PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2004). Angka kejadian
low back pain di Bali berdasarkan data yang diperoleh dari poliklinik
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun
2011 dan 2012 di dapatkan jumlah penderita low back pain (LBP) yang
menjalani rawat jalan sebanyak 152 pasien. (Endah, 2013).
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan
kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat.
Selain itu pasien juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring,
dan olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari
Low Back Pain.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Low Back Pain.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari Low Back Pain
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari Low Back Pain
2
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi Low Back Pain
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis pada penderita Low
Back Pain
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien Low Back
Pain
6. Mengetahui dan memahami prognosis pada pasien dengan Low Back
Pain
7. Mengetahui dan memahami komplikasi pada pasien dengan Low Back
Pain
8. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang
tepat untuk penderita Low Back Pain
D. Manfaat
Menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam pengerjaan
makalah dan presentasi di depan kelas. Menambah kecakapan dan rasa
percaya diri mahasiswa serta lebih memahami masalah neurobehavior
terutama masalah Low Back Pain serta memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah Low Back Pain
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
4
B. Etiologi Low Back Pain
5
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari
arteri glutea superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra
medullar sering menyebabkan LBP oleh karena juga menekan
radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
1. Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic
dan spondilolistesis)
2. Sendi-sendir sakroiliakan
3. Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan
akar saraf akibat stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun
neurosis.
6
3. Spondylitis
d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e. LBP akibat neoplasma
1. Tumor myelum
2. Retikulosis
f. LBP akibat kelainan congenital
g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik
7
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan
L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung
bawah menderita hernia nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 :
2321
8
yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis
imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal
pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain
Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :
a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangny
c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu,
tetapi tidak lebih dari 12 minggu.
9
2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada
beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama
untuk mengurangi nyeri.
3. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol
atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran
parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle
relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya
ketergantungan.
4. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak
kembali ke aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
5. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang
membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat
kembali bekerja dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain:
belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.
D. Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root Affection
1. Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas
walaupun punggung/tungkai bawahnya nyeri.
2. Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri.
3. Medikasi: obat anti nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol
atau dikombinasikan dengan opioid. Pertimbangkan tambahan
relaksan otot tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat
bahaya ketergantungan.
4. Olah raga: jika pasien menjadi pasif, olah raga ringan mungkin
berguna.
5. Operasi: dilakukan pada kasus dengan tandatanda neurologis
progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak
memuaskan setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode
nyeri yang tidak tertahankan sebelumnya.
10
Terapi dan intervensi lain: tidak terdapat penelitian mengenai terapi
dengan traksi atau manipulasi yang dianjurkan.
F. Prognosis Low Back Pain
G. Komplikasi
11
5. Hematoma
6. Tidak ada penyatuan pada area bedah
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Anamnesa
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat
b) Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun
kronis lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang
kaki.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan
timbulnya keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa
yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien
apakah klien sering mengkonsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit
gangguan tulang atau otot sebelumnya
e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh
selama bekerja, dan kerja statis.
13
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera:
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a. Pemeriksaan motorik
b. Pemeriksaan sensorik
c. Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks
L5 atau S 1) cross laseque(HNP median) Reverse
Laseque (iritasi radik lumbal atas)
d. Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e. Pemeriksaan system otonom
f. Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi
sakroiliaka)
g. Tes Naffziger
h. Tes valsava.
5. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum,
peristaltic dan eliminasi)
8. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9. Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita)
10. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume)
14
C. Pemeriksaan fisik
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi
untuk pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur
dikarenakan menahan nyeri yang hebat).
5) Pola kognitif dan perseptual
(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan
nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik)
6) Persepsi diri/konsep diri
2. Penatalaksanaan
15
selama 2 sampai 3 hari. Selama periode ini, pasien didorong untuk
bangun dan berjalan-jalan setiap 2 sampai 3 jam saat terjaga bahkan
jika ini menyebabkan rasa sakit.
Kompres es diterapkan selama 5 sampai 10 menit pada suatu waktu
setiap jam untuk 48 jam pertama untuk mengurangi kejang otot di
belakang. Setelah 48 jam panas mungkin lebih bermanfaat, bantalan
pemanas, paket panas, dan panas bekerja dengan baik. Panas
diterapkan selama 20 menit setiap 1 sampai 2 jam. traksi pelvis dapat
dipesan oleh beberapa dokter, dan latihan ringan. Perawatan ini
dilakukan di bawah bimbingan seorang terapis fisik. korset yang
dirancang khusus kadang-kadang digunakan untuk menjaga
keselarasan tulang belakang ketika pasien diperbolehkan keluar dari
tempat tidur. Pasien diingatkan untuk tidak mengangkat sesuatu yang
berat dari 2 sampai 5 lb dan tidak merubahnya ketika meraih hal.
Pasien harus sering berpindah tempat dari pada duduk untuk waktu
yang lama. Berjalan untuk jarak pendek sering sangat bermanfaat.
Penyesuaian oleh chiropractor juga dapat membantu meringankan rasa
sakit. Jika sakit berlanjut melebihi 3 sampai 4 minggu, ada bukti-bukti
dari defisit neurologis, atau nyeri memburuk, operasi dapat
diindikasikan.
Prosedur operasi. Bagi pasien yang tidak dapat menemukan
bantuan melalui tindakan konservatif, operasi pengangkatan disk yang
rusak mungkin satu-satunya alternatif. Sebuah diskectomy sering
dilakukan. Ini adalah teknik bedah mikro yang menggunakan sayatan
sangat kecil. Jika daerah tidak dapat ditangani dengan mikro, sayatan
diskectomy atau Laminektomi terbuka, yang melibatkan penghapusan
lengkungan posterior vertebrata bersama dengan disk, dilakukan.
Sebuah fusi tulang belakang yang diperlukan dalam beberapa pasien
untuk menstabilkan tulang belakang. Prosedur ini dapat dilakukan
untuk kondisi selain disc pecah, misalnya, untuk penyakit degeneratif
seperti tulang belakang sebagai penyakit Pott (TB tulang belakang),
16
untuk patah tulang dari tulang belakang, dan untuk dislokasi tulang
belakang. (Susan, 1998)
3. Analisa Data
17
2. DS : Perubahan postur tubuh Hambatan Mobilitas
1. Klien mengatakan karena trauma primer dan
nyeri punguung sekunder
bawah
2. Pernah terjatuh Trauma primer seperti:
dari tempat bekerja trauma secara spontan.
3. Pergerakan Contohnya kecelakaan
terbatas
DO : Kontraksi punggung
1. Skala nyeri 8
Terdesaknya otot
vetebrata
Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal
Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo
Nyeri punggung bawah
(low back pain)
Kelemahan otot
Mobilitas fisik terganggu
hambatan mobilitas
3. DS : Obesistas Nutrisi lebih dari
18
1. Klien mengeluh kebutuhan
nyeri punggung Kelebihan beban
bagian bawah lumbalsakral
2. Klien bekerja
didepan komputer Pembentukan kurva
selama 10 jam lumbal abnormal
perhari.
3. Jarang untuk Rusaknya pembungkus
bergerak syaraf
DO :
1. BB : 90 kg Hiperalgesia sekunder
2. Skala nyeri : 7 pada neuron di sekitar lesi
pada resio lumbal skral
Nyeri punggung bawah
(low back pain)
Kelemahan otot
Mobilitas fisik terganggu
Jarang bergerak
Struktur Melemah
penumpukan lemak krn
tubuh krg gerak
Nutrisi lebih dari
kebutuhan
19
4. Diagnosa Keperawatan
Prioritas keperawatan
1. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri
2. Meningkatkan berfungsi dengan optimal
3. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam
proses rehabilitasi
4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit
prognosis dan kebutuhan pengobatannya
20
5. Intervensi Keperawatan
1. Dx : nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma) dan reflek spasme
otot
21
Kriteria Hasil: perlahan
1. Klien menunjukkan kembalinya 3. Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
mobilitas fisik tempat tidur dengan nyeri yang
2. Kembali ke aktivitas semula secara minimal
bertahap 4. Sampaikan dan ingatkan klien untuk
3. Menghindari posisi yang tidak diperbolehkan melakukan gerakan
mengakibatkan ketidaknyamanan memutar atau melengok
dan spasme otot 5. Dorong pasien untuk melakukan
4. Merencanakan atau jadwal baring perubahan posisi berbaring, duduk,
setiap hari berjalan. Dalam kurun waktu yang
singkat
6. Buat jadwal periode berbaring di
tempat tidur berapa kali sehari bersama
dengan klien
7. Dorong klien untuk mematuhi jadwal
latihan yang sudah dibat dan
meningkatkan latihan secara bertahap
22
6. Evaluasi
23
BAB IV
STUDY KASUS
2. Etiologi
Etiologi dari kasus LBP yang dialami pada kasus diatas adalah
akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal.
Ditinjau dari kasus diatas, klien mempunyai riwayat jatuh dari
ketinggian dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada akar saraf di
tulang belakang (kompresi) sehingga terjadi lesi pada bantalan tulang
belakang yang menyebabkan cincin bantalan tulang belakang menjadi
menonjol keluar dari tempatnya dan menekan saraf-saraf yang ada di
punggung sehingga pasien mengeluhkan nyeri pada punggung
bawahnya.
24
3. Klasifikasi
4. Faktor Resiko
5. Penatalaksanaan
6. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. L
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : surabaya
Masuk RS : 11 april 2016
b. Keluhan Utama:
Nyeri punggung bawah, pantat dan kaki
25
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri dirasakan lebih 1 bulan, nyeri seperti terbakar, pekerjaan
pasien sebagai kuli bangunan,pasien memiliki riwayat terjatuh dari
bangunan tahun 2010,dan juga pasien memiliki kebiasaan
merokok sejak remaja
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat terjatuh dari bangunan tahun 2010
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
-
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit , kesan status gizi
cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS: E4V5M6
Tanda Vital : RR 24 x/mnt, N: 115x/mnt,
TD:130/80 mmHg, S: 37,2C
Kulit : Turgor kulit baik
Kepala : Normocephal, rambut hitam,
distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata :Edema palpebra -/-, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor diameter 3/3 mm, reflek
cahaya Normal/Normal, reflek
kornea Normal/Normal
Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen
-/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum
deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir kering, faring tidak
hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris,
26
tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada deviasi trakhea,
tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening, kaku kuduk (-),
meningeal sign (-)
Dada :
Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V
linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis
dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen :
I : Datar, supel
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak
teraba membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill <2detik,
akral hangat (+)
Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Normal
Perasaan Hati : Normal
27
Orientasi : Normal
Kecerdasan : Normal
Daya Ingat : Normal
Status Neurologis
Sikap Tubuh : Lurus dan simetri
Gerakan Abnormal : (-)
Kepala : Normocephal
Saraf otak
Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis
Ptosis -/-
28
Gerakan mata ke lateral
bawah +/+
Menggigit Normal/Normal
Reflek kornea + +
Meringis Normal/Normal
29
berbisik
Reflek muntah +
Sengau –
N.IX Tersedak –
Bersuara Normal/Normal
30
Artikulasi Normal/Normal
Sensibilitas : normal
Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK tidak normal
Refleks Patologis : Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-),
Oppenheim (-/-), Gonda (-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-).
7. Pemeriksaan Khusus
A. Posisi Terlentang:
Lasegue : (+/+)
Braggard : (+/+)
Patrick : (+/+)
Kontra patrick : (+/+)
Valsava : (+)
Nafziger : (+)
B. Posisi Telungkup:
Pasien sulit melakukan posisi telungkup
Nyeri tekan otot paravertebra VL2-VS1
Gibbus : (-)
Spasme otot (+)
Nyeri ketok : (+) pada pinggang bawah kanan dan kiri
31
8. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah Rutin
Kimia Klinik
SEROLOGI
32
HbsAg Non reaktif Non reaktif
X-Foto LumboSacral AP-Lateral :
Kesan : Terdapat penyempitan pada discus intervertebralis pada L2- L3,
L5-S1
Osteofit pada L2, L4, L5 merupakan gambaran dari spondilosis
lumbalis ringan
Kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior
Tak tampak fraktur dan listesis pada tulang
9. Analisa Data
33
Nyeri pada punggung
bawah, pantat dan kaki
klien mempunyai
kebiasaan merokok sejak
remaja
Memperlambat proses
penyembuhan nyeri
Rasa nyeri semakin parah
seperti terbakar
Gangguan rasa nyaman :
nyeri akut
2. DS : Seorang laki-laki pekerja Gangguan mobilitas fisik
1. Px mengeluh nyeri kuli bangunan terjatuh
punggung bawah, dari bangunan
pantat dan kaki.
2. Nyeri dirasakan Pekerja mendapat tekanan
lebih dari 1 bulan yang tinggi akibat terjatuh
3. Nyeri seperti dr bangunan
terbakar
DO: Terjadi kontraksi
1. Hasil MRI : punggung
penyempitan pada
L4-L5 Tulang belakang
2. Skala nyeri : 8 menyerap goncangan
3. Pergerakan terbatas vertikal
Terjadi perubahan diksus
intervertebralis
Melemahnya otot
abdominal dan toraks
Pergerakan terbatas
(pergerakan ekspansi dada
34
terganggu)
Ttv klien tidak normal
(RR: 24 x/mnt, N:
115x/mnt, TD:130/80)
Pengaruh : aktivitas
sehari-hari terganggu
Mobilitas terganggu
Gangguan mobilitas fisik
35
berdiri waktu latihan
Menyediakan langkah-demi-langkah isyarat
untuk setiap aktivitas motorik selama
latihan atau ADSL
Mengevaluasi kemajuan pasien terhadap
peningkatan / restorasi
gerakan tubuh dan fungsi
Dorong klien untuk tirah baring dan
perubahan posisi untuk memperbaiki posisi
lumbal. Pasien pada posisi semi fowler
Gunakan papan selama melakukan
perubahan posisi
Alihkan perhatian klien : membaca,
menonton tv, mendengarkan lagu
36
air)
Membantu untuk menetapkan tujuan jangka
pendek yang realistis dan jangka panjang
dan untuk mengambil rencana latihan
Membantu mengembangkan lingkungan
rumah /lingkungan kerja yang dapat terlibat
dalam rencana latihan
Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
tempat tidur dengan nyeri yang minimal
Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
tempat tidur dengan nyeri yang minimal
Dorong pasien untuk melakukan perubahan
posisi berbaring, duduk, berjalan. Dalam
kurun waktu yang singkat
Bantu klien mengubah posisi secara
perlahan
12. Evaluasi
1. Klien merasakan nyerinya berkurang
2. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali secara bertahap
37
BAB V
PENUTUP
38
keluar dari tempatnya dan menekan saraf-saraf yang ada di punggung
sehingga pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bawahnya.
Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
menuju ke daerah lain atau sebaliknya , nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).
Ditinjau dari etiologinya, LBP yang dialami klien pada kasus diatas
termasuk dalam LBP traumatik. Sedangkan apabila ditinjau dari perjalanan
klinisnya, kasus LBP yang dialami oleh klien diatas termasuk dalam LBP
akut karena masih terjadi dalam waktu 1 bulan.
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Selain itu
pasien juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring, dan
olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari
Low Back Pain. Pada kasus di atas penatalaksanaan yang dapat dilakukan
antara lain adalah tetap mendorong klien untuk beraktivitas walaupun
hanya aktivitas ringan, tirah baring, dan edukasi kepada klien dan keluarga
klien.
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering
dijumpai episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami
keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-
15% yang mengalami disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi
merupakan indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan ke-12.
39
DAFTAR PUSTAKA
40