Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber daya tarik,


frustasi dan kadang menjadi kebingungan pada banyak dokter dan ilmuwan
untuk mempelajari dan menangani penyakit ini. Tulang belakang merupakan
satu- satunya organ yang terdiri dari tulang-tulang, sendi- sendi, ligament-
ligamen, jaringan lemak, berlapis lapis otot, syaraf tepi, ganglion sensoris,
ganglion otonom dan saraf tulang belakang. Struktur tersebut di suplay oleh
satu sistem arteri dan vena yang rumit. Selain itu pergerakan dari tulang
belakang itu sendiri sangat kompleks dan cidera pada tulang belakang dan
struktur-struktur tersebut akan menghasilakan pola nyeri yang unik.
Menurut data dari Amerika, prevalensi gangguan low back pain
berkisar 15-20% dari populasi umum. Dari kelompok usia bekerja sekitar 50%
mengaku pernah mengalami low back pain setiap tahunnya (Meliala, dkk
2005). Kelompok Jayson menemukan bahwa 35-37% pekerja mengalami
nyeri punggung dan sebagian penderita yang dimaksud adalah mereka yang
ada pada usia 49-59 tahun.
Di Indonesia, data mengenai jumlah penderita low back pain di
RSUD dr. Soedarso Pontianak didapatkan bahwa pada tahun 2010 sebanyak
189 kasus, tahun 2011 sebanyak 63 kasus dan tahun 2012 sebanyak 959 kasus
(Tuti, 2013). Low Back Pain (LBP) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,
terutama di Negara-negara Industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh
populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi
tahunannya bervariasi dai 15-45% dengan point prevalence (Sadeli dan
Tjahjono 2004). Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada,
namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun
pernah menderita nyeri punggung, prevalensi laki-laki 18,2% da pada wanita

1
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2004). Angka kejadian
low back pain di Bali berdasarkan data yang diperoleh dari poliklinik
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun
2011 dan 2012 di dapatkan jumlah penderita low back pain (LBP) yang
menjalani rawat jalan sebanyak 152 pasien. (Endah, 2013).
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan
kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat.
Selain itu pasien juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring,
dan olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari
Low Back Pain.

B. Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari Low Back Pain ?


2. Apakah etiologi dari Low Back Pain ?
3. Bagaimana patofisiologi Low Back Pain ?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada penderita Low Back Pain ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan Low Back Pain ?
6. Bagaimana prognosis pada pasien dengan Low Back Pain ?
7. Apakah komplikasi pada pasien dengan Low Back Pain ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk menangani kasus Low
Back Pain ?

C. Tujuan

A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Low Back Pain.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari Low Back Pain
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari Low Back Pain

2
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi Low Back Pain
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis pada penderita Low
Back Pain
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien Low Back
Pain
6. Mengetahui dan memahami prognosis pada pasien dengan Low Back
Pain
7. Mengetahui dan memahami komplikasi pada pasien dengan Low Back
Pain
8. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang
tepat untuk penderita Low Back Pain

D. Manfaat
Menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam pengerjaan
makalah dan presentasi di depan kelas. Menambah kecakapan dan rasa
percaya diri mahasiswa serta lebih memahami masalah neurobehavior
terutama masalah Low Back Pain serta memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah Low Back Pain

3
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Low Back Pain

Kerusakan punggung dan tulang adalah penyebab ketiga


ketidakmampuan individu dalam bertahun-tahun pekerjaannya.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh masalah-masalah
musculoskeletal (misalnya perenggangan lumbosakral akut, ligament
lumbosakral yang tidak stabil dan kelemahan otot, osteotitis medulla,
stenosis medulla, masalah-masalah diskus intervertebra, panjang tungkai
yang tidak sama. Pasien lansia mungkin mengalami sakit punggung
yang berkaitan dengan fraktur vertebra, osteoporosis atau metastasis
tulang. Banyak kondisi medikal dan psikomatis lain yang menyebabkan
nyeri punggung. Obesitas, stress dan kadang depresi dapat menunjang
terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien dengan nyeri punggung bawah
kronik mungkin mengalami ketergantung pada alkohol atau analgesik.
Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber data tarik,
frustasi dan kadang menjadi kebingungan pada banyak dokter dan
ilmuan untuk mempelajari dan menangani penyakit ini. Tulang belakang
merupakan satu- satunya organ yang terdiri dari tulang-tulang, sendi-
sendi, ligament-ligamen, jaringan lemak, berlapis lapis otot, saraf tepi,
ganglion sensoris, ganglion otonom dan saraf tulang belakang. Struktur
tersebut di suplay oleh satu sistem arteri dan vena yang rumit. Selain itu
pergerakan dari tulang belakang itu sendiri sangat kompleks dan cidera
pada tulang belakang dan struktur-struktur tersebut akan menghasilakan
pola nyeri yang unik.

4
B. Etiologi Low Back Pain

Tulang belakang merupakan organ mekanik yang sering


digambarkan sebagai suatu derek (crane) dengan kemampuan
menyangga berat badan, menjaga keseimbangan dan melawan berbagai
tarikan sebagai akibat dari pekerjaan sehari-hari maupun aktivitas
rekreasional. Walaupun tulang belakang memiliki kemampuan yang luar
biasa untuk menahan sebagian besar tekanan mekanis, tulang belakang
tidak dapat dipaksa untuk melampaui kemampuannya. Kekuatan yang
melampaui kapasitas jaringan tulang belakang untuk merenggang akan
mengakibatkan cidera atau nyeri.
Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan
jelas dan masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup
peneliti telah menyerah dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari
nyeri punggung bawah dan kemudian justru menjelaskan beberapa
kondisi tanda bahaya (red flag) yang berkaitan dengan gangguan ini.
Kelompok permasalahan yang dapat menyebabkan nyeri punggung
adalah sebagi berikut:
1. Berasal dari biomekanis dan destruktif, misalnya kompresi diskus
vertebralis, herniasi diskusvertebralis, cidera torsio dan vibrasi.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat terlihat pada klien yang
memiliki pekerjaan yang membutuhkan kerja mengangkat yang
berat dan berulang pada posisi membungkuk atau pekerjaan
mengoprasikan mesin yang bergetar.
2. Bersifat destruktif, misal infeksi, tumor dan gangguan rematik.
Kondisi-kondisi tersebut dapat memberikan tekanan pada saraf
tulang belakang atau akarnya, atau bahkan merubah struktur dari
tulang vertebra.
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor
retroperitoneal, fibroid retrouteri

5
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari
arteri glutea superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra
medullar sering menyebabkan LBP oleh karena juga menekan
radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
1. Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic
dan spondilolistesis)
2. Sendi-sendir sakroiliakan
3. Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan
akar saraf akibat stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun
neurosis.

Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :


a. LBP Traumatik
1. LBP pada unsur miofasial
2. LBP akibat trauma pada komponen keras susunan
neuromuskuloskeletal
b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup
1. Spondilosis
2. HNP
3. Stenosis spinalis
4. Oesteoartritis
c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu
1. Artritis rematoid
2. Spondilitis angkilopoetika

6
3. Spondylitis
d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e. LBP akibat neoplasma
1. Tumor myelum
2. Retikulosis
f. LBP akibat kelainan congenital
g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik

C. Patofisiologi Low Back Pain

Beban berat memiliki berbagai efek terhadap diskus


intervertebralis, badan dari vertebrata, faset dan ligamen-ligamen tulang
belakang. Pada beban berat yang menekan (compressive load) serabut
anuker dari diskus mengalami perenggangan. Tulang vertebra juga
mengalami tekanan dan dapat patah pada end–plate–nya. Ligamen-
ligamen tulang belakang cenderung dapat melengkung dengan mudah
dan sendi faset hanya dapat sedikit menahan kompresi.
Akibatnya adalah dapat mengakibatkan herniasi. Ketika diskus
hanya menonjol, anulusnya masih sempurna. Ketika terjadi herniasi,
annulus bisa robek, sehingga menghasilkan ekstrusi dari nucleus
pulpous. Kompresi dari akar saraf tulang belakang dapat terjadi karena
herniasi diskus tadi. Diskus yang memisahkan dan memberi bantalan
vertebra mendapatkan inervasi oleh ujung-ujung halus. Ketika diskus
menimpa nervus sklialitikus, kondisi ini dan denyut nyeri yang
dihasilkan disebut sebagai skiatika. Skiatika adalah bentuk nyeri yang
parah dan konstan di dareah kaki yang muncul disepanjang jalur nervus
skiatik dan cabang- cabangnya.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi

7
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan
L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung
bawah menderita hernia nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 :
2321

D. Manifestasi Klinis Low Back Pain

Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah


punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
menuju ke daerah lain atau sebaliknya, nyeri yang berasal dari daerah
lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang
menjalar).
Tanda dan gejala yang timbul antara lain:
a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
b. Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
(pinggang) sehingga penderita berjalan sangat hati-hati
(kemungkinan infeksi, peradangan, tumor atau patah tulang )
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap
batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
vertebra sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner

8
yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis
imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal
pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain
Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :
a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangny
c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu,
tetapi tidak lebih dari 12 minggu.

E. Penatalaksanaan Low Back Pain

A. Penatalaksanaan low back pain akut


Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan
kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan
yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali
bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis.
Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan : memperhatikan
aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang
tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang
tidak konsisten, serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi
(menghindari pengangkatan beban yang berat).
B. Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan
Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting
dalam perkembangan kronisitas adalah psikologikal dibandingkan
dengan biomekanikal. Faktor-faktor psikologis yang dimaksud
adalah distress berat, kesalahpahaman tentang nyeri dan
implikasinya, serta penghindaran aktivitas karena takut membuat
rasa nyeri bertambah parah.
C. Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan
kerja seperti biasanya.

9
2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada
beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama
untuk mengurangi nyeri.
3. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol
atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran
parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle
relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya
ketergantungan.
4. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak
kembali ke aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
5. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang
membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat
kembali bekerja dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain:
belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.
D. Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root Affection
1. Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas
walaupun punggung/tungkai bawahnya nyeri.
2. Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri.
3. Medikasi: obat anti nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol
atau dikombinasikan dengan opioid. Pertimbangkan tambahan
relaksan otot tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat
bahaya ketergantungan.
4. Olah raga: jika pasien menjadi pasif, olah raga ringan mungkin
berguna.
5. Operasi: dilakukan pada kasus dengan tandatanda neurologis
progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak
memuaskan setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode
nyeri yang tidak tertahankan sebelumnya.

10
Terapi dan intervensi lain: tidak terdapat penelitian mengenai terapi
dengan traksi atau manipulasi yang dianjurkan.
F. Prognosis Low Back Pain

Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering


dijumpai episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami
keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-
15% yang mengalami disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan
terapi merupakan indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan
ke-12.
The Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ)
mengkaji hasil dari pembedahan untuk masalah – masalah low back
pain. Secara umum, dikektomi lumbal dapat menghilangkan manifestasi
nyeri pada klien – klien dengan nyeri kaki yang parah dan
melumpuhkan, lebih cepat dibandingkan dengan menejemen medis
jangka panjang. Namun, pada klien-klien tanpa nyeri kaki, hanya ada
sedikit perbedaan pada hasil akhir antara perawatan diskektomi dengan
perawatan konservatif. Kebanyakan klien yang mendapatkan injeksi
nyeri – kimopa (chymopa – pain)pada akhirnya memerlukan diskektomi
sebagai solusi nyeri permanen. Masih diperlukan banyak penelitian
untuk menentukan teknik apa yang paling baik bagi klien tertentu;
pilihan klien juga berperan dalam penentuan teknik yang akan
digunakan. (Joyce, 2009)

G. Komplikasi

Komplikasi umum yang biasanya terjadi setelah pembedahan


(Joyce, 2009) :
1. Infeksi dan peradangan
2. Cedera pada akar-akar saraf
3. Robekan pada lapisan durameter
4. Sindroma kauda ekuina

11
5. Hematoma
6. Tidak ada penyatuan pada area bedah

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

A. Anamnesa
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat
b) Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun
kronis lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang
kaki.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan
timbulnya keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa
yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien
apakah klien sering mengkonsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit
gangguan tulang atau otot sebelumnya
e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh
selama bekerja, dan kerja statis.

13
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera:
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a. Pemeriksaan motorik
b. Pemeriksaan sensorik
c. Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks
L5 atau S 1) cross laseque(HNP median) Reverse
Laseque (iritasi radik lumbal atas)
d. Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e. Pemeriksaan system otonom
f. Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi
sakroiliaka)
g. Tes Naffziger
h. Tes valsava.
5. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum,
peristaltic dan eliminasi)
8. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9. Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita)
10. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume)

14
C. Pemeriksaan fisik
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi
untuk pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur
dikarenakan menahan nyeri yang hebat).
5) Pola kognitif dan perseptual
(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan
nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik)
6) Persepsi diri/konsep diri

7) Pola toleransi dan koping stress


(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah
lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk
mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi.
Inflamasi, tumor atau fraktur).
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan

2. Penatalaksanaan

Dalam kebanyakan kasus, dokter akan mengobati sakit punggung


awalnya dengan tindakan konservatif dengan harapan bahwa koreksi
bedah tidak akan diperlukan. Badan Kebijakan Kesehatan dan
Penelitian telah mengeluarkan Pedoman Praktek Klinis yang
menyarankan langkah-langkah berikut.
Pasien ditempatkan di sebuah kasur dengan tempat tidur papan
bawah. Tempat tidur tetap datar, dan pasien ditempatkan pada bedrest

15
selama 2 sampai 3 hari. Selama periode ini, pasien didorong untuk
bangun dan berjalan-jalan setiap 2 sampai 3 jam saat terjaga bahkan
jika ini menyebabkan rasa sakit.
Kompres es diterapkan selama 5 sampai 10 menit pada suatu waktu
setiap jam untuk 48 jam pertama untuk mengurangi kejang otot di
belakang. Setelah 48 jam panas mungkin lebih bermanfaat, bantalan
pemanas, paket panas, dan panas bekerja dengan baik. Panas
diterapkan selama 20 menit setiap 1 sampai 2 jam. traksi pelvis dapat
dipesan oleh beberapa dokter, dan latihan ringan. Perawatan ini
dilakukan di bawah bimbingan seorang terapis fisik. korset yang
dirancang khusus kadang-kadang digunakan untuk menjaga
keselarasan tulang belakang ketika pasien diperbolehkan keluar dari
tempat tidur. Pasien diingatkan untuk tidak mengangkat sesuatu yang
berat dari 2 sampai 5 lb dan tidak merubahnya ketika meraih hal.
Pasien harus sering berpindah tempat dari pada duduk untuk waktu
yang lama. Berjalan untuk jarak pendek sering sangat bermanfaat.
Penyesuaian oleh chiropractor juga dapat membantu meringankan rasa
sakit. Jika sakit berlanjut melebihi 3 sampai 4 minggu, ada bukti-bukti
dari defisit neurologis, atau nyeri memburuk, operasi dapat
diindikasikan.
Prosedur operasi. Bagi pasien yang tidak dapat menemukan
bantuan melalui tindakan konservatif, operasi pengangkatan disk yang
rusak mungkin satu-satunya alternatif. Sebuah diskectomy sering
dilakukan. Ini adalah teknik bedah mikro yang menggunakan sayatan
sangat kecil. Jika daerah tidak dapat ditangani dengan mikro, sayatan
diskectomy atau Laminektomi terbuka, yang melibatkan penghapusan
lengkungan posterior vertebrata bersama dengan disk, dilakukan.
Sebuah fusi tulang belakang yang diperlukan dalam beberapa pasien
untuk menstabilkan tulang belakang. Prosedur ini dapat dilakukan
untuk kondisi selain disc pecah, misalnya, untuk penyakit degeneratif
seperti tulang belakang sebagai penyakit Pott (TB tulang belakang),

16
untuk patah tulang dari tulang belakang, dan untuk dislokasi tulang
belakang. (Susan, 1998)

3. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Perubahan postur tubuh Nyeri
1. Pasien mengeluh karena trauma primer dan
sering merasakan sekunder
nyeri pada 
punggung bagian Trauma primer seperti:
bawah trauma secara spontan.
DO: Contohnya kecelakaan
1. Skala nyeri : 2 
Kontraksi punggung

Terdesaknya otot
vetebrata

Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Nyeri

17
2. DS : Perubahan postur tubuh Hambatan Mobilitas
1. Klien mengatakan karena trauma primer dan
nyeri punguung sekunder
bawah 
2. Pernah terjatuh Trauma primer seperti:
dari tempat bekerja trauma secara spontan.
3. Pergerakan Contohnya kecelakaan
terbatas 
DO : Kontraksi punggung
1. Skala nyeri 8 
Terdesaknya otot
vetebrata

Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Kelemahan otot

Mobilitas fisik terganggu

hambatan mobilitas
3. DS : Obesistas Nutrisi lebih dari

18
1. Klien mengeluh  kebutuhan
nyeri punggung Kelebihan beban
bagian bawah lumbalsakral
2. Klien bekerja 
didepan komputer Pembentukan kurva
selama 10 jam lumbal abnormal
perhari. 
3. Jarang untuk Rusaknya pembungkus
bergerak syaraf
DO : 
1. BB : 90 kg Hiperalgesia sekunder
2. Skala nyeri : 7 pada neuron di sekitar lesi
pada resio lumbal skral

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Kelemahan otot

Mobilitas fisik terganggu

Jarang bergerak

Struktur Melemah

penumpukan lemak krn
tubuh krg gerak

Nutrisi lebih dari
kebutuhan

19
4. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :


a. Trauma jaringan dan reflek spasme otot
b. Inflamasi
c. Kompresi saraf
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
b. Spasme otot
c. Terapi testriktif
d. Kerusanan neuromuskular
3. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan
a. Krisis situasi
b. Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomi, peran fungsi
c. Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Ketidakadekuatan metode koping
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
pragnosis, dan tindakan berhubungan dengan :
a. Kesalahan informasi/kurang pengetahuan
b. Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat
c. Tidak mengenal sumber-sumber informasi

Prioritas keperawatan
1. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri
2. Meningkatkan berfungsi dengan optimal
3. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam
proses rehabilitasi
4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit
prognosis dan kebutuhan pengobatannya

20
5. Intervensi Keperawatan

1. Dx : nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma) dan reflek spasme
otot

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya keluhan nyeri catat lokasi,
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri lamanya serangan, faktor pencetus
klien berkurang. yang memperberat
Kriteria hasil : 2. Dorong klien untuk tirah baring dan
1. Klien merasakan berkurang atau perubahan posisi untuk memperbaiki
hilangnya nyeri posisi lumbal. Pasien pada posisi semi
2. Klien dapat beristirahat dengan fowler
nyaman 3. Gunakan papan selama melakukan
3. Mengubah posisi dengan nyaman perubahan posisi
4. Ajarkan klien teknik relaksasi untuk
mengontrol dan menyesuaikan nyeri
5. Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan pernapasan diafragma
untukmengurangi tegangan otot
6. Alihkan perhatian klien : membaca,
menonton tv, mendengarkan lagu
7. Batasi aktivitas klien sesuai dengan
kebutuhan
8. Berikan obat sesuai order

2. Dx : gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, spasme otot

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 1. Memantau secara kontinu mobilitas
3x24 jam, klien dapat mengalami akan mengetahui aktivitas klien
mobilitas fisik 2. Bantu klien mengubah posisi secara

21
Kriteria Hasil: perlahan
1. Klien menunjukkan kembalinya 3. Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
mobilitas fisik tempat tidur dengan nyeri yang
2. Kembali ke aktivitas semula secara minimal
bertahap 4. Sampaikan dan ingatkan klien untuk
3. Menghindari posisi yang tidak diperbolehkan melakukan gerakan
mengakibatkan ketidaknyamanan memutar atau melengok
dan spasme otot 5. Dorong pasien untuk melakukan
4. Merencanakan atau jadwal baring perubahan posisi berbaring, duduk,
setiap hari berjalan. Dalam kurun waktu yang
singkat
6. Buat jadwal periode berbaring di
tempat tidur berapa kali sehari bersama
dengan klien
7. Dorong klien untuk mematuhi jadwal
latihan yang sudah dibat dan
meningkatkan latihan secara bertahap

3. Dx : perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b/d obesitas

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasi penyusunan program
keperawatan 3x24 jam, nutrisi klien penurunan berat badan dan stres pada
adekuat punggung bawah
Kriteria hasil : 2. Berikan pengawasan terhadap rencana
1. Klien mencapai berat badan yang penurunan berat badan klien
ideal 3. Lakukan pencatatan setiap pencapaian
4. Berikan semangat dan pujian positif
untuk mendorong kepatuhan

22
6. Evaluasi

1. Klien mengalami peredaan nyeri


a) Klien dapat beristirahat dengan nyaman
b) Klien dapat mengubah posisi dengan nyaman
2. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
a) Klien dapat menjalankan aktivitasnya kembali secara
bertahap
b) Menghindari posisi yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan
3. Klien mencapai BB yang ideal (diinginkan)
a). Mengidentifikasi perlunya penurunan BB

23
BAB IV

STUDY KASUS

1. Study case Low Back Pain

Seorang laki-laki, usia 48 tahun, datang ke poli penyakit dalam


dengan keluhan nyeri punggung bawah, pantat dan kaki. Hasil
anamnesa: nyeri dirasakan lebih 1 bulan, nyeri seperti terbakar,
pekerjaan kuli bangunan, riwayat terjatuh dari bangunan tahun 2010,
kebiasaan merokok sejak remaja. Hasil pemeriksaan fisik: BB: 70 kg,
TB: 175 cm, RR: 24 x/mnt, N: 115x/mnt, TD:130/80 mmHg, S: 37,2C,
skala nyeri: 8, pergerakan terbatas. Hasil MRI: penyempitan pada L4-
L5
Pertanyaan:
1. Jelaskan etiologi dari penyakit kasus di atas !
2. Sebutkan klasifikasi penyakit dari kasus di atas !
3. Sebutkan faktor resiko dari kasus di atas !
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus di atas ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dari kasus di atas ?

2. Etiologi

Etiologi dari kasus LBP yang dialami pada kasus diatas adalah
akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal.
Ditinjau dari kasus diatas, klien mempunyai riwayat jatuh dari
ketinggian dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada akar saraf di
tulang belakang (kompresi) sehingga terjadi lesi pada bantalan tulang
belakang yang menyebabkan cincin bantalan tulang belakang menjadi
menonjol keluar dari tempatnya dan menekan saraf-saraf yang ada di
punggung sehingga pasien mengeluhkan nyeri pada punggung
bawahnya.

24
3. Klasifikasi

Ditinjau dari etiologinya, LBP yang dialami klien pada kasus


termasuk dalam LBP traumatik. Sedangkan ditinjau dari perjalanan
klinisnya, kasus LBP yang dialami oleh klien termasuk dalam LBP akut
karena masih terjadi dalam waktu 1 bulan.

4. Faktor Resiko

Faktor resiko dari kasus yang dialami klien diantaranya adalah:


1. Pekerjaan
2. Riwayat jatuh
3. Kebiasaan hidup

5. Penatalaksanaan

Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien diatas


diantaranya adalah
1. Aktivitas
2. Tirah baring
3. Edukasi

6. Pengkajian

a. Identitas
Nama : Tn. L
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : surabaya
Masuk RS : 11 april 2016
b. Keluhan Utama:
Nyeri punggung bawah, pantat dan kaki

25
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri dirasakan lebih 1 bulan, nyeri seperti terbakar, pekerjaan
pasien sebagai kuli bangunan,pasien memiliki riwayat terjatuh dari
bangunan tahun 2010,dan juga pasien memiliki kebiasaan
merokok sejak remaja
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat terjatuh dari bangunan tahun 2010
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
-
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit , kesan status gizi
cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS: E4V5M6
Tanda Vital : RR 24 x/mnt, N: 115x/mnt,
TD:130/80 mmHg, S: 37,2C
Kulit : Turgor kulit baik
Kepala : Normocephal, rambut hitam,
distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata :Edema palpebra -/-, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor diameter 3/3 mm, reflek
cahaya Normal/Normal, reflek
kornea Normal/Normal
Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen
-/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum
deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir kering, faring tidak
hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris,

26
tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada deviasi trakhea,
tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening, kaku kuduk (-),
meningeal sign (-)
Dada :
Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V
linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis
dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen :
I : Datar, supel
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak
teraba membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill <2detik,
akral hangat (+)

Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Normal
Perasaan Hati : Normal

27
Orientasi : Normal
Kecerdasan : Normal
Daya Ingat : Normal

Status Neurologis
Sikap Tubuh : Lurus dan simetri
Gerakan Abnormal : (-)
Kepala : Normocephal

Saraf otak
Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis

NERVUS CRANIALIS Kanan Kiri

N.I Daya Penghidu Normal/Normal

Daya Penglihatan Normal/Normal

Penglihatan Warna Normal/Normal

N.II Lapang Pandang Normal/Normal

Ptosis -/-

Gerakan mata ke medial Normal/Normal

Gerakan mata ke atas Normal/Normal

Gerakan mata ke bawah Normal/Normal

Ukuran Pupil + (3 mm) + (3mm)

Reflek cahaya Langsung + +

Reflek cahaya konsensuil + +

N.III Strabismus divergen -/-

28
Gerakan mata ke lateral
bawah +/+

Strabismus konvergen -/-

Menggigit Normal/Normal

N.IV Membuka mulut Normal/Normal

Sensibilitas muka Normal/Normal

Reflek kornea + +

N.V Trismus -/-

Gerakan mata ke lateral


bawah +/+

N.VI Strabismus konvergen -/-

Kedipan mata Normal/Normal

Lipatan nasolabial Simetris/simetris

N.VII Sudut mulut Simetris/simetris

Mengerutkan dahi Normal/Normal

Menutup mata Normal/Normal

Meringis Normal/Normal

Menggembungkan pipi Normal/Normal

Daya kecap lidah 2/3


depan Normal/Normal

N.VIII Mendengar suara +/+

29
berbisik

Mendengar detik arloji +/+

Tes Rinne Tidak dilakukan

Tes Schawabach Tidak dilakukan

Tes Weber Tidak dilakukan

Arkus Faring Normal/Normal

Daya kecap lidah 1/3


Belakang Normal/Normal

Reflek muntah +

Sengau –

N.IX Tersedak –

Denyut nadi 90x/mnt regular

Arkus Faring Simetris/simetris

Bersuara Normal/Normal

N.X Menelan Normal/Normal

Memalingkan kepala Normal/Normal

Sikap bahu Normal/Normal

Mengangkat bahu Normal/Normal

N.XI Trofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi

N.XII Sikap Lidah Normal/Normal

30
Artikulasi Normal/Normal

Tremor Lidah -/-

Menjulurkan Lidah Normal/Normal

Trofi otot lidah Eutrofi/Eutrofi

Fasikulasi Lidah -/-

Sensibilitas : normal
Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK tidak normal
Refleks Patologis : Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-),
Oppenheim (-/-), Gonda (-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-).

7. Pemeriksaan Khusus

A. Posisi Terlentang:
Lasegue : (+/+)
Braggard : (+/+)
Patrick : (+/+)
Kontra patrick : (+/+)
Valsava : (+)
Nafziger : (+)
B. Posisi Telungkup:
Pasien sulit melakukan posisi telungkup
Nyeri tekan otot paravertebra VL2-VS1
Gibbus : (-)
Spasme otot (+)
Nyeri ketok : (+) pada pinggang bawah kanan dan kiri

31
8. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 12,7 14,0-18,0 g/dl

Leukosit 7,4 4,0-10 ribu

Eritrosit 4,13 4,0-6,2 juta

Hematokrit 37,1 40-58 %

Trombosit 270 200-400 ribu

MCV 89,8 80-90 mikro m3

MCH 30,8 27-34 pg

MCHC 34,2 32-36 g/dl

RDW 13,0 10-16 %

MPV 7,5 7-11 mikro m3

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu 87 70-100 mg/dl

Ureum 25,8 10-50 mg/dl

Creatinin 0,80 0,62-1,1 mg/dl

SGOT 20 0-50 U/L

SGPT 24 0-50 IU/L

Protein total 6,84 6-8 g/dl

Albumin 4,37 3,4-4,8 g/dl

Globulin 2,47 2.0-4.0 g/dl

SEROLOGI

32
HbsAg Non reaktif Non reaktif
X-Foto LumboSacral AP-Lateral :
Kesan : Terdapat penyempitan pada discus intervertebralis pada L2- L3,
L5-S1
Osteofit pada L2, L4, L5 merupakan gambaran dari spondilosis
lumbalis ringan
Kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior
Tak tampak fraktur dan listesis pada tulang

9. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Seorang laki-laki pekerja Nyeri
1. Px mengeluh nyeri kuli bangunan terjatuh
punggung bawah, dari bangunan
pantat dan kaki. 
2. Nyeri dirasakan Pekerja mendapat tekanan
lebih dari 1 bulan yang tinggi akibat terjatuh
3. Nyeri seperti dr bangunan
terbakar 
DO : Terjadi kontraksi
1. Riwayat terjatuh punggung
dari bangunan 
tahun 2010 Tulang belakang
2. Hasil MRI : menyerap goncangan
penyempitan pada vertikal
L4-L5 
3. Skala nyeri : 8 Terjadi perubahan diksus
4. RR : 24 x/mnt, N : intervertebralis
115x/mnt, TD : 
130/80 Penonjolan diskus

Penyempitan diskus
lumbal bawah (L4-L5)

Penekanan pada akar saraf

33

Nyeri pada punggung
bawah, pantat dan kaki

klien mempunyai
kebiasaan merokok sejak
remaja

Memperlambat proses
penyembuhan nyeri

Rasa nyeri semakin parah
seperti terbakar

Gangguan rasa nyaman :
nyeri akut
2. DS : Seorang laki-laki pekerja Gangguan mobilitas fisik
1. Px mengeluh nyeri kuli bangunan terjatuh
punggung bawah, dari bangunan
pantat dan kaki. 
2. Nyeri dirasakan Pekerja mendapat tekanan
lebih dari 1 bulan yang tinggi akibat terjatuh
3. Nyeri seperti dr bangunan
terbakar 
DO: Terjadi kontraksi
1. Hasil MRI : punggung
penyempitan pada 
L4-L5 Tulang belakang
2. Skala nyeri : 8 menyerap goncangan
3. Pergerakan terbatas vertikal

Terjadi perubahan diksus
intervertebralis

Melemahnya otot
abdominal dan toraks

Pergerakan terbatas
(pergerakan ekspansi dada

34
terganggu)

Ttv klien tidak normal
(RR: 24 x/mnt, N:
115x/mnt, TD:130/80)

Pengaruh : aktivitas
sehari-hari terganggu

Mobilitas terganggu

Gangguan mobilitas fisik

10. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b/d intensitas laporan diri menggunakan skala
standart nyeri b/d agen cedera fisik (trauma)
2. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak b/d
penurunan kekuatan otot

11. Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1 : nyeri akut b/d intensitas laporan diri menggunakan skala
standart nyeri b/d agen cedera fisik (trauma)
Domain : comfort
Class : physical comfort

Kriteria hasil NOC Intervensi NIC


Klien merasakan berkurang atau hilangnya nyeri Berkolaborasi dengan terapis dalam
(210901) mengembangkan dan melaksanakan
Klien dapat beristirahat dengan nyaman, efisien program latihan,
(000405) Konsultasikan terapi fisik yang akan
Mengubah posisi dengan nyaman (201004) dilakukan untuk menentukan posisi yang
optimal untuk
pasien selama latihan dan jumlah
pengulangan untuk setiap pola gerakan
Jelaskan alasan untuk setiap jenis latihan
dan kepada pasien maupun keluarga
Membantu pasien untuk duduk / posisi

35
berdiri waktu latihan
Menyediakan langkah-demi-langkah isyarat
untuk setiap aktivitas motorik selama
latihan atau ADSL
Mengevaluasi kemajuan pasien terhadap
peningkatan / restorasi
gerakan tubuh dan fungsi
Dorong klien untuk tirah baring dan
perubahan posisi untuk memperbaiki posisi
lumbal. Pasien pada posisi semi fowler
Gunakan papan selama melakukan
perubahan posisi
Alihkan perhatian klien : membaca,
menonton tv, mendengarkan lagu

Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan rentang


gerak b/d penurunan kekuatan otot
Domain : activity/rest
Class : Activity/Exercise
Kriteria hasil NOC Intervensi NIC
Klien mengalami kemudahan dalam menjalankan Berkolaborasi dengan terapis okupasi, fisik,
aktivitas sehari-hari secara bertahap (000518) atau rekreasi dalam perencanaan dan
Nyeri berkurang bahkan hilang saat klien melakukan monitoring program kegiatan
aktivitas (210901)
Gait kembali normal tidak ada keterbatasan Mengkoordinasikan pasien dalam
(020810) menyeleksi kegiatan sesuai usia
Kecepatan berjalan klien dapat kembali normal Memfasilitasi aktivitas pengganti ketika
untuk melakukan aktifitas tidak ada keterbatasan pasien memiliki keterbatasan dalam waktu,
gerak (022207) tenaga, atau gerakan, konsultasikan dengan
terapis
Lakukan masase untuk menimbulkan
persepsi kenyamanan pada pasien
Anjurkan pasien untuk menuntaskan masase
dan beristirahat, kemudian bergerak
perlahan
Memberikan informasi tentang jenis
resistensi otot yang bisa digunakan
(misalnya, beban bebas, mesin berat,
peregangan karet band, benda tertimbang,

36
air)
Membantu untuk menetapkan tujuan jangka
pendek yang realistis dan jangka panjang
dan untuk mengambil rencana latihan
Membantu mengembangkan lingkungan
rumah /lingkungan kerja yang dapat terlibat
dalam rencana latihan
Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
tempat tidur dengan nyeri yang minimal
Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
tempat tidur dengan nyeri yang minimal
Dorong pasien untuk melakukan perubahan
posisi berbaring, duduk, berjalan. Dalam
kurun waktu yang singkat
Bantu klien mengubah posisi secara
perlahan

12. Evaluasi
1. Klien merasakan nyerinya berkurang
2. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali secara bertahap

37
BAB V

PENUTUP

Kerusakan punggung dan tulang adalah penyebab ketiga


ketidakmampuan individu dalam bertahun-tahun pekerjaannya. Pasien
lansia mungkin mengalami sakit punggung yang berkaitan dengan fraktur
vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Banyak kondisi medikal dan
psikomatis lain yang menyebabkan nyeri punggung. Obesitas, stress dan
kadang depresi dapat menunjang terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien
dengan nyeri punggung bawah kroning mungkin mengalami ketergantung
pada alkohol atau analgesik.
Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui
dengan jelas dan masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup
peneliti telah menyerah dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari
nyeri punggung bawah dan kemudian justru menjelaskan beberapa kondisi
tanda bahaya (red flag) yang berkaitan dengan gangguan ini. Ditinjau dari
kasus yang sudah dijelaskan diatas, Etiologi dari kasus LBP yang dialami
oleh klien adalah akibat trauma pada komponen keras susunan
neuromuskuloskeletal. Klien mempunyai riwayat jatuh dari ketinggian
yang dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada akar saraf di tulang
belakang (kompresi) sehingga terjadi lesi pada bantalan tulang belakang
yang menyebabkan cincin bantalan tulang belakang menjadi menonjol

38
keluar dari tempatnya dan menekan saraf-saraf yang ada di punggung
sehingga pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bawahnya.
Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
menuju ke daerah lain atau sebaliknya , nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).
Ditinjau dari etiologinya, LBP yang dialami klien pada kasus diatas
termasuk dalam LBP traumatik. Sedangkan apabila ditinjau dari perjalanan
klinisnya, kasus LBP yang dialami oleh klien diatas termasuk dalam LBP
akut karena masih terjadi dalam waktu 1 bulan.
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Selain itu
pasien juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring, dan
olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari
Low Back Pain. Pada kasus di atas penatalaksanaan yang dapat dilakukan
antara lain adalah tetap mendorong klien untuk beraktivitas walaupun
hanya aktivitas ringan, tirah baring, dan edukasi kepada klien dan keluarga
klien.
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering
dijumpai episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami
keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-
15% yang mengalami disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi
merupakan indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan ke-12.

39
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Wayan Widhi. Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan


Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri
Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.

Andersen PM, Borasio GD, Dengler R, Hardiman O, Kollewe K, Leigh


PN, Pradat PF, Silani V, Tomik B. EFNS. 2005. Task force on
management of amyotrophic lateral sclerosis: guidelines for
diagnosing and clinical care of patients and relatives. An evidence-
based review with good practice points. European Journal of
Neurology 2005;12:921–38

Baughman C Diane dan Hackley C Joann. 1996. Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M, Howard K. Butcher, and Joanne McCloskey


Dochterman. 2014. Nursing Interventions Classification (NIC)
Sixth Edition. Mosby

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta: EGC

40

Anda mungkin juga menyukai