Anda di halaman 1dari 44

PRESENTASI KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Pembimbing : dr. Heru Wahyono, Sp.A


Elfi Rahmi - 20080310014

Laporan Kasus
IDENTITAS
Nama
: An . A
Umur
: 1 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin
: Laki laki
Berat Badan
: 11 kg
Tinggi Badan
: 78 cm
Alamat
: Larangan, Kaliwiro
No CM
: 56.96.33
Tanggal masuk RS : 18 Juni 2013
Tanggal keluar RS : 22 Juni 2013

ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan nenek pasien
Keluhan Utama : batuk dan sesak nafas
Keluhan Tambahan : demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada 18 Juni 2013 pukul 10.00 pasien diantar neneknya
datang ke Poli Anak RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan
batuk dan sesak nafas disertai demam sejak 7 hari yang lalu.
Batuk berulang dan produktif. Dahak kental, warna kuning,
tidak berbau, dan tidak ada darah, tidak ada riwayat tersedak.
Sesak tidak berhubungan dengan aktifitas fisik. Muntah (-),
BAB/BAK (+) n, nafsu makan menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang serupa 4
bulan yang lalu, dan sempat dirawat inap di RS Wonosobo.
Tetapi setelah diperbolehkan pulang pasien tak pernah kontrol.
Pada usia 10 bulan pasien pernah mengalami kejang yang
didahului dengan demam sebanyak 1 kali, dirawat inap di RS
Purwokerto.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Anggota keluarga ada yang menderita keluhan serupa. Saudara
kandung pasien usia 3.5 tahun sering batuk tetapi tidak tinggal
serumah dengan pasien. Tak ada keluarga yang sedang atau
pernah dalam pegobatan penyakit paru-paru. Tidak ada riwayat
atopik pada orang tua pasien. Riwayat epilepsi, asma dalam
keluarga disangkal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


1. Antenatal
Pasien lahir dari ibu G2P1A0 saat ibu berusia 23 tahun
dengan usia kehamilan cukup bulan. Ibu tidak rutin
melakukan ANC di bidan. Riwayat muntah diawal kehamilan,
perdarahan, trauma, bengkak anggota gerak, sakit selama
kehamilan, dan minum obat-obatan selama kehamilan
disangkal.
2. Natal
Pasien lahir spontan di bidan, kehamilan cukup bulan,
berat lahir 3100 gram, dan langsung menangis saat dilahirkan.
Riwayat bayi asfiksia, infeksi, kuning, dan trauma lahir
disangkal. Kondisi ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
3. Post Natal
Bayi dalam keadaan sehat, ASI diberikan hingga umur
4 bulan dikarenakan ibu meninggalkan anaknya. Lalu pasien
dirawat nenek secara bergantian

Riwayat Imunisasi :
Nenek merasa bahwa imunisasi yang diterima pasien
sudah lengkap, ibu dan nenek pasien rajin membawa
pasien ke posyandu untuk imunisasi.
BCG
: pada umur 0 bulan di bidan praktek
swasta
Hep B
: 3x pada usia 1 minggu, 2 dan 3 bulan di
posyandu
DPT
: 3x pada usia 3, 4, 7 bulan di posyandu
Polio
: 4x pada usia 2, 3, 4, 9 bulan di posyandu
Campak
: 1x pada usia 9 bulan

Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan


Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
Ayah pasien bekerja sebagai buruh pabrik, ibu pasien
juga bekerja sebagai buruh pabrik, dan kakak laki-laki
pasien berusia 3,5 tahun. Ayah dan ibu pasien sedang
dalam rencana perceraian. Sudah pisah rumah sejak 1
tahun yang lalu dan tidak ada yang tinggal bersama
anak-anak. Kakak laki-laki tinggal bersama nenek dari
pihak ayah, dan pasien tinggal bersama nenek dari pihak
ibu. Penghasilan dari nenek untuk memenuhi
kebutuhan mereka dirasa kurang, orangtua jarang
mengirimkan uang. Lingkungan rumah tidak begitu
padat, terdapat perokok aktif, kebersihan dirasa
kurang.

Anamnesis Sistem

Sistem serebrospinal : pasien sadar, demam, sakit kepala (-),


gangguan neurologis (-)
Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
Sistem respiratorius : sesak nafas (+), nafas cepat (+), batuk
(+), pilek (-), mimisan (-)
Sistem gastrointestinal : perdarahan gusi (-), mual (-), muntah (-),
BAB (+) normal
Sistem urogenital

: BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)

Sistem integumentum : turgor kulit baik, luka (-), ptekie (-),


purpura (-)
Sistem mukuloskeletal : gerakan bebas kekuatan dan sensibilitas
normal, nyeri sendi (-), bengkak pada sendi (-)

Keadaan Umum : Sedang,


tampak sesak
Kesadaran
:
Compos
mentis
Vital Sign
Nadi: 136 kpm, teratur,
kuat angkat, isi dan
tegangan cukup
Pernafasan : 60 kpm,
tipe thorakoabdominal
Suhu : 39,80 C

Status Gizi :
BB = 11 kg
TB = 78 cm
Berdasarkan WHO growth
chart standart, status gizi
pasien :
BB/TB: 10/88= -2SD s/d
2SD ( normal )
BB/U: 11/1,4= 2SD s/d 2SD (
gizi baik )

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Kepala
Bentuk mesochephal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
Mulut : bibir pucat (+), sianosis (-), stomatitis angularis
(-), glositis (-), lidah kotor (-), atrofi lidah (-), nyeri telan
(-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Pemeriksaan Leher
Tak tampak adanya pembesaran limfenodi

Pemeriksaan Thoraks
Paru paru :
Inspeksi Simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, tidak
ada ketinggalan gerak, retraksi dinding dada intercosta (+)
Palpasi Vokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan
dan kiri, tidak ada pembesaran limfonodi axilaries.
Perkusi Lapang paru sonor dan bag lobus inferior pekak
Auskultasi Suara dasar paru vesikuler, suara tambahan
ada, ronkhi basah halus (+/+), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi
: Ictus cordis tak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis tak teraba
Perkusi
: Batas Jantung
Kanan atas
: SIC II Linea Para Sternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas
: SIC II Linea Mid Clavicula sinistra
Kiri bawah
: SIC IV LMC sinistra
Auskultasi
SI-SII reguler, tunggal, tidak terdapat bising jantung

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar, dinding dada // dinding perut, massa
(-), sikatrik (-), tanda-tanda radang (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik
Pemeriksaan Ekstremitas
Simetris, sianosis (-), akral hangat, deformitas (-), gerak
aktif

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Diff Count
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu
SGOT
SGPT

Nilai

Nilai rujukan

Ro Thorax :
12.1 g/dl
17.7 x 103/ul ()

10.8 12.8
6.0 17.0

3.70%
1. 60 % ()
59.60 %
27.60%
7.50%
36%
6
5 x 10 /ul
141 x 103/ul ()
72 fl ()
24 pg
34 g/dl

24
01
50 70
25 40
28
35 43
3.6 5.2
150 400
73 101
23 31
26 34

113 mg/dL
36 U/L
22 U/L

70 150
< 47
< 39

Gambaran
difus
merata pada kedua
paru, berupa bercakbercak infiltrat yang
dapat meluas hingga
daerah perifer paru,
disertai
dengan
peningkatan corakan
peribronkial
Kesan :
Bronchopneumonia

PROBLEM
Batuk dan sesak nafas disertai
demam 7 hari, nafas cepat, retraksi
dinding dada (intercosta), ronkhi
basah halus, leukositosis

HIPOTESIS
Bronkopenumonia, gizi baik

DIAGNOSIS BANDING
Bronkhiolitis
Hanya pada penderita usia < 2 tahun
Disebabkan oleh virus, tersering adalah respiratory
synctial virus.
Perjalanan singkat (48-72 jam)
Gambaran klinis tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya
subfebris, sesak napas disertai serangan batuk, pada
pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor,
ekspirium memanjang disertai dengan mengi (wheezing)

Bronkhitis

USUL PX
Px mikrobiologis

TERAPI
O2 NK 1 L/menit
Inf KA-EN 4B 1000 cc/24
jam
Inj Ceftriaxon 2 x 500 mg
Inj Dexamethasone 3 x
amp
PO : Rhelafen (Ibuprofen)
syr 4 x 1 cth
Oxopect (Oxomemazine,
guaifenesin) syr 3 x 1 cth
Diit : Sonde bubur tempe
3 x 1 porsi

FOLLOW UP
Tanggal
18 Juni 2013
U = 1,4 th
BB = 11 kg
HR = 108 kpm
RR = 52 kpm
t = 39,80 C

Perjalanan Penyakit

Instruksi Dokter

S/ batuk (+), dahak (+), sesak (+), O2 NK 1 l/menit


demam (+), pilek (-), muntah (-),
nafsu makan , BAB/BAK (+) n
Inf KA-EN 4B 1000 cc/24 jam
Inj Ceftriaxon 2 x 500 mg
O/ KU: CM
Inj Dexamethasone 3 x amp
Kepala: nafas cuping hidung -/-,
mulut sianosis (-)
PO :
Leher : limfonodi tak teraba
Rhelafen (Ibuprofen) syr 4 x 1
Thorax : simetri, retraksi (+/+) cth
intercosta, sub sternum
Oxopect (Oxomemazine,
P/ SDV +/+, ST +/+, Rbk guaifenesin) syr 3 x 1 cth
+/+, Wh -/C/ BJ I-II reguler, bising (-)
Diit : Sonde bubur tempe 3 x 1
Abdomen : Supel, BU (+), NT (-)
porsi
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A/ Bronkopneumonia
P/ Foto Ro Thorax AP/Lat

20 Juni 2013
U = 1,4 th
BB = 11 kg
HR = 104 kpm
RR = 56 kpm
t = 36,8 0 C

S/ batuk (+), dahak (+), sesak (+), Terapi lanjutkan


demam (-), pilek (-), muntah (-),
Nebulisasi P-S-S (ventolin +
nafsu makan , BAB/BAK (+) n
NaCl 3%)
O/ KU: CM
Kepala: nafas cuping hidung -/-,
mulut sianosis (-)
Leher : limfonodi tak teraba
Thorax : simetri, retraksi (+/+)
intercosta, sub sternum
P/ SDV +/+, ST +/+, Rbk
+/+, Wh -/C/ BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen : Supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A/ Bronkopneumonia

22 Juni 2013
U = 1,4 th
BB = 11 kg
HR = 104 kpm
RR = 32 kpm
t = 36,7 0 C

S/ batuk (), dahak (), sesak (), BLPL


demam (-), pilek (-), muntah (+),
nafsu makan n , BAB/BAK (+) n
O/ KU: CM
Kepala: nafas cuping hidung -/-,
mulut sianosis (-)
Leher : limfonodi tak teraba
Thorax : simetri, retraksi (+/+)
intercosta, sub sternum
P/ SDV +/+, ST +/+, Rbk
+/+, Wh -/C/ BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen : Supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A/ Bronkopneumonia

TINJAUAN PUSTAKA
Pneumonia sampai saat ini masih tercatat sebagai
penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita.
Menurut WHO, hampir 1 dari 5 balita di negara
berkembang meninggal disebabkan oleh pneumonia.
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim
paru.
Sebagian
besar
disebabkan
oleh
mikroorganisme (virus/bakteri).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada alveolus
yang disebut dengan bronkopneumonia atau
pneumonia lobularis.

DEFINISI
Bronkopneumonia adalah
peradangan akut parenkim
paru paru yang berasal
dari suatu infeksi yang
biasanya dimulai dengan
infeksi bronkus/bronkiolus,
kemudian
meluas
ke
alveolus
sekitarnya
(descending infection)

EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun, lebih dari 2 juta anak meninggal karena
pneumonia, berarti 1 dari 5 orang balita meninggal di
dunia.
Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia
berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika.
Pada penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,
pneumonia menduduki tempat ke 2 sebagai penyebab
kematian bayi dan balita setelah diare.
Bronkopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak kecil.

ANATOMI

KLASIFIKASI
Klasifikasikasi Gejala ISPA Untuk Golongan Umur <2
bulan
a. Bronkopneumonia berat, adanya nafas cepat (fast
breating) yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali
per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam (severe
chest indrawing).
b. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan
cepat atau penarikan dinding dada.
Umur

Nafas Cepat

0 2 bulan
2 12 bulan
12 bulan 5 tahun

>60 x/menit
>50 x/menit
>40 x/menit

>5 tahun

>30 x/menit

Klasifikasi Gejala ISPA Untuk Golongan Umur 2 bulan <5


tahun
a. Bronkopneumonia sangat berat, adanya batuk atau
kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing).
b. Bronkopneumonia berat, adanya batuk atau kesukaran
bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas
nafas cepat (fast breathing) pada anak umur 2 bulan - <1
tahun adalah 50 kali atau lebih per menit dan untuk anak
umur 1 - <5 tahun adalah 40 kali atau lebih permenit.
c. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat
atau penarikan dinding dada.

ETIOLOGI
Infeksi
Bakteri : Streptococcus
Pneumoniae,
Diplococus
pneumonia, Pneumococcus
sp, Hemoliticus aureus,
Haemophilus influenza,
Virus : Respiratory syntical
virus, Virus influenza
Jamur
:
Citoplasma
capsulatum,
Criptococcus
nepromas,
Blastomices
dermatides,
dan
Mycoplasma pneumonia

Non Infeksi
Terjadi
akibat
aspirasi
makanan,
sekresi
orofariengal
atau
isi
lambung kedalam paru dan
karena kongesti paru yang
lama

PATOFISIOLOGI
Bronkpneumonia bersifat sekunder yang diawali oleh
infeksi saluran pernasan atas
biasanya dimulai dari bronkeolus terminalis, dimana
merupakan lobus bagian bawah paru paling sering
terkena karena efek gravitasi
Menimulkan reaksi : kongesti, hepatisasi merah,
hepatisasi kelabu dan resolusi

a. Kongesti ( 4 sampai 12 jam pertama)


Eksudat serosa masuk masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya)
Paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan
leukosit PMN mengisi alveoli
c. Hepatisasi kelabu ( 3 sampai 8 hari)
Paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang
terserang
d. Resolusi ( 7 sampai 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kebali ke bentuk semula

MANIFESTASI KLINIS

Batuk
Demam
Takipneu yang disertai dengan retraksi interkostal, subkostal,
dan suprasternal
Pernapasan cuping hidung
Auskultasi dada dapat dijumpai ronki basah halus

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala
klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1.
2.
3.

Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung


dan retraksi dinding dada.
Demam dengan suhu 39-40oC
Ronkhi basah, halus, nyaring (crackles)

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya


15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri dan
peningkatan LED.
Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.
Sectish Theodore C, Prober Charles G. Nelson Textbook of Pediatrics : Pneumonia. Edisi ke-17. Saunders. 2004.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis
Pada foto dada terlihat infiltrate alveolar yang dapat
ditemukan diseluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada
gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat
klinis penyakitnya
Pemerikasaan mikorbiologis guna mencari etiologi kuman
penyebab dapat meliputi pemeriksaan sputum, sekret
nasofaring bagian posterior, aspirasi trakea
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD), kadar pCo2 dapat
rendah, normal, ataupun meningkat

Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada


kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.

PENATALAKSANAAN
Antibiotik merupakan drug of choice untuk kuman
yang dicurigai
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
terapi :
Kuman yang dicurigai atas dasar klinis, etiologis dan
epidemiologis
Berat ringannya penyakit
Riwayat pengobatan sebelumnya serta respon klinis
Ada / tidaknya penyakit yang mendasari

Rawat inap

Rawat jalan
Lini I :
Lini I amoksisilin atau
>3 bln : inj.ampisilin + kloramfenikol kotrimoksasol
<3 bln : inj.ampisilin + gentamisin
Alternatif : eritromisin
Lini II : amikasin, sefalosporin
Injeksi diberikan selama 3 hari,
PO 7-10hr

Catatan :
Neonatus & bayi kecil
antibiotik iv harus segera,
sering
sepsis
dan
meningitis

ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM


setiap 6 jam)
Bila pasien datang dengan keadaan klinis berat,
sebagai alternatif, dapat diberikan seftriakson (80-100
mg/kgBB IM atau IV satu kali sehari)
Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti
antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM satu
kali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV
setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari dalam
3 kali pemberian

Terapi Suportif
Terapi O2 untuk mencapai saturasi 95-96%
Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat
disertai bronchodilator bila disertai bronkospasme
Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
Cairan IV, O2, koreksi asam-basa, elektrolit, GDS,
analgetik/antipiretik, hisap lendir
Nutrisi parenteral selama masih sesak
Pemantauan komplikasi

KOMPLIKASI

Pneumotoraks
Empiema torasis
Perikarditis purulenta
Infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta
Miokarditis
OMA

PROGNOSIS
Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%
Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan
yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang
lebih tinggi.

PENCEGAHAHAN
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tersier

KESIMPULAN
Berdasarkan pembagian pneumonia secara anatomi,
bronkopneumonia merupakan pneumonia lobularis.
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di
alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus
terminal.
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan
anak. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik.
Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering
bronkopneumonia pada bayi dan anak yaitu
Streptococcus
pneumoniae
dan
Haemophilus
influenzae type B.

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala


klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1.
2.
3.

Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping


hidung dan retraksi dinding dada.
Demam dengan suhu 39-40oC
Ronkhi basah, halus, nyaring (crackles)

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya


15.000 - 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri dan
peningkatan LED.
Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.

Patofisiologi
pneumonia
stadiumnya, yaitu:
1.
2.
3.
4.

berdasarkan

urutan

Stadium kongestif
Stadium hepatisasi merah
Stadium hepatisasi kelabu
Stadium reolusi

Antibiotik yang diberikan sedini mungkin, dapat


memotong perjalanan penyakit sehingga stadium
khas yang telah diuraikan sebelumnya tidak terjadi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.who.int/childgrowth/standards/en/. Diunduh pada tanggal 23 Juni 2013


Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1995. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika
Jakarta;.1228-1235
Kartasasmita, C.B. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita, Ka Divisi Respirologi Departemen Kesehatan
Anak, FK Padjajaran Indonesia. PhD disertation Catholic University of Leuven, Faculty of Medicine.
Sectish TC, Prober CG. 2008. Pneumonia. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders
Warsa UC. Streptococcus Pneumoniae. 2005. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta.
Badan Penerbit Binarupa Aksara.
Pusat Data & Surveilans Tim. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi, Pneumonia Balita Vol 3. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.
Rahajoe,et al. 2012. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta.
Unicef/WHO. 2006. Penumonia The Forgotten Killer of Children
Coder, J. 2008. Bronkopneumonia. http:/www.IyaLaMedicalInformation.com
Konsensus pneumonia. Diunduh dari www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/...
Tanggal 23 Juni 2013
Pudjiadi,et al. 2010. Pneumonia. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
Feldman, William. 2000. Evidence-Based Pediatrics, Pneumonia and Bronchiolitis. University of Toronto:
Canada.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2007. Simposium Penatalaksanaan Penyakit Paru Pada Anak Terkini.
Jember.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1537.A / MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal : 5 Desember 2002.
Pemberantasan Penyakit ISPA
Ranuh I.G.N. Suyitno Hariyono, dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Pengurus pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta 2012

Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai