Anda di halaman 1dari 4

1.

Bahan Pencemar Lingkungan Wilayah Pesisir

Kita ketahui bahwa laut menerima aliran dari sungai yang mengandung zat pencemar. Selain itu,
beberapa kegiatan sering membuang limbah langsung ke laut bahkan ada yang secara illegal. Dengan
demikian, seakan-akan laut menjadi tempat sampah yang sangat besar. Beberapa bahan pencemar
yang berasosiasi dengan lingkungan laut antara lain sebagai berikut :

a) Patogen

b) Sedimen

c) Limbah padat

d) Panas

e) Material an organic beracun

f) Material organic beracun

g) Minyak

h) Nutrient

i) Bahan radioaktif

j) Oxygen demand materials (al. karbohydrat, protein, dan senyawa organic lainnya)

k) Material asam-basa

l) Material yang merusak estetika

2. Sumber Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir

Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tentang Pengendalian Pencemaran


Dan/Atau Perusakan Laut disebutkan : “Pencemaran Laut adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai
lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya”.

Dalam perspektif global, pencemaran lingkungan pesisir dan laut dapat diakibatkan oleh limbah
buangan kegiatan atau aktifitas di daratan (land-based pollution), maupun kegiatan atau aktivitas di
lautan (sea-based pollution). Kontaminasi lingkungan laut akibat pencemaran dapat dibagi atas
kontaminasi secara fisik dan secara kimiawi.

a. Pencemaran bersumber dari aktivitas di daratan (Land-based pollution)

Secara umum, kegiatan atau aktivitas di daratan yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan
laut, antara lain adalah :

a. Penebangan hutan (deforestation)


b. Buangan limbah industri (disposal of industrial wastes)
c. Buangan limbah pertanian (disposal of agricultural wastes)
d. Buangan limbah cair domestik (sewege disposal)
e. Buangan limbah padat (solid waste disposal)
f. Konvensi lahan mangrove & lamun (mangrove swamp conversion)
g. Reklamasi di kawasan pesisir (reclamation)

2) Pencemaran bersumber aktivitas di laut (Sea-based pollution)

Sedangkan, kegiatan atau aktivitas di laut yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan laut
antara lain adalah :

a. Pelayaran (shipping)
b. Dumping di laut (ocean dumping)
c. Pertambangann (mining)
d. Eksplorasi dan eksploitasi minyak (oil exploration and exploitation)
e. Budidaya laut (marine culture)
f. Perikanan (fishing)

2. Strategi Pengelolaan

Strategi pengelolaan disini dimaksudkan untuk mengelola limbah, baik limbah cair, padat dan gas
(emisi gas buang). Dengan adanya pengelolaan limbah yang benar, maka air limbah dan gas buang
dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Suatu kota harus mempunyai instalasi pengolahan
air limbah domestik terpadu, baik limbah padat maupun cair. Dengan demikian, kualitas air laut di
pesisir dapat terjaga. Limbah yang harus dikelola (waste management), antara lain:

a. Limbah padat domestik (solid waste)


b. Limbah Cair Domestik (sewage)
c. Limbah industri (industrial waste)
d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Hazardous Waste)
e. Limbah Minyak
f. Limbah Gas dan Debu

Strategi pengelolaan selanjutnya lebih mengarah pada sistem manajemen, yaitu pengelolaan pesisir
terpadu (Integrated Coastal Management). Beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam
pengelolaan terpadu :

1.Adopsi pendekatan yang sistematis dalam implementasi proyek atau program pengelolaan pesisir
terpadu:

a. Penerapan kerangka pengelolaan lingkungan pesisir dalam pengelolaan sektoral.


b. Penggunaan kombinasi opsi-opsi pengelolaan.
c. Adopsi pendekatan pencegahan.

2.Pelibatan sektor masyarakat umum dalam proses pengelolaan lingkungan pesisir dan laut terpadu

3.Pengintegrasian informasi lingkungan, ekonomi dan sosial sejak tahap awal dari proses Pengelolaan
lingkungan pesisir dan laut terpadu

4.Pembentukan mekanisme bagi keterpaduan dan koordinasi

5.Pembentukan mekanisme pendanaan secara berkelanjutan


6.Pengembangan kapasitas pengelolaan lingkungan pesisir dan laut terpadu di semua tingkatan

7.Pemantauan efektifitas proyek atau program pengelolaan pesisir dan laut terpadu

3. Strategi Pengendalian

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka


pelestarian fungsi lingkungan hidup di wilayah pesisir. Dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup dinyatakan: “Pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pencegahan;

b. penanggulangan; dan

c. pemulihan”.

dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Masing-masing pihak yang
terkait harus memperhatikan instrumen pencegahan yang tersebut di atas, melaksanakan
penanggulangan seperti yang diatur pada Pasal 53 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, yaitu:

a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada


masyarakat;

b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau

d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan pemulihan lingkungan kerusakan dan pencemaran wilayah pesisir dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:

a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

b. remediasi;

c. rehabilitasi;

d. restorasi; dan/atau

e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dampak Limbah Terhadap Lingkungan Sekitar

Limbah adalah hasil buangan dari proses produksi baik yang dihasilkan dari proses produksi maupun
kegiatan rumah tangga (domestik). Berikut beberapa dampak yang muncul akibat kurangnya
penanganan limbah secara tepat:

Dampak bagi Kesehatan

a. Dapat menyebabkan timbulnya jamur pada kulit, kudis maupun kurap.


b. Dapat menimbulkan infeksi cacing pita. Hal ini dapat berasal dari daging hewan ternak yang
dikonsumsi. Cacing pita dapat masuk kedalam pencernaan hewan ternah melalui makanannya
yang kurang layak seperti sisa makanan.
c. Dapat berakibat pada hilangannya nyawa seseorang. Hal ini sempat terjadi di Jepang, kira-kira ada
40.000 orang yang meninggal akibat mengkonsumsi ikan terkontaminasi raksa yang berasal  dari
limbah buangan pabrik baterai dan AKI.
d. Penyebaran virus yang berasal dari sampah yang tidak diolah dengan benar, jika tercampur dengan
sumber air yang digunakan untuk air minum sehari-hari dapat menyebabkan timbulnya penyakit
diare, kolera, tifus bahkan demam berdarah.

Limbah pada air


a. Air limbah adalah air yang sudah tercemar antropogenik. Limbah yang mencemari air dapat
berasal dari kotoran manusia, pembuangan tangki septik, pembuangan limbah pabrik, air
buangan dari sisa pencucian, dan masih banyak lagi.
b. Air yang sudah terkontaminasi dengan limbah ini bisa menimbulkan berbagai penyakit,
seperti:
c. Diare, apabila mengonsumsi air yang tercemar bakteri atau parasit. Diare yang parah bisa
berujung pada kematian.
d. Penyakit methemoglobinemia atau blue baby syndrome, bila mengonsumsi air minum yang
tercemar nitrat, atau tinggi akan kandungan nitrat.
e. Penyakit infeksi, seperti hepatitis A, kolera, dan giardiasis, bila mengonsumsi air yang
terkontaminasi bakteri dan virus.
f. Penyakit ginjal, penyakit hati, dan risiko bayi lahir cacat.

Dampak bagi lingkungan

a. Limbah cair yang masuk ke sungai dapat membuat pencemaran pada air yang mengandung banyak
virus penyakit.
b. Ikan dan berbagai organisme air dapat mati atau bahkan punah. Hal ini nantinya akan
menyebabkan masalah pada ekosistem.
c. Limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir jika
hujan turun dengan intensitas tinggi. Hal ini akan memberikan dampak buruk terhadap jalan,
jembatan, tol dan berbagai infrastruktur lainnya.
d. Pengolahan limbah yang kurang baik juga akan menyebabkan lingkungan kurang nyaman
ditinggali karena bau tidak sedap serta tumpukan sampah yang tersebar dimana-mana.
e. Limbah yang dibuang kedalam air dapat menghasilkan asam organik dan gas cair organik
seperti metana yang dapat membahayakan.
f. Limbah industri yang mengandung logam, minyak, toksin organic dan zat lainnya dapat
mengurangi kandungan oksigen dalam air sehingga mengganggu ekosistem dalam air. 

Anda mungkin juga menyukai