Anda di halaman 1dari 8

UVEITIS

Di susun Oleh :
1. Silfi Nofiana Putri (2020.27.1944)
2. Sita Rinda Rahmawati (2020.27.1945)
3. Siti Fatimah (2020.27.1946)
4. Syafira Titi Pratiwi (2020.27.1947)
5. Syaiful Rozan (2020.27.2948)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KARYA BHAKTI NUSANTARA
MAGELANG
TA.2021/2022
I. Pengertian Uveitis
Uveitis merupakan peradangan pada uvea. Uvea itu sendiri
merupakan lapisan pada mata yang berada di antara lapisan sklera dan
retina. Uvea terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid.

Kasus peradangan uvea paling banyak terjadi pada bagian iris


dan badan siliar. Kondisi ini akan menimbulkan nyeri secara tiba-tiba
yang disertai memerahnya mata. Gangguan penglihatan juga dapat
terjadi pada peradangan yang menyerang bagian belakang badan
siliar.

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah glaukoma


(peningkatan tekanan bola mata). Selain itu katarak atau
neovaskularisasi (pembentukan pembuluh darah baru) juga perlu
diobati dalam perjalanan penyakit uveitis. Bila komplikasi terlalu
berat, maka diperlukan prosedur pembedahan.

II. Klasifikasi Uveitis


Berdasarkan lokasi peradangan, uveitis terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
1. Uveitis di uvea bagian depan (iritis atau uveitis anterior), yaitu
peradangan yang terjadi di bagian iris
2. Uveitis di uvea bagian tengah (uveitis intermedia atau cyclitis),
yaitu peradangan yang terjadi di antara iris dan koroid
3. Uveitis di uvea bagian belakang (choroiditis atau posterior
uveitis), yaitu peradangan yang terjadi di bagian koroid
4. Uveitis di seluruh uvea (panuveitis), yaitu ketika seluruh lapisan
uvea mengalami peradangan
Uveitis juga terbagi berdasarkan lamanya penyakit ini
diderita. Berikut adalah penjelasannya:
1. Uveitis akut, yaitu jenis uveitis yang berkembang dengan cepat
dan membaik dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan
2. Uveitis kronis, yaitu ketika peradangan terjadi secara
berkelanjutan selama lebih dari 3 bulan
III. Etiologi Uveitis
Penyebab peradangan selaput mata atau uveitis antara lain
adalah karena adanya kelainan autoimun, penyakit infeksi di tubuh,
penyakit kelainan peradangan, trauma mata, dan beberapa tumor.
Namun sebagian besar uveitis tidak diketahui penyebabnya.
Jenis uveitis yang paling sering adalah uveitis anterior,
dimana peradangan terjadi di bagian depan mata. Uveitis jenis ini
biasanya terbatas hanya menyerang iris, sehingga dinamakan iritis
(peradangan iris). Peradangan ini dapat disebabkan oleh kelainan
autoimun seperti artritis reumatoid (peradangan sendi) atau ankylosing
spondylitis.
Namun uveitis sebenarnya lebih sering terjadi pada orang
sehat yang tidak memiliki penyakit tersebut di atas. Kelainan ini dapat
hanya menyerang satu mata saja dan paling sering mengenai orang
muda. Riwayat adanya kelainan autoimun merupakan faktor resiko
terjadinya uveitis anterior.
Uveitis posterior mengenai bagian belakang dari uvea, yang
sebagian besar terdiri dari koroid. Itulah sebabnya dinamakan
koroiditis (peradangan koroid). Uveitis posterior biasanya disebabkan
oleh adanya penyakit infeksi pada tubuh, seperti adanya penyakit sifilis
atau tuberkulosis.
Beberapa kondisi atau penyakit autoimun yang diduga dapat
memicu uveitis adalah:
1. Rheumatoid arthritis, yaitu peradangan sendi
2. Psoriasis, yaitu peradangan kulit
3. Ankylosing spondylitis, yaitu peradangan sendi pada tulang
belakang
4. Sarkoidosis, yaitu peradangan yang muncul di berbagai bagian
tubuh, seperti paru-paru, kelenjar getah bening, mata, dan kulit
5. Penyakit Kawasaki, yaitu peradangan dinding pembuluh darah
6. Kolitis ulseratif, yaitu peradangan usus besar
7. Crohn’s Disease, yaitu peradangan yang terjadi di dalam saluran
percernaan, mulai dari mulut hingga anus
Pada sebagian kasus lainya, uveitis diduga juga terjadi akibat
adanya infeksi virus atau bakteri di dalam tubuh, seperti:
1. Herpes
2. Tuberkulosis
3. Toksoplasmosis
4. Sifilis
5. HIV/AIDS
6. Histoplasmosis
Selain gangguan autoimun dan infeksi, uveitis juga diduga
terkait dengan sejumlah faktor di bawah ini:
1. Cedera atau operasi mata
2. Kanker mata
3. Paparan racun pada mata
IV. Manifestasi Klinis Uveitis
Peradangan selaput mata atau uveitis dapat menimbulkan
beberapa gejala, seperti:
1. Mata merah
2. Mata nyeri
3. Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
4. Pandangan kabur dan kurang jelas
5. Terdapat bercak gelap di lapang pandang
Uveitis dapat menyerang secara tiba-tiba dengan gejala mata
merah dan nyeri. Meski demikian, dapat pula terjadi secara perlahan
dengan mata sedikit merah dan nyeri, namun pandangan kabur secara
bertahap.
V. Patofisiologi Uveitis
Patofisiologi uveitis dapat melibatkan infeksi, trauma,
penyakit radang sistemik yang dimediasi sistem imun, maupun proses
idiopatik. Infeksi piogenik biasanya terjadi akibat suatu trauma tembus
pada mata, tetapi dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik
yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar
mata.
Patofisiologi uveitis tergantung pada etiologi spesifik yang
mendasari tetapi umumnya melibatkan defek pada blood-ocular
barrier. Infeksi dapat menyebabkan gangguan barrier ini dan masuknya
leukosit ke dalam mata. Pada infeksi akut, tampak dominasi neutrofil,
sedangkan pada infeksi kronis, tampak dominasi sel mononuklear.[5,6]
Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi
merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap antigen dari luar atau
antigen dari dalam. Antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius,
baik bakteri maupun virus.

Radang iris dan badan siliar bisa menyebabkan rusaknya


blood-ocular barrier, sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan
sel radang dalam aqueous. Pada slit-lamp, hal ini tampak sebagai
flare, yaitu partikel-partikel kecil yang bergerak (efek Tyndall).[5,6]

1. Peradangan Akut
Pada peradangan akut, terjadi penumpukan sel-sel radang
di dalam bilik anterior mata yang disebut hypopyon atau migrasi
eritrosit ke dalam bilik anterior mata yang dikenal dengan hifema.
Sementara itu, pada peradangan kronis, terjadi edema makula dan
perlekatan sel-sel radang pada endotel kornea, yang disebut
presipitat keratik.[4]
2. Peradangan Kronis
Peradangan yang kronis dapat menimbulkan komplikasi di
mana sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas menimbulkan
perlekatan iris dan kapsul lensa bagian anterior (sinekia posterior)
atau perlekatan iris dan endotel kornea (sinekia anterior). Dapat
pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil (seklusio pupil) atau
seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang (oklusio pupil).[4]
VI. Pemeriksaan Penunjang Uveitis
Penentuan diagnosis dapat dilakukan lewat pemeriksaan yang
menggunakan lampu celah, oftalmoskopik direk dan indirek. Bila
diperlukan juga bisa dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

1. Angiografi fluoresen
2. Ultrasonografi
3. Scan mata
4. Pemeriksaan sinar X
5. Pemeriksaan darah
Meski demikian, biasanya pemeriksaan laboratorium yang
sangat mendalam umumnya tidak diperlukan untuk menentukan
diagnosis uveitis.
VII. Komplikasi Uveitis
Jika tidak segera diobati, uveitis dapat menimbulkan
komplikasi berupa:
1. Katarak, yaitu perubahan yang terjadi pada lensa mata dan
menyebabkan penglihatan kabur
2. Glaukoma, yaitu kerusakan saraf yang menghubungkan mata
dengan otak, yang dapat berujung pada kebutaan
3. Ablasi retina, yaitu kondisi ketika retina lepas dari lapisan
pembuluh darah yang memberi oksigen dan nutrisi
4. Edema makula kistoid, yaitu pembengkakan pada retina
5. Sinekia posterior, yaitu peradangan yang menyebabkan iris
melekat pada lensa mata
Risiko komplikasi semakin tinggi jika penderita memiliki
faktor sebagai berikut:
1. Berusia 60 tahun ke atas
2. Menderita uveitis intermedia atau uveitis posterior
3. Menderita uveitis kronis
VIII. Penatalaksanaan Uveitis
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan memeriksa
riwayat kesehatan dan menanyakan gejala yang pasien rasakan,
kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada
mata pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan
agar mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat. Pemeriksaan
lanjutan tersebut dapat berupa:
1. Tes penglihatan
2. Tonometri untuk mengukur tekanan dalam bola mata
3. Pemeriksaan slit-lamp untuk melihat adanya sel-sel peradangan di
bagian depan mata
4. Funduskopi untuk memeriksa kondisi bagian belakang mata
5. Tes darah
6. Tes pemindaian dengan CT scan atau MRI
7. Analisis cairan mata
8. Angiografi mata untuk melihat adanya sel-sel peradangan di dalam
sistem pembuluh darah di mata
9. Pencitraan fotografi mata (optical coherence tomography) untuk
mengukur ketebalan dan melihat adanya sel-sel peradangan di
retina dan koroid
IX. Pencegahan Uveitis
Tindakan pencegahan uveitis memang sulit dilakukan
mengingat sebagian besar uveitis tidak diketahui penyebabnya.
Namun, deteksi dan pengobatan sejak dini dapat mengurangi risiko
hilangnya penglihatan yang bersifat permanen.
X. Pengobatan Uveitis
Fokus pengobatan uveitis adalah untuk mengurangi
peradangan pada mata. Ada beberapa pilihan pengobatan yang
mungkin dilakukan oleh dokter, yaitu:
1. Obat-obatan
Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang dapat digunakan
untuk menangani uveitis:
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat yang diresepkan dokter
untuk mengurangi peradangan.
b. Antibiotik atau antivirus
Jika uveitis disebabkan oleh infeksi, maka dokter akan
memberikan obat antibiotik atau antivirus untuk
mengendalikan infeksi.
c. Obat imunosupresif
Obat imunosupresif atau sitotoksik umumnya diberikan
ketika uveitis terjadi pada kedua mata, atau pengobatan
dengan kostikosteroid gagal atau uveitis semakin parah dan
pasien terancam mengalami kebutaan.
2. Operasi
Prosedur operasi dilakukan jika gejala yang muncul sudah
cukup parah atau penanganan dengan obat tidak efektif. Beberapa
prosedur operasi yang dapat dilakukan adalah:
a. Vitrektomi, yaitu operasi bedah mata untuk mengambil cairan
vitreus pada mata
b. Operasi penanaman alat pelepas obat, yaitu operasi untuk
menanam alat khusus pada mata yang berfungsi menyalurkan
obat kortikosteroid secara perlahan ke dalam mata
Pada banyak kasus, operasi penanaman alat pelepas obat
dilakukan untuk menangani uveitis posterior yang sulit diobati.
Pengobatan dengan alat ini umumnya berlangsung selama 2–3
tahun. Kendati demikian, pada dasarnya, lama pengobatan uveitis
tergantung pada jenis dan tingkat keparahan uveitis yang diderita.

Anda mungkin juga menyukai