UVEITIS
Disusun Oleh:
Karina Utari 1102014140
Muhamad Ezar Beunghar 1102014161
Hielmy Auliya Hasyim 1102015091
Pembimbing:
dr. Tri Agus Sp.M
ANATOMI MATA
DEFINISI
• Istilah " uveitis " menunjukkan peradangan pada iris (iritis, iridocyclitis), corpus
ciliar (uveitis intermediate, cyclitis, uveitis perifer, atau planitis pars), atau
koroid (choroiditis). Uveitis dapat juga digunakan pada inflamasi retina
(retinitis), pembuluh darah retina (vaskulitis retina), dan saraf optik intraokular
(papillitis). Uveitis juga dapat terjadi sekunder pada peradangan kornea
(keratitis), sclera (scleritis), atau keduanya (Eva , Whitcher, 2007).
EPIDEMIOLOGI
Dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis dan patologisnya
Tipe Keterangan
Akut Karakteristik episodenya onset simptomatik tiba-tiba durasi < 3 bulan
Rekuren Episodenya berulang dengan periode inaktivasi tanpa terapi > 3 bulan
Kronis Berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun, onset tidak jelas asimptomatik
dengan relaps < 3 bulan setelah terapi dihentikan
c. Klasifikasi menurut etiologi, uveitis dibagi menjadi infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasit), non-
infeksi, dan idiopatik.
TATALAKSANA
Prinsip penatalaksanaan uveitis untuk menekan reaksi inflamasi, mencegah dan memperbaiki kerusakan struktur,
memperbaiki fungsi penglihatan serta menghilangkan nyeri dan fotofobia.
TATALAKSANA
• Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan. Operasi dilakukan pada
kasus uveitis yang telah tenang (teratasi) tetapi mengalami perubahan permanen akibat
komplikasi seperti katarak, glaukoma sekunder, dan ablasio retina. Kortikosteroid
diberikan 1-2 hari sebelum operasi dan steroid intraokular atau periokular dapat
diberikanpasca-operasi.
• Kekeruhan vitreus sering terjadi pada uveitis intermediet dan posterior sedangkan
neovaskularisasi diskus optik dan retina sering menimbulkan perdarahan vitreus.
• Vitrektomi ditujukan untuk memperbaiki tajam penglihatan bila kekeruhan menetap
setelah pengobatan
KOMPLIKASI
Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan
tekanan intraokuler (TIO) akut yang terjadi sekunder
akibat blok pupil (sinekia posterior), inflamasi, atau
penggunaan kortikosteroid topikal. Peningkatan TIO
dapat menyebabkan atrofi nervus optikus dan kehilangan
penglihatan permanen. Komplikasi lain meliputi corneal
band-shape keratopathy, katarak, pengerutan permukaan
makula, edema diskus optikus dan makula, edema
kornea, dan retinal detachment.
PROGNOSIS
Prognosis uveitis tergantung pada banyak hal diantaranya derajat
keparahan, lokasi, dan penyebab peradangan. Secara umum,
peradangan yang berat perlu waktu lebih lama untuk sembuh serta
lebih sering menyebabkan kerusakan intraokular dan kehilangan
penglihatan dibandingkan dengan peradangan ringan atau sedang.
Selain itu uveitis anterior cenderung lebih cepat merespon
pengobatan dibandingkan dengan uveitis intermediet, posterior
atau difus. Umumnya kasus uveitis anterior prognosisnya baik bila
di diagnosis lebih awal dan diberi pengobatan yang tepat.
Prognosis visual pada iritis kebanyakan pulih dengan baik tanpa
adanya katarak, glaukoma dan uveitis posterior. Keterlibatan
retina, koroid atau nervus optikus cenderung memberi prognosis
yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, 2010, Current approach in diagnosis and management of anterior uveitis. indian journal opftalmology
Babu, Rathinam, 2010, Intermediate Uveitis. Indian Journal of Opthalmology. 58(1) 21-27.
Emmett T. 2007. Cunningham. Uveal tract In: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors. General
Eva, P.R., and Whitcher, J.P. 2007. Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology 17th Edition. USA: McGrawHill
Ilyas S. 2007. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kanski, Jack J; Bowling B. 2011. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach, 7th edition. UK: Elveiser.
Khurana A. 2007. Comprehensive Ophtalmology 4th Edition. India: New Age International Limited Publisher.
Lang, GK., 2000. Ophthalmology: A Short Textbook. New York: Thieme. Ophthalmology 17th Ed. London: McGrawHill, 2007
Yanoff, M. and Duker, JS., 2009. Yanoff and Duker’s Ophthalmology. 3rd Edition. UK: Mosby Elsevier.
TERIMAKASIH