Anda di halaman 1dari 9

ANEMIA

DI SUSUN OLEH :

ANANG SULAEMAN

DOSEN PENGAMPU: ARIF HENDRA KUSUMA, Ns,.M.Kep.

Akademi Keperawatan Serulingmas Cilacap Tahun Akademik 2017/2018

Jalan Raya Maos No.505 Maos-cilacap Telp.Dan Fax (0282)69545


ANEMIA

A. Pengertian
Anemia atau kurang darah di klasifikasi kan menjadi beberapa jenis sesuai
dengan penyebabnya dan juga mekanisme terjadinya anemia itu sendiri.
Mengetahui macam-macam anemia yang diderita seseorang akan mempermudah
dalam hal pengobatan anemia nya. Seperti telah di bahas sebelumnya, anemia
adalah kurangnya sel sel darah merah (eritrosit) dan/atau hemoglobin yang
mengakibatkan sel sel tubuh kekurangan oksigen sehingga mengganggu fungsi
normal sistem tubuh. Klafisikasi Anemia yang mengelompokkan berbagai macam
anemia, secara garis besar didasarkan pada penyebab dan mekanisme terjadinya
anemia, yaitu : Tubuh kehilangan terlalu banyak darah (seperti karena trauma,
atau menderita penyakit tertentu ). Tubuh memiliki masalah dalam memproduksi
sel darah merah. Sel darah merah memecah atau mati lebih cepat sementera
belum terbentuk sel sel darah merah yang baru sebagai penggantinya. Masalah-
masalah diatas dapat terjadi secara tunggal namun bisa juga kombinasi tergantung
jenis anemia nya.
Berdasarkan klasifikasi diatas, macam-macam anemia (jenis anemia) yang
paling sering ditemui, yaitu :
1. Anemia Karena Produksi yang terganggu
Sel darah merah manusia diproduksi di sum-sum tulang atas rangasangan
dari hormon eritropoitin yang dihasilkan ginjal. Untuk membentuk sel sel
darah merah dan hemoglobinnya dibutuhkan juga bahan baku (utama) berupa
zat besi, vitamin B12 dan Asam Folat, sehingga kekurangan zat zat tersebut
akan menyebabkan anemia.
a. Anemia Defisiensi Besi (anemia kekurangan zat besi)
Anemia defisiensi besi ini merupakan jenis anemia yang paling
banyak. Kekurangan zat besi akan menimbulkan anemia jenis ini, karena
zat besi diperlukan untuk membuat hemoglobin. Pada anemia defisiensi
besi sel darah merah ukurannya lebih kecil dari normal (mikrositer) dan
warnanya lebih pucat (hipokrom) sehingga disebut juga anemia hipokrom
mikrositer. Kadar zat besi dalam tubuh bisa rendah karena kehilangan
darah dan asupan zat besi yang kurang. Pada wanita, sel darah merah dan
besi hilang ketika pendarahan menstruasi yang berlebihan dan ketika
melahirkan. Anemia pada kehamilan juga merupakan jenis anemia
defisiensi besi ini, terutama apabila ibu hamil kurang asupan zat besi.

Pengobatan dan Penanganan Anemia Defisiensi Besi


Mengonsumsi suplemen penambah zat besi dilakukan untuk
meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Tindakan ini sebagai salah
satu pengobatan anemia. Asupan zat besi melalui konsumsi makanan juga
perlu ditingkatkan, hal ini demi menjaga cadangan dan tingkat zat besi
yang normal. Ada beberapa makanan sumber zat besi yang sangat bagus,
contohnya:

 Hati ayam dan hati sapi


 Kacang-kacangan, misalnya kacang hitam, kacang hijau, dan
kacang merah
 Tahu dan tempe
 Boga bahari atau makanan laut seperti ikan, tiram dan kerang
 Sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam dan brokoli
 Daging merah tanpa lemak seperti daging sapi dan kambing
 Buah-buahan kering, misalnya kismis dan aprikot

Agar dapat memaksimalkan penyerapan zat besi, asupan vitamin C juga


diperlukan. Konsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besinya
bersamaan dengan sumber vitamin C seperti jeruk, kiwi dan tomat.
b. Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Anemia pernisiosa)
Vitamin B12 diperlukan untuk membentuk sel darah merah dan
menjaga kenormalan fungsi saraf. Sehingga apabila seseorang mengalami
anemia pernisiosa ini biasanya disertai dengan gangguan saraf, seperti
sering kesemutan, rasa baal atau kebas pada tangan dan kaki, gangguan
daya ingat, dan gangguan penglihatan. Tubuh bisa kekurangan vitamin
B12 karena gangguan absorbsi (autoimun dan gangguan usus) dan/atau
karena kurangnya asupan makanan yang mengandung vitamin B12.
Gejala Anemia Defisiensi Vitamin B12
Gejala-gejala di bawah ini secara spesifik disebabkan oleh anemia
karena kekurangan vitamin B12. Gejalanya antara lain:

 Lidah perih dan berwarna merah atau radang lidah


 Warna kulit menjadi kekuning-kuningan
 Sariawan di mulut
 Indera peraba terasa berbeda atau fungsinya berkurang
 Kemampuan merasakan sakit berkurang.
 Penglihatan terganggu.
 Mudah marah.
 Perubahan cara berjalan dan bergerak.
 Depresi: Merasa sedih sekali dan berlangsung lama.
 Demensia: Kemampuan mental berkurang, misalnya soal ingatan,
pemahaman, dan penilaian.
 Psikosis: Kondisi yang memengaruhi pikiran dan mengubah pola
pikir, perasaan, dan perilaku.
Pengobatan

Anemia defisiensi vitamin B12 kebanyakan mudah


diatasi. Pengobatan anemia jenis ini, awalnya akan diberikan vitamin B12
melalui suntikan. Tergantung apakah defisiensi B12 yang diderita
berhubungan dengan pola makan atau tidak, Anda mungkin akan
membutuhkan tablet suplemen di antara jadwal makan. Atau, bisa juga
secara teratur melakukan suntikan vitamin B12. Pengobatan ini mungkin
dibutuhkan seumur hidup.

c. Anemia Defisiensi Asam Folat (anemia megaloblastik)


Anemia kekurangan asam folat disebut juga sebagai anemia
megaloblastik , karena apabila dilihat dibawah mikroskop sel-sel darah
merah ukurannya lebih besar dari normal. Anemia Megaloblastik dapat
terjadi jika Anda tidak cukup mengkonsumsi asam folat atau jika Anda
memiliki masalah penyerapan vitamin B9. Hal ini juga dapat terjadi
selama trimester ketiga kehamilan, ketika tubuh Anda membutuhkan folat
tambahan. Folat adalah vitamin B yang ditemukan dalam makanan seperti
sayuran berdaun hijau, buah-buahan, kacang kering dan kacang polong.
Asam folat juga ditemukan dalam roti yang diperkaya, pasta, dan sereal

Gejala Anemia Defisiensi Folat

Gejala defisiensi folat mirip dengan gejala umum anemia. Tapi kondisi
ini bisa juga menyebabkan kemampuan indera peraba menurun, misalnya
berkurang atau hilangnya rasa sentuhan dan rasa sakit. Dan juga
kemampuan otot melemah serta merasa depresi.
Pengobatanya

Untuk mengembalikan tingkat asam folat, dibutuhkan tablet asam


folat. Tablet ini harus dikonsumsi selama empat bulan untuk mencapai
kadar yang normal di dalam tubuh. Defisiensi vitamin B12 atau folat baik
dengan atau tanpa anemia, bisa mengakibatkan komplikasi, meski jarang
terjadi. Misalnya bermasalah dengan jantung, paru-paru, dan sistem saraf
serta meningkatkan risiko kemandulan. Meski begitu, semua komplikasi
pada umumnya bisa diobati.

d. Folat Anemia Aplastik


Terjadi ketika tubuh berhenti atau tidak cukup membuat sel darah
baru. Pada anemia aplastik ini tidak hanya kekurangan sel darah merah,
tetapi juga sel darah putih, dan trombosit. Rendahnya tingkat sel darah
merah menyebabkan anemia. Dengan rendahnya tingkat sel darah putih,
tubuh kurang mampu melawan infeksi. Dengan terlalu sedikitnya
trombosit, darah tidak bisa membeku secara normal. Beberapa penyebab
anemia aplastik, yaitu: Pengobatan kanker (radiasi atau kemoterapi)
Paparan bahan kimia beracun (seperti yang digunakan dalam beberapa
insektisida, cat, dan pembersih rumah tangga) Beberapa obat (contoh nya
obat rheumatoid arthritis) Penyakit autoimun (seperti penyakit lupus)
Infeksi virus Penyakit keluarga yang diturunkan seperti pada anemia
Fanconi anemia plastik anemia aplastik
Pengobatan
Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan transfusi darah
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat
dilakukan pencangkokan sumsum tulang apabila sumsum tulang tidak bisa
lagi memproduksi sel darah merah yang sehat.

e. Anemia Pada Gagal Ginjal


Untuk membentuk sel darah merah tubuh memerlukan hormon
erotropoitin sebagai sinyal tubuh yang merangsang pembentukan eritrosit.
Hormon ini dihasilkan oleh ginjal, jadi apabila seseorang mengalami
gangguan pada ginjal dalam kurun waktu yang lama (gagal ginjal kronis)
maka bisa menimbulkan anemia.
Pengobatan
pengobatan paling umum untuk anemia pada penyakit ginjal kronik
adalah dengan pemberian Erythropoiesis Stimulating Agents (ESA).
Erythropoiesis Stimulating Agents diberikan melalui suntikan di bawah
kulit atau intravena (melalui pembuluh darah) saat cuci darah. Obat ini
berfungsi merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
merah. Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan suplementasi zat
besi, B12, dan asam folat.

2. Anemia karena sel darah merah Abnormal (mudah Rusak / mati)


a. Anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia)
Disebut anemia sel sabit karena memang Sel-sel darah merah
berbentuk seperti sabit yaitu memiliki tepi yang runcing dan tengahnya
melengkung seperti huruf C. Sel-sel darah merah yang berbentuk sabit ini
lebih rapuh sehingga berumur lebih pendek dibanding normal (usia
normal sel darah merah = 120 hari), sedangkan kecepatan produksi sel
darah merah tidak dapat mengimbanginya maka terjadilah anemia. Sel-sel
darah berbentuk sabit ini dapat berbahaya karena bisa terjebak dalam
pembuluh darah kecil, sehingga menghalangi aliran darah ke organ-organ
tubuh.
Pengobatan
Pengobatan utama anemia sel sabit adalah dengan mengganti sel darah
merah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen asam folat, dan
antibiotik. Pengobatan lainnya adalah dengan mengonsumsi obat
penghilang rasa sakit serta menambahkan cairan melalui oral maupun
intravena untuk mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi.
Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan untuk mengobati anemia
sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat juga
digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.

b. Talasemia (Thalasemia)
Orang dengan talasemia memproduksi hemoglobin dan sel darah
merah yang lebih sedikit dari biasanya. Hal ini menyebabkan anemia
ringan atau berat. Salah satu bentuk yang berat dari kondisi ini adalah
Cooley Anemia.
Pengobatan
Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi suplemen
asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel
punca darah dan sumsum tulang.

3. Anemia karena kehilangan darah


Kehilangan darah yang banyak akan menurunkan jumlah darah dalam
tubuh sehingga akan terkena anemia. Perdarahan yang banyak bisa terjadi
karena: Trauma = luka, atau kecelakaan. Menstruasi yang berlebihan
Melahirkan dengan perdarahan hebat Perdarahan tersembunyi, seperti
perdarahan saluran cerna.
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada kecepatan hilangnya darah dan beratnya
anemia yang terjadi. Satu-satunya pengobatan untuk kehilangan darah dalam
waktu yang singkat atau anemia yang berat adalah transfusi sel darah merah.
Selain itu, sumber perdarahan harus ditemukan dan perdarahan harus
dihentikan. Jika darah hilang dalam waktu yang lebih lama atau anemia tidak
terlalu berat, tubuh bisa menghasilkan sejumlah sel darah merah yang cukup
untuk memperbaiki anemia tanpa harus menjalani transfusi. Zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah juga hilang selama
perdarahan. Karena itu sebagian besar penderita anemia juga mendapatkan
tambahan zat besi, biasanya dalam bentuk tablet.

Anda mungkin juga menyukai