Anda di halaman 1dari 13

Natania (2053052)

Patofisisologi dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Meningitis

I. Pengertian
Meningitis adalah radang yang terjadi pada meningen (selaput) yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis. Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput
otak, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan terjadinya infeksi pada
sistem saraf pusat.

II. Klasifikasi
1. Asepsis
Meningitis asepsis merupakan meningitis yang disebabkan oleh virus, seperti
gondongan, herpes simpleks dan herpes zoster. Pada meningitis virus tidak
ditemukan eksudat dan tidak ditemukan organism pada pengecekan kultur cairan
otak.
2. Sepsis
Meningitis sepsis merupakan meningitis yang disebabkan oleh bakteri, yang
disebabkan oleh bakteri akut yaitu Neisseria meningitis, streptococcus
pneumonia, dan haemophilus (pada anak-anak)
3. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa biasanya terjadi karena komplikasi penyebaran yang
terjadi karena tuberculosis primer, yang biasanya dari paru.

III. Penyebab/ Etiologi


Penyebab terjadinya meningitis adalah karena komplikasi penyakit lain atau
karena adanya kuman yang secara hematogen sampai ke selaput otak.
Penyebab meninigitis adalah sebagai berikut:
1. Bakteri
Penyebab sebagian besar kasus meningitis adalah oleh flora yang berasal dari
saluran genitalia ibu. Pada anak yang berumur 6 bulan atau lebih hemophilus
influenza dan streptococcus pneumoniae yang merupakan penyebab tersering.
Selain itu TBC merupakan penyebab terjadinya meningitis.
2. Virus
Penyebab sebagian besar meningitis juga terjadi karena adanya virus diantaranya
echovirus, coxsacakie virus, virus gondongan dan virus karena HIV.
3. Faktor maternal
Biasanya disebabkan karena membrane vetal, infeksi maternal yang terjadi pada
minggu-minggu terakhir kehamilan.
4. Faktor Imunologi
Natania (2053052)

Disebabkan karena defesiensi mekanisme imun, defesiensi imunoglobin dan pada


anak yang mendapatkan obat-obatan imunosupresi.
5. Penyebab lain adalah karena anak yang memiliki kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.

IV. Tanda dan Gejala


a. Meningitis Bakteri
1) Neonatus: tanda-tanda spesifik
a) Sangat sulit menegakkan diagnosis
b) Manifestasi penyakit samar dan tidak spesifik
c) Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai terlihat dan
menunjukkan perilaku yang buruk
d) Menolak pemberian susu/makan
e) Kemampuan menghisap buruk
f) Mengalami diare
g) Tonus otot buruk
h) Mengalami penurunan gerakan
i) Fontanela yang penuh, tegang dan menonjol
j) Leher bisanya lemas
2) Neonatus: tanda-tanda nonspesifik
a) Demam (tergantung maturitas bayi)
b) Ikterus
c) Iritabilitas
d) Mengantuk
e) Kejang
f) Pernapasan irregular atau apnea
g) Sianosis
h) Mengalami penurunan BB
3) Bayi dan anak yang masih kecil
a) Demam
b) Mengalami makan yang buruk
c) Vomitus
d) Terlihat iritabilitas
e) Serangan kejang (disertai dengan tangisan bernada tinggi)
f) Fontanela menonjol
g) Kaku kuduk dapat terjadi atau tidak tidak terjadi
h) Dalam pemeriksaan diagnosis tanda brudzinski tidak membantu
4) Anak-anak dan remaja
a) Demam
b) Menggigil
Natania (2053052)

c) Sakit kepala
d) Vomitus
e) Perubahan sensorik
f) Kejang
g) Iritabilitas
h) Agitasi
i) Dapat terjadi fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif, mengantuk,
stupor, koma, dan mengalami kaku kuduk
j) Tanda kering dan brudzinski, disertai syok
k) Telinga mengeluarkan secret yang kronis (meningitis pneumokokus)

b. Meningitis Non-bakteri
Biasanya terjadi mandadak atau bertahap, awalnya adalah merasa sakit kepala,
demam, malaise, gejala gastrointestinal, dan tanda-tanda iritasi meningen yang timbul
satu atau dua hari setelah awal penyakit. Mengalami nyeri perut, mual dan muntah,
nyeri punggung, dan tungkai, tukak tenggorokan serta terkadang nyeri dada dan ruam
mukulopapular.

Gambaran Klinis yang sering muncul pada anak dengan meningitis antara lain:

1. Pada fase akut


a) Lesu
b) Mudah terangsang
c) Demam
d) Anoreksi
e) Sakit kepala
2. Peningkatan tekanan intarkranial
a) Penurunan kesadaran
b) Muntah yang sering proyektil (menyembur)
c) Tangisan yang merintih
d) Sakit kepala
3. Kejang baik secara umum maupun local
4. Kelumpuhan ektremitas (paresis atau paralisis)
5. Gangguan frekwensi dan irama perfanasan (cepat dengan irama kadang dangkal dan
kadang dalam)
Natania (2053052)

6. Munculnya tanda-tanda meningal seperti: kaku kuduk, regiditas umum, reflex Kernig
dan Brudzinky positif.
V. Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golomgan kokus seperti
Streptokokus, stapilokokus, meningokokus, premokokus dan dari golongan lain
menginfeksi tonsil, bronkus, saluran cerna. Mikroorganisme tersebut mencapai otak
mengikuti aliran darah.
Di otak mikroorganisme berkembangbiak membentuk koloni. Koloni
mikrooganisme itulah yang mampu menginfeksi lapisan otak (meningen).
Mikroorganisme menghasilkan toksik dan merusak meningen. Kumpulan toksisk
mikroorganisme, jaringan meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu
membentuk cairan yang kental yang disebut pustula. Toksis yang dihasilkan oleh

mikroorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian


menaikkan suhu sebagai tanda adanya bahaya. Kenaikan suhu di hipotalamus akan diikuti
dengan peningkatan mediator kimiawi akibat peradangan seperti prostaglandin, epinfrin,
norepinefrin. Kenaikan mediator tersebut dapat merangsang peningkatan metabolisme
sehingga dapat terjadi kenaikan suhu di seluruh tubuh, rasa sakit kepala, peningkatan
respon gastrointestinal yang memunculkan rasa mual dan muntah.
Volume cairan pustule yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan di
dalam intracranial. Peningkatan tersebut menyebabkan peningkatan rangsangan di
korteks serebri yang terdapat pusat pengaturan sistem pencernaan sehingga merangsang
terjadinya muntah dengan cepat, juga terjadi gangguan di pusat pernafasan. Peningkatan
pada intracranial juga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi sensorik dan motorik
serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum sehingga penderita akan mengalami
penurunan respon kesadaran. Penurunan kesadaran ini memnyebabkan penurunan
pengeluaran sekresi trakeobronkial yang berakibat pada penumpukan secret pada trakea
dan bronchial, sehingga trakeal dan brokus menjadi sempit.
Peningkatan tekanan intracranial juga berdampak pada munculnya feses eksitasi
yang terlalu cepat pada neuron sehingga memunculkan kejang. Respon saraf perifer juga
mengalami gangguan seperti munculnya Kernig dan Brudinsky. Kejang yang terjadi pada
anak dapat mengakibatkan spasme pada otot bronkus. Spasme tersebut dapat
menyebabkan penyempitan jalan nafas.

VI. Komplikasi
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural)
2. Peradangan pada daerah ventrikuler otak
3. Hidrosepalus
4. Abses otak
5. Epilepsy
Natania (2053052)

6. Retardasi mental
7. Serangan meningitis berulang

VII. Penatalaksanaan di Rumah Sakit


1. Pemberian cairan intravena. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis
sering datang dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah,
pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang
kurang akibat penurunan kesadaran
2. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang
3. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan cahaya, suara
dan polusi.
4. Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan
anak pada posisi kepala miring hiperekstensi.
5. Pemberian antibiotic yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab
Natania (2053052)
Pathway

dan streptococcus pneumoniae, mycobacterium


Virus : echovirus,
tubereculosa
coxsackie
dan Escherichia
virus,maternal
Faktor viruscolli
gondongan
: ruptur membran fetal& infeksi maternal pada minggu
Faktor terakhir: Defesiensi
imunologi
immunoglobin & anak yang mendapat

Organisme masuk ke aliran darah


Reaksi radang pada meningen Menekan Saraf Sakit kepala MK: nyeri
Pelepasan zat virogen Aktivitas makrofag dan
endogen virus
Obstuksi pada saluran
Merangsang kerja Instabil thermoregulasi Meningitis ventrikel Peningkatan
hipotalamus CSS

MK : Hipertensi Suhu Tubuh↑ Thrombus aliran darah TIK↑ Hidrosefalus


serebral
Permeabilitas vaskuler pada
Eksudet purulen menyebar ke Kerusakan neurologis CO2 serebri
dasar otak dan medulla

Ketidakseimbangan asam Ketidakseimbangan ion Volume cairan interstitial ↑ Kebocoran cairan dari Transudat cairan
basa intravaskuler

Edema serebral
Ggn hemostatis neuron Keb. Energi ↑ Volume tekanan otak

Kejang Vasospasme pembuluh TIK↑


Kelainan depolarisasi neuron
darah serebri

MK : ketidakefektifan
Hiperaktivitas neuron MK : resiko cedera Sirkulasi di serebral ↓ perfusi jaringan
serebral
Natania (2053052)
TIK ↑ Edema

- Penurunan Merangsang saraf Menekan saraf di Desensepalon Penekanan pada Mensepalon


kesadaran simpatis servikal pusat pernapasan
- TD ↑
Kerusakan pada
Mual dan muntah Rangsangan otot di Penekanan pada Sesak nafas fungsional farmasi
Penekanan pada sekitar servikal hipotalamus kerja RAS
pusat pernapasan
MK : Resiko
aspirasi Otot berkontraksi Ransangan pada MK : pola nafas Kesadaran ↓
Upaya bernapas ↑ hipofise anterior ↑ tidak efektif

Otot pada tengkuk Penurunan refleks


MK: meregang Demam batuk
ketidakefektifan
pola nafas
Kaku kuduk Penumpukan sekret
Evaporasi di jalan

Keringat berlebih MK:


Ketidakefektifan
bersihan jalan
Diaphoresis nafas

MK : kekurangan
volume cairan
Natania (2053052)

VIII. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas yang perlu dikaji yaitu: nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, berat badan saat lahir, apakah bayi lahir
cukup bulan atau tidak, anak ke, jumlah saudara, dan identitas orang tua.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan anak dibawa ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi, sakit kepala berat, kejang, dan penurunan
kesadaran.
2) Riwayat penyakit saat ini
Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit kepala dan demam, keluhan pasien dengan kejang
harus dikaji lebih mendalam, terkadang pada sebagian anak mengalami penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran, pada kondisi tertebtu dapat terjadi letargi, tidak responsive dan koma.
3) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien dengan meningitis memiliki riwayat: infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengarus riwayat
imunologis pada masa sebelumnya.
4) Pengkajian dan pertumbuhan dan perkembangan
Pada pasien dengan meningitis organ yang mengalami ganguan adalah organ yang berdekatan dengan fungsi
memori, fungsi pengaturan motorik dan sensorik, maka kemungkinan besar anak mengalami masalah ancaman
pertumbuhan dan perkembangan.

c. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS berkisar antara 3-9
2) Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya terdapat peningkatan suhu lebih dari normal, terdapat penurunan denyut
nadi, pernafasan meningkat > 30x/m dan tekanan darah meningkat
Natania (2053052)

3) Kepala
Pada neonates ditemukan penonjolan ubun-ubun, sedangkan pada anak yang sudah besar jarang ditemukan
kelainan. Pada pemeriksaan meningeal ditemukan kaku kuduk, cek pembesaran kepala karena biasanya anak akan
mengalami pembesaran.
4) Mata
Pada pasien dengan penurunan kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil mungkin akan
ditemukan, pasien mengeluh fotofobia atau sensitive berlebih terhadap cahaya.
5) Hidung
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
6) Mulut
Pasien biasanya mengalami mukosa bibir kering
7) Telinga
Keluar cairan dari telinga pada anak dengan meningitis pneumokokus dan sinus dermal congenital yang disebabkan
oleh infeksi e.colli.
8) Dada
Pada pemeriksaan thorak akan nampak penggunaan otot bantu perfasan, ditemukannya bunyi nafas tambahan
seperti ronki, dan pada pemeriksaan jantungdidapati denyut jantung yang lemah < 100x/ m
9) Kulit
Ditemukan ruam petekia dengan lesi purpura sampai ekimosis, serta turgor kulit mengalami penurunan karena
kehilangan cairan.
10) Ekstermitas
Kekuatan otot menurun, dan kehilangan koordinasi pada alat gerak
11) Pemeriksaan saraf cranial:
1. Saraf I, pada pasien biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
2. Saraf II, papiledema ditemukan karena adanya peningkatan TIK
3. Saraf III,IV dan VI, pasien mengeluh fotofobia
4. Saraf V, biasanya tidak mengalami gangguan
5. Saraf VII, tidak mengalami gangguan
6. Saraf VIII, tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi
Natania (2053052)

7. Saraf IX dan X, kemampuan menelan pasien baik


8. Saraf XI, adanya kaku kuduk dan susah melakukan fleksi leher
9. Saraf XII, tidak mengalami gangguan, dan pengecapan normal
12) Sistem motorik
Kekuatan otot mengalami penurunan, mengalami gangguan koordinasi pada alat gerak, anak bisa mengalami
hemiplegic dan atau hemiparise
13) Pemeriksaan rangsangan meningel
1. Kaku kuduk
Kaku kuduk merupakan tanda awal. Kesulitan dalam melakukan fleksi kepla karena adanya spasme otot-otot
leher.
2. Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan abdomen, kaki tidak dapat diektensikan sempurna.
3. Tanda brudzinski
Tanda ini didapatkan apabila leher pasien d fleksikan, maka hasilnya fleksi lutut dan pinggul, bila dilakukan
fleksi pasif pada ekstermitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ektermitas
yang berlawanan.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi pusat perfasan di otak, perubahan tingkat kesadaran
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler
3) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses inflamasi, edema pada otak
4) Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak
5) Hipetermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, proses inflamasi
6) Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
7) Resiko cedera berhubungan dengan kejang berulang, fiksasi optimal
Natania (2053052)

3. Intervensi Keperawatan
N Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen
berhubungan dengan depresi keperawatan diharapkan pola nafas 1. Bersihkan mulut, hidung dan sekre trakea dengan
pusat perfasan di otak, pasien adekuat dengan kriteria hasil: tepat
perubahan tingkat kesadaran a. Status pernapasan ventilasi 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Kriteria hasil: 3. Berikan oksigen tembahan seperti yang
1) Frekuensi pernapasan diperintahkan
2) Irama pernapasan 4. Monitor aliran oksigen
3) Kedalaman pernapasan Monitor neurologi
4) Penggunaan otot bantu 1. Pantau ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan, dan
pernapasan reaktivitas
5) Suara nafas tambahan 2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor GCS
4. Monitor status pernapasan
Monitor TTV
1. Monitor TD, nadi,, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor poal pernafasan abnormal
2. Resiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
jaringan serebral berhubungan keperawatan status sirkulasi pasien terhadap panas/ dingin/tajam/tumpul
dengan proses inflamasi, edema kembali adekuat dengan kriteria 2. Monitor adanya paratese
pada otak hasil: 3. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
1) Tekanan sistol dan diastole dalam jika ada lesi atau laserasi
rentang yang diharapkan 4. Gunakan sarung tagan untuk proteksi
2) Tidak ada ortostatihipertensi 5. Monitor tanda-tanda vital
3) Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor tekanan perfusi serebral
peningkatan tekanan intracranial 7. Monitor jumlah, nilai, dan karakteristik pengeluran
(tidak lebih dari 15 mmHg) cairan CSF
8. Monitor adnya kebingungan, perubahan pikiran,
Natania (2053052)

keluhan pusing, pingsan


9. Monitor karakteristik cairan serebrospinal, warna,
kejernihan, konsisten
10. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
3. Hipetermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
peningkatan laju metabolisme, keperawatan diharapkan suhu tubuh 1. Monitor suhu sesering mungkin
proses inflamasi pasien dapat kembali normal dengan 2. Monitor IWL
kriteria hasil: 3. Monitor warna dan suhu kulit
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
2) Nadi dan RR dalam rentang 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal 6. Monitor WC,Hb, dan Hct
3) Tidak ada perubahan warna kulit 7. Monitor intake dan output
dan tidak ada pusing, merasa 8. Berikan antipiretik
nyaman 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi demam
10. Lakukan tapid sponge
11. Berikan cairan intravena
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap jam
2. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
4. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
5. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
6. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penangan yang
diperlukan
7. Berikan antipiretik jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian perilaku perawata yang saling bekerja sama atau berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan
anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan keperawatan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan dengan cara mencatat setiap respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
Natania (2053052)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menilai tindakan keperawatan yang telah disusun, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan, apakah telah tercapai atau
tidak.

IX. Discharge Planning


1. Ajarkan pada orangtua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping
2. Ajarkan pada orang tua untuk memantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan gejalanya.

Referensi
Suariadi& Yuliana, Rita. 2010, Asuhan Keperawatan Pada Anak: Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto

Yulita, A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kausu Meningitis Di Ruang Rawat Anak Irna Kebidanan Dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Keperawatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Rida,H.N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai