Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan
medula spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua kelompok
umur, kelompok umur yang paling rawan adalah anak- anak usia balita dan orang tua
(Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi pada
anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada rentang usia 6
sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka morbiditas tertinggi adalah dari lahir
sampai 4 tahun (Betz & Sowden, 2009 (Trisnawati & Alfinia, 2017).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di obati
secara dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan gangguan memori
juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak
responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat terjadi yang merupakan akibat dari
area iritabilitas di otak. ICP (Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan
pembengkakan di otak atau hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup
penurunan tingkat kesadaran dan defisit motorik local.
Anak dengan meningitis bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-
6,9% tipe sensorineural permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada
anak yang telah sakit selama 24 jam (Anurogo, 2014). Infeksi fulminan akut terjadi
pada sekitar 10 % pasien meningitis meningokokus yang memunculkan tanda-tanda
septikemia yang berlebihan. Awitan demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah
dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi intravaskular diseminata (DIC) terjadi
secara mendadak, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam setelah awitan infeksi
(Brunner & Suddart 2013).
Data World Health Organization (WHO) 2015), melaporkan bahwa Pada
tahun 2014 di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan jumlah
kematian sebanyak 1.304 jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
A. Definisi Meningitis
Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membran (selaput) yang
mengelilingi otak dan medula spinalis penyebab meningitis meliputi
bakteri,piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokos, pneumokokos, dan basil influenza. Kedua yaitu virus yang
disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat berariasi, yang ke tiga adalah
organisme jamur (Juliana, 2015).

Gambar 2.1 Meningen normal dan meningitis


B. Etiologi
1) Bakteri : mycbakterium tuberculosa, diplococus pneumoniae
(pneumokok), neisseria meningitis (meningokok), streptococus
haemolyticuss, staphylococus aureus.

mycbakterium tuberculosa diplococus pneumonia neisseria meningitis

streptococus haemolyticuss staphylococus aureus

2) Virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia

toxoplasma gondhii ricketsia

3) Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada wanita
4) Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin
6) Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan.

C. Manifestasi
Tanda-tanda meningitis secara khas meliputi:
1. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
1) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
2) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha
dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.
3) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan
yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda
perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan
pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal.
g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda
koagulopati intravaskuler diseminata. (Juliana, 2015)
D. Patofisiologi
Infeksi menyebar secara vaskular dari fokus infeksi dke tempat lain.
Misalnya organisme dari nasopharynk menyerang pembuluh darah yang
mendasari menyeberangi BBB, dan berkembang biak dalam CSF. Invasi dengan
ekstensi langsung dari infeksi di paranasal dan sinus matoid. Organisme juga bisa
masuk dengan implantasi langsung setelah ada luka tembus, fraktur tengkorak
yang menyebabkan pembukaan ke dalam kulit atau sinus, pungsi lumbal atau
prosedur bedah, kelainan anatomi seperti spina bifida, atau benda asing sebagai
shunt ventrikel internal atau perangkat ventrikular eksternal . Setelah tertanam,
organisme menyebar ke CSF, dimana infeksi menyebar ke seluruh ruang
subarachnoid. Proses infeksi seperti yang terlihat pada infeksi bakteri: akumulasi
sel radang eksudasi darah putih, dan berbagai tingkat kerusakan jaringan. Otak
menjadi hyperemic dan edema, dan seluruh permukaan otak ditutupi oleh lapisan
eksudat purulen yang bervariasi dengan jenis organisme. Sebagai contoh, eksudat
meningokokus paling ditandai selama parietal, oksipital, dan daerah cerebellar;
tebal, eksudat fibrinous infeksi pneumokokus terbatas terutama pada permukaan
otak, terutama lobus interior: dan eksudat infeksi streptokokus mirip dengan yang
infeksi pneumokokus, tapi tipis. Sebagai infeksi meluas ke ventrikel, nanah tebal,
fibrin, atau perlengketan dapat menutup jalan lorong sempit dan menghalangi
aliran CSF (Juliana, 2015).
PATHWAY
Infeksi bakteri, virus

Masuk ke pembuluh darah


Masuk ke SSP

Masuk melalui luka terbuka atau nasofaring

Trombo emboli

Emboli terlepas ke pembuluh darah

Menyebar ke CSS

Peningkatan tekanan intrakranial

Reaksi local pada meningen

Meningitis
Bakteri masuk ke meningen

Respon inflamasi pada meningen

Proses inflamasi Akumulasi secret (eksudat) Kerusakan neurologis

Aktivasi interleukin 1 di Peningkatan komponen darah di serebral CO2 meningkat


hipotalamus

Peningkatan viskositas darah Permeabilitas vascular pada


Pengeluaran prostaglandin serebri

Penurunan perfusi jaringan serebral


Transudasi cairan
Peningkatan kerja thermostat

Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif


Edema serebri
Peningkatan suhu tubuh

Volume tekanan otak meningkat


Hipertensi

Nyeri akut Sakit kepala Tekanan intra kranial


E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis (Juliana, 2015) antara lain :
1. Hidrosefalus
2. Infark serebral
3. Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit dan kelenjar
adrenal
4. Defisit saraf kranial
5. Ensefalitis
6. Abses otak
7. Kerusakan visual
8. Deficit intelektual
9. Kejang
10. Endokarditis
11. Pneumonia
12. Gangguan pembekuan darah
13. Syok septic
14. Efusi subdural
15. Demam yang memanjang
16. Peningkatan intrakranial
F. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi antimikroba : antibiotic yang diberikan didasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intra vena.
2) Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah
kelebihan. Cairan yang dapat menyebabkan edema.
3) Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural(pada bayi).
4) Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepilepsi
5) Mempertahankan ventilasi
6) Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
7) Penatalaksanaan syok bacterial
8) Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
9) Memperbaiki anemia
Hasil yang baik tergantung pada identifikasi awal antibiotic yang dapat melalui
sawar darah otak kedalam ruang subarachnoid dengan konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan multiplikasi bakteri, antibiotic penicillin (misalnya ampisilin, piperacilin)
atau salah satu dari sefalosporin (misalnya ceftriaxone sodium, cefotaxime sodium) dapat
digunakan. Vankomisin hidroklorida sendiri dalam kombinasi dengan rifampisin dapan
digunakan jika resistan terhadap bakteri di identifikasi. Dosis tinggi dari antibiotic yang
sesuai diberikan secara intravena. Deksametason telah terbukti bermanfaat sebagai terapi
tambahan dalam pengobatan meningitis bakteri akut dan meningitis dan peumokokus jika
diberikan 15 sampai 20 menit sebelum dosis pertama antibotik dan setiap 6 jam selama 4
hari berikutnya. (Suyanto, 2017)

2.2 KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
I. IDENTITAS
1. Nama : tidak terkaji
2. Tgl. Lahir : tidak terkaji
3. Usia : tidak terkaji
4. Pendidikan : tidak terkaji
5. Alamat : tidak terkaji
6. Nama Ayah/Ibu : tidak terkaji
7. Pekerjaan Ayah : tidak terkaji
8. Pekerjaan Ibu : tidak terkaji
9. Agama : tidak terkaji
10. Alamat : tidak terkaji
11. Suku / Bangsa : tidak terkaji
II.KELUHAN UTAMA
tidak terkaji
III.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Munculnya keluhan
a) Tanggal munculnya keluhan : tidak terkaji
b) Waktu munculnya keluhan (gradual / tiba-tiba) : tidak terkaji
c) Presipitasi / predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi) : tidak terkaji
2. Karakteristik
a) Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi) : tidak terkaji
b) Lokasi dan radiasi : tidak terkaji
c) Timing (terus menerus / intermiten, durasi setiap kalinya) : tidak terkaji
d) Hal-hal yang meningkatkan / menghilangkan / mengurangi keluhan : tidak terkaji
e) Gejala-gejala lain yang berhubungan : tidak terkaji
3. Masalah sejak muncul keluhan
a. Serangan mendadak berulang : tidak terkaji
1) Kejadian mendadak berulang
2) Kejadian sehari-hari
3) Kejadian periodic
b. Perkembangan (membaik, memburuk, tidak berubah) : tidak terkaji
c. Efek dari pengobatan : tidak terkaji
IV.RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Prenatal
a. Keluhan saat hamil : tidak terkaji
b. Tempat ANC : tidak terkaji
c. Kebutuhan nutrisi saat hamil : tidak terkaji
d. Usia kehamilan (preterm, aterm, post term) : tidak terkaji
e. Kesehatan saat hamil dan obat yang diminum : tidak terkaji
2. Natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)
a. Tindakan persalinan : tidak terkaji
b. Tempat bersalin : tidak terkaji
c. Obat-obatan : tidak terkaji
3. Post natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)
a. Kondisi kesehatan : tidak terkaji
b. Apgar score : tidak terkaji
c. BB lahir, PB lahir, anomaly kongenital : tidak terkaji
4. Penyakit waktu kecil (gejala, dan penanganannya) : tidak terkaji
5. Pernah dirawat di RS
a. Penyakit yang diderita : tidak terkaji
b. Respon emosional waktu dirawat : tidak terkaji
6. Obat-obat yang digunakan (pernah / sedang digunakan)
a. Nama obat dan dosis : tidak terkaji
b. Schedule, durasi : tidak terkaji
c. Alasan penggunaan : tidak terkaji
7. Allergi
a. Pernah menderita Astma, eczema : tidak terkaji
b. Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang,obat, tanaman/ produk rumah
tangga : tidak terkaji
c. Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat dan penanganannya) : tidak terkaji
d. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi) : tidak
terkaji
V. RIWAYAT KELUARGA
1. Penyakit yang pernah / sedang diderita oleh keluarga ( baik berhubungan / tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien ) : tidak terkaji
2. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi) : tidak terkaji
VI. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh anak dan alasannya : tidak terkaji
2. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan menghisap jari,
membawa gombal, ngompol) : tidak terkaji
3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak, ventilasi, letak
barang-barang) : tidak terkaji
VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosis medis : Meningitis
2. Tindakan operasi : tidak terkaji
3. Obat-obatan : tidak terkaji
4. Tindakan keperawatan : tidak terkaji
5. Hasil laboratorium : tidak terkaji
6. Data tambahan : tidak terkaji
VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
a. Status kesehatan anak sejak lahir : tidak terkaji
b. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi : tidak terkaji
c. Penyakit yang menyebabkan anak absent dari sekolah : tidak terkaji
d. Praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok, dll) : tidak terkaji
e. Kebiasaan merokok orang tua : tidak terkaji
f. Keamanan tempat bermain anak dari kendaraan : tidak terkaji
g. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan, dll) :
tidak terkaji
2. Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI / PASI , jumlah minum, kekuatan menghisap : tidak terkaji
b. Makanan yang disukai / tidak disukai : tidak terkaji
c. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan tambahan/vitamin : tidak
terkaji
d. Kebiasaan makan : tidak terkaji
e. Alat makan yang digunakan : tidak terkaji
f. BB lahir dan BB saat ini : tidak terkaji
g. Masalah di kulit (rash, lesi, dll) : tidak terkaji
h. Status nutrisi orang tua / keluarga : tidak terkaji
3. Pola eliminasi
a. Pola edefekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak) : tidak terkaji
b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi) : tidak terkaji
c. Pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah / hari, kekuatan keluarnya uin, bau,
warna ) : tidak terkaji
d. Pola eliminasi orang tua: tidak terkaji
4. Aktivitas dan pola latihan
a. Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, di mana, sabun yang digunakan ) : tidak terkaji
b. Kebersihan sehari-hari : tidak terkaji
c. Aktivitas sehari-hari (jenis permaian, lama, teman bermain, penampilan anak saat
bermain, dll) : tidak terkaji
d. Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum : tidak terkaji
e. Persepsi terhadap kekuatan ( kuat/lemah) : tidak terkaji
f. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian, dll) : tidak
terkaji
g. Aktivitas / pola latihan dan pemeliharaan anak/rumah : tidak terkaji
5. Pola istirahat tidur
a. Pola istirahat / tidur anak (jumlahnya) : tidak terkaji
b. Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia : tidak terkaji
c. Posisi tidur anak : tidak terkaji
d. Pola tidur orang tua : tidak terkaji
6. Pola kognitif – persepsi
a. Reponsive secara umum anak : tidak terkaji
b. Respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan : tidak terkaji
c. Respon untuk meraih mainan : tidak terkaji
d. Vokal suara, pola bicara kata-kata, kalimat : tidak terkaji
e. Gunakan stimulasi, bicara mainan, dsb. : tidak terkaji
f. Kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, dsb : tidak
terkaji
g. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan : lapar, haus, nyeri, tidak
nyaman : tidak terkaji
h. Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan, dsb. : tidak terkaji
i. Orang tua ksulitan membuat keputusan, judgments. : tidak terkaji
7. Persepsi diri – pola konsep diri
a. Status mood bayi / anak (irritabilitas) : tidak terkaji
b. Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi,dll Anak / bayi : : tidak terkaji
c. Banyak teman : tidak terkaji
d. Persepsi diri : tidak terkaji
e. Kesiapan / takut : tidak terkaji
f. Perspesi diri sebagai orang tua : tidak terkaji
g. Pendapat umum tentang identitas, kompetensi : tidak terkaji
8. Pola peran – hubungan
a. Struktur keluarga. : tidak terkaji
b. Masalah / stressor keluarga : tidak terkaji
c. Interaksi antara anggota keluarga dan anak. : tidak terkaji
d. Respon anak / bayi terhadap perpisahan. : tidak terkaji
e. Pola bermain : tidak terkaji
f. Peran ikatan orang tua : tidak terkaji
g. Pekerjaan / social / hubungan perkawinan : tidak terkaji
9. Seksualitas
a. Perasaan sebagai laki-laki / perempuan : tidak terkaji
b. Pertanyaan sekitar sexuality dan respon orang tua : tidak terkaji
c. Riwayat reproduksi orang tua : tidak terkaji
d. Kepuasan seksual / masalah : tidak terkaji
10. Koping – pola toleransi stress
a. Stress pada anak : tidak terkaji
b. Pola penanganan masalah, keyakinan agama : tidak terkaji
Orang tua :
c. Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya(spirituality) : tidak terkaji
d. Keyakinan : tidak terkaji
11. Nilai – pola keyakinan
a. Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen : tidak terkaji
b. Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama : tidak terkaji
Orang tua :
c. Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya(spirituality) semangat untuk masa depan :
tidak terkaji
d. Keyakinan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan : tidak terkaji
IX.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : tidak terkaji
2. Tanda-tanda vital
TD : tidak terkaji
N : tidak terkaji
RR : tidak terkaji
SB : tidak terkaji
3. Ukuran anthropometric
TB : tidak terkaji
BB : tidak terkaji
LK : tidak terkaji
4. Mata : tidak terkaji
5. Hidung : tidak terkaji
6. Mulut : tidak terkaji
7. Telinga : tidak terkaji
8. Tengkuk : tidak terkaji
9. Dada : tidak terkaji
10. Abdomen : tidak terkaji
11. Punggung : tidak terkaji
12. Genetalia : tidak terkaji
13. Ekstrimitas : tidak terkaji
14. Kulit : tidak terkaji
X.PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
(Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST untuk 0 – 6 th)
1. Kemandirian dan bergaul
2. Motorik halus
3. Kognitif dan bahasa
4. Motorik kasar
Jika usia > 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umu sbb :
1. BB lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2. Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah, masalah dengan pertumbuhan gigi
3. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
4. Perkembangan sekolah, lancer, masalah apa?
5. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
6. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, OR, dsb)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Sirkulasi
2. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Nyeri dan Kenyamanan
3. Hipertermi (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Sub kategori :Keamanan dan Proteksi
C. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI Rasional
.
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Observasi
(D.0017) (L.02014) Tekanan Intrakranial 1. Kita harus
Kategori : Fisiologis Definisi : (I.06194) mengetahui apa
Sub kategori : Sirkulasi Ketidakadekuatan aliran Tindakan penyebab
Definisi : darah serebral untuk Observasi terjadinya
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi menunjang fungsi otak. 1. Identifikasi peningkatan
darah ke otak. penyebab tekanan
Faktor Risiko: peningkatan TIK intracranial
1. Keabnormalan masa (mis. Lesi, karena jika
protrombin/atau masa gangguan tidak cepat
tromboplastin parsial metabolism, edema diobati maka
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri serebral) akan
3. Aterosklerosis aorta 2. Monitor menimbulkan
4. Diseksi arteri tanda/gejala kondisi serius
5. Fibrilasi atrium peningkatan TIK yang
6. Tumor otak (mis. Tekanan darah menyebabkan
7. Stenosis karotis meningkat, tekanan kondisi serius
8. Miksoma atrium nadi melbar, hinggga
9. Koagulopati (mis. Anemia sel bradikardia, pola mengancam
sabit) napas ireguler, nyawa.
10. Dilatasi kardiomiopati kesadaran menurun) 2. Kita harus tahu
11. Koagulasi intravascular diseminata 3. Monitor MAP apa tanda gejala
12. Embolisme (Mean Arterial TIK agar kita
13. Cedera kepala Pressure) bisa mencegah
14. Hiperkolesteronemia 4. Monitor CVP sebelum
15. Hipertensi (Central Venous tekanan TIKnya
16. Endokarditis infektif Pressure), jika meningkat dan
17. Katup prostetik mekanis perlu membahayakan
18. Stenosis mitral 5. Monitor ICP (Intra nyawa
19. Neoplasma otak Cranial Pressure), seseorang
20. Infark miokard akut jika tersedia 3. Agar tercapai
21. Sindrom sick sinus 6. Monitor CPP menurunkan
22. Penyalahgunaan zat (Cerebral Perfusion MAP di bawah
23. Terapi trombolitik Pressure) 25% dan
24. Efek samping tindakan (mis. 7. Monitor status tekanan sistolik/
Tindakan operasi bypass) pernapasan diastole/
8. Monitor intake dan normal.
output cairan 4. Untuk
Terapeutik menentukan
1. Minimalkan status volume
stimulus dengan pasien dan
menyediakan kebutuhan
lingkungan yang cairan dan
tenang untuk
2. Berikan posisi semi memeriksa
fowler adanya
3. Hindari maneuver tamponade4
valsava 5. Monitor ICP
4. Cegah terjadi atau
kejang pemantauan
5. Hindari penggunaan tekanan intra
PEEP cranial adalah
6. Hindari pemberian tes diagnostik
cairan IV hipotonik yang membantu
7. Atur ventilator agar menetukan
PaCO2 optimal apakah tekanan
8. Pertahankan suhu cairan
tubuh normal serebrospinal
Kolaborasi tinggi atau
1. Kolaborasi rendah sehingga
pemberian sedasi dapat di berikan
dan anti konvulsan, intervensi atau
jika perlu penanganan
2. Kolaborasi segera.
pemberian diuretic 6. CPP atau
osmosis, jika perlu tekanan perfusi
3. Kolaborasi serebral adalah
pemberian pelunak gradien tekanan
tinja, jika perlu bersih yang
mendorong
pengiriman
oksigen ke
jaringan otak.
Sehingga perlu
dilakukan
pemantauan
untuk
memastikan
terjadi
pengiriman
oksigen ke otak.
7. Untuk
mengetahui
perkembangan
status kesehatan
pasien dan
mencegah
komplkasi
lanjutan
8. Untuk
menentukan
keseimbangan
cairan tubuh
klien dan
menentukan
tingkat
dehidrasi klien

2. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


Kategori : Psikologis (L.08066) Observasi : Observasi :
Sub kategori : Nyeri dan Kenyamanan Definisi : 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi
Definisi : Pengalaman sensorik karakteristik, nyeri,
Pengalaman sensorik atau emosional yang atau emosional yang durasi, frekuensi, karakteristik
berkaitan dengan kerusakan jaringan berkaitan dengan kualitas, intensitas nyeri, berapa lama
aktual atau fungsional, dengan onset kerusakan jaringan nyeri. nyeri dirasakan
mendadak atau lambat dan berintensitas actual dan fungsional, 2. Identifikasi skala serta kualitas dan
ringan hingga berat yang berlangsung dengan onset mendadak nyeri intensitas nyeri
kurang dari tiga bulan. atau lambat dan 3. Identifikasi faktor yang dirasakan
Penyebab berintensitas ringan yang memperberat pasien untuk
1. Agen pencedera fisiologis(mis. hingga berat dan dan memperingan mengetahui
Inflamasi, iskemnia, neoplasma) konstan. nyeri penanganan apa
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Kriteria hasil ; Terapeutik yang akan
Terbakar, nahan kimia iritan) Setelah dilakukan 1. Berikan teknik non diberikan.
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, tindakan keperawatan farmakologi untuk 2. Dengan
amputasi, terbakar, terpotong, 3x24 jam masalah nyeri mengurangi rasa mengidentifikasi
mengangkat berat, prosedur akut teratasi dengan nyeri (mis. TENS, skala nyeri yang
oprasi, trauma, latihan fisik indicator : hipnosis, dirasakan klien,
berlebihan) 1. Keluhan nyeri akupresure, terapi dapat membantu
Gejala dan Tanda Mayor menurun dari musik, perawat dalam
Subjektif meningkat biofeedback, terapi menetapkan
1. Mengeluh nyeri menjadi sedang pijat, aromaterapi, diagnose yang
Objektif 2. Meringis teknik imajinasi mungkin untuk
1. Tampak meringis menurun dari terbimbing, diberikan kepada
2. Bersikap Protektif(mis. Waspada, meningkat kompres hangat klien
posisi menghindari nyeri) menjadi sedang atau dingin, terapi 3. Mengetahui dan
3. Gelisah 3. Sikap protektif bermain). menghindari
4. Frekuensi nadi meningkat menurun dari 2. Kontrol lingkungan faktor yang
5. Sulit tidur meningkat yang memperberat memperberat
Gejala dan Tanda Minor menjadi sedang rasa nyeri (mis. nyeri.
Subjektif 4. Gelisah menurun suhu ruangan, Terapeutik
(tidak tersedia) dari meningkat pencahayaan, 1. Agar pasien tidak
Obejektif menjadi sedang kebisingan). akan
1. Tekanan darah meningkat 5. Kesulitan tidur 3. Pertimbangkan ketergantungan
2. Pola nafas berubah menurun dari jenis dan sumber pada obat.
3. Nafsu makan berubah cukup nyeri dalam 2. Agar pasien tidak
4. Proses berpikir teganggu meningkat pemilihan strategi akan
5. Menarik diri menjadi sedang meredakan nyeri. ketergantungan
6. Berfokus pda diri sendiri 6. Menarik diri Edukasi pada obat.
7. Diaforesis menurun dari 1. Jelaskan penyebab, 3. Mencegah agar
Kondisi Klinis Terkait cukup periode, dan tidak akan timbul
1. Kondisi pembedahan meningkat pemicu nyeri. masalah lain yang
2. Cedera traumatis menjadi cukup 2. Jelaskan strategi akan di rasakan
3. Infeksi menurun meredakan nyeri. oleh pasien
4. Sindrom koroner akut 7. Berfokus pada 3. Jelaskan sehinnga tindakan
Glaukoma diri sendiri farmakologi untuk berfokus pada
menurun dari mengurangi rasa manajemen nyeri
cukup nyeri. Edukasi
meningkat Kolaborasi 1. Dengan
menjadi cukup 1. Kolaborasi mengetahui
menurun pemberian analgetik penyebab,
8. Diaforesis jika perlu periode, dan
menurun dari pemicu nyeri
meningkat maka pasien dapat
menjadi cukup mengatasi rasa
menurun nyeri sendiri.
9. Frekuensi nadi 2. Agar pasein dapat
menurun dari memilih strategi
memburuk untuk meredakan
menjadi sedang nyeri yang ia
10. Pola nafas rasakan sendiri
menurun dari sesuai
cukup keinginan dan
memburuk kenyamanannya.
menjadi cukup 3. Agar tindakan
membaik manajemen nyeri
11. Tekanan darah yang diberikan
menurun dari tepat dan sesuai
memburuk saran sehingga
menjadi sedang nyeri yang di
12. Proses berpikir rasakan akan
menurun dari teratasi.
cukup Kolaborasi
memburuk Agar pasien dapat
menjadi cukup mengetahui terapi
membaik farmakologi
(obat-obatan)
yang dapat
digunakan selain
non farmakologi
jika terapi non
farmakologi tidak
berhasil.
3. Hipertermi (D.0130) Termoregulasi SIKI Manajemen
Kategori : Lingkungan (L.14134) Manajemen Hipertermia: Hipertermia
Sub kategori :Keamanan dan Proteksi Definisi : Observasi: Observasi
Definisi : Pengaturan suhu tubuh - Identifikasi penyebab - Dengan
Suhu tubuh meningkat di atas rentang agar tetatp berada pada hipertermia mengidentifikas
normal tubuh. rentang normal. - Monitor suhu tubuh i penyebab dari
Penyebab Kriteria hasil : - Monitor kadar hipertermi
1. Dehidrasi Setelah dilakukan elektrolit perawat dapat
2. Terpapar lingkungan panas tindakan keperawatan Terapeutik : dengan mudah
3. Proses penyakit (mis. 3x24 jam malah - Sediakan lingkungan untuk
Infeksi, kanker) hipertermia teratasi yang dingin memberikan
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan indicator : Edukasi : intervensi
dengan suhu lingkungan 1. Kulit merah - Anjurkan tirah baring berdasarkan
5. Peningkatan laju membaik dari Kolaborasi : penyebabnya
metabolism cukup meningkat - Kolaborasi pemberian - Memantau suhu
6. Respon trauma menjadi cukup cairan dan elektrolit tubuh dilakukan
7. Aktivitas berlebihan menurun intravena, (jika perlu). untuk
8. Penggunaan incubator 2. Kejang membaik memastikan
Gejala dan Tanda Mayor dari cukup suhu tubuh
Subjektif meningkat pasien sudah
(tidak tersedia) menjadi cukup berada di batas
Objektif menurun normal
1. Suhu tubuh di atas nilai normal 3. Takikardi - Memonitor
Gejala dan tanda minor membaik dari kadar elektrolit
Subjektif cukup meningkat pasien
(tidak tersedia) menjadi cukup dilakukan untuk
Objektif menurun memastikan
1. Kulit merah 4. Takipnea cairan elektrolit
2. Kejang membaik dari klien tetap
3. Takikardi cukup meningkat berada pada
4. Takipnea menjadi cukup nilai normal
5. Kulit terasa hangat menurun Terapeutik
5. Suhu tubuh - Agar suhu
Kondisi klinis terkait membaik dari tubuh tidak
1. Proses infeksi cukup memburuk semakin tinggi
2. Hipertiroid menjadi cukup Edukasi
3. Stroke membaik - Untuk
4. Dehidrasi 6. Suhu kulit menghilangkan
5. Trauma membaik dari stress pada otot-
6. Prematuritas cukup memburuk otot punggung
menjadi cukup Kolaborasi
membaik. - Pemberian cairan
dan elektrolit
melalui intravena
dilakukan untuk
mengatasi
kekurangan cairan
pada pasien
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah di tetapkan, di lakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainnya.

2.3 Dampak Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia dalam Aspek Keluarga


Kebutuhan fungsional yang mungkin akan terganggu pada anak dengan meningitis
antara lain:
1) Kebutuhan rasa aman dan nyaman Kebutuhan rasa aman terganggu karena
meningitis dapat membuat anak mengalami penurunan kesadaran yang berakibat
penurunan respon terhadap rangsangan dari dalam seperti pengeluaran sekresi
trakeobronkial maupun dari luar seperti rangsangan yang berupa panas, nyeri
maupun rangsangan suara. Kondisi ini dapat berakibat anak berisiko cedera fisik
sehingga terganggu rasa amannya. Sedangkan rasa nyaman mengalami gangguan
karena anak mengalami peningkatan suhu tubuh rata-rata di atas 37,5ºC.
2) Kebutuhan oksigenasi Peningkatan sekresi trakeobronkial dan spasme otot bronkial
dapat menjadi jalan nafas sempit sehingga asupan oksigen mengalami penurunan.
Pada pengkajian ini mungkin ditemukan anak terlihat pucat sampai kebiruan
terutama di jaringan perifer. Anak juga terlihat frekuensi pernafasan meningkat
>30x/menit sebagai kompensasi pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
3) Kebutuhan cairan dan elektrolit Anak yang menderita meningitis mengalami
peningkatan rangsangan pengeluaran gastrointestinal karena penekanan pada saraf
pusat. Peningkatan rangsangan ini dapat berakibat mual dan muntah yang berakibat
proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial. Penderita dapat mengalami defisit
cairan tubuh 18 yang dapat dilihat pada pemantauan balance cairan, yaitu jumlah
cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Jumlah muntah
mungkin juga cukup banyak, dapat mencapai kurang lebih 500 cc dalam sehari. Pada
saat kesadaran yang masih baik anak yang sudah dapat berbicara dengan baik akan
mengatakan haus.
DAFTAR PUSTAKA

Juliana. 2015. Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Meningitis di Ruang Pediatric
Intensive Care Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015. Samarinda :
Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda
Suyanto. 2017. Analisa Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah pada Gangguan Sistem
Neurologi : Meningitis Tuberkulosis Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Roy di
Rumah Sakit Cipto mangunkusumo. Depok : Program pendidikan Ners Speasialis
Universitas Negeri Indonesia Depok.
Tisnawati & Alfinia. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Kasus Meningitis di Ruang
Rawat Anak Irna Kebidanan dan Anak Rsup Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Menara Ilmu,
Vol. XI, Jilid, Hal. 174-183

Anda mungkin juga menyukai