Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

DISUSUN OLEH :

Nama : Isniwati

Nim : 18.9.1.018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

TAHUN 2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Anatomi Fisiologi Mata

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang


dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah
lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks
dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.  
Organ luar
 Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
 Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
 Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.  
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
 Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber
cahaya.
 Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1
milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
 Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas
cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan
melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi
ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris
berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna
pada mata.
 Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina.
Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat
pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari
jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat
(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
 Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya
bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke
saraf optik.
 Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.

Palpebra
o Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.
o Tdd : Palpebra superior dan inferior
o Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi
oleh membran mukosa à conjunctiva.

o Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.

o sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.

o Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus
lacrimalis) dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)

LAPISAN BOLA MATA


Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan :
Tunika fibrosa :  
o Bagian posterior yang opak
o Sclera

o Bagian anterior yang transparan

o Cornea
Tunika Vasculosa Pigmentosa :  

o Choroidea
o Corpus Cilliary

o Iris dan pupil

o Tunika Nervosa :  Retina

Otot-otot penggantung bola mata

Vaskularisasi bola mata


 
 Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata :
1. Sistem arteri siliar, terdiri dari :

 Arteri siliaris anterior (9)

 Arteri siliaris posterior brevis (7)

 Arteri siliaris longus (4)

2. Sistem arteri Sentralis

 Retina (12) 

Persarafan
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf
optikus (Nervus II). Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah
retina. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visual dari retina ke otak.

Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf


okulomotoris (Nervus III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan
bola mata, membuka kelopak mata, dan mengatur konstraksi pupil mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis
yang merangsang dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer.

Sistem cairan mata - Intraokular


Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan tekanan yang
cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor
aqueous (anterior lensa), Humor vitreus (posterior lensa & retina).

Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea,
disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada
kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan
menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler.

Sirkulasi Aqueous Humor


BAB II

KONSEP MEDIS
A. Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan


pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal.
Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit), imunologis
(alergi), iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi, misalnya akibat sinar
ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit sistemik.

Konjungtivitis terbagi dalam beberapa jenis:


1.  Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan, atau zat-zat tertentu. Gigitan
serangga atau obat (Atropin dan Antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini
terjadi setelah berpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok.
2.    Konjungtivitis Infektif
Jenis konjungtivitis ini juga berhubungan dengan “pink eye” dan mudah
menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi yang padat dan
dengan standard kesehatan yang rendah.
Penyebab infeksi ini adalah Staphyloccocus Aurens.
3.    Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitas epidemika) atau dari penyakit virus
sistemik seperti mumps dan mononucleosis.
Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis.
4.    Konjungtivitis Sika
Suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya
sekresi kelenjar lakrimal.
5.    Konjungtivitis Bakteri
Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri dan mudah menular.
Penyebabnya yaitu stafilokok, streptokok, corynebacterium, diphteri
psodomones deruginosa, neisseria gonorrhoea, dan haemofilus influlenzae.

B. Etiologi Konjungtivitis

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal :


1)   Bisa bersifat infeksius
- Bakteri
- Klamida
- Virus
- Jamur
- Parasit
2)   Imunologis (alergi)
3)   Iritatif
- Bahan kimia
- Suhu
- Listrik
- Radiasi (mis. Akibat sinar ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit
sistemik. Kebanyakan konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral
menunjukkan penyebabnya toksis atau kimia

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi hiperemia (kemerahan),


cairan, edema, pengeluaran air mata, gatal, rasa terbakar atau rasa “tercakar”
atau benda asing.

D. Patofisiologi

Hiperemia konjungtiva terjadi selama dilatasi pembuluha darah akibat


iritan eksternal, pemberian obat dan infeksi okuler. Perdarahan konjungtiva
disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah. Perdarahan konjungtiva biasanya
benigna dan dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang dapat menyebabkan
perdarahan pada tubuh. Dapat disebabkan oleh pengejanan dada bagian atas,
seperti batuk atau muntah yang kuat. Bila merasa ketakutan, perdarahan
kinjungtiva tidak menimbulkan gejala. Tanda ini juga cenderung hilang sendiri,
direabsorbsi dalam dua minggu dan tidak memerlukan terapi.

Pathway

Alergen, bakteri, virus, iritasi kimia, infeksi candida,


penyakit sistemik, penularan
konjungtiva

infeksi

inflamasi

konjungtivitis

Mata Iritasi Edema


merah konjungtiva kelopak
mata

Penurunan
Penurunan
penglihatan
persepsi nyeri
sensori

Deficit
perawatan

Gangguan
konsep diri

E. Pemeriksaan Diagnosis

Pemeriksaan pada konjungtivitis dilakukan dengan identifikasi


bakteriyang menggunakan pewarnaan Garm atau Giemsa. Selain itu, dapat
dilakukan kultur terhadap bakteri patogen tersebut. Spesimen yang digunakan
berupa usapan pada konjungtiva. Pemeriksaan sensitivitas dapat dilakukan,
sehingga dapt ditentukan jenis terapi antibiotik yang sesuai. Namun, sebelum
hasil pemeriksaan sensitivitas tersebut diketahui, terapi antibiotik empiris
harus diberikan.

F. Komplikasi

- Pembentukan jaringan parut konjungtiva

- Ulkus kornea, dapat menyebabkan infeksi N. Gonorrhoeae, N kochii, S.


Aureus secara sistemik

- Iridosiklitis

- Komplikasi sistemik, seperti arthritis gonorrhoeae, endokarditis dan


septisemia

G. Penatalaksanaan Medis

- Terapi antibakterial broad – spectrum yang diberikan secara tropikal ,


yaitu kloramfenikol 1%, gentamisin 0,3% dan tetes mata framitesin.

- Terapi antibiotik sistemik, yang digunakan pada konjungtivitis yang


disebabkan N gonorrhoeae. Beberapa obat tersebut yaitu norfloxacin,
cefoxitim, cefriaxon dan spectinomycin.

- Pemberian atropin topikal, jika konjungtivitis tersebut melibatkan kornea


sehingga terjadi ulkus kornea

- Penggunaan kacamata hitam, yang dapat mengurangi fotofobia

- Pada konjungtivitis mukopurulen, tidak boleh digunakan balut mata


karena dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri

- Terapi anti inflamasi dan analgesik, yang dapat digunakan untuk untuk
menyembuhkan gejala nyeri

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien(Nursalam, 2001)

     Adapun data-data dari pengkajian Konjungtivitis adalah:

a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/

hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak

jelas),sinar terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap

penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di

ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran

cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,

fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan

atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata

keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air

mata.

d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata

berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan

pada dan sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,

diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan


vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan

ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).

B. DIAGNOSA

  Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu

atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan ,

menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)

Diagnosa yang sering muncul pada konjungtivitis adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

2. Penurunan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d

menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons

biasanya terhadap rangsang.

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan hiporemia

C. INTERVENSI

Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk


mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi
pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi(Nursalam,2001).
D. IMPLEMENTASI
Merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap
pasien sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
E. EVALUASI
         Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KONJUNGTIVITIS

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. P
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : -
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Kaliurang KM.13

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis/ autoanamnesis)

 Keluhan Utama :
Mata merah, terasa mengganjal dan keluar kotoran mata (belekan).
 Riwayat gangguan/ penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kiri dan kanan merah, terasa
seperti ada yang mengganjal sejak satu hari yang lalu. Keluhan juga disertai
adanya sekret ( belekan) yang dirasakan banyak pada saat pagi hari yaitu
saat bangun tidur.Pasien mengaku sebelum terjadi mata merah , pasien
terpapar udara panas, berkeringat dan kena debu, lalu pasien mengucek-
ngucek mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dan tangan dalam
keadaan kotor, setelah itu langsung timbul mata merah.Keesokan harinya
pada saat bangun tidur timbul kotoran mata yang jumlahnya cukup banyak
dan terasa lengket sehingga susah membuka mata. Tampak sedikit bengkak
pada kelopak mata bagian atas. Tidak disertai rasa perih, gatal dan fotofobia. Pasien
belum mengobati keluhan tersebut.Keluhan tersebut terasa sedikit berkurang
apabila pasien tidur, tetapi keluhan tersebut sangat mengganggu karena
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada mata. Pasien juga tidak ada kontak
dengan orang lain yang sakit mata merah. Pasien mengaku kurang fit dan kurang
tidur.
 Riwayat gangguan/ penyakit sebelumnya :
Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada saat SMP, sembuh setelah
diberikan obat tetes mata.
 Riwayat gangguan/ penyakit pada keluarga :
- Ayah pasien menderita sakit stroke
- Ibu pasien menderita sakit jantung
 Riwayat kondisi lingkungan sosial, lingkungan kerja, dan kebiasan sehari-hari :
Kondisi lingkungan sosial :
Keadaan lingkungan di sekitar rumah kurang bersih dan banyak debu.
Kondisi lingkungan kerja :
Pasien sering berada di lingkungan yang panas dan berdebu. Karena
pasien sedang menjalankan kerja praktek lapangan di suatu tempat proyek
pembangunan.
Kebiasaan sehari-hari :
Setiap hari senin-kamis pasien kuliah, hari jumat dan sabtu pasien
menjalankan kerja praktek lapangan. Mandi 2 kali sehari, makan teratur 3
kali sehari. Pasien jarang olahraga dan juga sering begadang.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Gizi : Baik

Tanda vital :T: , nadi :80 x/m, respirasi: 20 x/m,

TD:130/80 mmHg
Status spesifik
Kepala : Pada mata kanan dan kiri terdapat edema pada
kelopak mata bagian atas, konjungtiva tampak
hiperemis, terlihat adanya sekret berwarna kuning
kehijauan pada kedua mata.
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Genitalia :-
Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Lokalis

 Pemeriksaan Subyektif

Pemerikasaan OD OS

Visus mata 6/6 6/6

Refraksi DBN DBN

Koreksi TDL TDL

Visus dekat TDL TDL

Proyeksi sinar DBN DBN

Persepsi warna ( merah,hijau) TDL TDL

 Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan OD OS

1. Sekitar mata

 Supercilia DBN DBN

2. Kelopak mata

 Pasangan Simetris Simetris

 Gerakan Simetris Simetris

 Lebar rima 10-12 mm 10-12 mm

 Kulit Normal , tidak Normal , tidak tampak


tampak hiperemis, hiperemis, tidak ada
tidak ada luka dan luka dan bekas luka
bekas luka

 Tepi Kelopak Trikiasis (-), Trikiasis (-),


Entro/ektopion (-) Entro/ektopion (-)

 Margointermarginalis Trikiasi (-), Trikiasi (-),


Edema (-) Edema (-)

3. Apparatus lakrimalis

 Sekitar gld lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal

 Sekitar saccus lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal

 Uji Fluoresin TDL TDL

 Uji regurgitasi TDL TDL

4. Bola mata

 Pasangan Sejajar Sejajar

 Gerakan Simetris ke segala Simetris ke segala arah


arah

 Ukuran DBN DBN

5. Tekanan bola mata Normal Normal

6. Konjungtiva

 K. Palpebra Superior Tenang Tenang

 K. Palpebra inferior Tenang Tenang

 K. Fornik Tenang Tenang

 K. Bulbi Hiperemi / Injeksi Hiperemi / Injeksi


konjungtival konjungtival

7. Sklera

 Episklera Tenang Tenang

8. Kornea

 Ukuran DBN DBN


 Kecembungan DBN DBN

 Limbus DBN DBN

 Permukaan DBN DBN

 Medium Jernih Jernih

 Dinding Belakang TDL TDL

 Uji Fluresin TDL TDL

 Placido TDL TDL

9. Camera oculi anterior

 Ukuran kedalaman Dalam Dalam

 Isi Jernih Jernih

10. Iris

 Warna Coklat Coklat

 Pasangan Simetri Simetri

 Gambaran Tajam Tajam

 Bentuk Normal Normal

11. Pupil

 Ukuran Normal (2-3 mm) Normal (2-3 mm)

 Bentuk Bulat Bulat

 Tempat Sentral Sentral

 Tepi Bebas Bebas

 Reflek direct Normal Normal

 Reflek indeirect Normal Normal

12. Lensa

 Ada/Tidak Ada Ada

 Kejernihan Jernih Jernih


Shadow Test

 Letak Sentral Sentral

 Warna Kekeruhan TDL TDL

13. Korpus viterum (funduskopi) TDL TDL

14. Reflek fundus (funduskopi) TDL TDL

Kesimpulan Pemeriksaan

OD OS

Visus: 6/6 Visus: 6/6

Konjungtiva : Konjungtiva bulbi tampak Konjungtiva : Konjungtiva bulbi tampak


hiperemis/injeksi konjungtiva hiperemis/injeksi konjungtiva

Edema pada kelopak mata bagian atas Edema pada kelopak mata bagian atas

Kornea: DBN Kornea: DBN

COA : DBN COA : DBN

Lensa : DBN Lensa : DBN

TIO : Normal TIO : Normal

disertai adanya sekret mukopurulen. disertai adanya sekret mukopurulen.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ USULAN PEMERIKSAAN


PENUNJANG
Pemeriksaan swab konjungtiva

V. RINGKASAN & DAFTAR MASALAH


Pasien datang dengan keluhan mata merah, terasa mengganjal dan
keluar kotoran mata (belekan), keluhan tersebut disertai adanya demam
subfebris. Dari hasil pemeriksaan palpebra tampak edema, konjungtiva
hiperemis, sekret berwarna kuning kehijauan pada mata kanan dan mata
kiri. Sekret banyak pada saat pagi hari. Keluhan tersebut timbul setelah
pasien mengucek-ngucek mata pada saat terkena debu dan keringat dalam
keadaan tangan kotor.
B. DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

2. Penurunan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d

menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya

terhadap rangsang.

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan hiporemia

C. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

- Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien

Rasional:  untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat

- Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam  dan
teratur.

Rasional:  Berguna dalam intervensi selanjutnya

- Kompres tepi palpebra ( mata dalam keadaan tertutup ) dengan larutan


salin selama kurang lebih 3 menit

Rasional:  melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra

- Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan
setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
Rasional:  membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri
dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme

-  Anjurkan klien menggunakan kacamata ( gelap )

Rasional:  pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya


yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap cahaya menurun.
Pada konjungtivitis alergi, kacamata dapat mengurangi ekspose terhadap
allergen atau mencegah iritasi lingkungan.

- Kolaborasi dalam pemberian Antibiotik dan analgesik

Rasional : mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infekstif dan


mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral.

2. Penurunan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d

menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya

terhadap rangsang.

Intervensi :

 Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.

 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.

 Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar

tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia.

 Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering;

dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana

dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.


 Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya

memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik

mungkin ada.

 Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan

pada sisi yang tak dioperasi.

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan hiporemia

 Kaji tingkat penerimaan klien

Rasional:  untuk mengetahui tingkat ansietas yang dialami oleh klien


mengenai perubahan dari dirinya.

 Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.

Rasional:  membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima


perubahan.

 Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang

Rasional:   kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai


pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang
berbeda.

 Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit yang


dialami.

Rasional: memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami kepada


pasien atau orang terdekat sehingga ansietas dapat berkurang.

 Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang


dilakukan.

Rasional:menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan


kepercayaan diri klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :

Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan

Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika :

Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-

anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai