Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL

KRONIK

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah

DOSEN: Evelin Malinti, MSN

Disususn Oleh:
Natania
NIM: 2053052

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021
I. Pengertian

Menurut Smeltzer & Bare dalam Sumaa (2019) gagal ginjal kronis merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
terjadi Retensi uremia dan sampah nitrogen lain dalam darah.

Menurut Black& Hawk dalam Darmawan (2019) Cronic Kidney Disease (CKD)
adalah sutau proses penyakit yang disebabkan oleh beberapa penyebab yang
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversible dan progresif dimana
kemampuan tubuh mengalami kegagalan untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia.

II. Klasifikasi

Stadium Laju Filtrasi Glomerulus Deskripsi


(m.menit/ 1.73 m2)
Kerusakan ginjal dengan normal atau meningkat
1 ≥90 asimtomatik; BUN dan reatinin.
Penurunan ringan GFR Asimtomatik, kemungkinan
2 60-89 hipertensi; pemeriksaan darahbiasanya dalam batas normal.
Penurunan sedang GFR Hipertensi; kemungkinan anemia
3 30-59 dan keletihan, anoreksia, kemungkinan malnutrisi, nyeri
tulang; kenaikan ringan BUN dan kreatinin serum.
Penurunan berat GFR Hipertensi, anemia, malnutrisi,
4 15-29 erubahan metabolisme tulang; edema, asidosis metabolic
hiperkalsemia; kemungkinan uremia; azotemia.
Penyakit ginjal stadium akhir .Gagal ginjal dengan azotemia
5 < 15 (or dyalisis) dan uremia nyata.

III. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosi
maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
a. Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomaly
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
IV. Manifestasi Klinis
1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia

1) Retensi toksik uremia: hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa saluran cerna,
gangguan pembekuan masa hidup eritrosit memendek, bilirubin serum meningkat/
normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
2) Defisiensi hormone eritropoetin: Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating
Factor) menyebabkan defisiensi hormone eritropoetin yang menyebabkan depresi
sumsum tulang belakang, menyebabkan sumsum tulang tidak mampu bereaksi
terhadap proses hemolisis/pendarahan hingga terjadi anemia normokrom
normositer
2. Kelainan saluran cerna
1) Mual, muntah, hicthcup
Dikompensasi oleh flora normal usus ammonia (NH3) menyebabkan iritasi
/rangasangan terhadap mukosa lambung dan usus.
2) Stomatitis Uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak
mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
3) Pankreatitits
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase
3. Kelainan mata
4. Kardiovaskular:
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
4) Pembesaran vena jugularis
5) Friction Rub Pericardial
5. Kelainan kulit
1) Gatal
Terutama pada klien dengan dialysis rutin, karena toksik uremia yang kurang
terdialisis, peningkatan kadar kalium phosphor, alergi pada bahan-bahan dalam
proses HD.
2) Kering bersisik, karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea
dibawah kulit
3) Kulit mudah memar
4) Kulit kering dan bersisik
5) Rambut tipis dan kasar
6. Neuropsikiatri
7. Kelainan selaput serosa
8. Neurologi :
1) Kelemahan dan keletihan
2) Konfusi
3) Disorientasi
4) Kejang
5) Kelemahan pada tungkai
6) Rasa panas pada telapak kaki
7) Perbuahan perilaku
9. Kardiomegali
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang
serupa yang disebabkan oleh destruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan
tersesbut biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien: bila GFR menurun 5-10%
dari kedaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita Sindrom Uremik.

V. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk
akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah, akan semakin berat. (Darmawan, 2019)
VI. Pathway
VII. Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia

VIII. Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya gagal ginjal kronik,
menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK, menetapkan
gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. Pemeriksan laboratorium
meliputi pemeriksaan kreatinin dan BUN. Klirens kreatinin menunjukan penyakit
ginjal tahap akhir bila berkurang samapi 90%. Elektrolit serum menunjukkan
peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan produk fosfor-kalsium,
dengan natrium serum rendah, gas darah menunjukan asidosis metabolic,
hemoglobin dan hematokrit berada dibawah rentang normal. Kadar alkalin fosfat
mungkin tinggi bila metabolisme tulang dipengaruhi.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya
obstruksi ). Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi
ginjal. Pielografi Intra-Vena (PIV)untuk menilai system pelviokalisis dan ureter,
USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih danprostat,
EKG untuk melihat kemungkinan hipertropiventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguanelektrolit, Pemeriksaan Pielografi Retrograd dilakukan bila
dicurigai ada obstruksi yangreversibel, Pemeriksaan Foto Dada untuk melihat tanda-
tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura,
kardiomegali dan efusi perikardial.
IX. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease
(CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun (Dilakukan
pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi balance cairan, Observasi adanya odema
dan Batasi cairan yang masuk).
2. Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+
(hiperkalemia) :
1) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.
2) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan 7,35
ata serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
3. Anemia
1) Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon
eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan
pemberian Recombinant Human Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian
30-530 U per kg BB.
2) Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah
membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
3) Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan
kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti hemodialisis).
X. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Identitas Pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak terjadi pada usia 30-60
tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), pekerjaan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa
medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan denga
pasien, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluahan utama
Keluhan utama adalah hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum masuk ke
Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama
bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal pada kulit.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan
tidak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit
diabetes melitus, hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi prdisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes
melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik.
3) Pengkajian pola persepsi dan penanganan kesehatan
a. Persepsi terhadap penyakit
Bisanya persepsi pasien denganpenyakit gagal ginjal kronik mengalami
kecemasan yang tinggi. Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok,
alkohol, dan konsumsi obat-obatan.
b. Pola nutris/metabolisme
a) Pola Makan
Biasanya mengalami peningkatan berat badan dengan cepat (edema), terjadi
penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
b) Pola Minum
Pasien biasanya memiliki pola minum yang kurang dari kebutuhan tubuh akibat
ada rasa metalik tak sedap yang dirasakan pada mulut (pernapasan amonia).
c) Pola eliminasi
- BAB
Biasanya abdomen kembung, mengalami diare atau bahkan konstipasi
- BAK
Pasien biasanya mengalami penurunan frekuensi urine <400 ml/hr sampai
anuria, warna urine keruh atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat.
d) Pola aktivitas/latihan
Biasanya dalam melakukan aktivitas seperti perawatan diri dan kebersihan diri
terganggu dan membutuhkan pertolongan orang lain
e) Pola istirahat
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur seperti gelisah, adanya nyeri
panggul, sakit kepala, dan mengalami kram otot/kaki yang memburuk terjadi
ketika malam hari.
4) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat

b) Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana


dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat.

c) TTV : RR meningkat, TD meningkat

2. Kepala
a) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering sakit
kepala, kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat
c) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva
anemis dan sklera ikterik.
d) Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien bernafas
pendek.
e) Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdarahan gusi dan nafas berbau.
f) Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi
g) Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan
3. Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar
getah bening.
4. Dada/Thorak

a) Inspeksi : biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul (cepat/dalam)


b) Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : biasanya sonor
d) Auskultasi : biasanya vesikuler
5. Jantung
a) Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ruang intercostal 2 linea dekstra
sinistra
c) Perkusi : biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6. Perut/Abdomen
a) Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan
cairan, pasien tampak mual dan muntah

b) Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.

c) Perkusi : biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites

7. Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning
pekat.
8. Ekstremitas
Biasanya didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas, kram otot,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan keterbatasan
gerak sendi.
9. Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area
ekimosis pada kulit.
10. Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat
kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan proses pikir dan disorientasi.
Pasien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2018-2020), diagnosa keperawatan pas pasien dengan gagal ginjal
kronik yaitu:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas, hiperventilasi,
keletihan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan
sindrom hipoventilasi.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan asupan cairan dan kelebihan asupan natrium
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial, ketidakmampuan makan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (gatal),
program pengobatan
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gejala penyakit (pruritus/gatal)
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Ketidak efektifan pola nafas b/d Airway Management


ansietas, hiperventilasi, keletihan, nyeri,  Respiratory status : Ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
obesitas, posisi tubuh yang menghambat thrust bila perlu
 Respiratory status : Airway patency
ekspansi paru dan sindrom 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Vital sign Status 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
hipoventilasi.
nafas buatan
Kriteria Hasil : 4. Pasang mayo bila perlu
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
dengan mudah, tidak ada pursed lips) 8. Lakukan suction pada mayo
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak 9. Berikan bronkodilator bila perlu
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi 10.Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara 11.Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
nafas abnormal)
12.Monitor respirasi dan status O2
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan) Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan Electrolit and acid base balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
mekanisme regulasi, kelebihan asupan  Fluid balance 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
cairan dan kelebihan asupan natrium.  Hydration 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Kriteria Hasil : 4. Monitor vital sign
 Terbebas dari edema, efusi, anaskara 5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
 Bunyi nafas bersih, tidak ada CVP , edema, distensi vena leher, asites)
dyspneu/ortopneu 6. Kaji lokasi dan luas edema
 Terbebas dari distensi vena jugularis, 7. Monitor masukan makanan / cairan
 Memelihara tekanan vena sentral, tekanan 8. Monitor status nutrisi
kapiler paru, output jantung dan vital sign 9. Berikan diuretik sesuai interuksi
DBN 10.Kolaborasi pemberian obat
 Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau 11.Monitor berat badan
bingung 12.Monitor elektrolit
13.Monitor tanda dan gejala dari odema
3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan tubuh b/d faktor  Nutritional status: Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
biologis, faktor ekonomi, gangguan  Nutritional Status : food and Fluid Intake jumlah kalori yang dibutuhkan oleh pasien
psikososial ketidakmampuan makan,  Weight Control 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
ketidakmampuan mencerna makan, Kriteria Hasil :
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Albumin serum 4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Pre albumin serum
makanan harian.
 Hematokrit
5. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Hemoglobin
6. Monitor lingkungan selama makan
 Total iron binding capacity
7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
 Jumlah limfosit
selama jam makan
8. Monitor mual dan muntah
9. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
10. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
11. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
12. Anjurkan banyak minum
13. Pertahankan terapi IV line
14. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidak
seimbangan antara suplai dan  Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
kebutuhan oksigen.  Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
 Konservasi eneergi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelelahan
Kriteria Hasil : 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa adekuat
disertai peningkatan tekanan darah, nadi 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
dan RR emosi secara berlebihan
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap
(ADLs) secara mandiri aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
 Keseimbangan aktivitas dan istirahat diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan progran terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
5. Kerusakan integritas kulit b/d gejala Pressure Management
penyakit (pruritus/gatal)  Tissue Integrity : Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
Membranes yang longgar
 Hemodyalis akses 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Kriteria Hasil : kering
 Integritas kulit yang baik bisa 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
dipertahankan (sensasi, elastisitas, dua jam sekali
temperatur, hidrasi, pigmentasi) 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Tidak ada luka/lesi pada kulit 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
 Perfusi jaringan baik daerah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
6. Gangguan pola tidur b/d proses Kriteria Hasil: Sleep Enhancement
penyakit  Jumlah jam tidur dalam batasnormal Pola
tidur,kualitas dalam batas normal 1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
 Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat tidur
 Mampu mengidentifikasi hal-hal yang 2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
meningkatkan tidur 3. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
sebelumtidur (membaca)
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
5. Kolaburasi pemberian obat tidur

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
sebab itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yamg mempengaruhi masalah kesehatan
klien (Nursalam, 2014)
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu
asuhan keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adapatasi pada individu (Nursalam, 2014)
Referensi

Darmawan. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Chronic Kidney Disease (Ckd)
Dengan Pemberian Inovasi Intervensi Terapi Musik Di Ambun Suri Lantai Iv Achmad
Mochtarbukittinggi. Karya Tulis Ilmiah. Stikes Perintis Padang
Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional
edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Sumaa, E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. Kd Dengan Gagal Ginjal Kronik Di Ruang
Kelimutu Rsud. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang

Anda mungkin juga menyukai