Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Fitriati & Gibran, 2021). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan
piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis (Adityoputri,
2022).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Rizky & Purnamawati, 2022).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Gunadi, 2020).

2. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
a. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa. (Rizky & Purnamawati, 2022)

3. Etiologi
a. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
b. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
c. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita
d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.Kelainan
sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan (Adityoputri, 2022).

4. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK:
a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
1) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
2) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
3) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler
diseminata (Adityoputri, 2022).
5. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala
dan pengaruh imunologis (Fitriati & Gibran, 2021).
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah
korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan
medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK (Fitriati & Gibran, 2021).
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus (Fitriati & Gibran, 2021).
6. Pathway

Sumber: (Rizky & Purnamawati, 2022)


7. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
1) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap
beberapa jenis bakteri.
2) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
b. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
c. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri )
e. Elektrolit darah : Abnormal .
f. ESR/LED : meningkat pada meningitis
g. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
h. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
i. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
(Adityoputri, 2022).

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier
darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat
atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.
a. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1) Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.
2) Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
b. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1) Sefalosporin generasi ketiga
2) Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3) Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
c. Pengobatan simtomatis:
1) Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7
mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2) Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan
volume cairan intravena (Gunadi, 2020).

9. Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
b. MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
c. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
d. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
e. Efusi subdural
f. Kejang
g. Edema dan herniasi serebral
h. Cerebral palsy
i. Gangguan mental
j. Gangguan belajar
k. Attention deficit disorder (Adityoputri, 2022).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c. Data bio-psiko-sosial
1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,
taikardi, disritmia.
3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5) Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada
laki-laki.
7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan (Rizky & Purnamawati, 2022).

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Meningitis
menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), antara lain:
a. Nyeri Akut
b. Hipertermia
c. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil menurut SLKI (2019) dan rencana tindakan menurut
SIKI (2018) antara lain:
Diagnosis Tujuan dan Kriteria
Intervensi
No Keperawatan Hasil
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
asuhan keperawatan Observasi
diharapkan tingkat 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil: intensitas nyeri
Tingkat Nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
(L.08066) 3) Identifikasi respon nyeri non
1) Keluhan nyeri verbal
menurun 4) Identifikasi faktor yang
2) Meringis menurun memperberat dan memperingan
3) Gelisah menurun nyeri
4) Bersikap protekif 5) Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah
5) Sulit tidur diberikan
menurun 6) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
7) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
8) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
9) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
10) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
11) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506)
asuhan keperawatan Observasi
diharapkan 1) Identifikasi penyebab hipotermia
termoregulasi (mis. dehidrasi, terpapar
membaik. lingkungan panas, penggunaan
Dengan kriteria hasil: inkubator)
Termoregulasi 2) Monitor suhu tubuh
(L.14134) 3) Monitor kadar elektrolit
1) Menggigil 4) Monitor haluaran urine
menurun 5) Monitor komplikasi akibat
2) Suhu tubuh hipertermia
membaik Terapeutik
3) Suhu kulit 6) Sediakan lingkungan yang dingin
membaik 7) Longgarkan atau lepaskan
pakaian
8) Basahi dan kipas permukaan
tubuh
9) Berikan cairan oral
10) Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
11) Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
12) Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
13) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
14) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, Jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Mobilitas asuhan keperawatan Observasi
Fisik diharapkan Mobilitas 1) Identifikasi adanya nyeri atau
Fisik meningkat. keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil: 2) Identifikasi toleransi fisik
Mobilitas Fisik melakukan pergerakan
(L.05042) 3) Monitor frekuensi jantung dan
1) Pergerakan tekanan darah sebelum memulai
ekstremitas mobilisasi
meningkat 4) Monitor kondisi umum selama
2) Kekuatan otot melakukan mobilisasi
meningkat Terapeutik
3) Rentang gerak 5) Fasilitasi aktivitas mobilisasi
(ROM) meningkat dengan alat bantu (misal. pagar
4) Nyeri menurun tempat tidu)
6) Fasilitasi melakukan pergerakan,
Jika perlu
Edukasi
7) Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
8) Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (misal.
duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
DAFTAR PUSTAKA

Adityoputri, C. (2022). Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterial Pada Anak. Syntax

Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia Volume 7 Nomor 10, 15571-15580.

Fitriati, D., & Gibran, I. (2021). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Meningitis Menggunakan

Metode Forward Chaining. Jurnal UMJ Volume 12 Nomor 1, 46-50.

Gunadi, E. (2020). Terapi Pada Meningitis Bakterial. rnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 2 Nomor 3, 337 – 344.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Persatuan

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Persatuan

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Persatuan

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Rizky, S., & Purnamawati, I. D. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Anak

dengan Meningitis. Buletin Kesehatan Vol.6 No.1, 112-120.

Anda mungkin juga menyukai