Temuanklinis
Uveitis anterior
Uveitis intermedia
Uveitis posterior
Penanganan uveitis
Terapi utama uveitis adalah pemberian kortikosteroid dan agen midriatik atau siklopegik.
Terapi topikal yang agresif dengan prednisolone acetate 1%. Satu atau dua tetes pada mata
yang terkena setiap 1 atau 2 jam saat terjaga, biasanya mampu mengawal peradangan
anterior. Prednisolone acetate adalah suatu suspensi dan harus dikocok selama 30-40 menit
sebelum tiap-tiap penggunaan. Homatropin 2-5%, dua sampai empat kali sehari, membantu
mencegah terbentuknya sinekia dan meredakan rasa tidak nyaman akibat spasme siliaris.
Peradangan noninfeksi intermediate, posterior, dan difus berespons baik terhadap
penyuntikan triamcinolone acetonide intraocular, 0,1 ml (4 mg), atau prednisone oral, 0,5-1,5
mg/kg/hari juga efektif. Corticosteroid-sparing agent seperti methotrexate, azathioprine,
mycophenolate mofetil, cyclocporine, tacrolimus, cyclophosphamide, atau chlorambucil
sering diperlukan pada peradangan noninfeksi bentuk berat atau kronik, terutama bila
diperlukan adanya keterlibatan sistemik. Terapi penyerta diindikasikan bagi infeksi spesifik
penyebab uveitis.
Panoftalmitis
seluruh
bola
atau
bedah,
mata
merupakan
rongga
karena
adanya
abses.
Nyeri
saat
menggerakkan Tidak
bola mata
Nyeri
Tenonitis
Ciri-ciri:
-retinoblastoma biasanya tidak disadari sampai tumbuh cukup besar untuk menimbulkan
suatu pupil putih (leukokoria), strabismus, atau peradangan.
-tumor stadium awal biasanya terlihat hanya bila dicari, misalnya pada anak dengan riwayat
heredite ratau pada kasus-kasus yang mata sebelahnya sudah terkena.
5. Retinoblastoma merupakan salah satu penyakit yang disertai dengan adanya leukokoria.
Nyatakan penyakit lain yang dapat disertai dengan leukokoria (pupil putih)
-katarak, retinopati prematuritas, vitreus primer hiperplastik persisten.
Hindari peningkatan tekanan pada mata: beritahu pasien untuk tidak menutup dan
meniup hidung, batuk, dan menggerakkan kepala dengan keras.