Anda di halaman 1dari 40

Askep Gangguan Sistem Penginderaan : Peradangan pada Mata

DEFENISI
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraselular/respon antigen antibodi (dr. Difa Danis, kamus istilah kedokteran , 2002)

Konjungtivitis
Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada konjungtiva oleh virus, bakteri, clamydia, alergi, trauma (sengatan matahari) (Barbara C Long, 1996) Konjungtivitis adalah inflamasi peradangan konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat, mata tampak merah sehingga sering disebut penyakit mata merah. (Brunner dan suddarth, 2001) Penyebab : bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit), Imunologis (alergi), Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat sinar ultraviolet), berhubungan dengan penyakit sistemik (Brunner dan Suddarth, 2001)

Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi 1)Hiperemia (kemerahan) 2)Cairan 3)Edema 4)Pengeluaran air mata 5)Gatal pada kornea 6)Rasa terbakar/rasa tercakar 7)Seperti terasa ada benda asing

Keratitis
Keratitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri, virus, herpes simplek, alergi, kekurangan vit. A (Barbara C Long, 1996)
Keratitis adalah peradangan pada kornea, keratitis disebabkan oleh mikrobial dan pemajanan. Keratitis Mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, jamur/parasit, serta abrasi yang sangat bisa menjadi pintu masuk bakteri. Keratitis Pemajanan adalah infeksi pada kornea yang terjadi akibat kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata kekeringan mata dapat terjadi dan kemudian diikuti ulserasi dan infeksi sekunder (Brunner dan Suddarth, 2001)

Penyebab : Organisme bakteri, Virus, Jamur atau parasit (Brunner dan Suddarth, 2001).

Manifestasi klinis dari keratitis meliputi : 1)Inflamasi bola mata yang jelas 2)Terasa benda asing di mata 3)Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun 4)Ulserasi epitel 5)Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior) 6)Dapat terjadi perforasi kornea 7)Ekstrusi iris dan endoftalmitis 8)Fotofobia 9)Mata berair 10)Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol (Brunner dan Suddarth, 2001)

Uveitis
Uveitis adalah peradangan pada uvea yang terdiri dari 3 struktur yaitu iris, badan siliar, karoid. (www.medicastore.com, 2008)
Uveitis adalah invlamasi salah satu struktur traktus uvea (iris, badan siliar dan karoid), karena uvea mengandung banyak pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada mata maka jika terjadi peradangan pada lapisan ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan. (Brunner dan Suddarth, 2001) Penyebab : Alergen, Bakteri, Jamur, Virus, Bahan kimia, Trauma, www.medicastore.com)

Manifestasi klinis dari uveitis meliputi : Anterior : 1.nyeri mata 2.fotofobia 3.lakrimasi penglihatan kabur 4.pupil kecil Posterior : 1.penurunan penglihatan 2.tidak nyaman yang ringan pada mata Gejala awal pada uveitis mungkin tidak terlalu berat. penglihatan menjadi kabur/penderita melihat bintikbintik hitam yang nelayanglayang. pada iritis biasanya timbul nyeri hebat, kemerahan pada sklera (bagian putih mata) dan fotofobia. (www.medicastore.com)

Patofisiologi
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis. Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Mata 1)Pemeriksaan tajam penglihatan 2)Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan lapang pandangan) 3)Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea) 4)Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea) 5)Pemeriksaan oftalmoskop 6)Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normalnya) (Prof.dr. H. Sidafta Ilyas, SpM , 2008)

Pengobatan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi diobati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian a.Pengkajian ketajaman mata b.Pengkajian rasa nyeri c.Kesimetrisan kelopak mata d.Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata e.Warna mata f.Kemampuan membuka dan menutup mata g.Pengkajian lapang pandang h.Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya pembengkakan 4 inflamasi ( Brunner dan Suddarth, 2001)

Diagnosa Keperawatan
Nyeri pada mata b/d edema mata, sekresi, fotofobia, peningkatan TIO atau inflamasi Gangguan penglihatan b/d kerusakan kornea Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tidak sakit b/d kurang pengetahuan, peradangan Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya Gangguan konsep diri (body image menurun) b/d adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema). Resiko tinggi cedera b/d keterbatasan penglihatan

1. Nyeri pada mata b/d edema mata, fotofobia dan inflamasi

Tujuan yang diharapkan : Keadaan nyeri pasien berkurang


Intervensi : Kaji skala nyeri yang dirasakan pasien Pantau TTV, dan edema mata Beri kompres basah hangat, Kompres basah dengan NaCL dingin Lakukan irigasi (Barbara C .Long, 1996) Anjurkan penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep (Brunner dan Suddarth, 1996)

2. Gangguan penglihatan b/d kerusakan kornea

Tujuan yang diharapkan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. Intervensi Tentukan ketajaman mata, catat apakah satu atau kedua mata terlibat Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya Anjurkan pasien untuk menggunakan kacamata bantu. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mata (Marilynn E. Doenges, 2000)

3. Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit b/d kurang pengetahuan

Tujuan yang diharapkan : Infeksi tidak menyebar ke mata Intervensi : Kaji tingkat infeksi mata Lakukan tehnik steril dalam perawatan mata Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik (Tarwoto dan Warunnah, 2003)

4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya

Tujuan yang diharapkan : Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang. Intervensi : Kaji tingkat ansietas / kecemasan. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya. Beri dukungan moril berupa doa untuk klien.

5. Gangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatan Tujuan yang diharapkan : Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri Intervensi : Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam Anjurkan individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi perasaan dengan orang lain. Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri (Lynda Jual Carpenito)

6. Resiko tinggi cedera b/d keterbatasan penglihatan.

Tujuan yang diharapkan : Cedera tidak terjadi. Intervensi : Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan. Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.

Askep Gangguan Sistem Penginderaan : Peradangan pada Telinga

ANATOMI TELINGA

OTITIS MEDIA
Pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Pembagian Otitis Media : 1. Otitis media supuratif, terdiri dari : Otitis media supuratif akut (OMA) Otitis media supuratif kronis (OMSK) 2. Otitis media non supuratif Otitis Media Serosa Akut (Barotrauma) Otitis Media Serosa Kronis

OTITIS MEDIA AKUT


Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Yang paling sering terlihat ialah : Otitis media viral akut Otitis media bakterial akut Otitis media nekrotik akut

Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus Haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.

PATOFISIOLOGI
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
Data yang muncul saat pengkajian: Sakit telinga/nyeri Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga Tinitus Perasaan penuh pada telinga Suara bergema dari suara sendiri Bunyi letupan sewaktu menguap atau menelan Vertigo, pusing, gatal pada telinga Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)

Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat Reflek kejut Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras Tipe warna 2 jumlah cairan Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning Alergi Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga Tujuan : nyeri berkurang atau hilang Intervensi: a. Kaji skala nyeri b. Pantau TTV c. Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri. d. Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri. e. Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema) f. Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik

Diagnosa Keperawatan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi Intervensi: a. Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut. b. Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme c. Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah. d. Kolaborasi pemberian antibiotik

Diagnosa Keperawatan

3. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori Tujuan : tidak terjadi injury atau perlukaan Intervensi: a. Pegang pasien atau dudukkan saat makan ; meminimalkan anak agar tidak jatuh b. Pasang restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak jatuh. c. Jaga anak saat beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh d. Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka

OTITIS MEDIA PERFORATA


Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)

ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain: Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat: Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total Perforasi membran timpani yang menetap. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis. Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

PATOFISIOLOGI

Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolaps ke dalam telinga tengah memberi gambaran otitis media atelektasis.

Pemeriksaan Penunjang
Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
Kaji riwayat infeksi telinga dan pengobatan Kaji drainage telinga, keutuhan membran timpani Kaji penurunan / tuli pendengaran Kaji daerah mastoid

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi efek pembedahan. 2. Resiko penyebaran infeksi berhubungen dengan komplikasi proses pembedahan / penyakit. 3. Gangguan persepsi sensori auditory berhubungan dengan proses penyakit dan efek pembedahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi efek pembedahan. Tujuan : Meningkatkan kenyamanan Kaji Skala nyeri Berikan tindakan untuk mengurangi nyeri Lakukan kompres dingin pada area Atur posisi nyaman Beri sedatif secara hati-hati agar dapat istirahat (kolaborasi) dan Beri analgetik

2. Resiko penyebaran infeksi berhubungen dengan komplikasi proses pembedahan / penyakit. Tujuan : Pencegahan penyebaran infeksi

1) 2) 3) 4)

Mengganti balutan pada daerah luka Observasi tanda-tanda vital Beri antibiotik yang disarankan tim medis Awasi terjadinya infeksi

3. Gangguan persepsi sensori auditory berhubungan dengan proses penyakit dan efek pembedahan. Tujuan : Monitor perubahan sensori

1) 2) 3)

Catat status pendengaran Kaji pasien yang mengalami vertigo setelah operasi Awasi keadaan yang dapat menyebabkan injury nervus facial

THANKS FOR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai