Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Dosen : Sudarman, S.Kep.Ns.M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN
STABILISASI SPINAL

OLEH

Nama Mahasiswa : Shofiya eka febrianti

Stambuk : 14220200012

Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
1. Definisi Penyakit
Spinal Cord Injury (SCI) adalah kerusakan atau trauma pada sum-sum tulang
belakang yang   mengakibatkan   kerugian   atau   gangguan   fungsi   menyebabkan
mobilitas dikurangi atau perasaan. Penyebab umum dari kerusakan adalah trauma
(kecelakaan mobil, tembak, jatuh, cedera olahraga, dll) atau penyakit (myelitis
melintang, Polio, spina bifida, Ataksia Friedreich, dll). Sumsum tulang belakang tidak
harus dipotong agar hilangnya fungsi terjadi. Pada kebanyakan orang dengan SCI,
sumsum tulang belakang masih utuh, tetapi kerusakan selular untuk itu
mengakibatkan hilangnya fungsi. SCI sangat berbeda dari cedera punggung seperti
disk pecah, stenosis tulang belakang atau saraf terjepit (Bahinki, et al. 2021).

2. Etiologi
Cedera tulang belakang yang paling sering traumatis, disebabkan oleh lateral yang
lentur, rotasi dislokasi, pemuatan aksial, dan hyperflexion atau hiperekstensi dari 
kabel  atau  cauda  equina.  Kecelakaan  kendaraan  bermotor  adalah  penyebab
paling umum dari SCI, sedangkan penyebab lain meliputi jatuh, kecelakaan kerja,
cedera olahraga (menyelam, judo dll), dan penetrasi seperti luka tusuk atau tembak,
kecelakaan di rumah (jatuh dr ketinggian, bunuh diri dll), dan bencana alam, misal
gempa. SCI juga dapat menjadi asal non-traumatik,. Seperti dalam kasus kanker,
infeksi, penyakit cakram intervertebralis, cedera tulang belakang, penyakit sumsum
tulang belakang vascular, transverse myelitis, tumor dan multiple sclerosis.

3. patofisiologi
Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak
cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat
hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada tulang belakang.
Fraktur pada cedera spinal cord dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi,
kominutif, dan dislokasi. Sedangkan kerusakan pada cedera spinal cord dapat berupa
memar, kontusio, kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, dan perdarahan. Kerusakan ini akan memblok syaraf parasimpatis untuk
melepaskan mediator kimia, kelumpuhan otot pernapasan, sehingga mengakibatkan
respon nyeri hebat dan akut anestesi. Iskemia dan hipoksemia syok spinal, gangguan
fungsi rektum serta kandung kemih. Gangguan kebutuhan gangguan rasa nyaman
nyeri, oksigen dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardia dan gangguan
eliminasi.

4. Klasifikasi berdasarkan keparahan


1) Klasifikasi Frankel :
Grade A : motoris (-), sensoris (-) Grade B : motoris (-), sensoris (+)
Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+) Grade D : motoris
(+) dengan ROM 4, sensoris (+)
Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+)
2) Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)
Grade A : motoris (-), sensoris (-) termasuk pada segmen sacral
Grade B : hanya sensoris (+)
Grade C : motoris (+) dengan kekuatan otot <
Grade D : Motoris (+) dengan kekuatan otot > 3
Grade E : motoris dan sensoris normal

5. Pemeriksaan Penunjang
 Evaluasi Klinik
Ketika pasien yang mengeluh sakit leher, meskipun mereka tidak benar-benar
terjaga, atau ketika mereka telah jelas kelemahan. Kita harus mewaspadai
adanya SCI, dari tanda dan gejala diatas dengan pemeriksaan radiologi.
 Pemeriksaan Radiologi
Pasien dengan SCI juga dapat menerima baik komputerisasi Tomography (CT
scan atau CAT) dan magnetis resonansi imaging (MRI) dari tulang belakang.
Karena alasan diatas, perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang
servikal pada semua pasien cedera kepala sedang dan berat. Radiograf yang
diambil di UGD kualitasnya tidak selalu baik dan bila tetap diduga adanya
cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambil lagi termasuk tampilan
oblik bila perlu, serta (pada daerah servikal) dengan leher pada fleksi serta
ekstensi bila diindikasikan. Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk
memperlihatkan proses odontoid pada bidang antero-posterior.
 Intensive Care Unit
Standar perawatan ICU, termasuk menjaga tekanan darah yang stabil,
pemantauan fungsi cardiovascular, memastikan ventilasi yang memadai dan
fungsi paru-paru, dan mencegah infeksi dan segera merawat dan komplikasi
lain, adalah penting agar SCI pasien dapat mencapai hasil yang terbaik. 
 Steroid Therapy
Methylprednisolone, sebuah obat steroid, menjadi tersedia sebagai perawatan
untuk SCI akut pada tahun 1990 ketika seorang multicenter percobaan klinis
menunjukkan lebih neurological mengubah skor di pasien yang diberi obat di
dalam delapan bulan pertama dari cedera.

6. Pemeriksaan fisik (Berdasarkan ABCD/Kasus Kegwatdaruratan)


 Pengkajian
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
- Apakah klien pernah menderita :
- Penyakit stroke
- Infeksi otak
- DM
- Diare dan muntah yang berlebihan
- Tumor otak
- Intoksiaksi insektisida
- Trauma kepala
- Epilepsi dll.
2) Pemeriksaan Fisik
- Sistem pernafasan
Gangguan pernafasan, menurunnya vital kapasitas, menggunakan otot-otot
pernafasan tambahan
- Sistem kardiovaskuler
Bardikardia, hipotensi, disritmia, orthostatic hipotensi.
- Status neurologi
Nilai GCS karena 20% cedera medulla spinalis disertai cedera kepala.
- Fungsi motoric
Kehilangan sebagian atau seluruh gerakan motorik dibawah garis kerusakan,
adanya quadriplegia, paraplegia.
- Refleks Tendon
Adanya spinal shock seperti hilangnya reflex dibawah garis kerusakan, post
spinal shock seperti adanya hiperefleksia ( pada gangguan upper motor
neuron/UMN) dan flaccid pada gangguan lower motor neuron/ LMN).
- Fungsi sensorik
Hilangnya sensasi sebagian atau seluruh bagian dibawah garis kerusakan.
- Fungsi otonom
Hilangnya tonus vasomotor, kerusakan termoreguler.
- Autonomik hiperefleksia (kerusakan pada T6 ke atas)
Adanya  nyeri  kepala,  peningkatan  tekanan   darah,  bradikardia,  hidung
tersumbat, pucat dibawah garis kerusakan, cemas dan gangguan penglihatan.
- Sistem gastrointestinal
Pengosongan lambung yang lama, ileus paralitik, tidak ada bising usus, stress
ulcer, feses keras atau inkontinensia.
- Sistem urinaria
Retensi urine, inkontinensia
- Sistem Muskuloskletal
Atropi otot, kontraktur, menurunnya gerak sendi (ROM)
- Kulit
Adanya kemerahan pada daerah yang terrtekan (tanda awal decubitus
- Fungsi seksual.
Impoten, gangguan ereksi, ejakulasi, menstruasi tidak teratur.
- Psikososial
Reaksi   pasien   dan   keluarga,   masalah   keuangan,   hubungan   dengan
masyarakat.

3). Diagnosa Keperawatan yang  mungkin muncul dan Prioritas Diagnosa


 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma,
kelemahan dengan paralisis otot abdominal dan interkostal serta
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.
 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan, sensorik dan
motoric
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera, pengobatan
dan namanya imobilitas.
 Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan
pada usus dan rectum, adanya atonik kolon sebagai akibat gangguan
autonomic.
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat
perkemihan, ketidakmampuan untuk berkemih spontan
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, kehilangan
sensori dan mobilitas
DAFTAR PUSTAKA

Bohinski R. Spinal decompression: laminectomy & laminotomy. 2018 February [diunduh 2


februari 2021]; tersedia dari https://www.mayfieldclinic.com/PDF/PE-
decompression.pdf.

Consortium Member Organizations and Steering Committee Representati ves. Early Acute
Management in Adults with Spinal Cord Injury: AClinical Practice Guideline for
Health-Care Professionals. The Journal Of Spinal CordMedicine. Vol. 31. 2019.
Dumont, Randall J; Okonkwo, David O; Verma, Subodh ; Hurlbert, CJohn; Boulos, Paul
T;Dumont, Aaron S;. (2021). Acute Spinal Cord Injury, Part I: Pathophysiologic
Mechanisms. Clinical Neuropharmacology , 24 (5), 254-264.
Julita AT, John JT, Stephen I. Nonspecific low back pain inflammatory profiles of patient
with acute and chronic pain. Clin J Pain. 2019; 35(10): 818-25.

Peene L, Cacheux PL, Sauter AR, Joshi GP, Beloeil H. Pain management after laminectomy
surgery a systematic review and procedure specific postoperative pain management
recommendatios. Eur J Anaesthesiol. 2020: 1-12.

Takdir AM, Tanra AH, Yusuf I, Ramli A. The preoperative single dose dexamethasone effect
to pro and anti-inflammatory cytokine during orthopedic surgery. Indian J Pain.
2018;29(2):100-5.

Wittayapairoj A, Wittayapairoj k, Kulawong A, Huntula Y. Effect intermediate dose


dexamethasone on post operative pain in lumbar spine surgery a randomized triple
blinde, placebo controlled trial. Asian J Anesth. 2018: 1-5.

Anda mungkin juga menyukai