Anda di halaman 1dari 37

Makalah Maternitas II

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PERSALINAN BERISIKO

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6 (KELAS C)

1. Moh. Yahya Ibrahim (841418076)


2. Rindi Harmain (841418052)
3. Siti Nurkhalisa (841418094)
4. Ridha Mayasari Hamid (841418099)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat dibuat. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II. Tidak lupa diucapkan rasa terima kasih kepada
teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung dalam menyelesaikan makalah.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan hasil dari makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga bagi siapapun yang ingin memberikan kritik dan
saran yang membangun. Kami berharap dengan selesainnya makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Persalinan Berisiko” dapat bermanfaat.

Gorontalo, 12 April 2020

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. AKI di
Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup,
artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan,persalinan,dan nifas. Upaya penurunan AKI difokuskan pada
penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan yaitu pendarahan 28%, eklamasi 24%, infeksi 11%, komplikasi purperium 8%,
partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstertik 5%, emboli 3% dan lain-lain.
Jawa timur menduduki urutan kelima dari seluruh provinsi di Indonesia yang memiliki
jumlah kematian ibu terbanyak setelah jawa barat,jawa tengah, NTT, dan banten. Dinas
kesehatan provinsi menyebutkan kematian ibu melahirkan meningkat secara angka menjadi
474 kasus dari 450 kasus 2012. Kabupaten Kediri merupakan salah satu penyumbang AKI di
jawa timur yaitu sebesar 17 jiwa pada tahun 2013. Kematian ibu yang tercatat yaitu pre
eklampsia dan eklampsia 32,4%, pendarahan 8,1%, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama
2,7%, dan lain-lain 51,4%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan persalinan beresiko?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan persalinan beresiko?
3. Apa saja manifestasi klinis yang sering muncul pada persalinan beresiko?
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada persalinan beresiko?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu persalinan beresiko
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor penyebab persalinan beresiko
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari persalinan beresiko
4. Mahasiswa dapat mengetahu komplikasi yang terjadi pada persalina beresiko
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Untuk
menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk
menentuk untuk apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang meny menyebabkan dia
atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut
disebut faktor resiko) Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan persalinan dan nifas normal (Haryati N., 2012). Ibu hamil yang
mengalami gangguan medis atau masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori
risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan menjadi lebih
besar (Robson and Waugh, 2012).

2.2 Etiologi
Penyebab yang memungkinkan menyebabkan persalinan beresiko:
1. Usia
Usia yang aman untuk kehamilan dikenal juga dengan istilah reproduksi sehat
yaitu dan antara 20 hingga 30 tahun, dikatakan aman karna kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada rentang usia tersebut ternyata 2 sampai 5 kali lebih
rendah daripada kematian maternal yang terjadi di rentang usia kurang dari 20 atau pun
lebih dari 30 (Sarwono, 2012). Usia yang sudah matang akan mempengaruhi pola pikir
seorang ibu, sehinggaibu akan patuh dalam perawatan kehamilan. Ibu hamil yang
berusia 20 hingga 30 tahun telah masuk dalam rentang usia dewasa awal, dimana ibu
mulai mengalami proses kematangan emosional dan mampu menerima informasi
dengan baik serta mengambil keputusan yang tepat mengenai perilaku kesehatan seperti
manfaat perawatan payudara selama kehamilan, sehingga ibu hamil akan semakin sadar
untuk melakukan perawatan kehamilan (Prawihardjo, 2011).
Usia lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun merupakan usia yang dapat
dikatakan sebagai usia yang paling baik dalam masa kehamilan, dikarenakan pada usia
tersebut sistem reproduksi pada wanita dapat bekerja secara maksimal (Rohan, 2017).
Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan suatu
kehamilan yang mempunyai resiko tinggi yang dapat mengalami berbagai masalah
penyulit kehamilan, baik secara psikologis maupun fisiologis karena rahim dan tulang
panggul ibu serta sirkulasi darah belum berkembnag dengan sempurna dan juga di usia
lebih dari 35 tahun ibu akan mengalami penurunan kualitas pada sel telur, penuaan
organ, keaadaan rahim ibu mengalami penurunan sehingga dapat mengalami penyakit
hipertensi dan preeklampsia,diabetes persalinan lama, kelahiran dengan operasi sesarea,
serta kematian, selain itu dampak buruk bagi janin yaitu bayi dapat lahir dengan berat
badan lahir rendah, makrosomia, kelainan kromosom, serta kematian neonatal
(Lowdermik, 2013).
2. Pekerjaan
Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pola fikir
yang terbentuk, sehingga pola pikir yang baik tersebut akan membuat seseorang
semakin terbuka terhadap hal-hal baru dan mampu menerima informasi dengan baik
(Purwanto, 2011).
3. Anemia
Masalah kesehatan pada ibu yang dapat timbul akibat kelahiran prematur adalah
anemia. Anemia adalah gangguan yang paling umum dari kehamilan. Kekurangan zat
besi adalah penyebab paling umum dari anemia. Ibu dengan anemia dapat berisiko
untuk melahirkan prematur. Hal itu disebabkan karena kurangnya kadar hemoglobin
untuk mengikat oksigen yang akhirnya akan mengganggu suplai oksigen pada
metabolisme ibu (Tarwoto, 2010). Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil
adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Anemia
gizi besi terjadi karena tidak cukupnya zat gizi besi yang diserap dari makanan sehari-
hari guna pembentukan sel darah merah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan
distribusi oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme
jaringan sehingga pertumbuhan janin akan terhambat dan berakibat BBLR (Trihardiani,
2011).
Manuaba (2010) menambahkan bahaya anemia terhadap janin yaitu anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk
abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah,
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi
sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah.
4. Hipertensi
Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu
usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai
nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15
mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010).
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria (Prawirohardjo,
2013).
5. Pre-eklampsia Berat
Pre-ekalamsia berat adalah ibu hamil yang menderita hipertensi (> 160/110
mmhg) disertai proteinuria (+++) sampai ++++), edema atau kedua-keduanya,
umumnya muncul saat kehamilan minggu ke-20 hingga 24 jam post partum
(Wiknjosastro, 2010).
6. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011: 187). Klasifikasi perdarahan antepartum adalah:
a. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari ostium uteri
internum sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan Eka,
2013). Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terdai pada kehamilan
diatas 28 minggu (Manuaba, 2014).
b. Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal
terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya di hitung sejak
kehamilan 28 minggu (Mochtar, 2011).
c. Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada didalam selaput
ketuban dan melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke dalam
insersinya di tali pusat.Perdarahan terjadi bila selaput ketuban yang melewati
pembukaan serviks robek atau pecah dan vaskular janinpun ikut terputus
7. Penyebab Lain
a. Ibu hamil yang menderita asma lebih berisiko untuk melahirkan dengan
kondisi prematur, neonatus dengan BBLR, dan komplikasi seperti pre-
eklampsia terutama jika asma tidak ditangani secara aktif (Robson and Waugh,
2012).
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan ibu punya waktu singkat
dalam pemulihan kondisinya. Jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia
karena cadangan zat besi yang belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan
janin yang dikandung. Anemia saat kehamilan akan beresiko terjadinya BBLR
karena nutrisi janin yang diperoleh dari ibu tidak maksimal.Jarak kelahiran
terlalu pendek atau kurang dari 2 tahun akan sangat berbahaya, karena organ-
organ reproduksi belum kembali ke kondisi semula. Selain, kondisi energi,
fisik ibu juga belum memungkinkan untuk menerima kehamilan berikutnya.
Keadaan gizi ibu yang belum prima ini membuat gizi janinnya juga sedikit,
hingga pertumbuhan janinnya tak memadai yang dikenal dengan istilah
pertumbuhan janin terhambat (PJT) (Manuaba, 2010).

2.3 Patofisiologi
Terdapat empat teori mekanisme persalinan prematur mengancam yaitu aktivasi poros
hypothalamus-pituitary-ovari (HPO) maternal, fetal, inflamasi atau infeksi, perdarahan
desidua atau thrombosis dan distensi uterus patologis. Teori pengeluaran hormon
progesteron dimana semakin mendekati proses persalinan sumbu adrenal janin menjadi lebih
sensitif terhadap hormonandrenal kortikotropik sehingga meningkatkan sekresi kortisol,
kortisol janin tersebut akan merangsang aktivasi 17-α-hidroksilase plasenta sehingga
mengurangi sekresi progesteron dan meningkatkan hormon estrogen, ketidakseimbangan
hormon tersebut menyebabkan keluarnya hormon prostaglandin yang memicu serangkaian
proses persalinan. (Cunningham, 2013).
Infeksi intrauterin menyebabkan persalinan prematur akibat dari aktivasi sistem imun
bawaan, maka mikroorganisme melepaskan sitokin inflamasi seperti interleukin-1 dan tumor
nekrosis factor (TNF) yang kemudian merangsang produksi prostaglandin yang merangsang
kontraksi Rahim dan matrix-degrading enzyme yang berada di ekstraseluler pada membran
janin menyebabkan pecahketuban dini. (Cunningham, 2013).
Infeksi korioamnionitis diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban pecah
dini dan persalinan prematur. Perjalanan infeksi ini diawali dengan pengeluaran produk
aktivasi fofolipase-A2 yang melepas bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin,
sehingga asam arakhidonat bebas meningkat untuk sekresi prostaglandin. Endotoksin dalam
air ketuban akan merangsang sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin
yang dapat menginisiasi persalinan. (Prawirohardjo, 2010).
Perdarahan desidua dapat menyebabkan persalinan prematur mengancam. Lesi plasenta
dilaporkan 34% dari wanita dengan persalinan prematur mengancam di karakteristikan
sebagai kegagalan dari tranformasi fisiologi dari arteri spiralis, atherosis, dan thrombosis
arteri ibu dan janin. Diperkirakan adanya berhubungan lesivaskuler dengan persalinan
premature mengancam karena iskemi uteroplasenta. Trombin protease diperkirakan
memainkan peran utama memunculkan kontraksi dari vaskuler, intestinal, dan otot halus
miometrium serta otot polos longitudinal miometrium. (Prawirohardjo, 2010).
Faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stres kronik telah di laporkan terkait dengan
kelahiran prematur ialah neuroendokrin yang menyebabkan aktifasi prematur aksis HPA
(hypothalamic-pituitary-adrenal). Proses ini di mediasi oleh corticotrophinreleasing hormone
(CRH) dan dehydroepiandrosteron synthase (DHEA-S) melalui aktivasi aksis HPA janin dan
menstimulasi plasenta untuk mensintesis estriol dan prostaglandin sehingga menimbulkan
persalinan prematur mengancam. (Cunningham, 2013).
System
Pathway Persalinan Berisiko pernapasan Ekspansi paru
yang tidak surfaktan
Factor lain: tidak maksimal
Penyakit penyerta: adekuat
- Perdarahn anterpartum
Berusia <20 tahun - Anemia - Jarak kehamilan terlalu
Berusia >35 tahun - Hipertensi dx. Pola Napas Tidak Efektif
dekat
- Pre-eklampsia

Masuk sirkulasi
Perubahan
Vili khorialis maternal/peredaran
metabolic
darah ibu
PERSALINAN BERISIKO

Termoregulasi Kontraksi uterus Mual muntah Asam lambung


Etrogen dan tidak adekuat
progesteron
Terjadi adaptasi
dx. Nausea
suhu dari hangat ke
Antonia uteri
dingim Eksitosin

Perdarahan
Pembakaran Kadar prostaglandin Asam laktat meningkat
brown fat
Hipovolemik Anemis
Kontraksi uterus kelelahan
System termoregulasi Penurunan Hb O2
dx. Hipovolemia
mencapai batas
dx. Nyeri Akut dx. Intoleransi
maksimal
Metabolisme anaerob Aktivitas

dx. Hipotermia
2.4 Karakteristik
Menurut Muslihatun (2010) berdasarkan karakteristiknya resiko ibu hamil dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Ibu hamil resiko rendah yaitu ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik dan tidak
memiliki faktor resiko apapun pada dirinya maupun janin yang di kandungnya,
contohnya persalinan spontan dengan kehamilan prematur.
2. Ibu hamil resiko sedang yaitu ibu hamil yang memiliki satu ataupun lebih dari faktor
resiko tingkat sedang, yang nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta
mungkin akan menimbulkan kesulitan-kesulitan selama proses persalinan, contohnya
kehamilan yang masuk dalam kategori 4 terlalu.
3. Ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil yang memiliki satu ataupun lebih dari faktor
resiko tingkat tinggi, yang nantinya faktor ini akan menimbulkan komplikasi dan
mengancam keselamatan ibu dan janin selama masa kehamilan maupun persalinan.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi yang mungkin terjadi sebagai berikut:
1. Hyperemisis gravidarum
Wiknosastro (2005) dalam Rukiyah (2010) bahwa Hyperemisis gravidarum
adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil hingga dapat mempengaruhi
berat badan ibu, turgor kulit dan timbul aseton dalam urine. Hal ini juga dapat dikatakan
berat bial ibu hamil selalu muntah setiap kali minum atau makan, akibatnya tubuh
sangat lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastic, aktifitas
sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun (Hani, dkk, 2011).
2. Sakit kepala yang hebat dan menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali melupakan
ketidaknyamanan yang norma dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu
masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak ilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
mengalami penglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Hani, dkk, 2011).
3. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada permukaan
muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang
lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia (Hani,
dkk, 2011).
4. Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat berubah.
Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur
atau berbayang dan berbintik-bintik. Perubahan visual mendadak mungkin merupakan
suatu tanda pre-eklampsi (Hani, dkk, 2011).
5. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya sejak bulan kelima atau bulan keenam,
bahkan beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit tiga kali dalam periode 3
jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau istirahat dan jika ibu
makan minum dengan baik (Hani, dkk, 2011).
6. Infeksi
Vaginosis bakterial dimana pada kondisi ini flora normal yaitu dominan kuman
lactobacillus yang memproduksi hydrogen peroksida digantikan kuman anaerob
dikaitkan dengan persalinan prematur mengancam, persalinan prematur dan ketuban
pecah dini. (Cunningham, 2013). Infeksi saluran kemih pada kehamilan dapat
menimbulkan beberapa komplikasi antara lain pyelonefritis, persalinan prematur, pre-
eklampsi, korioramnionitis, ketuban pecah dini, sepsis neonatorum. Pyelonefritis dalam
kehamilan dapat berkembang menjadi sepsis pada10-20% kasus. (Jenifer, 2012).
7. Anemia
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi
dalam hati, limpa dan semua sumsum tulang. Selama masih mempunyai cukup
pesediaan besi, Hb tidak akan turun dan jika persediaan ini habis haemoglobin akan
turun dan ini akan terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan. Pada waktu janin membutuhkan
banyak zat besi, anemia akan mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkewmbangan janin janin dalam rahim, bila terjadi
anemia pengaruh terhadap hasil konsepsi adalah terjadinya persalinan prematur, cacat
bawaan, cadangan besi kurang, kematian janin dalam kandungan, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini dan mudah terjadi infeksi (Prawirohardjo, 2010).
8. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdominal tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak
normal. Nyeri abdominal yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal
ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan
lain-lain (Hani, dkk, 2011).
9. Perdarahan
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20
minggu dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012). Hipervolemi kehamilan dalam
keadaan normal meningkatkan volume darah sebesar 30-60%, atau sekitar 1000-2000
ml untuk perempuan berukuran rata-rata. Hal ini berarti bahwa pengeluaran darah dalam
rentang tersebut selama persalinan dapat ditoleransi secara fisiologis dan tanpa
menyebabkan penurunan hematokrit pascapartus yang bermakna (Gant, 2011).
10. Demam
Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria.
Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa ibu bisa menyebabkan
keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012).

2.6 Penatalaksanaan
Menurut Wulandari (2011), penatalaksanaan yang akan dilakukan bila terjadi persalinan
berisiko:
1) Lebih banyak mengunjungi dokter dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
risiko tinggi. Tekanan darah anda akan diperiksa secara teratur, dan urin anda akan dites
untuk melihat kandungan protein dalam urin (tanda preeclampsia) dan infeksi pada
saluran kencing.
2) Tes genetik mungkin dilakukan bila anda berusia diatas 35 tahun atau pernah memiliki
masalah genetik pada kehamilan sebelumnya. Dokter akan meresepkan obat-obatan yang
mungkin anda butuhkan, seperti obat diabetes, asma, atau tekanan darah tinggi.
3) Makan makanan sehat yang mengandung protein, susu dan produk olahannya, buah-
buahan, dan sayur-sayuran.
4) Minum obat-obatan, zat besi, atau vitamin yang diresepkan dokter. Jangan minum obat-
obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter.
5) Minum asam folat setiap hari. Minum asam folat sebelum dan selama masa awal
kehamilan mengurangi kemungkinan anda melahirkan bayi dengan gangguang saraf/otak
maupun cacat bawaan lainnya.
6) Ikuti instruksi dokter anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. h.Berhenti merokok
dan jauhkan diri dari asap rokok
7) Berhenti minum alkohol
8) Menjaga jarak dari orang-orang yang sedang terkena flu atau infeksi lainnya.
9) Progesterone
Progesterone dapat mencegah persalinan prematur. Injeksi 1-alpha-
hydroxprogesterone caproate menurunkan persalinan prematur berulang. Dosis 250 mg (1
mL) IM tiap minggu sampai 37 minggu atau sampai persalinan. Pemberian dimulai 16-21
minggu kemudian. (Cunningham, 2013).
10) Pemberian kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intra ventricular yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan
kurang dari 3 minggu. Obat yang diberikan adalah dexametason atau betametason.
Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadi pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah batametason 2 x12 mg/IM dengan jarak
pemberian 24 jam. Sedangkan dexametason 4x6 mg/IM dengan jarak pemberian 12 jam.
(Prawirohardjo, 2010).

2.7 Komplikasi
a. BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan atau usia gestasi yang ditimbang pada saat lahir sampai
dengan 24 jam pertama setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Proverawati, 2010;
Pudjiadi, dkk, 2010; Pantiawati, 2010). Salah satu faktor risiko kejadian BBLR adalah
ibu hamil menderita anemia. Hal ini disebabkan karena hemodelusi (volume plasma
relatif lebih banyak dibandingkan eritrosit) yang merupakan adaptasi fisiologis pada
sistem peredaran darah ibu hamil untuk memenuhi kebutuan vaskularisasi yang besar
untuk uterus dan janin. Anemia apat mengakibatkan terjadinya penurunan suplai oksigen
ke jaringan sehingga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini
mengakibatkan tingginya risiko persalinan prematur dan kelahiran BBLR (Mahayana,
dkk, 2015).
Penyebab kelahiran BBLR yang telah diketahui dapat diperbaiki dengan perawatan
pralahir yang sempurna, pengurangan faktor risiko lainnya serta pembatasan kegiatan
dapat membantu mencegah hal tersebut terulang kembali. Bila penyebab kelahiran BBLR
tidak dapat dicegah atau diperbaiki maka kelahiran BBLR dapat ditunda. Pengunduran
waktu sejenak dapat bermanfaat, dimana setiap hari tambahan nutrisi bayi yang berada
dalam uterus akan meningkatkan kesempatan untuk selamat (Maryunani, 2013).
b. Persalinan Prematur
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu, dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau
dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil (kurang dari 259 hari) sejak hari
pertama haid terakhir (Alston, 2012; Oxorn H, 2010).
c. Abortus
Abortus adalah kehamilan yang diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu pada atau
sebelum kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 500-1000 gr atau umur kehamiln kurang dari
20-28 minggu (Chandranita, 2010; Manuamba 2010; Nanny, 2011).
d. Disproporsi sefalopelvik (CPD)
CPD adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelviks yaitu ukuran pelviks
yang tidak terlalu besar untuk mengakomodasi keluarnya janin. CPD akan menyebabkan
kegagalan dalam kemajuan persalinan (Anita, 2014).
e. Kematian ibu
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi
(Rochyati, P., 2011)
2.8 Kontrasepsi dan Cara Penggunaannya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kontrasepsi berarti cara untuk
mencegah kehamilan. Motode kontrasepsi sendiri ada dua, yaitu kontrasepsi tradisional
(alami) dan kontrasepsi modern. Berikut beberapa jenis alat kontrasepsi dan efek
sampingnya.
1. Kontrasepsi Tradisional
Kontrasepsi tradisional adalah cara mencegah kehamilan dengan cara alami tanpa
adanya intervensi dari luar. Kontrasepsi tradisional ada beberapa jenis, yaitu.
a. Senggama Terputus (Coitus Interruptus)
Senggama terputus atau coitus interruptus adalah salah satu cara alami yang bisa
dilakukan. Caranya dengan menarik penis keluar dari vagina pasangannya lalu
berejakulasi diluar vagina dan menjauhkan cairan semen yang keluar dari vagina.
Menurut laman resmi World Health Organization (WHO) mencoba untuk menjaga
sperma tidak masuk vagina bisa efektif mencegah kehamilan dan pembuahan hingga
98 persen. Sayangnya kontrasepsi jenis ini sangat beresiko karena tepat waktu dalam
menarik penis dari vagina sebelum ejakulasi bukanlah hal mudah. Sehingga sering
kali ejakulasi sudah terjadi dalam vagina baru penis ditarik.
b. Metode Kalender
Metode kalender atau metode ritme adalah jenis kontrasepsi dengan memantau
pola siklus menstruasi perempuan selama 6 bulan terakhir. Cara menghitung masa
subur perempuan adalah memantau pola siklus menstruasi selama 6 bulan,
mengurangi 18 dari panjang siklus terpendek (perkiraan hari subur pertama) dan
mengurangi 11 dari panjang siklus terpanjang (diperkirakan hari subur terakhir).
Biasanya masa subur adalah hari ke 8 hingga 19 dari masing-masing siklus
menstruasi 26 hingga 32 hari. Anda juga bisa menggunakan aplikasi untuk
menghitung masa subur Anda secara otomatis. Dengan metode ini perempuan bisa
mengetahui kapan ia mengalami masa subur sehingga sangat tidak disarankan untuk
melakukan hubungan seksual saat masa subur. Dilansir dari laman resmi WHO 91
persen perempuan bisa terhindar dari kehamilan tidak direncanakan dengan
menggunakan metode ini secara konsisten. Namun, cara ini bisa tidak efektif bila
terjadi ovulasi dadakan selama masa kering atau masa tidak subur. Sebab ovulasi ini
bisa menyebabkan kehamilan pada perempuan. Jika Anda memilih menggunakan
metode ini ada baiknya Anda menghindari penggunaan obat-obatan seperti
anxiolytics, antidepresan, NSAID, atau antibiotik tertentu yang dapat mempengaruhi
waktu ovulasi.
2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern adalah cara mencegah kehamilan dengan cara yang lebih
modern dengan bantuan alat atau adanya intervensi dari luar. Beberapa jenis kontrasepsi
modern antara lain.
a. Metode Amenore Laktasi (LAM)
LAM adalah kontrasepsi sementara untuk ibu yang belum mendapatkan siklus
menstruasinya lagi usai masa nifas setelah melahirkan. Syaratnya ibu harus
memberikan ASI eksklusif atau ASI penuh saat siang dan malam hari selama bayi
berusia kurang dari 6 bulan. Kontrasepsi ini mencegah pelepasan telur dari ovarium
(ovulasi). Namun bagi sebagian perempuan metode ini tidak efektif dan bisa
menyebabkan kehamilan terutama jika terjadi ovulasi mendadak karena efek
penggunaan obat tertentu. Meskipun menurut WHO metode ini efektif 98 persen
mencegah kehamilan dengan penggunaan yang benar dan konsisten.
b. Metode Basal Body Temperature (BBT)
Metode Basal Body Temperature (BBT) adalah metode yang bisa dilakukan
perempuan dengan mengukur suhu tubuhnya pada waktu yang sama setiap pagi
sebelum turun dari tempat tidur untuk mengamati kenaikan 0,2 hingga 0,5 derajat
celsius suhu tubuhnya. Metode ini bisa mencegah kehamilan dengan menghindari
hubungan seks tanpa kondom selama hari-hari masa subur. Metode ini 99 persen
efektif jika dilakukan dengan benar dan penggunaan yang konsisten. Jika BBT telah
meningkat dan tetap lebih tinggi selama 3 hari penuh, maka ovulasi telah terjadi dan
masa subur telah berlalu. Seks dapat dilanjutkan pada hari ke-4 sampai menstruasi
bulanan berikutnya.
c. Metode TwoDay
TwoDay adalah cara yang dilakukan perempuan untuk melacak masa subur
mereka dengan mengamati keberadaan lendir serviks (jika ada jenis warna atau
konsistensi). Metode ini mencegah kehamilan dengan menghindari hubungan seks
tanpa kondom selama masa subur, menurut WHO metode ini 96 persen mencegah
kehamilan asal dilakukan dengan benar dan konsisten. Namun metode ini sulit
digunakan jika seorang perempuan memiliki infeksi vagina atau kondisi lain yang
mengubah lendir serviks.
d. Metode Sympto-thermal
Metode Sympto-thermal adalah cara perempuan melacak masa subur mereka
dengan mengamati perubahan lendir serviks (tekstur bening), suhu tubuh (sedikit
meningkat) dan konsistensi serviks (pelunakan). Biasanya saat perempuan
memasuki masa subur maka cairan yang keluar dari vagina akan berwarna bening
dan lebih elastis. Menurut WHO metode ini 98 persen bisa mencegah kehamilan
dengan menghindari hubungan seks tanpa kondom selama masa subur. Namun
metode ini harus digunakan dengan hati-hati setelah aborsi dan dalam kondisi yang
dapat meningkatkan suhu tubuh.
e. Kondom
Kondom memiliki dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan kondom perempuan.
Kondom laki-laki Kondom laki-laki adalah jenis kondom yang digunakan oleh laki-
laki dipenisnya. Kondom laki-laki digunakan saat penis sudah ereksi dan sebelum
terjadi penetrasi ke vagina. Kondom perempuan Kondom perempuan adalah jenis
kondom yang digunakan oleh perempuan dengan cara dimasukkan ke dalam vagina.
Kondom perempuan ini terdapat seperti bantalan di dalamnya untuk mencegah
masuknya sperma ke serviks perempuan. Kondom perempuan ini bisa digunakan
satu hingga dua jam sebelum melakukan hubungan seksual. Menurut WHO kondom
laki-laki efektif mencegah kehamilan hingga 98 persen jika digunakan dengan benar
dan konsisten. Kondom laki-laki juga efektif mencegah HIV serta penularan
penyakit seksual lainnya. Sedangkan kondom perempuan bisa mencegah kehamilan
hingga 90 persen jika digunakan secara benar.
f. Pil KB
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi yang banyak digunakan oleh perempuan
Indonesia. Pil KB merupakan jenis kontrasepsi hormonal atau bisa diartikan bahwa
dalam pil KB terdapat kandungan hormon. Melansir laman WHO pil KB ini
memiliki dua jenis yaitu pil kombinasi (COCs) yang mengandung hormon estrogen
dan progestogen. Pil KB jenis ini mencegah pelepasan sel telor dari ovarium
(ovulasi). Sedangkan jenis lainnya adalah pil KB progestogen-only (POPs) yaitu pil
KB yang hanya mengandung hormon progestogen, ini berfungsi mengental lendir
serviks untuk menghalangi sperma dan sel telur bertemu serta mencegah ovulasi. Pil
KB ini 99 persen bisa mencegah terjadinya kehamilan tidak direncanakan jika
dilakukan dengan benar dan konsisten. Penggunaan pil KB jenis ini biasanya bisa
berdampak pada perubahan hormon dan bagi sebagian perempuan bisa
menimbulkan timbulnya jerawat.
g. IUD
IUD juga merupakan jenis kontrasepsi yang banyak digunakan perempuan
Indonesia. IUD adalah kontrasepsi berbentuk T dan tidak terlalu besar yang
dimasukkan ke dalam rahim perempuan. IUD memiliki dua jenis yaitu, IUD
hormonal IUD hormonal adalah jenis IUD yang mengandung hormone progestin.
Fungsi dari IUD hormonal ini adalah untuk mencegah sperma membuahi sel telor.
IUD tembaga IUD tembaga adalah jenis IUD yang tidak mengandung hormon. IUD
tembaga ini mengandung perangkat plastik fleksibel kecil yang mengandung
selongsong tembaga atau kawat yang dimasukkan ke dalam rahim. Komponen
tembaga ini merusak sperma dan mencegahnya bertemu sel telur. Kontrasepsi IUD
ini menurut WHO efektif hingga 99 persen untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsi ini juga bisa digunakan selama beberapa tahun. Namun jika Anda
memilih menggunakan kontrasepsi jenis IUD, ada baiknya Anda rutin untuk
memeriksa dan berkonsultasi ke dokter untuk memastikan posisi IUD Anda.
f. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi jenis suntik ini lebih dikenal dengan istilah KB suntik. KB suntik
memiliki dua jenis, yaitu. KB suntik progesteron KB suntik progesteron adalah
suntikan yang mengandung hormon progesteron dan disuntikkan ke dalam otot atau
di bawah kulit setiap dua hingga tiga bulan sekali tergantung pada produk yang Anda
pilih. Suntikan KB ini berfungsi mengentalkan lendir serviks untuk menghalangi
sperma dan sel telur bertemu dan mencegah ovulasi. KB suntik ini 99 persen efektif
mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar dan konsisten. Menurut WHO KB
suntik ini berpotensi mengakibatkan penundaan kembali kesuburan perempuan
sekitar 1 hingga 4 bulan setelah digunakan dan bisa mengakibatkan menstruasi yang
tidak teratur tetapi tidak berbahaya. KB suntik kombinasi Suntikan bulanan atau
kontrasepsi suntik kombinasi (CIC) ini disuntikkan setiap bulan ke dalam otot,
mengandung estrogen dan progestogen. Suntikan ini mencegah pelepasan telur dari
ovarium (ovulasi). KB suntik jenis ini 99 efektif mencegah kehamilan bila digunakan
secara benar konsisten. Efek samping dari KB suntuk ini bisa mengakibatkan
menstruasi tidak teratur yang umum, tetapi tidak berbahaya.
g. Implan
Implan atau yang lebih dikenal dengan nama KB implan adalah kontrasepsi
berbentuk implan batang atau susuk KB atau kapsul kecil yang lentur dan diletakkan
di bawah kulit lengan atas. Implan KB ini hanya mengandung hormon progestogen
yang memiliki fungsi mengentalkan lendir serviks untuk menghalangi sperma dan sel
telur bertemu dan mencegah ovulasi. Kontrasepsi implan KB ini 99 persen efektif
mencegah kehamilan dan dapat digunakan selama 3 hingga 5 tahun tergantung pada
merk implan yang digunakan. Efek samping implan KB ini bisa menyebabkan
menstruasi yang tidak teratur tetapi tidak berbahaya.
h. Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi yang dilakukan oleh laki-laki dengan cara
sterilisasi. Vasektomi adalah kontrasepsi permanen yang memblokir atau memotong
vas deferens tabung yang membawa sperma dari testis. Vasektomi menjaga sperma
keluar bersama cairan semen saat terjadi ejakulasi. Vasektomi 99 persen efektif
mencegah kehamilan. Namun evaluasi cairan semen harus dilakukan paling tidak 3
bulan setelah pelaksanaan vasektomi untuk mengetahui apakah masih ada sperma
yang disimpan dan ikut keluar bersama cairan semen atau tidak. Vasektomi tidak
memengaruhi kinerja seksual pria, yang terpenting saat memutuskan untuk
vasektomi benar-benar merupakan pilihan sukarela dan tanpa paksaan.
i. Tubektomi
Tubektomi adalah kontrasepsi sterilisasi yang dilakukan oleh perempuan dengan
cara memblokir atau memotong tuba falopi. Tubektomi bertujuan menghalangi sel
telur agar tak bertemu sperma dan terjadi pembuahan. Tubektomi efektif 99 persen
bisa mencegah terjadinya kehamilan tidak direncanakan. Tubektomi tidak
memengaruhi kinerja seksual perempuan, yang terpenting saat memutuskan untuk
vasektomi benar-benar merupakan pilihan sukarela dan tanpa paksaan.
j. Diafragma Kontrasepsi
Diafragma adalah kontrasepsi yang berbentuk kubah serta terbuat dari silikon.
Setengah dari bagian kubah tersebut diisi dengan spermisida atau krim yang
berfungsi untuk membunuh sperma agar tidak masuk ke vagina. Cara menggunakan
alat ini adalah dengan memasukkan diafragma ke dalam vagina serta diletakkan di
atas serviks sebelum berhubungan intim.
k. Pil kontrasepsi darurat
Pil kontrasepsi darurat ini adalah obat yang diminum setelah berhubungan
seksual. Pil ini bersifat hormonal dan efektif diminum maksimal 72 jam setelah
berhubungan seksual. Sayangnya di Indonesia pil kontrasepsi darurat ini hanya bisa
dibeli dengan menggunakan resep dokter.
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ny. ...
G..., P..., A... Dengan...... Di PKM Kota Tengah

PENGKAJIAN PRENATAL
Nama Mahasiswa: Kelompok 6 Tgl. Pengkajian : Tidak terkaji
Nim : Ruangan/RS : Tidak terkaji
Tanggal masuk Rumah Sakit : Tidak terkaji

DATA UMUM KLIEN


Nama Mahasiswa : Tanggal pengkajian : Tidak terkaji
NIM : Ruangan/RS : Tidak terkaji
No. Reg : Tidak terkaji Tanggal Masuk Rumah Sakit : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Tidak terkaji

I. Data umum klien


1. Inisial klien : Tidak terkaji Inisial suami : Tidak terkaji
2. Usia : Tidak terkaji Usia : Tidak terkaji
3. Status perkawinan : Tidak terkaji Suku : Tidak terkaji

4. Pekerjaan : Tidak terkaji Pekerjaan : Tidak terkaji


5. Pendidikan terakhir : Tidak terkaji Pendidikan terakhir : Tidak terkaji
6. Suku : Tidak terkaji Agama : Tidak terkaji
7. Agama : Tidak terkaji
8. Alamat : Tidak terkaji

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu


Jenis Jenis Keadaan Bayi Masalah
No Tahun Penolong
Persalinan Kelamin waktu lahir Kehamilan
1. - - - - - -
2. - - - - - -
3. - - - - - -
4. - - - - - -
5. - - - - - -
Pengalaman menyusui ekslusif: ya/tidak Berapa lama : Tidak terkaji
Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : Tidak terkaji
2. Riwayat KB : Tidak terkaji
Riwayat Kehamilan saat ini :
HPHT: Taksiran partus:
BB sebelum hamil : Tidak terkaji TD sebelum hamil : Tidak terkaji

Letak/presentasi Usia
TD BB/TD DJJ Keluhan Data Lain
janin Gestasi

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status obstetrik : G – P – A - H - minggu
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis BB/TB : Tidak terkaji Kg/cm: Tidak terkaji

Tanda Vital
Tekanan Darah: Tidak terkaji mmHg Nadi: Tidak terkaji Suhu : - oC
Pernapasan : Tidak terkaji x/mnt
Kepala Leher
Kepala : Tidak terkaji
Mata : Tidak terkaji
Hidung : Tidak terkaji
Mulut : Tidak terkaji
Telinga : Tidak terkaji
Leher : Tidak terkaji
Masalah Khusus :-
Dada
Jantung : Tidak terkaji
Paru : Tidak terkaji
Payudara : Tidak terkaji
Puting susu : Tidak terkaji
Pengeluaran ASI : Tidak terkaji
Masalah Khusus :-
Abdomen
Uterus
TFU : - cm kontraksi : ya/tidak
Leopold I : Kepala/bokong/kosong
Leopol II : Kanan : punggung/bagian kecil/bokong/kepala
Kiri : punggung/bagian kecil/bokong/kepala
Leopold III : Kepala/bokong/kosong
Leopold IV : Bagian masuk PAP
Pigmentasi
Linea Nigra :
Striae :
Fungsi pencernaan :
Ada/tidak luka operasi:
Masalah Khusus :
Perineum dan Genital
Vagina : varises; ya/tidak
Kebersihan : Tidak terkaji
Keputihan : Tidak terkaji
Jenis/warna : Tidak terkaji konsistensi: Tidak terkaji Bau: Tidak terkaji
Hemorrhoid :
Derajat : Tidak terkaji Lokasi : Tidak terkaji
Berapa lama :. Tidak terkaji nyeri : ya/tidak
Masalah khusus: Nyeri
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema : ya/tidak
Varises: ya/tidak
Ekstremitas Bawah
Edema : ya/tidak
Varises: ya/tidak
Refleks patela : +/- jika ada :
Masalah khusus : -
Eliminasi
Urin : kebiasaan BAK Tidak terkaji
Fekal : kebiasaan BAB Tidak terkaji
Masalah khusus : -
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat Mobilisasi : Tidak terkaji
Latihan/senam : Tidak terkaji
Masalah Khusus :-
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi (frekuensi dan porsi makan jenis makanan): Tidak terkaji
Nafsu Makan : baik/kurang/tidak ada
Asupan cairan : Tidak terkaji
Masalah khusus: -
Seksualitas
Frekuensi : Tidak terkaji
Posisi : Tidak terkaji
Masalah khusus: -
Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan: Tidak terkaji
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Tidak terkaji
Penerimaan terhadap kehamilan : Tidak terkaji
Masalah khusus: -
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : Tidak terkaji
Persiapan Persalinan
 Senam Hamil
 Rencana tempat melahirkan
 Kesiapan biaya persalinan
 Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu
 Kesiapan mental ibu dan keluarga
 Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan.
 Perawatan payudara
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini : Tidak terkaji
Hasil Pemeriksaan penunjang : Tidak terkaji
Rangkuman Hasil Pengkajian
Perencanaan Kunjungan Rumah : Tidak terkaji

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia
2. Nyeri Akut
3. Pola Nafas Tidak Efektif
4. Nausea
5. Intoleransi Aktivitas
6. Hipotermia
3.3 Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Hipovolemia (D.0023) Termogulasi Manajamen Hipovolemia
Kategori: Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Sub kategori: Nutrisi dan Cairan keperawatan selama 3x24 jam maka Observasi
Definisi : status cairan pasien dapat meembaik 1. Periksa tanda dan gejala
Penurunan volume cairan intravaskuler, dengan kriteria hasil: hipovolemia
intertisiel, dan/atau intraseluler 1. Intake cairan cukup membaik 2. Monitor intake dan output cairan
Gejala dan Tanda Mayor Terapeutik
Subjektif 3. Hitung kebutuhan cairan
(tidak tersedia) 4. Berikan posisi modified
Objektif trendelenburg
1. Frekuensi nadi meningkat 5. Berikan asupan cairan oral
2. Nadi terasa lemah Edukasi
3. Tekanan darah menurun 6. Anjurkan memperbanyak asupan
4. Tekanan nadi menyempit cairan oral
5. Turgor kulit menurun 7. Anjurkan menghindari posisi
6. Membrane mukosa kering mendadak
7. Volume urin menurun Kolaborasi
8. Hematocrit meningkat 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
Gejala dan Tanda Minor isotonis (mis. Nacl, RL)
Subjektif 9. Kolaborasi pemberian IV hipotonis
1. Merasa lemah (mis. Glukosa 2,5% dan nacl 0,4%)
2. Merasa haus 10. Kolaborasi pemberian cairan koloid
Objektif (mis. Albumin, plasmanate)
1. Pengisian vena menurun 11. Kolaborasi pemberian produk darah
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
2. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Kategori : psikologis Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan keperawatan 3x24 jam masalah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Definisi nyeri akut pada klien dapat teratasi durasi,frekuensi, kualitas,
Pengalaman sensorik atau emosional dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
yang berkaitan dengan kerusakan 1. keluhan nyeri cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri
jaringan aktual atau fungsional, dengan 2. meringis cukup menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
onset mendadak atau lambat dan 3. frekuensi nadi cukup membaik verbal
berintensitas ringan hingga berat yang 4. tekanan darah cukup membaik 4. Identifikasi faktor yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. memperberat dan memperingan
Gejala dan tanda mayor nyeri
Subjektif 5. Identifikasi pengetahuan dan
1. Mengeluh nyeri keyakinan tentang nyeri
Objektif Terapeutik :
1. Tampak meringis 1. Berikan tehnik nonfarmakologis
2. Bersikap protektif (mis. untuk mengurangi rasa nyeri
Waspada, posisi menghindari ( mis. TENS, hypnosis, akupresur,
nyeri) terapi music, terapi pijat, dll)
3. Gelisah 2. Kontrol lingkungan yang
4. Frekuensi nadi meningkat memperberat rasa nyeri ( mis.
5. Sulit tidur Suhu ruangan, pencahayaan,
Gejala dan tanda minor kebisingan)
Subjektif 3. Pertimbangkan jenis das umber
(tidak tersedia) nyeri dalam pemilihan strategi
Objektif meredam nyeri
1. Tekanan darah meningkat Edukasi
2. Pola nafas berubah 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
3. Nafsu makan berubah pemicu nyeri
4. Proses berpikir terganggu 2. Jelaskan strategi meredam nyeri
5. Menarik diri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
6. Berfokus pada diri sendiri mandiri
7. Diaphoresis 4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3. Pola Nafas Tidak Efektif (D.005) Pola Nafas Manajemen Jalan Napas
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Subkategori : Respirasi keperawatan selama 3x24 jam maka Observasi
Definisi pola napas pasien dapat membaik 1. Monitor pola napas (frekuensi,
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak dengan kedalaman, usaha napas)
memberikan ventilasi adekuat kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
Gejala dan tanda mayor 1. Dispnea yang tadinya (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
Subjektif meningkat menjadi menurun ronkhi kering)
1. Dyspnea 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
objektif aroma)
1. Penggunaan otot bantu Terapeutik
pernafasan 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Fase ekspirasi memanjang dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
3. Pola nafas abnormal (mis. thrust jika curiga trauma servikal)
Takipnea, bradipnea, 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- 6. Berikan minum hangat
stokes) 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor 8. Lakukan penghisapan lender
Subjektif kurang dari 15 detik
1. Ortopnea 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
objektif penghisapan endotrakeal
1. Pernafasan pursed-lip 10. Keluarkan sumbatan benda padat
2. Pernafasan cuping hidung dengan forsep mcgill
3. Diameter thoraks anterior- 11. Berikan oksigen, jika perlu
posterior meningkat Edukasi
4. Ventilasi semenit mungkin 12. Anjurkan asupan cairan 2000
5. Kapasitas vital menurun ml/hari, jika tidak kontraindikasi
6. Tekanan ekspirasi menurun 13. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Tekanan inspirasi menurun Kolaborasi
8. Ekskursi dada menurun 14. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

4. Nausea (D.0076) Tingkat nausea Manajemen mual


Kategori: Psikologis Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan keperawatan 3x24 jam masalah Observasi
Definisi nausea pada klien dapat teratasi 1. Identifikasi pengalaman mual
Perasaan tidak nyaman pada bagian dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi dampak mual terhadap
belakang tenggorokan atau lambung 1. Perasaan ingin muntah (cukup kualitas hidup
yang dapat mengakibatkan muntah menurun) 3. Identifikasi factor penyebab mual
Gejala dan Tanda Mayor 4. Monitor mual
Subjektif 5. Monitor asupam nutrisi dan kalori
1. Mengeluh mual Terapeutik
2. Merasa ingin muntah 6. Kendalikan factor lingkungan
3. Tidak berminat makan penyebab mual
Objektif 7. Kurangi atau hilangkan keadaan
(Tidak Tersedia) penyebab mual
Gejala dan Tanda Minor 8. Berikan makanan dingin, cairan
Subjektif bening, tidak berbau dan tidak
1. Merasa asam di mulut berwarna
2. Sensasi panas atau dingin Edukasi
3. Sering menelan 9. Anjurkan istirahat dan tidur yang
Objektif cukup
1. Saliva meningkat
2. Pucat
3. Diaforosis
4. Takikardi
5. Pupil dilatasi
5. Intoleransi Aktifitas Toleransi aktivitas Manajemen energi
Kategori: Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Subkategori: Aktifitas Sehari-hari keperawatan selama 3x24 jam maka Observasi
Definisi toleransi aktivitas pasien dapat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Ketidakcukupan energi untuk meningkat dengan yang mengakibatkan kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
Gejala dan Tanda Mayor 1. Kemudahan melakukan emosional
Subjektif aktivitas sehari-hari yang 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Mengeluh lelah cukup meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidakyamanan
Objektif 2. Keluhan lelah menurun selama melakukan aktivitas
1. frekuensi jantung meningkat 3. Perasaan lemah menurun Terapeutik
>20% dari kondisi istrahat 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
Gejala dan Tanda Minor rendah stimulus (mis. Cahaya,
Subjektif suara, kunjungan)
1. Dispnea saat atau setelah 6. Lakukan latihan rentang gera pasif
aktivitas dan/atau aktif
2. Merasa tidak nyaman setelah 7. Berikan aktivitas distraksi yang
beraktivitas menenangkan
3. Merasa lemah 8. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
Objektif jika tidak dapat berpindah atau
1. Tekanan darah berubah >20% berjalan
dari kondisi istrahat Edukasi
2. Gambaran EKG menunjukkan 9. Anjurkan tirah baring
aritmia saat atau setelah aktivitas 10. Anjurkan melakukan aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan secara bertahap
iskemia 11. Anjurkan menghuungi perawat jika
4. Sianosis tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan

6. Hipotermia (D.0131) Termogulasi Manajemen hipotermia


Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Subkategori : Keamanan dan Proteks keperawatan selama 3x24 jam maka Observasi
i termogulasi pasien dapat meembaik 1. Monitor suhu tubuh
Definisi dengan 2. Identifikasi penyebab hipotermia
Suhu tubuh berada dibawah rentang kriteria hasil: (mis. Terpapar suhu lingkungan
normal tubuh 2. Suhu tubuh yang tadinya rendah, pakaian tipis, kerusakan
Gejala dan Tanda Mayor memburuk menjadi hipotalamus, penurunan laju
Subjektif membaik metabolism, kekurangan lemak
(tidak tersedia) 3. Tekanan darah yang subkutan)
Objektif tadinya memburuk mejadi 3. Monitor tanda dan gejala akibat
1. Kulit teraba dingin membaik hipotermia (hipotermia ringan :
2. Menggigil takipnea, disartria, menggigil,
3. Suhu tubuh di bawah nilai hipertensi, dieresis; hipotermia
normal sedang : aritmia, hipotensi, apatis,
Gejala dan Tanda Minor koagulopati, refleks menurun;
Subjektif hipotermia berat oliguria, refleks
(tidak tersedia) menghilang, edema paru, asam-
Objektif basa abnormal)
1. Akrosianosis Terapeutik
2. Bradikardi 4. Sediakan lingkungan yang hangat
3. Dasar kuku sianotik (mis. Atur suhu ruangan, inkubator)
4. Hipoglikemia 5. Ganti pakaian dan/atau linen yang
5. Hipoksia basah
6. Pengisian kapiler >3 detik 6. Lakukan penghangatan pasif (mis.
7. Konsumsi oksigen meningkat Selimut, menutup kepala, pakaian
8. Ventilasi menurun tebal)
9. Piloereksi 7. Lakukan penghangatan aktif
10. Takikardia eksternal (mis. Kompres hangat,
11. Vasokontriksi perifer botol hangat, selimut hangat,
12. Kutis memorata (pada neonates) perawatan metode kangguru)
8. Lakukan penghangatan aktif
internal (mis. Infus cairan hangat,
oksigen hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat)
Edukasi
9. Anjurkan makan/minum hangat
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Persalinan beresiko adalah Suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi
dapat terancam. Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian
terhadap wanita hamil untuk menentuk untuk apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri
yang meny menyebabkan dia atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian
(keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko) Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang
akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Biasanya disebabkan
oleh faktor usia, pekerjaan, anemia, hipertensi, dan lain-lain.

4. 2 Saran
Agar pembaca dan penulis bisa lebih memahami bagaimana itu persalinan beresiko serta
cara penanganan yang baik terhadap persalinan beresiko.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lochkart & Lyndon Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan, Neonatus Normal dan Patologis.
Tangerang: Binarupa Aksara
Alamsyah, E. 2012. Expanding Maternal And Neonatal Survival. Bulletin Perinatasia
Alston, E. 2012. Guidelines Breech Presentation. GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT
OF BREECH PRESENTATION
Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Cunningham, FG., et al. 2013. Williams Obstetri. Jakarta: EGC
Gant, NF., Cunningham, FG. 2011. Dasar-Dasar Ginekologi dan Obstetrik. Jakarta: EGC.
Hani, Ummi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika EGC
Haryati. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Bumi Aksara
Jenifer & Baston. 2012. Antenatal Vol. 2. Jakarta: EGC
Junaidi. 2010. Hipertensi, Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta: BIP Kelompok
Gramedia
Lowdermik, Deitra Leonard., Perry, Shannon E., and Cashion, Kitty. 2013. Keperawatan
Maternitas Ed. 8 (Penerjemah: Felicia S &Anesia T). Elsevier: Singapore
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Ed 2.
Jakarta: ECG
Mahayana, dkk. 2015. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di RSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3): 664-73
Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info
Medika
Nanny. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Nurhayati, Aprina & Anita, Bustani. 2012 Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Oxorn, Harry dan WilliamR. Forte. 2010. Ilmu kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
Pudjiadi, dkk, 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
Purwanto. 2011. Hubungan pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia. KTI Kebidanan.
Malang: UIN Maliki Malang
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Proverawati. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans InfoMedia
Robson, E.S., and Waugh, J. 2012. Medical Disorders in Pregnancy: a Manual for Midwives
(Penerjemah: Devi Yulianti). Jakarta: EGC
Rochyati, 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil Ed. 2. Airlangga University Press
Rohan, Hasdianah Hasan. 2017. Buku Kesehatan Reproduksi. Malang: Intimedia
Tarwoto. 2010. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan. Jakarta:
Trans Info Media
Trihardiani. 2011. Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur
Dan Utara Tahun 2009. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogjakarta: Gosyen Publishing
Winkjosastro. 2010. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai