Di susun Oleh :
1. Silfi Nofiana Putri (2020.27.1944)
2. Sita Rinda Rahmawati (2020.27.1945)
3. Siti Fatimah (2020.27.1946)
4. Syafira Titi Pratiwi (2020.27.1947)
5. Syaiful Rozan (2020.27.2948)
1. Peradangan Akut
Pada peradangan akut, terjadi penumpukan sel-sel radang
di dalam bilik anterior mata yang disebut hypopyon atau migrasi
eritrosit ke dalam bilik anterior mata yang dikenal dengan hifema.
Sementara itu, pada peradangan kronis, terjadi edema makula dan
perlekatan sel-sel radang pada endotel kornea, yang disebut
presipitat keratik.[4]
2. Peradangan Kronis
Peradangan yang kronis dapat menimbulkan komplikasi di
mana sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas menimbulkan
perlekatan iris dan kapsul lensa bagian anterior (sinekia posterior)
atau perlekatan iris dan endotel kornea (sinekia anterior). Dapat
pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil (seklusio pupil) atau
seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang (oklusio pupil).[4]
VI. Pemeriksaan Penunjang Uveitis
Penentuan diagnosis dapat dilakukan lewat pemeriksaan yang
menggunakan lampu celah, oftalmoskopik direk dan indirek. Bila
diperlukan juga bisa dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
1. Angiografi fluoresen
2. Ultrasonografi
3. Scan mata
4. Pemeriksaan sinar X
5. Pemeriksaan darah
Meski demikian, biasanya pemeriksaan laboratorium yang
sangat mendalam umumnya tidak diperlukan untuk menentukan
diagnosis uveitis.
VII. Komplikasi Uveitis
Jika tidak segera diobati, uveitis dapat menimbulkan
komplikasi berupa:
1. Katarak, yaitu perubahan yang terjadi pada lensa mata dan
menyebabkan penglihatan kabur
2. Glaukoma, yaitu kerusakan saraf yang menghubungkan mata
dengan otak, yang dapat berujung pada kebutaan
3. Ablasi retina, yaitu kondisi ketika retina lepas dari lapisan
pembuluh darah yang memberi oksigen dan nutrisi
4. Edema makula kistoid, yaitu pembengkakan pada retina
5. Sinekia posterior, yaitu peradangan yang menyebabkan iris
melekat pada lensa mata
Risiko komplikasi semakin tinggi jika penderita memiliki
faktor sebagai berikut:
1. Berusia 60 tahun ke atas
2. Menderita uveitis intermedia atau uveitis posterior
3. Menderita uveitis kronis
VIII. Penatalaksanaan Uveitis
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan memeriksa
riwayat kesehatan dan menanyakan gejala yang pasien rasakan,
kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada
mata pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan
agar mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat. Pemeriksaan
lanjutan tersebut dapat berupa:
1. Tes penglihatan
2. Tonometri untuk mengukur tekanan dalam bola mata
3. Pemeriksaan slit-lamp untuk melihat adanya sel-sel peradangan di
bagian depan mata
4. Funduskopi untuk memeriksa kondisi bagian belakang mata
5. Tes darah
6. Tes pemindaian dengan CT scan atau MRI
7. Analisis cairan mata
8. Angiografi mata untuk melihat adanya sel-sel peradangan di dalam
sistem pembuluh darah di mata
9. Pencitraan fotografi mata (optical coherence tomography) untuk
mengukur ketebalan dan melihat adanya sel-sel peradangan di
retina dan koroid
IX. Pencegahan Uveitis
Tindakan pencegahan uveitis memang sulit dilakukan
mengingat sebagian besar uveitis tidak diketahui penyebabnya.
Namun, deteksi dan pengobatan sejak dini dapat mengurangi risiko
hilangnya penglihatan yang bersifat permanen.
X. Pengobatan Uveitis
Fokus pengobatan uveitis adalah untuk mengurangi
peradangan pada mata. Ada beberapa pilihan pengobatan yang
mungkin dilakukan oleh dokter, yaitu:
1. Obat-obatan
Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang dapat digunakan
untuk menangani uveitis:
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat yang diresepkan dokter
untuk mengurangi peradangan.
b. Antibiotik atau antivirus
Jika uveitis disebabkan oleh infeksi, maka dokter akan
memberikan obat antibiotik atau antivirus untuk
mengendalikan infeksi.
c. Obat imunosupresif
Obat imunosupresif atau sitotoksik umumnya diberikan
ketika uveitis terjadi pada kedua mata, atau pengobatan
dengan kostikosteroid gagal atau uveitis semakin parah dan
pasien terancam mengalami kebutaan.
2. Operasi
Prosedur operasi dilakukan jika gejala yang muncul sudah
cukup parah atau penanganan dengan obat tidak efektif. Beberapa
prosedur operasi yang dapat dilakukan adalah:
a. Vitrektomi, yaitu operasi bedah mata untuk mengambil cairan
vitreus pada mata
b. Operasi penanaman alat pelepas obat, yaitu operasi untuk
menanam alat khusus pada mata yang berfungsi menyalurkan
obat kortikosteroid secara perlahan ke dalam mata
Pada banyak kasus, operasi penanaman alat pelepas obat
dilakukan untuk menangani uveitis posterior yang sulit diobati.
Pengobatan dengan alat ini umumnya berlangsung selama 2–3
tahun. Kendati demikian, pada dasarnya, lama pengobatan uveitis
tergantung pada jenis dan tingkat keparahan uveitis yang diderita.