien sebagiknya ditempatkan diruangan terpisah
yang sunyi dan sebisa mungkin terhindar dari stimulus cahaya dan taktil.
Pada pasien tetanus dianjurkan diet menggunakan pipa nasogastrik dan diberikan
diet tinggi kalori.
2.1.7 DHF
A. .Pengertian
DHF (Dengue haemorhagic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypty (Nursalam, Dkk.2008).
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. Etiologi
Penyebab DHF disebabkan oleh arbovirus (Arthopoborn virus) dan ditularkan melalui
nyamuk.
C. Patofisiologi
Virus dengue disebabkan olehi gigitan nyamuk yang masuk kedalam tubuh yang
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik.
Virus yang masuk kedalam tubuh mengakibatkan peradangan pembuluh darah vaskuler.
Bila virus bereaksi dengan antibodi maka mengaktifasi sistem komplemen atau
melepaskan histamine dan merupakan mediator meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derjat I II III
IV.
D. Pemeriksaan penunjang
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat 20% atau lebih),
trombosutopemia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (Hemoabutination Inhibition tes)
3. Rontgen thoraks : effusi pleura
E. Penatalaksanaan
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiratik untuk mengontrol suhu mereka
3. Peningkatan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya,
4. Memantau hidrasi pasien selama demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output
urine
6. Jika pasien tidak bisa mentoleransi cairan secara oral mungkin mereka perlu
cairan IV
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung,pengisian
kapiler,nadi,tekanan darah dan output urine.
8. Lakukan penilaian homodinamik,cek hematokrit awal dan jumlah trombosit
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yang
normal.
10. Fase kritis dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yang normal dan
berlangsung 24-48 jam
2.1.8 THYPOID
A. Pengertian
a. Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari,gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran (Arief,Mansjoer,2000).
b. Demam thypoid adalah penyait menular yang bersifat akut,ditandai dengan
bakterimia,perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,pembentukan
mikro abses dan ulserasi nodus peyer di didstal ileum (SoegengSoegijanto,2002).
B. Etiologi
Etiologi dari demam thypoid adalah infeksi organisme salmonella enterica serovar thyphi
melalui jalur fekal oral dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi bakteri salmonella thyphi.
C. Patofisologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan.basil diserap diusus halus melalui pembuluh limfe
lalu masuk kedalam peredaran darah sampai dioragan-organ lain, terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe sehingga organ-organ
tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk
kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama ke dalam
kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa
diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala
demam disebakan oleh endo toksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebakan
oleh kelainan pada usus. (Ngastiah,2005)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu),
Pemeriksaan widal
2. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
E. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Isolasi pasien
Desinfeksi pakaian
Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi
Istirahat selama 2 minggu selama demam berlangsung
2. Diet,makanan harus mengandung cukup cairan,kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat,tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas,meminum susu 2 gelas/hari.
3. Obat, obat antrimikroba yang sering digunakan
Cloramphenicol
Kontrimaksasol
Terapi ampisilin 100 mg/kg
2.1.9 POLIO
A. Pengertian
Polio atau poliomyelitis adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan
permanen. Sebagian besar penderita polio adalah balita,terutama yang belum menjalani
imunisasi polio.
B. Etiologi
Polio disebabkan oleh virus polio. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan tinja penderita polio/konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi
virus polio,virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita
batuk/bersin. Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan
vaksin polio.
C. Patofisiologi
Virus ini masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Virus ini ddapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis)
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab berupa pemeriksaan spesimen seperti feses,apus tenggorokan,cairan
serebrospinal,nekroskopi,dan darah.
E. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan untuk polio,yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala.
Terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk
mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas tetapi tidak dapat mengobati
kelumpuhan polio permanen.
Asuhan keperawatan bayi atau anak dengan gangguan perkemihan
A. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus.
Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang dapat menyebabkan
terjadinya proteinuria,hipoalbuminemia,hiperlipidemia dan edema (Betz dan Souden,2009).
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada anak.
Sejumlah anak dengan sinrom ini mengalami kekambuhan dapat berkurang secara bertahap
sesuai dengan bertambahnya usia anak.
B. Etiologi
Anak dengan sindrom nefrotik dapat mengalami peningkatan kolestrol dan trigliserida serum
akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan
penurunan onkotik plasma. Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindrom
nefrotik atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin
yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Hal ini menyebabkan anak
mengalami tekanan darah tinggi.
D. Pemeriksaan penunjang
E. Penatalaksanaan
Menurut Betz dan souden (2009) penatalksanaan medis untuk sindrom neftortik meliputi :
A. pengertian
Glomerulo nefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Meskipun lesi utama
pada glomerulus,tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan,sehingga
terjadi gagal ginjal.
GNA adalah istilah yang secara halus mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana
imflamasi terjadi di glomerulus.(Brunner dan Sudart,2001)
B. Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi sterptococuss ini ditemukan pertama kali oleh lohlein
1907 dengan alasan :
Mungkin faktor iklim atau alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan
kuman streptococuss. GNA juga disebabkan oleh sipilism keracunan (timah hitam
tidion),penyakit amilodm trombosis vena renalis,pupur anafilaktoid dan lupus erimatosis.
C. Patofisiologi
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi yang
terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan mikro organisme yaitu streptococuss A.
Reaksi itu membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang
menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi
mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus,insuffisiensi renal dan perubahan
permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti protein diekskresikan dalam urine
(proteinuria).
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan LED tinggi dan Hb rendah ((akibat dari hiperpolemia)
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Pemeriksaan urine
4. Pemeriksaan kultur darah dan tenggorokan
5. IVP : tes fungsi ginjal normal pada 50% penderita
6. Biopsi ginjal
E. Penata laksanaan
Tidak ada pengobatan yang khusus yang memengaruhi penyembuhan kelainan diglomerulus.
GASTROENTERITIS
A. Pengertian
Gastroenteritis atau flu perut adalah muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada
dinding saluran pencernaan terutama lambung dan usus. Dimasyarakat luas sering dikenal
dengan muntaber.
B. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi virus yaitu virus noro virus dan rota virus dan juga bisa disebabkan
oleh adeno virus dan astro virus penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung seperti
berjabat tangan dengan penderita atau sengaja menghirup cipratan air liur yang kelur saat
pendetita bersin,bisa juga melalui maknan,minuman,dan benda yang telah terkontaminasi
virus. Kebiasaan tidak mencuci tangan susah buang air atau sebelum makan dapat
meningkatkan penyakit gastroenteritis.Gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh
bakteri,parasit,obat-obatan tertentu,logam berat.
C. Patofisiologi
Proses ini diawali dengan adanya kuman yang masuk kedalam saluran pencernaan kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan khusus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang mengakibatkan
gangguan fungsi usus .
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan elektrolit
3. Pemeriksaan analisa gas darah
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
5. Pemeriksaan enzim
6. Pemeriksaan feses
7. Pemeriksaan endoskopi
E. Penatalaksanaan
Jika anak mengalami muntah atau diare,biarkan penecernaannya beristirahat selama 15-20
menit. Setelah itu, berikan minum secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
mencegah dehidrasi jenis cairan dapat berupa air putih,larutan oralit, atau ASI jika anak
masih bayi.
DIESNTRI
A. Pengertian
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang terkadang dapat
disertai dengan darah atau lendir yang pada umumnya sering dialami oleh anak-anak
atau balita. Disentri terbagi menjadi 2 yaitu :
Disentri basiler atau shigllosis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri shigella.
Disentri amuba atau amoediasis yang disebabkan oleh infeksi
entamoebahistolytica.
B. Etiologi
1. Disentri basiller disebabkan oleh infeksi bakteri shigella. Namun demikian,
bakteri campylobacter, E. Coli, dan salmonella, juga dapat menyebabkan
disentri basiller.
2. Sedangkan disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit ber sel satu, yaitu
entamoeba histolytica. Umumnya, daerah dengan sanitasi yang buruk
merupakan tempat dimana amuba sering ditemui. Komplikasi pada organ hati,
yang berupa abses hati bisa disebabkan karena disentri amuba.
C. Patofisiologi
Disentri berawal dari tertelannya bakteri shigella pada disenti basiller atau kista
matang entamoeba histolytica pada disentri amuba. Penulan terjadi secara vektal oral,
melalui makanan, minuman yang terkontaminasi. Selain secara vekal oral, shigella
juga dapat menular melalui hubungan seksual seperti pada kasus homo seksual.
Manusia merupakan reservoir natural satu-satunya bakteri shigella dy senteriae.
Patogenesis dimulai dari masuknya bakteri shigella ke dalam usus halus dan diikuti
dengan prose memperbanyak diri. Kemudian bakteri ini maausk ke dalam usus besar
dan melakukan invasi pada mukosa usus besar untuk selanjutnya akan menghasilkan
enterotoksin.
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan disentri dilakukan dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti :
Pemeriksaan sample feses pada pengidap
Pemeriksaan sample darah dan USG perut
Pemeriksaan kolonoskopi
E. Penatalaksanaan
Terapi menggunakan cairan baik oral maupun intra vena
Obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan yang dirasakan
pasien
Obat untuk meredakan kram perut dan diare
5) Evaluasi keperawatan
Merupakan fase terakhir dari proses keperawatan. Hal-hal yang dievaluasikan
adalah kekurangan, kelengkapan, kualitas data, teratasi tidaknya masalah klien,
dan mencapai tujuan serta ketetapan intervensi (nursalam, 2007).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Obesitas
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Saat mulainya timbul obesitas : prenatal,early adiposity
rebound,remaja
Riwayat ttumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
Adanya keluhan :ngorok,retless sleep,nyeri pinggul
Riwayat gaya hidup : pola makan/kebiasaan makan, pola aktifitas
fisik (seering menonton tv)
Riwayat keluarga dengan obesitas
2. Pemeriksaan fissik
Adanya geejala klinis obesitas seperti diatas
3. Pemeriksaan penunjang
Analisis diet,laboratoris,radiologis,ekokardiografi dan tes fungsi paru
4. Pemeriksaan antropometri
Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI
adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB >
120% BB Ideal.
5. Diagnosa keperawatan
Kelebihan berat badan b.d asupan nutrisi yang berlebihan
Keterbatasan aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas
Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakseimbangan antara
masukan kalori dan penggunaan energy.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis dengan BB = 6,7
kg TB = 66 cm dan LL atas = 12 cm
4. Analisa data
Data penyebab masalah
Ds Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
-Ibu menyatakan berat badan Keluarga nutrisi kurang dari
bayinya sulit naik. mengenal kebutuhan tubuh
-Ibu menyatakan memberikan masalah
ASI mulai lahir sampai usia
2,5 bulan.
-ASI berhenti karena ASI
yang keluar hanya sedikit-
sedikit. Ibu menyatakan
setelah itu mengganti ASI
dengan susu formula sampai
sekarang.
Do
-BB = 6,7 kg
-TB = 66 cm
-LL atas = 12 cm
-Status Gizi An. Y pada KMS
Balita pada garis kuning.
-Bayi tampak kurus.
5. Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ditandai dengan
Ds
-Ibu menyatakan berat badan bayinya sulit naik.
-Ibu menyatakan memberikan ASI mulai lahir sampai usia 2,5 bulan.
-ASI berhenti karena ASI yang keluar hanya sedikit-sedikit. Ibu
menyatakan setelah itu mengganti ASI dengan susu formula sampai
sekarang.
Do
-BB = 6,7 kg
-TB = 66 cm
-LL atas = 12 cm
-Status Gizi An. Y pada KMS Balita pada garis kuning.
-Bayi tampak kurus.
6. Intervensi
berikan pendidikan kesehatan tentang gizi kurang
berikan pendidikan kesehatan tentang model makanan untuk
bayi/balita
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI/ANAK DENGAN MASALAH TROPIK DAN
INFEKSI
A. DHF
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
- Pasien
Nama : An. Z
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Alamat : Jln. Muamin RT 023
Diagnosis Medis : DHF Grade II
- Penangung jawab
Nama : ny. A
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai
Alamat : Jln. Muamin RT 023
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anak nya panass sejak 5 hari lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun sejak tanggal 18
Februari 2019 dan pada saat itu juga Ibu pasien membawa anaknya ke
dokter dan diberi obat sanmol dan cefotaxime namun tidak kunjung
sembuh. Ibu pasien mengatakan pada tanggal 20 Februari 2019 anaknya
mengalami mual dan muntah dan dibawa ke dokter lagi dan diberi obat
vosea. Hari ke 4 dan 5 muntahnya sudah berkurang. Namun anaknya
mengalami keringat dingin kemudian ibunya membawa ke IGD RSUD
Bangil pada tanggal 23 Februari 2019 pukul 24.00 WIB dengan keluhan
panas naik turun selama 5 hari disertai dengan mual dan muntah serta
keringat dingin, hasil LAB menunjukkan anaknya positif DHF dan
disarankan oleh dokter untuk rawat inap diruang anak RSUD Bangil
kemudian pasien dibawa ke ruang asoka pada tanggal 24 Februari 2019
pukul 06.30 WIB
c. Riiwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah mengalami batuk pilek biasa
d. Riwayat peyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya
e. Tumbuh kembang
Berat Badan : 21 kg
BB sebelum sakit : 22 kg
Tinggi Badan : 130 cm
Lingkar Lengan Atas :-
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaaan umum pasien lemah,dengan kesadaran composmentis dan hasil
ttv
Td = 110/80 mmHg
P = 100 x/menit
R = 20 x/menit
S = 38,2o c
b. kulit
Kulit bersih, akral hangat, turgor kulit kembali dalam <3 detik, kulit
lembab, tidak ada oedema
c. kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada lesi. Penyebaran
rambut merata berwarna hitam, rambut tidak mudah patah, tidak bercabang,
dan tidak ada kelainan
d. mata
Pupil isokor, reflek cahaya normal, konjungtiva anemis, sclera putih,
palpebral simetris, tidak ada alat bantu penglihatan
e. hidung
Mokosa hidung lembab, tidak ada secret, ketajaman penciuman normal,
tidak ada alat bantu, tidak ada epistakis
f. mulut
Mukosa mulut lembab, bibir normal, lidahnya bersih, keadaan gigi bersih,
tidak ada kesulitan menelan
g. telinga
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, ketajaman pendengaran
normal,tidak ada alat bantu pendengaran
h. leher
Pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis
i. jantung
Tidak ada nyeri dada, irama jantung regular, palpasi kuat, bunyi jantung S1
S2 tunggal, CRT<2detik, tidak ada cyanosis, tidak ada Clubbing Finger
j. paru-paru
Bentuk dada simetris, pola pernafasan teratur, irama teratur, jenis
pernafasan regular, suara nafas vesikuler, susunan ruas tulang belakang
normal, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, perkusi thorax sonor,
tidak ada alat bantu pernafasan, tidak ada retraksi otor bantu nafas
k. punggung
tidak ada keluhan nyeri ataupun lesi
l. perut
tdak ada nyeri tekan
m. genitalia
tidak dilakukan pemeriksaan
n. ekstermitas
Pergerakan sendi dan tungkai (ROM) bebas, tidak ada fraktur, tidak ada
dislokasi
4. pemeriksaan penunjang
tanggal pemeriksaan hasil Nilai normal
27/02/19 Leukosit 3600 5000-13000
Hemoglobin 12,6 10,5-14,5
Hematokrit 34,55 34-40
Trombosit 78000 150000-450000
28/02/19 Leukosit 5200 5000-13000
Hemoglobin 12,6 10,5-14,5
Hematokrit 34,55 34-40
Trombosit 158000 150000-450000
Terapi obat
Infus asering 1500/24 jam
Antrain 2x500 g
Ranitidine 2x50 mg
5. analisa data
Data Penyebab Masalah
Ds Proses infeksi virus hipertermi
-Keluarga klien mengatakan dengue
An.Z demam sejak 5 hari yang
lalu
Do
-pasien terlihat lemah
-warna kulit pasien agak
kemerahan
-suhu = 38,2o c
Ds intake nutrisi yang Ketidakseimbangan
-Ibu pasien mengatakan tidak adekuat akibat nutrisi kurang dari
anaknya mual dan nafsu mual dan nafsu kebutuhan tubuh
makannya menurun makan yang menurun
Do
-pasien terlihat lemas
-BB menurun
6. diagnosa keperawatan
hipertermi berhubungan dengan Proses infeksi virus dengue ditandai
dengan :
Ds
-Keluarga klien mengatakan An.Z demam sejak 5 hari yang lalu
Do
-pasien terlihat lemah
-warna kulit pasien agak kemerahan
-suhu = 38,2o c
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun ditandai dengan
-Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan nafsu makannya menurun
-pasien terlihat lemas
-BB menurun
7. intervensi
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
27/02/19 hipertermi Setelah dilakukan -observasi suhu tubuh
berhubungan tindakan keperawatan pasien
dengan Proses selama 2 x 24 jam -anjurkan orang tua untuk
infeksi virus diharapkan suhu badan memberikan pasien
dengue klien menurun dan stabil pakaian tipiss
dengan kriteria hasil: -ajarkan cara
1.Suhu badan pasien mengompres yang benar
menurun atau tidak panas -Anjurkan orang tua
2.Nadi normal 100x /mnt untuk meningkatkan
3.RR normal 20x /mnt 4. asupan cairan pada pasien
Akral hangat -Kolaborasikan
pemberian antipiretik
sesuai dengan kondisi
pasien
8. implementasi
Tanggal Dx Jam Implementasi Ttd
27/02/19 Hipertermi 11.00 -mengobservasi suhu tubuh
berhubungan 11.30 -menganjurkan orang tua untuk
dengan Proses memberikan pakaian tipis
infeksi virus 11.45 -megajarkan cara mengompres
dengue yang benar
12.00 - menganjurkan orang tua untuk
meningkatkan asupan cairan pada
pasien
28/02/19 Ketidakseimbangan 14.00 -megobservsi intake dan output
nutrisi kurang dari 15.00 -memberikan makanan dengan
kebutuhan tubuh porsi sedikit frekuensi sering
berhubungan 15.00 -memberikan makanan dalam
dengan intake keadaan hangat dan menarik
nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual
dan nafsu makan
yang menurun
9. evaluasi
Tanggal Dx Evaluasi Ttd
29/02/19 Hipertermi S = ibu passien mengatakan anak ya sudah
berhubungan dengan tidak demam lagi
Proses infeksi virus O = pasien nampak fit
dengue Trombosit ; 158000
S : 36,5oc
A = masalah terartasi
P = inteervensi dihentikan
Ketidakseimbangan S = Ibu pasien mengatakan anak nya suda
nutrisi kurang dari tidak mual lagi dan nafsu makan nya
kebutuhan tubuh bertambah
berhubungan dengan O = pasien Makan 3x sehari, pasien
intake nutrisi yang menghabiskan satu porsi
tidak adekuat akibat A = masalah teratasi
mual dan nafsu P = intervensi dihentikan
makan yang
menurun
B. DIFTERI
Pengkajian
Klien bernama an.R umur 4 tahun, jenis kelamin laki-laki. Untuk
penanggung jawab klien bernama ny.M umur 45 tahun,hubungan dengan
klien adalah ibu kandung,setelah dilakukan pengkajian didapatkan data
umum sebagai berikut
Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anak nya mengeluh sesak nafas sejak sehari lalu
Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke RS dengan sesak nafas yang terjadi sejak sehari yang
lalu disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi sudah 2 hari, rewel,
dan tidak mau makan.
Riwayat penyakit dahulu
An. R pernah dirawat di RS 2 tahun yang lalu dengan demam
berdarah. Klien tidak mempunyai penyakit keturunan
Ds : Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh sesak napas sejak satu hari yang
lalu
R = 28 x/menit
S = 38,4oc
Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
Monitor pola napas yang meliputi irama pernapasan, penggunaan otot-
otot bantu napas, suara napas, dan frekuensi napas
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
Atur posisi tidur pasien
Berikan terapi oksigen
Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An.R selama 3 hari perawatan
berturut – turut di rumah sakit yaitu :
Hari ke-1
Memonitor pola nafas klien yang meliputi irama pernafasan,
penggunaan otot-otot bantu nafas, suara nafas dan frekuensi nafas
kemudian mengauskultasi suara paru klien utuk mengetahui ada tidak
nya obstruksi jalan nafas. Irama nafas klien regular, nafas cepat dan
dalam, tidak ada suara bantu otot pernafasan, RR = 28x/menit, dan
tidak ada suara nafas tambahan. Untuk mengurangi sesak nafas pada
klien, diberikan terapi O2 dengan nasal canul 3 liter/menit, ibu klien
mengatakan anaknya mengeluh seesak nafas.
Hari ke-2
Dilakukan tindakan keperawatan pengaturan posisi semi fowler pada
klien untuk meningkatkaan pengisian padaabsegmen paru sehingga
ventitlasi maksimal, an.R bersedia dilakukan pengaturan posisi, klien
tampak lebih tenang. Kolaborasi pemberian terapi O 2 dengan nasal
canul 3 liter/menit pada klien, ibu klien mengatakan sesak afas pada
anak nya sedikit berkurang, RR = 27x/menit
Hari ke-3
Mempertahankan posisi tidur pasien. Klien terbaring diatas tempat
tidur dengan posisi semifowler dan klien tampak nyaman.
Mempertahankan pemberian terapi O2 dengan nassal canul 3 liter/
menit, ibu klien mengatakan anaknya masih mengeluh sesak napas
Evaluasi
S = Ibu klien mengatakan anak masih sesak napas
O = Anak masih terpasang O2, RR : 26 kali/menit, posisi anak
semifowler, auskultasi napas tidak terdapat bunyi napas tambahan,
anak terlihat tidak rewel
A = Masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
C. Polio
KASUS
Anak W berumurr 3 tahun dibawa oleh kakanya ke RS. Kaka pasien
mengatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas disekujur tubuhnya, dan
tungkai kanan susah digerakan. Gejala awal demam,kemudian mual-mual dan
muntah disertai pusing, Hinga sekrang tidak mampu berdiri dan berjalan. Kaka
pasien merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin polio
sejak kecil.
1. Pengkajian
a. Identitas
pasien
Nama : An. W
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Surabaya
Diagnosis Medis : poliomyelitis
penanggung jawab
Nama : tn.P
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai
Alamat : Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Surabaya
2. riwayat penyakit
a. Keluhan utama
pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya
b. Riwayat penyakit sekarang
Kakak pasien menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur
tubuhnya, dengan gejala awal demam (Suhu 38,9 C), kemudian disertai
pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-).
c. Riwayat tumbuh kembang anak
Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG
diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan
Status Gizi : Baik Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial :
Klien An. W mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan
dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kakak pasien tampak merasa cemas karena adiknya belum pernah
mendapatkan vaksin poliosejak kecil, Persepsi keluarga tentang penyakit
anaknya itu karena cobaan Tuhan
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : normal
Selama sakit : nafsu makan berkurang
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAK : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma
terapik.
BAB : normal, warna kunimg, aromatik
Selama sakit
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik
d. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam
Selama sakit : sering terbangun
4. Pemeriksaan fisik
a. B1 (breath) ; RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
Suhu 38,9°C
b. B2 (blood) : normal
c. B3 (brain) : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalamikelumpuhan,
pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan lab
pada pemeriksaan sampel fesesditemukan adanya Poliovirus. Pada
pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan antibody.
b. Pemeriksaan radiografi
6. Analisa data
Data Penyebab Masalah
Ds Anoreksia Perubahan nutrisi kurang
Pasien mengatakan dari kebutuhan tubuh
lemas,mual,muntah
Do
Konstipasi
7. Diagnosa keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia ditandai dengan lemas,mual,muntah,Konstipasi
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan Kaka
pasien mengatakan adik nya belum pernah di imunisasi polio, demam, S:
38,9°c, adanya peningkatan antibody
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralysis ditandai dengan
kakak pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai
kanan sulit digerakan, tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi
8. Intervensi
a. Dx 1
Kaji pola makan anak
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberiian nutrisi
Berikan makanan secara adekuat
Berikan nutrisi kalori, protein,vitamin dan mineral
Timbang BB
Berikan makanan kesukaaan anak
Berikan makan sedikit tapi sering
b. Dx 2
Pantau suhu tubuh
Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres3
Hindaari mengigil
Kompres mandi hangat
c. Dx 3
Tentukan aktivitas
Catat dan terima keadaan kelemahan(kelelahan yang ada).
Indetifikasi factor-faktor yangmempengaruhi kemampuan untuk aktif
seperti pemasukan makananyang tidak adekuat.
Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
Kolaborasi dengan fisioterapis
9. Catatan perrkembangan
D. Thypoid
1. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
-Nama : An. S
-Umur : 4 tahun
-Agama : Islam
-Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Pulo, Jombang
Diagnosis : Thypoid
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Composmentis (GCS : 4 5 6)
TD : 90/50 mmHg
N : 114x/menit
S : 37,4oC
R : 25x/menit
a. Kepala : Rambut tipis dan lurus, rambut agak kemerahan dan kulit
kepala bersih tapi mudah patah, tidak ada benjolan dan lesi pada kepala,
wajah simetris, gerakan pipi normal, tidak ada bendungan vena jugularis,
tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan dapat bergerak normal ke kanan kiri
atas dan bawah.
b. Mata : Mata tidak strabismus, alis mata simetris, pupil isokor, reflek
cahaya (+), mata cowong, konjungtiva pucat.
c. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab, tidak
ada lesi, tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : Mukosa kering, bibir pecahpecah, lidah kotor dan hiperemesis,
tidak terdapat caries gigi, tidak ada faringitis.
e. Telinga : Daun telinga simetris, bersih, tidak ada nyeri, tidak ada lesi
dan benjolan, pendengaran normal.
f. Toraks dan paru : Bentuk dada simetris, tidak
ada keluhan sesak nafas, batuk
kadang-kadang, suara nafas
vasikuler, dan irama nafas teratur, pernafasan 25x/menit
g. Jantun : Tidak ada nyeri dada, irama
jantung teratur, CRT < 3 detik.
h. Abdomen : Bentuk simetris, supel, tidak
ada lesi, auskultasi timpani, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba massa dan tidak ada pembesaran hepar, terdapat peningkatan bising
usus.
i.Ekstremitas dan persendian : Pergerakan sendi bebas tidak ada kelainan
ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit kering, akral
hangat dan tidak ada lesi.
Data Psikososial : Klien sering merengek dan rewel. Klien menangis jika
akan dilakukan tindakan seperti injeksi. Hubungan dengan orang lain
baik mampu berikteraksi.
Skalat :
1. Sangat menyimpang
2. Banyak menyimpang
3. Cukup menyimpang
4. Sedikit menyimpang
5. Tidak menyimpang
Nafsu makan
Indikator :
1. Hasrat/keinginan untuk makan
2. Mencari makanan
3. Menyenangi makanan
4. Merasakan makanan
5. Energi untuk makan
6. Intake makanan
7. Intake nutrisi
8. Intake cairan
9. Rangsangan untuk makan
Skalat
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Interventasi
NIC
Monitor Nutrisi
1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
4. Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva
yang kering
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kulit kering
7. Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel
8. Identifikasi perubahan nafsu makan
9. Monitor adanya mual muntah
Terapi Nutrisi
1. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral
2. Ciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan
3. Berikan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan
4. Pastikan makanan lunak, lembut dan tidak mengandung asam sesuai
kebutuhan.
7. Implementasi
E. Campak
F.
KASUS
A. Gaostronteritis