Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

1. Defenisi
Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada konjungtiva oleh virus, bakteri,
clamydia, alergi, trauma (sengatan matahari) (Barbara C Long, 1996).
Konjungtivitas adalah inflamasi peradangan konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat, mata tampak merah sehingga sering disebut
penyakit mata merah (Brunner dan suddarth, 2001).

2. Etiologi
 Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit)
 Imunologis (alergi)
 Iritatif ( bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat sinar ultraviolet )
3. Tanda dan Gejala
 Hiperemia (kemerahan)
 Cairan
 Edema
 Pengeluaran air mata
 Gatal pada kornea
 Rasa terbakar/rasa tercakar
 Seperti terasa ada benda asing
4. Penatalaksanaan / Pengobatan
Penatalaksanaan, konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi, bergantung pada
penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotik sistemik atau topikal, bahan
antiinflamasi, irigasi mata, pembersih kelopak mata, atau kompres hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata
yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan
setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah. Asuhan khusus harus dilakukan oleh
personal asuhan kesehatan untuk mengindari penyebaran konjungtivitis antar
pasien.
5. Komplikasi
Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah seringnya berupa ulkus kornea
Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah
bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea dapat
mengganggu penglihatan orang menjadi buta
Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu pengelihatan
6. Patofisiologi
Sebagian besar inflamasi mata disebabkan oleh mikroorganisme, irigasi mekanis,
atau sensitivitas terhadap suatu zat. untungnya inflamasi tersebut tidak
meninggalkan bekas yang permanen. inflamasi kornea yang berat atau ulkus
kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Komplikasi dari uveitis dapat menimbulkan perekatan, glaukoma
sekunder dan hilang penglihatan.

Sebagian besar inflamasi mata adalah tembel dan konjungstivitis. Tembel adalah
infeksi folikel bulu mata atau kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan.
Organisme orang yang sering menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini
cenderung berkumpul karena organisma infeksi menyebar dari folikel rambut yang
satu ke yang lainnya. Kebersihan yang kurang dan gangguan kosmetik yang
berlebihan dapat merugikan faktor pendukung. Orang–orang seharusnya diajarkan
untuk tidak memencet tembel karena infeksi dapat menyebar dan menyebabkan
selulitis pada kelopak mata.

Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut dan
ada yang kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak
langsung. Orang yang menyentuh matanya dengan jari akan mengkontaminasi
benda–benda seperti : handuk atau lap. Organisme penyebabnya biasanya
stafilokokus dan adenovirus.

Konjungstivitis sederhana biasanya tidak lama. Infeksi oleh Chlamydia trachomatis


menyebabkan trachoma, suatu bentuk konjungstivitis yang jarang di Amerika
Serikat. tetapi bisa menyebabkan kebutaan terutama bagi orang-orang yang hidup
didaerah kering dan pendapatannya rendah, negara-negara di mediterranean yang
panas dan timur jauh.

Trachoma timbul mengikuti konjungstivitis akut, kelopak mata menjadi berparut


dan terbentuk granulasi-granulasi di permukaan dalam kelopak dan menyebar ke
kornea yang pada akhirnya menimbulkan hilangnya penglihatan. Pemeliharaan
kebersihan penting untuk mencegah dan mengatasi trachoma. Kornea yang parut
memerlukan transplantasi kornea mata. Konjungstivitis alergi biasanya disertai
demam, kronis dan berulang-ulang. (Barbara C .Long, 1996)

Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi


dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh
karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan
kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran
lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig
A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman
pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi
konjungtiva yang disebut konjungtivitis.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Pengkajian ketajaman mata
 Pengkajian rasa nyeri
 Kesimetrisan kelopak mata
 Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
 Warna mata
 Kemampuan membuka dan menutup mata
 Pengkajian lapang pandang
 Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui
adanya pembengkakan 4 inflamasi ( Brunner dan Suddarth, 2001)
2. Analisa Data
Data focus:
 Gatal-gatal
 Nyeri (ringan sampai berat)
 Lakrimasi (mata selalu berair)
 Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang
kelopak mata)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri pada mata berhubungan dengan edema mata, sekresi, fotofobia,
peningkatan TIO atau inflamasi
b. Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea
c. Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tidak sakit berhubungan
dengan kurang pengetahuan, peradangan
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
e. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
f. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

4. Intervensi
a. Dx Keperawatan ; Nyeri pada mata berhubungan dengan edema mata,
fotofobia dan inflamasi.
Tujuan yang diharapkan : Keadaan nyeri pasien berkurang
Intervensi:
 Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan
membersihkan mata
 Kompres basah dengan NaCL dingin
Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal
yang berat
 Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan
zat-zat kimia dari mata (Barbara C .Long, 1996)
 Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman
 Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996)

b. Dx Keperawatan : Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan


kornea.
Intervensi:
 Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi
sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif, bila
bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi,
biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
 Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperatif
(Marilynn E. Doenges, 2000)
c. Dx Keperawatan : Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit
berhubungan dengan kurang pengetahuan.
Tujuan yang diharapkan:Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
( Barbara C .Long, 1996)
Intervensi:
 Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
Rasionalisasi : mencegah komplikasi
 Lakukan tehnik steril
Rasionalisasi : mencegah infeksi silang
 Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
Rasionalisasi : memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara
memproteksi diri (Tarwoto dan Warunnah, 2003)
d. Dx Keperawatan ; Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya
penglihatan.
Tujuan yang diharapkan: Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas
penampilan tentang penilaian diri
Intervensi:
 Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang
dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi,
dan emosi yang terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa
menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan
tertekan
 Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu
tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya
dengan lebih ikhlas
 Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu
dan dorong membagi perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa
percaya diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain.
 Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu
dengan kekurangan yang dimiliki (Lynda Jual Carpenito,2003)
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta ; CV. Sagung Seto

Ilyas, Sidarta. 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; Penerbit Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai