Anda di halaman 1dari 8

TRAKOMA

1. Definisi
Trakhoma adalah keradangan konjungtiva yang akut, sub akut atau kronis yang disebabkan oleh Chlamidia
Trachomatis.Trachoma adalah penyebab infeksi utama kebutaan di seluruh dunia, akibat infeksi berulang
dengan strain mata Chlamydia trachomatis. Meskipun pernah tersebar luas di Eropa dan Amerika,
penurunannya yang signifikan pada akhir abad ke-20 dikaitkan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi
dan kebersihan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 40 juta orang terus terkena
trachoma, dan 1,2 miliar orang di seluruh dunia tinggal di daerah endemik. Perkiraan dari India dan Cina dapat
mempengaruhi perhitungan ini, tetapi informasi dari negara-negara ini terbatas. Beban ekonomi diperkirakan
mencapai $ 3-8 miliar hilang dalam produktivitas setiap tahun, dan penyakit membebani sekitar 1,3 juta tahun
kehidupan yang disesuaikan dengan kecacatan.
2. Manifestasi Klinis
Gambaran Klinis Trachoma Berdasarkan skema penilaian klinis WHO
a. Follicular Trachoma (FT) dengan folikel> 0,5 mm
b. Trachoma aktif yang ditandai dengan TF dan trachoma intens
c. Jaringan parut kongunctival tarsal (jaringan parut trachomatous, TS)
d. Kekeruhan kornea (CO) di atas pupil dengan trachomatous trichiasis
3. WOC

4. Diagnosa
Diagnosa Trakhoma dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, pemeriksaan mikrobiologis dapat
menunjang diagnosa klinis, namun pemeriksaan untuk mendeteksi Chlamydia Trachomatis memerlukan teknik
khusus.
Pemeriksaan khusus untuk mendeteksi Chlamydia Trachomatis antara lain pembiakan bahan pemeriksaan sel
jaringan hidup, yaitu pada Mac Coy Cell yang diolah dengan Cyclohexamide, ataupun dengan cara
imunofluoresensi langsung. Hasil pemeriksaan dengan kultur jaringan baru diperoleh setelah 5 sampai 15 hari.
Cara imunoluoresensi memberikan hasil dalam waktu 1 jam dengan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi
karena menggunakan antibodi monoklonal. Suatu cara pewarnaan sitologi memakai zat warna Giemsa dapat
dipergunakan untuk mende-teksi bahan bahan sitoplasma (elementary bodies) dari Chlamydia Trachomatis
didalam sel mukosa konjungtiva.
Cara ini merupakan cara yang lebih sederhana namun juga harus dikerjakan oleh tenaga terlatih dan trampil.
Dikatakan bahwa sensitivitas pemeriksaan ini lebih rendah daripada kultur jaringan maupun imunofluoresensi
langsung. Untuk memperoleh hasil yang optimal perlu diperhatikan beberapa hal antara lain faktor
pengambilan dan penyimpanan spesimen sebelum menca-pai laboratorium yang dituju sangat mempengaruhi
hasil pemeriksaan. Spesimen pemeriksaan harus mencapai laboratorium secepatnya (kurang dari 24 jam). Bila
spesimen pemeriksaan tidak dapat mencapai laboratorium dalam 24 jam maka spesimen harus disimpan pada
temperatur 40C (kalau memungkinkan pada suhu - 700C) agar badan badan inklusi tetap utuh dan sediaan
tidak mengelupas karena suhu kamar, meskipun sudah difixir dengan methanol.
"WHO Expert Committe on Trachoma" menyatakan bahwa pada survey lapangan dimana tidak
memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis dilakukan tanpa menggunakan
slit lamp biomikroskop, maka diagnosa Trakhoma ditegakkan berdasarkan diagnodsa klinis, yaitu apabila
ditemukan sedikitnya dua tanda dari empat tanda berikut:
a. Adanya follikel pada konjungtiva tarsalis superior, limbal follikel atau sikatriknya (Herbert's pits).
b. Adanya keratitis yang sebagian besar terdapat pada sepertiga bagian atas kornea.
c. Pannus pada limbus superior.
d. Sikatrik konjungtiva dengan bentuknya yang khas.
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, suku/ras, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian,
tanggal masuk, No. MR, Dx Medis dan lain-lain.
2) Riwayat kesehatan 
a) Keluhan Utama
Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan gejala yang ditimbulkan, meliputi gatal
dan rasa terbakar / sensasi benda asing pada infeksi bakteri akut da infeksi virus,
nyeri dan fotofobia, keluhan peningkatan produksi air mata, pada anak – anak dapat
disertai dengan demam dan keluhan pada mulut dan tenggorokan. (Indriana N.
Isitiqomah, 2004)
b) Riwayat penyakit sekarang
Kaji riwayat detail tentang masalah sekarang. Biasanya nyeri, gatal, mata selalu
berair, kemerahan, edema,mata ngeres, sensitif terhadap cahaya dan kejang pada
kelopak mata.
c) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata, riwayat cidera atau terpajan lingkungan yang tidak bersih.
d) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang mempunyai gejala yang
sama dengan klien dan dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular
(konjungtivitis).

3) Pemeriksaan fisik
a) Pengkajian ketajaman mata
Kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret
yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
b) Kaji rasa nyeri
Terjadi rasa tidak nyaman ringan sampai berat.
c) Kesimetrisan kelopak mata
Terjadi gangguan kesimetrisan kelopak mata akibat timbulnya jaringan parutpada
kelopak mata yang berakibat entropen dan trikiasis (inversi bulu mata).
d) Reaksi mata terhadap cahaya / gerakan mata
Timbul fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak
mata)
e) Kemampuan membuka dan menutup mata
Timbul gangguan penutupan kelopak mata secara efektif.
f) Pemeriksaan fisik (inspeksi)
Infeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui
adanyapembengkakan akibat inflamasi. (Brunner dan Suddart, 2001)

4) Pemeriksaan penunjang
Inkulasi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini tampak sebagai massa sitoplasma biru atau
ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti dari sel epitel.
b. Analisa data
 No Data Etiologi Problem Ttd
1 Ds:Klienmengeluhnyeri Bakteri Gangguan rasa
(ringan sampai berat), perih dan nyaman
gatal-gatal pada bagian Konjungtivis

konjungtiva Bilateral

Do : Lakrimasi (mata selalu


 berair), Fotofobia(sensitif edema, dan
terhadap cahaya) atau iritasi

 blepharospasme (kejang kelopak konjungtiva


mata), kemerahan pada mata,
edema pada mata
2 Ds : Klien mengeluh mata Inflamasi Resiko tinggi
ngeres( seperti ada pasir atau  penularan
sesuatu yang mengganjal) Infeksi  penyakit pada
Do : kemerahan pada mata orang lain
Adanya sekret

 pada mata

Kontak dengan

orang lain

Keterbatasan
 pengetahuan
tentang penyakit

3 Ds : klien mengeluh nyeri, klien Infeksi Resiko tinggi


mengeluh mata ngeres (seperti cidera
ada pasir atau sesuatu yang Adanya sekret
mengganjal)  pada mata
DO :kemerahan pada mata,

edema pada mata Penurunan


lapang pandang
c. Diagnosa keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman b/d edema, dan iritasi konjungtiva

2) Resiko tinggi penularan penyakit pada orang lain b/d keterbatasan pengetahuan tentang
penyakit

3) Resiko tinggi cedera b/d penurunan lapang pandang

d. Intervensi keperawatan

 No/ Dx Tujuan dan kriteria intervensi Rasional Ttd 


Tgl hasil

  1 Tujuan: Setelah 1.   Kompres tepi 1. Melepaskan eksudat


yang lengket pada
dilakukan tindakan  palpebra dengan
tepi
keperawatan selama 3x24 larutan salin
 palpebra
jam 2.   Usap eksudat
2.Meminimalkan
Keadaan nyeri pasien
secara perlahan  penyebaran
 berkurang KH: dengan kapas mikroorganisme
  Klien mengetahui yang sudah 3. Mata yang tertutup

dibasahi salin 3. 


 penyebab dari merupakan media
Beritahu klien
nyeri yang baik bagi
agar tidak
  Klien menunjukkan  pertumbuhan
menutup mata
cara mengurangi yang sakit mikroorganisme

nyeri 4.   Anjurkan klien 4. Menurunkan cahaya

  Klien menggunakan yang masuk pada


menggunakan mata sehingga
kaca mata dan kacamata (gelap) sensitivitas
tidak menutup
5.   Kaji terhadap cahaya
mata yang sakit
kemampuan menurun
   Pasien tampak rileks klien 5. Mengurangi resiko
dan tenang menggunakan kesalahan
obat mata  penggunaan obat
6.   Kolaborasi mata

dalam 6. Mempercepat

 pemberian  penyembuhan,

antibiotik, mengurangi nyeri,


analgesik ringan,
mengurangi
vasokonstriktor 
dilatasi pada
konjungtivis

,antihistamin alergi
oral

1. Beritahu klien
2 Tujuan: Setelah
untuk mencegah 1.   Meminimalkan
dilakukan tindakan
 pertukaran sapu resiko penyebaran
keperawatan selama
tangan, infeksi
2x24 jam diharapkan
handuk, bantal 2.   Menghindari
klien dapat
dengan  penyebaran infeksi
meningkatkan
 pengetahuan. anggota keluarga pada mata yang lain
yang dan

KH: lain 2. Ingatkan  pada orang lain 3. 


  Klien klien Prinsip higienis
untuk tidak  perlu ditekankan
mengetahui
menggosok mata
 penyebab resiko yang sakit atau  pada klien untuk
tinggi penularan kontak mencegah replikasi

 penyakit sembarangan kuman


4.   Mencegah infeksi
  Klien mampu dengan mata
yang cara 3. Beritahu klien silang pada klien
mengatasi yang lain
tehnik cuci
 penyebab resiko
tangan yang
tinggi penularan
tepat
 penyakit 4. Bersihkan alat

  Klien yang digunakan

melakukan untuk

tehnik cuci
tangan yang
tepat
  Hygiene terjaga,
tidak ada
memeriksa klien
 penularan dan

 penyebaran

3 Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 1. Bersihkan 1.  Sekret mata
2x24jam diharapkan klien sekret mata akan
mampu meningkatkan dengan cara membuat
lapang pandang optimal yang benar  pandangan
Kriteria hasil : 2. Kaji ketajaman kabur
  Klien 2.  terjadi
 penglihatan,
catat apakah  penurunan
mengetahui satu atau dua tajam
 penyebab resiko mata yang  penglihatan
tinggi cidera terlibat. akibat sekret
  Klien mampu
3. Perhatikan mata.
mengatasi keluhan
3.  Memberikan
 penglihatan
 penyebab resiko informasi
kabur yang dapat
tinggi cidera  pada klien
terjadi setelah
  Klien agar tidak
 penggunaan
melakukan
menggunakan
aktivitas
tetes mata dan
kacamata gelap salep mata  berbahaya
sesaat setelah
  Tidak terjadi 4.. Gunakan
cidera kacamata gelap  penggunaan
obat mata
4.   Mengurangi

fotofobia yang
dapat
mengganggu
 penglihatan
Bhosai, S. J., Bailey, R. L., Gaynor, B. D., & Lietman, T. M. (2012). Trachoma: an update on prevention, diagnosis, and
treatment. Current opinion in ophthalmology, 23(4), 288–295. https://doi.org/10.1097/ICU.0b013e32835438fc

Brunner and suddarth ( 2001 ).  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC

Doengoes, Marilynn. E.(1999).  Rencana Asuhan Keperawatan Pedomanuntuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Gonce, M. P. (2003). Panduan pemeriksaan kesehatan. Jakarta: EGC.

Ilyas, Sidarta (2003).  Ilmu Penyakit Mata edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Istiqomah, Indriana . N. (2004).  Asuhan keperawatan Klien Gangguan Mata.

Jakarta : EGC.

Mandal, B. K, dkk. (2006). Penyakit Infeksi Edisi keenam. Jakarta: Erlangga

Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai