PENDAHULUAN
Indra penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan besar
manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas Sumber Daya
ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak
dan bola mata, penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga endogen.
bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita konjungtivitis bakteri baik pada anak-
bakteri dan virus, dan 15% adalah keluhan konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
juga salah satu penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan
insidens rate 32,9% dari 949 kunjungan di Departemen Mata Aba Metropolis,
konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva (73%) dan yang tersering
termasuk dalam tingkat 4 SKDI, artinya setiap pasien konjungtivitis harus dapat
ditatalaksana secara mandiri oleh dokter umum hingga tuntas. Sehingga penting
TINJAUAN PUSTAKA
bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai mata merah (pink eye), yaitu adanya
yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab penyakit ini
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola
mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang
Sistem lakrimal atau sistem sekresi air mata terletak di daerah temporal
bola mata. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata, air mata akan
masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal
tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo pelpebra
yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang
2.2.3. Konjungtiva
dengan kulit pada tepi pelpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus.
Konjungtiva pelpebraris melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat
posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera
superior. Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di
sepanjang 3 mm).
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea
rata-rata orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian
masuknya cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea
adalah pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea
terdiri dari lima lapisan, yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran
2.2.5. Sklera
Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu
dan tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan
yang elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah
sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna
2.2.6. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
a. Iris mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis
suasana cahaya yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup
atau gelap.
b. Badan siliar terdiri dari dua bagian yaitu korona siliar yang berkerut-kerut
dengan tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4
mm.
c. Koroid berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar, yang
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak
dibawahnya.
2.2.7. Lensa
Terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi
(terfokusnya objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mmdan diameter 9 mm.
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dan retina. Badan kaca terdiri dari 99% air dan 1% terdiri dari 2
komponen yaitu kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah
mempertahankan bola mata tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.
2.2.9. Retina
reseptor yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber,
yaitu lapisan koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina,
sedangkan 2/3 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina
sentral. Sel-sel pada lapisan retina yang paling luar berhubungan langsung dengan
cahaya. Sel-sel tersebut dalah sel-sel kerucut (cone) dan batang (rod). Sel kerucut
Sedangkan sel batang (rod) berfungsi untuk penglihatan dalam keadaan redup
atau gelap.
2.3. Klasifikasi Konjungtivitis
konjungtivitis bakteri yaitu akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik.
Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung
menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis
nasolacrimalis.
Neisseria kochii, dan Neisseria meningitidis, ditandai oleh eksudat purulen yang
yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat
patogen, virulen dan sangat bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap
kuman ini sangat berat. Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore
merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia secara endemik. Pada
neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,
sedang pada bayi, penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita
penyakit tersebut.
Konjungtivitis virus atau viral adalah suatu penyakit umum yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat
yang dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri
dan dapat berlangsung lebih lama dari pada konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis
ini terutama disebabkan oleh adenovirus dan herpes simplex virus adalah virus
yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga disebabkan oleh virus
immunodeficiency virus.
a. Keratokonjungtivitis Epidemika
(subgrup D adenovirus manusia). Awalnya sering pada satu mata saja, dan
dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat
awalnya dapat berupa bintik-bintik, mulai dari konjungtiva bulbaris superior dan
menyebar ke bawah.
2.3.3. Trachoma
terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke dalam
terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat.
Abrasi terus menerus oleh bulu mata yang membalik dan defek film air mata
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering,
dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh
sistim imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
a. Konjungtivitis Vernal
tipe 1 yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Pada mata ditemukan papil
besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat,
sekret gelatin yang berisi eosinofil atau granula eosinofil. Pada kornea terdapat
keratitis, neovaskularisasi, dan tukak indolen. Pada tipe limbal terlihat benjolan di
daerah limbus, dengan bercak Horner Trantas yang berwarna keputihan yang
b. Konjungtivitis Flikten
bakteri atau antigen tertentu. Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi
dalam tubuh.
c. Konjungtivitis Atopik
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistim
imun terganggu. Selain Candida Sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
jarang.
konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka
panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan
tidak langsung, yang kadang–kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang
terjadi.
sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian depan. Secara
klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar,
berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga
menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi
kelopak mata. Hal ini akan berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu.
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
hipertensi dan gangguan fungsi koagulasi, misalnya karena obat antikoagulan atau
penyakit leukemia.
vitamin C (scurvy), trauma mata tumpul atau tajam, benda asing, pembedahan
perdarahan subkonjungtiva.
2.4. Patogenesis
oleh karena adanya film air mata. Pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
saluran lakrinal ke meatus nasi inferior. Film air mata mengandung beta lysine,
lysozyne, IgA, IgG yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila
ada kuman patogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, maka mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi yang
adanya peradangan yang ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah,
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mengakibatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia saraf
tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia.
Sensasi benda asing, sensasi tergores dan terbakar sering dihubungkan dengan
kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva
kasus tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Ulkus kornea dapat
kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata
karena hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk
palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis) atau seluruh
1. Konjungtivitis bakteri
penyakit ini berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ada hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan,
2. Konjungtivitis virus
maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor risiko dan keadaan
3. Konjungtivitis alergi
Diperkirakan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang
paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang disertai
2.8 Tatalaksana
tobramicin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik
setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan
mikroorganisme.
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang terjadi sedangkan konjungtivitis
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan
kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian dikompres dingin untuk
Pengobatan trachoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4
Hasil Pembelajaran :
1. Konjungtivitis Iritatif ec Corpus Alienum Oculi Dextra
2. Penegakan diagnosa Konjungtivitis Iritatif ec Corpus Alienum Oculi Dextra
3. Tatalaksana Konjungtivitis Iritatif ec Corpus Alienum Oculi Dextra
• Pasien mengalami hal ini sejak 2 jam SMRS. Pasien merasa ada pasir yang masuk
ke mata kanannya saat dia sedang bekerja
• Mata merah (+), pengelihatan buram (+), nyeri mata kanan (+)
• Riwayat penyakit terdahulu disangkal
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : CM
Nadi : 88 x/menit
Breathing : spontan
Suhu : 36,60 C
Status Internus
Kepala : Normocephal
Thoraks
o Paru
o Jantung
Pemeriksaan tambahan : -
3. Assesment (penalaran klinis) :
Konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling sering dijumpai, penyakit ini juga
harus mampu ditatalaksana oleh dokter umum hingga tuntas. Masuknya pasir ke mata
kanan pasien menyebabkan reaksi inflamasi yang harus ditatalaksana dengan tepat.
Sebelum pemberian antibiotik maupun steroid, perlu dilakukan spooling untuk
mengeluarkan corpus alienum
4. Plan :
Diagnosis awal :
Konjungtivitis Iritatif ec Corpus Alienum Oculi Dextra
Pengobatan :
11.10 WIB
Spooling oculi dextra dengan aquadest
11.20 WIB
S/ Pasien merasa pasir di mata kanannya telah berhasil dikeluarkan.
Mata merah (+). Nyeri (+) berkurang
P/
Polidex tetes mata OD gtt II 3x1
As.mefenamat 3x500mg
B Comp. 1x1tab
Vit C 1x1tab
Kontrol :
Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan
Kontrol Poli Mata Hanya jika keluhan tidak berkurang Pasien sembuh
atau muncul gejala yang
mengganggu aktivitas
Nasihat Setiap kali kunjungan Kualitas hidup pasien
membaik