Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata merupakan indra penglihatan yang penting bagi manusia. Manusia
menyerap informasi visual melalui mata sehingga dapat melaksanakan
berbagai kegiatan dengan mudah. Namun, banyak terjadi gangguan
penglihatan mulai dari yang ringan sampai berat yang dapat menimbulkan
kebutaan (Infodatin, 2014). Bagian pada mata yang bekerja memfokuskan
cahaya disebut lensa. Salah satu penyakit pada lensa mata yaitu katarak
(Utama, 2009). Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang
biasanya jernih dan bening menjadi keruh (Ilyas, 2004 dalam Erman, Elviani
dan Soewito, 2014).
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
katarak, tetapi penyebab terbanyak adalah karena proses penuaan. Selain
penuaan, penyebab lain katarak meliputi penggunaan obat-obatan jangka
panjang, katarak kongenital (seperti infeksi, saat kehamilan,
genetic/keturunan), cidera pada mata penyakit mata lain dan penyakit-penyakit
sistemik, paparan sinar matahari yang berlebih serta merokok juga merupakan
faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit katarak (Sugiarti, Knoch, dan
Budiman, 2016).
World Health Organization (WHO) mengumpulkan data kebutaan dan
gangguan penglihatan yaitu 17 juta (47,8%) dari 37 juta orang yang buta di
seluruh dunia disebabkan oleh katarak. Jumlah ini diperkirakan akan
meningkat hingga 40 juta pada tahun 2020. Indonesia merupakan negara
urutan ketiga dengan angka kebutaan terbanyak di dunia dan urutan pertama
terbanyak di Asia Tenggara (Retnaniadi dan Herwindo, 2012). Prevalensi
katarak tahun 2013 di provinsi Jawa Tengah mencapai 2,4% dari jumlah
penduduk dan tiga alasan utama penderita sebelum operasi katarak adalah
tidak mengetahui kalau menderita penyakit katarak 60,8% , tidak mampu
dalam hal biaya 8,1% serta takut operasi 6,1% (Riskesdas, 2013).

1
Data dari WHO melaporkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi di
dunia berkisar 5-34%. Sedangkan prevalensi risiko infeksi luka operasi di
Indonesia sekitar 2,3-18,3%. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian
risiko infeksi pasca operasi masih tinggi. Untuk pencegahan risiko infeksi
antara lain: perawatan luka yang benar dan pengobatan yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini ialah “Bagaimana gambaran
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. K Dengan Gangguan
Sistem Endokrin: Diabetes Melitus di Ruang Melati RSU Santa Maria
Cilacap.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran dan memperoleh pengalaman tentang
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Panca Indra: Katarak di Ruang Melati RSU Santa Maria Cilacap.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit
Katarak
b. Penulis mampu merumuskan diagnose pada pasien dengan penyakit
Katarak
c. Penulis mampu menyususun rencana keperawatan pada pasien dengan
penyakit Katarak
d. Penulis mampu mengimplementasikan tindakan yang telah
direncanakan pada pasien dengan penyakit Katarak
e. Penulis mampu mengevaluasi keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Katarak
f. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit Katarak

2
BAB II
TNJAUAN TEORI
A. Pengartian
Katarak adalah kelainan mata yang menyebabkan penglihatan menjadi
buram. Katarak adalah keadaan patologis di mana lensa mata menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan
seperti tertutup kabut. Kondisi ini merupakan penurunan progresif
kejernihanlensa, sehingga ketajaman mata berkurang ( Haryono&Utami,2019)
katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa disertai rasa nyeri yang
berangsur-angsur penglihatan menjadi kabur dan akhirnya tidak dapat melihat
oleh karena mata tidak dapat meneruskan cahaya kedalam lensa mata
(Bahrudin&Najib,2016)
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan (Sugiarti, Knoch dan Budiman, 2016).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa katarak adalah
kekeruhan pada lensa mata tanpa adanya rasa nyeri yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan.

B. Klasifiksi
Klasifikasi katarak menurut Haryono & Utami (2019) yaitu:
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir.
Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipparatiroidisme,
dan galaktosemia.
2. Katarak Rubella
Penyakit rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan katark pada lensa
fetus
3. Katarak Senile

3
Katarak senile yaitu kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu
diatas 50 tahun.
4. Katarak Juvenile
Katarak juvenile adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya
lembek seperti bubur dan disebut soft carahast.
5. Katarak intumesen
Kekeruhan disertai dengan pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
menyerap air
6. Katarak Burnesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (ktarak nigra) terutama pada
lensa, dapat terji pada pasien diabetes melitus dan myopia tinggi
7. Katarak Diabetes
Katarak yang muncul akibat penyakit diabetes mellitus

C. Etiologi
katarak disebabkan oleh proses degenerasi, gangguan metabolik, radiasi,
pengaruh zat kimia, infeksi dan penyakit mata lain. Penyebab umumnya
adalah karena proses penuaan katarak senillis), sedangkan katarak kongenital,
merupakan salah satu kelaianan herediter sebagai akibat dari infeksi virus
prenatal seperti pada german measless. Penyebab yang lain bisa meliputi
trauma, infeksi pada traktur uvea, penyakit sistemik seperti DM dan
pemaparan berlebihan dengan sinar ultraviolet (Bahrudin&Najib,2016)

D. Manifestasi Klinis
Menurut Sugiarti, Knoch dan Budiman (2016), tanda dan gejala penyakit
katarak yaitu:
1. Penglihatan yang buram berangsur-angsur seperti tertutup asap atau kabut
tanpa disertai mata merah dan rasa sakit.
2. Perubahan pada persepsi warna
3. Ukuran kacamata yang berubah-ubah

4
4. Penglihatan ganda
5. Kesulitan untuk membaca.

E. Patofisiologi
katarak dapat terjadi bahwa Lensa normalnya adalah bening/transparan
agar cahaya dapat masuk kedalam mata. Perubahan biokimia karena proses
penuaan dapat terjadi pada lensa, sehingga menyebabkan perubahan pada
susunan anatomi maupun fisiologinya disamping itu, penyebab lain adalah
karena trauma dapat menyebabkan perubahan pada serabut-serabut yang
menyebabkan lensa menjadi keruh, kemudian menghalangi jalannya cahaya
yang masuk kedalam retina. Katarak matur merupakan perkembangan dari
berbagai katarak pada kapsul lensa (Bahrudin&Najib,2016)
Katarak dapat disebabkan oleh penyakit sistemik (diabetes mellitus)
yang berpengaruh pada ketidakseimbangan metabolism protein mata, karena
protein di dalam serabut-serabut lensa yang mengalami koagulasi
menyebabkan terputusnya protein lensa disertai dengan influx air ke
lensa.Kemudian serabut lensa yang tegang menjadi patah sehingga transmisi
sinar terganggu dan menghambat jalan cahaya yang masuk ke retina ditandai
dengan pandangan berkabut sehingga dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (Nurarif dan Kusuma, 2015).

5
F. Pathway

Usia lanjut dan Kongenital. Traumatik atau cedera Penyakit metabolic


proses penuaan pada mata (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat


kekuningan
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple
(zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah
lensa)

Hilangnya tranparansi
lensa

Perubahan kimia dlm protein lensa

koagulasi
Gangguan
penerimaan Terputusnya protein lensa disertai influks
sensori/status air kedalam lensa
organ indera
Usia meningkat

Menurunnya
ketajaman Penurunan enzim menurun
penglihatan
Degenerasi pada lensa

Gangguan persepsi
KATARAK
sensori-penglihatan

mengaburkan pandangan
Resiko Cedera

Merasa takut
operasi

Mata ditutup beberapa hari


Post op
dan menggunakan kacamata
Ansietas
prosedur invasif
pengangkatan katarak
Nyeri akut

Resiko tinggi
terhadap infeksi

6
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit katarak menurut Wijaya dan Putri (2013)
yaitu:
1. Glukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan intra okuler di dalam
bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata
menurun.
2. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini dapat terjadi setelah pasca bedah akibat ada robekan
pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi
penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat.
3. Infeksi
Ini terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak
adekuat.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada penyakit katarak meliputi :
1. Kartu nama snellen
Kartu namasnellen adalah alat tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan untuk pemeriksaan kornea, lensa, akvesus, atau vitrous humor,
kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optic.
2. Pengukuran tonografi
Mengkaji tekanan intraokuler, normalnya 12-25 mmHg.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
Menunjukkan anemia sistematik atau infeksi.
4. Tes toleransi glukosa (FBS).
Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes. (Wijaya&Putri,2013)

7
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan katarak dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Penatalaksanaan non bedah
Katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata,
lensa, cahaya yang lebih terang atau kacamata yang dapat meredam
cahaya.
2. Penatalaksanaan bedah
Operasi katarak adalah proses menghilangkan lensa yang buram dan
menggantinya dengn lensa buatan yang transparan. Lensa buatan yang
disebut lensa intraokulaf diposisikan pada posisi yang sama dengan lensa
sebelumnya dan akan menjadi bagian permanen dari mata pasien
(Haryono&Utami,2019)

J. Pengkajian
Pengkajian pada klien terdiri dari:
1.Pengumpulan data yaitu identitas klien (nama klien, tanggal lahir/umur,
agama pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor rekam medis, diagnose
medis) dan identitas orangtua/penanggungjawab.
2. Riwayat kesehatan meliputi :
a. Keluhan utama
Klien biasanya mengatakan penglihatannya kabur/ terjadi gangguan
penglihatan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada klien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dahulu yang dialami klien seperti: diabetes
mellitus, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic yang memicu terjadinya penyakit katarak.
d. Riwayat penyakit keluarga

8
Klien dengan katarak kongenital biasanya terjadi pada bayi yang
dilahirkan oleh ibunya yang mengalami rubella, diabetes mellitus,
toksoplasmosis, hipparatiroidisme, dan galaktosemia.
3. Pengkajian fokus:
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala yang terjadi pada aktivitas dan istirahat yaitu perubahan
aktivitas atau hobi yang berhubungan dengan penglihatan.
b. Nutrisi
Gejalanya yaitu mual/muntah (pada komplikasi kronik/glukoma).
c. Neurosensori
Gejala yang terjadi adalah penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
tampak lingkaran cahaya disekitar sinar, perubahan kacamata dan lain-
lain.
d. Nyeri/kenyamanan
Biasanya mata klien berair, nyeri biasanya berat menetap disekitar
mata dan sakit kepala.
4. Pemeriksaan fisik terdiri dari
a. Tingkat kesadaran
b. Tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan fisik difokuskan pada bagian mata
K. Diagnosa Keperawatan
1. PreOperasi
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori
b. Ansietas b.d tindakan operasi
2. PostOperasi :
a. Nyeri akut bd agen injuri fisik
b. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

9
L. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan gangguan persepsi sensori : penglihatan pada klien tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
Indicator Awal Tujuan akhir
Ketajaman penglihatan pusat (kiri)
Ketajaman penglihatan pusat (kanan)
Respon terhadap rangsangan
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi
a. Observasi adanya kerusakan mata yang mempengaruhi persepsi
sensori penglihatan pasien
b. Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi,
menarik diri, dan menolak kenyataan)
c. Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan
d. Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya
e. Sediakan kaca pembesar atau kacamata prisma sewajarnya untuk
membaca
f. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan, dokter, dan/atau ahli terapis
dalam pemberian obat
g. Konsultasikan dengan dokter tentang penyakit pasien

2. Ansiets b.d tindakan operasi


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawata selama 2 x 24 jam
diharapkan masalah ansietas pasien dapat tertasi. Dengan kriteria hasil:
Indicator Awal Tujuan Akhir

10
Perasaan gelisah
Wajah tegang
Susah tidur
Kesusahan kosentrasi
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Intervensi
a. Kaji untuk tanda vebal dan non verbal kecemasan pasien
b. Pahami situasi krisis dari yang terjadi dari perspektif klien
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
d. Berikan informasi terkait diagnosis, pengobatan dan prognosis
e. Motivasi paisen untuk menghilangkan kecemasan yang di alami
f. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat

3. Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan masalah nyeri akut pasien dapat berkurang. Dengan kriteria
hasil:
Indicator Awal Tujuan Akhir
1. Nyeri yang di laporkan
2. Panjang episode nyeri
3. Ekpresi nyeri wajah
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan

11
5. Tidak ada

Intervensi keperawatan:

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif


b. Gali bersama pasien faktor yang dapat memperberat dan menrukan
nyeri
c. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri
d. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
e. Ajarkan metode fatmakologi untuk mengurangi nyeri
f. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesic
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan risiko infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil:
Indicator Awal Tujuan Akhir
Perdarahan
Cairan merembes pada balutan
Pembengkakan
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Perlindungan infeksi
Intervensi :
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan fokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
d. Anjurkan klien istirahat. Diskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum menyentuh/mengobati mata.

12
e. Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti
balutan , dan masukan lensa kontak bila menggunakan.
f. Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang
dioperasi.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada Ny.M di Ruang Melati RSU Santa Maria
Cilacap dengan Gangguan Sistem Panca Indra : Katarak pada tanggal 22 Juli
2019, pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Juli 2019 di ruang Melati RSU
Santa Maria Cilacap.
Pada data identitas didapatkan nama pasien adalah Ny. M berumur 66
tahun, jenis kelamin perempuan, alamatnya di Tambak sari Kab. Cilacap.
Pasien sudah menikah, beragama islam. Pada tanggal 22 Juli 2019 pasien
masuk Rumah Sakit, kemudian dikaji penulis pada tanggal 22 Juli 2019.
Sumber informasi didapat dari pasien, keluarga dan rekam medik rumah sakit.

Riwayat Penyakit, Keluhan utama saat masuk rumah sakit yaitu pasien
mengatakan datang dengan keluhan pandangan mata kirinya buram, kabur
kurang lebih sudah 2 bulan. Keluhan utama saat pengkajian yaitu pandangan
mata kiri buram, kabur sudah 2 bulanan, sebelum dilakukan operasi pasien
merasa cemas dan setelah operasi pasien mengeluh nyeri saat aktivitas, nyeri
terasa seperti di tusuk – tusuk, nyeri terasa di bagian mata kiri dengan skala 3
(tiga), nyeri terasa hilang timbul (intermiten). Diagnose medic pada saat
masuk rumah sakit ialah Katarak.

Pengkajian pola Gordon pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting,


pasien merasa cemas dengan sakit yang di deritanya. Menurut pasien penyakit
katarak sangat mengganggu pandangan dan aktivitas sehari - hari, sebelum
sakit pasien makan 3x sehari dan selama sakit pasien makan makanan yang di
sediakan rumah sakit (Diit LTP) dan menghabiskan porsi penuh. Pasien
sebelum sakit BAB 1x sehari, selama sakit pasien BAB 1-3x sehari, pasien
sebelum dan selama sakit dalam BAK tidak mengalami gangguan, selama
sakit dalam melakukan aktifitas secara mandiri, makan minum mandiri, pola
istirahat dan tidur pasien sebelum dan selama sakit tidak mengalami
gangguan, pola persepsual pasien selama sakit seperti sensasi dan pengecap

14
tidak terganggu, pola persepsi diri selama sakit pasien merasa cemas dengan
penyakit yang di deritanya, pola koping pasien merasa cemas, pasien sebelum
dan selama sakit selalu beribadah sholat 5 waktu.

Pasien saat pengkajian dalam keadaan sadar penuh (composmentis) GCS


15. Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, suhu:
36oC, BB: 65 kg, kepala pasien simetris tidak ada luka benjolan, mata
konjungtiva anaemis, mata sebelah kiri terdapat gangguan penglihatan, telinga
simetris, hidung bersih, mulut mukosa bibir lembab, leher tidak ada benjolan,
thorak jantung bunyi normal lup-dup, paru-paru bentuk simetris tidak ada
nyeri tekan, bunyi vesikuler, tidak ada bunyi ronkhi dan bunyi wheezing.
pemeriksaan abdomen simetris, bising usus 8 x/menit bunyi timpani tidak ada
nyeri tekan, genitalia tidak terpasang kateter, punggung simetris, ekstermitas
atas tidak ada gangguan dan bawah tidak ada gangguan.

Terapi yang di berikan pada pasien Ny. M ialah Triapenia 2x1 mg,
metformin 3x500 mg, asinotaramel 3x1 mg. Pemeriksaan laboratorium yang
telah di lakukan pada tanggal 22 Juli 2019 didapatkan hasil : hemoglobin
13,70(11,5-15,1 g/dL), hematokrit 35,98 (34-45,0%), eritrosit 4,49 (3,79-5,14
10^6/ul), leukosit 6,49 (5-11,6 10^3/ul), trombosit 231 (156-342
10^3/ul),waktu perdarahan 5,00 (1 – 7,00 m), waktu pembekuan 10,00 (6 – 17
m), golongan darah BRH+, limfosit 3,00 (19-49%), monosit 1,00 (2-5%),
eosinofit 1,00 (1-4 %), basofil 0,00 (0-4%), glukosa sewaktu 235 (0 – 140
ml/dL).

B. Analisa data
1. PreOperasi
Data Etiologi Problem
Ds: Pasien Mengatakan Ganggaun Gangguan
pandangannya buram dan berkabut penerimaan persepsi
sejak 2 bulan sensori sensori:
Do: Mata kiri pasien telihat berkabut penglihatan

15
dan tampak keluar air
TD: 120/80 mmHg, S: 36 ̊C ,N:
80x/menit RR: 20x/menit
Ds: Pasien mengatakan cemas akan di Tindakan operasi Ansietas
operasi matanya
Ds: Pasien terlihat pucat dan gelisah

2. PostOperasi
Data Etiologi Problem
Ds: pasien mengatakan nyeri Agen injuri fisik Nyeri akut
P: Saat aktivitas
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Di mata kanan
S: Skala 3
T: Hilang timbul
Do: pasien tampak meringis menahan
sakit
Ds: Pasien mengatakan sedikit gatal Prosedur invasif Resiko infeksi
di mata kiri yang telah di operasi
Do: terdapat bekas operasi pada mata
kiri yang di tutup kasa

C. Perumusan Diagnosa
1. PreOperasi
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori
b. Ansietas b.d tindakan operasi
2. PostOperasi :
a. Nyeri akut bd agen injuri fisik
b. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

16
D. Perencanaan
1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan gangguan persepsi sensori : penglihatan pada klien tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
Indicator Awal Tujuan Akhir
Ketajaman penglihatan pusat (kiri) 1 5
Ketajaman penglihatan pusat (kanan) 5 5
Respon terhadap rangsangan 2 5
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi
a. Observasi adanya kerusakan mata yang mempengaruhi persepsi
sensori penglihatan pasien
b. Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi,
menarik diri, dan menolak kenyataan)
c. Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya
d. Sediakan kaca pembesar atau kacamata prisma sewajarnya untuk
membaca
e. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan, dokter, dan/atau ahli terapis
dalam merencanakan dan memantau kegiatan program sebaimana
mestinya
f. Konsultasikan dengan dokter tentang penyakit pasien
2. Ansietas b.d tindakan operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawata selama 2 x 24 jam
diharapkan masalah ansietas pasien dapat tertasi. Dengan kriteria hasil:
Perasaan gelisah 3 5
Wajah tegang 2 5

17
Susah tidur 3 5
Kesusahan kosentrasi 3 5
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Intervensi
a. Kaji untuk tanda vebal dan non verbal kecemasan pasien
b. Pahami situasi krisis dari yang terjadi dari perspektif klien
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
d. Berikan informasi terkait diagnosis, pengobatan dan prognosis
e. Motivasi paisen untuk menghilangkan kecemasan yang di alami
f. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat
3. Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan masalah nyeri akut pasien dapat berkurang. Dengan kriteria
hasil:
Indicator Awal Tujuan Akhir
Nyeri yang di laporkan 3 5
Panjang episode nyeri 3 5
Ekpresi nyeri wajah 3 5
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

Intervensi keperawatan:

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif

18
b. Gali bersama pasien faktor yang dapat memperberat dan menrukan
nyeri
c. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri
d. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
e. Ajarkan metode fatmakologi untuk mengurangi nyeri
f. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesic

4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan risiko infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil:
Indicator Awal Tujuan Akhir
Perdarahan 3 5
Cairan merembes pada balutan 3 5
Pembengkakan 3 5
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Perlindungan infeksi
Intervensi :
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan fokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
d. Anjurkan klien istirahat untuk mempercepat proses penyembuhan
e. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati
mata.
f. Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti
balutan , dan masukan lensa kontak bila menggunakan.

19
g. Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang
dioperasi.
h. Kolaborasikan dengan dokter pemberian antibiok untuk mencegah
terjadinya infeksi

E. Implementasi
Waktu No. Imlementasi Evaluasi respon Ttd
Dx

14 : 15 1 a. Mengobservasi adanya Ds : pasien mengatakan


kerusakan mata yang pandangan mata kirinya
mempengaruhi persepsi sensori kabur
penglihatan pasien
Do : pasien koperatif, mata
kiri pasien terlihat berkabut

14 :29 1 b. Mencatat reaksi pasien terhadap Ds: Pasien mengatakan


rusaknya penglihatan (misal, tidak terlalu cemas dengan
depresi, menarik diri, dan penyakitnya, namun pasien
menolak kenyataan) cemas karena akan di
operasi
Do : Pasien tampak gelisah
14 : 50 c. Menganjurkan pasen untuk Ds : Pasien mengatakan
mengandalkan mata kanannya bersedia
selama menjalani aktivitas
sehari Do : Pasien koperatif

15 : 30 d. Melakukan konsultasikan Ds : Dokter mengatakan


dengan dokter tentang penyakit akan di lakukan tindakan
pasien operasi

Do : Dokter koperatif

16 : 00 e. Berkolaborasi dengan dokter Ds : Pasien mengatakan


pemberian obat bersedia

Do : Obat di berikan
kepada pasien

17 : 00 f. Mengukur tanda – tanda vital Ds : Pasien mengatakan


pasien sebelum di operasi bersedia
Do :

20
17 : 30 g. Memeriksa untuk tanda vebal Ds : Pasien Mengatakan
dan non verbal kecemasan yang merasa cemas karena akan
dialami pasien di operasi matanya
Do : Pasien tampak gelisah

17 : 45 h. Memahami situasi krisis dari Ds :


yang terjadi dari perspektif klien
Do: pasien tampak gelisah
karena akan menjalani
operasi

18 : 00 i. Melakukan pendekatan yang Ds : Pasien koperatif


tenang dan meyakinkan kepada
pasien

18 : 20 j. Memberikan informasi terkait Ds : pasien mengatakan


diagnosis, pengobatan dan paham dengan yang di
prognosis sampaikan perawat
Do : pasien tampak
menyimak apa yang di
sampaikan
perawat,diagnosis dan
pengobatan penyakit pasien
telah di sampaikan
18 : 30 k. Memotivasi paisen untuk Ds : Pasien mengatakan
menghilangkan kecemasan yang bersedia
dialami Do : Perawat
menyampaikan tindakan
operasi yang akan
dilakukan untuk
kesembuhan mata pasien
18:45 l. Menganjurkan keluarga untuk Ds : keluarga mengatakan
mendampingi pasien bersedia
Do : keluarga tampak
selalu mendampingi pasien

Evaluasi

No Waktu No Evaluasi Ttd

21
dx

S : Pasien mengatakan pandangannya masih kabur


dan buram
O : Mata kiri pasien tampak
A : Masalah persepsi sensori : penglihatan pasien
belum teratasi
Indicator Awal Tujuan Akhir
Ketajaman penglihatan 1 5 1
pusat (kiri)
Ketajaman penglihatan 5 5 5
pusat (kanan)
Respon terhadap 2 5 3
rangsangan
P: Lanjutkan Intervensi
1. Observasi adanya kerusakan mata yang
mempengaruhi persepsi sensori penglihatan
pasien
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan, dokter
pemberian obat
S : Pasien mengatakan tidak cemas dan siap untuk di
operasi
O : Pasien tampak tenang dan siap untuk di operasi
A : Masalah ansietas yang dialami pasien teratasi
Indicator Awal Tujuan Akhir
Perasaan gelisah 3 5 5
Wajah tegang 2 5 5
Susah tidur 3 5 5
Kesusahan kosentrasi 3 5 5
P :Hentikan intervensi

22
Waktu No Implementasi Evaluasi Ttd
dx

a. Observasi adanya
kerusakan mata yang
mempengaruhi persepsi
sensori penglihatan pasien

b. Kolaborasi dengan tenaga


kesehatan, dokter
pemberian obat
c. Melakukan pengkajian
nyeri secara komperhensif
(meliputi
provokatif/paliatif, quality,
region, skala, time)

d. Melakukan diskusi
bersama pasien faktor yang
dapat memperberat dan
menrukan nyeri

e. Menganjurkan pasien
istirahat atau tidur yang
adekuat untuk mengurangi
nyeri

f. Mengajarkan teknik non


farmakologi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri

g. Mengajarkanjarkan metode
fatmakologi untuk
mengurangi nyeri

h. Memberikan individu
penurun nyeri yang optimal
dengan resepan analgesic

23
i. Memonitor adanya tanda
dan gejala infeksi sistemik
dan fokal

j. Memonitor kerentanan
terhadap infeksi

k. Memeriksa kondisi setiap


sayatan bedah atau luka

l. Mengnjurkan klien istirahat


untuk mempercepat proses
penyembuhan

m. Melakukan diskusikan
pentingnya mencuci tangan
sebelum
menyentuh/mengobati
mata.

n. Menjelaskan dan
menunjukan teknik yang
tepat untuk membersihkan
mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola
kapas untuk tiap usap, ganti
balutan , dan masukan
lensa kontak bila
menggunakan.

o. menjelaskan pentingnya
tidak menyentuh
/menggaruk mata yang
dioperasi.

p. Melakukan kolaborasi
dengan dokter pemberian
antibiotic untuk mencegah
terjadinya infeksi

24
No Waktu No Evaluasi Ttd
dx

S : pasien mengatakan mata kirinya telah di operasi


O : Mata kiri pasien telah di operasi dan tertutup kasa
A : masalah persepsi sensori : penglihatan pasien belum
sepenuhnya teratasi
Indicator Awal Tujuan Akhir
Ketajaman penglihatan 1 5 1
pusat (kiri)

Ketajaman penglihatan 5 5 5
pusat (kanan)
Respon terhadap 2 5 3
rangsangan
P: Pasien di perbolehkan pulang dengan catatan
a. Lakukan perawatan mandiri
b. Periksa/ control sesuai jadwal yang di berikan
c. Minumlah obat yang di berikan sesuai
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O: Pasien tidak terlihat kesakitan dan tampak tenang
A: Masalah pasien belum sepenuhnya teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Nyeri yang di laporkan 2 5 4
Panjang episode nyeri 2 5 5
Ekspresi nyeri wajah 2 5 5
P:Hentikan intervensi, pasien di berbolehkan pulang
dengan catatan
a. Minumlah obat secara teratur

S : Pasien Mengatakan mata kiri yang telah di


operasi tidak terasa panas memerah ataupun
bengkak
O : Mata kiri yang telah dioperasi tampak bersih
dan tidak memerah

25
A : Masalah resiko infeksi pasien teratasi

Indicator Awal Tujuan Akhir


Perdarahan 3 5 5
Cairan merembes pada 3 5 5
balutan 3 5 5
Pembengkakan
P : Pasien di perbolehkan pulang dengan catatan
a. Cucilah tangan sebelum menyentuh dan
mengobati mata
b. Lakkan perawatan mata secara mandiri
sesuai yang telah di ajarkan

26
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Setelah melakukan tindkan keperawatan selama 2x 24 jam, penulis akan
membahas masalah keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan
keperawatan. Pengumpulan data subyektif maupun obyektif pada gangguan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada saat pengkajian di temukan
berbagai macam gangguan, misalnya gangguan persepsi sensori: penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan rangsangan, ansietas behubungan
dengan tindakan operasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dan
resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif (pembedahan). Dalam bab
ini penulis menguraikan kesenjangan antara data yang di temukan dalam kasus
di bandingkan dengan teori atau konsep dasar. Untuk mendapatkan data dari
pasien, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud untuk mendapatkan data
yang di perlukan tentang kesehatan dan masalh keperawatan yang di
hadapi oleh pasien. Selama melakukan wawancara pasien bersifat
kooperatif dan di lakukan dalam bahasa daerah atau bahasa
Indonesia.Dalam melakukan wawancara penulis tidak menemukan
kesulitan yang berarti, hanya ada beberapa bahasa medis yang belum di
ketahui oleh pasien. Tetapi selalu di jelaskan arti dari bahasa medis
tersebut, pasien dapat mengerti mudah memahami maksudnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang di lakukan kepada pasien
untuk menentukan masalah kesehatan pasien. Dalam melakukan
pemeriksaan penulis menggunakan pemeriksaan secara cephalo
caudal/head to toe. Dalam melakukan pemeriksaan fisik penulis
mengalami kesulitan, terutama pada pemeriksaan genetalia, pasien tidak
mau di lakukan pemeriksaan karena merasa malu, tetapi ini bisa di atasi

27
dengan bantuan dari keluarga untuk melakukan pemeriksaan yang cukup
sederhana, sehingga pasien tidak merasa malu. Teknik pendekatan yang
penulis gunakan dalam pemeriksaan fisik yang di lakukan meliputi:
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data atau informasi dengan mengamati
perilaku pasien, terutama perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
pasien.Dalam melakukan observasi ini, penulis tidak menemukan
hambatan yang berari walaupun penulis mendapatkan atau memperoleh
data dari catatan keperawatan di bangsal, dan dengan studi documenter.
Studi documenter adalah pengumpulan data yang di peroleh dari catatacn
keperawatan dalam buku status pasien dan dari hasil pemeriksaan lain
sebagai dat penunjang. Pada proses ini, penulis tidak hanya mengutip atau
menyalin data terapi jika ada data yang tidak bisa di pahami dalam
dokumentasi penulis mengonsultasikannya dengan CI ruangan atau
perawat senior lainya yang sedang sift pada saat itu.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan di definisikan sebagai penilaian klinis tentang
pengalaman/respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan actual dan potensial, dan member dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang di
pertanggungjawabkan (Herdman & Kamitsuru ,2015-2017).
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus sesuai dengan
teori
a. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan
Gangguan persepsi sensori : penglihatan ditandai dengan : menurunnya
ketajaman penglihatan perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
b. Ansietas
Definisinya adalah perasaan gelisah yang tak jelas dari
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom

28
(sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui
terhadap tindakan. Ditandai dengan gelisah, insomnia, resah,
ketakutan, sedih, fokus pada diri, kekhawatiran, cemas (Herdman &
Kamitsuru ,2015-2017).
c. Nyeri akut
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat
dan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan Batasan karakteristik :
perubahan selera makan, perubahan tekanan darah ,mengekspresikan
perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis), melaporkan nyeri secara
verbal dan gangguan tidur. Faktor yang berhubungan :Agen cedera
(mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis). (Herdman & Kamitsuru
S,2015-2017).
d. Resiko infeksi
Definisinya adalah Peningkatan resiko masuknya organisme
patogen Faktor-faktor resiko : Prosedur Infasif, Ketidakcukupan
pengetahuan untuk menghindari paparan patogen, Trauma, Kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, Ruptur membran
amnion, Agen farmasi (imunosupresan), Malnutrisi, Peningkatan
paparan lingkungan patogen, Imonusupresi, Ketidakadekuatan imum
buatan, Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi), Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) dan
Penyakit kronik (Herdman & Kamitsuru ,2015-2017).

29
2. Diagnose keperawatan yang tidak di temukan dalam kasus tetapi ada
dalam teori
a. Resiko cidera
Definisinya: resiko injuri sebagai hasil dari kondisi lingkungan
yang berinteraksi dengan sumber adaptasi dan defensif manusia.
Faktor resiko antara lain : Eksternal yaitu biologis (ex. tingkat
imunisasi, mikroorganisme), kimia (ex. keracunan, polutan, obat, agen
farmasi, alkohol, nikotin, preservatif, kosmetik) manusia (ex. Agen
nosokomial, pola staf, kognitif, afektif, faktor psikomotor) model
transportasi nutrisi (ex. vitamin, tipe makanan) fisik (ex. desain,
struktur dan pengaturan komunitas, bangunan, dan atau peralatan).
Sedangkan faktor resiko internal : profil darah abnormal (ex,.
leukositosis,/leukopenia, gangguan faktor pembekuan darah,
trombositopeni, sickle cell thalassemia, penurunan Hb) disfungsi
biokimia usia perkembangan (psikologis, psikososial) disfungsi efektor
disfungsi imun-autoimun disfungsi integrative malnutrisi fisik (ex.
kulit yang rusak, gangguan mobilitas) psikologis (orientasi afektif) dan
disfungsi sensori hipoksia jaringan (Herdman & Kamitsuru ,2015-
2017).

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama dilakukan asuhan keperawatan pada tanggal 22 Juli 2018 sampai
23 Juli 2019 pada Ny M dengan gangguan system panca indera di ruang
Melati RSU Santa Maria Cilacap dapat diambil kesimpulan bahwa masalah
keperawatan yang di keluhkan pasien belum sepenuhnya teratasi namun
pasien sudah di perbolehkan pulang karena secara umum pasien dalam
kondisi baik dan hanya memerlukan perawatan mandiri dan control sesuai
jadwal yang ditentukan.
Dalam penyusunan asuhaan keperawatan ini penulis memunculkan
diagnose gangguan persepsi sensori : penglihatan karena pasien sangat
mengeluhkan pandanganya yang buram dan kabur sudah 2 bulan dengan
diagnose medis katarak, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan
Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 36oC,
BB: 65 kg.
Tindakan keperawatan yang telah di lakukan ialah perawat melakukan
observasi adanya kerusakan mata yang mempengaruhi persepsi sensori
penglihatan pasien dan melakukan konsultasi dengan dokter terkait kondisi
pasien, sedangkan tindakan medis yang di lakukan yaitu melakukan bedah
minor pengangkatan katarak mata kiri pasien.
Evaluasi yang didapatkan dari implementasi yang sudah dilakukan adalah ,
pasien mengatakan tidak merasa cemas, nyeri berkurang dari skala 3 menjadi
1.
Setelah penulis melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi penulis melakukan pendokumentasian tindakan
yang sudah dilakukan secara menyeluruh pada pasien dalam bentuk asuhan
keperawatan pada Ny. M dengan gangguan keamanan dan kenyamanan.

31
B. Saran
a. Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Pembelajaran praktek keperawatan yang sesuai dengan teori perlu di
tingkatkan
b. Saran untuk teman sejawat dan profesi
Tingkatkan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan tentang teori dan
prosedur keperawatan penting untuk di lakukan terus supaya dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai prosedur dan kebutuhan
pasien
c. Saran untuk keluarga pasien
Keluarga melakukan motifasi terhadap pasien agar pasien termotifasi
sehingga mempercepat penyembuhan

32

Anda mungkin juga menyukai