Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL


SISTEM HEMATOLOGI “ANEMIA”
Dosen pembimbing : Ns. Rini W. Mohamad, S.Kep., M.Kep

OLEH
KELOMPOK 1 KELAS A NON REG

Citra Magfirah Nihe (841423160)

Kurniawan A. Akase (841423150)

Mohamad Idris Hasan (841423178)

Mohamad Zulfikar Limonu (841423149)

Novita Angraeni (841423158)

Nurlin (841423180)

Sri Rahayu A. Aswadi (841423147)

Syifa Aldarina Ladjaru (841423184)

Yayu Ibrahim (841423181)

Yuliana Y. Arnold (841423186)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
PEMBAGIAN TUGAS
No. Nama Pembagian Kerja

1. Citra Magfirah Nihe Seven Jump

2. Kurniawan A. Akase Konsep Keperawatan

3. Mohamad Idris Hasan Seven Jump

4. Mohamad Zulfikar Limonu Konsep Medis

5. Novita Angraeni Konsep Keperawatan

6. Nurlin Konsep Medis

7. Sri Rahayu A. Aswadi Seven Jump

8. Syifa Aldarina Ladjaru Konsep Keperawatan

9. Yayu Ibrahim Seven Jump

10. Yuliana Y. Arnold Konsep Medis


KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya
kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Problem Basic Learning
(PBL) Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal.
Tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari beberapa sumber sehingga
dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada beberapa sumber yang telah membantu dalam pembuatan
Problem Basic Learning (PBL) ini dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu mata kuliah ini Ns. Rini W. Mohamad, S.Kep., M.Kep.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapian dalam tugas ini.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
dosen pengampu mata kuliah dan pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
banyak orang dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para
pembaca.

Gorontalo, Februari 2024

Kelompok 1
SKENARIO 1

ANAKKU SERING PINGSAN


An.T, perempuan, 8 tahun, dibawa ibunya ke Rumah sakit karena pingsan saat
bermain dirumahnya. Dari hasil pengkajian yang dilakukan, klien mengatakan pusing,
klien mengatakan tidak nafsu makan dan kalau makan 1 porsi tidak habis, ibu klien
mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita anaknya, klien mengatakan
lemas, pusing, lebih sering terbaring di tempat tidur, klien mengatakan lemas pada saat
melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi dan dapat melakukan aktifitas
perawatan diri dengan cara dibantu oleh orang tuanya.

A. Step 1: Clarifying Unfamiliar Terms (Identifikasi Istilah atau Konsep)


1. Pingsan
Pingsan atau sinkop yaitu kondisi kehilangan kesadaran secara
mendadak dan biasanya sementara. Kehilangan kesadaran total, dimana
indera pendengaran, penglihatan, perasaan dan bau berhenti sepenuhnya.
Pingsan atau sinkop disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke
otak, kekurangan oksigen, keracunan, syok, lapar, haus dan kondisi fisik
lemah lainnya atau gejala penyakit kronis lainnya. (Rahmadani & Usiono,
2023)
2. Pusing
Pusing adalah gejala yang umum namun tidak tepat. Secara tradisional
dibagi menjadi empat kategori berdasarkan riwayat pasien: vertigo,
presinkop, disekuilibrium, dan sakit kepala ringan. Namun, perbedaan
antara gejala-gejala ini mempunyai kegunaan klinis yang terbatas. Pasien
mengalami kesulitan dalam menjelaskan kualitas gejalanya, namun dapat
lebih konsisten mengidentifikasi waktu dan pemicunya (Muncie, Sirmans,
& James, 2017)
3. Lemas
Lemas atau asthenia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh terasa lelah,
dan kurang berenergi. Umumnya, seseorang yang mengalami asthenia akan
mengeluhkan sensasi tidak bertenaga pada bagian tubuh tertentu, seperti
lengan atau kaki. Namun, tidak menutup kemungkinan rasa lemas tersebut
juga menyerang seluruh bagian tubuh.
Asthenia adalah kondisi yang bukan tergolong sebagai suatu penyakit,
melainkan sebuah tanda atau gejala dari kondisi medis tertentu. Adapun
beberapa kondisi medis yang kerap menyebabkan asthenia adalah
dehidrasi, kurang gizi, anemia, serta penyakit tiroid (Siloam Hospital,
2023)

B. Step 2 : Problem Definition (Identifikasi Masalah)


1. Mengapa pada kasus diatas anak mengalami pingsan?
2. Mengapa pada kasus diatas anak mengalami pusing?
3. Mengapa pada kasus diatas anak tidak nafsu makan?
4. Mengapa pada kasus diatas anak mengalami lemas saat beraktivitas?

C. Step 3 : Brainstorming (Analisa Masalah)


1. Sinkop/pingsan terjadi sebagai konsekuensi dari hipoperfusi otak global.
[Parenkim otak bergantung pada aliran darah yang memadai untuk
menyediakan pasokan glukosa yang konstan, substrat metabolisme utama.
Jaringan otak tidak dapat menyimpan energi dalam bentuk fosfat berenergi
tinggi yang ditemukan di tempat lain di dalam tubuh; akibatnya, penghentian
perfusi otak yang hanya berlangsung 3-5 detik dapat mengakibatkan
sinkop/pingsan.
Perfusi otak dipertahankan relatif konstan oleh sistem umpan balik yang
rumit dan kompleks yang melibatkan curah jantung (CO), resistensi
pembuluh darah sistemik (SVR), tekanan arteri rata-rata (MAP), status
volume intravaskular, resistensi pembuluh darah otak dengan autoregulasi
intrinsik, dan regulasi metabolisme. Cacat yang signifikan secara klinis pada
salah satu sistem ini atau cacat subklinis pada beberapa di antaranya dapat
menyebabkan sinkop/pingsan (Morag, 2017).
2. Jalur trigeminovaskular terdiri dari neuron yang mempersarafi pembuluh
darah otak dan dura mater melalui badan sel di ganglion
trigeminal. Ganglion mengandung sel-sel bipolar, di perifer terdapat
hubungan sinaptik dengan pembuluh serebral dan duramater, dan di sentral
terdapat serabut-serabut yang bersinaps dalam kompleks trigeminoservikal
(TCC), yaitu nukleus trigeminal caudalis di batang otak kaudal dan korda
servikal tinggi di dorsal. tanduk C1 dan C2. Terdapat proyeksi dari TCC
hingga thalamus, yang mengakibatkan aktivasi struktur kortikal yang terlibat
dalam pemrosesan nyeri, seperti korteks frontal, insula, dan korteks
cingulate. Badan sel ganglion trigeminal mengandung beberapa peptida
vasodilator yang mempersarafi pembuluh darah. Hal ini termasuk peptida
terkait gen kalsitonin (CGRP), substansi P , dan neurokinin A. CGRP
meningkat menyebabkan sakit kepala/pusing (Wei, Ong, & Goadsby, 2018).
Sensasi pusing atau kliyengan seperti terasa berputar yang muncul tiba-tiba
bisa menjadi gejala anemia. Penyebabnya pun sama, yaitu karena tubuh
kekurangan persediaan hemoglobin yang cukup. Selain bertugas untuk
memberi warna merah pada darah, hemoglobin berfungsi untuk membawa
oksigen dan nutrisi ke sekujur tubuh. Ketika kadar hemoglobin rendah,
pasokan oksigen mungkin tidak dapat sampai ke otak. Itu sebabnya merasa
pusing (Adlina, 2023).
3. Nafsu makan dimediasi oleh sistem saraf pusat melalui neuropeptida yang
mengatur homeostasis energi. Selain itu, nutrisi jangka panjang status gizi
jangka panjang dimediasi oleh insulin dan hormon yang disintesis oleh
jaringan adiposa. Ghrelin adalah peptida yang diproduksi di saluran
pencernaan; hormon ini mengaktifkan reseptor ghrelin yang diekspresikan di
berbagai daerah di otak. Ghrelin merangsang pelepasan hormon
pertumbuhan hipofisis dan terlibat dalam regulasi hipotalamus homeostasis
energi. Bukti ilmiah menghubungkan ghrelin dengan kontrol energi secara
keseluruhan, terutama dalam kondisi energi yang terbatas, di mana hormon
ini menunjukkan peran penting dalam homeostasis energi. Ada dua bentuk
ghrelin yang beredar; ghrelin terasilasi (AG) dan ghrelin tidak terasilasi
(UAG). AG dianggap sebagai fraksi aktif metabolik dari hormon yang
mengatur nafsu makan. Penelitian sebelumnya pada populasi anak telah
menunjukkan tingkat ghrelin yang lebih rendah pada pasien Anemia
Defisiensi Besi (IDA) dibandingkan dengan anak-anak yang sehat, dan
korelasi positif antara penipisan simpanan zat besi dan kadar ghrelin,
menunjukkan bahwa ghrelin memediasi nafsu makan yang buruk (Ghrayeb,
et al., 2020).
4. Kelelahan/lemas pada kasus diatas adalah gejala paling umum akibat anema.
Namun, kelelahan yang jadi ciri-ciri anemia sedikit berbeda dengan
kelelahan biasa. Hal ini disebabkan karena kekurangan hemoglobin.
Hemoglobin merupakan protein khusus yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh lewat bantuan sel darah
merah. Ketika tubuh kekurangan hemoglobin, otomatis semua sel dan
jaringan tubuh Anda akan kekurangan oksigen. Akibatnya, jantung harus
bekerja lebih keras untuk mengalirkan sel darah merah beroksigen ke seluruh
tubuh yang menyebabkan pengunaan energi berlebih dalam tubuh yang
mengakibatkan tubuh menjadi lemas (Team Medis, 2023).
D. Step 4: Analyzing the Problem (Strukturisasi/Mindmap)

Tanda dan Patofisiologi Kalsifikasi Pemeriksaan


Gejala Penunjang

Etiologi Penatalaksaan
Medis
Anemia
Defenisi Komplikasi

Implementasi dan Pengkajian


Evaluasi Keperawatan Intervensi Diagnosa
Keperawatan Keperawatan
Keperawatan
E. Step 5 : Formulating Learning Issues (Merumuskan Tujuan Belajar)
1. Konsep Medis Anemia Pada Anak
a. Definisi Anemia
b. Etiologi Anemia
c. Tanda dan Gejala
d. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Anemia
e. Klasifikasi Anemia
2. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia
f. Komplikasi Anemia
g. Pathway
3. Konsep Keperawatan
h. Pengkajian Keperawatan
i. Diagnosa Keperawatan (Pathway dan Analisa Data)
j. Intervensi Keperawatan
k. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
F. Step 6: Self Study (Belajar Mandiri/Informasi Tambahan)
1. Dalam Jurnal National Library of Medicine oleh Ghrayeb, Hanin dkk, tahun
2020 yang berjudul “Appetite and ghrelin levels in iron deficiency anemia
and the effect of parenteral iron therapy: A longitudinal study”
2. Dalam Jurnal Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan oleh Rosalinna & Sugita
tahun 2020 yang berjudul “Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar
Hemoglobin pada Anak Pra Sekolah”
3. Dalam Jurnal Gemassika : Jurnal Pengabdian Masyarakan Universitas
Aisyiyah Surakarta oleh Sari, Chynthia Pradiftha, dkk tahun 2023 dengan
judul “Evaluasi Pengetahuan Ibu dan Pembentukkan Kader Budarmi dalam
Upaya Pencegahan Anemia pada Anak”
G. Step 7: Reporting (Laporan Hasil Belajar Mandiri)
1. Konsep Medis Anemia Pada Anak
a. Definisi Anemia
Anemia adalah menurunnya massa eritrosit yang menyebabkan
ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke
jaringanperifer. Secara klinis, anemia dapat diukur dengan penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit, namun yang paling sering
digunakan adalah pengujian kadar hemoglobin (Bakta, 2015).
Anemia atau kekurangan sel darah merah yaitu suatu kondisi
dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein yang membawa
oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel darah merah
itu sendiri mengandung hemoglobin yang berperan untuk mengangkut
oksigen dari paru – paru dan mengantarkan ke seluruh bagian tubuh
(Hasdianah & Suprapto, 2016).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak
mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Anemia adalah suatu keadaan tubuh
dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau
sedang mengalami penurunan. Anemia merupakan kondisi dimana sel
darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan
fisiologis berbeda pada setiap orang dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat
tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan (Kemenkes, 2019).
Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling sering
ditemukan, diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia
dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi zat besi
(Maryanti,2015).
b. Etiologi Anemia
Penyebab umum dari anemia antara lain : kekurangan zat besi,
pendarahan, genetik, kekurangan asam folat, gangguan sumsum tulang.
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
1) Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan
sistem imun, talasemia.
2) Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia
aplastik, kekurangan nutrisi.
3) Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan
akut, perdarahan kronis, menstruasi, trauma.
Penyebab anemia merupakan faktor-faktor yang langsung mempengaruhi
kadar hemoglobin pada seseorang meliputi :
1) Intake makanan yang tidak cukup bagi tubuh.
Faktor ini berkaitan dengan asupan makanan yang masuk ke dalam
tubuh.Seperti anemia defiensi besi yaitu kekurangan asupan besi pada
saat makan atau kehilangan darah secara lambat atau kronis.Zat besi
adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagaian besar
sel darah merah.Tidak cukupnya suplai zat besi dalam tubuh yang
mengakibatkan hemoglobinnya menurun. Kekurangan asam folat
dalam tubuh dapat ditandai dengan adanya peningkatan ukuran eritrosit
yang disebabkan oleh abnormalitas pada proses hematopoeisis
(Hasdianah & Suprapto, 2016)
2) Gaya hidup
Sarapan pagi sangatlah penting bagi seorang remaja karena dengan
sarapan tenaga dan pola berfikir seorang remaja menjadi tidak
terganggu.Ketidak seimbangan antara gizi dan aktifitas yang
dilakukan. Remaja dengan status gizi yang baik bila beraktifitas berat
tidak akan ada keluhan, dan bila status gizi seorang remaja itu kurang
dan selalu melakukan aktifitas berat maka akan menyebabkan seorang
remaja itu lemah, pucat, pusing kepala, karena asupan gizi yang di
makan tidak seimbang dengan aktifitasnya (Yuni & Erlina, 2015).
3) Infeksi dan Parasit
Infeksi dan parasit yang berkontribusi dalam peningkatan anemia
adalah malaria, infeksi HIV, dan infeksi cacing.Di daerah tropis,
infeksi parasit terutama cacing tambang dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak, karena cacing tambang menghisap
darah.Defisiensi zat gizi spesifik seperti vitamin A, B6, B12, riboflavin
dan asam folat, penyakit infeksi umum dan kronis termasuk HIV/AIDS
juga dapat menyebabkan anemia.Malaria khususnya Plasmodium
falciparum juga dapat menyebabkan pecahnya sel darah merah. Cacing
seperti jenis Trichuris trichiura dan Schistosoma haematobium dapat
menyebabkan kehilangan darah (Hasdianah & Suprapto, 2016).
c. Tanda dan Gejala
1) Anemia Ringan Berdasarkan WHO, anemia ringan merupakan kondisi
dimana kadar Hb dalam darah diantara Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl. Sedangkan
berdasarkan Depkes RI, anemia ringan yaitu ketika kadar Hb diantara
Hb 8 g/dl - sehingga tubuh beradaptasi dan mengimbangi perubahan.
Gejala akan muncul bila anemia berlanjut menjadi lebih berat. Gejala
anemia yang mungkin muncul :
a) Kelelahan
b) Penurunan energi
c) Kelemahan
d) Sesak nafas ringan
e) Palpitasi
f) Tampak pucat (Damayanti, 2017).
2) Anemia Berat
Menurut WHO anemia berat merupakan kondisi dimana kadar Hb
dalam darah dibawah < 6 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI,
anemia berat yaitu ketika kadar Hb dibawah < 5 g/dl. Beberapa tanda
yang mungkin muncul pada penderita anemia berat yaitu:
a) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan
berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika
anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
b) Denyut jantung cepat
c) Tekanan darah rendah
d) Frekuensi pernapasan cepat
e) Pucat atau kulit dingin
f) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel
darah merah
g) Murmur jantung
h) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu (Damayanti,
2017)
d. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Anemia.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Secara umum pada tahap ini tidak menunjukkan gejala, pada tahap
ini persediaan besi di sumsum tulang berkurang. Feritin serum akan
menurun akibat meningkatnya penyerapan zat besi oleh mukosa usus
sebagai kompensasinya hati akan mensintesis lebih banyak transferin
sehingga akan terjadi peningkatan TIBC. Pada keadaan ini tidak
menyebabkan anemia (CBC normal) dan morfologi eritrosit normal,
distribusi sel darah merah biasanya masih normal. Selanjutnya disebut juga
tahap eritropoiesis yang kekurangan besi. Pada tahap ini kandungan
hemoglobin (Hb) pada retikulosit mulai menurun, hal ini merefleksikan
omset dari eritropoiesis yang kekurangan besi. Tetapi karena sebagian
besar eritrosit yang bersirkulasi merupakan eritrosit yang diproduksi saat
ketersediaan besi masih adekuat, maka total pengukuran Hb masih dalam
batas normal, anemia masih belum tampak. Akan tetapi Hb akan terus
mengalami penurunan, Red Blood Cell distribution Widths (RDW) akan
meningkat karena mulai ada eritrosit yang ukurannya lebih kecil
dikeluarkan oleh sumsum tulang. Serum iron dan feritin akan menurun,
TIBC dan transferin akan meningkat. Reseptor transferrin akan meningkat
pada permukaan sel-sel yang kekurangan besi guna menangkap sebanyak
mungkin besi yang tersedia. Seperti pada tahap pertama, pada tahap kedua
ini juga bersifat subklinis, sehingga biasanya tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Kemudian Tahap defisiensi besi menjadi jelas, nilai Hb dan
hematokrit (Ht) menurun, karena terjadi deplesi pada simpanan dan
transport besi maka prekursor eritrosit tidak dapat berkembang secara
normal. Eritrosit kemudian akan menjadi hipokromik dan mikrositik. Pada
tahap ini terjadi eritropoesis inefektif akibat kurangnya cadangan besi dan
transport besi. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda anemia dari yang
tidak spesifik hingga tanda-tanda anemia berat (Kurniati, 2020).
e. Klasifikasi Anemia.
1) Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu penyakit
hematologi yang sering ditemukan pada bayi, anak-anak dan
perempuan usia reproduksi. Anak-anak dengan ADB akan mengalami
gangguan dalam tumbuh-kembang, perubahan perilaku serta gangguan
motorik, sehingga dapat mengurangi kemampuan belajar dan
menurunkan prestasi belajar di sekolah. Keadaan ini tentunya dapat
menghambat perkembangan kualitas sumber daya manusia. Anemia
defisiensi besi yaitu kekurangan asupan besi pada saat makan atau
kehilangan darah secara lambat atau kronis. Zat besi adalah komponen
esensial hemoglobin yang menutupi sebagaian besar sel darah merah.
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2016)
2) Anemia megaloblastik Anemia yang terjadi karena kelainan proses
pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan
(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.
3) Anemia hipoplastik Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung
tulang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
4) Anemia Aplastik Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan
dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit.Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan
bahan kimia.Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah
idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak diketahui. Anemia aplastik
dapat juga terkait dengan infeksi virus dan dengan penyakit lain.

f. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia.


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa
anemia adalah:
1) Pemeriksaan laboratorium:
Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen – komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV, MCV, dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan laoratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, dan biakan kuman.
3) Radiologi: thorak, bone survey, USG atau linfangiografi.
4) Pemeriksaan sitogenetik
5) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Raction,
FISH = Fluorescence in Situ Hybridization) (Nurarif & Kusuma, 2015).
g. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
1) Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif
dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur
sentral selama 7 – 10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum
tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC
rendah leukosit dan platelet.
2) Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat, kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

3) Anemia pada penyakit kronik


Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.

4) Anemia pada defisiensi besi dan asam folat


Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Tranfusi darah diberikan bila
kadar Hb kurang dari 5gr %.

5) Anemia megaloblastik
a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak
tersedianya faktor intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
b) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x55
mg/hari.
d) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan
absorbsi, penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat
1 mg/hari secara IM.
6) Anemia pasca pendarahan Dengan memberikan transfusi darah dan
plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan
cairan infus apa saja yang tersedia.
7) Anemia hemolitik Dengan pemberian transfusi darah menggantikan
darah yang hemolisis (Nurarif & Kusuma, 2015).
h. Komplikasi Anemia.
Komplikasi anemia adalah:
1) Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
2) Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat
mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran
prematur.
3) Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau
ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus
memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen
dalam darah menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.
4) Kematian, beberapa anemia turunan seperti anemia sel sabit bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak
darah dengan cepat mengakibatkan anemia dan berat dan bisa berakibat
fatal (Jitowiyono, 2018).
Pathway
Etiologi

Prediposisi
Presipitasi

Genetik
Pendarahan Kegagalan
sumsumtulang
Dx. Manajemen
Gangguan Kesehatan
pembentukan Keluarga Tidak
molekul Efektif ↑kehilangan darah
Penurunan
Eritrosit dalam jumlah sel
komponen ↓ eritopoitin
Jumlah Hb
dalam sel darah Ibu klien tidak
merah rendah mengetahui eritropoesis
penyakit anaknya

Sel darah merah


kekurangan Hb Jumlah seldarah
Ketidakmampuan merah yang
keluarga dihasilkan
mengenal masalah
kesehatan
Persitopeni

Defisiensi zat
besi
ANEMIA Defisiensi
asam folat Vit
B12
Vakositas darah

Anemia
megalosblasti
k
Resistensi aliran
darah perifer
Kelemahan
Glositis

Dx. Perfusi Perubahan Aliran O2 ke


perifer tidak perfusi jaringan jaringan ↓ Kehilangan nafsu Dx. Keletihan
efektif makan

Sirkulasi Hipoksia,
pucat, lemah Malnutrisi
O2
terganggu
Sirkulasi darah Beban kerja
ke kapiler tidak Dx. Defisit nutrisi
ssddrre jantung ↑
efektif Pola napas
terganggu

Payah
jantung

syok
Kematian

Gangguan < zat besidalam Perubahan


Hiperpolemia absorsi makanan sirkulasi

Plasma kurang
Mobilitas usus

Plasenta <
Daya tahan tubuh ↓
asupannutrisi
Pengenceran konstipasi
darah
Risiko infeksi
BBLR
Risiko
pendaharan
Nyeri
abdomen

Konsentrasi ↓

Risiko kematian Pembentukan otot Kemampuan


mengelola informasi
yang didengar
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian

1) Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 8 tahun
Agama : Tidak dikaji
Jenis kelamin : perempuan
Status : Tidak dikaji
Pendidikan : Tidak dikaji
Pekerjaan : Tidak dikaji
Suku bangsa : Tidak dikaji
Alamat : Tidak dikaji
Tanggal masuk : Tidak dikaji
Tanggal pengkajian : Tidak dikaji
No. register : Tidak dikaji
2) Indetitas penanggung jawab
Nama : Tidak dikaji
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tidak dikaji
Agama : Tidak dikaji
Pekerjaan : Tidak dikaji
Hubungan dengan pasien : Ibu pasien
No. hp : Tidak dikaji
3) Keluhan utama : Klien mengatakan pusing
4) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang:
An.T, perempuan, 8 tahun, dibawa ibunya ke Rumah sakit
karena pingsan saat bermain dirumahnya. Dari hasil pengkajian
yang dilakukan, klien mengatakan pusing, klien mengatakan
tidak nafsu makan dan kalau makan 1 porsi tidak habis, ibu
klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita
anaknya, klien mengatakan lemas, pusing, lebih sering
terbaring di tempat tidur, klien mengatakan lemas pada saat
melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi dan dapat
melakukan aktifitas perawatan diri dengan cara dibantu oleh
orang tuanya

b) Riwayat kesehatan dahulu : Tidak dikaji


c) Riwayat keluarga : Tidak dikaji
5) Pola kebutuhan dasar
a) Pola persepsi dan manejemen kesehatan:
b) Pola nutrisi metabolik : Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan kalau makan 1 porsi tidak abis.

c) Pola eliminasi
BAB
Sebelum sakit : Tidak dikaji
Sesudah sakit : Tidak dikaji
BAK
Sebelum sakit : Tidak dikaji
Sesudah sakit : Tidak dikaji
d) Pola aktivitas dan latihan : Klien mengatakan lemas
pada saat melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi

6) Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Tidak dikaji
2. Kesadaran : Tidak dikaji
3. Tanda-tanda vital
Suhu : Tidak dikaji
Nadi : Tidak dikaji
RR : Tidak dikaji
TD : Tidak dikaji
4. Keadaan fisik
Kepala : Tidak dikaji
Leher : Tidak dikaji
Dada : Tidak dikaji
Pemeriksaan paru
Inspeksi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
Integument : Tidak dikaji
Genetalia : Tidak dikaji
Ekstremitas : Tidak dikaji
7) Pola persepsi dan konsep diri : Tidak dikaji
8) Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : Tidak dikaji
Sesudah sakit : Tidak dikaji
9) Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan antropometri : Tidak dikaji
b. Diagnosa keperawatan (Pathway)

Anemia

Defisiensi asam Ketidakmampuan


folat Vit B12 Defisiensi asam
keluarga mengenal
folat Vit B12
masalah kesehatan

Ibu klien tidak


Anemia Anemia mengetahui
megalosblastik megalosblastik penyakit anaknya

Glositis Dx. Manajemen


Kelemahan Kesehatan Keluarga
Tidak Efektif

Kehilangan nafsu
makan Dx. Keletihan

Malnutrisi
ANALISA DATA
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Anemia Defisit Nutrisi
1. Klien mengatakan
tidak nafsu makan Defisiensi asam folat
Vit B12
DO :
1. Kalau makan 1 porsi
tidak habis Anemia megalosblastik

Glositis

Kehilangan nafsu makan

Malnutrisi

Defisit Nutrisi

2 DS : Anemia Keletihan
1. Klien mengatakan
lemas, pusing dan Defisiensi asam folat
Vit B12
lebih sering
terbaring di tempat
Anemia megalosblastik
tidur
DO :
Kelemahan
1. Lemas pada saat
melakukan aktivitas
Keletihan
perawatan diri
3 DS : Anemia Manajemen
1. ibu klien
Kesehatan
mengatakan tidak
Ketidakmampuan Keluarga Tidak
tahu tentang keluarga mengenal
Efektif
masalah kesehatan
penyakit yang
diderita anaknya
Ibu klien tidak
DO : mengetahui penyakit
anaknya
-

Manajemen Kesehatan
Keluarga Tidak
Efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d klien mengatakan
tidak nafsu makan
2. Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia) d.d Lemas pada saat melakukan
aktivitas perawatan diri
3. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif b.d Kompleksitas program
perawatan/pengobatan d.d ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit
yang diderita anaknya
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119) Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030)
Observasi : Observasi :
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
Subkategori : Nutrisi tindakan keperawatan 2. Identifikasi makan nutrisi
dan cairan 1x24 jam diharapkan yang disukai 2. Untuk mengetahui
Definisi : status nutrisi Membaik Terapeutik : makanan kesukaan
Asupan nutrisi tidak dengan kriteria hasil : 1. Lakukan oral hygiene klien
cukup untuk memenuhi sebelum makan, jika Terapeutik :
1. Porsi makanan
kebutuhan metabolisme perlu 1. Mulut yang bersih dapat
yang dihabiskan
Penyebab : 2. Sajikan makanan secara meningkatkan nafsu makan
meningkat
Ketidakmampuan menarik dan suhu yang sesuai 2. Untuk meningkatkan
2. Frekuensi
mencerna makanan 3. Berikan makanan tinggi kalori nafsu makan klien
makan
dan tinggi protein 3. Untuk membantu proses
DS : membaik
Edukasi : dalam pemenuhan
1. Klien
3. Nafsu makan
mengatakan tidak 1. Anjurkan posisi duduk, jika kebutuhan nutrisi
nafsu makan membaik
mampu Edukasi :
DO :
1. Kalau makan 1 1. Agar tidak tersedak saat
Kolaborasi : makan
porsi tidak habis 1. Kolaborasi dengan ahli gizi Kolaborasi :
untuk menentukan jumlah 1. Untuk membantu dalam
kalori dan jenis nutrient proses penyembuhan
yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Keletihan (D.0057) Tingkat Keletihan Manajemen Energi (I.12362) Manajemen Energi (I.12362)
(L.05046)
Kategori : Fisiologi Observasi : Observasi :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengidentifikasi
Subkategori :
tindakan keperawatan tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi
Aktivitas/istirahat
1x24 jam diharapkan kelelahan 2. Untuk mengetahui factor
Definisi :
tingkat keletihan 2. Monitor kelelahan fisik dan kelelahan
Penurunan kapasitas
menurun dengan emosional 3. Untuk mengetahui lokasi
kerja fisik dan mental
kriteria hasil : 3. Monitor lokasi dan dan
yang tidak pulih dengan
ketidaknyamanan selama ketidaknyamanan selama
istirahat
1. Kemampuan
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
Penyebab :
melakukan
Terapeutik : Terapeutik :
Kondisi Fisiologis
aktivitas rutin
1. Lakukan latihan gerak 1. Untuk meningkatkan dan
(mis.anemia)
meningkat
rentang pasif/aktif melatih massa otot dan
DS :
Toleransi Aktivitas
2. Berikan aktivitas distraksi gerak ekstremitas pasien
1. Klien (L.05047)
yang menenangkan 2. Untuk mengalihkan rasa
mengatakan Edukasi : ketidaknyamanan yang
Setelah dilakukan
lemas, pusing dan 1. Anjurkan melakukan aktivitas dialami pasien
tindakan keperawatan
lebih sering secara bertahap Edukasi :
1x24 jam diharapkan
terbaring di 2. Ajarkan strategi koping untuk 1. Untuk menunjang proses
toleransi aktivitas
tempat tidur mengurangi kelelahan kesembuhan pasien secara
meningkat dengan
DO : Kolaborasi : bertahap
kriteria hasil :
1. Lemas pada saat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi 2. Agar pasien dapat
melakukan tentang cara meningkatkan mengatasi kelelahannya
1. Keluhan lelah
aktivitas asupan makanan secara mandiri dengan
Menurun
perawatan diri mudah
2. Perasaan lemah
Kolaborasi :
mmenurun
1. Untuk memaksimalkan
proses penyembuhan
pasien
3. Manajemen Kesehatan Manajemen Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga
Kesehatan Keluarga merencanakan perawatan merencanakan perawatan
Keluarga Tidak
(L.12105) (I. 13477) (I. 13477)
Efektif (D.0115)
Observasi Observasi
1. Identifikasi kebutuhan dan 1. Untuk mengidentifikasi
Kategori : Perilaku
Setelah dilakukan harapan keluarga tentang kebutuhan dan harapan
Subkategori :
tindakan keperawatan kesehatan keluarga tentang kesehatan
Penyuluhan dan
1x24 jam diharapkan 2. Identifikasi sumber-sumber 2. Untuk mengidentifikasi
Pembelajaran
manajemen kesehatan yang dimiliki keluarga sumber-sumber yang
Definisi :
keluarga meningkat 3. Identifikasi tinfakan yang dimiliki keluarga
Pola penanganan
dengan kriteria hasil : dapat dilakukan keluarga 3. Untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan dalam
tinfakan yang dapat
keluarga tidak 1. Kemampuan Terapeutik
dilakukan keluarga
memuaskan untuk menjelaskan 1. Motivasi pengembangan
memulihkan kondisi masalah sikap dan emosi yang Terapeutik
kesehatan anggota kesehatan yang mendukung upaya kesehatan 1. Untuk memotivasi
keluarga. dialami 2. Ciptakan perubahan pengembangan sikap dan
Penyebab : meningkat lingkungan rumah secara emosi yang mendukung
Kompleksitas program optimal upaya kesehatan
perawatan/pengobatan 2. menciptakan perubahan
DS: Edukasi lingkungan rumah secara
1. ibu klien 1. Informasikan fasilitas optimal
mengatakan tidak kesehatan yang ada
Edukasi
tahu tentang dilingkungan keluarga
1. Menginformasikan klien
penyakit yang 2. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang
diderita anaknya fasilitas kesehatan yang ada
ada dilingkungan keluarga
DO:
2. Menganjarkan pasien
-
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
DAFTAR PUSTAKA

Adlina,A.(2023,0202).Anemia Pada Remaja.Hellosehat.


https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-remaja/anemia-pada-remaja/
(diakses : 30 Januari 2024)

Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. 2015. Anemia defiseinsi besi. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu
penyakit dalam UI. Jakarta: Interna Publishing.
Damayanti, Dwi. 2017. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di wilayah kerja Puskesmas Teladan
Kecamatan Medan Kota. Skripsi Sarjana. Universitas Sumatra Utara
Ghrayeb, H., Elias, M., Nashashibi, J., Youssef, A., Manal, M., Mahagna, L., . . . Elias,
A. (2020). Appetite and ghrelin levels in iron deficiency anemia and the effect of
parenteral iron therapy: A longitudinal study. PLOS ONE, 1-14.

Hasdianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi & Patofisiologi Penyakit (2nd ed.).
Yogyakarta: nuhamedika.
Jitowiyono, S.2018.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Kurniati, Intantri. 2020. Anemia Defisiensi Zat Besi. JK Unila.Volume 4 Nomor 1.
Kementrian Kesehatan RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Jakarta,
Kementrian Kesehatan RI.
Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2017). Buku Ajar Patofisiologi Professional
Guide to Pathophysiology. Jakarta: EGC.
Maryanti, D., & Kusumawati, D. D. (2015). Faktor-faktor Risiko Terjadinya Kelainan
Kongenital. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), VIII (1), 42.
Morag, R. (2017). Syncope. Medscap.

Muncie, H., Sirmans, S., & James, E. (2017). Dizziness: Approach to Evaluation.
American Academy Of Family Phisicians, 154-162.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
PPNI (2018). Standar Dignosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Rahmadani, A., & Usiono. (2023). Pemahaman Dasar Pertolongan Pertama Pada Orang
Pingsan: Sistematik Literatur Review. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4774-4783.
Siloam Hospital, T. (2023, Oktober 11). Apa itu Asthenia? Ini Penyebab dan Cara
Mengatasinya. Siloam Hospitals.

Team Medis, R. (2023, July 13). Gejala Anemia dari yang Paling Umum Hingga yang
Khas per Jenisnya. PEMKAB PURWOREJO.
https://www.purworejokab.go.id/web/read/2814/lebih-dekat-dengan-masyarakat-
rsud-raa-tjokronegoro-launching-pelayanan-home-care-dan-anak-mamah.html
(diakses : 30 Januari 2024)
Yuni, Natalia Erlina. 2015. Kelaianan Darah. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wei, D. Y.-T., Ong, J. J., & Goadsby, P. J. (2018). Cluster Headache: Epidemiology,
Pathophysiology, Clinical. Wolters Kluwer - Medknow, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai