Anda di halaman 1dari 28

Uveitis

 Gheralyn
 Theo fani
 Natania
 Welmy
 Reyn harris
Pengertian
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang
terjadi pada lapisan traktus uvealis yang
meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris
dan koroid.
Uveitis
1. Bagian anterior: iritis,siklitis atau iridosiklitis
2. Bagian posterior: koroiditis
Anatomi uvea
Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular
di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar,
dan koroid.
1. Iris
Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar ke
depan (anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil
yang berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk mata.
Permukaan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-
lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripte. Pada iris terdapat 2
macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu : Musculus dilatator pupil
yang berfungsi untuk melebarkan pupil dan Musculus sfingter pupil yang
berfungsi untuk mengecilkan pupil
2. Corpus Siliar
Korpus siliaris merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai
sistem eksresi dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari pangkal
iris ke belakang sampai koroid terdiri atas otot-otot siliar dan
prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi.
Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam dari
tempat tepi kornea melekat di sklera. Badan siliar merupakan bagian
uvea yang terletak antara iris dan koroid. Badan siliar menghasilkan
humor akuos. Humor akuos ini sangat menentukan tekanan bola
mata (tekanan intraokular = TIO).
3. Koroid
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar,
terletak antara retina (di sebelah dalam) dan sklera (di
sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi
depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah
jaringan vascular yang terdiri atas anyaman pembuluh
darah. Retina tidak menempati (overlapping) seluruh
koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum
badan siliar. Bagian koroid yang tidak terselubungi
retina disebut pars plana
Etiologi
Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi
mikroorganisme atau agen lain dari luar. Etiologi uveitis
dibagi dalam:
Berdasarkan spesifitas penyebab:
 Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri,
fungi, ataupun parasit yang spesifik.
 Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi
hipersensitivitas. Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap mikroorganisme atau antigen yang masuk kedalam
tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan
predileksi pada traktus uvea.
Berdasarkan asalnya:
Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh
karena trauma, operasi intraokuler, ataupun
iatrogenik.
Endogen : disebabkan idiopatik, autoimun,
keganasan, mikroorganisme atau agen lain
dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi
tuberkulosis, herpes simpleks
Pathofisologi
Klasifikasi
Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu
klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan patologis.
 Klasifikasi berdasarkan Anatomis
1.Uveitis anterior
Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris
atau disebut juga dengan iridosiklitis.
2.Uveitis intermediet
Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang
disertai dengan peradangan vitreous.
3. Uveitis posterior
Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.
4. Panuveitis
Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.
 Klasifikasi berdasarkan Klinis
1) Uveitis akut
Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan
bersifat simptomatik.
2) Uveitis kronik
Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-
bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat
asimtomatik.
 Klasifikasi berdasarkan Etiologis
1) Uveitis infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri
2) Uveitis non-infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.
 Klasifikasi berdasarkan patologis
1) Uveitis non-granulomatosa
Infiltrat dominan limfosit pada koroid.
2) Uveitis granulomatosa
Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus
Uvitis anterior
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian
depan badan siliar (pars plicata), kadang-kadang
menyertai peradangan bagian belakang bola mata,
kornea dan sklera. Peradangan pada uvea dapat
mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau
mengenai badan siliar yang di sebut siklitis. Biasanya
iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut
iridosiklitis atau uveitis anterior.
Manifestasi klinis
• Nyeri di sekitar mata, terutama ketika mata
sedang fokus pada satu hal atau benda.
• Penglihatan kabur.
• Mata merah.
• Mata menjadi peka terhadap cahaya.
• Ada titik kecil yang menghalangi penglihatan.
• Penyempitan lapang pandang, yaitu kemampuan
untuk melihat objek yang letaknya di samping.
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian umum
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji adanya :
• Bintik hitam dan floating spot saat melihat
• Penglihatan kabur (susah memfokuskan penglihatan)
• Tajam penglihatan menurun
• Sakit mata ketika melihat sesuatu dalam jangka waktu yang lama
• Mata memerah secara difus daerah sirkumkornea
• Hipertermi
• Nyeri akut
• Eksudasi pada mata
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat invasi mikroba aktif ke jaringan oleh Myobacterium
tuberculosis dan Toxoplasma gondii
• Riwayat artritis, terpajan histoplasmosi, sifilis, sitomegalovirus,
retinitis, herpes, dan infeksi rubella.
• Trauma, kecelakan sehinga benda asing mengenai organ mata.
• Konsumsi obat-obatan untuk penyakit tertentu atau narkoba
(intravenous drug induced)
• Penggunaan jarum suntik secara bersamaan dan bergantian
serta perilaku seksual (Sexual Transmitted Disease atau AIDS)
• Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ
mata contohnya bedah intraokuler terhadap katarak atau
glaukoma
3) Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan penyakit yang
berpotensi menyebar dengan cepat seperti TB, sifilis, dan lain-
lain.
Pola kebiasaan
a) Makan dan minum
Mengkaji pola makan pasien, kapan saat mengalami mual dan muntah, frekuensi
mual dan muntah
b) Gerak dan Aktivitas
Megkaji data pasien mengenai kebiasaan sehari-hari, pergerakan, frekuensi
dibantu oleh orang lain, dan tingkat keleluasaan.
c) Kebersihan diri
Mengkaji frekuensi bantuan saat melakukan aktivitas kebersihan diri akibat
penurunan kualitas penglihatan
d) Pengaturan suhu tubuh
Mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh, frekuensi dan pola peningkatan suhu.
e) Rasa nyaman
Mengkaji adanya nyeri dengan memberikan skala intensitas nyeri 0-10
f) Data social
Mengkaji data social pasien seperti interaksi dengan keluarga atau petugas
kesehatan, perilaku saat mengalami sakit dan sebelum mengalami sakit
Pemeriksaan Fisik
Mata
a) Inspeksi
Terdapat eksudasi di area anterior mata, kemerahan pada sirkum korneal,
fotofobia, pupil kecil, terdapat synecheae anterior atau posterior dengan slit lamp,
nodul pada iris, terdapat epifora (air mata yang mengucur), COA (Camera Oculi
Anterior) keruh dan dalam.
b) palpasi
Nyeri tekan area palpebra

Diagnosa keperawatan
a) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori akibat tajam penglihatan menurun dan penglihatan
kabur.
b) Resiko cidera berhubungan dengan penglihatan kabur, distrosi penglihatan
c) Nyeri akut berhubangan dengan proses peningkatan protein pada humor
aquos dan peningkatan TIO
d) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada traktus uvealis
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan eksudasi cairan pulurent pada
bilik mata depan
f) Resiko infeksi berhubungan dengan akumulasi mikroorganisme pada traktus
uvealis
Intervensi
1. Gangguan sensori persepsi :penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori, kekeruuhan lensa,synchiae, penurunan suplai nutrisi ke mata, tajam
penglihatan menurun, penglihatan kabur
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan … x 24 jam diharapkan gangguan sensori persepsi: penglihatan
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
• Ketajaman penglihatan meningkat
• Tidak terdapat bintik hitam pada lapang pandang
• Pasien dapat memfokuskan pengli-hatan
• Pasien dapat melihat dengan jelas
• Hasil Pemeriksaan TTV dalam rentang normal
• Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital pasien (TD, N, S, dan RR).
Rasional : Pengawasan tanda-tanda penyebaran infeksi dan keadaan umum pasien
2. Kaji ketajaman penglihatan (visus).
Rasional: Penggunaan Snellen Card akan sangat membantu untuk mengetahui keabnormalan visus
pasien.
3. Observasi penglihatan yang kabur dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Rasional: Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tidak nyaman setelah menggunakan tetes mata
dilator.
4. Ajarkan pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan, misalnya hindari cahaya yang
menyilaukan, istirahatkan mata apabila sudah terlihat tanda-tanda kelelahan.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang/
kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan
5. Ajarkan pasien untuk pemberian tetes mata (jumlah tetesan, jadwal dan
dosis).
Rasional: Mengontrol TIO dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
6. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan.
Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
7. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata ketika terbangun dan tutup
dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Rasional: Kaca mata dapat digunakan sebagai proteksi awal terhadap
paparan benda asing ke mata dan penutup mata saat tidur dapat
menghindari eksudasi berlebih.
7. Bersihkan mata, apabila ada kotoran dan gunakan kapas basah dan bersih.
Rasional: mencegah perlengketan palpebra akibat penumpukan secret.
8. Kolaborasi dalam pemberian tetes mata Chloramphenicol / Kloramfenikol,
Tetrasiklin
Rasional: Menurunkan jumlah organisme pe`nyebab infeksi
9. Kolaborasi dalam pemberian siklopegik
Rasional: Pemberian sikloplegik ditujukan sebagai anti inflamasi ringan,
analgesic, mencegah/ melepaskan sinekia posterior dan untuk
mengistirahatkan mata.
Resiko Cedera berhubungan dengan Penglihatan kabur, Distorsi
penglihatan, Penurunan ketajaman penglihatan
1. Observasi tingkah laku pasien
Rasional: Tingkah laku hiperaktif mengindikasikan pasien beresiko
mengalami cedera
2. Jauhkan alat-alat yang berpotensi menimbulkan bahaya misalnya : gunting,
pisau, barang pecah belah.
Rasional: Menghindarkan pasien dari luka tusuk/ gores.
3. Awasi dan bantu pasien dalam melakukan suatu kegiatan
Rasional: Untuk mencegah terjadinya cedera/jatuh/luka
4. Anjurkan pasien meminta bantuan setiap kali melakukan
Rasional: Untuk mencegah terjadinya cedera/jatuh/luka
5. Anjurkan keluarga pasien untuk ikut mengawasi pasien
Rasional: Pengawasan dari petugas kesehatan (perawat) tidak dapat
merawat selama 24 jam penuh maka dari itu perlu bantuan keluarga atau
orang terdekat pasien
6. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
Rasional: Melindungi mata dari cedera kecelakaan.
Nyeri akut berhubungan dengan Proses peningkatan protein pada humor
aquos, Peningkatan TIO, Kerusakan saraf sensorik, Proses inflamasi pada
traktus uvea.
1. Kaji skala, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional: Mengevaluasi terapi yang diberikan dan membantu menentukan
tindakan selanjutnya.
2. Observasi TTV
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi pasien.
3. Berikan waktu istirahat yang cukup.
Rasional: Istirahat yang cukup dapat meningkatkan perasaan rileks pada
pasien.
4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional: Distraksi dan relaksasi, dapat mengurangi rasa nyeri pasien.
5. Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan matanya saat sudah tampak
tanda-tanda kelelahan.
Rasional: Dapat meringankan rasa nyeri pada saat memandang dan
mencegah iritasi lebih lanjut
6. Delegatif dari dokter untuk pemberian obat analgetik sesuai dengan
program terapi.
Rasional: Analgetik membantu mengurangi rasa nyeri
Hipertermi berhubungan dengan Pelepasan pirogen, proses
inflamasi pada traktus uvealis
1. Observasi tanda-tanda vital pasien (terutama suhu)
Rasional: Mengetahui suhu tubuh pasien dan menentukan intervensi lebih
lanjut
2. Beri kompres hangat pada lipatan axilla.
Rasional: Penggunaan kompres dingin yang ditempelkan di tubuh
menyebabkan thermoregulator (pengatur suhu) yang terdapat di
hipotalamus keliru memberi perintah.
3. Anjurkan pasien untuk membatasi aktivitas.
Rasional: membantu menurunkan suhu tubuh pasien melalui proses
konduksi.
4. Ajarkan pasien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2 L/hari) untuk mencegah dehidrasi.
Rasional: Pirogen yang masuk ke cairan tubuh dapat mengakibatkan
mekanisme tubuh untuk melakukan metabolisme lebih besar sehingga
evaporasi berlebihan dapat terjadi.
5. Delegatif dari dokter untuk pemberian obat antipiretik
Rasional: Membantu menurunkan demam.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Eksudasi
cairan mata, Epifora
1. Kaji makna perubahan pada pasien
Rasional: Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba.
2. Lakukan pendekatan yang intens dan positif pada klien dan keluarga
Rasional: Membina kepercayaan dan keterbukaan terhadap kondisi dan
respon yang dirasakan klien dan keluarga untuk dapat memilih dan
menerapkan intervensi keperawatan.
3. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan khusus mengenai cara
memandang atau berpikir mengenai dirinya
Rasional: Mengetahui konsep diri klien terhadap dirinya sendiri, sehingga
dapat menetapkan intervensi yang akan diberikan
4. Kolaborasi dalam merujuk pasien ke klinik psikiatri bila diperlukan
Rasional: Membantu klien mengatasi masalah kejiwaan dan emosi yang
mungkin menetap.
Resiko infeksi berhubungan dengan Akumulasi
mikroorganisme pada traktus uvealis

1. Observasi manifestasi klinis infeksi (pireksia, eksudasi, eritema, edema)


Rasional: Adanya tanda-tanda infeksi menandakan perkembangan dan
penyebaran infeksi
2. Pertahankan teknik aseptic dalam perawatan mata
Rasional: Mengontrol dan mencegah penyebaran infeksi silang.
3. Ajarkan untuk tidak mengusap mata
Rasional: Mencegah kontaminasi dan penimbulan lesi pada area mata.
4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic dan antimikotika sesuai indikasi
Rasional: Antibiotic dapat menekan proses infeksi akibat bakteri.
Antimikotika dapat menekan proses infeksi akibat jamur
5. Pemeriksaan laboratorium
Rasional: Kadar leukosit menentukan tingkat keparahan infeksi.
Komplikasi
 Glaucoma
Peninggian tekanan bola mata. Pada uveitis anterior dapat terjadi sinekia
posterior sehingga mengakibatkan hambatan aliran aquos humor dari bilik
posterior ke bilik anterior. Penumpukan cairan ini bersama-sama dengan sel
radang mengakibatkan tertutupnya jalur dari out flow aquos humor sehigga
terjadi glaucoma. Untuk mencegahnya dapat diberikan midriatika.
 Katarak
Kelainan polus anterior mata seperti iridosiklitis yang menahun dan
penggunaan terapi kortikosteroid pada terapi uveitis dapat mengakibatkan
gangguan metabolism lensa sehingga menimbulkan katarak.
 Oklusio pupil
seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang
 Endoftalmitis
peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya
dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang meluas.
 Panoftalmitis
peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon
sehingga bola mata merupakan rongga abses
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Diagnostik

Anda mungkin juga menyukai