2.6.1 Endoftalmitis
(intraokular) yaitu, jaringan uvea dan retina yang terkait dengan terbentuknya eksudat di
oleh etiologi (infeksi dan non-infeksi), rute agen penyebab memasuki bola mata (eksogen
dan endogen) dan oleh organisme yang terlibat (bakteri, jamur, parasit dan virus).
(Safneck, 2012).
a. Endoftalmitis Infeksi
Endoftalmitis infeksi dapat terjadi secara eksogen, endogen, dan terjadi karena
infeksi sekunder yang berasal dari struktur di sekitar mata. Endophthalmitis eksogen
mengacu pada infeksi yang dihasilkan dari penetrasi bagian luar bola mata melalui
pembedahan atau trauma, atau oleh perkembangan proses inflamasi yang hebat.
Inflamasi purulen umumnya disebabkan oleh infeksi eksogen setelah cedera perforasi,
perforasi ulkus kornea yang terinfeksi atau sebagai infeksi pasca operasi setelah
operasi intraokular. Endoftalmitis endogen mungkin jarang terjadi melalui aliran darah
dari beberapa fokus yang terinfeksi dalam tubuh seperti gigi karies, septikemia
generalisata dan sepsis nifas. Pasien umumnya memiliki riwayat penyakit kronis
telah dilaporkan akibat perluasan infeksi dari selulitis orbital, tromboflebitis dan ulkus
kornea yang terinfeksi. Patogen yang paling sering menyebabkan endophthalmitis
bakteri akut adalah gram positif cocci yaitu, staphylococcus epidermidis dan
2012).
Endophthalmitis steril mengacu pada peradangan struktur dalam bola mata yang
disebabkan oleh racun / zat beracun tertentu. Itu terjadi dalam situasi berikut.
1. Endoftalmitis steril pasca operasi dapat terjadi sebagai reaksi toksik terhadap
bahan kimia yang melekat pada lensa intraokular (IOL) atau bahan kimia yang
Masquerade).
Endoftalmitis bakteri akut biasanya terjadi dalam 7 hari operasi. Gejala klinis
ditandai dengan nyeri mata yang hebat, kemerahan, lakrimasi, fotofobia, dan hilangnya
penglihatan. Tanda klinis meliputi: 1) kelopak mata menjadi merah dan bengkak, 2)
menjadi edema, berawan dan infiltrasi cincin dapat terbentuk, 4) tepi luka menjadi kuning
dan nekrotik dan luka bisa menganga pada endoftalmitis eksogen, 5) Segmen anterior
terdapat hipopion, 6) Iris, bila terlihat, menjadi edema dan berlumpur, 7) pupil
menunjukkan refleks kuning oleh karena adanya eksudat purulen di vitreous, ketika bilik
depan penuh dengan pus, iris dan pupil tidak akan terlihat, 8) terdapat eksudasi vitreous
dan kemudian massa kekuningan akan terlihat pada pupil yang berdilatasi disebut dengan
amaurotic cat’s-eye reflex, 9) tekanan intraokular akan meningkat pada fase awal namun
pada kasus yang berat, prosesus siliaris rusak dan penurunan tekanan intraokular
Tatalaksana pada endoftalmitis pasca opersi dan pasca trauma dapat diberikan injeksi
antimikroba (antibiotic atau antifungi). Intravitreal tergantung etiologi dan vitrektomi. Pada
2.6.2 Glaukoma
progresif yang menghasilkan suatu gambaran pencekungan “cupping” diskus optikus dan
gangguan lapang pandang irreversibel yang disertai dengan peningkatan tekanan
empat yaitu glaukoma primer, glaukoma sekunder, glaukoma kongenital, dan glaukoma
absolut. Glaukoma primer dibagi menjadi glaukoma primer sudut terbuka dan sudut
tertutup. Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang muncul karena ada sebab lain yang
mendasari seperti perubahan posisi lensa, infeksi seperti uveitis, dan trauma (Salmon J. F,
2018). Glaukoma tersering yang dapat menyebabkan kebutaan bilateral adalah glaukoma
mana peningkatan tekanan intraokular (TIO) secara cepat yang terjadi karena
penyumbatan aliran aqueous humor dengan penutupan sudut sempit bilik mata depan
Etiologi dari glaukoma sudut tertutup primer akut dapat dibagi menjadi: 1)
predisposisi bisa berasal dari faktor anatomis maupun faktor umum. Faktor anatomis
yang dapat menyebabkan munculnya glaukoma sudut tertutup primer akut antara lain
mata hipermetropik dengan BMD dangkal, mata dengan diafragma iris-lensa terletak
lebih anterior, mata dengan sudut BMD sempit (karena bola mata kecil dengan
diameter lensa yang relatif besar dan diameter kornea yang lebih kecil atau ukuran
corpus ciliaris yang lebih besar). Sedangkan faktor umum termasuk usia (frekuensi
lebih banyak pada usia dekade 5), jenis kelamin ( perempuan cenderung lebih banyak
dengan perbandingan perempuan: laki-laki adalah 4:1), musim, riwayat keluarga, ras,
dsb. Pada mata yang cenderung terkena glaukoma sudut tertutup, salah satu dari
faktor presipitasi dapat memicu serangan yaitu, penerangan redup, stres emosional,
dengan nyeri yang luar biasa, lingkaran cahaya (halo), dan mual muntah. Pasien
berkabut/steamy cornea, dilatasi pupil fixed, dan ciliary injection. Penting untuk
mata. Iris yang lebih terdorong ke depan akan menghasilkan bayangan pada sisi nasal
yang disebut eclipse sign. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen
konjungtiva, edema kornea, BMD dangkal, flare, cells, pupil ireguler, middilatasi,
lensa membesar dan terdorong ke depan. Kedalaman BMD dapat diukur dengan
teknik Van Herick, yakni dengan membandingkan kedalaman BMD perifer dengan
ketebalan kornea terdekat. Bila kedalaman BMD perifer kurang dari ¼ ketebalan
4. Tetes mata pilocarpine 2% segera diberikan setelah TIO sedikit turun setelah
5. Tetes mata beta blocker seperti timolol 0,5% diberikan sehari dua kali
Selain terapi medikamentosa ada pula terapi laser yang disebut Laser Iridotomi
Perifer (LPI) dan bedah insisi seperti iridektomi perifer, ekstraksi lensa,
2.6.3 Keratitis
Keratitis adalah inflamasi pada kornea yang dicirikan dengan edema kornea, infiltrasi
seluler dan kongesti siliaris. Keratitis biasanya dibagi berdasarkan topografi dan
keratitis tropik, keratitis berkaitan dengan penyakit kulit dan mukus, keratitis traumatis dan
1. Keratitis Non-Ulseratif
Keratitis non-ulseratif dapat mengenai terbatas pada lapisan epitel (superfisial)
keratitis, dsb.) dan sebagian lagi dapat mengenai seluruh ketebalan epitelium
infeksi klamidia). Lesi terbatas pada lapisan epitel biasanya sembuh tanpa
reaksi imun meluas hingga ke stroma. Pada tipe ini, epitel biasanya tetap intak
sedangkan stroma yang terkena menjadi edema. Edema dan infiltrasi seluler
atau oleh stimulus non-infektif. Pada fase awal, epitel dan stroma yang terkena
depan (hipopion). Jika inflamasi bertambah parah, ulkus di superfisial dan abses
di profundus akan bertemu dan menghasilkan slough pada stroma. Sisa kornea
yang terdiri dari lamella posterior stroma dan membran Descement kemudian
menonjol ke depan (descemetolcele) atau menjadi nekrosis dan ruptur,
Keratitis mikrobial dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, fungi, virus, atau
parasit. Tanda klinis spesisifik dari tiap penyebab tidak selalu ada, sehingga
kausatifnya.
stroma melalui defek pada sawar epitel yang terjadi karena trauma eksternal,
kornea, oleh karena itu lesi virus khas merupakan keratoconjunctivitis virus.
Infeksi virus yang umum termasuk keratitis herpes simplex, herpes zoster
2001).
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat
ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada
(sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma. Adapun gejala umum adalah
keluar air mata yang berlebihan, nyeri, penurunan tajam penglihatan, radang pada kelopak
mata (bengkak, merah), mata merah dan sensitif terhadap cahaya. Karena kornea
avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada
jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell
dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak
sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea (Vaughan,
2009).
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris
(Vaughan, 2009).
empiris dan dikelola tanpa hapusan atau kultur. Hapusan dan kultur sering membantu
dalam kasus dengan riwayat penyakit yang tidak jelas. Kultur adalah cara untuk
terhadap antibiotic. Hipopion yang terjadi di mata dengan keratitis bakteri biasanya steril,
dan pungsi akuos atau vitreous tidak perlu dilakukan kecuali ada kecurigaan yang tinggi
Biopsi kornea dapat diindikasikan jika terjadi respon yang minimal terhadap
pengobatan atau jika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan gambaran klinis yang
sangat mendukung suatu proses infeksi. Hal ini juga dapat diindikasikan jika infiltrat
terletak di pertengahan atau dalam stroma dengan jaringan atasnya tidak terlibat (Vaughan,
2009).
Khurana, A. (2007). Comprehensive ophthalmology. New Delhi: New Age International (P) Ltd.,
Publishers.
Safneck, J. (2012). Endophthalmitis: A review of recent trends. Saudi Journal of Ophthalmology, 26(2),
pp.181-189.
Salmon, J. (2019). Glaucoma. In: P. Riordan-Eva and J. Augsburger, ed., Vaughan & Asbury's General
Ophthalmology, 20th ed. New York: Mc Graw Hill Lange.