Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

PENYAKIT ASAM URAT

Disusun oleh: 1. Cindana Gloria Agustin (05)


2. Yazka Frian Zatwo Hawa (24)
Kata pengantar
Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat , hidayah, dan
inayah Nya pada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini .
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat maupun
pembaca.

Blitar, 26 Juli 2019
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 5

1.1  Latar Belakang....................................................................................... 5

1.2  Rumusan Masalah.................................................................................. 7

1.3  Tujuan.................................................................................................... 7

BAB 2 ISI ............................................................................................................. 9

2.1     Pengertian dari penyakit asam urat........................................................ 9

2.2     Klasifiksi dari penyakit asam urat........................................................ 10

2.3     Faktor resiko dari penyakit asam urat.................................................. 11

2.4     Etiologi dari penyakit asam urat.......................................................... 12

2.5     Patofisiologi dari penyakit asam urat.................................................. 12

2.6     Manifestasi klinis dari penyakit asam urat.......................................... 13

2.7     Komplikasi dari penyakit asam urat.................................................... 13

2.8     Pemeriksaan penunjang dari penyakit asam urat................................. 14

2.9      Penatalaksanaan medis dan non-medis dari penyakit asam urat......... 14


2.10 Pencegahan dari penyakit asam urat.................................................... 16

BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................... 18

3.1  Contoh kasus dari penyakit asam urat................................................. 18

3.2  Asuhan keperawatan dari penyakit asam urat..................................... 18

BAB 4 PENUTUP............................................................................................. 24

         4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 24

         4.2 Saran .................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25


1.1  Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat maju, berdampak terhadap manusia yang ditandai
dengan tuntunan akan efektifitas dan efesiensi. Mulai dari cara perolehan informasi sampai
pada masalah kesehatan dan lainnya. Semuanya harus terpenuhi secara tepat, cepat, mudah,
praktis dan ekonomis.
      Asam urat sudah dikenal sejak 2 abad yang lalu dan salah satu penyakit tertua yang
dikenal manusia. Penyakit ini juga disebut “penyakit para raja” karena penyakit ini
diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang enak-enak. Salah
satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi di Indonesia adalah penyakit asam urat.
Asam urat sering dialami oleh banyak orang sekarang ini. Bahkan, orang-orang yang masih
tergolong muda juga sering ditimpa penyakit ini.

     Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat. Pengertian ini perlu
diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi disebabkan oleh asam urat.
Pengertian salah satu ini diperparah oleh iklan jamu/obat tradisional. Penyakit rematik
banyak jenisnya. Tidak semua keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam
urat. Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium. Sebenarnya yang dimaksud
dengan asam urat adalah asam yang berbentuk kristalkristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin (bentuk turunan nucleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan
dijumpai pada semua makann dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah,
kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Jadi, asam urat merupakan
hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki
asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal adalah makanan dan
senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85% senyawa
purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purinn dari makanan hanya
sekitar 15%.

     Berdasarkan Penelitian di Departemen Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama


periode bulan Januari – Desember 2006 pada pasien dengan batu ginjal dan batu ureter
dengan fungsi ginjal normal yang menjalani pemeriksaan asam urat dalam darah dan urine
per 24 jam yang dilakukan pada 70 orang penderita didapatkan
peningkatan  kadar  asam  urat pada 46 orang responden  (66%) pada pemeriksaan asam urat
dalam darah. Hasil ini menunjukkan peningkatan asam urat yang bermakna pada penderita
batu ginjal (p<0,05) sedangkan berdasarkan kadar asam urat dalam urin per 24 jam jumlah
pasien dengan peningkatan kadar asam urat 3 orang (4,3%) (Yudi Y. A, 2009).

Berdasarkan jenis kelamin Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi tahun


2014 menyatakanresponden  berjenis  kelamin laki-laki mendominasi
jumlahnya  65%  sebanyak 117 orang, sedangkan perempuan berjumlah 63 orang
(35%). Berdasarkan kategori IMT menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kategori
tidak gemuk berjumlah 153 orang (85,0%) ristalg responden yang gemuk 27 orang (15,0%).
Berdasarkan konsumsi makan tinggi purin pada Hiperurisemia menunjukan bahwa jenis
makanan tinggi purin yang paling sering dikonsumsi oleh dosen dan tenaga  kependidikan
adalah hati ayam  kaldu, ampela,  ikan teri dan sarden.Makanan tinggi purin dari produk
hewani seperti sardine, hati ayam, hati, sapi, ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, rista,
ikan, akan dapat meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila rista setiap hari dikonsumsi
dalam jumlah berlebihan (Kanbara, 2010).

Konsumsi purin tinggi merupakan salh satu factor penyebab dari hiperurisemia. Sejauh ini
kebiasaan makan masyarakat Bali dikawasan Ubud faktanya sering dari sumber makanan
tinggi purin seperti lawar babi yang diolah dari daging babi, betutu ayam/itik, pepes
ayam/babi       , sate babi, babi guling.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian dari Arthritis Gout ?
2.       Apa Klasifikasi dari Arthritis Gout ?
3.       Apa Faktor Resiko dari Arthritis Gout ?
4.       Apa Etiologi dari Arthritis Gout ?
5.       Bagaimana patofisiologi dari Arthritis Gout ?
6.       Apa Manifestasi Klinis dari Arthritis Gout ?
7.       Apa Komplikasi dari Arthritis Gout ?
8.       Apa Pemeriksaan Penunjang dari Arthritis Gout ?
9.      Apa Penatalaksanaan Medi dan Non-Medis dari Arthritis Gout ?
10.  Apa Pencegahan dari Arthritis Gout ?
11.  Apa Asuhan Keperawatan dari Arthritis Gout ?

1.3  Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Pengertian dari Arthritis Gout
2.      Mengetahui Klasifikasi dari Arthritis Gout
3.      Mengetahui Faktor Resiko dari Arthritis Gout
4.      Mengetahui Etiologi dari Arthritis Gout
5.      Mengetahu Patofisiologi dari Arthritis Gout
6.      Mengetahui Manifestasi Klinis dari Arthritis Gout
7.      Mengetahui Komplikasi dari Arthritis Gout
8.      Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Arthritis Gout
9.      Mengetahui Penatalaksanaan Medis dan Non-Medis dari Arthritis Gout
10.  Mengetahui Pencegahan dari Arthritis Gout
11.  Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Arthritis Gout
2.1 Pengertian Arthritis Gout

      Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari metabolisme
dalam tubuh/ faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh/faktor eksogen (sumber
makanan). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai hasil dari proses
metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan hidup. (Kanbara, 2010).

Proof DR. Dr. Harry Isbagio SpPd-KR Kger, Guru Besar Reumatologi FKUI-RSCM
menjelaskan Bhahwa penyakit asam urat termasuk dalam golongan penyakit rematik (arthritis
gout). Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan asam urat (monosodium urat) yang masuk
ke dalam rongga sendi. Asam urat terbentuk jika tubuh mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung purin.

Asam urat adalah asam yang berbentuk Kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin (bentuk turunan nucleoprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan
dijumpai pada semua makann dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah,
kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden). (Indriawan, 2009)

Jadi, dapat disimpulkan dari yang diatas bahwa Penyakit Asam Urat (Arthritis


Gout) adalah penyakit yangdisebabkan oleh penumpukan asam urat (monosodium urat) yang
masuk ke dalam rongga sendi. Asam urat terbentuk jika tubuh mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung purin. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin yang berasal
dari metabolisme dalam tubuh/ rista endogen (ristal) dan berasal dari luar tubuh/rista eksogen
(sumber makanan) yang mengandung purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada
semua makann dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan)
ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).

2.2 Klasifikasi Arthritis Gout

Klasifikasi berdasarkan 4 stadium, yaitu :

1.      Hiperurisemia asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah suatu keadaan dimana kadar asam urat di atas normal
tanpa adanya manifestasi klinik gout. Hiperurisemia asimptomatik akan berkembang menjadi
gout apabila penderita mengalami hiperurisemia asimptomatik dalam beberapa tahun. Fase
ini akan berakhir ketika muncul serangan akut arthritis gout, atau urolitiasis, dan biasanya
setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia asimptomatik. Terdapat 10-40% subyek dengan gout
mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal, sebelum adanya serangan arthritis.
2.      Arthritis Gout Akut
Serangan gout akut terjadi ketika ristal urat mulai terbentuk pada cairan ristal. Gejala yang
muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam
waktu singkat. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah, dan hangat, disertai
keluhan sistemik berupa demam, menggigil, dan merasa lelah, disertai lekositosis dan
peningkatan laju endap darah.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis arthritis gout akut, dapat digunakan kriteria dari
ACR (American College of Rheumatology) tahun 1977:1
a.       Ditemukannya ristal urat di cairan sendi, atau
b.      Adanya tofus yang berisi ristal urat, atau
c.       Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris dan radiologis.

3.      Stadium Interkritikal
Periode di antara serangan akut dikenal dengan periode interkritikal. Kadar asam urat pada
periode ini tetap tinggi, dan serangan gout dapat terjadi setiap saat. Walaupun tidak muncul
ristal, kerusakan pada jaringan tetap terjadi (Konshin, 2009). Selama periode ini dapat
terbentuk tofi, deposit ristal urat dapat membentuk tofi yang sangat besar.
4.      Arthritis Gout Kronik
Pada tahap ini terjadi kerusakan persendian, dan bahkan persendian mengalami kehancuran
total oleh adanya deposit kristal monosodium urat, terjadi kerusakan yang ekstensif dan
permanen (Konshin (2009).
2.3 Faktor Resiko Arthritis Gout

1.      Adanya factor genetic atau riwayat dari keluarga yang menderita asam urat, hal ini bisa
menjadi penyebab terjadinya gejala asam urat semakin tinggi. Genetik adalah factor resiko,
jika kita bisa menjaga pola hidup sehat maka kita bisa mengurangi kemungkinan terkena
penyakit asam urat.
2.      Faktor usia juga menjadi pemicu terjadinya asam urat yang tinggi terutama pada laki-laki,
hal ini karena laki-laki yang sudah menginjak usia 30 tahun memiliki asam urat di dalam
darah lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita. Para wanita baru akan mengalami
asam urat meningkat ketika ia sudah menopause.
3.      Adanya gangguan fungsi ginjal, proses keluarnya asam urat bersama urine adalah melalui
ginjal. Apabila terjadi gangguan fungsi ginjal maka proses keluarnya asam urat juga akan
terganggu.
4.      Adanya Diabetes Mellitus, Obesitas, Hipertensi yang akan menyebabkan pemecahan asam
yang dapat menyebabkan hiperurisemia.
5.      Mengonsumsi alcohol secara berlebihan, alcohol merupakan salah satu zat yang dapat
menghambat proses pengeluaran asam urat dalam tubuh manusia.
6.      Konsumsi ikan laut yang tinggi juga mengakibatkan asam urat. Asupan yang masuk ke
tubuh juga mempengaruhi kadar asam urat dalam darah.

2.4 Etiologi Arthritis Gout

1.      Adanya deposit/penimbunan  Kristal asam urat dalam sendi penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
2.      Metabolisme purin yang berlebihan, hal ini biasanya terjadi apabila kita terlalu sering
mengonsumsi makanan yang mengandung purin yang tinggi seperti jeroan, makanan kaleng,
seafood, serta kaldu daging.
3.      Mempunyai berat badan yang berlebih juga bisa memicu meningginya kadar asam urat, hal
ini terjadi karena lemak yang ada dalam tubuh orang yang gemuk dapat menghambat proses
keluarnya asam urat dalam urine.
2.5 Patofisiologi Arthritis Gout

Peningkatan kadar asam urat yaitu melebihi batas normal (pria < 7 mg/dl dan wanita < 6
mg/dl) dalam serum menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat sehingga Kristal
asam urat mengendap dalam sendi, akhirnya terjadi respons inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Serangan yang berulang-ulang penumpukan Kristal monosodium
urat (thopi) akan mengendap dibagian sendi-sendi yang dingin seperti ibu jari kaki, pangkal
jari kaki, pergelangan kaki, lutut, tangan, siku, bahu lengan dan lainnya. Akibat penumpukan
asam urat yang terjadi secara sekunder dapat menimbulkan nefrolitiasis urat (batu ginjal)
dengan disertai penyakit ginjal kronis.

2.6 Manifestasi Klinis Arthritis Gout

1.      Nyeri hebat pada malam hari


2.      Sendi yang terserang tampak bengkak, merah, mengkilat, dan teraba panas dan sulit
digerakkan.
3.      Disertai pembentukan Kristal natrium urat yang dinamakan thopi.
4.      Terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari 7,5 mg/dl)
5.      Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
6.      Terjadi oeradangan secara maksimal pada hari pertama gejala atau serangan dating
7.      Sendi ibu jari kaki terasa sakit/membengkak
8.      Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis
9.      Pada gambaran radiologis tampak pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh
saja)
10.  Pada gambaran radiologis tampak kista subkortikal tanpa erosi
11.  Hasil kultur cairan sendi menunujukkan niali negative

2.7 Komplikasi Arthritis Gout

1.   Kencing batu
Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan mengendap di ginjal dan saluran
perkemihan berupa kristal dan batu.
2.   Merusak ginjal
Kadar asam urat yang tinggi akan mengendap di ginjal sehingga merusak ginjal.

3.   Penyakit jantung
Asan urat menyerang endotel lapisan bagian paling dalam pembuluh darah besar. Jika endotel
mengalami disfungsi atau rusak akan menyebabkan penyakit jantung coroner

4.   Stroke
Aliran darah tidak lancer akibat penumpukan asam urat di pembuluh darah yang meningktkan
resiko penyakit stroke.

5.   Peradangan tulang
Jika asam urat menumpuk di persendian, lama-lama akan membentuk tofus yang
menyebabkan arthritis gout akut, sakit rematik atau peradangan sendi bahkan bisa sampai
terjadi kepincangan.

2.8 Pemeriksaan Diagnotis

1. Tingkat asam urat serum meningkat

2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat..

3. Tingkat asam urat urine dapat normal atau meningkat.

4. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau toffe menunjukkan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.

5. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan arthritis gout meliputi farmakologis dan nonfarmakologis.


Penatalaksanaan Akut
Penatalaksanaan fase akut gout dapat menggunakan obat antiinflamasi non steroid, kolkisin,
dan kortikosteroid.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) pada arthritis gout berperan untuk mengontrol
peradangan dan mengurangi rasa nyeri. OAINS ini adalah obat lini pertama untuk mengatasi
arthritis gout akut. OAINS yang biasa digunakan untuk mengatasi gout adalah:
 Indometasin 150-200mg/hari selama tiga hari dan dilanjutkan dengan 75-100mg/hari
untuk minggu selanjutnya apabila perlu
 Naproksen 2x500 mg diberikan selama 2-5 hari
 Celecoxib 2x200mg diberikan selama 2-5 hari [2,4]
Efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan OAINS ini adalah edema pada pretibia
dan ulkus gaster.[4]  Pada arthritis gout kronik dengan nilai kadar asam urat yang belum
terkontrol, OAINS dosis rendah juga dapat digunakan sebagai profilaksis.[3,10]

Kolkisin
Peran kolkisin pada arthritis gout akut adalah dengan mencegah fagositosis neutrofil terhadap
kristal asam urat, sehingga mengurangi respon inflamasi. Kolkisin dapat menghilangkan rasa
nyeri dalam 18-48 jam. Pemberian kolkisin diindikasikan pada pasien dengan serangan
arthritis gout <36 jam dan dimulai dengan dosis 1-1.2mg diikuti dengan 0.5-0.6 mg setiap
dua jam sampai batas 6mg.
Efek samping yang dapat timbul adalah mual,muntah,diare, dan kram perut. Dosis efektif
akan menimbulkan efek samping diare pada kebanyakan pasien, sehingga harus dilakukan
edukasi mengenai hal ini.
Untuk menghindari efek samping ini dapat dilakukan dengan mengurangi dosis.[2,3] Setelah
fase akut teratasi, kolkisin dapat diteruskan dengan dosis profilaksis yaitu 0.6 mg dalam dua
dosis sehari.[10]

Kortikosteroid
Kortikosteroid pada pasien dengan arthritis gout diindikasikan jika pasien tidak bisa
menggunakan OAINS dan kolkisin. Penggunaan steroid harus diseleksi berdasarkan adanya
komorbiditas. Sebaiknya tidak diberikan pada pasien tuberkulosis. Pada pasien diabetes,
kortikosteroid dapat memperburuk kontrol glukosa darah.
Kortikosteroid yang digunakan pada gout adalah Prednison 20-40 mg per hari diberikan
selama tiga sampai empat hari. Dosis kemudian diturunkan secara bertahap selama 1-2
minggu.
Pasien dengan gout satu atau dua sendi dapat ditatalaksana dengan drainase diikuti dengan
injeksi intraartikular triamsinolon 10-40 mg atau deksametason 2-10 mg dikombinasi dengan
lidokain.[2] Efek samping yang terjadi pada penggunaan steroid ini adalah peningkatan kadar
gula, supresi imun, perubahan mood dan retensi cairan.[3]

Profilaksis

Profilaksis serangan akut gout dapat menggunakan inhibitor xanthine oxidase, probenesid,
dan lesinurad.

Inhibitor Xanthine Oxidase


Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah allopurinol, pirazolopirimidin dan analog dari
hipoksantin seperti febuxostat. Obat ini menghambat perubahan xantin dan hipoxantine
menjadi asam urat dalam tubuh dengan cara menghambat pusat molybdenum pterin yaitu
tempat aktivasi enzim xantin oksidase. Pada umumnya obat ini digunakan pada pasien
dengan peningkatan asam urat akibat produksi yang berlebihan.
Golongan ini tidak digunakan pada penatalaksanaan gout akut karena dapat memperparah
nyeri dan inflamasi. Golongan ini dapat diberikan setelah serangan akut reda atau untuk
mencegah serangan rekuren.
Pasien dengan gangguan filtrasi ginjal dosis harus disesuaikan yaitu adalah 1x100 mg
sedangkan dalam keadaan normal dapat menggunakan dosis 1x300mg.[2,4] Efek samping
yang timbul pada penggunaan allopurinol adalah terjadinya serangan arthritis gout akut,
akibat remodeling deposit kristal asam urat karena penurunan konsentrasi asam urat yang
cepat. Keadaan ini biasanya terjadi pada terapi allopurinol yang tidak teratur. Untuk
mencegah terjadinya serangan arthritis gout, pemberian allopurinol dapat dikombinasi dengan
kolkisin.[10]

Probenesid
Probenesid adalah agen yang dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara mengurangi
reabsorbsi asam urat di ginjal dan meningkatkan kadar asam urat pada urin. Peningkatan
kadar asam urat di urin ini dapat menimbulkan risiko terjadinya batu asam urat di ginjal.
Untuk mencegah hal ini sebaiknya setelah 24 jam pemberian probenesid, dilakukan
pengukuran kadar asam urat di urin, jika kadar asam urat >800mg/24 jam sebaiknya obat ini
dihentikan. Untuk mengurangi risiko ini dilakukan dengan pemberian obat yang mengurangi
keasaman urin dan mengedukasi pasien untuk minum air yang banyak untuk mencegah
kristalisasi urin.[2,4,8]

Lesinurad
Obat ini digunakan dengan dosis satu kali sehari dan dikombinasi  dengan allopurinol dengan
dosis 300mg allopurinol dan 200mg lesinurad. Efek kerja obat ini sama seperti probenesid
yaitu meningkatkan ekskresi asam urat di ginjal sehingga berisiko menimbulkan batu asam
urat. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, obat ini menjadi kontraindikasi.[4,8]

Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup yang diperlukan pada pasien gout meliputi diet dan aktivitas fisik.
Karena asam urat merupakan hasil pemecahan senyawa purin, maka konsumsi makanan
tinggi purin harus dibatasi atau dihilangkan sama sekali. Makanan tinggi purin misalnya
jeroan, sarden, kerang, alkohol, dan minuman bersoda.
Penurunan berat badan pada pasien gout yang obesitas dapat menurunkan hiperurisemia.
Aktivitas yang dapat menyebabkan trauma pada sendi yang terkena sebaiknya dihindari.

Persiapan Rujukan

Pasien dengan tofus yang terlalu besar dan gagal dengan pengobatan oral sebaiknya dirujuk
ke spesialis rheumatologi. Penggunaan enzim pegylated uricase atau pegloticase intravena
terbukti dapat menurunkan ukuran tofus. Efek samping obat ini dapat menurunkan tekanan
darah sehingga penggunaan obat ini harus dimonitor di rumah sakit. [4,8]

Pembedahan

Penelitian oleh Andrey et al pada pasien dengan tofus pada tulang belakang dan
menimbulkan gangguan neurologis diindikasikan untuk tindakan pembedahan yaitu
laminektomi. Namun tindakan ini menjadi pilihan terakhir jika terapi konservatif gagal. [9]
Tofus besar di lutut dan tidak respon terhadap pengobatan konservatif dapat ditatalaksana
dengan tindakan pembedahan yaitu debridement artroskopi.[1]

2.9 Prognosis

Pasien arthritis gout akut jika ditata laksana dengan baik dan diteruskan dengan pengaturan
diet dan olahraga akan menimbulkan hasil yang optimal, namun jika sudah terdapat
deformitas sendi akan menimbulkan prognosis yang buruk dan serangan gout yang berulang.
Pada umumnya gout disertai dengan penyakit penyerta lainnya yaitu diabetes mellitus tipe 2,
gangguan jantung ataupun hipertensi sehinga prognosis penyakit ini juga dipengaruhi oleh
penyakit komorbidnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari
penyebabnya. keadPenyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik.
Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi
keseimbangan antara produksi dan eksresi. Sekitar dua pertiga (2/3) jumlah yang
diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui fases. Serum
asam urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0 mg/dl pada pria dan 2,4 – 6,0 pada
wanita, pada level dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium.

B. Saran
Pada kesimpulan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai
bahan masukan yang bermanfaat bagiusaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya.
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang
rencana keperawatan pada pasien dengan arthritis gout, pendokumentasian harus
jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan arthritis gout maka
tugas perawat yang pertama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien
yang mengalami rhrumatoid arthritis.

Anda mungkin juga menyukai