Natania (1751013)
Nursing Prosses
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar dalam proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis dari keluarga melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview), studi
dokumentasi dan pemeriksaan fisik (freadman, 1998). Masalah kesehatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Berdasarkan teori gejala atau manifestasi klinis pada penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ditemukan bahwa gejala utama yang sering ditemukan adalah
demam, batuk, beringus.Dalam pengkajian didapatkan data batuk dan beringus, berdasarkan
data/kasus yang ada tidak didapat adanya kesenjangan karena tiga gejala utama pada teori
ditemukan pula pada kasus meskipun yang menonjol adalah batuk dan beringus.
2. Diagnosa
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga yang diterapkan sesuai dengan diagnose keperawatan (teori)
meliputi:1)Berpusat pada tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang
sedang dihadapi, 2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematik yang telah dipelajari
dengan pikiran yang logis, 3)Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masalah yang
ada, 4)Berkaitan dengan masalah kesehatan dan keperawatan yang didentifikasi, 5) Rencana
perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.
4. Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Setelah melakukan asuhan keperawatan keluarga selama tiga hari pada
keluarga yang mengalami penyakit ISPA, maka penulis kemudian melakukan evaluasi dari setiap
masalah dan dari hasil pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan. Adapun hasil yang
dicapai berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Masalah
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) : a. Keluarga sudah mengetahui dan mengenal
tentang penyakit ISPA dan penyebabnya. b. Keluarga sudah membawa anaknya kepuskesmas
dan diberi obat Paracetamol. 2. Masalah personal hygiene : a. Keluarga mendapatkan
pengetahuan tentang personal hygiene b. Keluarga dapat menyebutkan pengertian kesehatan dan
manfaat dari kebersihan diri c. Keluarga dapat menyebutkan dampak yang timbul bila kebersihan
diri kurang d. Kuku nampak pendek dan bersih 3. Masalah kesehatan lingkungan rumah a.
Keluarga mendapat pengetahuan tentang kesehatan lingkungan rumah b. Keluarga dapat
menyebutkan pengertian kesehatan lingkungan rumah dan berusaha selalu membersihkan
rumahnya c. Keluarga membersihkan rumahnya
NURSING PROSSES
1. Pengkajian
Pengkajian mengenai nama, usia, dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status asmatikus.
Menurut Somantri (2012), asma bronkial terjadi dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering
dijumpai pada usia dini.
Dari hasil observasi yang dilakukan serta wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang pekerja,
7 diantaranya tidak menggunakan APD (masker) pada saat bekerja, sedangkan dari hasil
wawancara para pekerja didapatkan keluhan subjektif seperti dada sesak, dan batuk-batuk saat
bekerja. Bila dilihat dari masa kerja, pekerja sudah bekerja lebih dari 5 tahun, sedangkan untuk
usia pekerja lebih dari 30 tahun.
2. Diagnose Keperawatan
Gangguan perukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan sekresi,
peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit
Penggunaan amoniak yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pernapasan bagi para
pekerja. Pekerja yang berhubungan dengan lateks akan selalu terpapar dengan zat amoniak
tersebut. Efek amoniak terhadap manusia meliputi saluran pernapasan, mata, kulit dan saluran
cerna. Cairan amoniak dapat terurai menjadi gas amoniak yang merupakan gas beracun yang
bersifat iritan. Jika terhirup gas amoniak ini akan mengakibatkan saluran bagian atas teriritasi,
oedem paru maupun infeksi paru. Gejala khas dari dampak negative ammonia dalam konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan batuk-batuk mendadak lemas serta mata terasa perih atau pedas, sesak
napas, radang mata
3. Intervensi Keperawatan
1) Frekuensi pernapasan dalam kisaran normal
2) Kemapuan untuk mengeluarkan secret
3) Suara nafas tambahan tidak ada
4) Pernapasan cuping hidung tidak ada
5) Tidak terdapat otot bantu pernapasan
Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan pilihan terakhir dalam melakukan pengendalian
risiko bahaya kerja atau risiko hazard. Penggunaan alat pelindung diri hanya berfungsi untuk
mengurangi dampak yang lebih parah. Hal itu disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk
mencegah kecelakaan, namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan
(reduce consequences) (Ramli, 2010)
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dank lien. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada klien dan berorientasi
pada hasil, fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan
yang aman dan individual dengan pendekatan multivokal.
1) Manajemen asma
2) Mengidentifikasi pemicu
3) Membandigkan status saat ini dan status sebelumnya
4) Memonitor frekuensi pernapasan
5) Inspeksi dada
6) Auskultasi suara paru
7) Menawarkan minum hangat
8) Relaksasi nafas dalam
5. Evaluasi
Sesuai dengan ketentuan pasal 14C UU Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, pengusaha
wajib menyediakan alat keselamatan secara cuma-cuma sesuai dengan sifat bahayanya. Oleh
karena itu, pemilihan jenis keselamatan harus dilakukan secara hati–hati dengan
mempertimbangkan jenis bahaya serta diperlukan sebagai pilihan trakhir (Ramli, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiarto (2014), penggunaan
APD merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya gangguan pernapasan
pada pekerja.
Refrensi : Firdausiyah,A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dan Ny.M Dengan Asma
Bronkial Yang Mengalami Masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Melati RSUD
Dr.Haryoto Lumajang. Karya Ilmiah. Universitas Lumajang
JURNAL 3- PENGARUH BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM
PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS
TANJUNGPINANG
1) Pengkajian
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalan basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam (BTA)
Puskesmas Kampung Bugis tahun 2016. Diketahui dari 24 responden hampir setengahnya
responden mulai berobat bulan 1-2 sebesar 10 responden (41,6%), hampir dari setengah responden
berumur 36-50 tahun sebesar 11 responden (45,8%), hampir seluruh responden berpendidikan dasar
sebesar 23 responden (95,8%), setengahnya responden bekerja wiraswasta sebesar 12 responden
(50%) dan seluruh responden tidak pernah dilatih batuk efektif sebesar 24 responden (100%)
2) Diagnose
Dari hasil pemeriksaan pada specimen 1 (sebelum dilatih batuk efektif), didapatkan rata-rata
volume sputum dari 24 responden 0,32 cc, sebanyak 13 responden (54,2%) tidak dapat
mengeluarkan sputum dan hanya mengeluarkan ludah. Pasien dengan batuk lama akan
menghasilkan sputum. Batuk yang sangat hebat menyebabkan spasme bronkial dan obstruksi. Lebih
jauh mengiritasi bronkus dan mengakibatkan sinkop (pingsan). Batuk hebat berulang, atau tidak
terkontrol yang tidak produktif akan sangat melelahkan dan berpotensi membahayakan.
Pembentukan sputum adalah reaksi paru-paru terhadap setiap iritan yang kambuh secara konstan
3) Intervensi
Pemberian Imunisasi BCG pada saat bayi untuk mencegah penularan penyakit TB pada masa bayi
dan anak Balita. Bagi penderita TB paru: Minumlah obat TB secara lengkap dan teratur sampai
sembuh. Terapkan prilaku hidup bersih dan sehat: dengan mengikuti cara batuk yang benar (etika
batuk) yaitu bila akan mau batuk atau bersin segera palingkan muka dari orang lain juga bila ada
makanan, tutup mulut dan hidung dengan tissue atau saputangan, buang dahak jangan di sembarang
tempat, tapi buang dahak pada tempat khusus yang berisi antiseptic dan ditutup, cuci tangan dengan
air bersih dan sabun
4) Implementasi
Caranya sebelum batuk efektif pasien posisi duduk agak membungkuk, kemudian dianjurkan minum
air hangat dan satu hari sebelumnya disarankan minum air 2 liter. Kemudian hirup napas 2 kali dan
hirupan napas ke 3 ditahan 3 detik setelah itu batukan dengan kuat 2-3 kali secara berturut-turut
kemudian napas ringan
Cara melakukan batuk efektif posisi badan agak condong kedepan, kemudian hirup napas dalam 2
kali secara perlahan-lahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut hirup napas dalam ketiga
kalinya ditahan 3 detik kemudian batukkan dengan kuat 2 atau 3 kali secara berturut turut tanpa
menghirup napas kembali selama melakukan batuk kemudian napas ringan. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar
5) Evaluasi
Berdasarkan analisa data hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh batuk efektif terhadap
pengeluaran sputum pada pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis dapat disimpulkan. Pengeluaran
sputum sebelum dilatih batuk efektif pada pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis sebagian besar
tidak dapat mengeluarkan sputum. Pengeluaran sputum sesudah dilatih batuk efektif pada pasien TB
di Puskesmas Kampung Bugis hampir seluruhnya dapat mengeluarkan sputum.