Keratitis Jamur
DISUSUN OLEH:
Periode:
PEMBIMBING:
Referensi Artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dokter Moewardi. Referensi
Artikel dengan judul:
Keratitis Jamur
Oleh:
PENDAHULUAN
Kornea merupakan jaringan transparan dan salah satu media refrakta pada
mata. Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Karena itu, kornea harus tetap jernih dan
permukaanya rata agar tidak menghalangi proses pembiasan sinar. 1 Kornea memiliki
mekanisme protektif terhadap lingkungan maupun paparan patogen (virus, amuba,
bakteri dan jamur). Ketika patogen berhasil masuk dan membuat defek epitelial di
kornea, maka jaringan braditropik kornea akan merespon patogen spesifik dengan
peradangan pada kornea (keratitis).2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Keratitis adalah reaksi inflamasi kornea atau suatu peradangan pada
kornea. Keratomikosis disebut juga keratitis jamur yang merupakan
infeksi jamur yang menyerang kornea, pada bagian anterior dari pupil. 6
Berdasarkan sejumlah laporan, keratitis jamur menjadi penyebab keratitis
ulseratif hingga 5-6%. Lebih dari 70 spesies jamur telah ditemukan
sebagai penyebab keratitis.7
B. Anatomi Kornea
Kornea merupakan jaringan transparan yang melapisi mata, kornea
berfungsi sebagai membran proteksi yang dilalui berkas cahaya menuju
retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform,
avaskuler, dan deturgesensi. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.1
Permukaan kornea dibentuk oleh epitel skuamosa non keratin yang
dapat meregenerasi dengan cepat bila terjadi kerusakan. Kerusakan yang
terjadi pada epitel dapat cepat tertutup dengan migrasi sel dan pembelahan
sel yang cepat. Epitel pada kornea berfungsi melindungi bagian dalamnya
terhadap infeksi, kerusakan pada epitel akan memudahkan pathogen untuk
masuk ke mata.8
Diameter kornea memiliki diameter horizontal 11-12 mm dan
berkurang menjadi 9 – 11 mm secara vertical oleh adanya limbus. Kornea
memberikan kontribusi 74% atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total
58,60 kekuatan dioptric mata manusia.1 Oleh karena itu kornea merupakan
media refraktor terpenting dalam struktur mata. Kornea memiliki tiga
fungsi utama :1,8
1. Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan laisan air
mata prekornea.
2. Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan, dan
absorbsi.
3. Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu
penampilan optikal.
C. Epidemiologi
Keratitis jamur dapat menyebabkan infeksi jamur yang serius pada
kornea. Berdasarkan sejumlah laporan, keratitis jamur telah menyebabkan
6%-53% kasus berkembang menjadi keratitis ulseratif. Lebih dari 70
spesies jamur telah dilaporkan menyebabkan keratitis jamur.4
Insidensi keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis.
Spesies Fusarium adalah penyebab paling umum infeksi keratitis jamur di
Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sementara
spesies seperti Candida dan Aspergillus lebih umum dinegara negara-
negara bagian utara.2
Selama 2,5 tahun, singapura melaporkan dari 112 kasus ulkus kornea,
22 kasus diantaranya beretiologi jamur.
Dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa keratitis jamur banyak
ditemukan dilingkungan tropis dan sub tropis serta lebih sering terjadi di
negara negara berkembang dibandingkan di negara maju.6
D. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal seperti bakteri,
virus, dan jamur. Selain itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata,
pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke
mata, reaksi alergi atau mata terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu,
polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan
lensa kontak yang kurang baik.10
Penyebab jamur pada keratitis jamur dibedakan sebagai berikut :4,10
1. Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiselluler dengan
cabang-cabang hifa
a. Jamur berfilamen : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp,
Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora
sp, Curvalaria sp, Altenaria sp.
b. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp
2. Jamur ragi (yeast)
Jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
3. Jamur difasik
Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media
pembiakan membentuk miselium : Blasomices sp, Coccidodidies sp,
Histoplastoma sp, Sporothrix sp.
Keratitis jamur lebih jarang dibanding keratitis bakteri. Trauma
dikarenakan bahan-bahan dari tanaman atau tumbuhan menjadi faktor
risiko yang penting dari keratitis jamur. Predisposisi utama adalah para
petani yang menggunakan alat pemotong rumput atau sejenisnya yang
menggunakan peralatan mesin dilapangan berumput tanpa memakai
pelindung mata. Trauma dihubungkan dengan penggunaan kontak lensa
yang merupakan faktor risiko umum yang lain untuk terjadinya keratitis
jamur. Kortikosteroid topikal juga dapat meenjadi faktor risiko mayor
lainnya, kortikosteroid topical mengaktivasi dan meningkatkan virulensi
jamur dengan mengurangi resistensi kornea terhadap infeksi. Selain itu,
penggunaan kortikosteroid sistemik dapat mensupresi respon imun,
sehingga dapat menjadi predisposisi terjadinya keratitis jamur. Faktor
risiko lainnya adalah operasi kornea (contohnya keratoplasti, keratotomi
radial), dan keratitis kronis (contohnya herpes simpleks, herpes zoster).6
Faktor pridisposisi lokal termasuk trauma, lensa kontak dan
pemakaian steroid topikal.7
1. Trauma
Luka pada kornea dapat menyebabkan keratitis jamur, 55%-60%
trauma kornea akibat benda hidup mapun material organik dideteksi
sebagai keratitis jamur.
2. Lensa kontak
Beberapa kasus terbaru dilaporkan pemakaian lensa kontak merupakan
faktor risiko keratitis jamur (29%)
3. Pemakaian steroid topikal
Steroid topikal merupakan faktor risiko yang meningkatkan
pertumbuhan jamur di mata. kortikosteroid topical mengaktivasi dan
meningkatkan virulensi jamur dengan mengurangi resistensi kornea
terhadap infeksi.
4. Faktor lainnya
Gangguan lainnya, termasuk kerusakan permukaan kornea, mata
kering, keratopati bulosa, dan keratitis eksposur, dihubungkan dengan
keratitis supuratif.
E. Patofisiologis
Keratomikosis dapat terjadi setelah terjadi paparan bahan tanaman
kedalam mata, biasanya Aspergillus fusarium dan spesies
Cephalosporium.10 Pada pasien lemah atau pasien imunosupresi, infeksi
jamur cenderung lebih disebabkan oleh Candida dan ragi lainnya.4
Organisme saprofit dan telah dilaporkan sebagai penyebab infeksi
pada literature ophtalmologi. Jamur yang di isolasi telah dapat
diklasifikasikan kedalam grup: Moniliaceae (jamur berfilamen tidak
berpigmen,termasuk didalamnya spesies Fusarium dan Aspergillus),
Dematiaceae (Jamur berfilamen berpigmen, termasuk didalamnya spesies
Curvularia dan Lasiodiplodia), dan yeasts (termasuk didalamnya spesies
Candida).4
Jamur mencapai kedalam stroma kornea melalui kerusakan pada
epithelium, kemudian memperbanyak diri dan menyebabkan nekrosis
pada jaringan dan menyebabkan reaksi inflamasi. Kerusakan pada
epitelium biasanya disebabkan dari trauma (contohnya, penggunaan
kontak lensa, benda asing,operasi kornea). Organisme dapat menembus
kedalam membran descment yang intak dan mencapai bagian anterior atau
segmen posterior. Mikotoksin dan enzim proteolitik menambah kerusakan
jaringan yang ada.6
Keratitis jamur juga dapat terjadi sekunder dari endophthalmitis
fungal. Pada kasus ini, organisme jamur dari segmen posterior menembus
membrane Descemet dan masuk kedalam stroma kornea. Akumulasi ini
dapat dilihat dalam bentuk klinis dan dapat ditemukan pus atau
pembentukan abses. Organisme danr espon host berkontribusi terhadap
kerusakan kornea, termasuk ulserasi.11
F. Gejala Klinis
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea.
Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis
dan pengobatan keratitis. Pada peradagan yang dalam, penyembuhan
berakhir dengan pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat beurpa
nebula, macula, dan leukoma. Adapun gejala umumnya adalah keluhan air
mata yang berlebihan, nyeri mata yang hebat, penurunan tajam
penglihatan silau kadang pasien memiliki riwayat trauma kornea,
biasanyadari bahan organik. Termasuk dalam resiko tinggi adalah trauma
(benda asing,lensa kontak), penggunaan imunosupresan sistemik atau pada
mata, juga pada penyakit atau terapi dengan immunosupresan
(transplantasi organ) atau penggunaan terapi topikal steroid, dan
penggunaan antibiotik dalam jangka lama. Infeksi jamur juga sangat
sering ditemukan pada daerah pertanian dan lingkungan tropis.5
Pasien dengan keratitis jamur cenderung memiliki tanda dan gejala
inflamasi sepanjang permulaan periode dibanding dengan keratitis
bakterial dan bisa terdapat sedikit atau tidak injeksio konjungtiva
sepanjang awal presentasi. Keratitis fungal filemantous sering
bermanifestasi sebagai warna putih keabu-abuan, penampakan infiltrat
kering sebagai bulu yang irreguler atau tepi filamentous.7 Lesi-lesi
superfisial tampak putih keabu-abuan diatas permukaan kornea, kering,
kasar, dan tekstur yang berpasir dapat dideteksi dengan mengosok kornea.
Kadang-kadang, multifokal atau infiltrat satelit dapat ditemukan,walaupun
jarang dilaporkan.2
J. Komplikasi
Keratitis jamur dapat berperan utama untuk infeksi berat yang
melibatkan setiap struktur intraokular dan dapat membuat hilangnya
penglihatan atau kehilangan mata. Perforasi kornea jarang terjadi, dan
endophthalmitis sekunder telah dilaporkan.
Ulkus kornea merupakan salah satu komplikasi dari keratitis jamur dan
berhubungan dengan terjadinya perforasi kornea walaupun jarang. Hal ini
dikarenakan lapisan kornea semakin tipis disbanding dengan normal
sehingga peningkatan tekanan intraokuler dapat mencetuskan terjadinya
ulkus kornea. Pembentukan jaringan parut kornea menghasilkan
kehilangan penglihatan parsial maupun kompleks. Terjadinya
neovaskularisasi dan astigmatisme ireguler, penipisan kornea, sinekia
anterior, sinekia posterior,glaucoma, dan katarak juga bisa terjadi.10
K. Prognosis
Prognosis tergantung pada beberapa faktor, termasuk luasnya kornea
yang terlibat, status kesehatan pasien (contohnya immunocompromised),
dan waktu penegakkan diagnosis klinis yang dikonfirmasi dengan kultur
dilaboratorium.Pasien dengan infeksi ringan dan diagnosis mikrobiologi
yang lebih awal memiliki prognosis yang baik; bagaimana pun, kontrol
dan eradikasi infeksi yang meluas didalam sklera atau struktur intraokular
sangat sulit.6 Keratitis jamur biasanya mendapat perbaikan setiap harinya
dan sembuh dengan terapi yang sesuai. Jika penyembuhan tidak terjadi
atau ulkus bertambah berat, diagnosis dan terapi alternative harus
dipertimbangkan.5
BAB III
KESIMPULAN
5. Galarreta DJ, Tuft SJ, Ramsay A, Dart JKG. Fungal keratitis in London:
Microbiological and clinical evaluation. Cornea. 2007;26(9):1082–6.
9. Galloway NR, Amoaku WMK, Galloway PH, Browning AC. Common eye
diseases and their management, fourth edition. Common Eye Dis their Manag
Fourth Ed. 2016;1–270.
12. O’Day DM, Head WS. Advances in the management of keratomycosis and
Acanthamoeba keratitis. Cornea. 2000;19(5):681–7.